SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk menyelesaikan Program Sarjana (S-1)
Pada Program Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
SUCI WIDYA PASARIBU 100907012
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS
HALAMAN PERSETUJUAN
Hasil skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh:
Nama : Suci Widya Pasaribu
NIM : 100907012
Program Studi : Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis
Judul : Peranan Job Order Costing Method Dalam Menetapkan Harga Pokok Produksi Pada UD Delima Jaya Perabot Medan
Medan, Juni 2014
Dosen pembimbing Ketua Program Studi
M. Arifin Nasution, S.Sos, MSP Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA
NIP. 19791005 200501 1 002 NIP. 19590816 198601 1 001
Dekan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Prof. Dr. Badaruddin. M,Si
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat Allah SWT Yang
Maha Pengasih dan Penyayang yang telah memberikan pertolongan dan kekuatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat teriring salam kepada
Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing dan membawa kita kejalan yang
lurus dan di ridhoi Allah SWT.
Penulisan Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan pada Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Melalui Skripsi ini, penulis
mencoba memberikan gambaran Peranan Job Order Costing Method dalam
menetapkan harga pokok produksi pada Usaha Dagang Delima Jaya Perabot
Medan.
Penulis mengucapkan terima kasih selama proses penyelesaian skripsi dan
juga selama mengikuti pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara, penulis banyak menerima tuntunan, bantuan dan
petunjuk serta motivasi dari berbagai pihak. Menyadari hal tersebut, maka pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa penghargaan dan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. dr. Badaruddin, Msi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA selaku Ketua Program Studi Ilmu
3. Bapak Arifin Nasution, S.Sos, MSP selaku Sekretaris Jurusan Program
Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik dan juga selaku dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu,
memberikan arahan, bimbingan, motivasi, kesabaran dalam membimbing
penulis dalam menyelesaikan skripsi.
4. Dosen-dosen Administrasi Niaga/Bisnis, yang telah banyak membantu dan
mendidik penulis selama penulis menjalankan perkuliahan di USU.
5. Seluruh Staf Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Khususnya staf jurusanAdministrasi Bisnis, Khususnya kak Siswati
Saragih yang selalu memberikan bantuan pada penulis selama menjalani
kuliah.
6. Kepada pemilik Usaha Dagang Delima Jaya Perabot Bapak Amaluddin
yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian dan
mempermudah penulis dalam mencari informasi.
7. Yang terakhir namun yang terutama, terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada kedua orang tua yang sangat penulis cintai:
Bapak Drs. H. Darwin Pasaribu dan Ibu Deliarni BA atas segala kasih
sayang juga materi yang diberikan sehingga penulis bisa meraih gelar
sarjana. Kepada abang saya M. Afif Pasaribu, SE, adik saya Dwiki
Ramadhana Pasaribu dan kakak saya Meiny Ramadhani, SH.
8. Orang yang kusayang sebagai motivator untuk menyelesaikan skripsi ini
Rahadian Fitriansyah, Santi Wilda Sari, Amd, Liza Azura Saleh, Dissy
Octri Aldillah, SE, Elsa Julianti Arya Putri, Diana Novita Sari, Rifan
9. Seluruh teman-teman Kuliah di Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis
Terutama Elsa Sariska Manik, S.AB, Iis Ariska, S.AB, Ruth Rennova
Desterra Sitorus, S.AB, Novia Yuni Artha Nainggolan, S.AB, Vandy Jufri
Marpaung, S.AB, Agus Septiyan Sitorus, S.AB, dan yang lain-lainnya
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
10.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih
atas doa, dukungan, motivasi, dan perhatian, serta selalu mengingatkan
penulis untuk tetap semangat dan jangan menyerah.
Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
berkenan untuk membaca dan menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna dan banyak kekurangan. Untuk itu penulis sangat menghargai dan
menerima adanya saran dan masukan yang sifatnya membangun untuk perbaikan
dimasa yang akan datang.
Medan, Juni 2014
Penulis
ROLE OF THE JOB ORDER COSTING METHOD IN DETERMINING
THE COST OF PRODUCTION IN UD DELIMA JAYA FURNITURE
ABSTRACT
Cost accounting has a very important role in a company, because it gives some information about the cost, which is very useful information for management in planning, control and decision making.
One needs the information can be obtained through the use of Job Oder Costing Method, which is one method of collecting the cost of production which is based on the cost of production orders. Order cost method gives an overview of the cost of each part so that the aim of the use of Job Order Costing Method is another not only for purposes of determining the profits to be expected. Thus, the role of Job Order Costing Method in the calculation of the cost of production is to provide sufficient data, classifying, summarizing and define the techniques and procedures of financing.
With respect to this research, the authors take the title “ The Role of Job Order Costing Method in Determining the Cost of Production in UD Delima Jaya Furniture field. According to the author choose the title, the authors identify the problem if the Job Order Costing Method has been implemented properly by the company?
The intent and purpose of this study was to determine how the implementation of the Job Order Costing Method and determination of the Cost of Production is carried out within the company and to find out how the role of Job Order Costing Method in determining Cost of Production. As for the methods used in the form of qualitative descriptive method to collect data and literature studies.
Thus, based on the research conducted, that the Job Order Costing Method is applied to UD Delima Jaya Furniture are adequate, visible with the applicable requirements in determining the cost of production based on existing orders in this case looks a separation of costs into the cost of production direct production consisting of: direct material costs and direct labor costs and indirect production costs consist primarily of costs other than the cost of materials and direct labor costs. Determining the cost of each booking made at the time the order is completed.
PERANAN JOB ORDER COSTING METHOD DALAM MENETAPKAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA UD DELIMA JAYA PERABOT
Nama : Suci Widya Pasaribu
NIM : 100907012
Jurusan : Ilmu Administrasi Niaga/ Bisnis
Pembimbing : M. Arifin Nasution, S.Sos, MSP
ABSTRAK
Akuntansi Biaya mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu
perusahaan, karena memberikan suatu informasi mengenai biaya, dimana
informasi ini sangat berguna bagi manajemen dalam hal perencanaan,
pengendalian dan pengambilan keputusan.
Kebutuhan informasi tersebut salah satunya bisa diperoleh melalui
penggunaan Job Order Costing Method, yang merupakan salah satu metode
pengumpulan biaya produksi dimana biaya produksinya didasarkan atas pesanan.
Metode harga pokok pesanan memberikan gambaran harga pokok tiap-tiap
pesanan sehingga maksud daripada penggunaan Job Order Costing Method
adalah tidak lain hanya untuk keperluan menentukan besarnya laba yang
diharapkan. Dengan demikian, peranan Job Order Costing Method dalam
perhitungan harga pokok produksi adalah menyediakan data yang memadai,
mengelompokkan, mengikhtisarkan dan menetapkan teknik-teknik serta prosedur
pembiayaannya.
Sehubungan dengan penelitian ini, maka penulis mengambil judul
“Peranan Job Order Costing Method Dalam Menentukan Harga Pokok Produksi
maka penulis mengidentifikasikan masalah Apakah Job Order Costing Method
telah diterapkan dengan baik oleh perusahaan ?
Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
pelaksanaan Job Order Costing Method dan penentuan Harga Pokok Produksi
yang dilaksanakan dalam perusahaan ini serta untuk mengetahui bagaimana
peranan Job Order Costing Method dalam menetapkan Harga Pokok Produksi.
Adapun metode yang digunakan berupa metode deskriptif kualitatif dengan
mengumpulkan data dan studi kepustakaan.
Dengan demikian, berdasarkan pada penelitian yang dilakukan, bahwa Job
Order Costing Method yang diterapkan di UD Delima Jaya Perabot ini telah
memadai, terlihat dengan diterapkannya persyaratan-persyaratan dalam penetapan
harga pokok produksi berdasarkan pesanan yang ada dalam hal ini terlihat adanya
pemisahan biaya produksi menjadi biaya produksi langsung yang terdiri dari:
biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung serta biaya produksi
tidak langsung yang terdiri dari biaya-biaya selain biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung. Penentuan harga pokok setiap pesanan dilakukan pada saat
pesanan tersebut selesai.
DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ……….. viii
ABSTRAK ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II KERANGKA TEORI ... 9
2.1 Akuntansi Biaya ... 9
2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya ... 9
2.1.2 Tujuan Akuntansi Biaya... 10
2.1.3 Sistem Akuntansi Biaya ... 12
2.1.3.1 Sistem Biaya Yang Ditentukan Dimuka ... 12
2.1.3.2 Sistem Biaya Historis atau Sebenarnya ... 14
2.2 Biaya ... 15
2.2.1 Pengertian Biaya ... 16
2.2.2 Penggolongan Biaya ... 18
2.3 Biaya Produksi ... 22
2.4 Job Order Costing ... 23
2.4.1 Pengertian Job Order Costing ... 23
2.4.2 Karakteristik Job Order Costing Method ... 26
2.4.3 Manfaat Job Order Costing Method ... 27
2.4.4 Keuntungan dan Kelemahan Job Order Costing Method ... 28
2.4.5 Jurnal Perhitungan Pada Job Order Costing Method ... 33
2.4.5.2 Akuntansi Biaya Tenaga Kerja ... 35
2.4.5.3 Akuntansi Biaya Overhead Pabrik ... 36
2.4.5.4 Akuntansi Produk Selesai ... 37
2.5 Harga Pokok Produksi ... 37
2.5.1 Pengertian Harga Pokok Produksi ... 38
2.5.2 Manfaat Harga Pokok Produksi ... 40
2.5.3 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi ... 40
2.5.3.1 Metode Harga Pokok Pesanan ... 40
2.5.3.2 Metode Harga Pokok Proses ... 42
2.5.4 Metode Penentuan Harga Pokok Produk ... 45
2.5.4.1 Full Costing ... 45
2.5.4.2 Variabel Costing ... 45
2.5.5 Unsur yang Mempengaruhi Harga Pokok Berdasarkan Pesanan... 46
2.6 Peranan Job Order Dalam Menentukan Harga Pokok Produksi ... 50
BAB III METODE PENELITIAN ... 52
3.1 Bentuk Penelitian ... 52
3.2 Lokasi Penelitian ... 52
3.3 Informan Penelitian ... 52
3.4 Defenisi Konsep ... 53
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 54
3.6 Teknik Analisis Data ... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 57
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 57
4.1.1 Sejarah dan Profil Singkat Usaha Dagang Delima Jaya Perabot ... 57
4.1.2 Visi dan Misi ... 57
4.1.3 Struktur Organisasi ... 58
4.1.4 Deskripsi Tugas dan Fungsi Bidang ... 60
4.1.5 Aktivitas Perusahaan ... 61
4.2 Penyajian Data ... 62
4.2.1 Karakteristik Informan ... 62
4.2.2 Informan Penelitian ... 63
4.3.1 Biaya Produksi Langsung ... 64
4.3.1.1 Biaya Bahan Baku ... 64
4.3.1.2 Biaya Tenaga Kerja ... 65
4.3.2 Biaya Produksi Tidak Langsung ... 66
4.3.2.1 Biaya Bahan Penolong ... 66
4.3.2.2 Biaya Overhead Pabrik ... 68
4.3.3 Informasi Biaya Non Produksi ... 69
4.3.4 Perhitungan Harga Pokok Produksi ... 70
4.3.4.1 Perhitungan Harga Pokok Produksi Menurut Perusahaan ... 70
4.3.4.2 Perhitungan Harga Jual ... 71
BAB V PENUTUP ... 74
5.1 Kesimpulan ... 74
5.2 Saran ... 75
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
4.2 Jenis Kelamin Informan ... 62
4.3 Tingkat Pendidikan Informan ... 62
4.4 Usia Informan ... 63
4.5 Informan Penelitian ... 63
4.6 Biaya Bahan Baku untuk Jenis Lemari ... 65
4.7 Biaya Tenaga Kerja Langsung untuk 10 unit Lemari ... 66
4.8 Biaya Bahan Baku Penolong untuk 10 unit Lemari ... 67
4.9 Biaya Overhead Pabrik untuk 10 unit Lemari ... 68
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran 1 Daftar Pertanyaan Wawancara ... 76
ROLE OF THE JOB ORDER COSTING METHOD IN DETERMINING
THE COST OF PRODUCTION IN UD DELIMA JAYA FURNITURE
ABSTRACT
Cost accounting has a very important role in a company, because it gives some information about the cost, which is very useful information for management in planning, control and decision making.
One needs the information can be obtained through the use of Job Oder Costing Method, which is one method of collecting the cost of production which is based on the cost of production orders. Order cost method gives an overview of the cost of each part so that the aim of the use of Job Order Costing Method is another not only for purposes of determining the profits to be expected. Thus, the role of Job Order Costing Method in the calculation of the cost of production is to provide sufficient data, classifying, summarizing and define the techniques and procedures of financing.
With respect to this research, the authors take the title “ The Role of Job Order Costing Method in Determining the Cost of Production in UD Delima Jaya Furniture field. According to the author choose the title, the authors identify the problem if the Job Order Costing Method has been implemented properly by the company?
The intent and purpose of this study was to determine how the implementation of the Job Order Costing Method and determination of the Cost of Production is carried out within the company and to find out how the role of Job Order Costing Method in determining Cost of Production. As for the methods used in the form of qualitative descriptive method to collect data and literature studies.
Thus, based on the research conducted, that the Job Order Costing Method is applied to UD Delima Jaya Furniture are adequate, visible with the applicable requirements in determining the cost of production based on existing orders in this case looks a separation of costs into the cost of production direct production consisting of: direct material costs and direct labor costs and indirect production costs consist primarily of costs other than the cost of materials and direct labor costs. Determining the cost of each booking made at the time the order is completed.
PERANAN JOB ORDER COSTING METHOD DALAM MENETAPKAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA UD DELIMA JAYA PERABOT
Nama : Suci Widya Pasaribu
NIM : 100907012
Jurusan : Ilmu Administrasi Niaga/ Bisnis
Pembimbing : M. Arifin Nasution, S.Sos, MSP
ABSTRAK
Akuntansi Biaya mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu
perusahaan, karena memberikan suatu informasi mengenai biaya, dimana
informasi ini sangat berguna bagi manajemen dalam hal perencanaan,
pengendalian dan pengambilan keputusan.
Kebutuhan informasi tersebut salah satunya bisa diperoleh melalui
penggunaan Job Order Costing Method, yang merupakan salah satu metode
pengumpulan biaya produksi dimana biaya produksinya didasarkan atas pesanan.
Metode harga pokok pesanan memberikan gambaran harga pokok tiap-tiap
pesanan sehingga maksud daripada penggunaan Job Order Costing Method
adalah tidak lain hanya untuk keperluan menentukan besarnya laba yang
diharapkan. Dengan demikian, peranan Job Order Costing Method dalam
perhitungan harga pokok produksi adalah menyediakan data yang memadai,
mengelompokkan, mengikhtisarkan dan menetapkan teknik-teknik serta prosedur
pembiayaannya.
Sehubungan dengan penelitian ini, maka penulis mengambil judul
“Peranan Job Order Costing Method Dalam Menentukan Harga Pokok Produksi
maka penulis mengidentifikasikan masalah Apakah Job Order Costing Method
telah diterapkan dengan baik oleh perusahaan ?
Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
pelaksanaan Job Order Costing Method dan penentuan Harga Pokok Produksi
yang dilaksanakan dalam perusahaan ini serta untuk mengetahui bagaimana
peranan Job Order Costing Method dalam menetapkan Harga Pokok Produksi.
Adapun metode yang digunakan berupa metode deskriptif kualitatif dengan
mengumpulkan data dan studi kepustakaan.
Dengan demikian, berdasarkan pada penelitian yang dilakukan, bahwa Job
Order Costing Method yang diterapkan di UD Delima Jaya Perabot ini telah
memadai, terlihat dengan diterapkannya persyaratan-persyaratan dalam penetapan
harga pokok produksi berdasarkan pesanan yang ada dalam hal ini terlihat adanya
pemisahan biaya produksi menjadi biaya produksi langsung yang terdiri dari:
biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung serta biaya produksi
tidak langsung yang terdiri dari biaya-biaya selain biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung. Penentuan harga pokok setiap pesanan dilakukan pada saat
pesanan tersebut selesai.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Banyak usaha yang dijalankan oleh masyarakat dewasa ini berkaitan
dengan peluang usaha yang sedikit yang disebabkan oleh sumber daya manusia
yang sangat terbatas dan pendirian tanpa izin usaha yang membuat masyarakat
lebih leluasa untuk mendirikan usaha tersebut. Izin usaha sangatlah diperlukan
oleh masyarakat agar usaha yang didirikan tersebut legal. Tujuan utama suatu
usaha didirikan untuk memenuhi kebutuhan manusia yaitu untuk mendapatkan
kebutuhan yang layak. Dengan adanya kebutuhan yang layak maka dimungkinkan
suatu usaha dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya bahkan dapat
mengembangkan usahanya untuk lebih maju dan berkembang. Dan banyak
masyarakat yang berusaha untuk mengembangkan usahanya agar mendapatkan
laba yang optimal. Untuk mendapatkan laba yang optimal tersebut, maka volume
penjualan harus lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.
