• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEBARAN VEKTOR MALARIA YANG DITEMUKAN DI WILAYAH DESA SUKAJADI KECAMATAN CAMPAKA KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SEBARAN VEKTOR MALARIA YANG DITEMUKAN DI WILAYAH DESA SUKAJADI KECAMATAN CAMPAKA KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Dies Natalis ke-16 STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi PINLITAMAS 1 | Vol 1, No.1 | Oktober 2018 | ISSN 2654-5411

SEBARAN VEKTOR MALARIA YANG DITEMUKAN DI WILAYAH DESA

SUKAJADI KECAMATAN CAMPAKA KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

Lilis Puspa Friliansari, Samidjo Onggowaluyo, Ema Rahmawati

Department of Medical Laboratory Technology, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani , Email: liez_mpus@yahoo.com

ABSTRAK

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit protozoa dari genus Plasmodium sp. dan penularannya diperantarai oleh nyamuk Anopheles sp. Indonesia merupakan negara tropik yang memiliki suhu dan kelembababan yang sangat cocok untuk pertumbuhan dan penyebaran nyamuk penularnya. Terdapat lima kabupaten reseptif malaria di Provinsi Jawa Barat yang wilayah penyebarannya pada umumnya berbatasan langsung dengan daerah pantai selatan Jawa Barat yaitu Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Sukabumi, dan Cianjur.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sebaran vektor malaria yang ditemukan di wilayah Desa Sukajadi Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur. Metode yag digunakan adalah deskriptif survey. Dalam penelitian ini nyamuk yang ditangkap sejumlah 100 ekor. Nyamuk-nyamuk tersebut kemudian diidentifikasi untuk menentukan spesies dan dilakukan perhitungan tingkat kepadatan dari tiap spesies.

Dari hasil penelitian didapat persentase perbandingan jumlah spesies An. subpictus 9%, An. sinensis 13%, An. barbirostris 12%, dan An. aconitus 3% dan nyamuk non-vektor malaria sebesar 63%. Disarankan hendaknya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan pembedahan kelenjar toraks untuk menentukan status vektor aktual malaria.

Kata kunci: Malaria, Vektor Malaria, Anopheles sp.

ABSTRACT

Malaria is an infectious disease caused by protozoal parasites of the genus Plasmodium sp. and its transmission is mediated by Anopheles sp. Indonesia is a tropical country that has temperatures and humidity that are perfect for the growth and spread of infectious mosquitoes. There are five receptive districts of malaria in West Java Province whose dispersal area is generally bordered directly on the south coast of West Java, that is Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Sukabumi, and Cianjur.

The purpose of this study is to determine the ratio of population levels and types of malaria vectors found in Sukajadi Village District Campaka District Cianjur. The method used is descriptive survey. In this research the mosquitoes were captured a number of 100 tails. The mosquitoes were identified to determine the species and calculated the density of each species.

From the research results obtained percentage comparison of the number of species An. subpictus 9%, An. sinensis 13%, An. barbirostris 12%, and An. aconitus 3% and malaria non-vector mosquitoes are 63%. It is recommended that further research be undertaken by performing thoracic surgery to determine the actual vector status of malaria.

Keywords: Malaria, Malaria Vector, Anopheles sp PENDAHULUAN

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit protozoa dari genus Plasmodium sp. yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah dan organ hati manusia. Penyakit ini ditularkan oleh genus nyamuk Anopheles sp. betina, dan parasitnya dapat menyerang pada semua orang, baik laki-laki ataupun perempuan pada semua golongan

umur mulai dari bayi, anak-anak, dan orang dewasa (Kemenkes RI, 2015).

Di Provinsi Jawa Barat, terdapat lima kabupaten reseptif malaria yang wilayah penyebarannya pada umumnya berbatasan langsung dengan daerah pantai selatan Jawa Barat yaitu Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Sukabumi, dan Cianjur (Farihatun & Mamdy, 2016).

(2)

Kabupaten Cianjur merupakan salah satu wilayah administratif di Provinsi Jawa Barat, yang terdiri dari 32 Kecamatan dengan jumlah desa sebanyak 354. Desa Sukajadi memiliki luas wilayah 1.024 hektar terbagi ke dalam empat dusun, yaitu dusun Warung Bitung, dusun Gunung Sari, dusun Cibarengkok, dan dusun Sukasirna.

