• Tidak ada hasil yang ditemukan

SERVICES MANAGEMENT OF GUIDANCE AND COUNCELING IN THE UNIVERSITY EDUCATION

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SERVICES MANAGEMENT OF GUIDANCE AND COUNCELING IN THE UNIVERSITY EDUCATION"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

SERVICES MANAGEMENT OF GUIDANCE AND COUNCELING IN THE UNIVERSITY EDUCATION

Siti Fitriana, S.Pd., M.Pd Dosen PPB/BK IKIP PGRI Semarang

fitrifitriana26@yahoo.co.id

Abstract: The existence of guidance and counceling in the university education needs several effort to achieve an individual optimal progress to accomplished the purpose of national education and the developing of high quality of human resource in Indonesia. The services of guidance and counceling the university in formally has not been handled properly it means the services of guidance and counceling in the University still depend on faculty trustee, so what the faculty trustee has done in lectures process is a form of guidance and counceling job. At this point a good services management guidance and counceling will be a system to support in speed up of accomplishing guidance and counceling services. A guidance and counceling services will never create, organize and achieved, if it does not has good quality of management system, which means has been done clearly, systematic and aimed.

Kata-kata kunci: Pengelolaan, Services of Guidance and Counceling, University Education

Akhir-akhir ini banyak diadakan pertemuan, seminar, diskusi, maupun lokakarya dan ditulis banyak makalah sehubungan dengan pembinaan mahasiswa. Semua itu menunjukkan meningkatnya perhatian pada bidang ini dan kesadaran para pendidik akan pentingnya aspek ini dalam keseluruhan pendidikan di Perguruan Tinggi. Hal ini menunjukkan keinginan kaum pendidik untuk mengenal dan memperhatikan mahasiswa serta meningkatkan pemahaman dan pembinaan mahasiswa. Tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di negara-negara lain menganggap bahwa perguruan tinggi makin dihargai dan diberi perhatian anggaran untuk pendidikan, khususnya untuk pendidikan di perguruan tinggi ditingkatkan. Perguruan tinggi makin dibanjiri oleh mahasiswa baik atas kemauan mahasiswa itu sendiri maupun atas kehendak orang tua. Mereka beranggapan bahwa pendidikan di perguruan tinggi penting dan menjadi idaman serta kebanggaan bagi yang dapat meraihnya.

(2)

Pendukung utama tercapainya sasaran pembangunan manusia indonesia bermutu adalah pendidikan yang bermutu. Penyelenggaraan pendidikan yang bermutu tidak hanya cukup hanya melalui transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi harus didukung dengan peningkatan profesionalisme dan sistem manajemen tenaga kependidikan, serta pengembangan kemampuan mahasiswa untuk menolong diri dalam memilih dan mengambil keputusan demi mencapai cita-citanya.

Kemampuan seperti ini tidak hanya menyangkut aspek akademis, tetapi juga menyangkut aspek perkembangan pribadi, sosial, kematangan intelektual, dan sistem nilai. Oleh karena pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang menghantarkan peserta didik pada pencapaian standar akademis yang diharapkan dalam kondisi perkembangan diri yang sehat dan optimal.

Adanya begitu banyak permintaan dan harapan sehubungan dengan pendidikan tinggi, menyebabkan pendidikan begitu sibuk dengan berbagai macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan. Meningkatkan mutu pendidikan, hingga “si mahasiswa dilupakan” orang perlu diingatkan bahwa perguruan tinggi terutama diadakan untuk mahasiswa (memberi perhatian tanpa memanjakan). Prinsip mendemokrasikan pendidikan, yang diterjemahkan membuka kesempatan bagi mereka yang mampu membuka problematik yang tidak terselesaikan. Karena begitu banyaknya orang yang “antre” untuk masuk, maka sering mereka yang terlibat dalam memberi kuliah di perguruan tinggi tidak mau tahu tentang keterlibatan dalam persoalan-persoalan yang tidak berhubungan dengan perkuliahan. Terhadap gejala banyaknya mahasiswa yang “putus sekolah” orang bersikap acuh tak acuh, karena masih banyak yang memerlukan tempat disana.

