• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPON MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RESPON MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

dr. H. YULIDDIN AWAY TAPAKTUAN

KABUPATEN ACEH SELATAN

TAHUN 2012

SKRIPSI

OLEH :

MUHAMMAD YANI NIM: 10C10104187

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH-ACEH BARAT

(2)

dr. H. YULIDDIN AWAY TAPAKTUAN

KABUPATEN ACEH SELATAN

TAHUN 2012

SKRIPSI

OLEH :

MUHAMMAD YANI NIM: 10C10104187

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Teuku Umar Meulaboh

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH-ACEH BARAT

(3)

1 1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam model kebutuhan pokok telah dapat di identifikasi kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan dasar manusia tersebut antara lain: makanan, pakaian, perumahan, kesehatan, pendidikan, kebersihan, transportasi, serta partisipasi masyarakat. Dari pernyataan tersebut, diketahui bahwa kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Akan tetapi, masih banyak masyarakat belum mampu untuk memenuhinya. Oleh karena itu, derajat kesehatan masyarakat Indonesia terutama masyarakat miskin dan kurang mampu masih rendah (Sumardi, 2008).

Pada dasarnya kemiskinan dan kesehatan saling berhubungan, dengan hubungan yang tidak pernah putus terkecuali dilakukan intervensi pada salah satu atau kedua sisi yakni pada kemiskinaan atau penyakitnya. Kemiskinan mempengaruhi kesehatan sehingga orang miskin rentan terhadap berbagai penyakit, karena mereka mengalami gangguan seperti : menderita gizi buruk, pengetahuan kesehatan kurang, perilaku kesehatan kurang, lingkungan permukiman buruk, serta biaya kesehatan tidak tersedia. Sebaliknya, kesehatan mempengaruhi kemiskinan. Masyarakat yang sehat menekan kemiskinan karena orang sehat memiliki kondisi seperti : produktivitas kerja tinggi, pengeluaran berobat rendah, investasi dan tabungan memadai, tingkat pendidikan maju, tingkat fertilitas dan kematian rendah serta stabilitas ekonomi mantap (Sciortino, 2007).

(4)

Beberapa data empiris global menemukan hubungan, yaitu kematian bayi keluarga miskin tiga kali lebih tinggi dari keluarga tidak miskin, kematian balita keluarga miskin lima kali lebih tinggi dari keluarga tidak miskin, pertumbuhan ekonomi negara dengan tingkat kesehatan lebih baik (Infant Mortality Rate antara 50-100/1000 kelahiran hidup) adalah 37 kali lebih tinggi dibandingkan dengan negara tingkat kesehatan lebih buruk (Infant Mortality Rate lebih besar 150/1000 kelahiran hidup). Untuk itu, dalam mendapatkan standar kesehatan diperlukan pelayanan kesehatan bagi masyarakat terutama masyarakat miskin yang tujuannya mempercepat penanggulangan kemiskinan dan keharusan mutlak untuk melaksanakan upaya peningkatan status kesehatan penduduk miskin apalagi memasuki era globalisasi ini untuk pertumbuhan ekonomi suatu negara di tuntut daya saing yang memerlukan sumber daya manusia dengan kuantitas dan kualitas tinggi (Dep.Kes RI, 2008).

Berdasarkan Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu, setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggung jawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi orang miskin dan tidak mampu (Dep.Kes RI, 2011).

Kenyataan yang terjadi, derajat kesehatan masyarakat miskin masih rendah, hal ini tergambarkan dari angka kematian bayi kelompok masyarakat miskin tiga setengah sampai dengan empat kali lebih tinggi dari kelompok masyarakat tidak miskin. Masyarakat miskin biasanya rentan terhadap penyakit dan mudah terjadi penularan penyakit. Derajat kesehatan masyarakat miskin

(5)

berdasarkan indikator Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi, yaitu AKB sebesar 26,9/1000 kelahiran hidup dan AKI sebesar 248/100.000 kelahiran hidup serta umur harapan hidup 70,5 tahun (Dep.Kes RI, 2008).

Derajat kesehatan masyarakat miskin yang masih rendah tersebut diakibatkan karena sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan. Kesulitan akses pelayanan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tidak adanya kemampuan secara ekonomi dikarenakan biaya kesehatan memang mahal. Peningkatan biaya kesehatan yang diakibatkan oleh berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit, perkembangan teknologi kesehatan dan kedokteran, pola pembiayaan kesehatan berbasis pembayaran out of pocket, kondisi geografis yang sulit untuk menjangkau sarana kesehatan (Sciortino, 2007).

Pemerintah telah mengupayakan untuk mengatasi hambatan dan kendala tersebut melalui pelaksanaan program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat miskin dalam bentuk Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin (ASKESKIN) sejak tahun 2007. Sejak tahun 2008 sampai dengan saat ini Program ASKESKIN dikembangkan menjadi Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKEMAS). Sejak tanggal 11 Maret 2011, Program Jamkesmas telah dikembangkan lagi dengan adanya program Jaminan Persalinan (Jampersal) yaitu program pemeriksaan kehamilan (antenatal), persalinan dan pemeriksaan masa nifas (postnatal) bagi seluruh ibu hamil yang belum mempunyai jaminan kesehatan serta bayi yang dilahirkannya pada fasilitas kesehatan. Program Jaminan Persalinan tersebut terintegrasi dengan Program Jamkesmas (Kemenkes RI, 2011).

(6)

Secara Nasional kepesertaan Jamkesmas 2011 mengacu kepada data BPS 2008 yang berjumlah 60,4 juta jiwa namun demikian jumlah sasaran (kuota) peserta Jamkesmas tahun 2011 ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan sama dengan tahun 2010 yakni 76,4 juta jiwa. Baseline data kepesertaan tahun 2011 menggunakan data BPS ditambah dengan data daerah sesuai dengan updating sampai memenuhi kuota 2011 yang ditetapkan (Kemenkes RI, 2011).

Di Provinsi Aceh dari jumlah penduduk 4.559.460 jiwa, sebanyak 87% atau 3.966.730 tercatat sebagai peserta Jamkesmas (Profil Kesehatan Provinsi Aceh, 2011).

Dari data hasil sensus tahun 2010, bila dilihat sebaran penduduk berdasarkan wilayah Kabupaten Aceh Selatan merupakan yang paling banyak penduduknya untuk wilayah pesisir barat selatan, yakni sebanyak 202.003 orang.

Di Kabupaten Aceh Selatan jumlah kuota penduduk yang ditanggung atau tercatat sebagai peserta Jamkesmas pada tahun 2011 adalah sebanyak 132.414 jiwa atau 65,55% dari total seluruh penduduk di Kabupaten Aceh Selatan. Sebanyak 132.414 lembar kartu jaminan kesehatan (Jamkesmas) telah diterbitkan dan didistribusikan kepada masyarakat miskin di Kabupaten Aceh Selatan (Data Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan, 2011).

Rumah Sakit Umum Daerah dr. Yuliddin Away merupakan rumah sakit yang berada di wilayah Tapaktuan, ibu kota Kabupaten Aceh Selatan yang melaksanakan program jaminan kesehatan kepada masyarakat miskin dalam hal memberikan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang diberikan Rumah Sakit Umum Daerah dr. Yuliddin Away kepada pengguna atau peserta Jamkesmas antara lain pemberian obat, Pelayanan Rawat Jalan Tindak Lanjutan (RJTL) dan

(7)

Pelayanan Rawat Inap Tindak Lanjutan (RITL) yang mencakup tindakan pelayanan obat, penunjang diagnosik, pelayanan darah serta pelayanan lainnya (kecuali pelayanan haemodialisa). Adapun jumlah kunjungan pasien peserta Jamkesmas yang berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan pada tahun 2011 lalu adalah 22.568 orang yang datang berobat jalan dan 1.747 orang yang dirawat inap. Kemudian pada tahun 2012 peserta Jamkesmas di Kabupaten Aceh Selatan sebanyak 132.414 jiwa. Adapun jumlah kunjungan pasien Jamkesmas yang datang berobat jalan dan yang dirawat inap rata-rata per bulan sebanyak 2.190 orang (Data Rekam Medik Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuliddin Away, 2012).

