PENGGUNAAN EKSTRAK BIJI KESUMBA
KELING (
Bixa orellana
L.) SEBAGAI
PEWARNA DALAM FORMULASI
BEDAK KOMPAK
SKRIPSI
Diajukan untuk mekapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
niversitas Sumatera Utara
OLEH:
NOVIE ANGGRIANI
NIM 091524079
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGGUNAAN EKSTRAK BIJI KESUMBA
KELING (
Bixa orellana
L.) SEBAGAI
PEWARNA DALAM FORMULASI
BEDAK KOMPAK
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
NOVIE ANGGRIANI
NIM 091524079
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGESAHAN SKRIPSI
PENGGUNAAN EKSTRAK BIJI KESUMBA KELING
(
Bixa orellana
L.) SEBAGAI PEWARNA DALAM
FORMULASI BEDAK KOMPAK
OLEH:
NOVIE ANGGRIANI 091524079
Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Pada Tanggal: 11 Oktober 2013 Disetujui Oleh:
Pembimbing I, Panitia Penguji,
Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt. Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. NIP 195107031977102001 NIP 195807101986012001
Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt.
Pembimbing II, NIP 195107031977102001
Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt. Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt. NIP 195011171980022001 NIP 195111021977102001
Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt.
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan kemudahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Penggunaan Ekatrak Biji Kesumba Keling (Bixa orellana L.) Sebagai Pewarna Dalam Formulasi Bedak Kompak”. Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi dari Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi USU Medan, yang telah memberikan fasilitas sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan. Ibu Dra. Djendakita Purba, M.S., Apt., dan Ibu Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt., yang telah membimbing dan memberikan petunjuk serta saran-saran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik, saran, dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU Medan yang telah mendidik selama perkuliahan dan Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku penasehat akademik yang selalu memberikan bimbingan kepada penulis selama masa perkuliahan.
telah memberikan cinta kasih yang tidak ternilai dengan apapun, doa yang tulus serta pengorbanan baik materi maupun non-materi. Sahabat-sahabatku dan teman-teman Farmasi USU 2009 yang telah ikut membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.
Medan, 11 Oktober 2013 Penulis
Novie Anggriani
PENGGUNAAN EKSTRAK BIJI KESUMBA KELING (Bixa orellana L.) SEBAGAI PEWARNA DALAM FORMULASI BEDAK KOMPAK
ABSTRAK
Sediaan bedak kompak adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk memoles kulit wajah dengan sentuhan artistik untuk meningkatkan penampilan wajah. Bedak kompak digunakan untuk menutupi kekurangan kecil pada kulit dan menutupi kulit yang mengkilap yang muncul akibat produksi minyak pada kulit atau keringat. Bedak kompak sering di beri pewarna agar bedak menjadi lebih sempurna. Zat warna ekstrak biji kesumba keling mempunyai warna yang menarik yaitu merah oranye mengandung flavonoid dan zat warna bixin. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat sediaan bedak kompak dengan menggunakan zat warna dari ekstrak biji kesumba keling (Bixa orellana L.) sebagai pewarna.
Ekstraksi zat warna dari biji kesumba keling dilakukan dengan metode maserasi menggunakan etanol 96% kemudian ekstrak dipekatkan dengan menggunakan penguap berputar sampai diperoleh ekstrak kental. Formula sediaan bedak kompak terdiri dari titanium dioksida, kaolin ringan, pati beras, seng stearat, magnesium karbonat, minyak mawar (oleum rosae), nipagin, talkum dan zat pengikat gom arab, gliserol dan air, serta pewarna ekstrak biji kesumba keling dengan konsentrasi 1, 2, 3, 4 dan 5%. Pengujian terhadap sediaan yang dibuat adalah pemeriksaan mutu fisik mencakup pemeriksaan homogenitas dan stabilitas sediaan, warna dan bau selama penyimpanan 30 hari pada suhu kamar. Selanjutnya dilakukan uji poles, uji kekerasan, uji keretakan, uji daya sebar, uji iritasi dan uji kesukaan.
Hasil uji kekerasan bedak kompak menggunakan ekstrak biji kesumba keling 1%, 2%, 3%, nilai masing-masing adalah 1,49 kg, 1,51 kg dan 1,30 kg. Kemudian pada sediaan bedak kompak dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 4% dan 5%, nilai masing-masing adalah 1,29 kg dan 1,56 kg. Warna dan bau dari semua sediaan yang dibuat tidak mengalami perubahan (stabil) selama 30 hari. Bedak kompak mudah dipoles dengan warna merata dan tidak menggumpal saat dipoleskan. Sediaan tidak mudah remuk dan pecah, tidak menyebabkan iritasi. Sediaan yang paling disukai adalah sediaan bedak kompak dengan konsentrasi ekstrak 2%. Ekstrak biji kesumba keling berpotensial digunakan sebagai pewarna dalam sediaan bedak kompak.
THE USE OF KESUMBA KELING (Bixa orellana L.) SEED EXTRACT AS A DYE IN COMPACT POWDER FORMULATION
ABSTRACT
The compact powder preparation is cosmetic preparation used for burnich skin face with artistic touch, to enhance the appreance of face. Compact powder is used to cover up little lack of the skin and lostrously skin that caused by oil production on skin or sweat. Compact powder is often colored to become more perfect powder. The dye of kesumba keling seed extract has interesting color is red orange that contains flavonoid and bixin dyes. The Purpose of this research is to make compact powder preparation by using dye of kesumba keling seed extract (Bixa orellana L.) as the colouring.
The extraction of dye from kesumba keling seed was by maceration method used 96% ethanol then the extract was consentrated with used rotary evaporator to obtained a concentrated extract. Compact powder preparation consits of titanium dioxide, light kaolin, rice starch, zink stearate, magnesium carbonate, rose oil (olium rosae), nipagin, talc and gum arabic binder, gliserol and water and the dye of kesumba keling seed extract with concentrations of 1, 2, 3, 4 and 5%. The Examinated of the preparation has physical quality inspection, that consist of an examinated of the homogenity and stability of the preparation, color and smell during 30 days of stroge at room temperature. Then polish test, cracked test, hardness test, power spread test, irritation test and hedonic test was done.
Hardness test results of compact powder which use seed extract of kesumba keeling 1%, 2%, 3%, each value are 1.49 kg, 1.51 kg and 1.30 kg. The hardness test of the compact powder with the concentration of kesumba keling seed extract 4% and 5%, each value are 1.29 kg and 1.56 kg. The color and the smell of all preparations that made stable for 30 days. The compact powder is easily polished with evenly color, and doesn’t clot when polished. The preparation is not easily break and crack, and also doesn’t cause irritation. The most preffered dosage of compact powder is dosage with 2% concentration of extract. Kesumba keling seed extract potentially be used as a dye in compact powder preparation.