Peningkatan teknologi yang semakin pesat menyebabkan individu dan mahasiswa diabaikan. Dengan kata lain terjadilah proses depersonalisasi dehumanisasi yaitu perhatian, penghargaan dan pemanusiaan yang sangat diperlukan mahasiswa makin tidak dapat diraih oleh mahasiswa. “Si mahasiswa” berusaha menjadi angka, yang nasibnya ditentukan tanpa dikenal pribadi dan kondisinya.

Mahasiswa yang baru menamatkan sekolah menengah tingkat atas akan menghadapi banyak tantangan baru pada saat memasuki perguruab tinggi, misalnya

(3)

mengatur kembali pola kehidupan kehidupan sehari-hari, mengintegrasikan tuntutan belajar akademik dengan corak kehidupan dalam suatu asrama atau tempat kos, mengembangkan sikap membina ilmu demi kemajuan bangsanya, menyesuaikan diri dengan corak kehidupan kampus, mengatasi pertentangan yang seolah-olah timbul antara ilmu dengan agama, memikirkan masa memegang suatu jabatan yang semakin mendekat, meninjau kembali peranannya dalam lingkungan keluarga, mengembangkan corak pergaulan baru dengan jenis lain, dan seterusnya.

Lingkungan perguruan tinggi juga mengenal bidang administrasi sekolah, bidang pengajaran, dan bidang pembinaan. Bidang pembinaan mahasiswa mencakup pelayanan kesehatan, penyediaan perumahan dan fasilitas kafetaria, bantuan finansial, penyelenggaraan masa orientasi studi dan pengenalan kampus, pengelolaan berbagai kegiatan ekstrakurikuler, dan pelayanan bimbingan. Sebagian dari tantangan yang dihadapi oleh mahasiswa ditampung dalam pelayanan bimbingan, lebih-lebih tantangan yang menimbulkan kesulitan dan masalah bagi mahasiswa.

Adanya kesulitan dan masalah di pihak mahasiswa menjadi dasar pemikiran operasional dalam Usulan Pembentukan Unit Pelaksanaan Teknis Bimbingan dan Konseling di Perguruan Tinggi . Dasar pemikiran operasional dirumuskan sebagai berikut bahwa setiap mahasiswa dalam kehidupan pada dasarnya tidak bisa lepas dari masalah-masalah, bahwa kenyataannya tidak semua mahasiswa mampu memecahkan kesulitannya sendiri, sehingga mahasiswa yang tidak mampu memecahkan masalahnya sendiri perlu pertolongan orang lain. Pertolongan yang dimaksud adalah bantuan melalui pelayanan bimbingan. Tujuan dari bimbingan dan konseling diperguruan tinggi tidak berbeda dengan tujuan pelayanan bimbingan di jenjang pendidikan dibawahnya, yaitu supaya manusia muda mampu mengatur hidupnya sendiri, mengembangkan kepribadiannya sesuai dengan potensi-potensi yang dimiliki, menjamin taraf kesehatan mental yang wajar, mengintegrasikan studinya dalam pola kehidupan sehari-hari, dan merencanakan masa depannya dengan mengingat situasi hidupnya yang konkret.

Dengan demikian pengelolaan layanan bimbingan dan konseling di Perguruan Tinggi sangat penting untuk memperlancar pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling.

(4)

Suatu layanan bimbingan dan konseling tidak mungkin akan tercipta, terselenggara, dan tercapai bila tidak memiliki suatu sistem pengelolaan (manajemen) yang bermutu, dalam arti dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah.

PENGELOLAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Suatu program layanan bimbingan dan konseling tidak mungkin akan tercipta, terselenggara, dan tercapai bila tidak memiliki suatu sistem pengelolaan (manajemen) yang bermutu dalam arti dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah. Menurut Juntika Nurihsan (2004: 30) Aspek-aspek manajemen program layanan BK yaitu:

1. Perencanaan program dan pengaturan waktu pelaksanaan

Perencanaan tidak lain merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Sebagaimana disampaikan oleh Louise E. Boone dan David L. Kurtz (1984) bahwa: planning may be defined as the proses by which manager set objective, asses the future, and develop course of action designed to accomplish these objective. Sedangkan Nawawi (1992) mengemukakan bahwa : “Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau penetapan tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam fungsi ini.”

Arti penting perencanaan terutama adalah memberikan kejelasan arah bagi setiap kegiatan, sehingga setiap kegiatan dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien dan seefektif mungkin. Manfaat perencanaan bahwa perencanaan: (a) membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan; (b) membantu dalam kristalisasi persesuaian pada masalah-masalah utama; (c) memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran; (d) membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat; (e) memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi; (f) memudahkan dalam melakukan koordinasi di antara berbagai bagian organisasi; (g) membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami; (h) meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti; dan (i) menghemat waktu, usaha dan dana.

(5)

Indriyo Gito Sudarmo dan Agus Mulyono (1996) mengemukakan langkah-langkah pokok dalam perencanaan, yaitu :

a. Penentuan tujuan dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut: (a) menggunakan kata-kata yang sederhana, (b) mempunyai sifat fleksibel, (c) mempunyai sifat stabilitas, (d) ada dalam perimbangan sumber daya, dan (e) meliputi semua tindakan yang diperlukan.

b. Pendefinisian gabungan situasi secara baik, yang meliputi unsur sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya modal.

c. Merumuskan kegiatan yang akan dilaksanakan secara jelas dan tegas.

Hal senada dikemukakan pula oleh Nawawi (1992) bahwa terdapat empat tahap dalam perencanaan, yaitu : (a) menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan; (b) merumuskan keadaan saat ini; (c) mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan; (d) mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan.

Pada bagian lain, Indriyo Gito Sudarmo dan Agus Mulyono (1996) mengemukakan bahwa atas dasar luasnya cakupan masalah serta jangkauan yang terkandung dalam suatu perencanaan, maka perencanaan dapat dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu : (1) rencana global yang merupakan penentuan tujuan secara menyeluruh dan jangka panjang, (2) rencana strategis merupakan rencana yang disusun guna menentukan tujuan-tujuan kegiatan atau tugas yang mempunyai arti strategis dan mempunyai dimensi jangka panjang, dan (3) rencana operasional yang merupakan rencana kegiatan-kegiatan yang berjangka pendek guna menopang pencapaian tujuan jangka panjang, baik dalam perencanaan global maupun perencanaan strategis.

Perencanaan strategik akhir-akhir ini menjadi sangat penting sejalan dengan perkembangan lingkungan yang sangat pesat dan sangat sulit diprediksikan, seperti perkembangan teknologi yang sangat pesat, pekerjaan manajerial yang semakin kompleks, dan percepatan perubahan lingkungan eksternal lainnya. Pada bagian lain, T. Hani Handoko memaparkan secara ringkas tentang langkah-langkah dalam penyusunan perencanaan strategik, sebagai berikut:

(6)

a. Penentuan misi dan tujuan, yang mencakup pernyataan umum tentang misi, falsafah dan tujuan. Perumusan misi dan tujuan ini merupakan tanggung jawab kunci manajer puncak. Perumusan ini dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dibawakan manajer. Nilai-nilai ini dapat mencakup masalah-masalah sosial dan etika, atau masalah-masalah umum seperti macam produk atau jasa yang akan diproduksi atau cara pengoperasian perusahaan.

