• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Situasi Sistem Informasi Kesehatan SWOT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Situasi Sistem Informasi Kesehatan SWOT"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

iyANALISIS STU

iyANALISIS STU

AS

AS

I

I

SISTE

SISTE

M

M

INFO

INFO

R

R

M

M

AS

AS

I

I

KE

KE

SE

SE

HATAB

HATAB

 Analisis

 Analisis situasi situasi sistem sistem informasi informasi kesehatan kesehatan dilakukan dilakukan dalam dalam rangka rangka pengembpengembangan angan sistemsistem informasi kesehatan. Sistem informasi kesehatan bukanlah suatu sistem yang berdiri sendiri, informasi kesehatan. Sistem informasi kesehatan bukanlah suatu sistem yang berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian fungsional dari sistem kesehatan yang dibangun dari himpunan melainkan merupakan bagian fungsional dari sistem kesehatan yang dibangun dari himpunan atau jaringan sistem-sistem informasi dari level yang paling bawah. Misal: sistem informasi atau jaringan sistem-sistem informasi dari level yang paling bawah. Misal: sistem informasi kesehatan nasional dibangun dari himpunan atau jaringan sistem informasi kesehatan provinsi. kesehatan nasional dibangun dari himpunan atau jaringan sistem informasi kesehatan provinsi. Sistem informasi kesehatan dikembangkan dalam rangka mendukung pencapaian visi dan misi Sistem informasi kesehatan dikembangkan dalam rangka mendukung pencapaian visi dan misi pembangunan kesehatan Indonesia, yaitu Indonesia sehat 2025. Visi dan misi ini tertuang pembangunan kesehatan Indonesia, yaitu Indonesia sehat 2025. Visi dan misi ini tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kesehatan (RPJP-K) yang disusun pada tahun dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kesehatan (RPJP-K) yang disusun pada tahun 2005 untuk kurun waktu 20 tahun, dan diuraikan menjadi Rencana Pembangunan Jangka 2005 untuk kurun waktu 20 tahun, dan diuraikan menjadi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kesehatan (RPJM-K) yang dievaluasi setiap 5 tahun. RPJM-K yang berlaku Menengah Kesehatan (RPJM-K) yang dievaluasi setiap 5 tahun. RPJM-K yang berlaku sekarang adalah RPJM-K ke-dua yang berlaku dari tahun 2010 sampai dengan 2014, dengan sekarang adalah RPJM-K ke-dua yang berlaku dari tahun 2010 sampai dengan 2014, dengan visi: Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan. Visi ini akan tercapai dengan baik apabila visi: Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan. Visi ini akan tercapai dengan baik apabila didukung oleh tersedinya data dan informasi akurat dan disajikan secara cepat dan tepat waktu. didukung oleh tersedinya data dan informasi akurat dan disajikan secara cepat dan tepat waktu. Sehingga dapat dikatakan bahwa pencapaian visi ini memerlukan dukungan sistem informasi Sehingga dapat dikatakan bahwa pencapaian visi ini memerlukan dukungan sistem informasi kesehatan yang dapat diandalkan.

kesehatan yang dapat diandalkan.

Untuk dapat mencapai hal tersebut, maka diperlukan suatu analisis dari sistem informasi Untuk dapat mencapai hal tersebut, maka diperlukan suatu analisis dari sistem informasi kesehatan yang tepat guna, agar sistem informasi kesehatan yang dikembangkan benar-benar kesehatan yang tepat guna, agar sistem informasi kesehatan yang dikembangkan benar-benar dapat mendukung terwujudnya visi “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan”. Analisis dapat mendukung terwujudnya visi “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan”. Analisis situasi yang dilakukan salah satunya dapat menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT yaitu situasi yang dilakukan salah satunya dapat menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT yaitu analisis antarkomponen dengan memanfaatkan deskripsi SWOT setiap komponen untuk analisis antarkomponen dengan memanfaatkan deskripsi SWOT setiap komponen untuk merumuskan strategi pemecahan masalah, serta pengembangan dan atau perbaikan mutu merumuskan strategi pemecahan masalah, serta pengembangan dan atau perbaikan mutu sistem informasi kesehatan secara berkelanjutan.

sistem informasi kesehatan secara berkelanjutan. SWOT merupakan akronim dari S

SWOT merupakan akronim dari Strengthtrength(kekuatan/kond(kekuatan/kondisi isi positif), positif), WWeaknesseakness(kelemahan(kelemahan internal sistem),

internal sistem), Opportunity Opportunity   (kesempatan/ peluang sistem), dan  (kesempatan/ peluang sistem), dan ThreatsThreats(ancaman/ rintangan/(ancaman/ rintangan/ tantangan dari lingkungan eksternal sistem). Kekuatan yang dimaksud adalah kompetensi tantangan dari lingkungan eksternal sistem). Kekuatan yang dimaksud adalah kompetensi khusus yang terdapat dalam sistem, sehingga sistem tersebut memiliki keunggulan kompetitif di khusus yang terdapat dalam sistem, sehingga sistem tersebut memiliki keunggulan kompetitif di pasaran. Kekuatan dapat berupa: sumber daya, keterampilan, produk, jasa andalan, dan pasaran. Kekuatan dapat berupa: sumber daya, keterampilan, produk, jasa andalan, dan sebagainya yang membuatnya lebih kuat dari pesaing dalam memuaskan kebutuhan dan sebagainya yang membuatnya lebih kuat dari pesaing dalam memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan dan masyarakat di dalam atau di luar sistem. Kelemahan adalah keinginan pelanggan dan masyarakat di dalam atau di luar sistem. Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber daya, keterampilan dan kemampuan yang keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber daya, keterampilan dan kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi penampilan kerja sistem informasi kesehatan. Adapun peluang menjadi penghalang serius bagi penampilan kerja sistem informasi kesehatan. Adapun peluang adalah berbagai situasi lingkungan yang menguntungkan bagi sistem tersebut, sedangkan adalah berbagai situasi lingkungan yang menguntungkan bagi sistem tersebut, sedangkan ancaman/tantangan merupakan kebalikan dari peluang. Tantangan yang mungkin muncul ancaman/tantangan merupakan kebalikan dari peluang. Tantangan yang mungkin muncul sehubungan dengan pengembangan sistem informasi kesehatan pada dasarnya berasal dari sehubungan dengan pengembangan sistem informasi kesehatan pada dasarnya berasal dari dua perubahan besar yaitu tantangan dari otonomi daerah dan tantangan dari globalisasi. dua perubahan besar yaitu tantangan dari otonomi daerah dan tantangan dari globalisasi. Dengan demikian ancaman/tantangan adalah faktor-faktor lingkungan yang tidak Dengan demikian ancaman/tantangan adalah faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan sistem.

menguntungkan sistem.  Analisis

 Analisis SWOT SWOT dapat dapat merupakan merupakan alat alat yang yang ampuh ampuh dalam dalam melakukan melakukan analisis analisis strategisstrategis.. Keampuhan tersebut terletak pada kemampuan untuk memaksimalkan peranan faktor kekuatan Keampuhan tersebut terletak pada kemampuan untuk memaksimalkan peranan faktor kekuatan dan memanfaatkan peluang serta berperan untuk meminimalisasi kelemahan sistem dan dan memanfaatkan peluang serta berperan untuk meminimalisasi kelemahan sistem dan menekan dampak ancaman yang timbul dan harus dihadapi. Analisis SWOT dapat diterapkan menekan dampak ancaman yang timbul dan harus dihadapi. Analisis SWOT dapat diterapkan dalam tiga bentuk untuk membuat keputusan strategis, yaitu:

dalam tiga bentuk untuk membuat keputusan strategis, yaitu: 1.