Perusahaan manufaktur maupun jasa pada umumnya mempunyai tujuan
untuk memperoleh laba yang maksimal dengan melakukan proses manajemen
yang baik, efektif, dan efisien dan memanfaatkan peran manajer melalui proses
perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan yang tepat berdasarkan
informasi yang berkaitan dengan biaya dalam organisasi. Berdasarkan fungsi
pokok perusahaan, biaya digolongkan ke dalam tiga biaya utama yaitu biaya
produksi, biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum (Kautsar Riza
Salman, 2013:27). Dari penggolongan biaya tersebut harus diketahui bahwa
tujuan perusahaan. Penggolongan biaya berdasarkan hubungan dengan produk
digolongkan menjadi dua biaya, yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung
(Baldric Siregar dkk, 2013:26). Biaya langsung adalah biaya yang dapat ditelusur
ke produk. Contoh biaya langsung adalah biaya bahan baku. Sedangkan biaya
tidak langsung adalah biaya yang tidak dapat secara langsung ditelusur ke produk.
Contoh biaya tidak langsung adalah sewa peralatan pabrik.
Metode pengumpulan biaya produksi yang diterapkan pada perusahaan
yang menghasilkan produk atas dasar pesanan adalah Job Order Costing Method
(Mardiasmo, 1994:27). Sedangkan untuk mencatat biaya-biaya yang timbul
diperlukan adanya kartu-kartu biaya untuk masing-masing produk yang dikenal
dengan Job Order Cost Sheet (Kartu Harga Pokok Pesanan). Kartu-kartu biaya ini
merupakan catatan tambahan yang dikendalikan oleh perkiraan barang dalam
proses, yang harus ditangani secara cermat untuk menghindari kesalahan dalam
menghitung harga pokok produksi.
Informasi dan pengumpulan biaya produksi yang benar akan sangat
menentukan perhitungan harga pokok produksi yang benar. Kemudian dengan
perhitungan harga pokok produksi yang benar maka akan menghasilkan
penetapan harga jual yang tepat pula. Namun jika pengumpulan biaya produksi
dan perhitungan harga pokok produksi kurang tepat, maka harga jual yang
ditentukan pun bisa saja mengakibatkan perusahaan tidak mampu mengklaim laba
atau bahkan mengalami kerugian, selain itu juga dapat menyesatkan manajemen
Berdasarkan hasil penelusuran yang telah dilakukan, ada beberapa
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang sedang diteliti oleh
penulis diantaranya adalah:
1. Widiyastuti (2007) dalam skripsinya berjudul Analisis Perhitungan Harga
Pokok Produksi Tas Wanita (Studi Kasus UMKM Lifera Hand Bag
Collection), menyimpulkan bahwa perhitungan harga pokok produksi yang
dilakukan perusahaan masih sangat sederhana dan tidak sesuai dengan
teori. Biaya overhead pabrik tidak dialokasikan ke masing-masing produk
secara rinci dan tidak disesuaikan dengan pemakaian biaya secara nyata,
melainkan hanya merupakan suatu estimasi biaya yang dianggarkan dalam
kelompok biaya lain-lain. Selanjutnya dilakukan perhitungan harga pokok
produksi dengan metode Activity Based Costing (ABC) dan menghasilkan
harga pokok produksi yang lebih besar daripada metode perhitungan yang
digunakan perusahaan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya penggunaan
sumber daya yang dilakukan dalam perhitungan ABC dibandingkan
dengan jika menggunakan metode perusahaan karena dalam metode ABC
setiap aktivitas yang berhubungan dengan proses produksi dimasukkan
dalam perhitungan. Margin dari hasil penetapan harga jual yang diperoleh
perusahaan berdasarkan metode perusahaan lebih besar daripada dengan
metode ABC. Walaupun dengan metode ABC margin yang diperoleh
rendah daripada margin yang diperoleh perusahaan, namun dengan metode
ABC semua biaya produksi yang diperlukan dalam proses produksi sudah
diperhitungkan sesuai dengan pemakaian biaya yang sebenarnya sehingga
2. Pudjiastusi (2003) meneliti tentang peranan Job Order Costing Method
dalam menetapkan Harga Pokok Produksi pada PT. Harost Irmi Bandung,
perusahaan pembuat furniture berbahan rotan. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis biaya produksi, menghitung harga pokok produksi dan
melihat peranan Job Order Costing dalam menetapkan harga pokok
produksi. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa perhitungan harga
pokok produksi pada perusahaan telah menerapkan metode harga pokok
berdasarkan pesanan (Job Order Costing) yang dilakukan dengan
melakukan pemisahan biaya produksi menjadi biaya produksi langsung
yang terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung serta
biaya produksi tidak langsung yang terdiri dari biaya-biaya selain biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Khusus untuk penetapan
taksiran biaya overhead pabrik, perusahaan menetapkan berdasarkan pada
biaya yang dibebankan langsung pada pesanan yang dilihat dari
perhitungan biaya tahun buku sebelumnya. Penentuan harga pokok setiap
pesanan dilakukan pada saat pesanan tersebut selesai dikerjakan.
3. Indah Fitri (2012) meneliti tentang penerapan metode Full Costing dalam
menetapkan harga produksi pada peternakan ayam UD. Family Poultry
Shop di Kabupaten Blitar. Hasil penelitian menyebutkan bahwa
perhitungan harga pokok produksi perusahaan tidak memasukkan semua
komponen biaya produksi, sehingga laba yang diterima perusahaan setiap
periode belum menunjukkan keadaan yang sebenarnya. Peneliti
menghitung kembali harga pokok produksi menggunakan metode Full
dilakukan perusahaan dibandingkan dengan perhitungan menggunakan
Full Costing. Harga pokok produksi yang selama ini dibebankan oleh
perusahaan ternyata lebih rendah daripada perhitungan harga pokok
produksi menggunakan metode Full Costing. Analisis perhitungan harga
jual juga dilakukan dengan menggunakan metode return on asset dan
margin laba 15%. Hasilnya mengungkapkan bahwa harga jual yang selama
ini diterapkan perusahaan lebih rendah dari dari harga jual yang
menggunakan metode return on asset.
4. Rully Kusmawardani (2013) meneliti tentang perhitungan harga pokok
produksi menggunakan metode job order costing method (studi kasus pada
UMKM CV.TRISTAR Aluminium). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perusahaan menggunakan perhitungan harga pokok produksi berdasarkan
pesanan tapi terdapat kesalahan pada penentuan biaya bahan baku dan tarif
tenaga kerja langsung serta pembebanan biaya overhead. Selanjutnya
dilakukan perhitungan harga pokok produksi metode Job Order Costing
dengan menggunakan rata-rata harga bahan baku, rata-rata tarif tenaga
kerja langsung dan pembebanan biaya overhead aktual menggunakan cost
driver volume produksi. Hasil perhitungan menunjukkan perbedaaan yang
signifikan dimana harga pokok produksi yang dihitung oleh perusahaan
lebih rendah dari harga pokok produksi menggunakan metode Job Order
Costing. Perbedaaan harga pokok produksi tentunya mempengaruhi harga
jual dan laba rugi perusahaan dimana harga jual yang ditentukan dan laba
5. Rica Marthasari (2013) meneliti tentang perhitungan biaya produksi
dengan metode full costing (studi kasus ayam bakar kaki lima jalan
dr.Mansyur III Padang Bulan Medan). Hasil penelitian diperoleh
kesimpulan bahwa metode tradisional dalam perhitungan biaya
produksinya telah diketahui bahwa jika menggunakan bahan setengah jadi
total biaya produksi ayam bakar hariannya Rp. 643.433 adalah biaya
produksi per satuan atau biaya produksi per paket ayam bakar adalah Rp.
15.000. Jika menggunakan bahan baku produksi sendiri total biaya
produksi ayam bakar hariannya Rp. 472.353 adalah biaya produksi per
satuan atau biaya produksi per paket ayam bakar adalah Rp. 11.117.
sedangkan perhitungan menggunakan metode full costing telah diketahui
bahwa jika menggunakan bahan setengah jadi total biaya produksi ayam
bakar hariannya Rp. 965.244 adalah biaya produksi per satuan atau biaya
produksi per paket ayam bakar adalah Rp. 19.567. Jika menggunakan
bahan baku produksi sendiri total biaya produksi ayam bakar hariannya
Rp. 795.046 adalah biaya produksi per satuan atau biaya produksi per
paket ayam bakar adalah Rp. 16.573. Keuntungannya yang ditargetkan
Adapun perusahaan yang penulis teliti merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang produksi dan penjualan produk jepara. UD. Delima Jaya
Perabot ini melakukan proses produksinya berdasarkan pesanan (order).