Secara geografis, desa Sukajadi kecamatan Campaka di bagian timur berbatasan dengan kabupaten Garut dan Sukabumi di bagian barat. Kedua kebupaten tersebut sebagian METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif survey. Populasi penelitian adalah seluruh nyamuk dewasa yang berhasil ditangkap yang berada di sekitar rumah, kebun, dan kandang ternak. Lokasi penangkapan nyamuk dilakukan di satu dusun yang dilakukan di 8 titik sampling. Jarak antara titik pengambilan sampel (sampling) dari satu tempat ke tempat yang lain yaitu sekitar 32 hektar. Penangkapan nyamuk Alat dan Bahan

Alat dan yang digunakan untuk penangkapan nyamuk antara lain yaitu aspirator, senter, kapas, kloroform, alkohol 70 %, dan paper cup. Sedangkan untuk proses Jalannya Penelitian

Penangkapan nyamuk dilakukan di wilayah Desa Sukajadi Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur. Identifikasi vektor dilakukan di Laboratorium Parasitologi Program Analis Kesehatan (D-3) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi.

Penangkapan nyamuk dilakukan di dalam dan di luar rumah dengan metode HLC (human landing collection) dan metode langsung pada nyamuk yang sedang istirahat (resting place). Nyamuk yang sedang hinggap ditangkap menggunakan aspirator, kemudian

wilayahnya berupa kawasan pantai dan merupakan wilayah endemik malaria. Jarak menuju kecamatan pantai Pelabuhanratu Sukabumi yaitu kira-kira 90 km dan jarak menuju pantai Rancabuaya Garut yaitu kira-kira 137 km.

Dari permasalahan tersebut di atas, maka perlu dilakukan pengkajian dalam bentuk penelitian mengenai sebaran vektor malaria yang ditemukan di wilayah desa Sukajadi Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur Jawa Barat.

dilakukan secara accidental dimana kondisi tempat yang terdapat rumah, kandang tenak, dan kebun yang berdekatan dijadikan lokasi penangkapan.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 100 ekor nyamuk dewasa yang berhasil ditangkap dari kebun, kandang ternak dan rumah. Penentuan spesies nyamuk (determinasi) dan identifikasi dilakukan dengan menggunakan kunci determinasi.

identifikasi nyamuk vektor malaria (Anopheles sp.) dengan menggunakan lup dan mikroskop binokuler

nyamuk yang berhasil ditangkap dipindahkan kedalam paper cup lalu dimatikan dengan menggunakan larutan kloroform. Nyamuk diawetkan dengan dimasukkan kedalam alkohol 70% Kemudian diberi label (jumlah nyamuk yang tertangkap, tanggal, dan lokasi penangkapan) (Suwito, et al, 2010). Nyamuk yang sudah diawetkan dalam alkohol 70% kemudian ditampung dalam cawan petri yang bagian bawahnya diberi alas putih, kemudian diidentifikasi dengan bantuan mikroskop binokuler.

(3)

Kabupaten Cianjur Jawa Barat

Analisis Data

Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan cara perhitungan tingkat persentase HASIL DAN PEMBAHASAN

Data diperoleh dari hasil penangkapan nyamuk yang dilakukan di lingkungan kebun, kandang ternak, dan rumah penduduk. Nyamuk yang berhasil ditangkap telah

diketahui adanya vektor potensial malaria yang ditemukan. Data hasil penangkapan nyamuk adalah sebagai berikut (Gambar 4.1)

9% Spesies 13% An. subpictus An. sinensis 12% An. barbirostris An. aconitus 63% Non-vektor 3%

Gambar 1: Persentase nyamuk yang ditangkap di area kebun, kandang ternak, dan rumah

Berdasarkan Gambar 4.1 menunjukkan bahwa vektor malaria yang ditemukan terdiri dari empat spesies, yaitu An. subpictus, An. sinensis, An. barbirostris, dan An. aconitus. Spesies-spesies ini ditemukan dari tiga tempat penangkapan yaitu area kebun, kandang ternak, dan lingkungan rumah penduduk. Diantara spesies nyamuk Anopheles sp. yang tertangkap dan menggigit pada malam hari yang paling dominan yaitu An. sinensis, yaitu sebanyak 13 ekor (13%).