1. Analisis SWOT memungAnalisis SWOT memungkinkan penggunaan kinkan penggunaan kerangka berfikir yang logis kerangka berfikir yang logis dan holistik yangdan holistik yang menyangkut situasi dimana organisasi berada, identifikasi dan analisis berbagi alternatif yang menyangkut situasi dimana organisasi berada, identifikasi dan analisis berbagi alternatif yang layak untuk dipertimbangkan dan menentukan pilihan alternatif yang diperkirakan paling ampuh. layak untuk dipertimbangkan dan menentukan pilihan alternatif yang diperkirakan paling ampuh. 2.

2. Pembandingan secara sistematis antara Pembandingan secara sistematis antara peluang dan peluang dan ancaman eksternal di ancaman eksternal di satu pihak, sertasatu pihak, serta kekuatan dan kelemahan internal di pihak lain.

kekuatan dan kelemahan internal di pihak lain. 3.

3. Analisis SWOT tidak Analisis SWOT tidak hanya terletak pada hanya terletak pada penempatan organisasi pada penempatan organisasi pada kuadran tertentu kuadran tertentu akanakan tetapi memungkinkan para penentu strategi organisasi untuk melihat posisi organisasi yang tetapi memungkinkan para penentu strategi organisasi untuk melihat posisi organisasi yang sedang dianalisis tersebut secara menyeluruh dari aspek produk/ jasa/ informasi yang dihasilkan sedang dianalisis tersebut secara menyeluruh dari aspek produk/ jasa/ informasi yang dihasilkan dan pasar yang dilayani.

dan pasar yang dilayani.

Dalam melakukan analisis situasi menggunakan analisis SWOT, maka langkah-langkahnya Dalam melakukan analisis situasi menggunakan analisis SWOT, maka langkah-langkahnya adalah:

adalah: 1.

1. Langkah 1: Langkah 1: Identifikasi kelemahan dan Identifikasi kelemahan dan ancaman yang ancaman yang paling mendesak untuk paling mendesak untuk diatasi secaradiatasi secara umum pada semua komponen.

umum pada semua komponen. 2.

2. Langkah 2: Identifikasi kekuatan dan Langkah 2: Identifikasi kekuatan dan peluang yang diperkirakan cocok untuk peluang yang diperkirakan cocok untuk mengatasimengatasi kelemahan dan ancaman yang telah diidentifikasi lebih dahulu pada Langkah 1.

(2)

3. Langkah 3: Masukkan butir-butir hasil identifikasi (Langkah 1 dan Langkah 2) ke dalam Pola  Analisis SWOT seperti berikut.

Gambar 1. Pola Deskripsi dalam Analisis SWOT

Pada waktu mengidentifikasikan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam sistem informasi kesehatan, perlu diingat bahwa kekuatan dan kelemahan merupakanfaktor internal yang perlu diidentifikasikan di dalam sistem, sedangkan peluang dan ancaman merupakan faktor eksternal yang harus diidentifikasi dalam lingkungan eksternal sistem. Lingkungan eksternal suatu sistem informasi kesehatan dapat berupa: pemerintah, masyarakat luas, stakeholder  internal dan eksternal, dan pesaing. Langkah ini dapat dilakukan secara keseluruhan, atau jika terlalu banyak, dapat dipilah menjadi analisis SWOT untuk komponen masukan, proses, dan keluaran.

 Mas ukan

termasuk fisik dan non fisik. Masukan fisik berupa sumber daya manusia, pembiayaan, sarana-prasarana, metode, hardware dan software pendukung, market dan manajemen waktu (7M=man, money, material, methode, machine, market dan minute). Masukan non fisik berupa data kesehatan.

Proses

berupa pengelolaan sistem (data) hingga menjadi informasi, termasuk tatapamong, manajemen dan kepemimpinan, dan kerja sama.

K eluaran

berupa jenis informasi yang dihasilkan, termasuk model dan media informasi, publikasi, dan pengguna informasi.

4. Langkah 4: Rumuskan strategi atau strategi-strategi yang direkomendasikan untuk menangani kelemahan dan ancaman, termasuk pemecahan masalah, perbaikan, dan pengembangan program secara berkelanjutan. Analisis untuk pengembangan strategi pemecahan masalah dan perbaikan/pengembangan program itu digambarkan pada Gambar 2.

(3)

Gambar 2. Analisis SWOT untuk Pengembangan Strategi

5. Langkah 5: Tentukan prioritas penanganan kelemahan dan ancaman itu, dan susunlah suatu rencana tindakan untuk melaksanakan program penanganan.

Hasil analisis SWOT dimanfaatkan untuk menyusunan strategi pemecahan masalah, serta pengembangan dan atau perbaikan mutu sistem secara berkelanjutan. Jika kekuatan lebih besar dari kelemahan, dan peluang lebih baik dari ancaman, maka strategi pengembangan sebaiknya diarahkan kepada perluasan/pengembangan sistem, sedangkan jika kekuatan lebih kecil dari kelemahan, dan peluang lebih kecil dari ancaman, maka sebaiknya strategi pengembangan lebih ditekankan kepada upaya konsolidasi ke dalam, melakukan penataan sistem dan organisasi secara internal dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada, dan mereduksi kelemahan di dalam dan ancaman dari luar. Analisis itu dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 3. Analisis SWOT dan Prioritas Strategi Pengembangan

Langkah-langkah Analisis SWOT di atas dikenal dengan model David (2004), yaitu matriks Threats-Opportunity-Weakness-Strength (TOWS), merupakan perangkat pencocokan yang penting dan dapat membantu pengelola sistem mengembangkan empat tipe strategi: strategi SO Opportunity ), strategi WO (Weakness-Opportunity ), strategi ST (Strength-Threats) dan strategi WT (Weakness-Threats ). Mencocokkan faktor-faktor eksternal dan internal kunci, merupakan bagian yang sangat sulit dalam mengembangkan matriks TOWS dan memerlukan penilaian yang baik dan tidak ada sekumpulan kecocokan yang paling baik.

Strategi SO (Strength-Opportunity ), yaitu strategi kekuatan-peluang, menggunakan kekuatan internal sistem untuk memanfaatkan peluang eksternal sistem. Strategi WO ( Weakness-Opportunity ), yaitu strategi kelemahan-peluang, bertujuan untuk memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan peluang eksternal. Strategi ST ( Strength-Threats ), yaitu strategi kekuatan-ancaman, menggunakan kekuatan sistem untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Strategi WT ( Weakness-Threats ), yaitu strategi kelemahan-ancaman, merupakan strategi defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal.

Contoh penerapan deskripsi SWOT pada sistem informasi kesehatan nasional berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan (tahun 2012) pada Pusat Data dan Informasi, dan unit-unit lain di Kementerian Kesehatan, serta unit di luar sektor kesehatan maka diketahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam sistem informasi kesehatan, seperti tampak dalam tabel di bawah ini. Hasil deskripsi ini kemudian dianalisis dan selanjutnya dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan rencana jangka menengah pengembangan dan penguatan sistem informasi kesehatan nasional selanjutnya.

