• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TEORI TENTANG IBU RUMAH TANGGA, KESADARAN BERAGAMA DAN PRILAKU REMAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TEORI TENTANG IBU RUMAH TANGGA, KESADARAN BERAGAMA DAN PRILAKU REMAJA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TEORI TENTANG IBU RUMAH TANGGA, KESADARAN BERAGAMA DAN PRILAKU REMAJA

A. Ibu Rumah Tangga

1. Pengertian Ibu Rumah Tangga

Ibu rumah tangga dapat diartikan sebagai seorang wanita yang mengatur penyelenggaraan berbagai macam pekerjaan rumah tangga, atau dengan pengetian lain iburumah tangga merupakan seorang istri (ibu) yang hanya mengurusiberbagai pekerjaan dalam rumah tangga (tidak bekerja di kantor)”.

Ibu merupakan sumber mata air terpenting yang mengalirkan ketenangan, kebahagiaan dan kecintaan dalam keluarga. Sosok seorang ibu sangat berperan penting dalam melahirkan ketenteraman, kedamaian, kemampuan, kekuatan, dan kebebasan dalam jiwa anak-anak. Aspek keilmuan seorang anak terbentuk dari gen seorang ayah maupun ibunya (Ali Qaimi, 2008 : 29).

Hal ini selaras dengan apa yang dikatakan oleh sinnggih Ibu juga merupakan pembuka kunci pintu langit yang akan menurunkan berkah tidak terhingga bagi anak-anaknya. figur wanita yang mempunyai peranan sebagai ibu, maka ia akan dijadikan panutan bagi keluarganya. dia juga bisa menempatka dirinya dalam suatu keluarga dan mengerti akan semua tugas. Ibu yang menyayangi keluarganya, khususnya anaknya dia akan membahagia-kan dengan kasih sayang tulus dan ikhlas. Ibu adalah jantung dari sebuah keluarga (Singgih, D Gunarsa, 1995: 31).

Oleh karena itu, seorang ibu adalah penentu kebahagian suatu keluarga yang mana keluarga di katakan harmonis atau tidaknya. Sehingga seluruh anggotanya hidup rukun dan saling bahu membahu dalam menyelsaikan setiap permasalahan yang terjadi. Dan menjadikan suasana dalam rumah terjalin rukun dan bahagia.

Ibu rumah tangga adalah pengurus rumah tangga ia harus mampu membagi-bagi waktu dan tenaganya untuk melakukan 1001 macam tugas pekerjaan rumah, dari subuh dini hari sampai larut malam. ( Kartono Kartini, 2007 : 9)

Adapun menunurut Chandra Ibu adalah perempuan pertama, perempuan utama anaknya. Usahanya tak pernah surut untuk terus berjuang demi keberhasilan hidup dan tidak bosan untuk mendoakan anaknya. Sedihnya, deritanya, sakitnya tak pernah ia tunjukan agar anaknya merasa nyaman dengan keadaan. Cintanya sejak mengandung anaknya, membuatnya menjadi perempuan yang harus terus melindungi anaknya hingga menjadi manusia berguna (Chandra Anugrah, 2013: 82).

(2)

Arif juga mengatakan ibu juga adalah madrasah jika kamu menyiapkanya. Maka dia menyiapkan generasi berkarkter baik. “ apabila para ibu tumbuh dalam ketidak tahuan, maka anak-anak akan menyusu kebodohan dan keterbelakangan”. ( Arif Hidayat, 2003 : 51)

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa sosok ibu merupakan tiang yang kokoh dalam kehidupan. Dengan menjadi ibu landasan berpijak bagi sang anak dalam menggapai kebahagiaan hidup. Seorang ibu dapat menjadikan segenap anggota keluarganya berbahagia dan menghuni surge kelak di yaumil akhir. Hal Ini sesuai dengan sabda Rasulallah dalam sebuah hadist:

Artinya, “ Surga berada di bawah telapak kaki ibu” (silsilah Al-hadist adh-Dha’ifah, No. 593).

Namun, ibu juga dapat mendorong terjadi kejahatan, dengan menanamkan benih-benih kerusakan kedengkian dalam hati masing-masing anggota keluarganya. Sosok ibu dapat menjadi sumber keutamaanya, menghasilkan ketakwaan dan ketakutan kepada Allah swt adalah pembimbing dan pembuka hati segenap anggota keluarga. Pada saat gelisah dan risau, seorang ibu harus berusaha keras menjaga kestabilan emosinya dan tetap bersabar dalam menghadapi persoalan hidupnya. (Ali Qaimi, 2008: 36-37).

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan sudah jelas bahwa sebagai seorang ibu berkewajiban membina anak-anaknya dengan benar dan senantiasa menembarkan kegembiraan serta kecerian dalam rumah. Mendidik anak membiasakan dari kecil hingga dewasa agar bisa terbiasa untuk melakukan hal yang positif. misalnya disiplin belajar ditanamkan sewaktu kecil. Dan mengarahkan anaknya kejalan yang lurus, dan membiasakan untuk memilih pergaulan dan teman dalam bermain. Contohnya shalat lima waktu, disiplin belajar dari kecil seorang ibu membiasakan anak setelah pulang sekolah mengulangi pelajar yang telah di ajarkan.

