• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perbandingan Metode Full Costing dengan Variable Costing dalam Penentuan Harga Pokok Produksi yang akan Mempengaruhi Perolehan Laba Perusahaan (Studi Kasus pada CV. "X").

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Perbandingan Metode Full Costing dengan Variable Costing dalam Penentuan Harga Pokok Produksi yang akan Mempengaruhi Perolehan Laba Perusahaan (Studi Kasus pada CV. "X")."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

vi

ABSTRACT

The upcoming AEC which will be applied at the end of 2015, makes the

government concentrates at manufacture industry. Thus, the cost of goods manufactured in this sector is an important information to compete with competitors. According to this event, this research will analyze the difference between full costing method and variable costing method on deciding the cost of goods manufactured which will affect CV.X’s income. This research is using descriptive method that using quantitative and qualitative data. The result of this research shows that full costing method had nominal rate higher than variable costing method. Where as, the operating income for CV.X is higher than full costing method and variable costing method. The company should using the full costing method in the calculation of the cost of production for all costs are taken into account as well the production costs are fixed or variable.

(2)

vii

ABSTRAK

Menjelang Asean Economic Community (AEC) yang diberlakukan pada akhir tahun 2015, membuat pemerintah memusatkan perhatiannya pada industri manufaktur. Dengan demikian, harga pokok produksi di sektor ini merupakan informasi penting agar mampu bersaing dengan kompetitor. Berkenaan hal tersebut, maka penelitian ini melakukan analisis perbandingan metode full costing dan variable costing dalam penentuan harga pokok produksi yang akan mempengaruhi laba perusahaan CV. X. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan menggunakan data kualitatif dan kuantitatif. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode full costing memiliki angka nominal lebih tinggi daripada metode variable

costing. Sedangkan laba operasional CV. X jauh lebih tinggi daripada perhitungan

menggunakan metode full costing dan variable costing. Sebaiknya perusahaan menggunakan metode full costing dalam perhitungan harga pokok produksi karena semua biaya diperhitungkan sebagai biaya produksi baik yang tetap maupun variabel.

(3)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PENGESAHAN...ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI...iii

KATA PENGANTAR...iv

ABSTRACT...vi

ABSTRAK...vii

DAFTAR ISI...viii

DAFTAR GAMBAR...xi

DAFTAR TABEL...xii

DAFTAR LAMPIRAN...xiv

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Identifikasi Masalah...9

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian...10

1.4 Kegunaan Penelitian...11

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN...12

2.1 Kajian Pustaka...12

2.1.1 Biaya Produksi...12

(4)

ix

2.1.2.1 Biaya Bahan Baku...13

2.1.2.2 Biaya Tenaga Kerja...14

2.1.2.3 Biaya Overhead Pabrik...16

2.1.2.3.1 Penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik...20

2.1.3 Biaya Nonproduksi...22

2.1.2.1 Biaya Pemasaran...22

2.1.2.2 Biaya Administrasi dan Umum...23

2.1.4 Harga Pokok Produksi...23

2.1.4.1 Tujuan dan Manfaat Penetapan Harga Pokok Produksi...24

2.1.4.2 Unsur Harga Pokok Produksi...25

2.1.4.3 Metode Penentuan Harga Pokok...27

2.1.4.3.1 Full Costing...27

2.1.4.3.2 Variable Costing...30

2.1.4.4 Kelebihan dan Kelemahan Metode Full Costing dan Variable Costing...33

2.1.5 Laba Operasional...33

2.2. Kerangka Pemikiran...34

BAB III METODE PENELITIAN...38

3.1 Objek dan Subjek Penelitian...38

3.2 Jenis Penelitian...39

3.3 Jenis dan Sumber Data...39

3.3.1 Jenis Data...39

(5)

x

3.4 Teknik Pengumpulan Data...42

3.5 Metode Analisis Data...43

3.6 Langkah-langkah Penelitian...46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...48

4.1 Gambaran Umum Perusahaan...48

4.1.1 Proses Produksi CV. X...50

4.2 Analisis Biaya Overhead Pabrik CV. X...52

4.3 Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi...55

4.3.1 Analisis Harga Pokok Produksi CV. X Menggunakan Metode Full Costing...61

4.3.2 Analisis Harga Pokok Produksi CV. X Menggunakan Metode Variable Costing...63

4.4 Selisih Perhitungan Harga Pokok Produksi Pada CV. X Dengan Pendekatan Full Costing dan Variable Costing...65

4.5 Selisih Perhitungan Laba Operasional Pada CV. X Dengan Pendekatan Full Costing Dan Variable Costing...70

BAB V SIMPULAN DAN SARAN...76

5.1 Simpulan...77

5.2 Saran...78

DAFTAR PUSTAKA...80

(6)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Harga Pokok Produksi dengan Pendekatan Full Costing...29