(4)

STRENGTH ( KEKUATAN ) WEAKNESSES ( KELEMAHAN )

 Indonesia telah memiliki beberapa

legislasi terkait SIK (UU Kesehatan, SKN, Kebijakan dan strategi

pengembangan SIKNAS dan SIKDA).

 Tenaga pengelola SIK sudah mulai

tersedia pada tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota.

 Infrastruktur teknologi informasi dan

komunikasi tersedia di semua Provinsi dan hampir seluruh Kabupaten/kota

 Indikator kesehatan telah tersedia.  Telah ada sistem penggumpulan

data secara rutin yang bersumber dari fasilitas kesehatan pemerintah dan masyarakat.

 Telah ada inisiatif pengembangan

SIK oleh beberapa fasilitas kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas dan Dinas Kesehatan, untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

 Diseminasi data dan informasi telah

dilakukan, contohnya hampir semua Provinsi dan Kabupaten/kota dan Pusat menerbitkan profil kesehatan.

 SIK masih terfragmentasi (belum

terintegrasi) dan dikelola berbagai pihak sehingga terdapat “pulau-pulau informasi”.

 Legislasi yang ada belum kuat untuk

mendukung integrasi SIK.

 Tidak terdapatnya penanggung

 jawab khusus SIK (petugas SIK umumnya masih rangkap jabatan).

 Tenaga Pengelola SIK umumnya

masih kurang diakui perannya, pengembangan karir tidak jelas dan belum ada jabatan fungsionalnya.

 Terbatasnya anggaran untuk

teknologi informasi dan komunikasi khususnya untuk pemeliharaan.

 Indikator yang digunakan sering

kurang menggambarkan “subjek” yang diwakili.

 Belum terbangunnya mekanisme

aliran data kesehatan baik lintas program (Pusat, Provinsi,

Kabupaten/Kota) maupun lintas sektor.

 Masih lemahnya mekanisme

monitoring, evaluasi dan audit SIK.

 Kualitas data masih bermasalah (tidak

akurat, lengkap, tepat waktu)

 Penggunaan data/informasi oleh

pengambil keputusan dan masyarakat masih sangat rendah

OPPORTUNITIES ( PELUANG ) THREATHS ( ANCAMAN )

 Kesadaran akan permasalahan

kondisi SIK dan manfaat eHealth mulai meningkat pada semua pemangku kepentingan terutama pada tingkat manajemen

Kementerian Kesehatan.

 Telah ada peraturan

perundang-undangan terkait informasi dan TIK.

 Terdapatnya kebijakan perampingan

struktur dan pengkayaan fungsi, memberikan peluang dalam

pengembangan jabatan fungsional pengelolaan SIK.

 Terdapat jenjang pendidikan

informasi kesehatan yang bervariasi dari diploma hingga sarjana di

perguruan tinggi.

 Para donor menitik beratkan program

pengembangan SIK.

 Dengan Otonomi daerah, terkadang

pengembangan SIK tidak menjadi prioritas.

 Rotasi tenaga SIK di fasilitas

kesehatan Pemerintah tanpa

perencanaan dan koordinasi dengan Dinas Kesehatan telah menyebabkan hambatan dalam pengelolaan SIK.

 Sebagian program kesehatan yang

didanai oleh donor mengembangkan sistem informasi sendiri tanpa

dikonsultasikan atau dikoordinasikan sebelumnya dengan Pusat Data dan Informasi dan pemangku

kepentingannya.

 Komputerisasi data kesehatan

terutama menuju data individu (disaggregate) meningkatkan risiko terhadap keamanan dan kerahasiaan

(5)

 Registrasi vital telah dikembangkan

oleh Kementerian Dalam Negeri dan telah mulai dengan proyek

percobaan di beberapa Provinsi.

  Adanya inisiatif penggunaan nomor

identitas tunggal penduduk oleh Kementerian Dalam Negeri yang merupakan peluang untuk

memudahkan pengelolaan data sehingga menjadi berkualitas.

 Kebutuhan akan data berbasis bukti

meningkat khususnya untuk anggaran (perencanaan) yang berbasis kinerja.

sistem TIK.

 Kondisi geografis Indonesia yang

sangat beragam dimana infrastruktur masih sangat lemah di daerah

terpencil sehingga menjadi hambatan modernisasi SIK.

Daftar Pustaka:

Departemen Kesehatan RI. 2005. Pedoman Dasar Penyeliaan Jaminan Mutu Di Puskesmas . Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehtan Masyarakat.

Departemen Kesehatan RI. 2007. Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 932 tahun

2002), Cetakan Kedua. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2009. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan 2005 – 2025. Jakarta: Depkes RI. http://www.depkes.go.id .

Kepmenkes RI No. 192/MenKes/SK/VI/2012 tantang Roadmap Rencana Aksi Penguatan Sitem Informasi Kesehatan Indonesia.

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010  – 2014. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. http://www.depkes.go.id .

Sabarguna, Boy; Safrizal, Heri. 2007. Master Plan Sistem Informasi Kesehatan . Yogyakarta: Konsorsium Rumah Sakit Islam Jateng-DIY.

Siagian S.P. 2004. Manajemen Strategik , Cetakan ke-lima. Jakarta: PT Bumi Aksara. Sulaeman E,S. 2011. Manajemen Kesehatan, Teori dan Praktek di Puskesmas . Jogjkarta: Gadjah Mada University Press.

(6)

SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN TERPADU PUSKESMAS (SP2TP)

Fakultas Kesehatan Masyarakat,

Absract Background: SP2TP is to meet the needs of administration at the higher level in order to develop, determine policies and utilized by health centers to improve efforts of health centers, through planning, mobilization, execution, monitoring, control and assessment. Based on the results of the initial survey SP2TP in Dompu has not been maximal. Therefore it is necessary to study the system of integrated recording and reporting of health centers (SP2TP) in the area of health services in Dompu Regency. Methods: This research is a qualitative descriptive located in all district health centers in Dompu Regency. Data was collected through interviews with the study subjects of ten people in the board of integrated recording and reporting system of health centers in each health center and health department. Results: The study results indicated that the reporting was still done manually; it still focused on disease patterns and the most 10 diseases. The submitted report was incomplete because there was no coordination, guiding book, difficult transportation, electrical disturb, Feedback was given orally. In terms of data quality SP2TP was still low. This was proven by the low completeness and timeliness for report delivery. While the use of data and information was still focused on the annual profiling. Conclusion: the difficult accessibility of health centers with the Health Service made report shipping incomplete and not timely. Keywords: System reporting, system recording, SP2 TP

