• Tidak ada hasil yang ditemukan

melalui bekerja. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKAWINAN USIA MUDA DI DESA RANDUAGUNG KABUPATEN LUMAJANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "melalui bekerja. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKAWINAN USIA MUDA DI DESA RANDUAGUNG KABUPATEN LUMAJANG"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

FAKTOR FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI PERKAWINAN USIA

MUDA DI DESA RANDUAGUNG

KABUPATEN LUMAJANG Yustina Erma Partiningsih

STIKes

William

Booth,

hrdga.cg@gmail.com

ABSTRAK

Pendahuluan: Perkawinan bagi manusia merupakan hal yang paling penting, karena dengan sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara sosial, biologis, psikologis maupun secara sosial. Pernikahan yang sukses sering ditandai dengan kesiapan kematangan emosi dan kesiapan memikul tanggung jawab. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perkawinan usia muda di Desa Randuagung Kabupaten Lumajang, yaitu faktor ekonomi, faktor pengetahuan, faktor orang tua, faktor media massa, dan faktor adat. Metode: Desain penelitian ini menggunakan rancangan “Deskripktif” kriteria inklusi wanita yang mengalami perkawinan usia muda <17 tahun dan bersedia menjadi responden dengan jumlah sampling 100 orang dan sampel yang digunakan sebanyak 80 responden. Metode yang digunakan adalah “Simple Random sampling”. Pengumpulan data dari responden menggunakan kuesioner. Data yang terkumpul kemudian ditabulasikan secara manual. Hasil: Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa semua faktor mempengaruhi terjadinya perkawinan usia muda. Pada faktor ekonomi didapatkan sebanyak 62 responden (77,5%), faktor pengetahuan sebanyak 71 responden (88,75%), faktor orang tua sebanyak 65 responden (81,25%), faktor media massa sebanyak 60 responden (75%) dan faktor adat sebanyak 76 responden (95%). Diskusi: Diantara faktor-faktor tersebut, faktor yang paling mempengaruhi perkawinan usia muda di Desa Randuagung Kabupaten Lumajang yaitu faktor adat sebanyak 76 responden (95%) . Hal ini dapat disebabkan karena sebagian besar responden mempunyai pendidikan rendah dan tidak bekerja sehingga faktor-faktor ini sangat berpengaruh pada pola pikir mereka tentang perkawinan usia muda. Karena itu kepada masyarakat yang memiliki sosial ekonomi rendah dapat ditingkatkan

melalui bekerja.

Kata kunci : Perkawinan usia muda, Faktor-faktor yang mempengaruhi perkawinan usia muda

ABSTRACT

Introduction: Marriage for human is the most important, because a marriage with a person will acquire the balance of life socially, biologically, psychologically and socially. Successful marriages are often characterized by the readiness of emotional maturity and readiness assume responsibility. The purpose of this study was to identify factors that influence child marriage in the village Randuagung Lumajang, namely economic factors, knowledge factors, parental factors, factors of mass media, and traditional factors. Methods: This research design using a design "Descriptive" inclusion criteria of women who experience early marriage <17 years old and willing to be respondents by the number of sampling 100 people and the samples used by 80 respondents. The method used is "purposive sampling". Collecting data from respondents using a questionnaire. The data collected and tabulated manually. Results: Based on the research results can be concluded that all factors affecting the occurrence of early marriage. On economic factors obtained were 62 respondents (77.5%), the knowledge factor as much as 71 respondents (88.75%), parental factors as much as 65 respondents (81.25%), mass media factor by 60 respondents (75%) and traditional factors as much as 76 respondents (95%). Discussions: Among these factors, the factor most affecting the young age of marriage in the village Randuagung Lumajang the customary factors as much as 76 respondents (95%). This can be caused because the majority of respondents have low education and no work so that these factors are highly influential on their thinking about early marriage. Because it's the people who have lower socioeconomic can be improved through the work.