Keyword : compact powder, extract of kesumba keling (Bixa orellanan L.) seed, dye
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
HALAMAN JUDUL ………... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Hipotesis ... 4
1.4 Tujuan Penelitian ... 4
1.5 Manfaat Penelitian ... 4
BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Uraian Tanaman Kesumba Keling (Bixa orellana L.) ... 5
2.1.1 Morfologi tanaman kesumba keling ... 5
2.1.2 Sistematika tanaman kesumba keling ... 6
2.1.4 Khasiat tanaman kesumba keling ... 7
2.2 Kulit ... 8
2.2.1 Fungsi kulit ... 8
2.2.2 Struktur kulit ... 11
2.2.3 Jenis kulit ... 12
2.3 Kosmetik ... 13
2.4 Kosmetik Dekoratif ... 14
2.5 Bedak ... 15
BAB III METODE PENELITIAN ... 17
3.1 Alat dan Bahan ... 17
3.1.1 Alat ... 17
3.1.2 Bahan-bahan yang Digunakan ... 17
3.2 Penyiapan Sampel ... 17
3.2.1 Pengumpulan Sampel ... 18
3.2.2 Determinasi Tumbuhan ... 18
3.2.3 Penyiapan biji kesumba keling ... 18
3.3 Pembuatan Ekstrak Biji Kesumba Keling ... 18
3.4 Pembuatan Formula ... 19
3.4.1 Formula yang dimodifikasi ... 19
3.4.2 Prosedur pembuatan bedak kompak ... 21
3.5 Pemeriksaan Mutu Fisik Bedak Kompak ... 22
3.5.1 Homogenitas bedak ... 22
3.5.3 Daya sebar ... 22
3.5.4 Uji kekerasan ... 23
3.5.5 Uji keretakan ... 23
3.6 Uji Iritasi ... 23
3.7 Uji Kesukaan (Hedonic Test) ... 24
3.8 Uji Stabilitas ... 24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25
4.1 Hasil Ekstrak Biji Kesumba Keling ... 25
4.2 Hasil Formulasi Sediaan Bedak Kompak ... 25
4.3 Hasil Pemeriksaan Fisik Bedak Kompak ... 26
4.3.1 Hasil uji homogenitas bedak ... 26
4.3.2 Hasil uji poles bedak ... 26
4.3.3 Hasil Uji daya sebar ... 26
4.3.4 Hasil Uji kekerasan ... 28
4.3.5 Hasil Uji keretakan ... 29
4.3.6 Hasil Uji iritasi ... 30
4.3.7 Hasil Uji kesukaan (Hedonic Test) ... 31
4.3.8 Hasil Uji stabilitas ... 33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 35
5.1 Kesimpulan ... 35
5.2 Saran ... 35
DAFTAR PUSTAKA ... 36
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 3.1 Formula sediaan bedak kompak ... 21 Tabel 4.1 Standar warna ... 25 Tabel 4.2 Data hasil pemeriksaan daya sebar pada sediaan
bedak kompak ... 27 Tabel 4.3 Data hasil pemeriksaan daya sebar pada sediaan
Bedak kompak yang beredar dipasaran ... 28 Tabel 4.4 Data pemeriksaan kekerasan pada sediaan bedak kompak .... 29 Tabel 4.5 Data pemeriksaan keretakan pada sediaan bedak kompak .... 30 Tabel 4.6 Data uji iritasi ... 31 Tabel 4.7 Data nilai uji kesukaan (Hedonic Test) ... 32 Tabel 4.8 Data pengamatan perubahan bentuk,warna
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan ... 38
Lampiran 2. Bagan alir pembuatan zat warna ekstrak biji kesumba keling ... 39
Lampiran 10. Gambar sediaan bedak kompak tanpa ekstrak biji kesumba keling ... 50
Lampiran 11. Gambar sediaan bedak kompak menggunakan pewarna ekstrak biji kesumba keling ... 51
Lampiran 12. Gambar hasil uji homogenitas bedak ... 52
Lampiran 13. Gambar hasil uji poles bedak kompak pada punggung tangan ... 53
Lampiran 14. Gambar hasil uji daya sebar bedak kompak sebelum ditambah pemberat ... 54
Lampiran 15. Gambar Hasil uji daya sebar bedak kompak setelah ditambah pemberat ... 55
Lampiran 16. Gambar alat uji kekerasan ... 56
PENGGUNAAN EKSTRAK BIJI KESUMBA KELING (Bixa orellana L.) SEBAGAI PEWARNA DALAM FORMULASI BEDAK KOMPAK
ABSTRAK
Sediaan bedak kompak adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk memoles kulit wajah dengan sentuhan artistik untuk meningkatkan penampilan wajah. Bedak kompak digunakan untuk menutupi kekurangan kecil pada kulit dan menutupi kulit yang mengkilap yang muncul akibat produksi minyak pada kulit atau keringat. Bedak kompak sering di beri pewarna agar bedak menjadi lebih sempurna. Zat warna ekstrak biji kesumba keling mempunyai warna yang menarik yaitu merah oranye mengandung flavonoid dan zat warna bixin. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat sediaan bedak kompak dengan menggunakan zat warna dari ekstrak biji kesumba keling (Bixa orellana L.) sebagai pewarna.
Ekstraksi zat warna dari biji kesumba keling dilakukan dengan metode maserasi menggunakan etanol 96% kemudian ekstrak dipekatkan dengan menggunakan penguap berputar sampai diperoleh ekstrak kental. Formula sediaan bedak kompak terdiri dari titanium dioksida, kaolin ringan, pati beras, seng stearat, magnesium karbonat, minyak mawar (oleum rosae), nipagin, talkum dan zat pengikat gom arab, gliserol dan air, serta pewarna ekstrak biji kesumba keling dengan konsentrasi 1, 2, 3, 4 dan 5%. Pengujian terhadap sediaan yang dibuat adalah pemeriksaan mutu fisik mencakup pemeriksaan homogenitas dan stabilitas sediaan, warna dan bau selama penyimpanan 30 hari pada suhu kamar. Selanjutnya dilakukan uji poles, uji kekerasan, uji keretakan, uji daya sebar, uji iritasi dan uji kesukaan.
Hasil uji kekerasan bedak kompak menggunakan ekstrak biji kesumba keling 1%, 2%, 3%, nilai masing-masing adalah 1,49 kg, 1,51 kg dan 1,30 kg. Kemudian pada sediaan bedak kompak dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 4% dan 5%, nilai masing-masing adalah 1,29 kg dan 1,56 kg. Warna dan bau dari semua sediaan yang dibuat tidak mengalami perubahan (stabil) selama 30 hari. Bedak kompak mudah dipoles dengan warna merata dan tidak menggumpal saat dipoleskan. Sediaan tidak mudah remuk dan pecah, tidak menyebabkan iritasi. Sediaan yang paling disukai adalah sediaan bedak kompak dengan konsentrasi ekstrak 2%. Ekstrak biji kesumba keling berpotensial digunakan sebagai pewarna dalam sediaan bedak kompak.
THE USE OF KESUMBA KELING (Bixa orellana L.) SEED EXTRACT AS A DYE IN COMPACT POWDER FORMULATION
ABSTRACT
The compact powder preparation is cosmetic preparation used for burnich skin face with artistic touch, to enhance the appreance of face. Compact powder is used to cover up little lack of the skin and lostrously skin that caused by oil production on skin or sweat. Compact powder is often colored to become more perfect powder. The dye of kesumba keling seed extract has interesting color is red orange that contains flavonoid and bixin dyes. The Purpose of this research is to make compact powder preparation by using dye of kesumba keling seed extract (Bixa orellana L.) as the colouring.
The extraction of dye from kesumba keling seed was by maceration method used 96% ethanol then the extract was consentrated with used rotary evaporator to obtained a concentrated extract. Compact powder preparation consits of titanium dioxide, light kaolin, rice starch, zink stearate, magnesium carbonate, rose oil (olium rosae), nipagin, talc and gum arabic binder, gliserol and water and the dye of kesumba keling seed extract with concentrations of 1, 2, 3, 4 and 5%. The Examinated of the preparation has physical quality inspection, that consist of an examinated of the homogenity and stability of the preparation, color and smell during 30 days of stroge at room temperature. Then polish test, cracked test, hardness test, power spread test, irritation test and hedonic test was done.
Hardness test results of compact powder which use seed extract of kesumba keeling 1%, 2%, 3%, each value are 1.49 kg, 1.51 kg and 1.30 kg. The hardness test of the compact powder with the concentration of kesumba keling seed extract 4% and 5%, each value are 1.29 kg and 1.56 kg. The color and the smell of all preparations that made stable for 30 days. The compact powder is easily polished with evenly color, and doesn’t clot when polished. The preparation is not easily break and crack, and also doesn’t cause irritation. The most preffered dosage of compact powder is dosage with 2% concentration of extract. Kesumba keling seed extract potentially be used as a dye in compact powder preparation.
Keyword : compact powder, extract of kesumba keling (Bixa orellanan L.) seed, dye
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri, dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang terdapat di sekitar tempat tinggal (Wasitaatmadja, 1997).
Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan. Bahkan sekarang teknologi kosmetik begitu maju dan merupakan paduan antara kosmetik dan obat (pharmaceutical) atau yang disebut kosmetik medik (cosmeceuticals) (Tranggono dan Latifah, 2007).
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit sehat berarti kulit yang tidak menderita penyakit, baik penyakit yang mengenai kulit secara langsung ataupun penyakit dalam tubuh secara tidak langsung mempengaruhi kesehatan kulit. Penampilan kulit sehat dapat dilihat dari struktur fisik kulit berupa warna, konsistensi kelembaban, kelenturan, tebal dan tekstur kulit (Wasitaatmadja, 1997).
dan meningkatkan penampilan wajah, dengan menutupi kulit yang mengkilap akibat sekresi kelenjar sebaseus dan kelenjar keringat. Hal yang diinginkan dari bedak adalah tidak membuat kulit wajah tampak berminyak, kulit tampak lembut untuk waktu yang lama. Sehingga bahan-bahannya harus dapat menempel dengan waktu yang lama. Oleh karena itu tidak dibutuhkan pembedakan berulang kali (Ditjen POM, 1985).
Bedak padat adalah bedak kering yang telah diberi tekanan menjadi padatan dan biasanya digunakan dengan spons bedak. Komposisinya mirip dengan bedak tabur, tetapi efeknya pada kulit berbeda. Pengikat yang terkandung dalam bedak padat memberikan adhesi yang besar. Sebagai hasil dari proses pengepresan, ukuran partikel pada umumnya lebih kecil dari pada bedak tabur. Bedak padat harus dapat menempel dengan mudah pada spons bedak, dan padatan bedaknya harus cukup kompak, tidak pecah atau patah dengan penggunaan normal (Tandiarang, 2011).