Gambar 2 Harga Pokok Produksi dengan Pendekatan Variable Costing...32

Gambar 3 Kerangka Pemikiran...37

Gambar 4 Bagan Struktur Organisasi Perusahaan...49

(7)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel I Tabel Penelitian dan Analisis Data...46 Tabel II Analisis Daftar Biaya Overhead Pabrik

pada CV. X Selama Bulan September 2014...54 Tabel III Data Produksi Sweater CV.X Selama Bulan September 2014...55 Tabel IV Harga dan Pemakaian Bahan Baku pada CV. X

Selama Bulan September 2014...56 Tabel V Tarif Upah Tenaga Kerja pada CV. X

Selama Bulan September 2014 Untuk Sweater Oblong...57 Tabel VI Tarif Upah Tenaga Kerja pada CV. X

Selama Bulan September 2014 Untuk Sweater Resleting...58 Tabel VII Tarif Upah Tenaga Kerja pada CV. X

Selama Bulan September 2014 Untuk Sweater Kancing...58 Tabel VIII Daftar Biaya Overhead Pabrik

pada CV. X Selama Bulan September 2014...59 Tabel IX Total Harga Pokok Produksi CV. X

Selama Bulan September 20...60 Tabel X Harga Pokok Produksi CV. X

Menggunakan Metode Full Costing...62 Tabel XI Harga Pokok Produksi CV. X

(8)

xiii

Metode Full Costing dan Metode Variable Costing...67 Tabel XIII Selisih Harga Pokok Produksi Dengan

Perhitungan CV. X dan Metode Full Costing ...68 Tabel XIV Selisih Harga Pokok Produksi Dengan

Perhitungan CV. X dan Metode Variable Costing...69 Tabel XV Laba Operasional dengan Perhitungan CV. X serta

Metode Full Costing dan Variable Costing

(9)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

(10)

1

Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asean Economic Community (AEC) diberlakukan akhir 2015, Asean akan

terbuka untuk perdagangan barang, jasa, investasi, modal, dan pekerja. Indonesia harus dapat melihat dan menyongsong AEC dengan segala peluang dan tantangan serta segera mengambil tindakan nyata yang berdampak positif bagi Indonesia. Bila industri kita tidak mampu bersaing di tataran Asean, maka AEC akan menjadi musibah (loss opportunities). Sebaliknya, bila industri kita mampu bersaing dalam pasar AEC yang terdiri dari 600 juta penduduk, maka AEC akan membawa berkah dan manfaat (land of opportunities) yang nyata bagi perekonomian nasional (Majalah Industri edisi 2, 2013:3). Industri manufaktur menjadi salah satu sektor yang mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah pusat untuk dapat ditingkatkan kualitasnya agar mampu bersaing dengan industri dari negara lainnya di tengah persaingan yang semakin ketat (diakses dari http://beritadaerah.co.id pada tanggal 23 September 2014).

(11)

2

BAB 1 PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha kerja yang terserap oleh industri skala besar dan menengah pada tahun 2012 sebanyak 1,53 juta orang di sektor TPT dan sekitar 520 ribu orang di sektor pakaian jadi (garmen). Industri garmen juga turut menjadi salah satu penyumbang devisa ekspor tertinggi, dimana nilai ekspor dalam kurun waktu lima tahun terakhir selalu mencapai US$ 6 milyar. Sementara itu, pada tahun 2012 nilai ekspor industri garmen mencapai US$ 7,18 milyar atau 57,65% dari total ekspor TPT nasional. Peningkatan nilai ekspor tersebut mencerminkan bahwa industri TPT khususnya industri pakaian jadi masih menjadi salah satu penggerak utama perekonomian nasional. Hal ini tidak terlepas dari kerja keras dan inovasi para pengusaha industri TPT di dalam negeri yang terus bertahan dalam menghadapi persaingan global yang semakin tajam akibat munculnya negara-negara pesaing baru (diakses dari http://www.kemenperin.go.id pada tanggal 23 September 2014).

Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat, maka peningkatan daya saing merupakan kata kunci yang harus diperhatikan agar industri pakaian nasional dapat terus meningkatkan eksistensi baik di pasar domestik maupun internasional (diakses dari http://www.voaindonesia.com pada tanggal 23 September 2014). Dengan dihasilkannya produk yang berkualitas dan harga terjangkau, maka kita akan mampu bersaing dengan negara manapun (diakses dari http://www.antaranews.compada tanggal 23 September 2014).

(12)

3

BAB 1 PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik dan termasuk biaya produksi (Supriyono, 2011:144).

Informasi harga pokok produksi bagi manajemen mempunyai manfaat yang cukup penting (Mulyadi, 2012:65), yaitu sebagai berikut:

1. Menentukan harga jual;

2. Memantau realisasi biaya produksi;

3. Menghitung laba/rugi bruto periode tertentu;

4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses disajikan dalam neraca.

Penentuan harga pokok produksi dipengaruhi oleh pendekatan yang digunakan untuk menentukan unsur-unsur biaya produksi yang diperhitungkan dalam harga pokok produksi. Terdapat dua pendekatan dalam penentuan harga pokok produksi: metode full costing dan metode variable costing (Mulyadi, 2010:24).

Full costing atau sering pula disebut absorption atau conventional costing

(13)

4

BAB 1 PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya

overhead pabrik variabel (Mulyadi, 2012:122).

Niniek H (2013) melakukan penelitian dengan judul perbandingan harga pokok produksi full costing dan variable costing untuk harga jual CV. Pyramid. Metode penelitiannya adalah deskriptif. Hasil penelitian dan perhitungan, adanya kelemahan dalam perhitungan harga pokok perusahaan. Perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode full costing dan variable costing dilakukan untuk mengetahui biaya produksi yang akan dikeluarkan dengan tepat. Dengan menggunakan metode variable costing, laporan laba rugi yang dihasilkan memperlihatkan margin kontribusi barang-barang yang dihasilkan, informasi yang sangat berfaedah dalam pengambilan keputusan. Dalam memperhitungkan harga pokok produksi, perusahaan lebih cenderung dekat perhitungannya dengan pendekatan metode full costing. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa dalam proses penggolongan biaya, baik biaya nonproduksi maupun biaya

overhead perusahaan tidak menggolongkan biaya dengan cermat sesuai jenisnya

dan perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing memiliki angka nominal jauh lebih tinggi daripada menggunakan metode variable

costing. Ini disebabkan karena dalam perhitungan harga pokok menggunakan

(14)

5

BAB 1 PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha Sitty Rahmi Lasena (2013) melakukan penelitian dengan judul analisis penentuan harga pokok produksi pada PT. Dimembe Nyiur Agripro. Metode penelitiannya adalah deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perhitungan harga pokok yang dilakukan oleh PT. Dimembe Nyiur Agripro serta membuat dan memperkenalkan penentuan harga pokok produksi berdasarkan

variable costing pada PT. Dimembe Nyiur Agripro. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa PT. Dimembe Nyiur Agripro menerapkan metode full costing dalam menentukan harga pokok produksi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa perhitungan berdasarkan metode variable costing yang dibuat oleh penulis didapatkan hasil yang berbeda dengan perhitungan perusahaan menggunakan full

costing. Perbedaan utama antara metode perhitungan full costing yang digunakan

dengan metode variable costing terletak pada perlakuan biaya overhead pabrik. Dalam metode full costing menggunakan biaya overhead tetap dan overhead variabel, sedangkan di metode variable costing hanya menggunakan biaya

overhead variabel. Sebaiknya perusahaan menggunakan metode variable costing

dalam menghitung HPP, karena dalam metode variable costing dihitung semua biaya yang hanya berkaitan dalam proses produksi.