Spesies yang paling banyak ditemukan pada penelitian yang dilakukan di wilayah Desa Sukajadi adalah Anopheles sinensis. Gandahusada et. al (1998) menyebutkan bahawa An. sinensis merupakan vektor malaria yang penyebarannya cukup luas pada beberapa pulau di Indonesia meliputi Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. Tingginya dominansi An. sinensis dibandingkan jenis vektor lainnya

karena nyamuk ini bersifat zoofilik, yaitu senang menghisap darah hewan sebagai sumber makanannya. Pada kondisi tertentu yang tidak terdapat pada hewan ternak, nyamuk An. sinensis juga menghisap darah manusia yang melakukan aktivitas di luar rumah. Karena sifat tersebut jenis nyamuk ini lebih banyak ditemukan di sekitar kebun (Soedarto, 2011).

Tingginya kepadatan An. barbirostris, karena spesies nyamuk ini bersifat antropofilik, lebih sering mengigit di luar rumah (eksofagik), dan lebih aktif pada malam hari. Nyamuk ini memiliki tempat istirahat tetap di luar rumah (pada tumbuhan) dan tempat istirahat sementara di kandang-kandang ternak (Onggowaluyo, Rinaldi, & Yuliansyah, 2017). Priadi, et. al (1991) menyebutkan bahwa dalam penelitiannya yang dilakukan di

(4)

Warudoyong (Cianjur) didapatkan nyamuk An. barbirostris yang dijumpai pada saat malam hari dan terdapat disekitar area kandang ternak. Hal ini sangat sesuai dengan kondisi lingkungan pada saat penangkapan nyamuk yang dlakukan di area kandang ternak dan kondisi setempat yang tidak jauh dari daerah persawahan. Gandahusada et.al (1998) menyebutkan bahwa di daerah pedalaman yang ada sawah, rawa, empang dan saluran irigasi ditemukan An. subpictus, An. aconitus, dan An. barbirostris.

Nyamuk An. subpictus berkembangbiak di zona pantai yang berair payau dan ditumbuhi ganggang ataupun lumut (Lestari, Adrial & Rasyid, 2016). Walaupun pada penelitian ini nyamuk An. subpictus paling banyak ditemukan di area kebun. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Soejoto dan Soebari (1988), pada umumnya tempat perindukan An. subpictus adalah tempat-tempat terbuka yang terkena langsung sinar matahari, nyamuk ini dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang berbeda kadar ga ramnya, sehingga An. subpictus dapat ditemukan bersama-sama. Pada tempat penangkapan yang dilakukan di sekitar rumah warga, nyamuk yang paling sedikit ditemukan adalah An. aconitus. Sesuai dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Priadi, et.al (1991) menyebutkan bahwa nyamuk An. aconitus ditemukan di Sindangjaya, Cikidangbayabang, dan Warudoyong (Cianjur). Munif (2009) dalam penelitiannya menyebutkan, bahwa nyamuk An. aconitus ditemukan istirahat di dalam rumah baik siang maupun malam dalam jumlah sedikit. Pada siang hari An. aconitus ditemukan banyak di tebing sungai. Gandahusada et al., (1998) menyebutkan, bahwa perilaku nyamuk An. aconitus lebih bersifat zoofilik daripada antropofilik dengan tempat istirahat tetap di luar rumah. Hal ini sesuai dengan kondisi lingkungan penangkapan nyamuk yang dilakukan disekitar rumah warga yang juga memiliki hewan ternak tidak jauh dari rumah,

sehingga memungkinkan bagi kehadiran An. aconitus untuk istirahat dan mencari darah. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Sanjaya, Puspa, dan Suhara (2015) di Pelabuhanratu Sukabumi terdapat enam spesies Anopheles sp. yang ditemukan yaitu An. aconitus, An. sundaicus, An. subpictus, An. barbirostris, An. balabacensis, dan An. maculatus. Terdapat kesamaan spesies yang ditemukan dari penelitian ini yaitu An.

aconitus, An. subpictus, dan An. barbirostris.

Hal ini dapat dipengaruhi oleh dengan kemampuan jarak terbang nyamuk. Jarak

terbang nyamuk Anophelini biasanya

mencapai 0,5 - 3 km, dan dapat juga dipengaruhi oleh transportasi (kendaraan, kereta api, kapal laut, dan kapal terbang) dan kencangnya angin (Zaman, 1997).