Dari hasil penjajakan awal berupa wawancara peneliti dengan beberapa orang keluarga pasien pengguna jasa Jamkesmas di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Yulidin Away, dalam pelaksanaan Program Jamkesmas masih terdapat permasalahan seperti masih didapati keluhan dari pihak pasien atau keluarga yang merasa dibedakan-bedakan oleh tenaga medis atau paramedis dengan pasien yang bukan pengguna jasa Jamkesmas dalam hal pelayanan. Disamping itu ada juga terdapat keluhan dari pihak keluarga pasien yang merasa masih dibebankan untuk membeli obatan tertentu yang menurut keterangan dari pihak medis obat-obatan tersebut tidak ditanggung dalam program Jamkesmas, sementara menurut pengetahuan masyarakat dalam program Jamkesmas semua keperluan obat-obatan disediakan secara gratis oleh pemerintah.

Berdasarkan uraian diatas dan mengingat masih terdapat permasalah an dalam pelaksanaan Program Jamkesmas Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan, maka peneliti merasa tertarik untuk mengetahui

(8)

bagaimana respon dari masyarakat terhadap pelaksanaan Program Jamkesmas di Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan pada Tahun 2012.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah Respon Masyarakat terhadap Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) di Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan tahun 2012?.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui respon dari masyarakat terhadap pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) di Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan tahun 2012.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap pelaksanaan Program Jamkesmas di Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan tahun 2012.

2. Untuk mengetahui tindakan masyarakat dalam pelaksanaan Program Jamkesmas di Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan tahun 2012

(9)

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis :

Bagi Institusi Pendidikan diharapkan dapat menambah bahan bacaan dan sebagai bahan referensi untuk peneliti selanjutnya.

1.4.2. Manfaat Aplikatif :

a. Bagi pihak Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tapaktuan agar dapat menjadi sebuah kontribusi dalam upaya peningkatan mutu pelayanan, khususnya kepada pasien yang menggunakan fasilitas Jamkesmas.

b. Bagi peneliti sendiri untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam melakukan penelitian lain yang berhubungan dengan masalah kesehatan masyarakat.

(10)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Respon

Respon merupakan suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu. Respon juga diartikan sebagai suatu proses pengorganisasian rangsang dimana rangsangan-rangsangan proksimal diorganisasikan sedemikian rupa sehingga terjadi representasi fenomenal dari rangsangan-rangsangan proksimal tersebut (Adi, 2007).

Pada prosesnya respon didahului oleh sikap seseorang, karena sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku kalau ia menghadapi suatu rangsangan tertentu. berbicara mengenai respon tidak terlepas pembahasannya dengan sikap. Melihat sikap seseorang atau sekelompok orang terhadap sesuatu maka akan diketahui bagaimana respon mereka terhadap kondisi tersebut (Adi, 2007).

Menurut Louis Thursone dalam Adi (2007), respon merupakan jumlah kecenderungan dan perasaan, kecurigaan, dan prasangka, prapemahaman yang mendetail, rasa takut, ancaman dan keyakinan tentang suatu hal yang khusus. Dapat diketahui bahwa pengungkapan sikap melalui :

1. Pengaruh atau penolakan 2. Penilaian

3. Suka atau tidak suka

(11)

Respon juga diartikan sebagai suatu proses pengorganisasian rangsang dimana rangsangan-rangsangan proksimal diorganisasikan sedemikian rupa sehingga terjadi representasi fenomenal dari rangsangan-rangsangan proksimal tersebut (Adi, 2007).

Perubahan sikap dapat menggambarkan bagaimana respon seseorang atau sekelompok orang terhadap objek-objek tertentu seperti perubahan lingkungan atau situasi lain. Sikap yang muncul dapat positif yakni cenderung menyenangi, mendekati dan mengharapkan suatu objek, seseorang disebut mempunyai respon positif dilihat dari tahap kognisi, afeksi, dan psikomotorik. Sebaliknya seseorang mempunyai respon negatif apabila informasi yang didengarkan atau perubahan suatu objek tidak mempengaruhi tindakan atau malah menghindar dan membenci objek tertentu. Terdapat dua jenis variabel yang mempengaruhi respon yaitu: 1. Variabel struktural yakni faktor-faktor yang terkandung dalam rangsangan

fisik;

2. Variabel fungsional yakni faktor-faktor yang terdapat dalam diri si pengamat, misalnya kebutuhan suasana hati, pengalaman masa lalu.

Menurut Hunt (2006) orang dewasa mempunyai sejumlah unit untuk memproses informasi-informasi. Unit-unit ini dibuat khusus untuk menangani representasi fenomenal dari keadaan diluar yang ada dalam diri individu. Lingkungan internal ini dapat digunakan untuk memperkirakan peristiwa peristiwa yang terjadi diluar. Proses yang berlangsung secara rutin inilah yang disebut Hunt sebagai suatu respon (Sarwono, 2008).

Respon tertentu terikat dengan kata-kata. Dan oleh karena itu ucapan dapat berfungsi sebagai mediantro atau menentukan hirarki mana yang bekerja.

(12)

Artinya sosialisasi yang mempergunakan bahasa, baik lisan maupun tulisan merupakan media startegis dalam pembentukan respon masyarakat. Apakah respon tersebut terbentuk respon positif maupun negatif, sangat tergantung pada sosialisasi dari objek yang akan direspon (Sarwono, 2008).

Persepsi individu akan mempengaruhi sikap individu terhadap suatu program pembangunan. Dalam suatu program pembangunan terkandung ide-ide baru atau cara-cara yang disosialisasikan kedalam suatu masyarakat yang terkena program. Perubahan tersebut terproses dan terwujud dalam perubahan sikap. Perubahan sikap dapat menggambarkan bagaimana respon seseorang terhadap objek-objek tertentu, seperti perubahan lingkungan atas situasi lain (Sarwono, 2008).

2.2. Teori Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap yang muncul dapat positif, yakni cenderung menyenangi, mendekati, mengharapkan objek, atau muncul sikap negatif yakni menghindari, membenci suatu objek (Notoatmodjo, 2007).

2.3. Teori Tindakan

Tindakan atau perilaku adalah atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari

(13)

uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus –

Organisme – Respon. Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka

perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2007) : 1. Perilaku tertutup (convert behavior)

Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

2.3.1. Klasifikasi Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2007) adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta

(14)

lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance). Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.

2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior). Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.

3. Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya.

2.4. Konsep Masyarakat

Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia, yang atau dengan sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh mempengaruhi satu sama lain. Pengaruh dan pertalian kebatinan yang terjadi dengan sendirinya disini menjadi unsur yang sine qua non (yang harus ada) dalam masyarakat, bukan hanya menjumlahkan adanya orang – orang saja, diantara mereka harus ada pertalian satu sama lain. Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut ( Shadily, 2006 ).

(15)

2.5. Jamkesmas

Jamkesmas merupakan singkatan dari Jaminan Kesehatan Masyarakat dan merupakan program bantuan sosial kepada masyarakat miskin dan kurang mampu di bidang pelayanan kesehatan. Adapun tujuan dari program Jamkesmas adalah sebagai berikut (Depkes. RI, 2008) :

a. Tujuan Umum Program Jamkesmas

Untuk meningkatkan akses dan mutu kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efisien dan efektif.

b. Tujuan Khusus Program Jamkesmas

- Meningkatkan cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu yang mendapat pelayanan kesehatan di Puskesmas serta jaringannya dan Rumah Sakit.

- Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin. - Terselenggaranya penglolaan keuangan yang transfaran dan akuntabel

Adapun Sasaran program Jamkesmas adalah masyarakat miskin dan tidak mampu di seluruh Indonesia sejumlah 76,04 juta jiwa, tidak termasuk yang sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnya (Kemenkes. RI, 2011).

2.5.1. Landasan Hukum

Pelaksanaan program Jamkesmas berdasarkan pada :

a. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pasal 34 mengamanatkan ayat (1) bahwa fakir miskin dan anak-anak yang terlantar

(16)

dipelihara oleh negara, sedangkan ayat (3) bahwa negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas umum yang layak; b. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

c. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);

d. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 No. 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);

e. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4400);

f. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Tahun 2004 No. 116, Tambahan Lembaran Negara No. 4431);

g. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437), sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4844);

(17)

h. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637);

i. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 44567);0

j. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2007 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2008 (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4778);

k. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1996 No.49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637);

l. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antar Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);

m. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 No.89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4741);

n. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/XI/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.

o. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 021/Menkes/SK/I/2011 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010 – 2014;

(18)

2.5.2. Tata Laksana Kepersertaan

Dalam Pedoman Pelaksanaan Program Jamkesmas tahun 2008, ada beberapa ketentuan umum bagi calon peserta, antara lain:

a. Peserta Program Jamkesmas adalah setiap orang miskin dan tidak mampu selanjutnya disebut peserta Jamkesmas, yang terdaftar dan memiliki kartu dan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Tidak termasuk penduduk yang sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnya ;

b. Pesertaan Program Jamkesmas adalah masyarakat miskin dan orang yang tidak mampu dan peserta lainnya yang iurannya dibayari oleh Pemerintah 76,4 juta jiwa. Jumlah kuota data sasaran Jamkesmas adalah sama dengan jumlah kuota tahun 2010.

c. Untuk kepersertaan tahun 2011 akan diterbitkan kartu baru. Selama kartu baru tersebut belum diterbitkan maka berlaku kepersertaan dan kartu yang lama.

d. Berdasarkan Kuota kabupaten/kota sebagaimana diatas, Bupati/Walikota menetapkan peserta Jamkesmas kabupaten/kota dalam satuan jiwa berisi nomor, nama dan alamat peserta dalam bentuk Keputusan bupati/walikota. Apabila jumlah peserta Jamkesmas yang ditetapkan bupati/walikota melebihi dari jumlah kuota yang telah ditentukan, maka menjadi tanggung jawab Pemda setempat;

e. Dinas Kesehatan Propinsi atau Tim Pengelola Jamkesmas Propinsi setempat sebagai bahan kompilasi kepesertaan, pembinaan, monitoring, evaluasi analisis, pelaporan serta pengawasan;

(19)

f. Depertemen Kesehatan RI, sebagai database kepesertaan nasional, bahan dasar verifikasi Tim Pengelola Pusat, pembayaran klaim Rumah Sakit, pembinaan, monitoring, evaluasi, analisis, pelaporan serta pengawasan. g. Bagi masyarakat miskin yang tidak mempunyai kartu identitas seperti

gelandangan, pengemis, anak terlantar serta penghuni panti asuhan pada saat mengakses pelayanan kesehatan dengan menunjukan surat rekomendasi dari Dinas Sosial setempat.

h. Penghuni Lapas dan Rutan pada saat mengakses pelayanan kesehatan dengan menunjukan surat rekomendasi dari Kepala Lapas/Rutan

i. Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) yang tidak miliki kartu Jamkesmas pada saat mengakses pelayanan kesehatan dengan menunjukan Kartu PKH. j. Bagi bayi dan anak yang terlahir dari pasangan (suami dan istri) perserta

Jamkesmas setelah terbit Sk Bupati/Walikota, dapat mengakses pelayanan kesehatan dengan menunjukan akte kelahiran/surat kenal lahir/surat keterangan lahir/pernyataan dari tenaga kesehatan, kartu kedua orang tua dan kartu keluarga orangtuanya. Bayi yang lahir dari pasangan yang hanya salah satunya yang memiliki kartu Jamkesmas tidak dijamin dalam program Jamkesmas.

k. Korban bencana pasca tanggap darurat, kepesertaannya berdasarkan keputusan Bupati/Walikota setempat sejak tanggap darurat dinyatakan selesai dan berlaku selama satu tahun.

l. Sasaran yang dijamin oleh Jaminan Persalinan yaitu: ibu hamil, ibu bersalin/ibu nifas dan bayi baru lahir.

m. Penderita Thalassaemia mayor dapat manfaat program ini yang merupakan bukan perserta Jamkesmas

(20)

2.6. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memudahkan perseorangan, kelompok dan ataupun masyarakat (Azwar, 2006).

2.6.1. Komponen Pelayanan Kesehatan Dasar

Konsep pelayanan kesehatan dasar mencakup nilai-nilai dasar tertentu yang berlaku umum terhadap proses pengembangan secara menyeluruh, tetapi dengan penekanan penerapan di bidang kesehatan seperti berikut (Tjitarsa, 2007) : 1. Kesehatan secara mendasar berhubungan dengan tersedianya dan penyebaran sumber daya, bukan hanya sumber daya kesehatan seperti dokter, perawat, klinik, obat, melainkan juga sumber daya sosial-ekonomi yang lain seperti pendidikan, air dan persediaan makanan;

2. Pelayanan kesehatan dasar dengan demikian memusatkan perhatian kepada adanya kepastian bahwa sumber daya kesehatan dan sumber daya sosial yang ada telah tersebar merata dengan lebih memperhatikan mereka yang paling membutuhkannya;

3. Kesehatan adalah satu bagian penting dari pembangunan secara menyeluruh. Faktor yang mempengaruhi kesehatan adalah faktor sosial, budaya, dan ekonomi di samping biologi dan lingkungan; dan

4. Pencapaian tarif kesehatan yang lebih baik memerlukan keterlibatan yang lebih baik dari penduduk, seperti perorangan, keluarga, dan masyarakat dalam pengambilan tindakan demi kegiatan mereka sendiri dengan cara menerapkan perilaku sehat dan mewujudkan lingkungan sehat.

(21)

2.6.2. Karakteristik Pelayanan Kesehatan

Menurut Evan (2009) dibandingkan dengan kebutuhan hidup manusia yang lain, kebutuhan pelayanan kesehatan mempunyai tiga ciri utama yang terjadi sekaligus dan unik yaitu : uncertainty, asymmetry of information dan externality. Ketiga cirri utama tersebut menyebabkan pelayanan kesehatan sangat unik dibandingkan dengan produk atas jasa lainnya.