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Peranan Job Order Costing Method Dalam Menetapkan
Harga Pokok Produksi Pada UD. Delima Jaya Perabot Medan)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan permasalahan pada
penelitian ini adalah “ Apakah Job Order Costing Method telah diterapkan pada
UD.Delima Jaya Perabot di dalam menetapkan harga pokok produksi? ”
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan hasil perumusan masalah diatas, maka
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Job Order Costing Method telah
diterapkan pada UD.Delima Jaya Perabot di dalam menetapkan harga pokok
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai
berikut:
1. Bagi penulis, hasil dari penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan
dan mempraktekan teori secara nyata khususnya untuk mengetahui secara
pasti sampai sejauh mana peranan Job Order Costing Method berguna
dalam menetapkan harga pokok produk atas dasar pesanan.
2. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini berguna sebagai input berupa
informasi dalam menetapkan harga pokok produknya berdasarkan Job
Order Costing Method yang diharapkan pula akan memudahkan
manajemen dalam mengendalikan biaya produksi dan menetapkan harga
jual di masa yang akan datang.
3. Bagi pihak-pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
BAB II
KERANGKA TEORI 2.1 Akuntansi Biaya
Akuntansi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu akuntansi
keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi biaya bukan merupakan tipe
akuntansi tersendiri yang terpisah dari dua tipe tersebut di atas, namun merupakan
bagian dari keduanya.
Perhatian utama dari akuntansi biaya yaitu pada akumulasi dan analisis
informasi yang relevan yang dilakukan oleh manajemen dalam memonitor dan
merekam transaksi biaya secara sistematis serta menyajikan informasi biaya
dalam bentuk laporan biaya.
2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya
Menurut Matz dan Usry (1997:10) dala buku Cost Accounting, Planning
and Control, yang dialihbahasakan oleh Sirait-Wibowo, memberikan penjelasan
mengenai Cost Accounting sebagai berikut :
“Akuntansi Biaya melengkapi manajemen dengan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi serta membuat baik keputusan rutin maupun keputusan strategik.”
Termasuk dalam kegiatan perencanaan, akuntansi biaya akan membantu
manajemen membuat anggaran bagi masa depan atau menetapkan biaya bahan,
upah dan gaji dimuka, dan biaya pabrikan lainnya serta pemasaran produksinya.
Biaya-biaya ini dapat membantu dalam menetapkan harga dan memperlihatkan
besar laba yang akan diterima dengan juga memperhitungkan persaingan dan
dalam masalah pembelanjaan, dan pengambilan keputusan-keputusan yang
menyangkut pembiayaan aktiva.
Pada tingkat pengawasan, Akuntansi biaya membandingkan hasil yang
dicapai dengan standard an anggaran yang dibuat sebelumnya. Untuk bisa berhasil
pengawasan biaya sangat bergantung pada perencanaan biaya yang tepat bagi
setiap kegiatan, fungsi dan keadaan. Melalui medium akuntansi biaya, manajemen
mendapat informasi mengenai aktivitas operasional yang gagal memberikan
sumbangannya bagi keseluruhan laba atau kurang efisien dalam pekerjaannya.
Adapun menurut R.A Supriyono (1992:12) dalam bukunya Akuntansi
Biaya, Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok memberikan defenisi
akuntansi biaya sebagai berikut :
“Akuntansi Biaya adalah salah satu cabang akuntansi yang merupakan alat manajemen dalam memonitor dan merekam transaksi biaya secara sistematis serta menyajikan informasi biaya dalam bentuk laporan biaya.”
Jadi dapat dikatakan bahwa akuntansi biaya merupakan alat bagi
manajemen untuk melakukan perencanaan dan pengawasan kegiatan-kegiatan
yang relevan dengan biaya produksi.
2.1.2 Tujuan Akuntansi Biaya
Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan dari akuntansi biaya adalah
untuk menyediakan salah satu informasi yang diperlukan oleh manajemen dalam
mengelola perusahaannya.
Tujuan Akuntansi Biaya, menurut Mulyadi (1993:23) dalam buku
Akuntansi Biaya Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian Biaya menyatakan :
bagiannya. Agar akuntansi biaya dapat mencapai tujuan tersebut biaya yang dikeluarkan oleh atau terjadi didalam perusahaan harus dicatat dan digolongkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan :
1. Penentuan harga pokok secara teliti 2. Pengendalian biaya
3. Analisis biaya-biaya
Menurut R.A Supriyono (1992:14) dalam buku Akuntansi Biaya,
memperjelas tujuan atau manfaat akuntansi biaya.
“Tujuan atau manfaat akuntansi biaya adalah menyediakan salah satu
informasi yang diperlukan manajemen dalam mengelola perusahaan, yaitu
informasi biaya yang bermanfaat :
1. Perencanaan dan pengendalian
2. Penentuan harga pokok produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan
dengan tepat dan teliti.
3. Pengambilan keputusan oleh manajemen.
Selanjutnya Matz dan Usry (1997:10) dalam buku Cost Accounting,
Planning and Control yang dialihbahasakan oleh Sirait – Wibowo
mengemukakan tujuan dan Akuntansi Biaya sebagai berikut :
1. Menyusun dan melaksanakan rencana serta anggaran operasi dalam
kondisi yang ekonomis dan bersaing.
2. Biaya dan perbaikan mutu.
3. Mengendalikan jumlah persediaan secara fisik, dan membuat biaya dari
masing-masing barang dan jasa yang diproduksi untuk penentuan harga
dan untuk mengevaluasi prestasi suatu produk, departemen, atau divisi.
4. Menghitung biaya dan lab perusahaan untuk periode akuntansi tahunan
5. Memilih di antara dua atau lebih alternatif jangka pendek atau jangka
panjang yang bisa menaikan pendapatan atau menurunkan biaya.
Dari pendapat-pendapat di atas, dapat dipahami bahwa pada dasarnya
tujuan akuntansi biaya adalah untuk perencanaan, pengendalian, dan pengambilan
keputusan. Perencanaan berarti menetapkan dan memelihara suatu rencana
operasi yang terintegrasi dan sejalan, dengan tujuan perusahaan, dan
prosedur-prosedur yang sesuai. Pengendalian berarti aktivitas mengarahkan pelaksanaan
yang sesuai dengan perencanaan, dengan asumsi bahwa rencana tersebut sudah
benar.
2.1.3 Sistem Akuntansi Biaya
Secara garis besar, Mulyadi (1993:281) mengemukakan mengenai sistem
akuntansi biaya dikelompokkan menjadi dua sistem yaitu :
a. Biaya yang ditentukan dimuka (predetermined cost system)
b. Sistem biaya sebenarnya (historical cost system)
2.1.3.1 Sistem Biaya Yang Ditentukan Dimuka
Sistem biaya yang ditentukan di muka merupakan sistem pembebanan
harga pokok pada produk yang dihasilkan sebesar harga pokok yang ditentukan di
muka sebelum proses produksi dilakukan, biasanya merupakan taksiran
(estimated cost) atau standar atas biaya produksi yang mungkin akan dikeluarkan
atau dibebankan (standard cost).
Menurut Mulyadi (1993:381) mendefinisikan sistem biaya taksiran
“Sistem biaya taksiran adalah sistem akuntansi biaya produksi yang menggunakan suatu bentuk biaya yang ditentukan di muka dalam menghitung harga pokok produk yang diproduksi.”
Sistem biaya taksiran merupakan sistem penentuan biaya di muka yang
memakai dasar untuk norma fisiknya terbatas pada pengalaman masa lampau. Jika
tidak terjadi penyimpangan dari norma fisik tersebut, maka perlu dilakukan
penyelidikan lebih lanjut untuk menentukan sebab-sebabnya, apakah terjadi
pemborosan, penghematan atau kesalahan dalam penafsiran norma fisiknya.
Tujuan utama dari penggunaan sistem biaya taksiran adalah:
1. Sebagai jembatan menuju sistem biaya standar
Seringkali sistem biaya taksiran sebagai jumlah menuju sistem biaya
standar yang mempunyai keuntungan sebagai berikut :
a) Melatih keyakinan dalam menggunakan sistem biaya standar karena
adanya beberapa kesamaan diantara kedua sistem tersebut.
b) Menyesuaikan karyawan secara bertahap terhadap sistem yang baru,
agar terpelihara hubungan yang baik dengan karyawan.