1. PENDAHULUAN Sistem informasi puskesmas (SIMPUS) dan sistem pelaporan terpadu SIMPUS (SPT SIMPUS) telah dikembangkan diberbagai jajaran dinas kesehatan kabupaten yang ada di Indonesia. SIMPUS merupakan perangkat lunak yang digunakan puskesmas untuk merekam data kunjungan pasien rawat jalan. Data kunjungan pasien disimpan dan digunakan untuk membuat data peleporan pada periode waktu tertentu yang selanjutnya data tersebut dikirimkan ke dinas kesehatan. Data pelaporan antar puskesmas di tingkat kabupaten memiliki struktur data yang sama. SPT SIMPUS merupakan sistem informasi yang digunakan di tingkat dinas kesehatan. Sistem ini dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan dinas kesehatan dalam mengelola data-data yang dimiliki1 . Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) merupakan kegiatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga dan upaya pelayanan kesehatan di masyarakat (SK Menkes No 63/Menkes/SK/11/1981)2 . Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) adalah tata cara pencatatan dan pelaporan yang lengkap untuk pengelolaan puskesmas, meliputi keadaan fisik, tenaga, sarana, dan kegiatan pokok yang dilakukan serta hasil yang dicapai oleh puskesmas3 . Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) dikirim ke dinas kesehatan kabupaten atau kota setiap awal bulan. Dinas kesehatan kabupaten atau kota mengolah kembali laporan puskesmas dan mengirimkan umpan baliknya ke dinas kesehatan provinsi dan departemen kesehatan pusat. 28 ISSN : 1978-0575 KESMAS Vol. 7 No. 1, Maret 2013 : 1 - 54 Feed back terhadap laporan puskesmas harus dikirimkan kembali secara rutin ke puskesmas untuk dapat dijadikan evaluasi keberhasilan program4 . Jenis dan periode laporan yaitu (1) Bulanan, data kesakitan, data kematian, data operasional (gizi, imunisasi, KIA, KB, dsb.), data manajemen obat, (2) Triwulan, data kegiatan puskesmas, (3) Tahunan, umum dan fasilitas, sarana, dan tenaga3 . Pemanfaatan data sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) untuk memenuhi kebutuhan administrasi pada jenjang yang lebih tinggi dalam rangka pembinaan, penetapan kebijaksanaan dan dimanfaatkan oleh puskesmas untuk peningkatan upaya kesehatan puskesmas, melalui perencanaan, penggerakan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, dan penilaian3 . Selain itu berfungsi untuk petugas di tingkat puskesmas lebih bertanggung jawab dalam mencatat seluruh upaya kesehatan yang dilaksanakannya dan melaporkan secara teratur dan tepat waktu serta mampu memanfaatkan data dan informasi dari data sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) sehingga dapat memberikan umpan balik5 . Berdasarkan hasul studi pendahuluan dan wawancara dengan pengurus sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) di Dinas Kesehatan Kabupaten Dompu, yang dilakukan pada bulan Juni 2012 permasalahan yang ada di beberapa Puskesmas Dompu adalah

(7)

(1) Keterlambatan dalam pengiriman laporan sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) oleh petugas puskesmas sehingga menyulitkan pencatatan; (2) Data tentang gizi, KIA, imunisasi (LB3) yang dikirim masih kurang lengkap; (3) Penanggung jawab data sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) di puskesmas pembantu tidak mengirimkan data pada dinas kesehatan; (4) Tidak ada koordinasi antara pengelola sistem pelaporan dengan petugas di puskesmas tentang waktu yang ditetapkan dalam pengiriman laporan sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP). Menelaah latar belakang diatas, maka peneliti ingin mengetahui sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas di wilayah Dinas Kesehatan

2. METODE Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian dilaksanakan di Dinas Kesehatan dan Puskesmas Dompu, Kecamatan Dompu, Kabupaten Dompu Provinsi NTB pada bulan November-Desember 2012. Objek penelitian adalah SP2TP di wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Dompu. Subjek penelitian dalam penelitian adalah pengurus SP2TP masing-masing 1 staf di 9 puskesmas dan 1 staf di dinas kesehatan. Alat penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah menggunakan pedoman wawancara dengan menggunakan metode triangulasi sumber6 . Variabel di dalam penelitian ini adlah variabel tunggal yang meliputi pencatatan, pelaksanaan, pengawasan sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) di wilayah Dinas Kesehatan.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Luas wilayah Kabupaten Dompu 2.324,55 km2 dengan ketinggian kota berkisar antara 15-62 meter di atas permukaan laut. Wilayah administrasi Kabupaten Dompu terbagi menjadi delapan kecamatan, dan tujuh puluh sembilan kelurahan/desa. Kecamatan Dompu yang luasnya adalah 223,27 km2 , Kecamatan Woja 301,16 km2 ,

Kecamatan Hu’u 186,50 km2 , Kecamatan Kempo 29KESMAS ISSN : 1978-0575 Sistem Pencatatan

dan Pelaporan Terpadu …… (Nurul Dwi Suryani) 191,67 km2 , Kecamatan Kilo 235,00 km2 ,

Kecamatan Pajo 135,32 km2 , Kecamatan Manggelewa 176,46 km2 , dan Kecamatan Pekat adalah kecamatan terluas yaitu 943,22 km2 dan terjauh dari ibu kota kabupaten. Sebagian besar wilayah Kabupaten Dompu merupakan dataran rendah yang digunakan sebagai lahan perkebunan, hutan, persawahan dan pemukiman. Daratan Kabupaten Dompu dialiri oleh 1 22 sungai yang pada umumnya dimanfaatkan untuk pengairan lahan pertanian. Kondisi geografis wilayah Kabupaten Dompu sebagian besar merupakan daerah pegunungan, perbukitan, daerah pantai dan rawa-rawa, masih banyaknya jumlah penduduk miskin dan keterbatasan kemampuan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Pencatatan Hasil wawancara mekanisme pencatatan laporan SP2TP sebelum dikirim ke Dinas Kesehatan, diambil di masing-masing program, data kesakitan (LB1), KIA, gizi, imunisasi, P2M (LB3), dan data kegiatan puskesmas (LB4). Lalu dilengkapi oleh puskesmas baru dikirim ke dinas kesehatan setiap bulannya dan semua laporan dikerjakan secara manual. Pelaporan Hasil wawancara apakah laporan SP2TP yang dikirim sudah lengkap, yang dijelaskan oleh responden berdasarkan hasil wawancara laporan SP2TP yang dikirim ada beberapa yang tidak lengkap. Hasil wawancara kesulitan yang dihadapi kaitannya SP2TP, pencatatan dilakukan secara manual, tidak ada koordinasi, keterlambatan dalam pengiriman laporan, tidak ada buku petunjuk, seperti yang dijelaskan oleh responden. Pelaksanaan Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, pelaksanaan SP2TP di tingkat puskesmas adalah diketahui bahwa pelaksanaan SP2TP cukup membantu untuk mengumpulkan data karena dilaksanakan dengan baik oleh tenaga SP2TP di tiap puskesmas, meskipun ada beberapa yang mengatakan bermasalah sebagaimana hasil wawancara. Hasil wawancara tentang upaya yang dilakukan agar pengiriman laporan SP2TP tepat waktu, sebagaimana yang dijelaskan oleh responden, karena masing-masing puskesmas selalu berusaha menghimbau secara lisan maupun dihimbau dalam setiap kegiatan seperti rapat minilokarya yang diadakan setiap bulannya, sehingga dapat dikerjakan semaksimal mungkin oleh tiap-tiap program. Pengawasan Hasil wawancara tentang pengawasan yang dilakukan dalam rangka menjaga kelancaran pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) sudah berjalan di tiap puskesmas di Kabupaten Dompu, seperti yang dijelaskan oleh responden. Hasil wawancara tentang apakah laporan sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) yang dikirim ke dinas kesehatan dilakukan analisis, setiap laporan yang masuk ke dinas kesehatan selalu dilakukan analisis terutama tentang adanya peningkatan kasus seperti yang dijalaskan oleh responden.

