Solusio Plasenta Page 1 BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Solusio plasenta atau disebut abruption placenta / ablasia placenta adalah separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri) dalam masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu kejanin, jika plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan mengakibatkan perdarahan yang hebat.
Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada plasenta previa oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar melalui vagina hampir tidak ada / tidak sebanding dengan perdarahan yang berlangsung internal yang sangat banyak pemandangan yang menipu inilah yang sebenarnya yang membuat solusio plasenta lebih berbahaya karena dalam keadaan demikian seringkali perkiraan jumlah, darah yang telah keluar sukar diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu berada dalam keadaan syok.
Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-kasus berat didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vaskular menahun, 15,5% disertai pula oleh pre eklampsia. Faktor lain diduga turut berperan sebagai penyebab terjadinya solusio plasenta adalah tingginya tingkat paritas dan makin bertambahnya usia ibu.
Gejala dan tanda solusio plasenta sangat beragam, sehingga sulit menegakkan diagnosisnya dengan cepat. Dari kasus solusio plasenta didiagnosis dengan persalinan prematur idopatik, sampai kemudian terjadi gawat janin, perdrhan hebat, kontraksi uterus yang hebat, hipertomi uterus yang menetap. Gejala-gejala ini dapat ditemukan sebagai gejala tunggal tetapi lebih sering berupa gejala kombinasi.Solusio plasenta merupakan penyakit kehamilan yang relatif umum dan dapat secara serius membahayakan keadaan ibu. Seorang ibu yang pernah mengalami solusio plasenta, mempunyai resiko yang lebih tinggi mengalami
Solusio Plasenta Page 2
kekambuhan pada kehamilan berikutnya. Solusio plasenta juga cenderung menjadikan morbiditas dan bahkan mortabilitas pada janin dan bayi baru lahir.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian solusio plasenta ? 2. Apa klasifikasi solusio plasenta?
3. Bagaimana etiologi dari solusio plasenta ?
4. Bagaimana tanda dan gejala dari solusio plasenta ? 5. Apa saja patofisiologi dari solusio plasenta ?
6. Pemeriksaan penunjang apa saja yang dapat dilakukan pada solusio plasenta ? 7. Bagaimana penatalaksanaan dari solusio plasenta ?
8. Pengobatan apa saja yang dapat dilakukan pada solusio plasenta ?
9. Komplikasi apa saja yang dapat terjadi pada kehamilan solusio plasenta ? 10. Asuhan keperawatan apa saja yang mungkin muncul pada solusio plasenta ?
C. TUJUAN PENULISAN
Untuk mengetahui:
1. Pengertian solusio plasenta 2. Klasifikasi solusio plasenta 3. Etiologi dari solusio plasenta
4. Tanda dan gejala dari solusio plasenta 5. Patofisiologi dari solusio plasenta 6. Pemeriksaan penunjang solusio plasenta 7. Penatalaksanaan dari solusio plasenta 8. Pengobatan dari solusio plasenta 9. Komplikasi dari solusio plasenta 10. Asuhan keperawatan solusio plasenta
Solusio Plasenta Page 3 BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SOLUSIO PLASENTA
Solusio plasenta adalah Lepasnya sebagian atau seluruh plasenta yang normal implantasinya di atas 22 minggu dan sebelum lahirnya anak. (Sastra winata sulaiman Dkk
,2003).
Solusio plasenta adalah Lepasnya plasenta dari insersi sebelum waktunya.(Manjoer Ariff,
2001).
Solutio Plasenta adalah lepasnya plasenta dengan implantasi normal sebelum waktunya pada kehamilan yang berusia di atas 28 minggu. (Arif Mansjoer, 2001).
Solutio Plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri sebelum janin lahir. (Prof. Dr. Hanifa Wikryosastro, 1992 ).
Solutio Plasenta adalah suatu keadaan dalam kehamilan viable, dimana plasenta yang tempat implantasinya normal (pada fundus atau korpus uteri) terkelupas atau terlepas sebelum kala III. (Dr. Chrisdiono. M. Achadiat,SP.2003).
B. KLASIFIKASI
Solusio plasenta diklasifikasikan menjadi beberapa tipe: 1. Sistem I berdasarkan gejala klinik yang ditimbulkan
a. Kelas 0 : Asimtomatik
Diagnosis ditegakkan secara responsif dengan menemukan hematoma atau daerah yang mengalami pendesakan pada plasenta.Ruptur sinus marginal juga dimasukkan dalam kategori.
Solusio Plasenta Page 4
b. Kelas 1 : Gejala klinis ringan dan terdapat hampir 48% kasus
Gejala meliputi : Mulai dari tidak adanya perdarahan pervaginam sampai perdarahan pervaginam ringan; uterus sedikit tegang; tekanan darah dan denyut jantung maternal normal; tidak ada koagulopati; dan tidak ditemukan tanda-tanda fetal distress.
c. Kelas 2 : Gejala klinik sedang dan terdapat hampir 27% kasus
Perdarahan pervaginam bisa ada atau tidak ada; ketegangan uterus sedang sampai berat dengan kemungkinan kontraksi tetanik ; takikardi maternal dengan perubahan ortostatistik tekanandarah dan denyut jantung ; terdapat fekal distress, dan hipofibrinogenemi (150-250 mg/dl).
d. Kelas 3 : Gejala berat dan terdapat hampir 24% kasus
Perdarahan pervaginam dari tidak ada sampai berat ; uterus tetanik dan sangat nyeri; syok maternal; hipofibrinogenemi (<150 mg/dl); koagulopati serta kematian janin.
2. Sistem II berdasarkan ada atau tidaknya perdarahan pervaginam a. Solusio plasenta yang nyata/tampak (revealed)
Terjadinya perdarahan pervaginam, gejala klinis sesuai dengan jumlah kehilangan darah, tidak terdapat ketegangan uterus, atau hanya ringan.
b. Solusio plasenta yang tersembunyi (concealed)
Tidak terdapat perdarahan pervaginam, uterus tegang dan hipertonus, sering terjadi
fetal distress berat.Tipe ini sering disebut Perdarahan Retroplasental.
c. Solusio plasenta tipe campuran (mixed)
Terjadi perdarahan baik retroplasental atau pervaginam; uterus tetanik.
3. Sistem III berdasarkan jumlah perdarahan yang terjadi a. Solusio plasenta ringan
Perdarahan pervaginam <100. b. Solusio plasenta sedang
Perdarahan pervaginam 100-500 ml, hipersensitifitas uterus atau peningkatan tonus, syok ringan, dapat terjadi fetal stress.