2. Menghindarkan biaya yang relatif besar dalam pemakaian sistem biaya
standar. Dalam perusahaan yang seringkali mengalami perubahan produk
atau produksi, waktu dan biaya yang diperlukan untuk penentuan biaya
standar sangat besar sehingga pemakaian biaya standar tidak ekonomis.
3. Untuk pengendalian biaya dan analisis kegiatan.
Meskipun biaya taksiran bukan merupakan biaya seharusnya, namun
perbandingan antara biaya sesungguhnya dengan biaya taksiran dapat
memberikan petunjuk tentang terjadinya pemborosan sehingga dapat
Untuk pengertian biaya standar, Mulyadi (1993:415) berpendapat sebagai berikut:
“Biaya standar adalah biaya yang ditentukan dimuka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk untuk membiayai kegiatan tertentu di bawah asumsi kondisi ekonomi, efisiensi dan faktor-faktor lain tertentu.”
Biaya yang seharusnya dikeluarkan mengandung arti bahwa biaya yang
ditentukan di muka merupakan pedoman dalam pengeluaran biaya yang
sesungguhnya. Jika biaya yang sesungguhnya menyimpang dari biaya standar
maka yang dianggap besar adalah biaya standar sepanjang asumsi-asumsi yang
mendasari penentuannya masih belum berubah. Tujuan utama penggunaan biaya
standar adalah untuk pengendalian biaya.
Dengan memakai sistem biaya dimuka akan memungkinkan manajemen
untuk mengetahui sebelum produksi di mulai berupa jumlah biaya yang
seharusnya terjadi dan berapa laba yang akan diperoleh sehingga dapat di analisis
kegiatan perusahaan tersebut. Manajemen juga dapat menggunakan sistem biaya
yang ditentukan dimuka untuk menetapkan harga jual produk sehingga harga jual
akan menggambarkan nilai yang tidak terlalu tinggi serta memungkinkan
perusahaan untuk bersaing di pasaran dengan tidak mengabaikan unsur-unsur
perolehan suatu tingkat laba.
2.1.3.2 Sistem Biaya Historis atau Sebenarnya
Mengenai sistem biaya historis, Hammer, dkk (1997:60) yang
dialihbahasakan oleh Sirait-Wibowo berpendapat bahwa :
Sistem biaya sesungguhnya adalah pembebanan harga pokok kepada
produk atau pesanan yang dihasilkan sesuai dengan harga pokok produksi. Pada
sistem ini, harga pokok baru dihitung pada akhir periode setelah biaya
dikumpulkan.
Jika ditinjau dari tujuan pokok akuntansi biaya, maka sistem harga pokok
sesungguhnya mengandung banyak kelemahan, salah satu diantaranya adalah
harga pokok produk baru dapat dihitung pada akhir periode setelah biaya
sesungguhnya dikumpulkan.
Dan defenisi diatas dapat dipahami bahwa sistem ini dapat bermanfaat
untuk penentuan harga pokok produk sedangkan untuk tujuan pengendalian biaya
dan sebagai dasar pengambilan keputusan tidak dapat menyajikan informasi yang
memadai, karena :
1. Tidak ada alat untuk mengukur prestasi pelaksanaan sehingga tidak dapat
dilakukan pengukuran terhadap daya guna dan hasil yang dicapai.
2. Untuk pengambilan keputusan diperlukan informasi biaya yang
diperkirakan akan terjadi untuk menghasilkan produk pesanan tertentu.
Data yang disajikan oleh sistem harga pokok sesungguhnya, sudah
terlambat atau tidak relevan untuk tujuan tersebut.
2.2 Biaya
Keputusan yang tepat dan akurat memerlukan pemahaman tentang konsep
biaya. Dalam konsep biaya memerlukan pengelompokkan biaya yang sesuai
dengan tujuan apa informasi biaya tersebut diperlukan. Informasi biaya yang baik,
para manajer dituntut untuk memahami konsep biaya agar dapat mengambil
keputusan dengan baik sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
2.2.1 Pengertian Biaya
Pengertian biaya telah mengalami perkembangan, sekarang biaya
ditentukan oleh nilai yang dikorbankan untuk mencapai sasaran sedangkan
sebelumnya biaya diartikan sebagai seluruh pengeluaran yang dikeluarkan oleh
perusahaan. Istilah biaya mempunyai arti yang sangat luas, karena adanya
perbedaan tujuan maka pengertiannya juga berbeda pula.
Adapun Cost sendiri didefinisikan oleh Mulyadi (1993:8) dalam buku
Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian Biaya, sebagai
berikut:
“Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dengan satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tujuan tertentu.”
Dari definisi biaya tersebut di atas maka ada 4 unsur pokok dalam biaya
yaitu:
1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi
2. Biaya diukur dengan satuan mata uang
3. Yang telah terjadi atau potensial akan terjadi
4. Pengorbanan untuk tujuan tertentu
Berdasarkan pengertian diatas dapat dikatakan bahwa biaya adalah
pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan mata uang, yang terjadi
atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.
Di dalam perusahaan industri yang mengolah bahan baku menjadi barang
umumnya biaya ini terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan
biaya overhead pabrik.
Pengertian biaya (cost) berbeda dengan pengertian beban (expense).
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK), dalam Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan halaman 19, yang dimaksud
dengan beban adalah:
“Defenisi beban mencakup kerugian maupun beban yang timbul dalam pelaksanaan aktifitas perusahaan yang biasa. Beban yang timbul dalam pelaksanaan aktifitas perusahaan yang biasa meliputi, misalnya beban pokok penjualan, gaji dan penyusutan. Beban tersebut biasanya berbentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva seperti kas (dan setara kas), persediaan dan aktiva tetap.”
Sedangkan pengertian biaya (cost) menurut Hammer dkk (1994:20) adalah
sebagai berikut:
“Frequently the term “cost” is used synonymously with the term “expense”.
However, an expenses may be defined as measured outlow of goods or service, which is
matched with revenue to determine income, or …, when the term “cost” is used
specifically, it should be modified by such descriptions as direct, prime, conversion,
indirect, fixed, variable, controllable, product, period, joint, estimated, standard, sunk, or
out-of-pocket.”
Dari definisi tersebut diatas dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Cost (biaya) adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dengan
nilai uang dan dianggap akan membebankan manfaat di masa yang akan
datang.
2. Expense (beban) adalah pengorbanan sumber ekonomi yang telah
kadaluarsa yang akan dibandingkan dengan pendapatan untuk menentukan
Bastian dan Nurlela (2009:7) mengemukakan bahwa biaya dalam
akuntansi biaya diartikan dalam dua pengertian yang berbeda, yaitu biaya dalam
artian cost dan biaya dalam artian expense. Biaya (Cost) adalah pengorbanan
sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau
kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Biaya ini belum habis
masa pakainya, dan digolongkan sebagai aktiva yang dimasukkan dalam neraca.
Sedangkan Beban (Expense) adalah biaya yang telah memberikan manfaat dan
sekarang telah habis. Biaya yang belum dinikmati yang dapat memberikan
manfaat di masa akan datang dikelompokkan sebagai harta. Biaya ini dimasukkan
ke dalam Laba-Rugi, sebagai pengurangan dari pendapatan.
Biaya dalam arti luas adalah penggunaan sumber-sumber ekonomi yang
diukur dengan satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi
untuk obyek atau tujuan tertentu (Mardiasmo 1994:9).
2.2.2 Penggolongan Biaya
Informasi biaya disajikan untuk memenuhi keperluan pemakainya.
Penggunaan informasi biaya harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan
informasi biaya oleh pemakainya. Untuk tujuan penggunaan informasi biaya yang
berbeda, diperlukan klasifikasi biaya yang berbeda pula. Dengan demikian, suatu
klasifikasi biaya tidak dapat digunakan untuk memenuhi berbagai tujuan.
Menurut (Mardiasmo 1994:10) sesuai dengan kebutuhan pemakai
informasi, biaya dapat diklasifikasi berdasarkan:
1. Fungsi kegiatan utama perusahaan
3. Periode penentuan biaya
4. Pengaruh pengambilan keputusan terhadap biaya
5. Periode pembebanan biaya terhadap pendapatan
6. Dapat atau tidaknya biaya diidentifikasikan terhadap obyek biaya
7. Dapat atau tidaknya biaya dikendalikan
Klasifikasi biaya atau penggolongan biaya adalah suatu proses
pengelompokkan biaya secara sistematis atas keseluruhan elemen biaya yang ada
ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberikan
informasi yang lebih ringkas dan penting (Bastian dan Nurlela,2009:12).