Warna merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan konsumen terhadap suatu produk kosmetik. Oleh karena itu pemilihan warna yang baik dan aman sangatlah penting. Sampai saat ini penggunaan pewarna sintetis begitu pesat digunakan dan sering kali disalahgunakan. Beberapa pewarna sintetik ternyata tidak aman digunakan karena sifatnya yang toksik, bahkan diantaranya bersifat karsinogenik (Andersen dan Bernard, 2001).
merupakan zat warna sintetis yang umumnya digunakan sebagai zat pewarna tekstil dan cat. Zat warna ini dapat menimbulkan tumor dalam berbagai jaringan hati dan jaringan kulit (Ditjen POM, 2012).
Untuk menghindari efek samping yang cukup berbahaya, maka telah banyak digunakan pewarna alami yang lebih sehat dan aman sebagai pengganti pewarna sintetik. Hal ini didukung juga oleh gaya hidup back to nature yang di usung oleh masyarakat modern.
Indonesia kaya akan akan sumber flora dan banyak diantaranya dapat digunakan sebagai bahan pewarna alami. Pewarna alami yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai pewarna dalam sediaan kosmetik adalah zat warna dari kesumba keling (Bixa orellana L.) yang bewarna merah oranye. Biji kesumba keling mengandung tanin, steroid/terpenoid, flavonoid, zat warna bixin/norbixin dan karotenoid. Zat warna merah dan kuning yang dihasilkan dari biji kesumba keling digunakan untuk mewarnai margarin, kornet, sosis, keju, minuman, cat kuku, lipstik. Selain itu serbuk dari biji kesumba keling juga bisa digunakan untuk pengobatan antidote pada keracunan singkong dan jarak pagar, dan untuk cacingan (Dalimartha, 2009; Anonim, 2010).
Berdasarkan hal di atas, penulis tertarik memanfaatkan zat warna biji kesumba keling (Bixa orellana L.) sebagai bahan pewarna untuk sediaan bedak kompak.
1.2Perumusan Masalah
b. Apakah zat warna ekstrak biji kesumba keling dapat bercampur homogen dengan dasar bedak kompak.
c. Apakah formulasi sediaan bedak menggunakan warna dari ekstrak biji kesumba keling tidak menyebabkan iritasi.
1.3Hipotesis
a. Zat warna ekstrak biji kesumba keling dapat di formulasikan kedalam sediaan bedak kompak.
b. Zat warna ekstrak biji kesumba keling dapat bercampur homogen dengan dasar bedak kompak.
c. Formulasi sediaan bedak kompak menggunakan zat warna ekstrak biji kesumba keling sebagai pewarna tidak menyebabkan iritasi.
1.4Tujuan Penelitian
a. Untuk membuat sediaan bedak kompak menggunakan zat warna ekstrak biji kesumba keling.
b. Untuk mengetahui zat warna ekstrak biji kesumba keling dapat bercampur homogen dengan dasar bedak kompak.
c. Untuk mengetahui sediaan bedak kompak menggunakan zat warna ekstrak biji kesumba keling tidak menyebabkan iritasi.
1.5 Manfaat Penelitian
Untuk meningkatkan daya guna dari biji kesumba keling sebagai pewarna dalam sediaan bedak kompak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tanaman Kesumba Keling
Tumbahan kesumba keling dengan nama lain Bixa orellana L. ini adalah termasuk suku Bixaceae. Tumbuhan ini dapat hidup dengan baik di tempat-tempat yang terbuka dan terkena sinar matahari secara langsung. Kesumba keling banyak ditanam di tepi jalan, pagar dan tumbuh liar di hutan dari ketinggian 1-1.200 m di atas permukaan laut.
Di Indonesia, kesumba keling dimanfaatkan sebagai tanaman peneduh, di pinggir jalan, di taman-taman kota. Daya tarik utama kesumba keling buahnya yang bewarna merah cerah mirip buah rambutan, permukaan kulitnya juga berbulu. Beda dengan buah rambutan, buah kesumba keling berkulit tipis, bentuknya agak pipih, dan bagian dalamnya berongga. Di dalam rongga buah kesumba keling terdapat sekitar 50 butir biji kecil bewarna merah cerah. Pada kulit biji kesumba keling ini terdapat pigmen warna merah dengan volume cukup besar (Dalimartha, 2009; Anonim, 2010).
2.1.1 Morfologi tanaman kesumba keling
seperti rambutan, tertutup rambut singkat, bewarna hijau saat muda dan merah tua setelah masak, pipih, panjang 2-4 cm berisi biji kecil bewarna merah.
Nama daerah kesumba keling antara lain yaitu kasumbo, kasumba, kusumba, batang kesumba, galugu, galuga, kesumba king, pacar king, sombakling, kasombha, kasoba kleng (Jawa), sumba, tuwa, rapo parade, bunga parade, paparada, kusumba wo kayu (Sulawesi), taluka, galuga, kesumba, kasupa (Maluku), kasumba (Kalimantan) (Dalimartha, 2009; Anonim, 2010).
2.1.2 Sistematika tanaman kesumba keling
Sistematika tumbuhan (taksonomi), kesumba keling diklasifikasikan sebagai berikut (Herbarium Medanense(MEDA) Universitas Sumatera Utara): Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Cistales
Famili : Bixaceae Genus : Bixa
Spesies : Bixa orelllana L.
2.1.3 Kandungan tanaman kesumba keling
saffron, dan digunakan dalam Arroz con Polio, semacam nasi goreng dengan lauk ayam. Sebagai bahan pewarna dalam industri makanan dan minuman, zat warna biji kesumba keling resmi bisa digunakan di seluruh dunia dengan kode dagang (E-number) El 60b (Anonim, 2010).
Di Negara-negara maju lainnya zat warna biji kesumba keling digunakan dalam industri margarin, korned, sosis, keju, minuman, cat kuku, lipstik, dan ginju (Dalimartha, 2009; Sutara, 2009; Anonim, 2010).
2.1.4. Khasiat tanaman kesumba keling
Bagian yang digunakan dalam pengobatan adalah daun, kulit kayu, kulit akar, daging buah, dan biji. Daun kesumba keling digunakan untuk disentri, diare, bengkak air (udem), perut kembung, masuk angin, sakit kuning, perdarahan, dan kurang nafsu makan. Kulit batang dan kulit akar digunakan untuk mengatasi demam dan influenza. Dan bubuk dari biji kesumba keling digunakan untuk pengobatan cacingan, antidote pada keracunan singkong dan jarak pagar (Jatropa curcas) (Dalimartha, 2009).
Masyarakat Indian Aztek Kuno memanfaatkan kesumba keling untuk mewarnai tubuh mereka pada saat upacara adat maupun perang. Mereka menyebut kesumba keling dengan nama achioti. Dari sinilah asal usul nama
achiote untuk menyebut kesumba keling. Selain itu tanaman penghasil zat warna ini juga disebut Annatto (Dalimartha, 2009; Sutara, 2009; Anonim, 2010).
diproduksi sebagai obat diare, demam, dan penguat fungsi jantung. Di Brasil, digunakan sebagai obat luka bakar, malaria, dan hepatitis. Di Kolombia dan di Kuba digunakan untuk gonorrhhea (kencing nanah). Kesumba keling juga digunakan secara luas di Meksiko, Paraguay, Peru, Trinidad, dan di beberapa negara lain. Di beberapa negara, kesumba keling bahkan dipercaya sebagai antioksidan dan bisa menyembuhkan kanker (Dalimartha, 2009; Sutara, 2009; Anonim, 2010).
2.2 Kulit
Kulit merupakan oragan tubuh yang menutupi dan melindungi tubuh dari pengubah eksternal dan dari kehilangan kelembaban. Luas permukaan kulit orang dewasa sekitar 1,6 m2. Ketebalan kulit tergantung umur, jenis kelamin, dan lokasinya. Kulit terluar terbagi dalam tiga lapisan, yaitu epidermis, dermis, dan jaringan subkutan. Berbagai tambahan, seperti rambut, kuku, dan kelenjar (keringat dan sebaseus) juga terdapat pada kulit (Mitsui, 1997).
2.2.1 Fungsi kulit
melindungi kulit dari bahaya ultra violet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar (Wirakusumah, 1994).