Solusio Plasenta Page 5
c. Solusio plasenta berat
Perdarahan pervaginam luas >500 ml, uterus tetanik, syok maternal sampai kematian janin dan koagulopati.
4. Sistem IV berdasarkan luasnya bagian plasenta yang terlepas dari uterus a. Solusio plasenta ringan
Plasenta yang kurang dari ¼ bagian plasenta yang terlepas.Perdarahan <250 ml. b. Solusio plasenta sedang
Plasenta yang terlepas ¼ - ½ bagian. Perdarahan <1000 ml,uterus tegang, terdapat
fetal stress akibat insufisiensi utoroplasenta.
c. Solusio plasenta berat
Plasenta yang terlepas > ½ bagian, perdarahan >1000 ml, terdapat fetal stress sampai dengan kematian janin, syok maternal serta koagulopati.
(Lauren A. Dutton dkk. 2012)
C. ETIOLOGI
Penyebab primer belum diketahui pasti, namun ada beberapa faktor yang menjadi predisposisi 1. Faktor kardio-reno-vaskuler
Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan eklamsia.Pada penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensi pada separuh kasus solusio plasenta berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi tersebut mempunyai penyakit hipertensi kronik, sisanya hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan.
2. Faktor trauma
a. Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.
b. Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan
c. Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain. 3. Faktor paritas ibu
Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Beberapa penelitian menerangkan bahwa makin tinggi paritas ibu makin kurang baik keadaan endometrium.
Solusio Plasenta Page 6
4. Faktor usia ibu
Makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun.
5. Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan solusio plasenta apabila plasenta berimplantasi di atas bagian yang mengandung leiomioma.
6. Faktor pengunaan kokain
Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan peningkatan pelepasan katekolamin yang bertanggung jawab atas terjadinya vasospasme pembuluh darah uterus dan berakibat terlepasnya plasenta. Namun, hipotesis ini belum terbukti secara definitif 7. Faktor kebiasaan merokok
Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu) bungkus per hari.Ini dapat diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya.
8. Riwayat solusio plasenta sebelumnya
Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada kehamilan berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak memiliki riwayat solusio plasenta. 9. Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena cava
inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan, dan lain-lain. (Manjoer Ariff dkk, 2001 dan Jan M. Kiebs dkk, 2010).
D. MANIFESTASI KLINIS (TANDA DAN GEJALA)
1. Solusio plasenta ringan
Solusio plasenta ringan ini disebut juga ruptura sinus marginalis, dimana plasenta terlepas kurang dari 1/4. Apabila terjadi perdarahan pervaginam, warnanya akan kehitam-hitaman dan sedikit sakit. Perut terasa agak sakit, atau terasa agak tegang yang sifatnya terus menerus.Walaupun demikian, bagian-bagian janin masih mudah diraba.Uterus yang agak tegang ini harus selalu diawasi, karena dapat saja menjadi semakin tegang karena perdarahan yang berlangsung.
Solusio Plasenta Page 7
2. Solusio plasenta sedang
Dalam hal ini plasenta terlepas lebih dari 1/4 bagian, tetapi belum 2/3 luas permukaan Tanda dan gejala dapat timbul perlahan-lahan seperti solusio plasenta ringan, tetapi dapat juga secara mendadak dengan gejala sakit perut terus menerus, yang tidak lama kemudian disusul dengan perdarahan pervaginam. Walaupun perdarahan pervaginam dapat sedikit, tetapi perdarahan sebenarnya mungkin telah mencapai 1000 ml. Ibu mungkin telah jatuh ke dalam syok, demikian pula janinnya yang jika masih hidup mungkin telah berada dalam keadaan gawat. Dinding uterus teraba tegang terus-menerus dan nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin sukar untuk diraba.Jika janin masih hidup, bunyi jantung sukar didengar. Kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal mungkin telah terjadi,walaupun hal tersebut lebih sering terjadi pada solusio plasenta berat.
3. Solusio plasenta berat
Plasenta telah terlepas lebih dari 2/3 permukaannnya.Terjadi sangat tiba-tiba.Biasanya ibu telah jatuh dalam keadaan syok dan janinnya telah meninggal.Uterus sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri.Perdarahan pervaginam tampak tidak sesuai dengan keadaan syok ibu, terkadang perdarahan pervaginam mungkin saja belum sempat terjadi.Pada keadaan-keadaan di atas besar kemungkinan telah terjadi kelainan pada pembekuan darah dan kelainan/gangguan fungsi ginjal.
(dr. Ida Ayu Chandranita Manuaba)
E. PATOFISIOLOGI
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas.
Apabila perdarahan sedikit, hematoma yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan plasenta, peredaran darah antara uterus dan plasenta belum terganggu, dan tanda serta gejalanya pun tidak jelas. Kejadiannya baru diketahui setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah lama yang berwarna kehitam-hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot uterus yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan
Solusio Plasenta Page 8
perdarahannya. Akibatnya, hematoma retroplasenter akan bertambah besar, sehingga sebagian dan akhirnya seluruh plasenta terlepas dari dinding uterus. Sebagian darah akan menyelundup di bawah selaput ketuban keluar dari vagina; atau menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban atau mengadakan ekstravasasi di antara serabut-serabut otot uterus. Apabila ekstravasasinya berlangsung hebat, seluruh permukaan uterus akan berbercak biru atau ungu. Hal ini disebut uterus Couvelaire, menurut orang yang pertama kali menemukannya. Uterus seperti itu akan terasa sangat tegang dan nyeri. Akibat kerusakan jaringan miometrium dan pembekuan retroplasenter, banyak tromboplastin akan masuk ke dalam peredaran darah ibu, sehingga terjadi pembekuan intravaskuler di mana-mana, yang akan menghabiskan sebagian besar persediaan fibrinogen. Akibatnya, terjadi hipofibrinogenemi yang menyebabkan gangguan pembekuan darah tidak hanya di uterus, akan tetapi juga pada alat-alat tubuh lainnya. Perfusi ginjal akan terganggu karana syok dan pembekuan intravaskuler. Oliguria dan proteinuria akan terjadi akibat nekrosis tubuli ginjal mendadak yang masih dapat sembuh kembali, atau akibat nekrosis korteks ginjal mendadak yang biasanya berakibat fatal.
Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus. Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali, atau mengakibatkan gawat janin.
Waktu, sangat menentukan hebatnya gangguan pembekuan darah, kelainan ginjal, dan nasib janin.Makin lama sejak terjadinya Solutio plasenta sampai selesai, makin hebat umumnya komplikasinya.