Penggolongan biaya yang umum digunakan adalah biaya dalam hubungan
dengan:
1. Produk
2. Volume produksi
3. Departemen dan pusat biaya
4. Periode Akuntansi
5. Pengambilan keputusan
Keberhasilan dalam merencanakan dan mengendalikan biaya bergantung
pada pemahaman yang menyeluruh atas hubungan antara biaya dengan aktivitas
bisnis. Studi dan analisis yang hati-hati atas dampak aktivitas bisnis terhadap
biaya umumnya akan menghasilkan klasifikasi dari setiap pengeluaran.
Menurut Baldrik Siregar, dkk dalam buku Akuntansi Biaya
mengklasifikasikan biaya berdasarkan pada hal-hal berikut:
1. Biaya langsung adalah biaya yang dapat ditelusur ke produk. Contoh biaya
langsung adalah biaya bahan baku. Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan
untuk membeli bahan baku, dapat dengan mudah ditelusur ke dalam produk.
2. Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak dapat secara langsung ditelusur ke
produk. Contoh biaya tidak langsung adalah sewa peralatan pabrik.
Berdasarkan hubungan biaya dengan volume kegiatan
1. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah proporsional dengan
perubahan volume kegiatan atau produksi tetapi jumlah per unitnya tidak
berubah.
2. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tidak terpengaruh oleh volume
kegiatan dalam kisaran volume tertentu.
3. Biaya campuran adalah biaya yang jumlahnya terpengaruh oleh volume kegiatan
perusahaan tetapi tidak secara proporsional. Bila tidak ada kegiatan atau volume
kegiatan nol-biaya campuran tidak akan menjadi nol, tetapi bila volume kegiatan
bertambah banyak, biaya campuran akan bertambah banyak. Berdasarkan Elemen Biaya Produksi
1. Biaya bahan baku adalah besarnya nilai bahan baku yang dimasukkan ke dalam
proses produksi untuk diubah menjadi barang jadi. Biaya bahan baku merupakan
bagian penting biaya barang yang digunakan untuk memproduksi barang jadi.
2. Biaya tenaga kerja adalah besarnya biaya yang terjadi untuk menggunakan tenaga
karyawan dalam mengerjakan proses produksi. Biaya tenaga kerja dapat
dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu biaya tenaga kerja langsung dan biaya
tenaga kerja tidak langsung. Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga
kerja yang secara langsung berhubungan dengan produksi barang jadi. Sedangkan
biaya tenaga kerja tidak langsung adalah upah atau gaji tenaga kerja yang tidak
3. Biaya overhead pabrik adalah biaya-biaya yang terjadi di pabrik selain biaya
bahan baku maupun biaya tenaga kerja langsung. Biaya bahan penolong dan
biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya overhead pabrik.
Berdasarkan Fungsi Pokok Perusahaan
1. Biaya produksi terdiri atas tiga jenis biaya, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja, dan biaya overhead pabrik.
2. Biaya administrasi dan umum adalah biaya yang terjadi dalam rangka
mengarahkan, menjalanakan, dan mengendalikan perusahaan untuk memproduksi
barang jadi. Biaya administrasi dan umum meliputi biaya gaji pegawai, biaya
perlengkapan, dan biaya utilitas.
3. Biaya pemasaran meliputi berbagai biaya yang terjadi untuk memasarkan produk
atau jasa. Contoh biaya pemasaran adalah biaya gaji pegawai pemasaran dan
biaya iklan.
Berdasarkan Hubungan Biaya dengan Proses Pokok Manajerial
1. Biaya standar (standard cost). Biaya standar adalah biaya ditentukan di muka yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat suatu produk atau
melaksanakan suatu kegiatan.
2. Biaya actual (actual cost). Biaya actual adalah biaya yang sesungguhnya
terjadi untuk membuat suatu produk atau melaksanakan suatu kegiatan.
3. Biaya terkendali (controllable cost). Biaya terkendali adalah biaya yang
secara langsung dapat dipengaruhi oleh seorang manajer tingkat tertentu.
4. Biaya tidak terkendali (uncontrollable cost). Biaya tidak terkendali adalah
yang secara tidak langsung dapat dipengaruhi oleh seorang manajer tingkatan
5. Biaya komitan (committed cost). Biaya committed adalah biaya yang terjadi
dalam upaya mempertahankan kapasitas atau kemampuan organisasi dalam
kegiatan produksi, pemasaran, dan administrasi.
6. Biaya diskresioner (discretionary cost). Biaya diskresioner adalah biaya yang
besar kecilnya tergantung pada kebijakan manajemen.
7. Biaya relevan (relevant cost). Biaya relevan adalah biaya masa depan yang
berbeda antara satu alternatif dan alternatif lainnya.
8. Biaya kesempatan (opportunity cost). Biaya kesempatan adalah manfaat yang
dikorbankan pada saat satu alternatif keputusan dipilih dan mengabaikan
alternatif lain.
2.3 Biaya Produksi
Menurut Supriyono (2011:19) biaya produksi adalah semua biaya yang
berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku
menjadi produk selesai. Sedangkan Rosyidi (2004:333) mengatakan bahwa biaya
produksi adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh pengusaha untuk dapat
menghasilkan output.
Secara garis besar biaya produksi dapat digolongkan ke dalam biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja langsung sering pula disebut prime cost atau biaya utama,
sedangkan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik sering pula
disebut dengan istilah conversion cost atau biaya konversi, yang artinya biaya
untuk mengkonversi bahan baku menjadi produk.
Biaya produksi adalah biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan
dklasifikasikan lebih lanjut sebagai bahan baku langsung, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik.
Bahan baku langsung merupakan bahan yang sebagian besar membentuk
produk setengah jadi (barang jadi) atau menjadi bagian wujud dari suatu produk
yang dapat ditelusuri ke produk tersebut. Tenaga kerja langsung adalah tenaga
kerja yang mengubah (konversi) bahan baku langsung menjadi produk setengah
jadi (barang jadi) atau menjadikan jasa kepada pelanggan. Biaya overhead pabrik
adalah biaya produksi selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja
langsung atau semua biaya produksi tak langsung.
2.4 Job Order Costing
Perhitungan biaya produk dan jasa merupakan fungsi akuntansi biaya yang
sangat penting, karena sangat mempengaruhi keberhasilan penetapan harga jual
produk dan keberhasilan nilai kontrak yang ditawarkan. Dengan meningkatnya
persaingan secara global, perbedaan biaya yang kecil, akan memungkinkan
berpengaruh cukup besar bagi kelangsungan hidup perusahaan di masa datang.
2.4.1 Pengertian Job Order Costing
Bastian dan Nurlela (2009:61) mengemukakan bahwa perhitungan biaya
berdasarkan pesanan (Job Order Costing) adalah suatu sistem akuntansi yang
menelusuri biaya pada unit individual atau pekerjaan, kontrak, tumpukan produk
atau pesanan pelanggan yang spesifik. Pada sistem akuntansi harga pokok
(kalkulasi biaya) pesanan setiap pesanan dibuatkan satu kartu sendiri yang
tersebut, yaitu kartu harga pokok pesanan (job order cost sheet). Kartu harga
pokok pesanan digunakan untuk mempermudah perhitungan harga pokok per
pelanggan dan memberikan informasi dalam proses pengerjaan misalnya
menyelesaikan pesanan sesuai dengan pesanan dan sesuai dengan tanggal yang
ditentukan.
Departemen-departemen produksi dari perusahaan-perusahaan yang
menggunakan sistem ini melakukan pekerjaan yang sering kali berbeda dari
produk satu ke produk lainnya. Karena setiap produk atau jasa dapat
membutuhkan operasi yang berbeda, cara terbaik untuk menentukan biaya dari
suatu produk atau jasa adalah dengan mengakumulasikan biaya-biaya untuk suatu
pekerjaan atau batch barang. Dengan demikian, dalam perhitungan biaya
berdasarkan pesanan, biaya produk atau jasa diperoleh dengan mengumpulkan
dan membebankan biaya-biaya pada pekerjaan atau pesanan pelanggan tertentu
untuk satu atau lebih produk.