Dan sosok seorang ibu sangat dominan sekali terhadap anak-anaknya, jika sifat ibunya baik dan tingkah lakunya sopan maka anak akan mengikuti semua kebiasaan ibunya.

2. Peran dan Fungsi Ibu Rumah Tangga

Peran dan fungsi ibu rumah tangga adalah sebagai “tiang rumah tangga” amatlah penting bagi terselenggaranya rumah tangga yang sakinah yaitu keluarga yang sehat dan bahagia, karena di atas yang mengatur, membuat rumah tangga

(3)

menjadi surga bagi anggota keluarga, menjadi mitra sejajar yang saling menyayangi bagi suaminya. Untuk mencapai ketentraman dan kebahagian dalam keluarga dibutuhkan isteri yang shaleh, yang dapat menjaga suami dan anak-anaknya, serta dapat mengatur keadaan rumah sehingga tempat rapih, menyenangkan, memikat hati seluruh anggota keluarga.

Menurut Baqir Sharif al-Qarashi (2003 : 64), bahwa para ibu merupakan sekolah-sekolah paling utama dalam pembentukan kepribadian anak, serta saran, untuk memenuhi mereka dengan berbagai sifat mulia, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW. yang artinya: “Surga di bawah telapak kaki ibu”, menggambarkan tanggung jawab ibu terhadap masa depan anaknya. (Zakiyah Daradjat, 1995 : 50)

Dari segi kejiwaan dan kependidikan, sabda Nabi di atas ditunjukan kepada para orang tua khususnya para ibu, harus bekerja keras mendidik anak dan mengawasi tingkah laku mereka dengan menanamkan dalam benak mereka berbagai perilaku terpuji serta tujuan-tujuan mulia, adapun tugas-tugas para ibu mendidik anak-anaknya yaitu :

a. Para ibu harus membiasakan perbuatan-perbuatan terpuji pada anak,

b. Para ibu harus memperingatkan anak-anak mereka akan segala kejahatan dan kebiasaan buruk, perilaku yang tidak sesuai dengan kebiasaan sosial dan agama, c. Para ibu harus memiliki kesucian dan moralitas sebagai jalan pendidikan untuk

putra-putri mereka,

d. Para ibu jangan berlebihan dalam memanjakan anak,

e. Para ibu harus menanamkan pada anak rasa hormat pada ayah mereka,

f. Para ibu jangan pernah menentang suami, sebab akan menciptakan aspek kebencian dengan kedengkian satu sama lain,

g. Para ibu harus memberi tahukan pada kepala keluarga setiap penyelewengan tingkah laku anak-anak mereka,

h. Para ibu harus melindungi anak dari hal-hal buruk menggoda serta dorongan-dorongan perilaku anti sosial,

(4)

i. Para ibu harus menghilangkan segala ajaran atau metode yang dapat mencederai kesucian serta kemurnian atau meruntuhkan moral dan etika seperti buku-buku porno novel,

j. Para ibu harus memelihara kesucian dan perilaku terpuji. (Baqir Sharif al-Qarashi, 2003 : 66)

3. Tanggung Jawab Ibu Rumah Tangga

Para ibu bertanggungjawab menyusun wilayah-wilayah mental serta sosial dalam pencapaian kesempurnaan serta pertumbuhan anak yang benar. Sejumlah kegagalan yang terjadi diakibatkan oleh pemisahan wanita dari fungsi-fungsi dasar mereka.

Ibu-ibu yang sering berada di luar rumah yang hanya menyisakan sedikit waktu untuk suami serta anak-anak telah menghilangkan kebahagian anak, menghalangi anak dari merasakan nikmatnya kasih sayang ibu, sebab mereka menjalankan berbagai pekerjaan di luar serta meninggalkan anak disebagian besar waktunya, oleh karna itu kita selayaknya sebagai ibu atau calon ibu kelak kita harus bener bener dan fokous untuk mengurus anak dan suami kita, jangan sampai peran kita sebagai ibu malah menjadikan ank dan suami kita terlantar atau termarjinalkan demi pekerjaan kita.

B. Kesadaran Beragama

1. Pengertian Kesadaran Beragama

Secarabahasa,kesadaranberasaldarikatadasar“sadar”yang Mempunyaiarti;insaf, yakin, merasa, tahudanmengerti.Kesadaranberarti; keadaantahu, mengertidan merasaataupunkeinsafan.

Artikesadaran yangdimaksudadalahkeadaan tahu,ingatdanmerasa ataupun keinsafan atas dirinya sendiri kepada

keadaanyangsebenarnya. Kata beragama berasal dari kata dasar “agama”. Agama berarti kepercayaan kepada Tuhan (dewa dan sebagainya) dengan ajaran kebaktian dan kewajiban- kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu, misaln-ya Islam, Kristen, Budha dan lain-lain, sedangkan kata beragama berarti memeluk(menjalankan) agama; beribadat; taat kepada agama baik hidupnya (menurutagama).