(8)

 B. Pembahasan SP2TP adalah tata cara pencatatan dan pelaporan yang lengkap untuk pengelolaan puskesmas, meliputi keadaan fisik, tenaga, sarana, kegiatan pokok yang dilakukan, dan hasil yang dicapai oleh puskesmas7. SP2TP meliputi pencatatan, pelaporan, pelaksanaan, pengawasan. Dari hasil wawancara dengan pengurus SP2TP di wilayah Dinas Kesehatan Dompu diketahui bahwa : 30 ISSN : 1978-0575 KESMAS Vol. 7 No. 1, Maret 2013 : 1 - 54 1. Pencatatan Pencatatan SP2TP ditiap puskesmas di Kabupaten Dompu diambil dari masing-masing program yaitu laporan bulanan data kesakitan (LB1), laporan bulanan pemakaian dan lembar permintaan obat (LB2), laporan gizi, KIA, imunisasi dan pemberantasan penyakit menular (LB3), serta laporan bulanan kegiatan puskesmas (LB4) dan dilengkapi oleh puskesmas baru dikirim ke dinas kesehatan setiap bulannya tiap tanggal 10 dan semua laporan dikerjakan secara manual. Pencatatan seperti itu sangat kurang efisien karena ada kesulitan menunggu kecepatan pengumpulan laporan dari teman-teman program KIA, gizi, imunisasi, semua program puskesmas dan mempersulit petugas dan kelemahannya data tentang kesehatan tidak menyeluruh, koordinasi antar tim kesehatan tidak ada, dan layanan kesehatan yang tuntas sulit dilakukan. Setiap petugas kesehatan dituntut membuat pencatatan yang baik, sistematis,  jelas, ringkas, dan mengacu pada intervensi yang diberikan tentang data kesehatan2 . Kegiatan

program akan menghasilkan data. Data perlu dicatat, dianalisis dan dibuat laporan. Data adalah data siap pakai sehingga dapat dipresentasikan dalam bentuk tabel, grafik, atau dilaporkan dalam bentuk naratif. Data yang disajikan tersebut adalah informasi tentang pelaksanaan program dan perkembangan masalah kesehatan masyarakat agar menjadi pengetahuan bagi semua staf puskesmas4 . 2. Pelaporan Pelaporan SP2TP yang dilakukan dan dikirim sudah lengkap, tapi ada beberapa yang tidak lengkap, permasalahannya adalah keterlambatan pengiriman laporan dari puskesmas pembantu karena tidak ada koordinasi tentang waktu dalam pengumpulan laporan, tidak ada buku petunjuk, masalah transportasi, mati lampu, tidak ada honor khusus. Data dan informasi yang lengkap sangat dibutuhkan oleh tiap pengguna informasi dengan adanya keterlambatan mempengaruhi tepat tidaknya keputusan yang dibuat oleh para pengambil keputusan karena sangat bergantung dari informasi yang didapat dan informasi yang dihasilkan tidak lengkap dan salah maka pengambilan keptusan akan menjadi tidak tepat dan salah sasaran. Data dan informasi yang lengkap akan membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat dan bermanfaat baik jangka pendek maupun jangka panjang8 . Pelaporan adalah lebih bersifat objektif yang dilaporkan terinci dan disampaikan secara jelas dan lengkap. Pelaporan merupakan cara komunikasi petugas kesehatan tentang hasil suatu kegiatan yang telah dilaksanakan dan pelaporan sebagai alat komunikasi yang penting antar petugas kesehatan dalam melakukan kegiatan ini diperlukan data informasi yang tepat, akurat, tanpa adanya hal tersebut kegiatan pelaporan akan diragukan kebenarannya3 . 1. Laporan bulanan data kesakitan (LB1), laporan bulanan pemakaian dan lembar permintaan obat (LB2), laporan gizi, KIA, imunisasi dan pemberantasan penyakit menular (LB3), serta laporan bulanan kegiatan puskesmas (LB4). 2. Laporan tahunan data dasar (LT1), laporan tahunan data kepegawaian (LT2), dan laporan tahunan data peralatan (LT3)5 . 3. Pelaksanaan SP2TP harus dikirim paling telat tanggal 10 ditiap bulannya ke Dinas Kesehatan, yang dilakukan dan dikirim oleh Puskesmas ke Dinas Kesehatan pengiriman laporan sebelum tanggal 10 ditiap bulannya. Pelaksanaan SP2TP di Puskesmas Kabupaten Dompu cukup membantu 31KESMAS ISSN : 1978-0575 Sistem Pencatatan dan

Pelaporan Terpadu …… (Nurul Dwi Suryani) untuk mengumpulkan data karena dilaksanakan dengan

baik oleh tenaga SP2TP di tiap puskesmas dan tepat waktu dalam pengiriman ke Dinas Kesehatan karena dikirim sebelum tanggal 10 ditiap bulannya dan masingmasing puskesmas selalu berusaha menghimbau secara lisan maupun dihimbau dalam setiap kegiatan seperti rapat minilokakarya yang diadakan setiap bulannya. Pelaksanaan SP2TP berdasarkan keputusan Direktur Jendral dalam pelaksanaan pembinaan Kesehatan Masyarakat nomor 590/BM/DJ/INFO/V/1996 tentang penyederhanaan SP2TP, formulir laporan telah disederhanakan dalam upaya untuk mengurangi beban kerja bagi petugas puskesmas, diharapkan tidak adanya laporan lain dari puskesmas selain SP2TP, dan data atau variabel yang dilaporkan diharapkan dapat dipercaya serta dapat diterima tepat waktu5 . Tujuan dari sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas yaitu, tersedianya data (keadaan fisik, tenaga, sarana, dan kegiatan pokok puskesmas yang akurat, tepat waktu, dan mutakhir secara teratur), terlaksana pelaporan data tersebut secara teratur di bergagai jenjang administrasi sesuai dengan yang berlaku, pemanfaatan data tersebut untuk pengambilan keputusan7

(9)