1. Uncertainty

Uncertainty atau ketidakpastian menunjukkan bahwa kebutuhan akan

pelayanan kesehatan tidak bisa pasti, baik waktu, tempat maupun besarnya biaya yang dibutuhkan. Dengan ketidakpastian ini sulit bagi seseorang untuk menganggarkan biaya untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatannya. Penduduk yang penghasilannya rendah tidak mampu menyisihkan sebagian penghasilannya rendah tidak mampu menyisihkan sebagian penghasilannya untuk memenuhi kebutuhan yang tidak diketahui datangnya, bahkan penduduk yang relative berpendapatan memadai sekalipun seringkali tidak sanggup memenuhi kecukupan biaya yang dibutuhkan untuk memnuhi kebutuhan medisnya. Maka dalam hal ini seseorang yang tidak miskin dapat menjadi miskin atau bangkrut mana kala ia menderita sakit;

2. Asymmetry of Information

Sifat kedua asymmetry if Information menunjukkan bahwa konsumen pelayanan kesehatan berada pada posisi yang lemah sedangkan proveder (dokter dan petugas kesehatan lainnya) mengetahui jauh lebih banyak tentang manfaar dan kualitas pelayanan yang dijualnya. Ciri ini juga ditemukan oleh para ahli ekonomi kesehatan lain seperti Feldstein, Jacos, Rappaport, dan Phelps. Dalam

(22)

pelayanan kesehatan, misalnya kasus ekstrim pembedahan, pasien hampir tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui apakah ia membutuhkan pelayanan tersebut atau tidak. Kondisi ini sering dikenal dengan consumen ignorance atau konsumen yang bodoh, jangankan ia mengetahui berapa harga dan berapa banyak yang diperlukan, mengetahui apakah ia memerlukan tindakan bedah saja tidak sanggup dilakukan meskipun pasien mungkin seorang professor sekalipun; dan

3. Externality

Externality menunjukkan bahwa konsumsi pelayanan kesehatan tidak saja mempengaruhi pembeli tetapi juga bukan pembeli. Contohnya adalah konsumsi rokok yang mempunyai resiko besar pada bukan perokok, akibat dari ciri ini, pelayanan kesehatan membutuhkan subsidi dalam berbagai bentuk, oleh karena pembiayaan pelayanan kesehatan tidak saja menjadi tanggung jawab diri sendiri, akan tetapi perlunya digalang tanggung jawab bersama (publik). Ciri unik tersebut juga dikemukakan oleh beberapa ahli ekonomi kesehatan seperti Feldstein.

2.6.3. Syarat-syarat Pelayanan Kesehatan

Agar pelayanan kesehatan dapat mencapai tujuan yang diinginkan, banyak syarat yang harus dipenuhi. Syarat yang dimaksud paling tidak mencakup delapan hal pokok yakni tersedia, wajar, berkesinambungan, dapat diterima, dapat dicapai, dapat dijangkau, efisien, serta bermutu (Azwar, 2006).

1. Ketersediaan Pelayanan Kesehatan

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut tersedia di masyarakat

(23)

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut bersifat wajar, dalam arti dapat mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi.

3. Kesinambungan Pelayanan Kesehatan

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut bersifat berkesinambungan, dalam arti tersedia setiap saat, baik menurut waktu atau kebutuhan pelayanan kesehatan.

4. Penerimaan Pelayanan Kesehatan

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut dapat diterima oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan

5. Ketercapaian Pelayanan Kesehatan

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut dapat dicapai oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan tersebut.

6. Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut dapat dijangkau oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan

7. Efesiensi Pelayanan Kesehatan

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut dapat diselenggarakan secara efisien.

8. Mutu Pelayanan Kesehatan

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut dapat menyembuhkan pasien serta tindakan yang dilakukan aman.

(24)

2.7. Jenis-jenis Pelayanan Kesehatan Jamkesmas

Adapun jenis-jenis pelayanan kesehatan yang tersedia di Puskesmas, yaitu:

1. Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL), yang meliputi :

a. Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan oleh dokter spesialis atau umum

b. Rehabilitasi medik

c. Penunjang diagnostik: laboratorium klinik, radiologi dan elektromedik d. Tindakan medis kecil atau sedang

e. Pemeriksaan pengobatan gigi tingkat lanjutan

f. Pemberian obat yang mengacu pada formularium Rumah Sakit g. Pelayanan darah

h. Pemeriksaan kehamilan dengan resiko tinggi dan sulit

2. Pelayanan Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL), yang meliputi :

a. Akomodasi rawat inap (Bagi Puskesmas yang memiliki fasilitas rawat inap) b. Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan

c. Penunjang diagnosik: laboratorium klinik, radiologi dan elektromedik d. Tindakan medis

e. Pelayanan rehabilitasi medis

(25)

2.8. Kerangka Pemikiran

Semakin meningkatnya pembiayaan sarana dan prasarana kesehatan, mengakibatkan sulitnya masyarakat mengakses pelayanan kesehatan yang dibutuhkan. Keadaan ini terjadi terutama dimana pembiayaan harus ditanggung sendiri dalam sistem tunai.

Dalam menjawab permasalahan peningkatan terhadap pembiayaan kesehatan, pemerintah telah mengambil kebijakan strategis untuk menggratiskan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin sejak 1 Januari 2005 program ini menjadi Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin (JPKMM) yang popular dengan nama Askeskin yang kemudian pada tahun 2008 diubah namanya menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat atau Jamkesmas.

Kemudian sejak tanggal 11 Maret 2011, Program Jamkesmas ini telah dikembangkan lagi dengan adanya program Jaminan Persalinan (Jampersal) yaitu program pemeriksaan kehamilan (antenatal), persalinan dan pemeriksaan masa nifas (postnatal) bagi seluruh ibu hamil yang belum mempunyai jaminan kesehatan serta bayi yg dilahirkannya pada fasilitas kesehatan. Program Jaminan Persalinan tersebut terintegrasi dengan Program Jamkesmas (Kemenkes RI, 2011).

Rumah Sakit Umum dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan merupakan salah satu Rumah Sakit yang melaksanakan program Jaminan Kesehatan untuk masyarakat miskin di wilayah Kabupaten Aceh Selatan. Apabila masyarakat di wilayah kabupaten Aceh Selatan telah terdaftar sebagai peserta Jamkesmas maka mereka berhak mendapatkan pelayanan kesehatan dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, gawat darurat dan pelayanan rujukan ke fasilitas kesehatan lanjutan.

(26)

2.9. Konsep Rumah Sakit

Rumah Sakit adalah suatu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan rawat inap dan rawat jalan yang memberikan pelayanan kesehatan jangka pendek dan jangka panjang yang terdiri dari observasi, diagnostik, terapeutik dan rehabilitatif untuk orang-orang yang menderita sakit, cidera dan melahirkan (Permenkes No.1045/Menkes/PER/XI/2006).

2.9.1. Fungsi Rumah Sakit

1. Penyelenggaraan pelayanan terdiri pelayanan medis dan penunjang medis, pelayanan perawatan dan asuhan keperawatan, pelayanan rehabilitasi, pelayanan pencegahan dan peningkatan kesehatan;

2. Sebagai tempat pendidikan dan atau latihan tenaga medik dan paramedik. 3. Sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi bidang

kesehatan.

4. Penyelenggaraan Administrasi umum dan Keuangan (Pasal 9 Permenkes No.986/Menkes/PER/XI /1992).

Kini Rumah Sakit adalah bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan. Departemen Kesehatan RI telah menggariskan bahwa Rumah Sakit umum mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengupayakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan (Aditama, 2006).

(27)

Dalam usaha mencapai sasarannya suatu Rumah Sakit harus memilih suatu struktur organisasi yang efektif, mudah beroperasi dan tidak banyak birokrasi. Penetapan struktur organisasi ini dimaksudkan untuk bisa membagi tugas pekerjaan, memberikan wewenang, melakukan pengawasan dan meminta pertanggung jawaban (Djojodibroto, 1997)

Definisi Rumah Sakit seperti yang di kutip oleh Charles JP dari Hassan dalam bukunya Hospital Pharmacy (1986) adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan gabungan alat ilmiah yang khusus dan rumit, dan difungsikan oleh berbagai gabungan personil terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik modern, yang semuanya terikat bersama-sama dalam maksud yang sama yaitu untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik.