(5)

pengertian agama berasal darikata: al-din, religi (relegere, religare). Kata agama terdiri dari; a (tidak) dangam (pergi), agama mengandung arti tidak pergi, tetap ditempat atau diwarisi turun - temurun.3 Sedangkansecara istilah menurut mereka agama adalah ajaran – ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang Rasul.

Kata agama dalam bahasa Semit berarti undang-undang atauhukum, dalam bahasaArab (al-din) kata iniberarti:menguasai,menundukkan, patuh, hutang,balasan,kebiasaan.

Agamamemangmembawaperaturan-peraturan yangmerupakanhukum yangharusdipatuhiorang.Agamamemangmenguasaidiriseseorangdanmembuat mereka tundukdan patuh terhadapTuhan dengan menjalankanajaran-ajaranagamadanmeninggalkanlarangan-Nya. Agamalebihlanjut membawakewajiban-kewajibanyang jika tidak dijalankan olehseseorang menjadihutangbaginya.Pahamkewajibandankepatuhan membawapula kepadapahambalasan,yangmenjalankankewajiban danyangpatuh akan mendapatkanbalasan yangbaik,sedangkan yang tidak menjalankankewajibandanyangtidakpatuhakan mendapatkanbalasanyangtidakbaik.

Agama jugaberarti: religi,religiberasaldaribahasa Latinyang berasal darikatarelegereyangmengandungartimengumpulkan, membaca.Agama memangkumpulan cara-caramengabdikepadaTuhan,initerkumpuldalam kitab suci yang harus dibaca. Religi juga berasal dari kata religare yang berarti:mengikat.Ajaran-ajaran agamamemangmempunyaisifatmengikat bagimanusia.Dalamagama,selanjutnya terdapatpulaikatanantararoh manusia denganTuhan,dan agama lebihlanjut memang mengikatantara manusiadenganTuhan.

Intisari yang terkandung dalam istilah-istilah di atas adalah ikatan. Agamamengandung artiikatan-ikatanyangharusdipegangdandipatuhi manusia,ikataninimempunyaipengaruh yangbesarsekaliterhadap hidup manusiasehari-hari, ikatanituberasaldarisuatukekuatan yanglebihtinggi darimanusia,satukekuatangaibyangtidakdapatditangkap denganpanca indera.

MenurutJalaluddinagamadapatdidefinisikansebagai:

(6)

yangharusdipatuhi.

b. Pengakuanterhadapadanyakekuatangaibyangmenguasaimanusia.

c. Mengikat diripadasuatubentukhidupyangmengandungpengakuan pada suatusumber yangberadadiluardirimanusiadanyangmempengaruhi perbuatan-perbuatanmanusia.

d. Kepercayaan pada suatu kekuatangaib yangmenimbulkan cara hidup tertentu. e. Suatu sistemtingkahlaku(codeofconduct) yangberasaldarisesuatu kekuatangaib. f. Pegakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang bersumber pada

suatukekuatangaib.

g. Pemujaan terhadap kekuatan gaibyang timbuldariperasaan lemahdan perasaantakutterhadapkekuatan misteriusyangterdapatdalamalam sekitarmanusia. h. Ajaran-ajaranyangdiwahyukanTuhankepadamanusiamelaluiseorang Rasul.

Dengan demikian unsur-unsurterpentingyangterdapatdalamagama ialah: a. Kekuatan gaib;manusiamerasadirinya lemahdanberhajatpadakekuatan

gaibitusebagaitempatmintatolong. Olehkarena itumanusiaharus mengadakanhubunganbaikdengankekuatangaibtersebut,hubunganbaik

inidapatdiwujudkan denganmematuhiperintahdanlarangankekuatan gaibitu.

b. Keyakinan manusia; bahwa kesejahteraan manusia di dunia ini dan hidupnya diakhirat tergantung adanya hubungan baikdengankekuatan gaib yang dimaksud. Dengan hilang nyahubungan baikitu, maka kesejahteraandankebahagiaanyang dicariakan hilang pula.

c. Respons yang bersifat emosionil dari manusia; respons itu bias mengambil bentuk perasaan takut atau perasaan cinta terhadap Tuhan, sehingga respons tersebu tdapat mengambil bentuk penyembahan atau pengabdian terhadap Tuhan, dan juga respons

d. Tersebut dapat mengambil bentuk cara hidup tertentu bagi orang yang bersangkutan.

e. Adanya faham yang suci dalam bentuk kekuatan gaib, dalam bentuk kitab yang mengan dungajaran-ajaran agama bersangkutan dan dalam bentuk tempat-tempat tertentu.