4. Pengawasan Pengawasan yang dilakukan pada SP2TP sudah berjalan di tiap puskesmas di kabupaten dompu karena setiap laporan yang masuk ke dinas kesehatan selalu dilakukan analisis oleh pengurus SP2TP di Dinas Kesehatan te rutama tentang adanya peningkatan 10 kasus penyakit, walaupun sudah adanya analisis dari Dinas Kesehatan dan pengawasan oleh Kepala Puskesmas, laporan SP2TP yang dikirim ke Dinas Kesehatan tetap memiliki permasalahan terutama tentang kelengkapan laporan yang dikirim oleh puskesmas, Pengawasan adalah melakukan penilaian dan sekaligus koreksi terhadap setiap penampilan pegawai untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana atau suatu proses untuk mengukur penampilan suatu program yang kemudian dilanjutkan dengan mengarahkannya sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai, pengawasan dengan menggunakan pengukuran hasil kinerja aktual pegawai yaitu: 1. Pengamatan (observasi) secara pribadi yang dilakukan pimpinan yang memantau aktivitas pegawai di wilayah kerja puskesmas. 2. Laporan lisan dapat berupa wawancara, pertemuan kelompok. mengandung kelebihan tertentu karna informasi ditransisi secara lisan dan di dalamnya terdapat kontak pribadi. 3. Laporan tertulis digunakan untuk memperoleh keterangan atau hasil pekerjaan yang mencakup data yang komprehensif dan bermanfaat untuk penyusunan statistik. 4. Inspeksi dengan menggunakan pembanding kualitas pelayanan kesehatan dengan standar layanan kesehatan9 . 4. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka proses kegiatan sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) yang ada di tiap Puskesmas Kabupaten Dompu dapat disimpulkan sebagai berikut: 32 ISSN : 1978-0575 KESMAS Vol. 7 No. 1, Maret 2013 : 1 - 54 1. Pencatatan Pencatatan pada laporan sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) semua puskesmas di Kabupaten Dompu dalam pekerjaannya masih bersifat manual. 2. Pelaporan Pelaporan pada sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) masih belum lengkap karna tidak ada koordinasi, tidak ada buku petunjuk, sulit transportasi, mati lampu, tidak ada honor khusus. 3. Pelaksanaan Pelaksanaan pada sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) masih ada yang bermasalah karena belum lengkap dan belum tepat waktu dalam pelaporannya. 4. Pengawasan Pengawasan pada sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) sudah dilakukan di tiap puskesmas di Kabupaten Dompu karena setiap laporan yang masuk ke dinas kesehatan selalu dilakukan analisis tapi tidak dapat membantu dalam kelengkapan laporan yang dikirim oleh puskesmas. B. Saran Dari hasil kesimpulan sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) maka saran yang diberikan adalah buku petunjuk pemanfaatan dan pengolahan SP2TP, tiap puskesmas agar menerapkan aturan-aturan yang ada seperti pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) berdasarkan keputusan Direktur Jendral dalam pelaksanaan pembinaan Kesehatan Masyarakat nomor 590/BM/DJ/INFO/V/1996 tentang penyederhanaan SP2TP dengan adanya buku petunjuk pekerjaan akan lebih efektif dan efisien. DAFTAR PUSTAKA 1. Wijaya, R.R., Ifada, N., Achmad, J., "Perancangan dan Pengembangan Sistem Pelaporan Terpadu Sistem Informasi Puskesmas (SPT SIMPUS) Dengan Metode BPR", Jurnal Ilmiah Kursor, 5. Hal. 94, 2009. 2. Rajab, W., Epidemiologi Untuk Mahasiswa Kebidanan, Edisi pertama, EGC, Jakarta. Hal. 166-169, 2009. 3. Effendy, N., Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi kedua, EGC, Jakarta. Hal 185-187, 1998. 4. Muninjaya, A.A., Manajemen Kesehatan, Edisi kedua, EGC, Jakarta. Hal. 96,139,162. 2004. 5. Departemen Kesehatan RI, Petunjuk Pengolahan dan Pemanfaatan Data SP2TP. Jakarta. Hal. 1-3, 1997. 6. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung. Hal. 241, 274, 2011. 7. Purwandari, A., Ilmu Kesehatan Masyarakat Dalam Konteks Kebidanan, EGC, Jakarta. 44-45, 2011. 8. Muljo, H.H., Setiawan, J., Darmadi, H., "Sistem Informasi Pelayanan Puskesmas Terpadu", Jurnal Piranti Warta, 11. Hal. 357, 359, 2008. 9. Sulaeman, E.S., Manajemen Kesehatan, Edisi kedua, Universitas Gajah mada, Yogyakarta. Hal. 46, 307, 2011.

(10)

PENCATATAN DAN PELAPORAN DALAM KESEHATAN

MASYARAKAT

PENCATATAN DAN PELAPORAN DALAM KESEHATAN MASYARAKAT

1.1

Pengertian pencatatan

Pencatatan adalah kegiatan atau proses pendokumentasian suatu aktivitas

dalam bentuk tulisan. Pencatatan dilakukan diatas kertas,disket, pita nama dan pita

film. Bentuk catatan dapat berupa tulisan, grafik, gambar dan suara (syahlan : 253).

Sedangkan setiap kegiatan yang dilakukan diakhiri dengan pembuatan laporan.

Laporan adalah catatan yang memberikan informasi tentang kegiatan tertentu dan

hasilnya yang disampaikan ke pihak yang berwenang atau berkaitan dengan kegiatan

tersebut (syahlan : 256).

Pencatatan dan pelaporan adalah indikator keberhasilan suatu kegiatan. Tanpa

ada pencatatan dan pelaporan, kegiatan atau program apapun yang dilaksanakan tidak

akan terlihat wujudnya. Output dari pencatatan dan pelaporan ini adalah sebuah data

dan informasi yang berharga dan bernilai bila menggunakan metode yang tepat dan

benar. Jadi, data dan informasi merupakan sebuah unsur terpenting dalam sebuah

organisasi, karena data dan informasilah yang berbicara tentang keberhasilan atau

perkembangan organisasi tersebut.

Sistem Pencatatan secara umum terbagi dalam 2 (dua) bagian, yaitu Sistem

PencatatanTradisional dan Sistem Pencatatan Non-Tradisional.

Sistem Pencatatan Tradisional adalah system pencatatan yang memiliki catatan

masing-masing dari setiap profesi atau petugas kesehatan, dimana dalam sistem ini

masing-masing disiplin ilmu (Dokter, Bidan, Perawat, Epidemiolog, Ahli Gizi dsb)

mempunyai catatan sendiri  –  sendiri secara terpisah. Keuntungan system ini adalah

pencatatan dapat dilakukan secara lebih sederhana. Kelemahan system ini adalah data

tentang

kesehatan

yang

terkumpul

kurang

menyeluruh,

koordinasi

antar

petugaskesehatan tidak ada dan upaya pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan

tuntassulit dilakukan.

Sistem Pencatatan Non-Tradisional adalah Pencatatan yang berorientasi pada

Masalah (Problem Oriented Record /POR). Keuntungan system ini adalah kerjasama

antar tim kesehatan lebih baik dan menunjang mutu pelayanan kesehatan secara

menyeluruh.Setiap petugas kesehatan dituntut untuk membuat pencatatan tentang data

kesehatan sebaik mungkin.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, maka dapat pula disimpulkan bahwa

pencatatan dan pelaporan merupakan :

1.

Suatu kegiatan mencatat dengan berbagai alat/media tentang data kesehatan

yangdiperlukan sehingga terwujud tulisan yang bias dibaca dan dapahami isinya.

2.

Salah

satu

kegiatan

administrasi

kesehatan

yang

harus

dikerjakan

dandipertanggungjawabkan oleh petugas kesehatan.

3.

Kumpulan Informasi kegiatan upaya pelayanan kesehatan yang berfungsi

sebagaialat/sarana komunikasi yang penting antar petugas kesehatan.