Sekarang ini Rumah Sakit adalah suatu lembaga komunitas yang merupakan instrumen masyarakat. Ia merupakan titik fokus untuk mengkoordinasi dan menghantarkan pelayanan penderita kepada komunitasnya. Berdasarkan hal tersebut, Rumah Sakit dapat dipandang sebagai suatu struktur terorganisasi yang menggabungkan bersama-sama semua profesi kesehatan, fasilitas diagnostik dan terapi, alat dan perbekalan serta fasilitas fisik ke dalam suatu sistem terkoordinasi untuk penghantaran pelayanan bagi masyarakat. Dulu Rumah Sakit hanya dianggap sebagai suatu lembaga yang giat memperluas layanannya kepada penderita dimanapun lokasinya.

Rumah Sakit dapat dianggap sebagai kota dalam kota. Dalam Rumah Sakit terdapat segala fasilitas dan kegiatan seperti yang terdapat dalam kegiatan suatu kota, misalnya hotel yang dimanifestasikan oleh akomodasi kamar/ruang bagi

(28)

penderita; asrama bagi siswa/mahasiswa perawat, teknisi, ahli gizi, instalasi farmasi Rumah Sakit; kantin/restoran; binatu; pelayanan kerumahtanggaan; rekayasa; pembangkit listrik; kantor pos; sistem komunikasi internal dan eksternal yang padat; bank; bank darah; bagian hubungan masyarakat; bagian keamanan, dan sebagainya.

Rumah Sakit (hospital) adalah sebuah institusi perawatan kesehatan yang pelayanan professionalnya oleh dokter, perawat dan tenaga ahli kesehatan lainnya. (www. wikipedia.com).

Aditama (2006) menyatakan bahwa Rumah Sakit adalah organisasi tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien (American Hospital Association, 1974). Misi Rumah Sakit yaitu memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI No.983/Menkes/SK/XI/1992 menyebutkan bahwa Rumah Sakit umum (RSU) adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik dan sub-spesialistik. Sedangkan tugas Rumah Sakit adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan. Untuk itu Rumah Sakit umum perlu mempunyai fungsi pelayanan medis, penunjang medis,

(29)

pelayanan dan asuhan keperawatan, rujukan, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan serta menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan.

Friedman dan Milton Roemer dalam Aditama (2006), menyatakan bahwa Rumah Sakit setidaknya mempunyai lima fungsi :

1. Memberikan pelayanan rawat inap dengan fasilitas diagnostik dan terapeutik 2. Memberikan pelayanan rawat jalan

3. Melakukan pendidikan dan pelatihan

4. Melakukan penelitian di bidang kedokteran dan kesehatan

5. Melakukan program pencegahan penyakit dan penyuluhan kesehatan bagi lingkungan sekitar.

Menurut Trisnantoro (2006) Rumah Sakit dapat dibagi menjadi: 1. Rumah Sakit milik Pemerintah

2. Rumah Sakit Milik Militer

3. Rumah Sakit Swasta milik Yayasan Keagamaan dan Kemanusiaan 4. Rumah Sakit Swasta milik Dokter

5. Rumah Sakit Swasta milik Perusahaan yang mencari keuntungan 6. Rumah Sakit Milik Badan Usaha Milik Negara

Sedangkan menurut Buyamin (2007) Rumah Sakit dapat diklasifikasikan menjadi beberapa golongan berdasarkan jenis pelayanan, kepemilikan, jangka waktu pelayanan, kapasitas tempat tidur dan fasilitas pelayanan, dan afiliasi pendidikan. Berdasarkan kepemilikan, Rumah Sakit dibagi atas :

1. Rumah Sakit Umum Pemerintah

Rumah Sakit umum pemerintah adalah Rumah Sakit umum milik pemerintah, baik pusat maupun daerah, Departemen Pertahanan dan Keamanan, maupun

(30)

Badan Usaha Milik Negara. Rumah Sakit umum pemerintah dapat dibedakan berdasarkan unsur pelayanan, ketenagaan, fisik dan peralatan menjadi empat kelas yaitu Rumah Sakit umum Kelas A, B, C, dan D.

2. Rumah Sakit Swasta, terdiri atas:

a. Rumah Sakit Umum Swasta Pratama, yaitu Rumah Sakit umum swasta yang memberikan pelayanan medik bersifat umum, setara dengan Rumah Sakit pemerintah kelas D.

b. Rumah Sakit Umum Swasta Madya, yaitu Rumah Sakit umum swasta yang memberikan pelayanan medik bersifat umum dan spesialistik dalam 4 cabang, setara dengan Rumah Sakit pemerintah kelas C.

c. Rumah Sakit Umum Swasta Utama, yaitu Rumah Sakit umum swasta yang memberikan pelayanan medik bersifat umum, spesialistik dan

subspesialistik, setara dengan Rumah Sakit pemerintah kelas B.

Berdasarkan Fasilitas Pelayanan dan Kapasitas Tempat Tidur :

3. Rumah Sakit Kelas A, yaitu Rumah Sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dan subspesialistik luas, dengan kapasitas lebih dari 1000 tempat tidur.

4. Rumah Sakit Kelas B, dibagi menjadi :

a. Rumah Sakit B1 yaitu RS yang melaksanakan pelayanan medik minimal 11 (sebelas) spesialistik dan belum memiliki sub spesialistik luas dengan kapasitas 300-500 tempat tidur.

b. Rumah Sakit B2 yaitu RS yang melaksanakan pelayanan medik spesialistik dan sub spesialistik terbatas dengan kapasitas 500-1000 tempat tidur.

(31)

5. Rumah Sakit Kelas C, yaitu Rumah Sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar, yaitu penyakit dalam, bedah, kebidanan atau kandungan, dan kesehatan, dengan kapasitas 100-500 tempat tidur.

6. Rumah Sakit Kelas D yaitu Rumah Sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar, dengan kapasitas tempat tidur kurang dari 100.

2.9.2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.983/MENKES/SK/XI/1992, tugas umum Rumah Sakit adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.164/B/MenKes/PER/II/1998, yang di kutip dari (Buyamin, 2007) fungsi Rumah Sakit adalah:

1. Fungsi Profesional

a. Menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis, pelayanan keperawatan, pelayanan rehabilitasi kesehatan, pencegahan serta peningkatan kesehatan.

b. Sebagai tempat pendidikan dan pelatihan tenaga medis dan paramedis. c. Sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi bidang

(32)

2. Fungsi Sosial

Rumah Sakit pemerintah dan non pemerintah (swasta) harus memberikan

fasilitas perawatan pada penderita yang tidak mampu. Rumah Sakit umum pemerintah harus menyediakan 75 % dari tempat tidur yang ada untuk pasien yang tidak mampu, sedangkan Rumah Sakit non pemerintah (swasta) wajib menyediakan 25 % dari kapasitas tempat tidur untuk pasien yang tidak mampu. 3. Fungsi Rujukan

Fungsi rujukan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab secara timbal balik atas masalah yang timbul, baik vertikal maupun horisontal. Ada dua sistem rujukan yang digunakan, yaitu :

a. Rujukan untuk peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dengan bantuan sarana, teknologi, keterampilan, kegiatan langsung melakukan survei epidemiologi.

b. Rujukan media untuk penyembuhan dan pemulihan penyakit, misalnya dengan menyuruh penderita dari puskesmas ke Rumah Sakit, mengirim tenaga ahli, sampel darah, atau informasi.

2.10. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep dalam penelitian ini dikembangkan berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Program Jamkesmas tahun 2011 oleh Kemenkes RI dan konsep teori sikap dan tindakan yang dikemukan oleh Notoadmodjo (2007), serta konsep teori tentang Rumah Sakit yang dikemukan oleh Aditama (2006).