Solusio Plasenta Page 9 F. PATHWAY
Perdarahan
(Faktor Penyebab : Trauma hipertensi, usia ibu, paritas ibu dan lain-lain)
Hematoma
Pemeriksaan : terlihat cekungan pada permukaan maternal dengan bekuan darah yang berwarna kehitaman
Otot uterus tidak mampu menghentikan pendarahan, hematoma meluas
Sebagian/keseluruhan plasenta terlepas dari dinding uterus
Darah menyeludup dibawah selaput ketuban keluar dari vagina; menembus masuk kedalam kantong ketuban
Ekstravasasi diantara serabut otot uterus
Timbul bercak biru atau ungu pada perukaan uterus
Nyeri
Kerusakan jaringan miometrium dan pembekuan retroplasenter
Tromboplastin masuk kedalam peredaran darah ibu
Pembekuan intravaskuler; menghabiskan sebagian besar persediaan fibrinogen
Gangguan perfusi ginjal Oliguria, proteinuria
Hipofibrinogemi Gangguan pembekuan darah
Solusio Plasenta Page 10 G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder dan leukosit. b. Darah : Hb menurun, periksa golongan darah, lakukan cross-match test. Karena pada
solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah hipofibrinogenemia, maka diperiksakan pula COT (Clot Observation test) tiap l jam, tes kualitatif fibrinogen (fiberindex), dan tes kuantitatif fibrinogen (kadar normalnya 15O mg%).
2. Pemeriksaan plasenta
Plasenta dapat diperiksa setelah dilahirkan.Biasanya tampak tipis dan cekung di bagian plasenta yang terlepas (kreater) dan terdapat koagulum atau darah beku yang biasanya menempel di belakang plasenta yang disebut hematoma retroplacenter.
3. Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG) Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain terlihat daerah terlepasnya plasenta, janin dan kandung kemih ibu, darah dan tepian plasenta.
4. Kardioktokgrafi : untuk mengetahui kesejahteraan janin. Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada kehamilan 28 minggu.
H. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Medik
a. Tidak terdapat renjatan (syok) :usia gestasi < 36 minggu atau BTJ < 2500 gram. 1) Ringan :terapi konservatif bila ada perbaikan (perdarahan berhenti, kontraksi
uterus tidak ada, janin hidup dan keadaan umum ibu baik) dan dapat dilakukan pemantauan ketat keadaan janin dan ibu. Pasien tirah baring, atasi anemia, USG dan KTG serial (bila memungkinkan) dan tunggu partus normal. Terapi aktif dilakukan bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, kontraksi uterus terus berlangsung, dan dapat mengancam ibu dan atau janin). Bila perdarahan banyak, skor pelvik < 5 atau persalinan masih lama > 6 jam, lakukan seksio sesarea. Skor pelviks biasa dilakukan untuk mengetahui apakah kemungkinan persalinan dapat berlangsung pervaginam.
Solusio Plasenta Page 11 KONDISI PORTIO :
KETEBALAN 1. Tebal 3 cm : nilai=0 2. Tebal 2 cm : nilai=1
3. Tipis lunak 1 cm : nilai=2
4. Tidak teraba : nilai=3
KEKAKUAN 1. Kaku : nilai=0
2. Lunak : nilai=1
3. Mudah diregang : nilai=2
POSISI 1. Arah ke belakang : nilai=0
2. Agak ke belakang : nilai=1
3. Arah ke muka : nilai=2
PEMBUKAAN 1. Tidak ada : nilai=0 2. 1-2 cm : nilai=1 3. 3-4 cm : nilai=2 4. Lebih 5 cm : nilai=3
PRESENTASI KEPALA
1. 3 cm di atas garis IS : nilai=0
2. 2 cm di atas garis IS : nilai=1
3. 1 cm di atas/di garis IS : nilai=2
4. 1-2 cm di bawah garis IS : nilai=3
HASIL PENILAIAN KESELURUHAN
1. 10 (matang) : segera lahir sekitar 15 menit
2. Lebih dari 7 : kemungkinan persalinan pervaginam 100%
3. Nilai 5-7 : kemungkinan persalinan pervaginam 40-60%
4. Kurang dari 5 : kemungkinan persalinan pervaginam 0-15%.
Solusio Plasenta Page 12
Bila partus dapat terjadi < 6 jam, dan infus oksitosin (Indikasi : mengakhiri kehamilan dan memperkuat kontraksi rahim selama persalinan) .
2) Sedang / Berat : resusitasi cairan (pemberian cairan adekwat dalam waktu relatif cepat pada penderita gawat akibat kekurangan cairan), atasi anemia (transfusi darah), partus pervaginam bila < 6 jam (amniotomi dan infus oksitosin); bila perkiraan partus > 6 jam, lakukan seksio sesarea.
b. Tidak terdapat renjatan (syok): usia gestasi 36 minggu atau 2500 gram.
Solusio plasenta derajat ringan/sedang/berat bila persalinan lebih dari 6 jam, lakukan seksio sesarea.
c. Terdapat renjatan (syok):
Atasi renjatan, resusitasi cairan dan transfusi darah. Bila renjatan tidak teratasi, upayakan tindakan penyelamatan yang optimal.Bila renjatan dapat diatasi, pertimbangkan untuk seksio sesarea bila janin hidup atau partus lebih lama dari 6 jam.
2. Terapi Bedah
a. Partus per vaginam dengan kala dua dipercepat. b. Seksiosesarea atas indikasi medik.
c. Seksiohisterektomi bila terdapat perdarahan postpartum yang tidak dapat diatasi dengan terapi medikamentosa atau ligasi arteri uterina. Ligasi hipogastrika hanya boleh dilakukan oleh operator yang kompeten.
Solusio Plasenta Page 13 I. PENGOBATAN
1. Tindakan darurat. Jika terjadi defisiensi, mekanisme pembekuan harus di pulihkan sebelum melakukan upaya apapun untuk melahirkan bayi. Berikan kriopresipitat, FFP atau darah segar. Berikan teapi anti syok. Pantau keadaan janin terus menerus.
Pecahkan selaput ketuban, jika mungkin, terlepas dari kemungkinan cara pelahiran yang dipakai.