(11)

Puskesmas merupakan ujung tombak sumber data kesehatan khususnya bagi

dinas kesehatan kota dan Sitem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas juga

merupakan fondasi dari data kesehatan. Sehingga diharapkan terciptanya sebuah

informasi yang akurat, representatif dan reliable yang dapat dijadikan pedoman dalam

penyusunan perencanaan kesehatan. Setiap program akan menghasilkan data. Data

yang dihasilkan perlu dicatat, dianalisis dan dibuat laporan. Data yang disajikan adalah

informasi tentang pelaksanaan progam dan perkembangan masalah kesehatan

masyarakat. Informasi yang ada perlu dibahas, dikoordinasikan, diintegrasikan agar

menjadi pengetahuan bagi semua staf puskesmas.

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas mencakup 3 hal:

(1) pencatatan, pelaporan, dan pengolahan;

(2) analisis; dan

(3) pemanfaatan.

Pencatatan hasil kegiatan oleh pelaksana dicatat dalam buku-buku register yang

berlaku untuk masing-masing program. Data tersebut kemudian direkapitulasikan ke

dalam format laporan SP3 yang sudah dibukukan. Koordinator SP3 di puskesmas

menerima laporan-laporan dalam format buku tadi dalam 2 rangkap, yaitu satu untuk

arsip dan yang lainnya untuk dikirim ke koordinator SP3 di Dinas Kesehatan

Kabupaten. Koordinator SP3 di Dinas Kesehatan Kabupaten meneruskan ke

masing-masing pengelola program di Dinas Kesehatan Kabupaten. Dari Dinas Kesehatan

Kabupaten, setelah diolah dan dianalisis dikirim ke koordinator SP3 di Dinas Kesehatan

Provinsi dan seterusnya dilanjutkan proses untuk pemanfaatannya. Frekuensi

pelaporan sebagai berikut: (1) bulanan; (2) tribulan; (3) tahunan. Laporan bulanan

mencakup data kesakitan, gizi, KIA, imunisasi, KB, dan penggunaan obat-obat. Laporan

tribulanan meliputi kegiatan puskesmas antara lain kunjungan puskesmas, rawat

tinggal, kegiatan rujukan puskesmas pelayanan medik kesehatan gigi. Laporan tahunan

terdiri dari data dasar yang meliputi fasilitas pendidikan, kesehatan lingkungan, peran

serta masyarakat dan lingkungan kedinasan, data ketenagaan puskesmas dan

puskesmas pembantu. Pengambilan keputusan di tingkat kabupaten dan kecamatan

memerlukan data yang dilaporkan dalam SP3 yang bernilai, yaitu data atau informasi

harus lengkap dan data tersebut harus diterima tepat waktu oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten, sehingga dapat dianalisis dan diinformasikan (Santoso, 2008).

Untuk pengembangan efektifitas Sistem Informasi Manajemen Puskesmas,

standar mutu (Input, Proses, Lingkungan dan Output ) perlu dikaji dan dirumuskan

kembali, masing-masing komponen terutama proses pencatatan dan pelaporannya

perlu ditingkatkan.

1.2 Metode Penelitian Dalam Pencatatan Dan Pelaporan

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan rancangan studi kasus

dengan menggunakan metode kualitatif, maksudnya adalah untuk menggali informasi

sebanyak-banyaknya dan secara detail pada proses pelaksanaan sistem pencatatan

dan pelaporan puskesmas.

(12)

1. Manfaat pencatatan adalah sebagai berikut :

1.

Memberi informasi tentang keadaan masalah atau kegiatan

2.

Sebagai bukti dari suatu kegiatan atau peristiwa

3.

Bahan proses belajar dan bahan penelitian

4.

Sebagai pertanggungjawaban

5.

Bahan pembuatan laporan

6.

Perencanaan, pelaksaan, dan evaluasi

7.

Bukti hukum

8.

Alat komunikasi dalam penyampaian pesan serta mengingatkan kegiatan peristiwa

khusus.

2. Bentuk pencatatan berdasarkan isi meliputi :

1. Catatan tradisional : berisi hal-hal yang didengar dan dilakukan oleh pencatat secara

tidak sistematis, tidak lengkap dan biasanya berupa catatan harian.

2. Catatan sistematis : menggambarkan pola keadaan, masalah dan langkah pemecahan

masalah.

Batasan dari pencatatan dan pelaporan adalah sebagai berikut :

Pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan tiap kegiatan bagi tenaga kesehatan

adalah melakukan pencatatan data penyelenggaraan tiap kegiatan bagi tenaga

kesehatan dan melaporkan data tersebut kepada instansi yang berwenang berupa

laporan lengkap pelaksanaan kegiatan dengan menggunakan format yang ditetapkan

Pencatatan dan pelaporan rekapitulasi kegiatan tiap triwulan adalah melakukan

pencatatan data pada semua kegiatan dalam satu triwulan berjalan dan melaporkan

data tersebut dalam bentuk rekapitulasi kegiatan triwulanan kepada instansi yang

berwenang dengan menggunakan format yang ditetapkan.

Pencatatan dan pelaporan rekapitulasi kegiatan yang diselenggarakan setiap triwulan

dan tiap tahun adalah pencatatan data untuk semua kegiatan dalam satu triwulan dan

satu tahun berjalan, serta melaporkan data tersebut dalam bentuk rekapitulasi data

kegiatan triwulanan dan tahunan kepada instansi yang berwenang dengan

menggunakan format yang telah ditetapkan.

1.3 Macam-macam Pencatatan

Model naratif atau narasi.

Sering di sebut tekhnik pencatatan yang berorientasi pada sumber data.

Keuntungan:

1.

Sudah di kenal

2.

Udah di kombinasikan dengan cara dokumentasi lain

3.

Jika di tulis dengan tepat bisa mencakup seluruh keadaan pasien

4.

Mudah di tulis

Kekurangan

1.

Tidak terstruktur dan simpang siur datanya.

2.

Perlu banyak waktu

3.

Terbatas dengan kemampuan pelayanan kesehatan

4.

Informasi sulit untuk jangka panjang

(13)

Naratif adalah model lama, tradisional yang paling fleksible. Sistem pencatatan

naratif cara penulisannya mengikuti dengan ketat urutan kejadian atau kronologis.

Dengan cara naratif ini tiap institusi mempunyai kebijakan sendiri dalam sistem

pencatatan.

Pengelolaan

1. Pencatatan

Semua kegiatan pokok baik didalam maupun diluar gedung puskesmas,

puskesmas pembantu, dan bidan didesa harus dicatat. Untuk memudahkan dapat

menggunakan formulir standar yang ditetapkan dalam SP2TP. Jenis formulir standar

yang digunakan dalam pencatatan adalah sebagai berikut

Rekam Kesehatan Keluarga (RKK)

Kegunaan untuk mengikuti keadaan kesehatan dan gambaran penyakit di suatu

keluarga. Penggunaan dalam anggota keluarga yang mengindap salah satu penyakit

misalnya penderita TBC paru,Kusta, keluarga resiko tinggi yaitu ibu hamil resiko tinggi.

Dalam pelaksanaannya keluarga yang menggunakan RKK diberi alat bantu Kartu

Tanda Pengenal Keluarga(KTPK) untuk memudahkan pencarian berkas pada saat

melakukan kunjungan ulang.

Kartu rawat jalan

Kartu rawat jalan atau lebih dikenal dengan kartu rekam medik pasien merupakan kartu

untuk pencatatan identitas dan status pasien rawat jalan yang berkunjung ke

puskesmas.