Produksi atau pembuatan pesanan spesifik dikenal dengan Job Order
Sistem. R.A. Supriyono (1992:36) dalam buku Akuntansi Biaya, Pengumpulan
Biaya dan Penentuan Harga Pokok, memberikan definisi Job Order Cost Sistem,
sebagai berikut :
“Metode Harga Pokok Pesanan adalah metode pengumpulan harga pokok produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak atau jasa secara terpisah, dan setiap pesanan atau kontrak dapat dipisahkan identitasnya.”
Dalam kalkulasi biaya Job Order, setiap job atau pesanan adalah suatu
satuan akuntansi yang dibebankan biaya bahan, upah dan biaya overhead dengan
menggunakan nomor-nomor order, biaya untuk setiap pesanan yang dikerjakan
Order (Job Order Cost Sheet) kartu induknya disusun untuk mengumpulkan
semua biaya bahan, upah, dan biaya overhead yang dibebankan khusus pada
pesanan yang bersangkutan.
Pesanan yang diselenggarakan atas dasar spesifikasi khusus dari pelanggan
memungkinkan penjabaran laba atau rugi untuk setiap pemesanan. Dimana
pesanan itu menyangkut produksi suatu jumlah persediaan barang, maka kalkulasi
Job Order memungkinkan dijabarkannya biaya satuan untuk keperluan kalkulasi
biaya atau harga pokok persediaan.
Menurut Mulyadi (1993:24) dalam buku Akuntansi Biaya, Penentuan
Harga Pokok dan Pengendalian Biaya, mengemukakan syarat-syarat penggunaan
metode harga pokok pesanan sebagai berikut:
1. Bahwa masing-masing pesanan pekerjaan atau produk dapat dipisahkan
identitasnya secara jelas dan perlu dilakukan penentuan harga pokok
pesanan secara individual.
2. Bahwa biaya produksi harus dipisahkan ke dalam dua golongan, yaitu
biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. Biaya
produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja,
sedangkan biaya produksi tidak langsung terdiri dari biaya-biaya produksi
selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
3. Bahwa biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung dibebankan atau
diperhitungkan secara langsung terhadap pesanan yang bersangkutan,
sedangkan biaya produksi tidak langsung (overhead) dibebankan pada
pesanan tertentu atas dasar tarif yang ditentukan dimuka (Predetermined
4. Bahwa harga pokok tiap-tiap pesanan ditentukan pada saat pesanan
selesai.
5. Bahwa harga pokok persatuan produk dihitung dengan cara membagi
jumlah biaya produksi yang dibebankan pada pesanan tertentu dengan
jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan.
2.4.2 Karakteristik Job Order Costing Method
Menurut Kautsar Riza Salman (2013:62) dalam buku Akuntansi Biaya:
Pendekatan Product Costing karakteristik dari biaya pesanan adalah sebagai
berikut:
1. Sistem ini diterapkan pada perusahaan yang menghasilkan pesanan dalam
bentuk produk atau jasa yang beraneka ragam dan berbeda antara pesanan
yang satu dengan yang lain, atau dengan kata lain produk yang dihasilkan
heterogen.
2. Biaya produksi diakumulasi ke masing-masing pesanan (job). Pesanan
dapat berupa produk atau sekelompok produk (batch of goods).
3. Biaya per unit produk dihitung dengan cara membagi total biaya pesanan
dengan jumlah unit produk yang dihasilkan dari pesanan tersebut.
4. Di dalam sistem biaya pesanan terdapat kartu biaya pesanan sebagai
dokumen yang digunakan mengakumulasi biaya ke dalam pesanan
tertentu.
Menurut Mardiasmo (1994:27) karakteristik metode harga pokok pesanan adalah
sebagai berikut:
2. Penentuan harga pokok produk setiap produk pesanan dilakukan setelah
produk tersebut selesai dikerjakan.
3. Harga pokok per unit produk pesanan dihitung dengan cara membagi
harga pokok produk pesanan dengan jumlah unit produk pesanan yang
bersangkutan.
2.4.3 Manfaat Job Order Costing Method
Penentuan biaya pesanan sangat bermanfaat untuk penetapan harga jual
dan pengendalian biaya. Umumnya calon pelanggan selalu meminta estimasi
biaya terlebih dahulu sebelum mereka memesan, dan seringkali mereka memesan
atau memberi pekerjaan, membandingkannya dengan pesaing. Oleh sebab itu
perusahaan harus dapat mengestimasi biaya secara akurat agar dapat bersaing
dengan perusahaan lain dan menghasilkan laba yang optimal (Bastian dan Nurlela
2009:62).
Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, Mulyadi
(1993:41) dalam bukunya Akuntansi Biaya menyatakan bahwa informasi harga
pokok produksi per pesanan bermanfaat bagi manajemen untuk:
1. Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan.
2. Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan.
3. Memantau realisasi biaya produksi.
4. Menghitung laba atau rugi tiap pesanan.
5. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses
Jadi, dalam penentuan perhitungan harga pokok secara pesanan
perusahaan perlu memperhatikan penggunaan sumber daya untuk masing-masing
pesanan.
2.4.4 Keuntungan dan Kelemahan Job Order Costing Method
Menurut Mulyadi (1993:48), Job Order Costing Method akan memberikan
keuntungan sebagai berikut:
1. Memberikan struktur yang lengkap dalam hal ini terbatas, terbatas pada
Direct Cost yaitu Direct Material dan Direct Labour.
2. Tepat, lengkap, historis, sederhana dan mampu diperbandingkan.
Ketepatan dihasilkan karena direct cost diidentifikasikan pada
masing-masing order, kelengkapan dihasilkan dari semua biaya-biaya, direct dan
indirect dikorelasikan kepada produksi dan kemudian dibebankan kepada
Cost Of Sales Job Order Cost memberikan catatan historis dengan
mengkalkulasikan semua biaya-biaya yang terjadi dalam memproduksi
suatu pesanan spesifik sederhana dihasilkan dari kenyataan, bahwa
pencatatan direct material dan direct labour hours adalah dengan
mengikuti sistem pelaporan yang telah ada yaitu planning production dan
scheduling purposes. Sistem ini juga menyediakan dasar untuk
membandingkan suatu Job Cost dengan yang lain atau dengan Cost
Estimate.
3. Meningkatkan kemampuan untuk mengatur dan mengevaluasi prestasi
historis dari bagian-bagian operasi, product lines, departemen fungsional
4. Kemampuan untuk mengendalikan operasi berjalan dengan mendeteksi
dan menganalisa penyimpangan-penyimpangan atas kecenderungan
historis dalam pola biaya.
5. Penambahan kemampuan untuk merencanakan dan melaksanakan
kegiatan-kegiatan di masa yang akan datang dalam organisasi.
Sedangkan kerugian dari Job Order Costing Method adalah timbulnya
pemborosan yang terjadi dalam memproduksi suatu pesanan atau kelompok
pesanan dibebankan dalam Job Cost-nya, pemborosan ini tidak dipisahkan
sehingga tidak memungkinkan suatu perbandingan dengan biaya-biaya yang
seharusnya terjadi. Dengan kata lain biaya-biya tidak dapat dipisahkan dengan
suatu produk atau kelompok lain.
Metode akumulasi Job Order biasanya paralel dengan metode produksi
yang digunakan, yaitu proses produksi pesanan diurutkan menurut lay out pabrik
oleh perencana produksi. Data biaya yang harus dilaporkan meliputi direct
material dan direct labor (bahan langsung dan tenaga kerja langsung). Hal yang
dilakukan pertama kali adalah membuat Job Order. Number atau nomor pesanan
yang dilakukan oleh perencana produksi sebagai perintah-perintah produksi.
Produksi dimulai dengan:
1. diterimanya order atau pesanan
2. dikeluarkannya perintah produksi
Setelah perusahaan menerima order dari langganan atau pemesan yang berisi jenis
produk dengan spesifikasi yang dikehendaki pemesan, maka kemudian dibuat
perintah produksi untuk membuat produk sesuai dengan apa yang dikehendaki
Order produksi diberi nomor identitas untuk memudahkan identifikasi
biaya-biaya produksi yang terjadi dalam hubungannya dengan proses produksi
atau pembuatan produk yang dipesan tersebut. Nomor itu harus dicantumkan pada
setiap laporan biaya dari pemesan. Dalam hal ini dipergunkan Job Order Cost
Sheet untuk mengumpulkan biaya-biaya produksi seperti order.
Menurut Hartanto (1992:242) dalam buku Akuntansi Biaya, Perhitungan
Harga Pokok Produk, memberikan pengertian Job Order Cost Sheet sebagai
berikut :
“Kartu harga pokok tidak lain adalah suatu formulir yang didalam sistem harga pokok pesanan digunakan untuk mencatat informasi tentang nomor order produksi/pesanan, spesifikasi produk, dan ringkasan data biaya produksi yang diperlukan untuk menyesuaikan suatu pesanan.”