2. Tindakan spesifik.
a. Derajat 1. Jika pasien tidak dalam persalinan, tindakan menunggu dengan pengawasan ketat merupakan indikasi, karena pada banyak kasus pendarahan akan berhenti secara spontan. Jika persalinan mulai terjadi, siapkan persalinan pervaginam jika tidak ada komplikasi lebih lanjut.
b. Derajat 2. Siapkan pelahiran pervaginam jika persalinan diperkirakan akan terjadi dalam waktu sekitar 6 jam, terutama jika janin mati. Sekaio sesaria sebaiknya dilakukan jika terdpat bukti kuat adanya gaeat janin dan bayi mungkin hidup.
c. Derajat 3. Pasien selalu dalam keadaan syok, janin sudah mati, uterus tetanik dan mungkin terdapak defek koagulasi. Setelah memperbaiki koagulopati, lahirkan pervaginam jika dapat dikerjakan dalam waktu 6 jam. Perslinan per vaginam tampaknya paling baik untuk pasien multipara. Jika tidak, kerjakan seksio sesarea. (Ralph C. Benson, Martin L. Pernoll. 2009)
J. KOMPLIKASI
Komplikasi dapat terjadi baik pada ibu maupun janin: 1. Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu
a. Kegagalan pembekuan darah (coagulation failure), pada kasus yang berat dan perdarahan tersembunyi dapat terjadi. Gangguan pembekuan darah harus segera ditangani sebelum proses persalinan dilakukan. Transfusi dengan whole blood (darah lengkap yang mengandung semua komponen darah secara utuh, baik plasma maupun sel darahnya) adalah pilihan terbaik, fresh frozen plasma (Indikasi : untuk terapi defisiensi faktor pembekuan yang kongenital) dan konsentrasi platelet (diberikan saat
Solusio Plasenta Page 14
tubuh mengalami luka terutama apabila luka tersebut tidak mampu ditutup oleh vasokonstriksi pembuluh darah) dapat diindikasikan.
b. Emboli, syok yang berat sewaktu persalinan dapat disebabkan oleh emboli air ketuban. Setelah ketuban pecah ada kemungkinan air ketuban masuk ke dalam vena-vena tempat plasenta, endoserviks, atau luka lainnya. Air ketuban mengandung lanugo, verniks kaseosa, dan mekonium dapat menimbulkan emboli karena dapat menyumbat kapiler paru dan menimbulkan infark paru serta dilatasi jantung kanan. Emboli ini dapat menyebabkan kematian. Gejala yang timbul bila terjadi emboli yaitu sesak napas, sianosis, edema paru, syok, dan relaksasi otot-otot rahim dengan perdarahan pasca persalinan.
c. Kerusakan ginjal, syok hipovolemik yang berat dapat menyebabkan gagal ginjal dengan diawali hemoglobinuria, kemudian oliguria atau anuria. Hal ini dapat merusak tubulus ginjal atau nekrosis pada korteks ginjal. Untuk itu pada kasus solusio plasenta yang berat harus dilakukan monitoring pengeluaran urine secara cermat.Pre-eklampsia sering menyertai solusio plasenta, vasospasme ginjal kemungkinan besar makin intensif. Bahkan apabila solusio plasenta disertai penyulit koagulasi intravaskular berat, terapi perdarahan secara dini dan agresif dengan darah dan kristaloid sering dapat mencegah disfungsi ginjal yang bermakna secara klinis. Atas alasan yang tidak diketahui, proteinuria sering dijumpai, terutama pada solusio plasenta yang berat. Proteinuria ini biasanya mereda segera setelah pelahiran.
d. Apoplexi uteroplacenta (Uterus Couvelaire)
Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim dan di bawah perimetrium dan terkadang juga dalam ligamentum latum. Perdarahan ini menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna uterus berubah menjadi biru atau ungu yang biasa disebut Uterus couvelaire.Tapi apakah uterus ini harus diangkat atau tidak, tergantung pada kesanggupannya dalam membantu menghentikan perdarahan.
2. Komplikasi yang dapat terjadi pada janin
Hipoksia, anemia, retardasi pertumbuhan, kelainan susunan sistem saraf pusat, dan kematian janin.
Solusio Plasenta Page 15 BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Hemoragi pranatal terjadi di awal atau akhir kehamilan, karena masalah fisiologi tertentu, masing – masing dengan tanda dan gejala tersendiri, yang membantu membuat diagnosa banding dan membuat rencana perawatann. Pedoman umum untuk perawatan ini ditunjukan untuk mengatasi hemoragi klien antepranatal, dimana intervensi khusus yang tepat pada setiap masalah fisiologi diidentifikasi.
A. PENGKAJIAN DASAR DATA KLIEN : TEMUAN - TEMUAN UMUM 1. SIRKULASI
Hipertensi atau hipotensi mungkin ada. Pucat.
Pusing
2. INTEGRITAS EGO
Cemas, ketakutan, gelisah
3. MAKANAN/ CAIRAN
Mual / muntah
4. KEAMANAN
Penyakit inflamasi pelvis. Kejadian gonoroe berulang
5. SEKSUALITAS
Multipara dan usia ibu telah lanjut. Seksio sesaria sebelumnya.
Aborsi berulang pada trimester kedua atau ketiga
Jaringan parut servikal karena laserasi, konisasi servikal, aborsi elektif, atau dilatasi dan kuretase ( D & K )
Kondisi khusus dengan tanda dan gejala yang tepat telah disebutkan sesuai dengan urutan pada masa pranatal di mana hal ini dapat muncul.
Abrupsi Plasenta : pelepasan plasenta prematur terjadi selama trimester ketiga, biasanya
Solusio Plasenta Page 16 6. SIRKULASI
Hipertensi ( faktor pencetus )
Perdarahan, bila ada, mungkin berwarna gelap atau terang ; mungkin tersembunyi
7. MAKANAN / CAIRAN
Abdomen keras, seperti papan; uterus tegang dengan pembesaran simetris atau asimetris.
8. NYERI/KETIDAKNYAMANAN
Dapat mengalami nyeri dengan hemoragi retroplasenta; nyeri tekan nyata atau berat secara umum atau nyeri lokal; nyeri punggung bawah.
9. SEKSUALITAS
Peninggian fundus uterus
Relaksasi diantara kontraksi menurun secara progesif Janin hiperakaktif.
DJJ mungkin DBN atau dapat menunjukkan bradikardia atau takikardia.