Keywords: Marriage Young Age, Factors That Influence Child Marriage

(2)

2 PENDAHULUAN

Perkawinan bagi manusia merupakan hal yang paling penting, karena dengan sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara sosial, biologis, psikologis maupun secara sosial. Pernikahan yang sukses sering ditandai dengan kesiapan kematangan emosi dan kesiapan memikul tanggung jawab. Begitu memutuskan untuk menikah, mereka siap untuk memikul segala beban yang timbul akibat adanya pernikahan, baik yang menyangkut pemberian nafkah, pendidikan anak, maupun yang berkait dengan perlindungan. Batas usia dalam melangsungkan perkawinan adalah penting atau dapat dikatakan sangat penting. Batas umur perkawinan telah ditetapkan dalam pasal 7 ayat (1) UU No.1 Tahun 1974, yaitu perkawinan hanya diijinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai 16 tahun. Namun dalam prakteknya di dalam masyarkat sekarang ini banyak dijumpai sebagian masyarakat yang melangsungkan perkawinan usia muda dari umur 14 sampai 19 tahun. Sehingga Undang-Undang yang telah dibuat, sebagian tidak berlaku di suatu daerah tertentu meskipun Undang-Undang tersebut sudah sejak dulu. Menurut Soerojo Wignjodipuro (1967), bahwa perkawinan usia muda biasanya terjadi karena untuk sekedar memenuhi kebutuhan/kekurangan pembiayaan hidup orang tuanya, khususnya orang tua mempelai wanita. Menurut RT. Akhmad Jayadiningrat (1992), sebab-sebab utama dari perkawinan usia muda adalah keinginan untuk segera mendapatkan tambahan anggota keluarga, tidak adanya pengertian mengenai akibat buruknya perkawinan terlalu muda, baik bagi mempelai itu sendiri maupun keturunannya, dan sifat kolot orang jawa yang tidak mau menyimpang dari ketentuan adat. Berdasarkan pengamatan dan peniliti sendiri di Desa Randuagung Kabupaten Lumajang, didapatkan beberapa pasangan muda yang menikah karena masalah ekonomi keluarga wanita dengan harapan sang suami bisa membantu perekonomian keluarga wanitanya, adat perjodohan yang masih berlaku di daerah pedesaan, serta kurangnya pendidikan dan pengetahuan yang memadai sehingga mempengaruhi pola pikir pasangan

usia muda maupun orang tua terhadap dampak dari perkawinan usia muda.

Badan Pusat Statistika (BPS) tahun 2012 melansir data di Indonesia, terdapat 34,2% perempuan menikah dibawah usia 15 tahun, sedangkan pada laki-laki hanya 11,9%. Sementara usia perempuan melahirkan antara 13-18 tahun mencapai 18% dan perkawinan dibawah usia 18 tahun mencapai 49%. Padahal analisis sosial menunjukkan bahwa perkawinan dibawah umur merupakan salah satu penghambat peningkatan kualitas SDM dan turut berkontribusi memperparah indeks kemiskinan. Lima provinsi yang masih cukup tinggi frekuensi praktek perkawinan anak dibawah umurnya itu, berturut-turut adalah Jawa Timur (28%), Jawa Barat (27,2%), Kalimantan Selatan (27%), Jambi (23%), dan Sulawesi Tengah (20,8%). Berdasarkan data yang peneliti dapatkan di Desa Randuagung Kabupaten Lumajang, pada tahun 2013 terdapat 5 kasus perkawinan usia muda. Data yang melangsungkan perkawinan usia muda karena ekonomi keluarga ada 2 orang, sedangkan 2 orang lainnya karena faktor orang tua, dan 1 orang lagi karena faktor adat.