Kartu indeks penyakit

Merupakan alat bantu untuk mencatat identitas pasien , riwayat dan perkembangan

penyakit. Kartu indeks penyakit diperuntukkan khusus penderita penyakit TBC, paru,

dan kusta.

Kartu Ibu

Merupakan alat bantu untuk mengetahui identitas, status kesehatan dan riwayat

kehamilan sampai kelahiran.

Kartu anak

Merupakan alat bantu untuk mencatat identitas, status kesehatan, pelayanan preventif,

promotif, kuratif, dan rehabilitative yang di berikan kepada balita dan anak pra sekolah.

KMS balita, anak sekolah

Merupakan alat bantu untuk mencatat identitas pelayanan dan pertumbuhan yang di

peroleh balita dan sekolah.

KMS ibu hamil

Merupakan alat untuk mengetahui identitas dan mencatat perkembangan kesehatan ibu

hamil dan pelayanan kesehatan yang di terima ibu hamil.

(14)

KMS usia lanjut(USILA)

Merupakan alat untuk mencatat kesehatan usia lanjut secara pribadi baik fisik maupun

psikososial dan di gunakan untuk memantau kesehatan, deteksi dini penyakit, dan

evaluasi kemajuan kesehatan USILA.

Register 

Merupakan formulir untuk mencatat dan merekap data kegiatan baik di dalam maupun

di luar gedung puskesmas, yang telah di catat di kartu dan catatan lainnya Ada

beberapa jenis register sebagai berikut:

1. Nomor indeks pengunjung puskesmas

2. Rawat jalan

3. Register kunjungan

4. Register rawat inap

5. Register KIA dan KB

6. Register kohort ibu dan balita

7. Register deteksi dini tumbuh kembang dan gizi

8. Register penimbangan balita

9. Register imunisasi

10. Register gizi

11. Register kapsul beryodium

12. Register anak sekolah

13. Sensus harian kunjungan, kegiatan KIA, imunisasi , dan penyakit.

 Adapun kriteria system pencatatan data kesehatan yang baik mencakup hal  –

hal di bawah ini:

a.

Pencatatan Harus Sistematis, Jelas, Ringkas dan mengacu pada responpasien

terhadap kejadian penyakit atau intervensi yang diberikan.

b.

Ditulis dengan Baik dan menghindari kesalahan.

c.

Tepat Waktu, ditulis segera setelah tindakan/kegiatan dilakukan.

d.

Ditulis secara Terperinci mencakup What, Why, When, Where, Whoand How

e.

Menghindari kata-kata yang sulit diukur 

f.

Mencantumkan nama jelas dan tanda tangan setelah melakukanpencatatan.

2. Pelaporan

Pelaporan merupakan cara komunikasi petugas kesehatan yang dapat dilakukan

baiksecara tertulis maupun lisan tentang hasil dari suatu kegiatan atau intervensi yang

telahdilaksanakan.

a.

Laporan Lisan

1)

Kelemahan: Kemungkinan yang dilaporkan hanyalah hal-hal yangbaik-baik saja dan

bersifat subyektif.

2)

Keuntungan: Hasil dari kegiatan/intervensi yang telah dilakukandan data yang telah

terkumpul dapat segera ditindaklanjuti dalamwaktu yang lebih cepat.

(15)

b.

Laporan Tertulis

1)

Kelemahan: memakan waktu dan biaya yang lebih.

2)

Keuntungan: bisa lebih bersifat Objektif dan lebih terperinci sertapelaporan dapat

bersifat positif maupun negative.

1.4 Pencatatan dan Pelaporan menurut POTTER dan PERRY adalah

 :

1.

Komunikasi

Sebagai alat komunikasi yang efektif antar petugas kesehatansehingga kesinambungan

informasi dan upaya pelayanan kesehatan dapat tercapai.

2.

Pendidikan

Sebagai informasi tentang gambaran penyakit atau masalahkesehatan dan

pemecahannya

3.

Pengalokasian Dana

Dapat digunakan untuk merencanakan tindakan dankegiatan yang tepat dengan dana

yang tersedia.

4.

Evaluasi

Sebagai dasar ntuk melakukan evaluasi terhadap hasil intervensi yangdiberikan.

5.

Dokumen yang Sah

Sebagai bukti nyata dan legal yang dapat digunakan biladidapatkan adanya

penyimpangan serta bila diperlukan untuk keperluan pengadilan.

6.

Jaminan Mutu

Dapat memberikan jaminan kepada masyarakat terhadap mutulayanan kesehatan yang

diberikan.

7.

Penelitian

Merupakan sumber data yang sangat bemanfaat untuk kepentinganpenelitian atau riset.

8.

Analisis

Merupakan dasar analisis masalah kesehatan pada individu, keluargamaupun

masyarakat.

9.

Feed Back

Dapat digunakan sebagai umpan balik dalam rangka meningkatkanpelayanan

kesehatan kepada masyarakat.

3. Pelaksanaan

1)

Pencatatan dengan menggunakan format

a.

Family folder 

b.

Buku register 

1)

Rawat jalan dan rawat inap

2)

Penimbangan

3)

Kohort ibu.

4)

Kohort anak

5)

Persalinan

6)

Laboratorium

7)

Pengamatan penyakit memar 

8)

Imunisasi

(16)

c.

Kartu indeks penyakit ( kelompok penyakit )

d.

Kartu perusahaan

e.

Kartu murid

f.

Sensus harian (penyakit dan kegiatan puskesmas mempermudah pembuatan laporan

4. Pelaporan

Jenis dan periode laporan :

a.

Bulanan

1)

Data kesakitan

2)

Data kematian

3)

Data operasional (gizi, imunisasi, KIA, KB, dsb)

4)

Data managemen obat

b.

Triwulan

1)

Data kegiatan puskesmas

c.

Tahunan

1)

Umum dan fasilitas

2)

Saran

Gambar

Gambar 1. Pola Deskripsi dalam Analisis SWOT
Gambar 2. Analisis SWOT untuk Pengembangan Strategi

Referensi

Dokumen terkait

Faktor kebijakan harga dan faktor promosi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pelanggan pada Hotel Wisata Watampone di Kabupaten Bone dan Faktor

Teknologi informasi dalam pelayanan kesehatan dalam era teknologi ini menjadi tuntutan untuk dapat mengembangkan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia mengingat

Selama Januari–Desember 2012 penumpang luar negeri yang datang di Sumatera Utara mengalami peningkatan sebesar 12,07 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun

Berdasarkan pengamatan guru didalam kelas pada saat melaksanakan kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMK Muhammadiyah 1 Wates Pada Tahun 2014 khususnya

teknik analisis data menggunakan Miles dan Huberman yaitu reduksi data, penyajian data, verifikasi Hasil penelitian menemukan bahwa semboyan Torang Samua Basudara

Sedangkan olahraga memiliki semua karakteristik permainan dan juga membutuhkan keterampilan fisik (Torres 2014). Dapat disimpulkan dari definisi ini bahwa permainan,

kegiatan pertambangan batubara ini tentu saja menimbulkan persepsi masyarakat terhadap dampak kegiatan pertambangan tersebut pada kondisi sosial, ekonomi dan fisik dimana pada

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka penulis antusias untuk mengetahui dan meneliti lebih lanjut tentang persepsi karyawan terhadap kegiatan komunikasi dakwah