(7)

menentukan yang tak boleh diabaikan. Dalam istilahnya ia juga menyebutkan sebagaikeyakinan (tentangdunialain), bahwa definisi agama adalah sikap atau cara penyesuaian diriterhadaplingkungan lebihluasdari pada lingkungan dunia fisik yang terikat ruang danwaktu. (Dalamhal iniyang dimaksudadalahduniaspiritual).

Pengertian kesadaran beragama meliputi rasa keagamaan, pengalaman ke-Tuhanan, keimanan, sikap dan tingkah laku keagamaan, yang terorganisasi dalam sistem mental dari kepribadian. Karena agama melibatkan seluruh fungsi jiwadanraga manusia, maka kesadaran beragamapun mencakup aspek- aspekafektif, konatif, kognitif dan motorik. Aspek afektif dan konatif terlihat di dalam pengalamanke-Tuhanan,rasa keagamaan dan kerinduan kepada Tuhan. Aspek kognitif terlihat pada keimanan dan kepercayaan sedangkan aspek motorik terlihat pada perbuatan dan gerakan tingkah laku keagamaan.

Dalampenulisanini,pengertiankesadaranberagama yang dimaksud adalah segala perilaku yang dikerjakanoleh seseorang dalam bentuk menekuni, mengingat, merasa dan melaksanakan ajaran-ajaran agama (mencakup aspek-aspek afektif, konatif, kognitif dan motorik) untuk mengabdikan diri terhadap Tuhan dengan disertai perasaan jiwa tulus dan ikhlas, sehingga apa yang dilakukannya sebagai perilaku keagamaan dan salah satu pemenuhan atas kebutuhan rohaniahnya.

2. Aspek-aspek Kesadaran Beragama a) Aspek Kesadaran

I. Pemujaan atau Pengalaman Spiritual

Pemujaan adalah suatu ungkapan perasaan, sikap dan hubungan. Menurut Malinowski sebagaimana yang dikutip oleh Thomas F. O’Dea bahwa; perasaan, sikap dan hubungan ini diungkapkan tidak memiliki tujuan selain dalam dirinya sendiri, mereka merupakan tindakan yang mengungkapkan. Sedangkan pengalaman spritual mempunyai nilai misteri yang terkait dalam dirinya sehingga kita tidak dapat menalarkannya secara penuh. Hubungan yang diungkapkan dalam pemujaan maupun pengalaman spiritual tersebut merupakan hubungan dengan obyek suci.Sehinggadalamhubungannya dengan sesuatu yang suci tersebut dapat membangkitkan daya pikirnya yang selanjutnya mereka menghayati dan meyakini bahwa ada sesuatu yang obyek

(8)

yang bersifat suci untuk dijadikan sebagai tempat dan tujuan pengabdiand iri. Kesadaran ini timbul akibat adanya ungkapan perasaan, sikap dan hubungan antara manusia dengan sesuatu yang dianggap suci.

II. Hubungan Sosial

Teori fungsional memandang sumbangan agama terhadap masyarakat dan kebudayaan berdasarkan atas karakteristik pentingnya, yakni transendensi pengalaman sehari-harinya dalam lingkungan alam, dan manusiapun membutuhkan sesuatu yang mentransendensi pengalaman untuk kelestarian hidupnya, karena:

1) Manusia hidup dalam kondisi ketidakpastian, sebagai hal yang sangat penting bagi keamanan dan kesejahteraan manusia di luar jangkauannya. Dengan kata lain eksistensi manuasia ditandai oleh ketidakpastian.

2) Kesanggupan manusia untuk mengendalikandanuntuk mempengaruhi kondisi hidupnya, walaupun kesanggupan tersebut semakin meningkat. Pada titik dasar tertentu, kondisi manusia dalam kondisi konflik antara keinginan diridenganlingkungan yangditandaioleh ketidakberdayaan.

3) Manusia harus hidup bermasyarakat, dan masyarakat merupakan suatualokasi yang teraturdari berbagai fungsi, fasilitas danganjaran. b) Dimensi Keagamaan

Menurut Glock dan Stark sebagaimana dikutip oleh Jalaluddin Rakhmat, bahwa mereka telah membagi dimensi keagamaan menjadi lima bagian, yaitu: dimensi ideologi, dimensi ritualistik, dimensi eksperensial, dimensi intelektual dan dimensi konsekuensial.

1. Dimensi ideology

Bagiandarikeberagamaan yangberkaitan denganapayangharus dipercayai termasuk dalam dimensi ideology. Kepercayaan atau doktrin agamaadalahdimensiyangpalingdasar.Inilahyang

membedakanantaraagamayangsatudenganagamayanglainnya.

Adatigakategorikepercayaan. Pertama,kepercayaanyang menjadidasaresensialsuatu agama,yaitupercaya adanya Tuhan dan

(9)

utusannya dalam agamanya. Kedua, kepercayaan yang berkaitan dengan tujuan Ilahi dalam penciptaan manusia. Ketiga, kepercayaan yang berkaitan dengan cara terbaik untuk melaksanakan tujuan Ilahi tersebut, seperti orang Islam harus percaya bahwa untuk beramal shaleh mereka harus melakukan pengabdian kepada Allah SWT dan perkhidmatan kepada sesama manusia.