Kulit melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik maupun mekanik, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi, seperti zat-zat kimia iritan (lisol, karbol, asam atau basa kuat lainnya), gangguan panas atau dingin, gangguan sinar radiasi atau sinar ultraviolet, gangguan kuman, jamur, bakteri atau virus. Gangguan fisik dan mekanik ditanggulangi dengan adanya bantalan lemak subkutis, tebalnya lapisan kulit dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai pelindung bagian luar tubuh. Dengan adanya lemak pada kulit dapat melindungi kulit dari bahan–bahan kimia (Wirakusumah, 1994).
Kulit sebagai organ tubuh yang mempunyai fungsi sebagai berikut: 1. Proteksi
Elastis yang terdapat pada dermis serta jaringan lemak subkutan berfungsi mencegah trauma mekanik langsung terhadap interior tubuh. Lapisan tanduk dan mantel lemak kulit menjaga kadar air tubuh dengan cara mencegah masuknya air dari luar tubuh dan mencegah penguapan air, selain itu juga berfungsi sebagai barrier terhadap racun dari luar. Mantel asam kulit dapat mencegah pertumbuhan bakteri di kulit (Mitsui, 1997).
2. Thermoregulasi Kulit
temperatur badan menurun terjadi vasokonstriksi, sedangkan pada saat temperatur badan meningkat terjadi vasodilatasi untuk meningkatkan pembuangan panas (Mitsui, 1997) .
3. Persepsi sensoris
Kulit sangat sensitif terhadap rangsangan dari luar berupa tekanan, raba, suhu dan nyeri. Beberapa reseptor pada kulit untuk mendeteksi rangsangan dari luar diantaranya adalah Benda Meissner, Diskus Merkell dan Korpuskulum Golgi sebagai reseptor raba, Korpuskulum Panici sebagai reseptor tekanan, Korpuskulum Ruffini dan Benda Krauss sebagai reseptor suhu dan Nervus End Plate sebagai reseptor nyeri. Rangsangan dari luar diterima oleh reseptor-reseptor tersebut dan diteruskan ke sistem saraf pusat selanjutnya diinterpretasi oleh korteks serebri (Mitsui, 1997).
4. Absorbsi
Beberapa bahan dapat diabsorbsi kulit masuk ke dalam tubuh melalui dua jalur yaitu melalui epidermis dan melalui kelenjer sebasea dari folikel rambut. Senyawa larut air tidak mudah diabsorpsi melalui kulit karena adanya sawar (barrier) terhadap senyawa larut air yang dibentuk oleh lapisan tanduk (Mitsui, 1997).
5. Fungsi Lain Kulit
2.2.2 Struktur kulit
Kulit terdiri atas tiga bagian besar dengan fungsi yang berbeda-beda, yaitu lapisan kulit ari (epidermis), lapisan kulit jangat (dermis), dan lapisan hipodermis (subkutan) (Guyton dan Hall, 1996).
Gambar 2.1 Struktur kulit (Hadijah, 2011)
a. Epidermis
Lapisan ini terletak pada bagian paling luar atau paling atas (tipis sekitar 0,001 inci) dan sebagian besar terdiri dari sel-sel mati. Lapisan epidermis terdiri atas lima lapisan sel, yaitu: stratum Basale (stratum Germinativum), stratum Spinosum, stratum Granulosum, stratum Lucidum, dan stratum Korneum.
b. Dermis
Dermis tersusun atas pembuluh darah, ujung syaraf, kelenjar keringat, akar rambut, otot penegak rambut, dan kelenjar sebasea.
c. Hypodermis (Subkutan)
lain. Lapisan hipodermis berfungsi sebagai cadangan makanan dan bantalan untuk melindungi tubuh dari benturan-benturan fisik serta berperan pula dalam pengaturan suhu tubuh. Jumlah lemak dalam lapisan ini akan meningkat bila
makan berlebihan, sebaliknya bila tubuh memerlukan energi atau kalori ekstra
maka lapisan ini akan memberikan energi atau kalori dengan cara memecah
simpanan lemaknya.
2.2.3 Jenis kulit
Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang dimiliki manusia. Organ ini melapisi seluruh bagian tubuh, membungkus daging, serta organ-organ yang ada di dalamnya. Fungsi utama kulit adalah melindungi bagian tubuh dari berbagai macam gangguan dari luar tubuh dan menanggapi (merespon) rangsangan dari luar tubuh.
Kulit digolongkan menjadi 4 jenis, yaitu sebagai berikut:
1. Kulit berminyak merupakan jenis kulit diakibatkan kelenjar lemak yang bekerja secara berlebihan. Hal itu membuat kulit terlihat mengkilat, tebal, tonus kuat, dan pori-pori besar. Jenis kulit ini mudah sekali mendapat masalah berupa jerawat , komedo, dan sejenisnya.
2. Kulit kering disebabkan oleh kelenjar lemak yang bekerja kurang aktif. Hal itu membuat kulit kelihatan kusam, tipis, bersisik, tidak halus, dan lebih cepat timbul keriput.
zat-zat yang berguna melalui kulit serta peredaran zat-zat yang berguna melalui kulit serta peredaran berjalan dengan baik. Pada jenis kulit ini, jarang sekali timbul gangguan.
4. Kulit campuran. Jenis kulit ini, pada bagian tengah muka (sekitar hidung, dagu, dan dahi) kadang-kadang berminyak atau normal. Sedangkan pada bagian lain normal atau kering (Fitryane, 2011).
2.3 Kosmetik
Definisi kosmetik dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.445/MenKes/1998 adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit. Dalam definisi kosmetik diatas, yang dimaksud dengan “tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit” adalah sediaan tersebut seyogyanya tidak mempengaruhi struktur dan faal kulit.
2.4 Kosmetik Dekoratif
Tujuan awal penggunaan kosmetika adalah mempercantik diri yaitu usaha untuk menambah daya tarik. Usaha tersebut dapat dilakukan dengan cara merias setiap bagian tubuh yang terpapar oleh pandangan sehingga terlihat lebih menarik dan sekaligus juga menutupi kekurangan (cacat) yang ada.
Kosmetika dekoratif semata-mata hanya melekat pada bagian tubuh yang dirias dan tidak bermaksud untuk diserap ke dalam kulit serta mengubah secara permanen kekurangan (cacat) yang ada. Kosmetika dekoratif terdiri atas bahan aktif berupa zat warna dalam berbagai bahan dasar (bedak, cair, minyak, krim, tingtur, aerosol) dengan pelengkap bahan pembuat stabil dan parfum.
Berdasarkan bagian tubuh yang dirias, kosmetika dekoratif dapat dibagi menjadi: 1) Kosmetika rias kulit (wajah); 2) Kosmetika rias bibir; 3) Kosmetika rias rambut; 4) Kosmetika rias mata; dan 5) Kosmetika rias kuku (Wasitaatmadja, 1997). Peran zat warna dan zat pewangi sangat besar dalam kosmetika dekoratif. Pemakaian kosmetika dekoratif lebih untuk alasan psikologis daripada kesehatan kulit. Persyaratan untuk kosmetika dekoratif antara lain:
a. Warna yang menarik
b. Bau yang harum menyenangkan c. Tidak lengket
d. Tidak menyebabkan kulit tampak berkilau
Pembagian kosmetika dekoratif (Tranggono dan Latifah, 2007):
a. Kosmetika dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan pemakaiannya sebentar. Misalnya: bedak, pewarna bibir, pemerah pipi, eye shadow, dan lain-lain.
b. Kosmetika dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu yang lama baru luntur. Misalnya: kosmetika pemutih kulit, cat rambut, pengeriting rambut, pelurus rambut, dan lain-lain.
2.5 Bedak
Bedak pada dasarnya adalah produk kosmetik yang memiliki fungsi utama yaitu mampu menyempurnakan warna kulit dengan memberikan efek akhir seperti lembut. Bedak harus mampu memberikan efek bersifat cukup tahan lama sehingga tidak dibutuhkan pembedakan berulang kali (Aurel, 2010).
Bedak wajah digunakan untuk menutupi kekurangan kecil pada kulit dan mengurangi kilauan yang muncul akibat produksi minyak pada kulit atau keringat. Hal yang diingatkan dari bedak adalah tidak membuat wajah tampak berminyak, lembut pada kulit untuk waktu yang lama. Sehingga bahan-bahannya harus dapat menempel dengan baik pada kulit (Aurel, 2010).