Mengingat keluarga adalah tempat pertama bagi tumbuh kembangnya anak sejak lahir hingga dewasa maka pola asuh anak dalam keluarga perlu disebarluaskan pada setiap keluarga. Perkawinan usia muda membawa pengaruh yang tidak baik bagi anak-anak mereka. Biasanya anak-anak kurang kecerdasannya (Ancok, 1975). Selain mempengaruhi aspek fisik, umur ibu juga mempengaruhi aspek psikologi anak, ibu usia muda sebenarnya belum siap untuk menjadi ibu dalam arti keterampilan dalam mengasuh anaknya. Ibu muda ini lebih menonjolkan sifat keremajaannya daripada sifat keibuannya. Masih banyak orang tua yang belum menyadari pentingnya keterlibatan mereka secara langsung dalam mengasuh anak. Tak jarang akibatnya merugikan perkembangan fisik, mental dan kesehatan anaknya sendiri. Dampak dari perkawinan usia muda akan mendatangkan banyak resiko dan bahaya, seperti kematian usia muda (dalam proses persalinan), terjangkit problem kesehatan, hidup dalam lingkaran kemiskinan, dan menderita buta aksara (karena tidak mengenyam pendidkan dasar) serta menimbulkan persoalan juga dalam

(3)

3 rumah tangga, seperti pertengkaran, percekcokan, bentrokkan antara suami istri dan kekerasan dalam rumah tangga. Emosi yang belum stabil, memungkinkan banyaknya pertengkaran dalam berumah tangga. Di dalam rumah tangga pertengkaran atau bentrokan itu hal biasa, namun apabila berkelanjutan akan mengakibatkan perceraian.

Dari uraian tersebut jelas bahwa pernikahan usia muda lebih banyak kerugian daripada manfaatnya. Orang tua harus disadarkan untuk tidak menikahkan / mengawinkan anaknya dalam usia dini dan harus diberi pemahaman dan pengetahuan akan dampak yang akan terjadi akibat dari perkawinan khususnya kesehatan anak perempuannya. Kepada masyarakat yang memiliki sosial ekonomi rendah hendaknya lebih meningkatkan keadaan ekonominya untuk dijadikan sebagai sumber penghasilan yang lain. Kepada pasangan usia muda yang belum menikah harus lebih memperhatikan dampak apa saja yang timbul dari perkawinan usia muda.

METODE

Berdasarkan tujuan penelitian metode yang digunakan penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu metode penelitian yang bertujuan utama untuk menjelaskan, memberi suatu nama, situasi atau fenomena dalam menemukan ide baru (Nursalam, 2003).

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi perkawinan usia muda di Desa Randuagung Kabupaten Lumajang.

Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh wanita yang mengalami perkawinan usia muda di Desa Randuagung Kabupaten Lumajang, yang berjumlah 100 orang.

Kriteria populasi pada penelitian ini yaitu wanita yang mengalami perkawinan usia muda <17 tahun di Desa Randuagung Kabupaten Lumajang.

Setelah disesuaikan dengan kriteria penelitian, didapatkan sampel berjumlah 80 orang. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik Simple Random Sampling karena cara pengambilan sampel dari semua anggota populasi dilakukan secara

acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi.

Pengambilan data tentang faktor – faktor yang mempengaruhi perkawinan usia muda di Desa Randuagung Kabupaten Lumajang dilakukan dengan menyebarkan kuisioner kepada responden. Dalam penelitian ini terdapat 25 pertanyaan dengan dua jenis pernyataan yakni pernyataan positif dan negatif. Jika pertanyaan positif jawaban “Sangat Setuju” diberi nilai 1, jawaban “Setuju” diberi nilai 2, jawaban “Tidak Setuju” diberi nilai 3, dan jawaban “Sangat Tidak Setuju” diberi nilai 4. Jika pertanyaan negatif jawaban “Sangat Setuju” diberi nilai 4, jawaban “Setuju” diberi nilai 3, jawaban “Tidak Setuju” diberi nilai 2, dan jawaban “Sangat Tidak Setuju” diberi nilai 1. Untuk penilaian setiap faktor nilai terendah = 5 dan nilai tertinggi = 10, kemudian hasil disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dengan menggunakan rumus untuk mendapatkan hasil prosentase. Kriteria hasil perhitungan ditetapkan setelah hasil prosentasenya diketahui kemudian hasilnya diolah dalam bentuk prosentase pada kriteria: Berpengaruh (≥ 50%) dan Tidak Berpengaruh (<50%),

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Desa Randuagung Kabupaten Lumajang No Pendidikan Jumlah (f) Persentase (%) 1 Tidak Sekolah 11 13,75 2 SD 29 36,25 3 SMP 25 31,25 4 SMA 15 18,75 Total 80 100

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa responden dengan pendidikan terakhir SD merupakan responden terbanyak dengan jumlah 29 orang (36,25%).