B. PRIORITAS KEPERAWATAN
1. Mengevaluasi status klien/janin
2. Mempertahankan volume cairan sirkulasi
3. Bila mungkin berupaya mempertahankan kehamilan 4. Mencegah komplikasi
5. Memberikan dukungan emosional pada klien/pasangan
6. Memberikan klien/pasangan informasi tentang kemungkinan implikasi hemoragi jangka pendek dan panjang dari hemoragi
C. TUJUAN PULANG
1. Homeostasis tercapai
2. Mempertahankan kehamilan 3. Bebas dari omplikasi
4. Klien/pasangan menerima situasi secara konstruksif 5. Memahami kondisi, prognosis dan kebutuhan tindakan
Solusio Plasenta Page 17
DIAGNOSA KEPERAWATAN KEKURANGAN VOLUME CAIRAN
( KEHILANGAN AKTIF )
Dapat berhubungan dengan Kehilangan vaskuler berlebihan
Kemungkinan dibuktikan oleh Hipotensi, peningkatan frekuensi nadi, penurunan tekanan nadi, urin menurun/terkonsentrasi, penurunan pengisian vena, perubahan mental.
HASIL YANG DIHARAPKAN
KLIEN AKAN
Mendemonstrasikan kestabilan/perbaikan
keseimbangan cairan yang dibuktikan oleh tanda – tanda vital stabil, pengisian kapiler cepat, sensorium tepat, dan haluaran serta berat jenis urin adekuat secara individual.
TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL
MANDIRI
Evaluasi, laporan, dan catat jumlah serta sifat kehilangan darah. Lakukan
erhitungan pembalut; timbang
pembalut/pengalas
Perkiraan kehulangan darah membantu
membedakan diagnosa. Setiap gram peningkatan berat pembalut sama dengan kehilangan kira – kira 1 ml darah
Lakukan tirah baring. Instruksikan klien untuk menghindari Valsava manuver dan koitus
Perdarahan dapat berhenti dengan reduksi aktivitas. Peningkatan tekanan abdomen atau orgasme ( yang meningkatkan aktivitas uterus ) dpat merangsang perdarahan
Posisikan klien dengan tepat, terlentang dengan panggul ditinggikan atau semi-fowler pada plasenta previa. Hindari posisi trendelenburg
Menjamin keadekuatan darah yang tersedia untuk otak; peninggian panggul menghindari kompresi vena kava. Posisi semi-fowler’s memungkinkan janin bertintak sebagai tampon. Posisi trendelenburg dapat menurunkan keadaan pernapasan ibu
Catat tanda – tanda vital, pengisisan kapiler pada dasar kuku, warna membran mukosa/kulit dan suhu. Ukur tekanan vena sentral, bila ada
Membantu menentukan beratnya kehilangan darah, meskipun sianosis dan perubahan pada tekanan darah ( TD ) dan nadi adalah tanda – tanda lanjut dai kehilangan sirkulasi dan/ atau terjadinya syok. Juga
Solusio Plasenta Page 18
pantau keadekuatan penggantian cairan. Pantau aktivitas uterus, status janin
dan adanya nyeri tekan abdomen
Membantu menentukan sifat hemoragi dan kemungkinan hasil dari peristiwa hemoragi. Nyeri tekan biasanya ada pada kehamilan ektopik yang ruptur atau abrupsi plasenta. Catat religius; dapat menolak penggunaan produk darah dan menetapkan kebutuhan terapi alternatif. Klien mungkin menginginkan pembaptisan hasil konsepsi pada kejadian aborsi
Hindari pemeriksaan rektal atau vagina
Dapat meningkatkan hemoragi, khususnya bila plasenta previa marginal atau total terjadi
Pantau masukan/haluaran. Dapatkan sampel urin setiap jam; ukur berat jenis
Menentukan luasnya kehilangan cairan dan menunjukkan perfusi ginjal
Auskultasi bunyi napas Bunyi napas adventisus menunjukkan
ketidaktepatan/kelebihan penggantian. ( rujuk pada DK: kelebihan volume cairan, resiko tinggi terhadap)
Simpan jaringan atau hasil konsepsi yang keluar
Dokter mengevaluasi kemungkinan retensi jaringan/membran; pemeriksaan histologis mungkin perlu.
KOLABORASI
Dapatkan/tinjau ulang pemeriksaan darah cepat: HDL, jenis pencocokan silang, titer Rh, kadar fibrinogen, hitung trombosit, APTT, PT dan kadar HCG.
Menentukan jumlah darah yang hilang dan dapat memberikan informasi mengenaipenyebab. Ht harus dipertahankan di atas 30 % untuk mendukung transpor oksigen dan nutrien.
Pasang kateter indwelling Haluaran kurang dari 30 ml/jam menandakan
penurunan perfusi ginjal dan kemungkinan terjadinya nekosis tubuler. Haluaran yang tepat ditentukan oleh derajat defisit individual dan
Solusio Plasenta Page 19
kecepatan penggantian. Berikan larutan intravena, ekspander
plasma, drah lengkap, atau sel-sel kemasan, sesuai indikasi.
Meningkatkan volume darah sirkulasi dan mengatasi gejala – gejala syok.
Siapkan untuk laparatomi pada kasus kehamilan ektopik yang ruptur
Pengankatan tuba falopi yang ruptur dan kemungkinan ovarium, menghentikan hemoragi. ( catatan : bila tuba tidak ruptur, tindakan obat – obatan untuk melisis hasil konsepsi dapat melindungi tuba )
Siapkan untuk D dan K pada kasus molahidatidosa atau aborsi inkomplet. ( Rujuk pada MK: terminasi spontan )
Menghilangkan pembuluh korionik atau produk konsepsi yang melekat pada endometrium
Siapkankan untuk kelahiran sesaria bila ada diagnosa berikut : abrupsi plasenta berat bila janin hidup dan persalianan tidak terjadi; KID ; atau plasenta previa bila janin matur, kelahiran vagina tidak mungkin, dan perdarahan berlebihan atau tidak teratasi dengan tirah baring
Hemoragi berhenti berhenti bila plasenta di angkat sinus – sinus vena tertutup.