(33)

Gambar : 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Respon Masyarakat ( Sikap dan Tindakan)

Variabel Independen Variabel Dependen

Pelaksanaan Program Jamkesmas di RSUD H. Yuliddin Away

(34)

32

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi deskriptif dengan rancangan pendekatan

Cross sectional dimana pengukuran variabel dilakukan pada satu saat yang

bersamaan. Penelitian ini akan mengukur variabel bebas (Independen) yaitu pelaksanaan program Jamkesmas di Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan dengan variabel terikat

(Dependen) yaitu respon masyarakat sebagai objek penerima pelayanan tersebut

dalam satu waktu secara bersamaan (Arikunto, 2008).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan. Adapun alasan peneliti melakukan penelitian di lokasi ini karena Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan merupakan salah satu instansi yang melaksanakan program Jamkesmas.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian telah dilaksanakan sejak tanggal 15 November sampai dengan tanggal 08 Desember Tahun 2012.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

(35)

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda benda, hewan, tumbuh - tumbuhan, gejala - gejala, nilai atau peristiwa berbagai sumber data yang memiliki karakter tertentu dalam suatu penelitian (Arikunto, 2008).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta Jamkesmas di Kabupaten Aceh Selatan sebanyak 132.414 jiwa. Adapun jumlah kunjungan pasien Jamkesmas yang datang berobat jalan dan yang dirawat inap rata-rata per bulan sebanyak 2.190 orang (Data Rekam Medik Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan, 2012)

3.3.2. Sampel

Sampel adalah wakil dari populasi yang dianggap representative atau memenuhi syarat untuk menggambarkan keseluruhan dari populasi yang diwakilinya (Arikunto, 2008). Karena jumlah populasi melebihi dari 1000 orang, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik penarikan sampel yang menggunakan rumus sebagai berikut (Chandra, 2007):

n = 1 . 2 d N N Keterangan : n : Jumlah sampel N : Jumlah populasi

d : Presisi ( penarikan sampel ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 95% )

Menurut rumus diatas, maka besarnya sampel :

1 ) 1 , 0 ( 2190 2190 2  n 1 9 , 21 2190   n 9 , 22 2190  n n 95,63

(36)

Dengan teknik pengambilan sampel diatas, maka dapat ditentukan responden sebanyak 95,63 atau dibulatkan menjadi 96 orang.

Adapun cara penarikan sampel diatas, dengan tehnik Accidental

Sampling yaitu penarikan sampel secara kebetulan bertemu dengan pasien peserta

Jamkesmas baik yang dirawat inap maupun yang datang berobat jalan pada saat berlangsungnya penelitian.

3.3.3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi :

A. Kriteria inklusi subyek dalam penelitian ini ditetapkan sebagai berikut :

1. Responden adalah peserta Jamkesmas, bukan peserta jaminan kesehatan yang lain.

2. Bersedia menjadi responden. B. Kriteria Eksklusinya adalah :

1. Tidak bersedia menjadi responden. 2. Tidak bisa membaca dan menulis.

3.4. Metode Pengumpulan Data 1. Data Primer

Yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian dengan datang langsung ke lokasi penelitian untuk mencari fakta yang bekaitan dengan masalah yang diteliti melalui observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian; dan kuesioner, yaitu tehnik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan menyebar angket kepada masyarakat peserta Jamkesmas yang menjadi responden.

(37)

2. Data Sekunder

Tehnik pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku, majalah, dan literatur lain yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.

3.5. Instrumen Penelitian

Instrumen berupa kuesioner dengan jumlah 5 (lima) pernyataan yang berhubungan dengan sikap, 3 (tiga) pertanyaan yang berhubungan dengan tindakan dan 10 (sepuluh) pernyataan yang berhubungan dengan respon responden.

Untuk kuesioner pada variabel Sikap, bila responden memilih jawaban Sangat Setuju (SS) skornya 3, Setuju (S) skornya 2, Tidak Setuju (TS) skornya 1 dan Sangat Tidak Setuju (STS) skorya 0. Untuk kuesioner pada variabel Tindakan bila responden memilih jawaban (a) skornya 1 dan bila bila responden memilih jawaban (b) maka skornya 0. Untuk kuesioner pada variabel Respon masyarakat bila responden memilih jawaban (Ya) skornya 1 dan bila bila responden memilih jawaban (Tidak) maka skornya 0.

(38)

3.6. Definisi Operasional Variabel

Tabel 3.1. Variabel Penelitian

No Variabel Dependen

1. Variabel : Pelaksanaan Program Jamkemmas

Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur : : : : :

Pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin yang diselenggarakan oleh pemerintah melalui Departemen Kesehatan untuk menjamin hak masyarakat untuk berobat. Mengedarkan Kuesioner. Kuesioner. 1. Baik. 2. Tidak. Ordinal. Variabel Independen 2. Variabel : Sikap Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur : : : : :

Reaksi dari masyarakat pengguna pelayanan terhadap pelaksanaan Program Jamkesmas di Rumah Sakit yang meliputi semua aspek pelayanan baik rawat jalan maupun rawat inap.

Mengedarkan Kuesioner. Kuesioner. 1. Mendukung. 2. Tidak mendukung. Ordinal 3. Variabel : Tindakan Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur : : : : :

Perilaku dari masyarakat pengguna pelayanan Jamkesmas yang dapat diamati. Perilaku tersebut merupakan wujud dari respon terhadap pelayanan yang mereka terima di selama berobat di Rumah Sakit Mengedarkan Kuesioner. Kuesioner. 1. Baik. 2. Tidak. Ordinal. 4. Variabel : Respon Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur : : : : :

Reaksi dari masyarakat peserta Jamkesmas yang berwujud dalam bentuk penilaian suka atau tidak setelah menerima pelayanan kesehatan dalam program Jamkesmas di RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan. Mengedarkan Kuesioner. Kuesioner. 1. Positif. 2. Negatif. Ordinal.

(39)

Rentang Banyak Kelas

3.7. Aspek Pengukuran Variabel

Aspek pengukuran masing-masing variabel dengan menentukan panjang kelas (interval), dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Hidayat, 2007) :

P : Panjang kelas

Rentang : Selisih nilai tertinggi dan terendah

Banyak kelas : Jumlah kelas dari hasil ukur masing-masing variabel

Dengan demikian aspek pengukuran untuk setiap variabel adalah :

A. Penilaian variabel Sikap

Mendukung : Apabila nilai kuesioner 8 -15 Tidak mendukung : Apabila nilai kuesioner 0 -7,5

B. Penilaian variabel Tindakan

Baik : Apabila nilai kuesioner 2 - 3 Tidak : Apabila nilai kuesioner 0 - 1,5

C. Penilaian variabel Respon Masyarakat

Positif : Apabila nilai kuesioner 10 - 18 Negatif : Apabila nilai kuesioner 0 - 9

D. Penilaian variabel Pelaksananaan Program Jamkesmas

Baik : Apabila total skor 22 - 43 Tidak : Apabila total skor 0 - 21,5

(40)

3.8. Teknik Analisis Data

Analisa data yang dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut : a) Pertama editing yaitu memeriksa nama dan kelengkapan identitas maupun

data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk.

b) Kedua yaitu coding yaitu member kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analsia.

c) Ketiga entry yaitu memasukkan data dari kuesioner ke dalam program pengolah data statistik komputer.

d) Ke empat cleaning yaitu memeriksa kembali data yang telah di entry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak.

Hasil penelitian akan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Tujuannya adalah untuk melihat seberapa besar proporsi variabel yang diteliti dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dengan menggunakan rumus :

Keterangan :

P : Persentase yang diinginkan

F : Jumlah responden dalam setiap kategori masing-masing variabel n : Jumlah sampel penelitian

F P = x 100 % n

(41)

39

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Tapaktuan dibangun pada tahun 1957, terletak di Pesisir Laut Selatan, merupakan satu satunya Rumah Sakit yang ada di Kabupaten Aceh Selatan. Sebelum Rumah Sakit ini dibangun, kota Tapaktuan telah memiliki Rumah Sakit peninggalan Belanda yang sekarang tidak berfungsi lagi dan bangunannya dimanfaatkan sebagai tempat sekolah Akademi Perawat Kesehatan (AKPER) Pemda.