Kepercayaanmerupakanbentuk pengungkapan intelektual yang primordialdari berbagai sikap dan kepercayaan keagamaan. Kepercayaan atau mitos dianggap sebagai “filsafat primitif” yang hanya mengungkapkan pemikiran untuk memahami dunia, menjelaskan tentang kehidupan dan kematian, takdir dan hakekat, dewa-dewa dan ibadah. Tetapikepercayaanmerupakan jenis pernyataan manusiayang bersifat kompleks dan dramatis, karena pernyataan ini bersifat luas dan melibatkan fikiran, perasaan sikap dan sentimen.

2. Dimensi Ritualistik Dimensiritualistikadalahdimensikeberagamaan yangberkaitan dengansejumlahperilaku,yangdimaksud denganperilakudisini bukanlahperilakuumumyangdipengaruhi keimananseseorang melainkanmengacukepadaperilaku-perilaku khususyangditetapkan olehagama,sepertitatacaraibadah,pembaptisan,pengakuan dosa, berpuasa,ataumenjalankan ritus-rituskhusus padahari-hari yangsuci, seperti ritualistik dalam agama Islam adalah menjalankan shalat denganmenghadapkiblatbesertaruku’dansujudnya.

Ritualmerupakan transformasi simbolisdaripengalaman- pengalamanyangtidakdapatdiungkapkan dengantepatolehmedia lain. Karena berasal dari kebutuhan primer manusia, maka ia merupakankegiatanyangspontan, ialahirdariniattanpadisesuaikan dengansuatutujuanyangdisadari,pertumbuhannyatanparancangan

danpolanyabenar-benaralamiyah.Kegiataninidilakukanatasdasar

kebutuhanmanusia yang berhubungan dengansesuatuyangdianggap suci dengan maksud untuk mengabdikan dirinya, karena mereka

(10)

merasalebihrendahdibandingkandenganyangsucitersebut.

Dimensi ini mencakup kegiatan ritual itu sendiri, ketaatandanhal-halyangdilakukanorang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya. Kegiatan ritual mengacu pada seperangkat ritual semata, tindakan keagamaan formal dan praktek-praktek suci yang semua agama mengharapkan kepada penganutnyadapat melaksanakannya. Sedangkan ketaatan mengacu pada tindakan seseorang beragama dalam melaksanakan perintah agama dan meninggalkan larangan agama.

Antara kegiatan ritual dan ketaatan ini tidak dapat dipisahkan, karena keduanya bagaikan ikan dengan air. Apabila aspek ritual dari komitmen sangat formal dan khas publik maka agamapun mempunyai seperangkat tindakan persembahan dan kontemplasi personal yang relatif spontan, informal dan khas pribadi pula.

3. Dimensi eksperensial

Dimensi eksperensialberkaitan denganperasaan keagamaanyang dialamiolehpenganutagamaataudalampsikologi dapatdikatakan dengan“religiousexperiences”.Pengalaman keagamaan ini bisa saja terjadi sangat moderat, seperti kekhusukan di dalam menjalankan ibadah Khususnya shalat untuk agama Islam.

Pengalaman keagamaan adalah suatu pengalaman mengenai kekuasaan atau kekuatan, pengalaman keagamaan juga merupakan tanggapan terhadap hal atau peristiwa yang dialami sebagai hal yang (suci), yakni suatu pelepasan dari kekuasaan yang menanamkan suatu tanggapan tertentu yang sama-sama memadukan rasa hormat yang dalamdandayatarikyangkuat.

Dimensiiniberisikan danmemperhatikanfaktabahwasemua agama mengandung pengharapan tertentu dan mengacu kepada harapanbahwaorang-orang yangberagamaminimalmemilikidasar- dasarkeyakinan, kegiatanritual,kitabsucidantradisi-tradisi keagamaan. 4. Dimensi Intelektual

(11)

diketahuiolehparapengikutnya. IlmufikihdidalamIslam menghimpun informasitentangfatwaulama’berkenaandenganritual-ritual keagamaan.

Sikaporang dalammenerimaataumenilaiajaran

agamanyaberkaitaneratdenganpengetahuanagamayangdimilikinya. Orang yang sangat dogmatis tidak mau mendengarkan pengetahuan dari kelompok manapun yang bertentangan dengan keyakinan agamanya. 5. Dimensi konsekuensial

Dimensikonsekuensial menunjukkanakibatajaranagamadalam perilakuumumyangtidaksecaralangsung dansecarakhusus ditetapkanagama(sepertidalamdimensi ritualistik).Inilah efek ajaran agama pada perilaku individu dalam kehidupannya sehari-hari. Efek agama ini bisa jadi positif atau negatif baik pada tingkat personal maupun social.