DIAGNOSA KEPERAWATAN PERFUSI JARINGAN, PERUBAHAN,
Uteroplasenta
Dapat berhubungan dengan Hipovolemia
Kemungkinan dibuktikan oleh Perubahan denyut jantung janin ( DJJ ) dan/atau aktivitas
Solusio Plasenta Page 20
KLIEN AKAN oleh DJJ dan aktivitas DBN serta tes nonstres reaktif
( NST )
TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL
MANDIRI
Perhatikan status fisiologi ibu, status sirkulasi, dan volume darah
Kejadian perdarahan potensial merusak hasil kehamilan, kemungkinan menyebabkan hipovolemia atau hipoksia uteroplasenta
Auskultasi dan laporan DJJ, catat bradikardia atau takikardia. Catat perubahan pada aktivitas janin ( hipoaktivitas atau hipertivitas )
Mengkaji berlanjutnya hipoksia janin. Pada awalnya, janin berespon pada penurunan kadar oksigen dengan takikardia dan peningkatan gerakan. Bila tetap defisit, bradikardia dan penurunan aktivitas terjadi
Catat kehilangan darah ibu mungkin dan adanya kontraksi uterus
Bila kontraksi uterus disertai dilatasi serviks, tirah baring dan medikasi mungkin tidak efektif dalam mempertahankan kehamilan. Kehilangan darah ibu secara berlebihan menurunkan perfusi plasenta Catat perkiraan tanggal kehilangan (
PTK ) dan tinggi fundus
PTK memberikan perkiraan untuk menentukankan viabilitas janin
Anjurkan tirah baring pada posisi miring kiri
Menghilangkan tekanan pada vena kava inferior dan meningkatkan sirkulasi plasenta/janin dan pertukaran gas
KOLABORASI
Berikan suplemen oksigen pada klien
Meningkatkan ketersediaan oksigen untuk ambilan janin. Janin mempunyai beberapa kapasitas perlekatan untuk mengatasi hipoksia dimana (1) disosiasi Hb janin ( melepaskan oksigen pada tingkat selular ) lebih cepat dari pada Hb dewasa, dan (2) jumlah sel darah merah janin lebih besar dari dewasa, sehingga kapasitas oksigen yang dibawa janin meningkat.
Solusio Plasenta Page 21
Lakukan/ulang NST sesuai indikasi Mengevaluasi secara elektronik respon DJJ terhadap gerakan janin, bermanfaat dalam menentukan kesejahteraan janin ( tes reaktif) versus hipoksia (nonreaktif )
Ganti kehilangan darah/ cairan ibu Mempertahan volume sirkulasi yang adekuat iuntuk tranpor oksigen. Hemoragi maternal mempengaruhi transfer oksigen uteroplasma secara negatif, menimbulkan kemungkinan kehilangan kehamilan atau memburuknya status janin . bila penyimpanan oksigen menetap, janin, kehabisan tenaga untuk melakukan mekanisme koping, dan kemungkinan SSP rusak/janin meninggal
Bantu dengan ultrasonografi dan amniosentesis. Jelaskan prosedur
Menentukan maturitas janin dan usia gestasi. Membantu menentukan viabilitas dan perkiraan hasil secara realistis
Dapatkan spesimen vagina untuk tes Apt, atau menggunakan tes Kleihauer-betke untuk mengevaluasi serum ibu, darah vagina, atau produk lavase lambung
Membedakan darah ibu dari darah janin dalam cairan amnion bila perdarahan vagina terjadi, memberikan perkiraan kasar dari jumlah darah janin yang hilang dan menunjukkan implikasi terhadap kapasitas pembawa oksigen, serta kebutuhan ibu terhadap injeksi imun globulin Rh ( RhIgG) bila kelahiran terjadi. Tes betke-Kleihauer lebih sensitif dan secara kuantitatif lebih akurat dari pada tes Apt Siapkan klien untuk intervensi bedah
dengan tepat.
Pembedahan perlu bila terjadi pelepasan plasenta yang berat; atau bila perdarahan berlebihan, terjadi penyimpangan oksgen janin, dan kelahiran vagina tidak mungkin, seperti pada kasus plasenta previa total ( plasenta letak bawah ), dimana pembedahan mungkin di indikasikan untuk menyelamatkan hidup janin.
Solusio Plasenta Page 22
DIAGNOSA KEPERAWATAN KETAKUTAN
Dapat berhubungan dengan Ancaman kematian ( dirasakan atau aktual ) pada diri sendiri, janin
Kemungkinan dibuktikan oleh Pengungkapan masalah khusus, peningkatan
ketegangan, stimulasi simpatis
HASIL YANG DIHARAPKAN
KLIEN AKAN
Mendiskusikan ketakutan mengenai diri, janin dan masa depan kehamilan, mengenali ketakutan yang sehat dan tidak sehat.
Mengungkapkan pengetahuan situasi yang akurat Mendemonstrasikan pemecahan masalah dan pengguanaan sumber – sumber secara efektif
Melaporkan/menunjukkan berkurangnya ketakutan dan/atau perilaku yang menunjukkan ketakutan
TINDAKAN/ INTERVENSI RASIONAL
MANDIRI
Diskusikan situasi dan pemahaman tentang situasi dengan klien dan pasangan
Memberikan informasi tentang reaksi individu terhada apa yang terjadi
Pantau respons verbal dan nonverbal klien/pasangan
Menandakan tingkat rasa takut yang sedang dialami klien/pasangan
Dengarkan masalah klien dan
dengarkan secara aktif
Meningkatkan rasa kontrol terhadap situasi dan memberikan kesempatan pada klien untuk mengembangkan solusi sendiri
Berikan informasi dalam bentuk verbal dan tertulis dan beri kesempatan klien untuk mengajukan pertanyaan jawab pertanyaan dengan jujur
Pengetahuan akan membantu klien mengatasi apa yang sedang terjadi dengan lebih efektif. Informasi tertulis nantinya memungkinkan klien untuk meninjau ulang informasi karena akibat tingkat stres, klien tidak dapat mengasimilasi informasi. Jawaban yang jujr dapat meningkatkan pemahaman dengan lebih baik serta menurunkan rasa takut.
Solusio Plasenta Page 23
Libatkan klien dalam perencanaan dan berpartisipasi dalam perawatan sebanyak mungkin
Menjadi mampu melakukan sesuatu untuk
membantu mengontrol situasi dapat menurunkan rasa takut
Jelaskan prosedur dan arti gejala - gejala
Pengetahuan dapat membantu menurunkan rasa takut dan meningkatkan rasa kontrol terhadap situasi
DIAGNOSA KEPERAWATAN CEDERA, RISIKO TERHADAP , Ibu
Faktor risiko dapat meliputi Hipoksia jaringan/organ, profil darah abnormal kerusakan sistem imun.
Kemungkinan dibuktikan oleh [ Tidak dapat diterapkan; adanya tanda/gejala untuk menegakkan diagnosa aktual ]
HASIL YANG DIHARAPKAN
KLIEN AKAN
Menunjukkan profil darah dengan hitung SDP. Hb dan pemeriksaan koagulassi DBN normal
Mempertahankan haluaran urin yang tepatuntuk situasi individu
TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL
MANDIRI
Kaji jumlah darah yang hilang. Pantau tanda/gejala syok. ( Rujuk pada DK :
kekurangan volume cairan [
kehilangan aktif ]
Hemoragi berlebihan dan menetap dapatmengancap hidup klien atau mengakibatkan infeksi pascapartum, anemia pascapartum, KID, gagal ginjal, atau nekrosis hipofisis yang disebabkan oleh hipoksia jaringan dan malnutrisi.