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

(4)

4 Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan

Pekerjaan di Desa Randuagung Kabupaten Lumajang No Pendidikan Jumlah (f) Persentase (%) 1 Tidak Bekerja 28 35 2 Petani 13 16,25 3 Buruh 17 21,25 4 Swasta 17 21,25 5 PNS 5 6,25 Total 80 100

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa responden dengan pekerjaan yakni tidak bekerja merupakan responden terbanyak dengan jumlah 28 orang (35%). Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Saat Ini

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Saat Ini di Desa Randuagung Kabupaten Lumajang

No Umur Saat Ini (Tahun) Jumlah (f) Persentase (%) 1 16 – 20 30 37,25 2 21 – 25 24 30 3 26 – 30 16 20 4 31 – 35 10 12,5 Total 80 100

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa responden dengan umur saat ini 16 – 20 tahun merupakan responden terbanyak dengan jumlah 30 orang (37,25%).

Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Saat Menikah

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Saat Menikah

No Umur Saat Menikah (Tahun) Jumlah (f) Persentase (%) 1 13 25 31,25 2 14 32 40 3 15 17 21,25 4 16 6 7,5 Total 80 100

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa responden dengan umur saat menikah 14 tahun merupakan responden terbanyak dengan jumlah 32 orang (40%).

Data Khusus

Data khusus dalam bab ini akan memaparkan hasil penelitian tentang pengaruh perkawinan usia muda di Desa Randuagung Kabupaten Lumajang.

Karakteristik dalam data khusus ini diantaranya adalah faktor ekonomi, faktor pengetahuan, faktor orang tua, faktor media massa, faktor adat dan faktor dominan yang mempengaruhi perkawinan usia muda di Desa Randuagung Kabupaten Lumajang. Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Ekonomi

Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan

Faktor Ekonomi Yang

Mempengaruhi Perkawinan Usia Muda

Faktor Ekonomi Jumlah (f) Persentase (%) Mempengaruhi 62 77,5 Tidak Mempengaruhi 18 22,5 Total 80 100

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa faktor ekonomi merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya perkawinan usia muda terbanyak dengan jumlah 62 orang (77,5%).

Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Pengetahuan

Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Pengetahuan Yang Mempengaruhi Perkawinan Usia Muda

Faktor Pengetahuan Jumlah (f) Persentase (%) Mempengaruhi 71 88,75 Tidak Mempengaruhi 9 11,25 Total 80 100

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa faktor pengetahuan merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya perkawinan usia muda terbanyak dengan jumlah 71 orang (88,75%).

(5)

5 Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Orang Tua

Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Orang Tua Yang Mempengaruhi Perkawinan Usia Muda

Faktor Orang Tua Jumlah (f) Persentase (%) Mempengaruhi 65 81,25 Tidak Mempengaruhi 18 18,75 Total 80 100

Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa faktor orang tua merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya perkawinan usia muda terbanyak dengan jumlah 65 orang (81,25%).

Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Media Massa

Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Media Massa Yang Mempengaruhi Perkawinan Usia Muda

Faktor Media Massa Jumlah (f) Persentase (%) Mempengaruhi 60 75 Tidak Mempengaruhi 20 25 Total 80 100

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa faktor media massa merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya perkawinan usia muda terbanyak dengan jumlah 60 orang (75%).

Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Adat

Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Adat Yang Mempengaruhi Perkawinan Usia Muda

Faktor Adat Jumlah

(f) Persentase (%) Mempengaruhi 76 95 Tidak Mempengaruhi 4 5 Total 80 100

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa faktor adat merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya perkawinan usia muda terbanyak dengan jumlah 76 orang

(95%).

Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Dominan

Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Dominan Yang Mempengaruhi Perkawinan Usia Muda di Desa Randuagung Kabupaten Lumajang Faktor-Faktor Frekuensi Jumlah Mempengaruhi Tidak Mempengaruhi Ekonomi 62 (77,5%) 18 (22,5%) 80 (100%) Pengetahuan 71 (88,75%) 9 (11,25%) 80 (100%) Orang Tua 65 (81,25%) 15 (18,75%) 80 (100%) Media Massa 60 (76%) 20 (25%) 80 (100%) Adat 76 (95%) 4 (5%) 80 (100%) Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa semua faktor mempengaruhi terjadinya perkawinan usia muda, akan tetapi faktor yang sangat mempengaruhi perkawinan usia muda di Desa Randuagung Kabupaten Lumajang terbanyak adalah faktor adat dengan jumlah 76 orang (95%). PEMBAHASAN

Faktor Ekonomi Yang Mempengaruhi Terjadinya Perkawinan Usia Muda Di Desa Randuagung Kabupaten Lumajang

Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar faktor ekonomi mempengaruhi terjadinya perkawinan usia muda yaitu sebanyak 67 responden (77,5%). Menurut Herawati (2009) mengatakan faktor sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan pokok sebab suatu perkawinan tidak bisa bertahan hanya dengan ikatan cinta dan kasih sayang saja bila tidak ada materi yang mendukungnya. Kita masih banyak menemui kasus-kasus dimana orang tua dililit hutang yang sudah tidak mampu dibayarkan.

(6)

6 Dan jika si orangtua yang terlilit hutang tadi mempunyai anak gadis maka anak gadis tersebut akan diserahkan sebagai “alat pembayaran” kepada si piutang. Dan setelah anak tersebut dikawini, maka lunaslah hutang-hutang yang melilit orang tua si anak. Oleh karena faktor ekonomi sangat mempengaruhi terjadinya perkawinan usia muda, maka perlu ada usaha untuk lebih meningkatkan keadaan ekonominya untuk dijadikan sebagai sumber penghasilan yang lain. Menurut Ahmad (2009) mengatakan peran pendidikan anak-anak sangat mempunyai peran yang sangat besar, jika seorang anak putus sekolah pada usia wajib sekolah, kemudian mengisi waktu dengan bekerja. Saat ini anak tersebut sudah merasa cukup mandiri, sehingga merasa mampu untuk menghidupi diri sendiri. Sebaliknya, jika anak yang putus sekolah tersebut menganggur. Bila dilihat pada Tabel 1 tentang pendidikan didapatkan sebagian besar responden pendidikan SD yaitu 29 responden (36,25%) ini berarti bahwa seseorang dengan pendidikan SD belum memiliki bekal keterampilan untuk bekerja jadi dalam kekosongan waktu tanpa pekerjaan membuat mereka akhirnya melakukan hal-hal yang tidak produktif. Salah satunya menjalin hubungan dengan lawan jenis, yang jika di luar kontrol membuat kehamilan di luar nikah. Disini terasa sekali makna dari wajib belajar 9 tahun. Jika asumsi kita anak masuk sekolah pada usia 6 tahun, maka saat wajib belajar 9 tahun terlewati, anak tersebut sudah berusia 15 tahun. Diharapkan dengan wajib belajar 9 tahun, maka akan punya dampak yang cukup signifikan terhadap laju angka perkawinan usia muda.

Faktor Pengetahuan Yang Mempengaruhi Terjadinya Perkawinan Usia Muda Di Desa Randuagung Kabupaten Lumajang