b. Pengembangan profil perusahaan, yang mencerminkan kondisi internal dan kemampuan perusahaan dan merupakan hasil analisis internal untuk mengidentifikasi tujuan dan strategi sekarang, serta memerinci kuantitas dan kualitas sumber daya -sumber daya perusahaan yang tersedia. Profil perusahaan menunjukkan kesuksesan perusahaan di masa lalu dan kemampuannya untuk mendukung pelaksanaan kegiatan sebagai implementasi strategi dalam pencapaian tujuan di masa yang akan datang. c. Analisa lingkungan eksternal, dengan maksud untuk mengidentifikasi cara-cara dan

dalam apa perubahan-perubahan lingkungan dapat mempengaruhi organisasi. Disamping itu, perusahaan perlu mengidentifikasi lingkungan lebih khusus, seperti para penyedia, pasar organisasi, para pesaing, pasar tenaga kerja dan lembaga-lembaga keuangan, di mana kekuatan-kekuatan ini akan mempengaruhi secara langsung operasi perusahaan.

Meski pendapat di atas lebih menggambarkan perencanaan strategik dalam konteks bisnis, namun secara esensial konsep perencanaan strategik ini dapat diterapkan pula dalam konteks pendidikan, khususnya pada tingkat persekolahan, karena memang pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang menghadapi berbagai tantangan internal maupun eksternal, sehingga membutuhkan perencanaan yang benar-benar dapat menjamin sustanabilitas pendidikan itu sendiri.

Manfaat dilakukanya perencanaan program secara matang adalah: (a) adanya kejelasan arah pelaksanaan program bimbingan, (b) adanya kemudahan mengontrol dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan bimbingan yang hendak dicapai, (c) Analisa situasi dan kondisi di sekolah, (d) penentuan jenis-jenis kegiatan yang akan dilaksanakan, (e)

(7)

penetapan metode dan teknik yang akan digunakan dalam kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan, (g) persiapan fasilitas dan biaya pelaksanaan kegiatan-kegiatan bimbingan yang direncanakan, serta (h) perkiraan tentang hambatan-hambatan yang akan ditemui dan usaha-usaha yang akan dilakukan salam mengatasi masalah.

2. Pengorganisasian Bimbingan dan Konseling

Fungsi manajemen berikutnya adalah pengorganisasian (organizing). George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa : “Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu, dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu”.

Lousie E. Boone dan David L. Kurtz (1984) mengartikan pengorganisasian : “… as the act of planning and implementing organization structure. It is the process of arranging people and physical resources to carry out plans and acommplishment organizational obtective”.

Dari kedua pendapat di atas, dapat dipahami bahwa pengorganisasian pada dasarnya merupakan upaya untuk melengkapi rencana-rencana yang telah dibuat dengan susunan organisasi pelaksananya. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pengorganisasian adalah bahwa setiap kegiatan harus jelas siapa yang mengerjakan, kapan dikerjakan, dan apa targetnya. Berkenaan dengan pengorganisasian ini, Hadari Nawawi (1992) mengemukakan beberapa asas dalam organisasi, diantaranya adalah : (a) organisasi harus profesional, yaitu dengan pembagian satuan kerja yang sesuai dengan kebutuhan; (b) pengelompokan satuan kerja harus menggambarkan pembagian kerja; (c) organisasi harus mengatur pelimpahan wewenang dan tanggung jawab; (d) organisasi harus mencerminkan rentangan kontrol; (e) organisasi harus mengandung kesatuan perintah; dan (f) organisasi harus fleksibel dan seimbang. Ernest Dale seperti dikutip oleh T. Hani Handoko mengemukakan tiga langkah dalam proses pengorganisasian, yaitu : (a) pemerincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi; (b) pembagian beban pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan yang logik dapat dilaksanakan

(8)

oleh satu orang; dan (c) pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan para anggota menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis.

Dalam pengorganisasian kegiatan layanan bimbingan dan konseling pendidikan tinggi dilakukan oleh konselor, wali kelas, dan staf administrasi.