(15)

6

BAB 1 PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha berdasarkan biaya harga jual yang ditetapkan harus dapat menutupi biaya penuh yang telah dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan produk, dan menghasilkan laba yang dikehendaki. Selain itu dalam penentuan harga jual ada beberapa faktor yang harus di pertimbangkan yaitu biaya dan laba. Perusahaan sebaiknya memasukan biaya penyusutan gedung pabrik, biaya penyusutan mesin & peralatan, serta biaya asuransi.

Christy Oentoe (2013) melakukan penelitian dengan judul analisis perhitungan biaya produksi menggunakan metode variable costing. Metode penelitiannya adalah deskriptif. Penulis dalam hal ini ingin menganalisis biaya produksi perusahaan dengan pendekatan variable costing karena dilihat dari cara perhitungannya lebih praktis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menggunakan perhitungan dengan pendekatan variable costing diperoleh total biaya produksi yang lebih rendah dibandingkan perhitungan yang dilakukan oleh perusahaan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa berdasarkan perhitungan metode

variable costing yang telah dibuat oleh penulis, didapatkan hasil yang berbeda

dengan perhitungan yang dibuat oleh perusahaan. Terdapat perbedaan utama antara perhitungan riil perusahaan dengan perhitungan variable costing yaitu terletak pada perlakuan biaya overhead pabrik. Perhitungan riil perusahaan menggunakan perhitungan biaya overhead pabrik tetap dan variabel sedangkan metode variable costing hanya menghitung biaya overhead variabel saja. Perusahaan sebaiknya menggunakan metode variable costing karena biaya yang dihitung hanya biaya yang berkaitan dalam proses produksi.

(16)

7

BAB 1 PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha Metode penelitiannya adalah deskriptif. Hasil perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode full costing dan variable costing menghasilkan jumlah yang berbeda untuk biaya-biaya setiap produk dimana biaya produksi dengan metode

full costing lebih tinggi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa perhitungan

harga pokok produksi untuk produk-produk di PT. Bangun Wenang Beverages Co dengan menggunakan metode full costing untuk setiap produk memperoleh hasil yang lebih tinggi daripada metode variable costing. Pada metode full costing dihitung terkait biaya-biaya variabel maupun biaya tetap, sedangkan pada metode

variable costing hanya menggunakan biaya variabel saja. Penulis menyarankan

bahwa pihak manajeman perusahaan tetap menggunakan metode full costing dikarenakan metode full costing mampu menyajikan hasil laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang menghendaki kewajaran laporan keuangan kepada pihak external perusahaan, selain itu metode full costing juga lebih mudah karena memasukan semua biaya tanpa harus memisahkan biaya ke dalam biaya tetap dan biaya variabel.

(17)

8

BAB 1 PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha naluri dari pimpinan perusahaan. Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi UD. Martabak Mas Narto didasarkan penggolongan biaya produksi beserta alokasi pemakaiannya ke dalam produk secara merata sehingga menunjukkan HPP menurut pimpinan Martabak Mas Narto lebih tinggi daripada harga pokok produksi yang telah ditentukan oleh perhitungan akuntansi biaya. Sebaiknya pimpinan usaha Martabak Mas Narto menganalisis kembali berapa seharusnya harga jual yang sesuai dengan permintaan masyarakat pada umumnya, dan untuk menentukan kelayakan harga jual perusahaan dapat meminimalisir kerugian karena calon pembeli tidak berpindah. Metode full costing lebih tepat digunakan karena metode ini memperhitungkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead baik variabel maupun tetap.

(18)

9

BAB 1 PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha CV. X merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan

sweater. Perusahaan ini harus bisa menentukan harga pokok produksi dengan

tepat agar mampu bersaing dengan perusahaan lainnya. Perhitungan harga pokok produksi perlu dilakukan agar perusahaan tidak mengalami kerugian karena harga pokok yang ditetapkan tidak sesuai dengan biaya yang sebenarnya.

Penentuan harga pokok produksi di perusahaan ini masih tradisional. Dalam penentuan harga pokok produksi yang dilakukan perusahaan tersebut, tidak semua biaya overhead pabrik dibebankan pada harga pokok produksi yang dikerjakan dan penentuan atau penghitungan harga pokok produksi dianggap sama antara

sweater yang menggunakan resleting dengan sweater yang menggunakan kancing

sehingga biaya produksi tidak tepat.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perbandingan Metode Full Costing Dengan Variable Costing Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Yang Akan

Mempengaruhi Perolehan Laba Perusahaan (Studi kasus pada CV. X)”.