Job Order Sheet mempunyai bentuk, isi dan susunan yang berbeda untuk
setiap pesanan. Tetapi pada umumnya Job Order Cost Sheet dibuat untuk
mengetahui laba dan digunakan untuk membandingkan biaya sebenarnya dengan
biaya standar, juga sebagai pembanding dengan biaya-biaya terdahulu dari
pesanan yang sama.
Rincian Job Order Cost Sheet harus dirancang dengan tepat dan teratur
sehingga manajemen dapat memperoleh informasi biaya-biaya dengan cepat.
KARTU BIAYA PESANAN
Perusahaan ABC No. Pesanan :
Jl.Seturan Jaya Yogyakarta
Pemesan : Tgl Pesan :
Jenis Produk : Tgl Dikerjakan :
Spesifikasi : Tgl. Diambil :
Jumlah : Tgl. Selesai :
BIAYA BAHAN BAKU
Tanggal No Bon Barang Subtotal Total
BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG
Tanggal Jumlah Tenaga Kerja
Subtotal Total
BIAYA OVERHEAD PABRIK
Tanggal Jumlah Jam Kerja Mesin
Subtotal Total
Penjualan xxxx Biaya Produksi
Biaya Bahan Baku xxxx Biaya Tenaga Kerja Langsung xxxx Biaya Overhead Pabrik xxxx
Total Biaya Produksi xxxx Laba Kotor xxxx Biaya Pemasaran xxxx
Biaya Administrasi dan Umum xxxx
Jumlah (xxxx) Laba Operasi xxxx
Sumber : Baldric, dkk., 2013:46-47
Menurut Matz dan Usry (1997:85) dalam buku Akuntansi Biaya,
Perencanaan dan Pengendalian yang dialih bahasakan oleh Wibowo-Sirait,
“Kendati beberapa jenis pekerjaan atau pesanan diproses di pabrik secara serentak, namun setiap karut biaya dirancang hanya untuk mengumpulkan biaya bahan, tenaga kerja dan overhead pabrik yang dibebankan ke masing-masing pekerjaan. Dalam setiap kartu biaya dicantumkan nomor pesanan atau produksi. Nomor ini juga akan tertera dalam setiap surat permintaan bahan dan kartu jam kerja yang digunakan untuk suatu pekerjaan.”
Kartu biaya itu akan merupakan ikhtisar dari seluruh biaya dan selanjutnya
merupakan catatan pelengkap serta control dengan perkiraan barang dalam proses.
Pesanan yang diselenggarakan atas dasar spesifikasi khusus dari pelanggan yang
memungkinkan penjabaran laba atau rugi untuk setiap pesanan.
Adakalanya pihak manajemen harus membuat keputusan apakah akan
menerima atau menolak pesanan tersebut. Untuk pengambilan keputusan tersebut,
manajemen memerlukan informasi total harga pokok pesanan yang akan diterima
tersebut. Informasi total harga pokok pesanan memberikan dasar perhitungan bagi
manajemen adalah di dalam menerima pesanan perusahaan tidak mengalami
kerugian. Tanpa memiliki informasi total harga pokok pesanan, manajemen tidak
memiliki jaminan apakah harga yang diminta oleh pemesan dapat mendatangkan
laba rugi perusahaan.
Departemen yang menggunakan bahan langsung (Direct Material) dan
tenaga kerja langsung (Direct Labour) harus mempertanggungjawabkan biaya
bahan dan tenaga kerja yang bersangkutan. Dalam pemakaian bahan yang
diperhatikan untuk pengawasan dan tanggung jawab adalah formulir permintaan
bahan (Material Requisition), yaitu dokumen yang digunakan untuk
memberitahukan banyaknya setiap jenis bahan secara individual dalam proses
produksi suatu pesanan. Sedangkan untuk tenaga kerja langsung dalam
pekerja langsung digunakan untuk dua tujuan. Satu salinan digunakan untuk
memposting pada Job Order Cost Sheet, salinan berikutnya untuk menentukan
pertanggungjawaban departemen. Pimpinan departemen membuat catatan
mengenai pemakaian bahan langsung dan upah langsung dengan membuat
ikhtisar harian atau mingguan dan material requisition yang dibebankan pada
departemen.
Job Cost Sheet juga memberikan fungsi pengendalian atau pengawasan.
Perbandingan dilakukan antara perdiksi dari Job Cost Sheet dan Cost yang
akhirnya dibebankan pada Job (pesanan) yang bersangkutan.
Penyimpangan-penyimpangan di analisis untuk mengetahui penyebabnya.
2.4.5 Jurnal Perhitungan Pada Job Order Costing Method
Menurut Bastian dan Nurlela (2009:64) perhitungan biaya berdasarkan
pesanan hanya membutuhkan delapan bentuk ayat jurnal akuntansi untuk setiap
elemen biaya: pembelian bahan baku, penggunaan bahan baku, pencatatan gaji
dan upah, pendistribusian beban gaji dan upah, pencatatan biaya overhead pabrik
sesungguhnya, pencatatan biaya overhead pabrik yang dibebankan, pencatatan
penyelesaian pesanan, penjualan produk yang dipesan.
2.4.5.1 Akuntansi Biaya Bahan Baku & Bahan Penolong
Pengolahan bahan baku dan penolong dalam proses produksi mencakup
kegiatan pemesanan, pembelian, penyimpanan dan pemakaian bahan. Kegiatan
a. pembelian bahan
b. pemakaian bahan
Akuntansi pembelian bahan
Harga pemerolehan bahan baku & bahan penolong dicatat ke dalam buku
Jurnal berdasarkan faktur pembelian. Rekening yang digunakan untuk mencatat
transaksi pembelian tersebut adalah Persediaan Bahan Baku, Persediaan Bahan
Penolong, dan Kas atau Utang Dagang. Jurnal yang dibuat untuk mencatat
pembelian bahan baku & bahan penolong adalah sebagai berikut:
Persediaan Bahan Baku Rp. xxxx
Kas/ Utang dagang Rp. xxxx
(Untuk mencatat pembelian bahan baku secara tunai dan kredit)
Persediaan Bahan Penolong Rp. xxxx
Kas/Utang Dagang Rp. xxxx
(Untuk mencatat pembelian bahan baku penolong secara tunai atau kredit)
Akuntansi pemakaian bahan
Bahan baku dan bahan penolong yang digunakan dalam proses produksi
dicatat berdasarkan Bukti Pemakaian Barang. Rekening yang digunakan untuk
mencatat pemakaian bahan dalam proses produksi adalah Barang Dalam
Proses-Biaya Bahan Baku, Proses-Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya, Persediaan Bahan
Baku dan Persediaan Bahan Penolong. Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp. xxxx
Persediaan Bahan Baku Rp. xxxx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp. xxxx
Persediaan Bahan Penolong Rp. xxxx
(Untuk mencatat pemakaian bahan baku penolong dalam proses produksi)
2.4.5.2 Akuntansi Biaya Tenaga Kerja
Prosedur pencatatan biaya tenaga kerja, meliputi perhitungan gaji,
pendistribusian ke masing-masing bagian. Proses perhitungan sampai dengan
pendistribusian dan pembayaran berdasarkan kehadiran, jumlah dan pembayaran
kepada masing-masing tenaga kerja berdasarkan bagian masing-masing. Proses
pencatatan terjadinya gaji dengan mendebit beban gaji, dan mengkredit utang
beban gaji. Sedangkan untuk pendistribusian gaji ke bagian yang berhubungan
biaya pabrikasi, dengan mendebit produk dalam proses, pengendali overhead
pabrik dan mengkredit beban gaji.
Jurnal:
Biaya Tenaga Kerja yang Terjadi
Beban Gaji Rp. xxx
Beban Gaji yang masih harus dibayar Rp. xxx
Distribusi Biaya Tenaga Kerja
Produk Dalam Proses Rp. xxx
Beban Gaji Rp. xxx
Pengendali Overhead Pabrik Rp. xxx
2.4.5.3 Akuntansi Biaya Overhead Pabrik
Bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung dapat diidentifikasi
langsung ke setiap pesanan dan dapat diukur secara lebih akurat. Sedangkan untuk
biaya overhead pabrik lebih sulit, karena membutuhkan perhitungan yang lebih
rumit, mengingat jenis biaya ini sangat beragam yaitu semua biaya yang
berhubungan dengan proses pab