Nyamuk yang bersifat non-vektor lebih banyak ditemukan dari hasil penelitian ini seperti An. nigerrimus, Cx. quinquefasciatus,

Cx. annulirostris, Mn. annulata, Cx.

bitaeniorrhynchus, Mn. uniformis, dan Mn. dives. Hal ini sesuai dengan penelitian

sebelumnya yang telah dilakukan oleh Priadi,

et. al (1991) bahwa dalam penelitiannya lebih

banyak ditemukan nyamuk yang bersifat non-vektor meliputi genus Aedes sp, Anopheles sp,

Armiges sp, dan Culex sp. Banyaknya nyamuk

non-vektor yang didapatkan dapat juga dipengaruhi oleh intensitas hujan yang tinggi pada saat melakukan penelitian. Suwito, et al (2010) menyatakan semakin tinggi curah hujan akan menaikkan kepadatan nyamuk, demikian juga sebaliknya rendahnya curah hujan mengurangi kepadatan nyamuk. Kondisi ini memungkinkan bahwa lebih tingginya

kepadatan nyamuk non-vektor yang

ditemukan dibandingkan nyamuk vektor malaria.

An. nigerrimus banyak ditemukan, karena spesies nyamuk ini sering disebut nyamuk kebun yang bersifat antropozoofilik, yaitu lebih banyak menghinggapi hewan daripada manusia, senang pada tempat yang lembab, tanah berhumus, dan terlindung sinar

(5)

Kabupaten Cianjur Jawa Barat

matahari. Mn. dives dan Mn. uniformis bersifat antropozoofilik, karena senang menghinggapi manusia dan hewan, tetapi lebih sering pada hewan. Kedua spesies nyamuk ini memiliki tempat perindukan pada akar tumbuhan air, aktif menggigit pada malam hari, dan memiliki tempat istirahat tetap diluar rumah (misalnya pada kandang ternak).

Umumnya nyamuk Culex sp. bersifat antropozoofilik yaitu lebih suka menghisap darah manusia dan darah hewan sebagai sumber makanannya (Sukendra & Shidqon, 2016). Ditemukannya nyamuk Cx. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Desa Sukajadi Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur, ditemukan empat spesies vektor malaria yaitu An. subpictus 9 ekor

quinquefasciatus, Cx. annulirostris, dan Cx. bitaeniorrhynchus, hal ini sangat sesuai

dengan kondisi tempat penangkapan nyamuk yang dilakukan di lokasi keberadaan kandang ternak yang tidak jauh dari rumah warga. Tingginya dominansi non-vektor, karena di daerah tempat penelitian ditemukan keanekaragaman spesies nyamuk yang besar (di dalamnya meliputi genus Anopheles, Culex, dan Mansonia) (Onggowaluyo, Rinaldi, & Yuliansyah, 2017).

(9%), An. sinensis 13 ekor (13%), An. barbirostris 12 ekor (12%), dan An. aconitus 3 ekor (3%). Dengan spesies tertinggi kepadatannya yaitu An. sinensis (13%)

.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terima kasih di sampaikan kepada LPPM ka. Unit Penelitian Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi yang telah mendanai keberlangsungan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Babba, I. (2007). Faktor-faktor Risiko yang Mempengaruhi Kejadian Malaria. Semarang: Universitas Diponegoro. Depkes RI. (2004). Pedoman Ekologi dan

Aspek Perilaku Vektor.

Farihatun, A., & Mamdy, Z. (2016). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pencegahan Penyakit Malaria Pada Masyarakat di Desa Karyamukti Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada, 15(1), 109-110

Gandahusada, S., Ilahude, H. D., & Pribadi, W. (1998). Parasitologi Kedokteran (Edisi ketiga). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Hakim, L. (2010). Faktor Risiko Penularan Malaria Di Jawa Barat(Kajian

Epidemiologi Tentang Vektor, Parasit

Plasmodium, dan Lingkungan Sebagai Faktor Risiko Kesakitan Malaria). Aspirator, 2(1), 45-54.

Hakim, L. (2011). Malaria: Epidemiologi dan Diagnosis. Aspirator 3( 2) , 107-116. Kemenkes RI. (2011). Epidemiologi Malaria

di Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan.

Kemenkes RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia, 226.

Laihad, F. J. (2011). Eliminasi Malaria pada Era Desentralisasi. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Epidemiologi Malaria di Indonesia.

Lestari, S. Adrial & Rasyid, R. (2016). Identifikasi Nyamuk Anopheles Sebagai Vektor Malaria dari Survei Larva di Kenagarian Sungai Pinang Kecamatan

(6)

Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Jurnal Kesehatan Andalas, 5(3), 658.

Marpaung. (2006). Penyusunan Model Spasial Untuk Mepmprediksi Penyebaran Malaria (Studi Kasus Kabupaten Sukabumi Barat). Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Munif, Amrul. (2009). Nyamuk Vektor Malaria dan Hubungannya Dengan Aktivitas Kehidupan Manusia Di Indonesia. Aspirator, 1(2), 94-102. Noshirma, M. Willa, R. W. & Adnyana, N.