3. Pelaksanaan Program Kegiatan Bimbingan dan Konseling

Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi.

Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota-anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.

Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.

Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini adalah bahwa seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika : (1) merasa yakin akan mampu mengerjakan, (2) yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya, (3) tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih penting, atau mendesak, (4) tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan dan (5) hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis.

Program yang telah direncanakan/disusun itu dilaksanakan melalui:

a) Persiapan pelaksanaan meliputi: Persiapan fisik (tempat dan perabot), perangkat keras; Persiapan bahan, perangkat lunak; Persiapan personil; Persiapan

(9)

Ketrampilan menerapkan/ menggunakan metode, teknik khusus, media dan alat; Persiapan administratip.

b) Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana meliputi: Penerapan metode, teknik khusus, media, dan alat; Penyampaian bahan, pemanfaatan sumber alam; Pengaktifan nara sumber; Efisiensi waktu; Administrasi pelaksana.

4. Mekanisme kerja Administrasi Bimbingan dan Konseling

Agar pelaksanaan layanan BK dapat berjalan secara teratur dan mencapai tujuan maka perlu adanya administrasi yang baik, teratur dan mantap. Sebab tanpa administrasi yang baik, teratur dan mantap maka proses pelaksanaan layanan bimbingan akan tidak mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.dengan memahami, mengetahui dan melaksanakan tugas, tanggung jawab dan wewenang yang dibebankan kepada masing-masing personil bimbingan, terciptalah suatu mekanisme kerja yang mantap.

5. Pengarahan, supervisi, dan penilaian kegiatan BK a. Pengarahan

Pengarahan adalah salah satu aspek penting dalam manajemen BK karena pengarahan sebagai suatu fase administratip yang mencakup koordinasi, kontrol, dan simulasi terhadap yang lain.

b. Supervisi kegiatan Bimbingan dan Konseling

Supervisi merupakan salah satu tahap penting dalam manajemen program bimbingan. Menurut Athur Jones (1970) supervisi mencakup dua bentuk kegiatan yaitu: (1) sebagai kontrol kualitas yang dilaksanakan untuk memelihara, menyelenggarakan, dan menentang perubahan, serta (2) mengadakan perubahan, penataan, dan mengadakan perubahan perilaku.

Adapun manfaat supervisi dalam program bimbingan adalah: (1) mengontrol kegiatan-kegiatan para personil bimbingan yaitu bagaimana pelaksanaan tugas da tanggung jawab mereka masing-masing, (2) mengontrol adanya kemungkinan hambatan-hambatan yang ditemui oleh para persobil bimbingan dalam melaksanakan tugasnya masing-masing, (3) memungkinkan dicarinya jalan keluar terhadap hambatan-hambatan dan permasalahan-permasalahan yang ditemui, (4) memungkinkan

(10)

terlaksanakannya program bimbingan secara lancar kearah pencapaian tujuan sebagaimana telah ditetapkan.

c. Penilaian Program Layanan

Penilaian merupakan langkah penting dalam manajemen program bimbingan. Tanpa penilaian tidak mungkin kita dapat mengetahui dan menidentifikasi keberhasilan pelaksanaan program bimbingan yang telah direncanakan. Penilaian program bimbingan merupakan usaha untuk menilai sejauh mana pelaksanaan program itu mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

BIMBINGAN DI PERGURUAN TINGGI 1. Pendekatan bimbingan di perguruan tinggi

Bimbingan di suatu lembaga baik isi maupun carabya dapat dilakukan secara insidental (bila situasi timbul) ataupun secara berencana dan sistematik. Pendekatan yang terakhir mengandung keuntungan/kekuatan karena:

- Dapat menampung permasalaha/kebutuhan yang ada di lembaga penting yang perlu diperhatikan atau ditangani dan disusun dalam suatu program kerja (program bimbingan).

- Dapat menggunakan keahlian maupun kemampuan yang ada diantara staf dalam suatu lembaga tertentu, dan dapat menggunakan staf secara lebih efisien denga mengadakan pembagian tugas dan tanggung jawab.