Akibat terus meningkatnya tuntutan masyarakat yang semakin membutuhkan pelayanan kesehatan yang lebih baik dan bermutu, maka Proyek Kesehatan Pedesaan dan Kependudukan (Proyek ADB III Loan No. 1299-INO) merekomendasikan Pembangunan Rumah Sakit Baru di Tapaktuan.

Pada tanggal 26 Januari 1997 oleh Gubernur Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Prof. Dr. Syamsuddin Mahmud telah melakukan peletakan batu pertama Pembangunan Rumah Sakit Tapaktuan di desa Gunung Kerambil, dan pada tanggal 13 Mei 1999 telah di resmikan oleh Gubernur Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Prof. Dr. Syamsuddin Mahmud untuk digunakan sebagai tempat pelayanan kesehatan di Kabupaten Aceh Selatan.

Sebelum diresmikan oleh Gubernur Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, RSU Tapaktuan terhitung 10 Mei 1999 dengan Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Aceh Selatan Nomor 3 Tahun 1999, dirubah menjadi

(42)

RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan. Pemberian nama ini untuk mengenang nama seorang putra Aceh Selatan yang sangat berjasa dalam memajukan serta mensosialisasikan pengobatan tradisional ke pengobatan medis. Pada tanggal 20 Mei 1997 berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 470/MENKES/SK/V/1997 Rumah Sakit Tapaktuan ditingkatkan kelasnya menjadi Kelas/Tipe C.

RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan yang merupakan salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah ( SKPD ) dibawah Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan sesuai dengan Qanun No. 6 Tahun 2008 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan yang mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan rujukan, serta mempunyai fungsi – fungsi :

a. Penyelenggaraan Pelayanan Medis

b. Penyelenggaraan Pelayanan Penunjang Medis dan Non Medis c. Penyelenggaraan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan

d. Penyelenggaraan Pelayanan Upaya Rujukan e. Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan f. Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan g. Penyelenggaraan Administrasi Umum dan Keuangan

Dalam pelaksanaan penyelenggaraan tersebut RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan masih banyak memiliki kelemahan dan kekurangan yang memerlukan pembenahan agar menghasilkan kinerja yang optimal. Berbagai faktor dan kendala baik dari segi internal maupun eksternal seringkali menjadi

(43)

penghambat pelaksanaan pelayanan yang prima sehingga masih banyak mendapat keluhan - keluhan dan protes dari masyarakat Kabupaten Aceh Selatan.

Untuk menyelaraskan arah dan tujuan RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan dengan kebijakan Pemda Aceh Selatan maka ditetapkan visi sebagai berikut : “Menjadi Rumah Sakit yang Prima dan Mandiri.”. Sedangkan misi RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan adalah :

(1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu dengan dilandasi pelayanan kesehatan bernuansa islami

(2) Menyelenggarakan Pelayanan rujukan bagi masyarakat di wilayah pantai Barat selatan

(3) Berperan serta aktif membantu pemerintah Kabupaten Aceh Selatan dalam bidang kesehatan sesuai visi dan misi RSUD dr. H. Yuliddin Away

4.1.2. Analisa Univariat

4.1.2.1. Distribusi Karakteristik Responden

Karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 4.1 yang terdiri dari usia, pendidikan dan pekerjaan. Distribusi karakteristik responden dapat dilihat pada tabel-tabel berikut :

Tabel 4.1: Distribusi Karakteristik Umur Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2012.

Umur Frekuensi Persentase

> 40 tahun <40 tahun 18 77 20 80 Total 96 100

Sumber: Data primer (diolah, 2012)

Pada tabel diatas menunjukkan mayoritas responden peserta Jamkesmas berumur < 40 tahun (80%) berdasarkan jawaban dari 96 responden.

(44)

Tabel 4.2: Distribusi Karakteristik Jenis Kelamin Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2012.

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki – Laki Perempuan 34 62 35 65 Total 96 100

Sumber: Data primer (diolah, 2012)

Pada tabel diatas menunjukkan jenis kelamin peserta Jamkesmas yang terbanyak adalah perempuan (65%) berdasarkan jawaban dari 96 responden.

Tabel 4.3: Distribusi Karakteristik Responden menurut Tingkat Pendidikan Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2012.

Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase

SD SLTP SLTA D-III PT 18 29 48 0 1 19 30 50 0 1 Total 96 100

Sumber: Data primer (diolah, 2012)

Pada tabel diatas menunjukkan tingkat pendidikan peserta Jamkesmas yang terbanyak adalah SMU (50%) berdasarkan jawaban dari 96 responden.

Tabel 4.4: Distribusi Karakteristik Responden menurut Pekerjaan Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2012.

Pekerjaan Frekuensi Persentase

Swasta IRT Tani 29 44 23 30 46 24 Total 96 100

(45)

Pada tabel diatas menunjukkan jenis pekerjaan peserta Jamkesmas yang terbanyak adalah IRT (46%) berdasarkan jawaban dari 96 responden.

4.1.2.2. Sikap Responden

Tabel 4.5 : Distribusi Sikap Responden Terhadap Pelaksanaan Program Jamkesmas di RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2012.

Sikap Frekuensi Persentase

Mendukung 96 100

Tidak mendukung 0 0

Total 96 100

Sumber: Data primer (diolah, 2012)

Tabel diatas menggambarkan bahwa semua peserta Jamkesmas memiliki sikap mendukung (100%) terhadap Pelaksanaan Program Jamkesmas berdasarkan hasil jawaban dari 96 responden.

4.1.2.3. Tindakan Responden

Tabel 4.6 : Distribusi TindakanResponden Terhadap Pelaksanaan Program

Jamkesmas di RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2012.

Tindakan Frekuensi Persentase

Baik 74 77

Tidak 22 23

Total 96 100

Sumber: Data primer (diolah, 2012)

Tabel diatas menggambarkan bahwa mayoritas peserta Jamkesmas memiliki tindakan pada kategori baik (77%) terhadap Pelaksanaan Program Jamkesmas berdasarkan hasil jawaban dari 96 responden.

(46)

4.1.2.4. Respon Responden

Tabel 4.7 : Distribusi Respon Responden Terhadap Pelaksanaan Program

Jamkesmas di RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2012.

Respon Frekuensi Persentase

Positif 74 77

Negatif 22 23

Total 96 100

Sumber: Data primer (diolah, 2012)

Tabel diatas menggambarkan bahwa mayoritas peserta Jamkesmas memiliki respon pada kategori baik (77%) terhadap pelaksanaan Program Jamkesmas berdasarkan jawaban dari 96 responden.

4.1.2.5. Pelaksanaan Program Jamkesmas

Tabel 4.8 : Distribusi Pelaksanaan Program Jamkesmas Menurut Penilaian Pasien Peserta Jamkesmas di RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2012.

Pelaksanaan Program Jamkesmas Frekuensi Persentase

Baik 74 77

Kurang 22 23

Total 96 100

Sumber: Data primer (diolah, 2012)

Tabel diatas menggambarkan bahwa pelaksanaan Program Jamkesmas di RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan mayoritas pada kategori baik (77%) berasarkan hasil akumulasi skor dari jawaban 96 responden.

(47)

4.1.2.6. Sikap responden dengan Pelaksanaan Program Jamkesmas

Tabel 4.9 : Tabel silang Sikap responden dengan Pelaksanaan Program Jamkesmas di RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2012.