1.2 Identifikasi Masalah

(19)

10

BAB 1 PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha yang tepat dan benar sesuai dengan biaya produksinya sehingga menghasilkan laba perusahaan yang kurang tepat pula.

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan-permasalahan yang perlu dibahas lebih lanjut terkait penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana CV. X menganalisa dan mendaftarkan biaya overhead pabriknya?

2. Berapa harga pokok produksi pada CV. X dengan pendekatan full costing? 3. Berapa harga pokok produksi pada CV. X dengan pendekatan variable

costing?

4. Berapa besar perbedaan perhitungan harga pokok produksi pada CV. X dengan pendekatan full costing dan variable costing?

5. Berapa besar perbedaan perhitungan laba operasional pada CV. X dengan pendekatan full costing dan variable costing?

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang dikemukakan, maka penelitian ini dilakukan agar melaluli informasi yang diperoleh, penulis dapat memberikan jawaban atas masalah-masalah yang telah dikemukakan, yaitu untuk:

1. Mengetahui bagaimana CV. X menganalisa dan mendaftarkan biaya

overhead pabriknya.

(20)

11

BAB 1 PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha 3. Mengetahui perhitungan harga pokok produksi pada CV. X menggunakan

pendekatan variable costing.

4. Mengetahui besar perbedaan perhitungan harga pokok produksi pada CV. X dengan pendekatan full costing dan variable costing.

5. Mengetahui besar perbedaan perhitungan laba operasional pada CV. X dengan pendekatan full costing dan variable costing.

1.4Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak, antara lain:

1. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perusahaan sebagai acuan harga pokok produksi dengan pendekatan full costing dan variable costing serta menghasilkan informasi laba yang tepat bagi perusahaan untuk pengambilan keputusan perusahaan.

2. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat mengasah kemampuan dan pemahaman penulis tentang pemahaman teori yang sudah dipelajari selama perkuliahan serta memberikan gambaran mengenai praktik yang terjadi di lapangan. 3. Bagi Pihak Lain

Penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya tentang analisis perbandingan metode full costing dengan variable costing

dalam penentuan harga pokok produksi yang akan mempengaruhi laba

(21)

76

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan pada perusahaan CV. X, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa:

1. CV. X melakukan perhitungan biaya resleting, biaya kancing, biaya tenaga kerja, serta biaya overhead pabrik didasarkan pada perkiraan pemilik saja sehingga biaya tersebut lebih rendah daripada biaya yang diperhitungkan akuntansi biaya.

2. CV.X hanya menggelompokkan biaya menjadi dua yaitu, biaya bahan baku benang dan biaya pengerjaan yang terdiri dari biaya resleting, biaya kancing, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik lainnya. Pengelompokkan biaya seperti itu tidak tepat karena perusahaan memasukan biaya hanya sesuai perkiraan tanpa menentukan biaya apa saja yang harus dihitungkan.

3. Harga pokok produksi pada perhitungan CV. X adalah Rp 35.800 per-unit untuk sweater oblong, Rp 40.500 per-unit untuk sweater resleting, dan Rp 40.500 per-unit untuk sweater kancing. Harga pokok produksi menggunakan metode full costing adalah Rp 40.260 per-unit untuk sweater oblong, Rp 45.677 per-unit untuk sweater resleting, dan Rp 43.593 per-unit untuk

sweater kancing. Harga pokok produksi menggunakan metode variable

costing adalah Rp 36.510 per-unit untuk sweater oblong, Rp 41.927 per-unit

(22)

77

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Universitas Kristen Maranatha 4. Perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode full costing dengan metode variable costing memiliki selisih yang sama pada setiap jenis sweater yaitu Rp 3.750 per-unit . Perbedaan tersebut dikarenakan pengakuan biaya

overhead yang berbeda, dimana metode full costing mengakui biaya overhead

pabrik baik tetap maupun variabel. Sedangkan metode variable costing hanya mengakui biaya overhead variabel pabrik saja.