- Dapat diadakan evaluasi untuk menentukan keberhasilan dan diadakan tindak lanjut bilamana diperlukan.

Menurut Aryatmi (1999: 41) dalam menyusun program bimbingan di perguruan tinggi sebaiknya diberi tempat untuk bimbingan preventif, perkembangan (developmental)

(11)

dan kuratif. Dengan demikian bimbingan yang diprogramkan betul-betul sesuai dengan kebutuha dan masalah mahasiswa dan mendukung tercapainya tujuan pendidikan lembaga. 2. Beberapa bentuk/jenis layanan yang perlu diberikan di perguruan tinggi

a. Memberi orientasi kepada mahasiswa baru

Setiap permulaan sukar, demikian juga dengan hidup bermahasiswa bagi mahasiswa baru, yang mengharuskan dia mengadakan penyesuaian di berbagai aspek kehidupan seperti dalam cara belajar, cara hidup bermasyarakat dan bergaul di kampus dengan harapan dan tuntutan yang diperhadapkan kepadanya.

b. Memperkenalkan cara dan mengembangkan ketrampilan belajar

Hal-hal yang dapat kita tangani dalam memberi layanan ketrampilan belajar adalah : - Mahasiswa ditolong untuk mengenal kebiasaan belajar mereka, baik yang

menguntungkan maupun yang merugikan. Yang merugikan harus diganti, dan yang menguntungkan diteruskan atau dikembangkan.

- Memperkenalkan mahasiswa kepada cara belajar yang efektif.

- Memberi kesempatan kepada mahasiswa yang berminat untuk mengembangkan ketrampilan belajar.

- Membuat mahasiswa sadar akan faktor-faktor mempengaruhi prestasi belajar. c. Menolong mahasiswa membuat perencanaan studi

Bila dalam suatu perguruan tinggi ada sistem penunjukkan wali studi (dosen wali, dosen pembimbing) maka mereka itulah yang akan berbuat banyak dalam membantu mahasiswa agar dapat membuat rencana studi sebaik-baiknya, agar mahasiswa dapat menggunakan masa dan kesempatan studi sebaik dan seefisien mungkin.

d. Pembinaan/ pembentukan kepribadian mahasiswa

Kegiatan berorganisasi yang terpimpin merupakan kancah latihan bagi mahasiswa untuk berkomunikasi dengan teman pada dimensi tertentu, demikian juga kegiatan berdiskusi, seminar, kegiatan olehraga. Semua itu sangat penting bagi pembentukan

(12)

pribadi mahasiswa membutuhkan orang lain dari luar lingkungan sendiri yang disegani dan dihargai, yang dapat dimintai pertimbangan dan pengarahana.

e. Layanan Konseling

Konseling yang profesional dapat diberikan oleh mereka yang profesional di bidang ini, misalnya konselor di unit bimbingan, pengajar bimbingan dan konseling yang sejenis. Layanan konseling, atau konssultasi atau sekedar pemberian informasi sangat dibutuhkan dalam kehidupan mahasiswa di pergurua tinggi. Banyak masalah atau tekanan yang dimata si ”penderita” sifatnya sangat pribadi, namun mereka membutuhkan berbagai dengan orang lain atau memecahkan bersama orang lain.