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar faktor pengetahuan mempengaruhi terjadinya perkawinan usia muda yaitu sebanyak 71 responden (88,75%). Menurut Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara dikutip oleh Hasbullah (1990) menyatakan bahwa pendidikan merupakan tuntutan dalam pertumbuhan anak-anak atau pendidikan yaitu upaya menuntun segala kekuatan kodrat yang ada

pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Kebutuhan pendidikan itu akan terpenuhi apabila aktivitas kegiatan ekonomi masyarakat dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga termasuk kebutuhan pendidikan anak-anaknya. Sebaliknya, apabila aktivitas kegiatan ekonomi orang tua tidak stabil yang akhirnya pendapatan orang tua tidak mencukupi akan berpengaruh pula pada upaya memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak, khususnya anak yang masuk usia remaja. Bila dilihat pada Tabel 2 mayoritas responden pekerjaannya adalah tidak bekerja ini artinya bahwa faktor ekonomi dan pendidikan saling berhubungan dalam mempengaruhi terjadinya perkawinan usia muda, karena jika ekonomi tidak mencukupi maka akan mempengaruhi pendidikan yang rendah sehingga pengetahuan pun kurang, akhirnya para orang tua menikahkan anak perempuannya sebagai solusi untuk mengurangi beban orang tuanya.

Faktor Orang Tua Yang Mempengaruhi Terjadinya Perkawinan Usia Muda Di Desa Randuagung Kabupaten Lumajang

Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar faktor orang tua mempengaruhi terjadinya perkawinan usia muda yaitu sebanyak 65 responden (81,25%). Menurut Theresia (2009), bahwa pola asuh merupakan pola interaksi orang tua dan anak, yaitu bagaimana cara sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak, termasuk cara penerapan aturan, mengajarkan nilai/norma, memberikan perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap dan perilaku baik sehingga dijadikan panutan bagi anaknya. Oleh karena faktor pendidikan orang tua yang rendah sehingga mempengaruhi pola asuh terhadap anaknya. Sehingga orang tua tersebut berpikir sempit untuk menikahkan anak perempuannya karena tidak mau anaknya disebut perawan tua. Oleh karena itu, pemahaman tentang pendidikan harus ditingkatkan sehingga bisa mengubah pola pikir orang tua, anak, serta masyarkat. Menurut Diane E. Papalia dan Sally Wendkos dalam bukunya Human

(7)

7 Development 1995, mengemukakan bahwa usia terbaik untuk melakukan perkawinan bagi perempuan 19 sampai 25 tahun, sedangkan untuk laki-laki usia 25 sampai 28 tahun diharapkan sudah menikah. Karena ini usia terbaik untuk menikah baik untuk memulai kehidupan rumah tangga maupun untuk mengasuh anak pertama. Bila dilihat pada Tabel 3 menunjukkan umur responden perempuan saat ini yang telah menikah pada usia 16-20 tahun yaitu 30 responden (37,25%) ini artinya umur mereka belum terlalu matang untuk membangun bahtera rumah tangga baik dalam perkembangan psikologis, dan emosi mereka yang masih labil sehingga juga akan mempengaruhi kecerdasan keturunan mereka.

Faktor Media Massa Yang Mempengaruhi Terjadinya Perkawinan Usia Muda Di Desa Randuagung Kabupaten Lumajang

Berdasarkan Tabel 8 menunjukkan bahwa sebagian besar faktor media massa mempengaruhi terjadinya perkawinan usia muda yaitu sebanyak 60 responden (75%). Menurut Andreas (2005) menyatakan internet merupakan media terbesar kedua setelah VCD yang digunakan untuk mengkonsumsi pornografi. Dulu orang tua mengkhawatirkan anak remaja tentang pornografi. Kondisinya sekarang kesempatan untuk mengakses pornografi tidak saja anak remaja, juga anak-anak mulai SD sampai SMP. Satu sisi, aktifitas remaja sudah lebih terbuka berinteraksi di luar rumah dan sekolah. Trend perilaku sudah mulai mengiring mereka kepada seksual menjadi tidak sehat. Misalnya dalam hal berpacaran. Dahulu orang berpacaran setelah tamat SMA. Lalu mundur menjadi SMA. Terus mundur menjadi SMP. Sekarang ada anak-anak masih SD sudah berpacaran. Secara psikologi terjadi percepatan perkembangan ketertarikan pada lawan jenis dan perkembangan seksualitas lebih cepat sehingga mereka ketagihan untuk melakukan seks bebas yang mengakibatkan hamil di luar nikah yang akhirnya mereka melakukan perkawinan di usia muda. Oleh karena itu peran orang tua sangat diperlukan di sini untuk tetap mengawasi, membimbing anak mereka supaya menggunakan fungsi media massa seperlunya untuk kebutuhan pendidikan. Goldscheider (Ibrahim, 1997) mengatakan terdapat hubungan yang positif