5. Perhitungan harga pokok produksi pada perhitungan CV. X dengan menggunakan metode full costing memiliki selisih yang cukup jauh pada setiap jenis sweater yaitu Rp 4.460 per-unit untuk sweater oblong, Rp 5.177 per-unit untuk sweater resleting, dan Rp 3.093 per-unit pada sweater kancing. Perbedaan tersebut terjadi karena perbedaan perhitungan biaya resleting, biaya kancing, biaya tenaga kerja, serta biaya overhead pabrik.

6. Perhitungan harga pokok produksi pada perhitungan CV. X dengan menggunakan metode variable costing memiliki selisih yang tidak sejauh metode full costing pada setiap jenis sweater yaitu Rp 710 per-unit untuk

sweater oblong, Rp 1.427 unit untuk sweater resleting, dan Rp 657

per-unit pada sweater kancing. Perbedaan tersebut terjadi karena perbedaan perhitungan biaya resleting, biaya kancing, biaya tenaga kerja, serta biaya

overhead variabel pabrik. Pada sweater kancing, perhitungan harga pokok

produksi dengan menggunakan metode variable costing lebih rendah daripada perhitungan yang dilakukan CV. X.

(23)

78

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Universitas Kristen Maranatha terjadi karena perusahaan menggunakan standar biaya dalam perhitungan biaya resleting, biaya kancing, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik dimana standar biaya Rp 100.000 per-lusin untuk sweater oblong dan Rp 125.000 per-lusin untuk sweater resleting serta sweater kancing.

8. Kelemahan dalam penelitian ini adalah dalam mengelompokkan biaya

overhead, penulis sulit menggelompokkan biaya semi-variabel. Sehingga

biaya tersebut dikelompokan hanya tetap dan variabel saja.

Hasil perhitungan harga pokok produksi lebih tepat menggunakan metode full

costing dan variable costing karena dapat membantu manajer mengambil

keputusan dalam penentuan biaya-biaya produksi. Melalui hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing dan variable costing lebih tepat sehingga menghasilkan laba operasional yang lebih tepat pula.

5.2Saran

Berdasarkan simpulan yang telah penulis uraikan sebelumnya, penulis memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat berguna bagi perusahaan. Berikut ini adalah saran penulis yaitu:

1. Sebaiknya perusahaan merinci biaya-biaya apa saja yang dikeluarkan dalam proses produksi sehingga dapat menentukan harga pokok produksi yang tepat. 2. Sebaiknya perusahaan mengelompokkan biaya sesuai dengan akuntansi biaya

(24)

79

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Universitas Kristen Maranatha 3. Sebaiknya perusahaan menggunakan metode full costing dalam perhitungan

(25)

80

Universitas Kristen Maranatha

Daftar Pustaka

Arikunto, S. (2007). Manajemen Penelitian. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Buwono, A. (2014). Persaingan Industri Manufaktur Semakin Ketat. Berita

Daerah, 7 Juli 2014 diakses dari http://beritadaerah.co.id/2014/07/07/

persaingan-industri-manufaktur-semakin-ketat/ pada tanggal 23 September 2014.

Bustami, Bastian, dan Nurlela. (2006). Akuntansi Biaya, Teori dan Aplikasi, Edisi Pertama. Penerbit Graha Ilmiah. Yogyakarta.

Carter, W.K., dan Usry, M.F. (2009). Akuntansi Biaya. Buku 1. Edisi Ketiga Belas. Diterjemahkan oleh Krista. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Febrianto, V. (2013). Indonesia Mampu Bersaing Dengan Negara Manapun.

Antara News, 4 Juli 2013 diakses dari

http://www.antaranews.com/berita/383446/indonesia-mampu-bersaing-dengan-negara-manapun pada tanggal 23 September 2014.

Hansen, D.R., dan Mowen, M.M. (2005). Akuntansi Manajerial. Buku Satu. Diterjemahkan Deny Arnos Kwary. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Hansen, D.R. dan Mowen, M.M. (2009). Akuntansi Manajerial. Buku Satu. Diterjemahkan Deny Arnos Kwary. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Hartono.(2013). Sekjen Kemenperin Buka Pameran Uniform And Workwear Fair VI 2013, diakses dari http://www.kemenperin.go.id/artikel/6283/Sekjen-Kemenperin-Buka-Pameran-Uniform-And-Workwear-Fair-VI-2013 pada tanggal 23 September 2014.

Horngren, C. T., Datar, S.M., Foster, G., Rajan, M., dan Ittner, C. (2009). Edisi 13. Cost Accounting: A Managerial Emphasis. Pearson Education, Inc. New Jersey.