3. Beberapa Catatan Bagi Perangkat Layanan Bimbingan Kepada Mahasiswa di Perguruan Tinggi.

Yang dimaksud dengan bimbingan disini adalah layanan bagi perkembangan, keberhasilan studi, dan kesejahteraan hidup mahasiswa. Kegiatan layanan kesejahteraan bagi mahasiswa adalah yang disebut ”student personnel service” ini mencakup:

a. Wali studi (dosen pembimbing), yang mempunyai kedudukan dan peranan yang kunci/penting. Ia dapat menolong dalam peranan sebagai penasehat, penolong, pendengar, pendidik, konselor. Peranan itu hanya dapat dimainkan dengan baik jika ia dipersiapkan, diberi fasilitas cukup dan deskripsi tugas yang jelas.

b. Unit bimbingan (pusat bimbingan, badan penasehat mahasiswa) dapat berbuat banyak dengan memebri layanan konseling, memberi kursus-kursus ketrampilan belajar, pemahaman dan penerapan nilai dalam pergaulan, pemecahan masalah secara bijak dan inteligen, pemahaman dan kepekaan terhadap keadaan dan kebutuhan lingkungan. c. Unit dan biro perangkat pembantu rektor urusan kemahasiswaan yang tugasnya

melayani mahasiswa seperti pemberian beasiswa, pinjaman, perumahan, dan lain-lain. d. Unit-unit layanan lain seperti unit yang menyelenggarakan kegiatan ko dan ekstra

kurikuler, layanan penempatan pada pekerjaan di dalam dan diluar kampus, dan lain-lain

(13)

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen BK diperguruan tinggi sangat diperlukan demi kelancaran program pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Lingkungan perguruan tinggi juga mengenal bidang administrasi sekolah, bidang pengajaran, dan bidang pembinaan. Bidang pembinaan mahasiswa mencakup pelayanan kesehatan, penyediaan perumahan dan fasilitas kafetaria, bantuan finansial, penyelenggaraan masa orientasi studi dan pengenalan kampus, pengelolaan berbagai kegiatan ekstrakurikuler, dan pelayanan bimbingan. Sebagian dari tantangan yang dihadapi oleh mahasiswa ditampung dalam pelayanan bimbingan, lebih-lebih tantangan yang menimbulkan kesulitan dan masalah bagi mahasiswa.

Dengan demikian manajemen layanan bimbingan dan konseling sebagai dukungan sistem dalam memperlancar pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Suatu layanan bimbingan dan konseling tidak mungkin akan tercipta, terselenggara, dan tercapai bila tidak memiliki suatu sistem pengelolaan (manajemen) yang bermutu, dalam arti dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah.

DAFTAR PUSTAKA

George R. Terry. 1986. Theory, Methods, and Processes of Counseling and Psychoterapy. Englewood Cliffs: Prentice-Hall.

Hadari Nawawi. 1992. Administrasi dan Organisasi Bimbingan dan Penyuluhan. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Juntika Nurihsan, Ahmad & Sudianto, Akur. 2004. Manajemen Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Grasindo.

Siswohardjono, Aryatmi. 1999. Perspektif Bimbingan Konseling dan Penerapannya di berbagai Institusi. Semarang: Satyawacana.

Winkel, WS & Hastuti, Sri. 2004. Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penelitian tentang pengaruh aktivitas keagamaan orang tua terhadap penguasaan materi pelajaran Pendidikan Agama Islam , khususnya ibadah yang meliputi

1) Guru menjelaskan pada peserta didik didik bahwa mereka akan mengambil bagian dalam suatu permainan yang menuntut mereka untuk berfikir dan bertindak cepat. 2) Guru

Untuk menggunakan aplikasi ini sangat dibutuhkan adanya koneksi internet yang kuat, terutama saat mengaplikasikan Multiplayer Game , karena multiplayer game

Fitri Handayani yang sedang menjalani pendidikan dokter spesialis patologi klinik di FK USU, ingin menjelaskan kepada Bapak/Ibu tentang penelitian yang akan saya lakukan tentang

Husain, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas VI.. SD INPRES 1 Tondo”, e -Jurnal

Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang dapat diambil adalah “Bagaimana merancang sebuah sistem basis data akademik yang nantinya akan mampu menyimpan

Pertama; Kepribadian muthmainnah adalah kepribadian yang didominasi oleh daya kalbu (55 %) yang dibantu oleh daya akal (30 %) dan daya nafsu (15%).56 Kepribadian ini telah