Sikap Pelaksanaan Program Jamkesmas Total Baik Tidak N % n % n % Mendukung 74 77 22 23 96 100 Tidak 0 0 0 0 0 0 Total 74 22 96 100

Sumber: Data primer (diolah, 2012)

Pada tabel diatas terlihat bahwa dari 96 responden yang bersikap mendukung (100%), maka pelaksanaan Program Jamkesmas dinilai mayoritas pada kategori baik 77%.

4.1.2.7. Tindakan responden dengan Pelaksanaan Program Jamkesmas Tabel 4.10 : Tabel silang Tindakan responden dengan Pelaksanaan Program

Jamkesmas di RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2012.

Tindakan Pelaksanaan Program Jamkesmas Total Baik Tidak N % n % N % Baik 74 100 0 0 74 100 Tidak 0 0 22 100 22 100 Total 74 22 96 100

Sumber: Data primer (diolah, 2012)

Pada tabel diatas terlihat bahwa dari 74 responden yang mempunyai tindakan baik, maka pelaksanaan Program Jamkesmas dinilai semua pada kategori baik (100%). Kemudian dari 22 responden yang mempunyai tindakan tidak baik, maka maka pelaksanaan Program Jamkesmas dinilai semua pada kategori tidak baik (100%).

(48)

4.1.2.8. Respon responden dengan Pelaksanaan Program Jamkesmas

Tabel 4.11 : Tabel silang Respon responden dengan Pelaksanaan Program Jamkesmas di RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2012.

Respon Pelaksanaan Program Jamkesmas Total Baik Tidak N % n % n % Positif 73 99 1 1 74 100 Negatif 1 5 21 95 22 100 Total 74 22 96 100

Sumber: Data primer (diolah, 2012)

Pada tabel diatas terlihat bahwa dari 74 responden yang mempunyai respon positif, maka pelaksanaan Program Jamkesmas dinilai pada kategori baik (99)%. Kemudian dari 22 responden yang mempunyai tindakan tidak baik, maka maka pelaksanaan Program Jamkesmas dinilai pada kategori tidak baik (95%).

4.2. Pembahasan 4.2.1. Sikap responden

Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa semua responden (100%) memiliki sikap yang mendukung terhadap adanya Program Jaminan Kesehatan Masyarakat. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian A. Tambunan tentang Respon Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat oleh Rumah Sakit Umum HKBP Balige di Kabupaten Toba Samosir tahun 2009.

Dalam hal ini dapat dipahami bahwa dengan adanya Program Jaminan Kesehatan Masyarakat maka semua masyarakat miskin akan mendapatkan pelayanan kesehatan yang gratis yang sebelumnya harus dibayar dengan harga yang tidak terjangkau oleh mereka. Menurut Notoatmodjo (2007), sikap yang

(49)

muncul dapat positif, yakni cenderung menyenangi, mendekati, mengharapkan objek, atau muncul sikap negatif yakni menghindari, membenci suatu objek.

Sikap mendukung dari masyarakat tersebut dapat dinilai antara lain dari bertambahnya jumlah pasien yang memanfaatkan jasa pelayanan kesehatan baik pelayanan rawat jalan maupun rawat inap.

4.2.2. Tindakan responden

Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa sebahagian besar responden memiliki tindakan yang baik sebagai peserta Program Jaminan Kesehatan Masyarakat. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian A. Tambunan diatas yang menunjukkan bahwa sebahagian besar responden yaitu 29 orang (97%) memiliki tindakan yang baik.

Menurut Notoatmodjo (2007), tindakan atau perilaku adalah atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lainberjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya.

Tindakan responden disini merupakan perilaku yang ditampilkan sehubungan dengan pelayanan yang telah mereka terima pada saat berkunjung ke rumah sakit untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

4.2.3. Respon Responden

Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa mayoritas peserta Jamkesmas memiliki respon pada kategori baik terhadap pelaksanaan Program Jamkesmas. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh A. Tambunan tentang Respon Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Program Jamkesmas oleh

(50)

RSUD HKBP Balige di Toba Samosir. Dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa sebahagian masyarakat memiliki respon yang positif terhadap Pelaksanaan Program Jamkesmas.

Menurut Adi (2007) prosesnya respon didahului oleh sikap seseorang, karena sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku kalau ia menghadapi suatu rangsangan tertentu. Jadi dalam hal ini respon masyarakat terhadap Pelaksanaan Program Jamkesmas timbul setelah adanya sikap sebelumnya tentang dukungan masyarakat terhadap Pelaksanaan Program Jamkesmas tersebut.

4.2.4. Pelaksanaan Program Jamkesmas.

Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat di Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan sebahagian besar dikategorikan baik.Sesuai dengan hasil penelitian Lumbantoruan tentang Respon Masyarakat Terhadap Program Jamkesmas oleh Puskesmas Kesatria di Kecamatan Siantar Timur Kota Pematang Siantar Tahun 2009. Dari hasil penelitian Lumbantoruan tersebut didapatkan hasil bahwa pelaksanaan Program Jamkesmas oleh Puskesmas Kesatria di Kecamatan Siantar Timur Kota Pematang Siantar dikategorikan baik.

(51)

49

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dibuat beberapa kesimpulan antara lain sebagai berikut :

1. Mayoritas responden peserta Jamkesmas berumur < 40 tahun (80%)

2. Jenis kelamin peserta Jamkesmas yang terbanyak adalah perempuan (65%) 3. Tingkat pendidikan peserta Jamkesmas yang terbanyak adalah SMU (50%) 4. Semua peserta Jamkesmas memiliki sikap mendukung (100%) terhadap

Pelaksanaan Program Jamkesmas berdasarkan hasil jawaban dari 96 responden. 5. Jenis pekerjaan peserta Jamkesmas yang terbanyak adalah IRT(46%)

6. Mayoritas peserta Jamkesmas memiliki tindakanpada kategori baik (77%) terhadap Pelaksanaan Program Jamkesmas.

7. Mayoritas peserta Jamkesmas memiliki respon pada kategori baik (77%) terhadap pelaksanaan Program Jamkesmas.

8. Pelaksanaan Program Jamkesmas di Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan mayoritas pada kategori baik (77%) berasarkan hasil akumulasi skor dari jawaban 96 responden

Gambar

Tabel 3.1. Variabel Penelitian
Tabel 4.1:  Distribusi  Karakteristik  Umur  Pasien  Peserta  Jamkesmas  di  RSUD dr. H
Tabel 4.4:  Distribusi  Karakteristik  Responden  menurut  Pekerjaan  Pasien  Peserta  Jamkesmas  di  RSUD  dr
Tabel 4.7 : Distribusi  Respon  Responden  Terhadap  Pelaksanaan  Program  Jamkesmas  di  RSUD  dr
+3

Referensi

Dokumen terkait

Judul : Upaya Hukum Pemerintah Kota Yogyakarta Untuk Mencegah Penyimpangan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan

Pada tahap ini dijelaskan lebih rinci kegagalan yang langsung terkait dengan PCP lokal Yogyakarta dan mengidentifikasi proses bisnis yang potensial

Procurement Committee intends to select a potential contractor for Additional Work at Sebelas Maret University Hospital Project. This Post-qualification is open to

Merancang struktur dan utilitas bentang lebar.. • Mahasiswa mampu

-Memanfaatkan pelaporan LPLPO yang dilaporkan Pusk untuk dievaluasi kab/kota sehingga diketahui item obat mana yang paling sering di pakai, dan mengetahui kesesuaian penggunaan

© 2011 Bali Botanic Garden, Indonesian Institute of Sciences, Baturiti, Tabanan, Bali, Indonesia – 82191 available at http://www.krbali.lipi.go.id. Adiantum caudatum Adiantum caudatum

Apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan/atau hari libur resmi untuk waktu kerja 5 (lima) hari kerja dan 40 (empat puluh) jam seminggu, maka

[r]