Klasifikasi bedak yaitu: a. Bedak tabur
memberikan keterlibatan yang sangat penting dalam penentuan formulasi bedak. Bedak tabur dalam bentuk bubuk yang halus, biasanya dipakai setelah dipoleskan alas bedak terlebih dahulu. Bahannya mudah menyerap minyak diwajah dan menutupi pori-pori wajah lebih sempurna. Tapi untuk penggunaaanya agak kurang praktis karena serbuknya sering kali berjatuhan dan mengotori baju (Aurel, 2010).
b. Bedak padat
Bedak padat adalah bedak kering yang komposisinya mirip dengan bedak tabur, tapi efeknya pada kulit berbeda pada beberapa tingkat. Pengikat yang terkandung dalam bedak padat memberikan adhesi yang besar. Sebagai hasil dari proses pengepresan, ukuran partikel umumnya lebih besar pada bedak padat daripada bedak tabur. Bedak padat harus dapat menempel dengan mudah pada spons bedak, dan padatan bedaknya harus cukup kompak, tidak pecah atau patah dengan penggunaan normal. Bedak kompak, digunakan setelah pemakaian alas bedak. Bahan-bahan yang terkandung didalamnya membuat bedak jenis padat ini cepat menyerap sekaligus mengurangi minyak. Bentuknya beragam tidak mudah tumpah hingga praktis dibawa kemanapun. Dilihat dari segi formula bedak tabur tidak menggunakan zat pengikat, sedangkan bedak padat formulanya menggunakan zat pengikat (Aurel, 2010).
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini adalah eksperimental. Penelitan meliputi penyiapan sampel, pembuatan ekstrak, formulasi sediaan, pemeriksaan mutu fisik sedian, uji iritasi terhadap sediaan, dan uji kesukaan (hedonic test) terhadap variasi sediaan yang dibuat.
3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah alat-alat gelas laboratorium, neraca listrik, lumpang dan alu porselen, lemari pengering, wadah bedak kompak, rotary evaporator, freeze dryer, alat pencetak, Hardness Tester (Copley), kaca pembesar, lempeng kayu.
3.1.2 Bahan-bahan yang digunakan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah biji kesumba keling, etanol 96%, aquades, titaniumdioksida, kaolin ringan, pati beras, seng stearat, talk, magnesium karbonat, gom arab, gliserol, nipagin, parfum.
3.2 Penyiapan Sampel
3.2.1 Pengumpulan sampel
Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan tumbuhan serupa dari daerah lain. Sampel yang digunakan adalah biji tumbuhan kesumba keling yang di ambil dari Desa Siumbut Baru, Kecamatan Kisaran Timur, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara.
3.2.2 Determinasi tumbuhan
Determinasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Medanense (MEDA) Departemen Biologi FMIPA Universitas Sumatera Utara. Jalan Bioteknologi No.1 Kampus USU Medan. Hasil identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 1.
3.2.3 Penyiapan biji kesumba keling
Buah kesumba keling yang telah dikumpulkan, disortasi, di timbang berat buah kesumba keling sebagai berat basah 6,1 kg. Kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di udara terbuka selama ± 5 hari. Setelah kering, ditimbang berat buahnya sebagai berat kering 3,1 kg dan dipisahkan biji dari kulit buahnya. Setelah itu ditimbang berat biji kering seluruhnya diperoleh berat biji kering yaitu 1,5 kg. Sebelum digunakan, biji disimpan ditempat kering.
3.3 Pembuatan Ekstrak Biji Kesumba Keling
1979; Anonim, 2010), maserat dikumpulkan, dan dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu ± 40°C sampai diperoleh ekstrak zat warna biji kesumba keling. Kemudian hasil rotary tersebut dikeringkan di freeze dryer selama 48 jam pada suhu -40°C dengan tekanan 2 atm sampai diperoleh ekstrak zat warna biji kesumba keling.
3.4 Pembuatan Formula
Formula yang dipilih berdasarkan formula standar yang terdapat pada Formularium Kosmetika Indonesia (1985).
R/ Titanium dioksida 4 g Kaolin ringan 16,5 g
Pati beras 4 g
Seng stearat 6 g
Talk 60 g
Magnesium karbonas 5 g
Zat warna 4 %
Parfum 0,5 g
3.4.1 Formula yang dimodifikasi
R/ Titanium dioksida 4 Kaolin ringan 16,5
Pati beras 4
Seng stearat 6 Magnesium karbonas 5 Kesumba keling x%
Parfum 0,5
Nipagin 0,1
Pengikat q.s
Talk (g) ad 100
Pengikat gom arab: Gom arab 5% Gliserol 5% Air 90%
Keterangan x = 1%, 2%, 3%, 4%, 5%
Tabel 3.1 Formula sediaan bedak kompak
Komposisi Sediaan
1 2 3 4 5 6
Titanium dioksida (gr) 4 4 4 4 4 4
Kaolin ringan (gr) 16,5 16,5 16,5 16,5 16,5 16,5
Pati beras (gr) 4 4 4 4 4 4
Seng stearat (gr) 6 6 6 6 6 6
Magnesium karbonas (gr) 5 5 5 5 5 5
Kesumba keling (%) - 1 2 3 4 5
Parfum (gr) 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Nipagin (gr) 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
Pengikat (gr) 12 12 12 12 12 12
Talk (gr) ad 100 100 100 100 100 100
Keterangan:
Formula 1: Formula tanpa ekstrak biji kesumba keling
Formula 2: Formula dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 1% Formula 3: Formula dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 2% Formula 4: Formula dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 3% Formula 5: Formula dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 4% Formula 6: Formula dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 5%
3.4.2 Prosedur pembuatan bedak kompak
peroleh massa yang homogen. Ayak dengan pengayak mesh 60. Masukkan ke dalam lemari pengering (keringkan). Kemudian dikempa lalu dimasukkan ke dalam wadah.
3.5 Pemeriksaan Mutu Fisik Bedak Kompak
Pemeriksaan mutu fisik dilakukan terhadap masing-masing sediaan bedak kompak. Pemeriksaan mutu fisik sediaan meliputi: pemeriksaan homogenitas, dan stabilitas sediaan yang mencakup pengamatan terhadap perubahan bentuk, warna dan bau dari sediaan, uji poles dan daya sebar.
3.5.1 Homogenitas bedak
Dispersi warna diuji dengan menyebarkan serbuk pada permukaan kertas putih dan diamati dengan kaca pembesar. Jika warna menyebar secara merata maka bedak dikatakan homogen. (Butler, 2000).
3.5.2 Uji poles bedak
Uji poles bedak dilakukan dengan menggunakan puff. Dengan cara memoleskan bedak pada kulit punggung tangan. Uji poles bedak dikatakan baik jika bedak yang menempel pada kulit dapat merata dan melekat dengan baik (Butler, 2000).
3.5.3 Daya sebar
menit. Kemudian diukur diameter sebarnya, setelah itu ditambah beban 50 gram dan dibiarkan selama 1 menit, lalu diukur diameter sebarnya. Dilakukan terus menerus hingga diperoleh diameter yang cukup untuk melihat pengaruh beban terhadap perubahan diameter sebar sediaan (Garg, dkk., 2002).
3.5.4 Uji kekerasan
Sediaan yang dibuat diuji kekerasannya dengan cara mempergunakan alat Hardness Tester (Copley) yaitu dengan memasukkan sebuah sediaan diantara anvil dengan punch, lalu tekan tombol sampai sediaan retak dan pecah lalu di catat angka yang ditunjukkan oleh alat.
3.5.5 Uji keretakan
Uji keretakan dilakukan dengan cara menjatuhkan bedak pada permukaan kayu beberapa kali pada ketinggian 8-10 inci. Bedak kompak dikatakan baik, jika setelah dijatuhkan beberapa kali tidak pecah atau retak. (Butler, 2000).
3.6 Uji Iritasi
Uji iritasi dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan uji pada kulit normal panel manusia untuk mengetahui apakah sediaan tersebut dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak.
x 2,5 cm), dibiarkan terbuka dan diamati apa yang terjadi. Uji ini dilakukan sebanyak 3 kali sehari selama 2 hari berturut-turut (Tranggono dan Latifah, 2007).
3.7 Uji Kesukaan (hedonic test)
Uji kesukaan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap sediaan yang dibuat. Semakin banyak jumlah panel untuk uji kesukaan, semakin baik. Pada penelitian ini dilakukan terhadap 30 orang panelis. Penilaian meliputi warna bedak, tekstur dan mudah tidaknya bedak kompak dipoles.
Kriteria Panelis (Soekarto,1980):
1. Memiliki kepekaan dan konsistensi yang tinggi.
2. Panelis yang digunakan adalah panelis yang tidak terlatih yang diambil secara acak.
3. Berbadan sehat.
4. Tidak dalam keadaan tertekan
5. Mempunyai pengetahuan dan pengalaman tentang penilaian organoleptik.
3.8 Uji Stabilitas
Uji ini dilakukan pengamatan terhadap adanya perubahan bentuk,
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Ekstrak Biji Kesumba Keling
Hasil ekstraksi yang diperoleh dari 600 gram biji kesumba keling berupa ekstrak kental bewarna merah orange sebanyak 44,9 gram. Randeman yang diperoleh yaitu 7,48 %.