Dimensi ini mengacu pada kebutuhan manusia terhadap agama, bahwa pentingnya agama dalam kehidupan sehari-hari manusia. Kehidupan manusia yang penuh dengan persoalan ini harus dikembalikan kepada agama dalam penyelesaiannya agar ditemukan kedamaian dan kesejahteran. Agama mengatur segala sikap dan perilaku sebagai konsekuensi manusia bahwa sikap dan perilaku tersebut ada pertanggungjawabannya kepada sesuatu yang lebih tinggi derajatnya serta untuk memenuhi atas kebutuhan dan kewajibannya sebagai makhluk beragama.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesadaran Beragama

Bahwainsandenganseluruhperwatakan,ciripertumbuhan dan perkembangannya adalahhasilpencapaiandariduafaktoryaitufaktor pembawaandanlingkungan, faktorinilahyangmempengaruhiinsanuntuk berinteraksi sejaklahirhinggaakhirhayat.Olehkarenaitu,begitukuatdan bercampuraduknya perananduafaktorini,makasukarsekaliuntuk menunjukkan perkembangan tubuhatautingkahlakusecarapastikepada salahsatudariduafaktor.

Menurut Dalyono bahwa setiap individu yang lahir ke dunia dengansuatuhereditastertentu. Ini berarti karakteritik individu

(12)

diperolehmelaluipawarisanataupemindahancairan-cairan “germinal” dari pihak kedua orang tuanya. Di samping itu, individu tumbuhdanberkembang tidak lepas dari lingkungannya,baik lingkungan fisik, psikologis, maupun lingkungansosial.

Dengandemikiandapatdiartikan bahwa faktor yang mempangaruhi kesadaran beragama ataupun kepribadian pada diri seseorang secara garis besarnya berasal dari dua faktor, yaitu: faktor internal (dari dalam atau pembawaan) dan faktor eksternal (dari luar atau lingkungan).

a. Faktor dari dalam (Internal)

Salah satu kelebihan manusia sebagai makhluk Allah SWT adalah dianugerahi fitrah (perasaan dan kemampuan) untuk mengenal Allah dan melakukan ajarannya. Dalam kata lain manusia dikaruniai insting religius (naluri beragama). Karena memiliki fitrah ini, kemudian manusia dijuluki sebagai “homo devinans” dan “homo religious” yaitu makhluk ber-Tuhan atau beragama. Fitrah beragama ini merupakan disposisi (kemampuan dasar) yang mengandung kemungkinan atau peluang untuk berkembang. Namun, mengenai arah dan kualitas perkembangan beragama manusia sangat tergantung pada proses pendidikanyangditerimanya.

Sepertidiatas,bahwasalahsatuhakekatwujud manusia,manusia adalahmakhlukyangberkembangkarenadipengaruhi

pembawaandanlingkungan.Sedangkanbentukdarihakekat wujud yang dimilikinya adalahkecenderunganuntukberagama.

Faktor internal yang dimaksudkan di sini adalah faktor dari dalam diri seseorang, yaitu segala sesuatu yang dibawanya sejak lahirdimana seseorang yang baru lahir tersebut memiliki kesucian (fitrah) dan bersih dari segala dosa serta fitrah untuk beragama.

Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda dalam hadisnya yangdiriwayatkanolehImamMuslim,yaitu:

Dariabuhurairah,sesungguhnyaRasulullahSAW bersabda: “Tiada anakyanglahirkecualidilahirkan dalamkeadaanfitrah,makaayahdan ibunyalahyang menjadikannyaYahudi, NasraniatauMajusi”. (H.R. Muslim).

(13)

penciptaan.Menuruthadisdiatas,bahwa manusia lahir membawa kemampuan-kemampuan, kemampuan itulah yang disebutpembawaan. Fitrah yang disebut di dalam hadisiniadalahpotensi,sedangpotensitersebutadalah kemampuan.Jadi,fitrah yang dimaksud disini adalah pembawaan.

Fitrahdisiniadalahkemampuan dasaryangsucipadasetiaporang yanglahir,yaituberagamaataukepercayaan adanyaTuhan.Fitrahakan berlangsung lurusatausebaliknya,tergantungpadapengaruhdanusaha orangtua danlingkunganyangmendidiknya.

Jadisejaklahirmanusiamembawafitrahdanmempunyaibanyakkecenderungan

, inidisebabkankarenabanyaknyapotensiyang

dibawanya.Dalamgarisbesarnyakecenderungan itudapatdibagidua, yaitukecenderungan menjadiorangyangbaikdankecenderungan menjadi orangyang jahat. Sedangkan kecenderungan beragama termasuk ke dalam kecenderungan menjadi baik.

b. Faktor dari luar (eksternal) 1. Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan manusia, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia social didalam berhubungan dengan kelompoknya atau secara individual semata, oleh karenanya manusia hidup itu harus saling berdampingan, karena antara manusia satu dengan manusia yang lainnya itu saling membutuhkan. Kelompok yang ada didalamkeluarga merupakan kelompok primer yang termasuk ikut serta dalam pembentukan norma-norma sosial pada diri seseorang.