Catat suhu , hitung SDP, dan bau serta warna rabas vagina, dapatkan kultur bila dibutuhkan.
Kehilangan darah berlebihan dengan penurunan Hb meningkatkan risiko klien untuk kena infeksi
Catat masukan / haluaran urin, catat berat jenis urin
Penurunan perfusi ginjal mengakibatkan penurunan haluaran urin. Lobus anterior hipofisis yang membesar selama kehamilan, bila terjadi hemoragi
Solusio Plasenta Page 24
berisiko terhadap sindrom sheehan. Pantau respons merugikan pada
pemberian produk darah, seperti alergi atau reaksi hemolisis; atasi per protokol
Pengenalan dan intervensi dini dapat mencegah situasi yang mengancam hidup
Periksa petekie atau perdarahan dari gusi atau sisi intravena pada klien
Menandakan perbedaan atau perubahan pada koagulasi
Berikan informasi tentang risiko penerimaan produk darah
Komplikasi seperti hepatitis dan human immunodeficiency virus ( HIV )/ AIDS dapat tidak bermanifestasi selama perawatan di rumah sakit, tetapi mungkin memerlukan tindakan pada hari – hari berikutnya.
KOLABORASI
Dapatkan golongan darah dan
pencocokan silang
Meyakinkan bahwa produk yang tepat akan ttersedia bila diperlukan penggantian darah
Berikan penggantian darah Mempertakan volume sirkulasi untuk mengatasi
kehilangan cairan atau syok Pantau pemeriksaan koagulasi ( mis,
APTT, jumlah trombosit, kadar fibrinogen, FSP/ FDP ).
KID dengan disertai penurunan kadar fibrinogen dan terjadinya FSP dapat terjadi sebagai respons terhadap pelepasan trombplastin dari jaringan plasenta dan/atau janin mati. Agar supaya terjadi pembentukan bekuan, kadar fibrinogen harus kurang dari 100mg/dl
Berikan kriopresipitat dan plasma beku segar sesui indikasi. Hindari pemberian trombosit bila konsumsi masih terjadi ( mis, bila kadar trombosit turun )
Kriopresipitat menggantikan faktor – faktor pembekuan pada klien dengan dengan KID. Pemberian trombosit selama masih di konsumsi adalah kontroversial, karena ini dapat memperlama siklus pembekuan, mengakibatkan reduksi lanjut dari faktor – faktor pembekuan dan meningkatkan kongesti serta statis vena.
Solusio Plasenta Page 25
kematian janin, atau kematian satu janin pada kehamilan multipel, atau memblok siklus pembekuan dengan melindungi faktor – faktor pembekuan dan menurunkan hemoragi sampai terjadi perbaikan pembedahan.
Berikan antibiotik secara parental Mungkin diindikasikan untuk mencegah atau meminimalkan infeksi
Atasi masalah dasar ( mis,
pembedahan untuk abrupsi plasenta atau kehamilan ektopik, tirah baring di rumah untuk plasentaa previa
Menghentikan hemoragi; menurunkan kemungkinan cedera pada ibu
DIAGNOSA KEPERAWATAN NYERI ( AKUT )
Dapat berhubungan dengan Kontraksi otot/dilatasi serviks, trauma jaringan ( ruptur tuba fallopi )
Kemungkinan dibuktikan oleh Melaporkan nyeri, perilaku distraksi, respons otonomik ( perubahan pada nadi/TD )
HASIL YANG DIHARAPKAN
KLIEN AKAN
Melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang atau terkontrol.
Mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi/aktivitas hiburan.
TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL
MANDIRI
Tentukan sifat, lokasi, dan durasi nyeri. Kaji kontraksi uterus, hemoragi retroplasenta, atau nyeri tekan abdomen
Membantu dalam mendiagnosa dan memilih tindakan. Ketidaknyamanan dihubungkan dengan aborsi spontan dan mola hidatidosa karena kontraksi uterus, yang mungkin diperberat oleh infus oksitosin. Ruptur kehamilan ektopik mengakibatkan
Solusio Plasenta Page 26
nyeri hebat, karena hemoragi tersembunyi saat tuba fallopi ruptur ke dalam rongga abdomen. Abrusi plasenta disertai dengan nyeri berat, khususnya bila terjadi hemoragi retroplasenta tersembunyi.
Kaji stres psikologis klien/pasangan dan respon emosional terhadap kejadian
Ansietas sebagai respons terhadap situasi darurat dapat memperberat derajat ketidaknyamanan karena sindrom ketegangan takut nyeri
Berikan likungan yang tenang dan aktivitas untuk mengalihkan rasa nyeri. Instruksikan klien menggunakan metode relaksasi ( mis. Napas dalam visualisasi, distraksi). Jelaskan prosedur
Dapat membantu dalam menurunkan tingkat ansietas dan karenanya mereduksi ketidaknyamanan.
KOLABORASI
Berikan narkotika atau sedatif; beikan obat-obatan praoperatif bila prosudur pembedahan diindikasikan.
Meningkatkan kenyamanan; menurunkan risiko komplikasi pembedahan
Siapkan untuk prosedur bedah, bila diindikasikan
Tindakan terhadap penyimpangan dasar akan menghilangkan nyeri
DIAGNOSA KEPERAWATAN KELEBIHAN VOLUME CAIRAN, RISIKO
TINGGI TERHADAP
Faktor risiko dapat meliputi Penggantian kehilangan cairan berlebihan/cepat Kemungkinan dibuktikan oleh [tidak dapat diterapkan;adanya tanda/gejala untuk
menegakkan diagnosa aktual ]
HASIL YANG DIHARAPKAN
KLIEN AKAN
Menunjukkan TD,nadi, berat urin, dan tanda –tanda neurologis DBN,tanpa kesuitan pernapsan.
Solusio Plasenta Page 27
TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL
MANDIRI
Pantau adanya peningkatan TD dan nadi; catat tanda – tanda pernapasan seperti dispnea, krekels,atau ronki
Bila penggantian cairanberlebihan, gejala beban kerja sirkulasi berlebihan dan kesulitan pernapasan dapat terjadi. Selain itu, klien dengan abrupsi plasenta yang sudah hipertensi berisiko terhadap manifestasi respons regatif penggantian cairan, seperti pada klien dengan gangguan fungsi jantung.