4.2 Hasil Formulasi Sediaan Bedak Kompak
Variasi konsentrasi pewarna ekstrak biji kesumba keling yang digunakan menghasilkan perbedaan warna pada sediaan bedak kompak. Bedak kompak dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 1% menghasilkan warna ivory dan pada konsentrasi 2% menghasilkan warna white yellow, pada konsentrasi 3%, menghasilkan warna yellow beige, konsentrasi 4% dan konsentrasi 5% menghasilkan warna gold (Tabel 4.1). Aroma bedak kompak adalah aroma khas oleum rosae.
Tabel 4.1 Standart warna
No Warna
1.
Keterangan:
1. Warna ivory 3. Warna yellow beige
2. Warna white yellow 4. Warna gold
4.3 Hasil Pemeriksaan Fisik Bedak Kompak
4.3.1 Hasil uji homogenitas bedak
Hasil uji dispersi warna menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat terdispersi merata dan tidak ditemukan adanya perbedaan warna pada saat di taburkan pada kertas putih. Uji ini dilakukan sebelum proses pengepresan, sehingga apabila sediaan bedak kompak telah dicetak tidak ditemukannya bintik-bintik warna. Yang dikarenakan adanya warna yang tidak tercampur secara homogen.
4.3.2 Hasil uji poles bedak
4.3.3 Hasil uji daya sebar
Dari hasil perbandingan uji daya sebar yang dilakukan pada sediaan bedak kompak dengan ekstrak biji kesumba keling dan sediaan bedak kompak yang beredar di pasaran tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Hasil uji daya sebar dari masing-masing sediaan bedak kompak dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2 Data hasil pemeriksaan daya sebar pada sediaan bedak kompak
Keterangan:
Sediaan 1: Formula tanpa ekstrak biji kesumba keling Sediaan 2: Formula dengan ekstrak biji kesumba keling 1% Sediaan 3: Formula dengan ekstrak biji kesumba keling 2% Sediaan 4: Formula dengan ekstrak biji kesumba keling 3% Sediaan 5: Formula dengan ekstrak biji kesumba keling 4% Sediaan 6: Formula dengan ekstrak biji kesumba keling 5%
Hasi uji daya sebar dari masing-masing sediaan bedak kompak yang beredar dipasaran dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini.
Tabel 4.3 Data hasil pemeriksaan daya sebar pada sedian bedak kompak yang beredar dipasaran
Sediaa Keterangan Perlakuan ke 1
Sediaan 1: Sediaan bedak kompak Belia (ivory)
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini adalah eksperimental. Penelitan meliputi
penyiapan sampel, pembuatan ekstrak, formulasi sediaan, pemeriksaan mutu
fisik sedian, uji iritasi terhadap sediaan, dan uji kesukaan (hedonic test)
terhadap variasi sediaan yang dibuat.
3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah alat-alat
gelas laboratorium, neraca listrik, lumpang dan alu porselen, lemari pengering,
wadah bedak kompak, rotary evaporator, freeze dryer, alat pencetak,
Hardness Tester (Copley), kaca pembesar, lempeng kayu.
3.1.2 Bahan-bahan yang digunakan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah biji kesumba
keling, etanol 96%, aquades, titaniumdioksida, kaolin ringan, pati beras, seng
stearat, talk, magnesium karbonat, gom arab, gliserol, nipagin, parfum.
3.2 Penyiapan Sampel
Penyiapan sampel meliputi pengumpulan sampel, determinasi
3.2.1 Pengumpulan sampel
Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa
membandingkan dengan tumbuhan serupa dari daerah lain. Sampel yang
digunakan adalah biji tumbuhan kesumba keling yang di ambil dari Desa
Siumbut Baru, Kecamatan Kisaran Timur, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara.
3.2.2 Determinasi tumbuhan
Determinasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Medanense (MEDA)
Departemen Biologi FMIPA Universitas Sumatera Utara. Jalan Bioteknologi
No.1 Kampus USU Medan. Hasil identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 1.
3.2.3 Penyiapan biji kesumba keling
Buah kesumba keling yang telah dikumpulkan, disortasi, di timbang
berat buah kesumba keling sebagai berat basah 6,1 kg. Kemudian dikeringkan
dengan cara diangin-anginkan di udara terbuka selama ± 5 hari. Setelah kering,
ditimbang berat buahnya sebagai berat kering 3,1 kg dan dipisahkan biji dari
kulit buahnya. Setelah itu ditimbang berat biji kering seluruhnya diperoleh
berat biji kering yaitu 1,5 kg. Sebelum digunakan, biji disimpan ditempat
kering.
3.3 Pembuatan Ekstrak Biji Kesumba Keling
Biji kesumba keling yang telah dikeringkan ditimbang sebanyak 600 g,
kemudian dimaserasi dengan 4500 ml etanol 96% ditutup, dibiarkan selama 5
hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, kemudian disaring, lalu
1979; Anonim, 2010), maserat dikumpulkan, dan dipekatkan dengan rotary
evaporator pada suhu ± 40°C sampai diperoleh ekstrak zat warna biji kesumba
keling. Kemudian hasil rotary tersebut dikeringkan di freeze dryer selama 48
jam pada suhu -40°C dengan tekanan 2 atm sampai diperoleh ekstrak zat warna
biji kesumba keling.
3.4 Pembuatan Formula
Formula yang dipilih berdasarkan formula standar yang terdapat pada
Formularium Kosmetika Indonesia (1985).
R/ Titanium dioksida 4 g
Kaolin ringan 16,5 g
Pati beras 4 g
Seng stearat 6 g
Talk 60 g
Magnesium karbonas 5 g
Zat warna 4 %
Parfum 0,5 g
3.4.1 Formula yang dimodifikasi
Dalam penelitian ini, Formula yang dipilih adalah Formula Standar
yang terdapat pada Formularium Kosmetika Indonesia (1985), dan dalam
penelitian ini menggunakan pigmen ekstrak biji kesumba keling yang dibuat
R/ Titanium dioksida 4 Kaolin ringan 16,5 Pati beras 4 Seng stearat 6 Magnesium karbonas 5 Kesumba keling x%
Parfum 0,5
Nipagin 0,1
Pengikat q.s
Talk (g) ad 100
Pengikat gom arab: Gom arab 5% Gliserol 5% Air 90%
Keterangan x = 1%, 2%, 3%, 4%, 5%
Konsentrasi ekstrak biji kesumba keling yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu: 1%, 2%, 3%, 4%, 5% dan blanko (tanpa zat warna).
Tabel 3.1 Formula sediaan bedak kompak
Komposisi Sediaan
1 2 3 4 5 6
Titanium dioksida (gr) 4 4 4 4 4 4
Kaolin ringan (gr) 16,5 16,5 16,5 16,5 16,5 16,5
Pati beras (gr) 4 4 4 4 4 4
Seng stearat (gr) 6 6 6 6 6 6
Magnesium karbonas (gr) 5 5 5 5 5 5
Kesumba keling (%) - 1 2 3 4 5
Parfum (gr) 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Nipagin (gr) 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
Pengikat (gr) 12 12 12 12 12 12
Talk (gr) ad 100 100 100 100 100 100
Keterangan:
Formula 1: Formula tanpa ekstrak biji kesumba keling
Formula 2: Formula dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 1% Formula 3: Formula dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 2% Formula 4: Formula dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 3% Formula 5: Formula dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 4% Formula 6: Formula dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 5%
3.4.2 Prosedur pembuatan bedak kompak
Masing–masing bahan serbuk digerus hingga halus didalam lumpang.
Kemudian masukkan zat pewarna kesumba keling, talk dan magnesium
karbonat campur dan digerus hingga halus dan homogen. Kemudian
peroleh massa yang homogen. Ayak dengan pengayak mesh 60. Masukkan ke
dalam lemari pengering (keringkan). Kemudian dikempa lalu dimasukkan ke
dalam wadah.
3.5 Pemeriksaan Mutu Fisik Bedak Kompak
Pemeriksaan mutu fisik dilakukan terhadap masing-masing sediaan
bedak kompak. Pemeriksaan mutu fisik sediaan meliputi: pemeriksaan
homogenitas, dan stabilitas sediaan yang mencakup pengamatan terhadap
perubahan bentuk, warna dan bau dari sediaan, uji poles dan daya sebar.