Pengalaman-pengalaman interaksisosialdalamkeluargajuga ikut menentukancara-carabertingkahlakuterhadaporanglain dalam pergaulan sosial di luar keluarganya,termasuk menentukan perilakukeagamaannya, bagaimanamerekadapatmengenalTuhan dan melaksanakanajaran-ajaranagam.

Dalam kehidupan manusia, lingkungan

keluargalahyangmenjadikan dasar pembentukan perilakuseseorang, juga memberikan andil yang banyak dalam memberikan bimbingan danpendidikankeagamaan. Sebabsebelum seseorangmengenal dunia luar,

(14)

mereka terlebih dahulu menerima norma-norma dan pengalaman-pengalaman dari anggota keluarganya, terutama orang tualah yang berperan banyak dalam mendidik anak-anaknya. Orang tua dalam keluarga sangat menentukan pribadi anak dalam berperilaku terutama kesadaran beragama.

Sehubungan denganhaltersebut,ZakiahDaradjatmenyatakan bahwa orang tuaadalahpembinapribadiyangpertamadalam kehidupananak.Kepribadianorangtua,sikapdancarahidupmereka

merupakanunsur-unsurpendidikanyangtidak langsungyangdengan sendirinyaakanmasukdanmempengaruhipribadianakyangsedangtumbuhdanbe rkembang.

Seperti diungkapkanoleh HasanLanggulungbahwakewajiban keluargaadalah: 1).Mendidikakhlakyangbaikbagianaknya. 2).Membericontohyangbaikbagianak-anaknya dalamberpegang teguhkepadaakhlakmulia. 3).Menyediakanbagianak-anaknyapeluang-peluang dansuasana praktisdimanamerekadapatmempraktekkan akhlakyang diterimanyadariorangtua.

4).Memberitangggungjawab yangsesuaikepadaanak-anaknya supayamereka merasabebasmemilihdalambertindaktanduk. 5).Menunjukkan bahwakeluargaselalumengawasimerekadengan sadardanbijaksana. 6).Menjagamerekadariteman-temanyangmenyeleweng, tempat kerusakandanlain-lain. Pengaruh yangdisumbangkankeluargaadalahsangatpentingdalampembentukanjiwakeag amaan.WalaupunmenurutJalaludinperkembangan agama berjalan dengan unsur-unsur kejiwaan sehingga sulit diidentifikasikan secara jelaskarenapermasalahanyangmenyangkutkejiwaan manusia teramat rumit dan kompleks. Namun melalui fungsi jiwayangmasih sederhana tersebut, proses perilaku beragamaterlibat dan terjalin dalam lingkungan keluargayang

(15)

sebetulnya masih sederhana tersebut.

Jadidenganmelaluiperanorangtuadanhubungan yangbaik antaraorangtuadananakdalamprosespendidikan, makakesadaran beragamadapatberkembang melaluiperankeluarga dalam mempengaruhidanmenanamkannya terhadap anak,dimanaorang tualahyangbertanggung

jawabuntukmembentukperilakukeagamaanpadadirianakdalamkaitannyakesad aranberagama.

2. Lingkungan Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang mempunyai program yang sistematis dalam melaksanakan bimbingan, pengajaran dan latihan kepada anak (siswa) agar mereka berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Pengaruh sekolah terhadap perkembangan kepribadian anak sangat besar. Karena sekolah merupkan subtitusi dari keluarga dan para guru merupakan subtitusi dari orang tua.

Untuk mengembangkan fitrah beragama terhadap para siswa, maka sekolah terutama dalam hal ini guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangakan wawasan pemahaman, pembiasaan mengamalkan ibadah atau akhlak yang mulia terhadap anak didik.

Dalam kaitannya dengan hal diatas, Jalaludin mengemukakan bahwa: “pendidikan agama di lembaga pendidikan bagaimanapun akan member pengaruh bagi pembentukan jiwa keagamaan pada anak didik ”.Karena pendidikan agama pada hakekatnya merupakan pendidikan nilai, sehingga pendidikan agama lebih dititikberatkan pada pembentukan kebiasaan yang selaras dengan tuntutan agama”.

Faktor lain yang menunjang perkembangan beragama pada individudi lingkungansekolahadalah:

1) Kepeduliankepala sekolah, guru dan staf sekolah lainnya terhadappelaksanaanpendidikan agama(pemahamannilai-nilai agama) disekolah,baik melaluipemberiancontohdalambertutur kata,berperilakudanberpakaian yangsesuaidenganajaran agama.

(16)

2) Tersedianyasaranaibadah yang memadai dan mengfungsikannya secara optimal.

3) Penyelenggaraan ektrakurikulerkerohanianbagiparasiswadan ceramahataudiskusikeagamaansecararutin.

Dengan demikian lingkungan sekolah merupakan faktor yang potensial dalam rangka mendidik dan mengembangkan ajaran agama untuk anak didik, terutama melalui bidang studi pendidikan agama Islam dan membiasaan suasana keagamaan melalui berbagai kegiatan keagamaan dan perilaku sehari-hari sehingga dapat meningkatkan kesadaran beragama bagi mereka.