antara pendidikan, mata pencaharian, dan pendapatan dengan fertilitas. Dahulu sebagian besar masyarakat menilai anak sebagai sumber rezeki dengan pameo “banyak anak banyak rezeki” maka sekarang pameo tersebut berubah menjadi “banyak anak banyak beban”, apalagi jika ini terjadi pada masyarakat yang tergolong menengah ke bawah. Biasanya berawal dari ketidakmampuan mereka melanjutkan pendidikan mereka melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Terkadang mereka hanya bisa melanjutkan sampai sekolah menengah saja atau bahkan tidak bisa mengenyam sedikitpun kenikmatan pendidikan, sehingga menikah anak mereka merupakan salah satu solusi dari kesulitan yang mereka hadapi. Faktor Adat Yang Mempengaruhi Terjadinya Perkawinan Usia Muda Di Desa Randuagung Kabupaten Lumajang

Berdasarkan Tabel 9 menunjukkan bahwa mayoritas faktor adat mempengaruhi terjadinya perkawinan usia muda yaitu sebanyak 76 responden (95%). Menurut Bambang Suwondo (1992) mengatakan bahwa tujuan perkawinan menurut Hukum Adat adalah secara sosiologi untuk memperoleh pengakuan dari masyarakat setempat. Di beberapa daerah lainnya, masih terdapat pemahaman tentang perjodohan. Dimana anak gadisnya sejak kecil telah dijodohkan orang tuanya. Dan akan segera dinikahkan sesaat setelah anak tersebut mengalami menstruasi. Padahal umunya, anak-anak perempuan mulai menstruasi di usia 12 tahun. Maka dapat dipastikan anak tersebut akan dinikahkan pada usia 12 tahun, jauh di bawah batas usia minimum sebuah perkawinan yang diamanatkan UU (Ahmad, 2009). Menurut Zakiyah Daradjat (1995) mendefinisikan remaja sebagai anak yang ada pada masa peralihan dari masa anak-anak menuju usia dewasa pada masa peralihan ini biasanya terjadi percepatan pertumbuhan dalam segi fisik maupun psikis. Baik ditinjau dari bentuk badan, sikap, cara berpikir dan bertindak mereka bukan lagi anak-anak. Mereka juga belum dikatakan manusia dewasa yang memiliki kematangan pikiran. Bila dilihat pada Tabel 4 menunjukkan responden perempuan berdasarkan umur saat menikah yaitu 14 tahun sebanyak 32 responden (40%). Dengan demikian umur

(8)

8 dikatakan sangat penting dan berpengaruh dalam pernikahan. Hal ini disebabkan di dalam perkawinan menghendaki kematangan psikologis. Usia perkawinan yang terlalu muda dapat mengakibatkan meningkatnya kasus perceraian karena kurangnya kesadaran untuk bertanggung jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri.

Faktor Dominan Yang Mempengaruhi Terjadinya Perkawinan Usia Muda Di Desa Randuagung Kabupaten Lumajang