Kuncoro. (2009). Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Lasena,S.R. (2013). Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi pada PT. Dimembe Nyiur Agripro. Jurnal EMBA, 13(1)Juni, hal. 585-592.

(26)

81 DAFTAR PUSTAKA

Universitas Kristen Maranatha Mulyadi. (2010). Akuntansi Biaya. Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen

YKPN.Yogyakarta.

Mulyadi. (2012). Akuntansi Biaya. Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Yogyakarta.

Oentoe, C. (2013). Analisis Perhitungan Biaya Produksi Menggunakan Metode

Variable Costing. Jurnal EMBA, 3(1)Juni, hal. 599-605.

Parawouw, S. (2013). Perbandingan Metode Penentuan Harga Pokok Produksi Pada PT. Bangun Wenang Beverages Co. Jurnal EMBA, 4(1)Desember, hal. 1946-1952.

Pricilia, Sondakh, J.J, Poputra, A.T.(2014). Penentuan Harga Pokok Produksi Dalam Menetapkan Harga Jual Pada UD. Martabak Mas Narto di Manado. .

Jurnal EMBA, 2(2). Juni, hal. 1077-1088.

Redaksi. (2013). Industri Nasional Jelang AEC 2015. Majalah Industri. Edisi 2, 3, diakses dari www.kppu.go.id/id/wp-content/.../Kompetisi_42.pdf pada tanggal 23 September 2014.

Samsul, N.H.(2013). Perbandingan Harga Pokok Produksi Full Costing dan

Variable Costing Untuk Harga Jual CV. Pyramid. Jurnal EMBA,

3(1)September, hal. 366-373.

Slat, A.H. (2013). Analisis Harga Pokok Produk Dengan Metode Full Costing dan Penentuan Harga Jual. Jurnal EMBA, 3(1)Juni, hal. 110-117.

Stice, E.K., Stice, J.D, dan Skousen, K.F. (2004). Akuntansi Intermediate, Edisi Lima Belas, Buku 1, Diterjemahkan oleh Salemba Empat. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Sujoko, Stevanus, dan Yuliawati, (2007), Metode Penelitian Untuk Akuntansi, Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta.

Sugiyono.(2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RD. Alfabeta. Bandung.

Supriyono, R.A. (2011). Akuntansi Biaya. BPFE. Yogyakarta.

Sutrisno. (2008). Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi. Penerbit Ekonisia. Yogyakarta.

Umar, H. (2005). Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. PT Gradmedia Pustaka Utama. Jakarta.

(27)

82 DAFTAR PUSTAKA

Widilestariningtyas, O., Anggadini, S.D., dan Firdaus, D.W., (2012). Akuntansi

Biaya. Edisi Pertama. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta.

Wirartha, I.M. (2006). Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Andi Offset. Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini penulis akan melakukan unit analisis dalam film My Name is Khan berupa teks yang terdapat di film tersebut yang mencerminkan pencitraan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa metode Minimum Spanning Tree (MST) dengan menggunakan Algoritma kruskal yang diringkas menggunakan

Dengan adanya perubahan tersebut, maka susunan organisasi dan tata kerja (SOTK) akan berubah pula. Perubahan SOTK tersebut telah dituangkan ke dalam Peraturan Bupati

Namun karena pandemi, pemerintah Saudi masih menutup tanah suci, sehingga kemungkinan (ibadah haji) ditunda tahun 2021,” terang Kepala Kemenag Kabupaten malang, Dr musta’in

Penyelenggaraan ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan, ditujukan untuk tiga hal, yaitu: 1) menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air, 2) menciptakan aspek

Pemodelan pasang surut laut tersebut disimulasikan selama 1 bulan yang menghasilkan komponen harmonik pasang surut laut dengan mencuplik pada lokasi 6 titik

Keadaan ketenagakerjaan di Papua pada Agustus tahun 2017 digambarkan dengan adanya improvisasi pasar tenaga kerja yang tercermin dari peningkatan jumlah angkatan kerja, dan

Sebelum audit Sistem Informasi dilakukan, perlu dilakukan tinjauan terhadap Perpustakaan Universitas XYZ dan sistem informasi DIGILIB. Tujuan utamanya adalah