3. Lingkungan Masyrakat

Yang dimaksud lingkungan masyarakat di sini adalah situasi atau kondisi interaksi sosial dan sosio-kultural yang secara potensial berpengaruh terhadap perkembangan fitrah beragama atau kesadaran beragama individu. Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan yang berpengaruh setelah anak mendapatkan pendidikan dari keluarga dan sekolah.

Padalingkunganiniseseorangakanberhubungan denganhal-halyangasing,sehingga dalampertumbuhandan perkembangan pribadinya dihadapkan kepadapenyesuaian diriterhadaplingkungan tersebut.

Save M. Dagun mengatakan bahwa salah satu bentuk dari penyesuaiandiriadalahaktif bermain dengan teman sebayanya.Pertamaia berperansebagai penonton saja, kemudiania bermain sendiri, tahap bermainsendiri dilewatinya lalu ia bergabung untuk bermain dengan teman sebayanya.

Dalammasyarakat,seseorang(terutamapada masa pubertas)akan melaksanakan interaksi sosial dengan teman sebayanya atau anggota masyarakat lainnya. Apabila teman sepergaulan itu menampilkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilaiagama (berakhlak baik) maka iapun cenderung akan berakhlak baik. Begitu sebaliknya, apabila teman sepergaulan menampilkan perilaku yang kurang baik, amoral bahkan melanggarnorma-normaagama,makamereka akan terpengaruh untuk mengikuti perilaku

(17)

tersebut.

Dengan demikian lingkungan masyarakat merupakan faktor yang penting dalam rangka mengembangkan kesadaran beragama khususnya pada masa pubertas, hal ini dilakukan dengan pergaulan teman sebaya. Namun peran orang tua di keluarga dan para guru di sekolah senantiasa mengawasi dalam pergaulan tersebut, jangan sampai terjadi pergaulan yang mengarah ke hal yang melanggar ajaran agama.

C. Prilaku Remaja 1. Pengertian Prilaku

Dipandang dariaspekbiologisperilakuadalahsuatukegiatan atauaktivitasorganismeataumakhlukhidupyang bisadilihatsedangkan perilaku manusiapadahakikatnyaadalahtindakanatauaktivitasdari

manusiaitusendiriyangmempunyaibentanganyangsangatluasantara

lainberjalan,berbicara,menangis,tertawa,membaca dansebagainya, sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia adalah semua kegiatanatauaktivitas manusiabaikyangdapatdiamatilangsung maupun yangtidak dapat diamatioleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).

MenurutSkinnerseorang ahli psikologi yangdikutip Notoatmojdo (2003) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsang dari luar). Dalam teori Skinner ada 2 respon, yaitu:

a. Respondentresponatauflexive,yakniresponyang ditimbulkanoleh rangsangan-rangsangan(stimulustertentu). Stimulussemacamini disebutelecitingstimulationkarena menimbulkanrespon-responyang relative tetap. b. Operantresponsatauinstrumentalrespons,yakniresponyang timbul dan

berkembangkemudian diikuti oleh stimulus atau perangsangtertentu.Perangsanginidisebutreinforcingstimulationataureinforcerkare namemperkuat respon.

2. Pengertian Remaja

Remaja berasal dari kata latinadolensenceyang berarti tumbuh atau tumbuh

menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Remaja

sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak

(18)

Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa

remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum

memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa.

Masa remajaberlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi

wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.

Sedangkan menurut Zakiah Darajat (1990: 23) remaja adalah:masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anakmengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang

.

Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa remaja(adolescene)

diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12

hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir. Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan

masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa

remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa

remaja akhir 18 – 21 tahun (Deswita, 2006: 192)

Definisi yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik pematangan fisik, maupun psikologis.

Referensi

Dokumen terkait

Pada lembaga ini merupakan inti pendidikan yang sistematis dalam internalisasi pendidikan karakter kepada siswa, karena di sekolah lebih memperhatikan keseimbangan

10 “Analisis Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

partisipan di dalam situasi sosial untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari praktik sosial atau pendidik yang mereka lakukan, serta mempertinggi pemahaman

Sebelum price masuk semula ke dalam kawasan sell, price akan membuat Sebelum price masuk semula ke dalam kawasan sell, price akan membuat pergerakan turun naik yang panjang..

• Setelah peserta didik mengikuti proses pemebelajaran bersama guru dengan sikap kemandirian melalui WA Grup/ Google Class/LMS, peserta didik dapat Menunjukkan

Susan Stainback (1988 : 98) mengemukakan bahwa : interviewing provide the researcher a means to gain a deeper understanding of how the participant interpet a situation

Puji Syukur penulis sembahkan pada Tuhan YME atas kasih, berkat dan penyertaan-Nya yang selalu dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai

Apabila data tersebut stasioner pada ordo 0 (nol) atau pada “Level” maka data tersebut dapat menggunakan model ARMA.. Selanjutnya dilakukan uji stasioner dengan pendekatan