Berdasarkan Tabel 10 menunjukkan bahwa semua faktor mempengaruhi terjadinya perkawinan usia muda. Faktor yang sangat mempengaruhi perkawinan usia muda di Desa Randuagung Kabupaten Lumajang yaitu faktor adat sebanyak 76 responden (95%). Menurut Bambang Suwondo (1992) mengatakan bahwa tujuan perkawinan menurut Hukum Adat adalah secara sosiologi untuk memperoleh pengakuan dari masyarakat setempat. Hal ini disebabkan oleh adat istiadat masyarakat setempat yang membawa pengaruh faktor adat ke kehidupan nyata sehingga mempengaruhi kehidupan anak. Dibeberapa tempat masih menganut adat perjodohan sehingga mereka harus menikahkan anak mereka pada usia muda sehingga mengurangi beban orang tua mereka. Bahkan setelah lulus Sekolah Dasar mereka sudah dinikahkan oleh orang tua mereka. Dengan menikah pada usia muda akan mempengaruhi kehidupan anak. Dimana seorang anak mempunyai hak dan kewajiban. Seharusnya seorang masih harus mengeyam pendidikan tetapi dengan menikah pada usia muda hal tersebut tidak bisa didapat oleh anak tersebut serta mental seorang anak saat menikah pada usia belum tentu mampu untuk menghadapi kehidupan berumah tangga.

SIMPULAN

Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Faktor ekonomi sebagian besar mempengaruhi terjadinya perkawinan muda di Desa Randuagung Kabupaten Lumajang. Faktor pengetahuan sebagian besar mempengaruhi terjadinya perkawinan usia muda di Desa Randuagung Kabupaten Lumajang.

Faktor orang tua sebagian besar mempengaruhi terjadinya perkawinan usia muda di Desa Randuagung Kabupaten Lumajang.

Faktor media massa sebagian besar mempengaruhi terjadinya perkawinan usia muda di Desa Randuagung Kabupaten Lumajang.

Faktor adat sebagian besar mempengaruhi terjadinya perkawinan usia muda di Desa Randuagung Kabupaten Lumajang.

Faktor yang dominan mempengaruhi terjadinya perkawinan usia muda di Desa Randuagung Kabupaten Lumajang adalah faktor adat sebanyak 76 orang (95%).

SARAN

Diharapkan bisa memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang dampak perkawinan usia muda, sehingga perkawinan usia muda dapat dicegah.

Diharapkan Kepala Desa benar- benar memahami dan meningkatkan pendidikan warganya tentang dampak perkawinan usia muda dengan cara sering memberikan penyuluhan.

DAFTAR PUSTAKA

Alfiyah. 2009. www. alfiyah23. student. umm. ac. id/.

Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Dariya, Agus. 2007. Psikologi

Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta : Aditya

Dr. Yusuf Hanafi. 2002. Kontroversi Perkawinan Anak Di Bawah Umur. Bandung: Mandar Maju Misran. 2009. Tinggi Angka Kawin Muda.

http:/www.yahoo.com

Misran dan Sofian. 2009. Pernikahan Dini Meningkat. http:/www.yahoo.com Nursalam dan Siti Pariani. 2003. Pendidikan

Praktis Metode Riset Keperawatan. Jakarta: Infomedika.

(9)

9 Dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta: Penerbit Andi

Sarwono, Sarwito Wirawan. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Garuda Persaja.

Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Perkawinan. 2005. Bandung: Fokusmed.

Gambar

Tabel 3.   Distribusi  Responden  Berdasarkan  Umur Saat Ini di Desa Randuagung  Kabupaten Lumajang
Tabel 8.   Distribusi  Responden  Berdasarkan  Faktor  Media  Massa  Yang  Mempengaruhi  Perkawinan  Usia  Muda

Referensi

Dokumen terkait

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Selain dari beberapa karya di atas, Fazlur Rahman pernah menulis artikel yang berjudul “Iqbal in Modern Muslim Thoght” Rahman mencoba melakukan survei terhadap

Kebiasaan dalam pengelolaan pembuatan kue rumahan di Desa Lampanah memiliki kebiasaan kurang baik, hal ini di sebabkan karena pengelolaan kue rumahan oleh

Tujuan penelitian peng- embangan ini adalah menghasilkan modul interaktif dengan menggunakan learning content development system pada materi pokok usaha dan energi untuk

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

jarannya kepada guru keterampilan agar dapat membelajarkan kepada siswa yang lebih efektif dan ino- vatif. Pembelajaran berbasis kom- petensi diharapkan mampu

Semua kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan arah kebijakan yang telah ditetapkan oleh Kepala BATAN bersama dengan para Deputi/Sestama untuk membangun kinerja dan