(2012). Beberapa Aspek Perilaku Nyamuk Anopheles barbirostris di Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2011. Media Litbang Kesehatan, 22(4), 165-166.

Onggowaluyo, J. S., Rinaldi, S. F., & Yuliansyah. (2017). Deteksi Dominansi Populasi Vektor Aktual Berdasarkan Studi Intervensi Lingkungan Alam, Sosial-Budaya, dan Bionomika Vektor pada Daerah yang Memiliki Riwayat Prevalensi Filariasis Tinggi. Laporan Akhir Penelitian Hibah Bersaing, 26-28. Priadi, et.al (1991). Populasi dan Aktivitas

Beberapa Jenis Nyamuk di Daerah Proyek PLTA Cirata. Buletin Penelitian Kesehatan.19(3)

Sanjaya, Y., Puspa, L., & Suhara. (2015). Distribution of malarian vector : A case study in Pelabuhanratu Region, West Java, Indonesia. Journal of Entomological Research, 39(3), 253-257. Sari, R. G., Nurhayati, & Rasyid, R. (2016).

Identifikasi Vektor Malaria di Daerah Sekitar PLTU Teluk Sirih Kecamatan Bungus Kota Padang, Jurnal Kesehatan Andalas, 5(3), 584-585.

Soejoto, Martono & Soebari. (1988).

Parasitologi Medik Jilid III Entomologi. Surabaya : Akademi Analis Kesehatan Deples RI. 44-58

Soejoto & Soebari. (1996). Parasitologi Medik Jilid II Entomologi. Surabaya : Akademi Analis Kesehatan Deples RI. 35-41

Sukendra & Shidqon. (2016). Gambaran Perilaku Menggigit Nyamuk Culex sp. Sebagai Vektor Penyakit Filariasis Wuchereria bancrofti. Jurnal Pena Medika, 6(1).

Sunarsih, E., Nurjazuli, & Sulistiyani. (2009). Faktor Resiko Lingkungan dan Perilaku yang Berkaitan Dengan Kejadian Malaria di Pangkalbalam Pangkalpinang. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, 8(1) Sutanto, et al. (2008). Buku Ajar Parasitologi

Kedokteran (Edisi Keempat). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Suwito, et al. (2010). Hubungan Iklim, Kepadatan Nyamuk Anopheles. J. Entomol. Indon, 7(1), 42-53.

Wahab, I. H. (2015). Deteksi Parasit Malaria dalam Sampel Darah untuk Menunjang Keperluan Diagnosis Berbasis Data Ciri Tekstur Warna. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Yudhastuti, R. (2008). Gambaran Faktor Lingkungan Daerah Endemis Malaria di Daerah Berbatasan. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 9-20.

Zaman, V. (1997). Atlas Parasitologi Kedokteran (Edisi kedua). Jakarta: EGC.

(7)

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang umum digunakan oleh orang dalam melakukan penetrasi terhadap sistem berbasis komputer ada 6 macam :..

Populasi adalah pasien Suspek Tuberculosis Paru yang tercatat dan berobat di Puskesmas di Kota Bengkulu yaitu sebanyak 235 orang dengan sample penelitian sebanyak

Bermacam-macam hal yang dapat mempengaruhi jumlah foto independen yang didapatkan serta tidak terekamnya beberapa spesies antara lain tujuan dalam pemasangan, durasi

1) Admin terdiri dari 2 pengguna yaitu bagian pembelian/outlet dan pemilik apotek. 2) Pengguna harus melakukan login terlebih dahulu untuk dapat mengakses aplikasi

Nilai kritis berarti harga / kadar maksimum yang dibutuhkan / masih dapat ditolerir oleh pertumbuhan tanaman pada kondisi normal, jika melebihi dari nilai tersebut maka unsur

Sebagai contoh, jika usaha Anda masih kecil dan mempunyai target market yang sama dengan bisnis seorang tokoh, Anda bisa add friends fb-nya

Dominasi oleh kaum wanita dalam sektor pertanian sebagai suatu konsekuensi kultural dari adat rebu, karena adat rebu tersebut membatasi partisipasi kaum pria dalam

Hasil studi di Afrika misalnya mengungkapkan bahwa sistem pertanian semi organik ternyata mampu meningkatkan produktivitas dan ketahanan pangan,