3.5.1 Homogenitas bedak
Dispersi warna diuji dengan menyebarkan serbuk pada permukaan
kertas putih dan diamati dengan kaca pembesar. Jika warna menyebar secara
merata maka bedak dikatakan homogen. (Butler, 2000).
3.5.2 Uji poles bedak
Uji poles bedak dilakukan dengan menggunakan puff. Dengan cara
memoleskan bedak pada kulit punggung tangan. Uji poles bedak dikatakan
baik jika bedak yang menempel pada kulit dapat merata dan melekat dengan
baik (Butler, 2000).
3.5.3 Daya sebar
Sebanyak 0,5 gram serbuk diletakkan ditengah-tengah kaca bulat
menit. Kemudian diukur diameter sebarnya, setelah itu ditambah beban 50
gram dan dibiarkan selama 1 menit, lalu diukur diameter sebarnya. Dilakukan
terus menerus hingga diperoleh diameter yang cukup untuk melihat pengaruh
beban terhadap perubahan diameter sebar sediaan (Garg, dkk., 2002).
3.5.4 Uji kekerasan
Sediaan yang dibuat diuji kekerasannya dengan cara mempergunakan
alat Hardness Tester (Copley) yaitu dengan memasukkan sebuah sediaan
diantara anvil dengan punch, lalu tekan tombol sampai sediaan retak dan pecah
lalu di catat angka yang ditunjukkan oleh alat.
3.5.5 Uji keretakan
Uji keretakan dilakukan dengan cara menjatuhkan bedak pada
permukaan kayu beberapa kali pada ketinggian 8-10 inci. Bedak kompak
dikatakan baik, jika setelah dijatuhkan beberapa kali tidak pecah atau retak.
(Butler, 2000).
3.6 Uji Iritasi
Uji iritasi dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan uji pada kulit
normal panel manusia untuk mengetahui apakah sediaan tersebut dapat
menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak.
Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji tempel terbuka
(Open Test) pada lengan bawah bagian dalam terhadap 10 orang panelis yang
bersedia dan mengisi surat pernyataan. Uji tempel terbuka dilakukan dengan
x 2,5 cm), dibiarkan terbuka dan diamati apa yang terjadi. Uji ini dilakukan
sebanyak 3 kali sehari selama 2 hari berturut-turut (Tranggono dan Latifah,
2007).
3.7 Uji Kesukaan (hedonic test)
Uji kesukaan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis
terhadap sediaan yang dibuat. Semakin banyak jumlah panel untuk uji
kesukaan, semakin baik. Pada penelitian ini dilakukan terhadap 30 orang
panelis. Penilaian meliputi warna bedak, tekstur dan mudah tidaknya bedak
kompak dipoles.
Kriteria Panelis (Soekarto,1980):
1. Memiliki kepekaan dan konsistensi yang tinggi.
2. Panelis yang digunakan adalah panelis yang tidak terlatih yang diambil
secara acak.
3. Berbadan sehat.
4. Tidak dalam keadaan tertekan
5. Mempunyai pengetahuan dan pengalaman tentang penilaian organoleptik.
3.8 Uji Stabilitas
Uji ini dilakukan pengamatan terhadap adanya perubahan bentuk,
warna, dan bau dari sediaan pewarna pipi dilakukan terhadap masing-masing
sediaan selama penyimpanan pada suhu kamar pada hari ke 1, hari ke 5, hari
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Ekstrak Biji Kesumba Keling
Hasil ekstraksi yang diperoleh dari 600 gram biji kesumba keling
berupa ekstrak kental bewarna merah orange sebanyak 44,9 gram. Randeman
yang diperoleh yaitu 7,48 %.
4.2 Hasil Formulasi Sediaan Bedak Kompak
Variasi konsentrasi pewarna ekstrak biji kesumba keling yang
digunakan menghasilkan perbedaan warna pada sediaan bedak kompak. Bedak
kompak dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 1% menghasilkan
warna ivory dan pada konsentrasi 2% menghasilkan warna white yellow, pada
konsentrasi 3%, menghasilkan warna yellow beige, konsentrasi 4% dan
konsentrasi 5% menghasilkan warna gold (Tabel 4.1). Aroma bedak kompak
adalah aroma khas oleum rosae.
Tabel 4.1 Standart warna
No Warna
1.
(Anonim, 2011)
2. (Tokopedia, 2012)
3. (Berseri, 2011)
Keterangan:
1. Warna ivory 3. Warna yellow beige 2. Warna white yellow 4. Warna gold
4.3 Hasil Pemeriksaan Fisik Bedak Kompak
4.3.1 Hasil uji homogenitas bedak
Hasil uji dispersi warna menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat
terdispersi merata dan tidak ditemukan adanya perbedaan warna pada saat di
taburkan pada kertas putih. Uji ini dilakukan sebelum proses pengepresan,
sehingga apabila sediaan bedak kompak telah dicetak tidak ditemukannya
bintik-bintik warna. Yang dikarenakan adanya warna yang tidak tercampur
secara homogen.
4.3.2 Hasil uji poles bedak
Sediaan bedak kompak menghasilkan pemolesan yang baik jika
sediaan memberikan warna yang intensif, merata dan homogen saat pemolesan
pada punggung tangan. Berdasarkan uji poles diperoleh hasil bahwa sediaan
yang menghasilkan pemolesan yang baik adalah sediaan pada konsentrasi
ekstrak biji kesumba keling 1%, 2%, 3% dan 4%. Hal ini di tandai dengan satu
kali pemolesan sediaan telah memberikan warna dan homogen saat pemolesan
pada kulit punggung tangan. Sedangkan, sediaan dengan konsentrasi ekstrak
biji kesumba keling 5% memberikan warna yang intensif dan merata setelah 3
4.3.3 Hasil uji daya sebar
Dari hasil perbandingan uji daya sebar yang dilakukan pada sediaan
bedak kompak dengan ekstrak biji kesumba keling dan sediaan bedak kompak
yang beredar di pasaran tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Hasil uji daya sebar dari masing-masing sediaan bedak kompak dapat
dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2 Data hasil pemeriksaan daya sebar pada sediaan bedak kompak
Keterangan:
Sediaan 1: Formula tanpa ekstrak biji kesumba keling Sediaan 2: Formula dengan ekstrak biji kesumba keling 1% Sediaan 3: Formula dengan ekstrak biji kesumba keling 2% Sediaan 4: Formula dengan ekstrak biji kesumba keling 3% Sediaan 5: Formula dengan ekstrak biji kesumba keling 4% Sediaan 6: Formula dengan ekstrak biji kesumba keling 5%
Hasi uji daya sebar dari masing-masing sediaan bedak kompak yang
beredar dipasaran dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini.
Tabel 4.3 Data hasil pemeriksaan daya sebar pada sedian bedak kompak yang beredar dipasaran
Sediaa Keterangan Perlakuan ke 1
Sediaan 1: Sediaan bedak kompak Belia (ivory)
4.3.4 Hasil uji kekerasan
Hasil uji kekerasan yang didapat terhadap sediaan bedak kompak
dengan konsentrasi 1%, 2%, 3%, 4% dan 5% menunjukkan hasil yang berbeda.
Hal ini disebabkan karena alat mencetak bedak kompak tidak seragam
tekanannya, dilakukan secara manual.
Hasil uji kekerasan dari masing-masing sediaan bedak kompak dapat
dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4 Data pemeriksaan kekerasan pada sediaan bedak kompak
Sediaan Hasil Uji Kekerasan
1 1,15 kg
2 1,28 kg
3 1,49 kg
4 1,51 kg
5 1,30 kg
6 1,29 kg
7 1,56 kg
Keterangan:
Sediaan 1: Sediaan bedak kompak yang beredar di pasaran (Caring) Sediaan 2: Formula tanpa ekstrak biji kesumba keling
4.3.5 Hasil uji keretakan
Hasil pemeriksaan yang didapat terhadap sediaan bedak kompak
dengan uji keretakan menunjukan bahwa semua sediaan yang dibuat tidak
pecah. Dan seluruh sediaan memenuhi persyaratan uji keretakan (Butler, 2000).
Hasil uji keretakan yang dilakukan pada masing-masing sediaan bedak
kompak dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4.5 Data pemeriksaan keretakan pada sediaan bedak kompak
Sediaan
Di jatuhkan pada permukaan kayu dengan ketinggian 8-10 (inci) dengan 3 (tiga) kali penjatuhan
1 Tidak pecah
Sediaan 1: Formula tanpa ekstrak biji kesumba keling
Sediaan 2: Formula dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 1% Sediaan 3: Formula dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 2% Sediaan 4: Formula dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 3% Sediaan 5: Formula dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 4% Sediaan 6: Formula dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 5%
4.3.6 Hasil uji iritasi
Berdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan pada 10 orang panelis yang
dilakukan dengan cara memoleskan sediaan bedak kompak pada kulit lengan
panelis tidak menunjukkan reaksi terhadap parameter reaksi iritasi yang
diamati yaitu adanya eritema dan edema.