Pantau dengan cermat kecepatan infus secara manual atau secara elektrik. Catat masukan/baluaran. Ukur berat jenis urin.
Masukan dan haluaran harus kira –kira sama dengan volume sirkulasi stabil. Haluaran urin meningkatkan dan berat jenis menurun bila perfusi ginjal dan volume sirkulasi kembali normal
Kaji status neurologis, perhatikan perubahan perilaku atau peningkatan kepekaan
Perubahan perilaku dapat menjadi tanda awal dari edema serebral karena retensi caira
KOLABORASI
Kaji kadar Ht
Kadar Ht dapat menandakan jumlah kehilangan darah dan dapat digunakan untuk menentukan kebutuhan dan keadekuatan penggantian.
DIAGNOSA KEPERAWATAN KURANG PENGETAHUAN [KEBUTUHAN
BELAJAR] mengenai rasional hemoragi, prognosis, dan kebutuhan tindakan
Dapat berhubungan dengan Kurang pemajanan dan tidak mengenal
sumber-sumber informasi
Kemungkinan dibuktikan oleh Meminta informasi, pernyataan yang salah konsep. Ketidaktepatan atau perilaku berlebihan
HASIL YANG DIHARAPKAN
KLIEN AKAN
Berpartisipasi dalam proses belajar
Solusio Plasenta Page 28
patofisiologi dan implikasi situasi klinis
TINDAKAN / INTERVENSI RASIONAL
MANDIRI
Jelaskan tindakan dan rasional yang ditentukan untuk kondisi hemoragi. Beri penguatan informasi yang diberikan oleh pemberi perawatan kesehatan lain
Memberikan informasi, memperjelas kesalahan konsep, dan dapat membantu menurunkan stres yang berhubungan
Berikn kesempatan bagi klien untuk
mengajukan pertanyaan dan
mengungkapkan kesalahan konsep
Memberikan klarifikasi dan konsep yang salah, identifikasi masalah-masalah,dan kesempatan untuk mulai mengembangkan keterampilan koping.
Diskusikan kemungkinan implikasi jangka pendek pada ibu/janin dari keadaan perdarahan
Memberikan informasi tentang kemungkinan komplikasi dan meningkatkan harapan realistis dan kerja dengan aturan tindakan
Tinjau ulang implikasi jangka panjang terhadap situasi yang memerlukan evaluasi dan tindakan ttambahan; mis., mola hidatidosa, disfungsi serviks, atau kehamilan ektopik.
Kadar HCG harus dipantau selama 1 tahun setelah pengeluaran mola hidatisdosa. Bila kadar tetap tinggi, kemoterapi diindikasikan, karena berisiko koriokarsinoma. Klien dengan aborsi spontan trimester kedua berulang dapat dilakukan prosedur shirodkar-barter. Klien dengan kehamilan ektopik dapat mengalami kesulitan mempertahankan setelah pengankatan tuba/ovarium yang sakit
Solusio Plasenta Page 29 BAB IV
PENUTUP A. KESIMPULAN
Solusio plasenta atau disebut abruption placenta / ablasia placenta adalah separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri) dalam masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu kejanin, jika plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan mengakibatkan perdarahan yang hebat.
Keadaan klien dengan solution plasenta memiliki beberapa macam berdasarkan tingkat keparahannya, tingkat keparahan ini dilihat dari volume perdarahan yang terjadi mulai dari solutio ringan hingga berat. Trauma langsung abdomen, hipertensi ibu hamil, umbilicus pendek atau lilitan tali pusat, janin terlalu aktiv sehingga plasenta dapat terlepas, tekanan pada vena kafa inferior, dan lain-lain diketahui bahwa sebagai penyebab dari solution plasenta. Beberapa faktor yang menjadi faktor predisposisi solution plasenta itu sendiri didapat dan diketahui mulai dari faktor fisik dan psikologis dengan kata lain ditinjau dari kebiasaan-kebiasaan klien yang dapat mendukung timbulnya solutio plasenta. Adapun komplikasi dari nadi, jumlah sel darah putih, atau bau/warna rabas vagina).pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas, usia kehamilan dan lamanya nadi, jumlah sel darah putih, atau bau/warna rabas vagina). berlangsung. Komplikasi terparah dari solution plasenta dapat mengakibatkan syok dari perdarahan yang terjadi, keadaan seperti ini sangat berpengaruh pada keselamatan dari ibu dan janin.Penatalaksanaan dari solutionplasenta dapat dilakukan secara konservatif dan secara aktif.Masing-masing dari penatalaksaan tersebut mempunyai tujuan demi keselamatan baik bagi ibu, janin, ataupun keduanya.
B. SARAN
1. Sebagai mahasiswa keperawatan dan sebagai calon tenaga kesehatan diharapkan mampu menguasai baik secara teori maupun prakteksolusio plasenta untuk dapat diterapkan pada masyarakat secara menyeluruh.
2. Perawat serta tenaga kesehatan lainnya mampu meminimalkan faktorrisiko dari solutio plasenta demi mempertahankan dan meningkatkan status derajat kesehatan ibu dan anak.
Solusio Plasenta Page 30 DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E, 2001, Rencana Perawatan Maternal / Bayi : Pedoman Untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien (Edisi 2). Alih Bahasa Monica Ester. Jakarta : EGC.
Dr. Chrisdiono. M. Achadiat,SP.2003.
HK, Joseph & M. Nugroho S. 2010.Catatan Kuliah Ginekologi dan Obstetri (Obsgyn). Yogyakarta: Nuha Medika.
Manjoer, Arif dkk,Kapita selekta kedokteran edisi II, jilid I penerbit Media Aesculapius FKUI 2001 hal.279).
Mansjoer, Arif. Kapita Selekta edisi 3 jilid 1, Media Aeskulapius. 2001.
Mansjoer, Arif. Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Jakarata : EGC. Prawirohardjo, Sarwono & Abdul Bari Saifudin.2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. Prof. Dr. Hanifa Wikryosastro. Ilmu Kebidanan Jakarta. PT Gramedia. 1992
POGI. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi Bagian I. Cetakan Kedua. Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1994.
Ralph C. Benson, Martin L. Pernoll.328. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Penerbit buku kedokteran EGC. 2009.
Sastra winata sulaiman Dkk,Obsterti Ilmu Kesehatan Reproduksi ,edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC,2003 hal.91.