Dari hasil uji iritasi tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan bedak
kompak yang dibuat tidak menyebabkan iritasi (Tranggono dan Latifah, 2007).
Hasil uji iritasi dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4.6 Data uji iritasi
Reaksi
Panelis
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Erythema 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Edema 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Keterangan: system skor Federal Hazardous Substance Act (Barel, dkk., 2001). Erythema
Tidak erythema 0
Sangat sedikit erythema 1
Sedikit erythema 2
Erythema sedang 3
Erythema sangat parah 4
Edema
Tidak edema 0
Sangat sedikit edema 1
Sedikit edema 2
Edema sedang 3
4.3.7 Hasil uji kesukaan (Hedonic test)
Data yang diperoleh dari lembar penilaian (kuesioner) ditabulasi dan
ditentukan untuk setiap sediaan dengan mencari hasil rata-rata pada setiap
panelis pada tingkat kepercayaan 95%.
Setiap panelis diminta untuk memoleskan masing-masing sediaan
bedak kompak yang dibuat pada kulit punggung tangannya. Parameter
pengamatan pada uji kesukaan adalah kemudahan pemolesan bedak kompak,
homogenitas dan intensitas warna dari bedak kompak saat dipoleskan. Panelis
memberikan penilaian dengan mengisi kuesioner yang telah diberikan. Hasil
uji kesukaan dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut ini.
Tabel 4.7 Data nilai uji kesukaan (Hedonic Test)
No Nama Umur
Sediaan
1% 2% 3% 4% 5%
1. Sarly 21 Tahun 5 8 7 8 5
2. Rapita 23 Tahun 5 8 6 7 3
3. Rara 24 Tahun 5 8 6 7 2
4. febrina 22 Tahun 5 8 6 7 3
5. Fera 24 Tahun 5 8 6 7 3
6. Maya 21 Tahun 5 8 7 7 3
7. yuni 23 Tahun 5 8 7 7 7
8. Uci 24 Tahun 7 7 7 7 7
10. Karitta 24 Tahun 5 9 7 8 6
11. fauziah 25 Tahun 5 7 6 7 3
12. Bettika 22 Tahun 5 7 6 6 3
13. Fibrin 23 Tahun 5 7 6 7 3
14. Evi 23 Tahun 7 7 6 6 4
15. Fitri 23 Tahun 6 7 6 6 6
16. Romauli 25 Tahun 8 8 8 8 8
17. Fida 22 Tahun 4 8 6 7 6
18. rina 25 Tahun 5 7 6 4 3
19. Ditya 21 Tahun 7 8 5 5 5
20. wati 22 Tahun 7 9 6 3 3
21. Melva 25 Tahun 7 7 9 8 5
22. Mona 20 Tahun 8 7 8 5 6
23. Rugun 20 Tahun 7 6 5 5 5
24. Nova 22 Tahun 8 6 5 4 3
25. Lisa 24 Tahun 6 6 8 8 7
26. Zulha 24 Tahun 5 7 4 5 3
27. Ade 20 Tahun 7 5 3 4 5
28. Ova 29 Tahun 8 9 9 7 7
29. Novita 24 Tahun 9 7 6 5 5
30. Eva 24 Tahun 9 8 7 5 5
Keterangan:
Berdasarkan data uji kesukaan (Hedonic Test) terhadap 30 orang
panelis, diketahui bahwa sediaan bedak kompak yang paling disukai adalah
sediaan 2 yaitu bedak kompak konsentrasi zat warna ekstrak biji kesumba
keling 2% dengan persentase kesukaan 7,09 % panelis menyukai sediaan ini.
Hal ini karena sediaan bedak kompak dengan konsentrasi 2% sangat mudah
dipoles dan memberikan warna yang netral. Sediaan 3 dan 4 yaitu bedak
kompak dengan konsentrasi zat warna ekstrak biji kesumba keling 3% dan 4%
dengan persentase 5,88% dan 5,76% panelis agak menyukai karena sesuai
dengan warna kulit wajah panelis yang berwarna sawo matang. Persentase
kesukaan pada sediaan 1 yaitu dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling
1% dengan persentase kesukaan 5% kemungkinan panelis menyukai warna yg
terang karena sesuai dengan warna kulit wajah panelis. Dan pada sediaan 5
yaitu bedak kompak dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 5%
dengan persentase kesukaan 4,1% agak tidak suka. Perhitungan hasil uji
kesukaan (Hedonic Test) pada Lampiran 19.
4.3.8 Hasil uji stabilitas
Hasil uji stabilitas sediaan bedak kompak menunjukkan bahwa seluruh
sediaan yang dibuat tetap stabil penyimpanan suhu kamar selama 30 hari
perubahan bentuk, warna dan bau sediaan. Dari hasil pengamatan bentuk,
didapatkan hasil bahwa seluruh sediaan bedak kompak yang dibuat tidak
terjadi perubahan bentuk dari bentuk awal pencetakan dan selama 30 hari pada
penyimpanan suhu kamar. Bertambahnya konsentrasi zat warna ekstrak biji
kesumba keling yang digunakan maka bertambah pekat warna bedak yang
dihasilkan. Bedak kompak dengan konsentrasi ekstrak biji kesumba keling 1%
memberikan warna ivory, konsentrasi 2% memberikan warna white yellow,
konsentrasi 3% memberikan warna yellow beige, konsentrasi 4% dan 5%
memberikan warna gold. Sedangkan bau yang dihasilkan dari seluruh sediaan
bedak kompak adalah bau khas dari parfum yang digunakan yaitu oleum rosae.
Bau sediaan tetap stabil dalam penyimpanan 30 hari pengamatan pada suhu
kamar. Hasil uji stabilitas sediaan bedak kompak dapat dilihat pada Tabel 4.8
berikut ini.
Tabel 4.8 Data pengamatan perubahan bentuk, warna dan bentuk sediaan.
Pengamatan
Sediaan
Lama pengamatan (Hari)
1 5 10 15 20 25 30
Bentuk
1 b b b b b b b
2 b b b b b b b
3 b b b b b b b
4 b b b b b b b
5 b b b b b b b
Warna
1 p p p p p p p
2 i i i i i i i
3 wy wy wy wy wy wy wy
4 yb yb yb yb yb yb yb
5 g g g g g g g
6 g g g g g g g
Bau
1 bk bk bk bk bk bk bk
2 bk bk bk bk bk bk bk
3 bk bk bk bk bk bk bk
4 bk bk bk bk bk bk bk
5 bk bk bk bk bk bk bk
6 bk bk bk bk bk bk bk
Keterangan:
b : bentuk (baik) p : putih wy: white yellow
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
a. Zat warna ekstrak biji kesumba keling dapat digunakan sebagai pewarna
dalam formulasi sediaan bedak kompak. Bertambahnya konsentrasi ekstrak
biji kesumba keling yang digunakan dalam formula maka bertambah pekat
warna sediaan bedak kompak yang dihasilkan. Bedak dengan konsentrasi
1% bewarna ivory, bedak dengan konsentrasi 2% bewarna white yellow,
bedak dengan konsentrasi 3% bewarna yellow beige, bedak dengan
konsentrasi 4% dan 5% bewarna gold.
b. Zat warna ekstrak kesumba keling dapat bercampur homogen dengan dasar
bedak. Hasil penentuan mutu fisik sediaan, menunjukkan bahwa seluruh
sediaan yang dibuat stabil, tidak terjadi perubahan bentuk, warna dan bau
dalam penyimpanan selama 30 hari
c. Dari uji kesukaan sediaan yang paling disukai adalah bedak dengan
konsentrasi zat warna ekstrak biji kesumba keling 2%. Berdasarkan hasil uji
iritasi yang dilakukan terhadap 10 orang panelis menunjukkan sediaan
bedak kompak yang dibuat tidak menyebabkan iritasi.
5.2 Saran
Disarankan untuk penelitian selanjutnya mengenai pemanfaatan
pewarna alami biji kesumba keling untuk formulasi sediaan kosmetik lainnya,
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2010). Galinggem Sebagai Bahan Pewarna. Diakses 19 September
2011. Jakarta.http://bataviase.co.id.
Anonim. (2011). Fanbo All Product. Diakses 29 Maret 2013.
Anonim. (2012). Belia Compact Powder. Diakses 3 April 2013. www.
Belia.com/product/10/compactpowder.
Andersen, O.M., dan Bernard, K. (2001). Chemistry, Analysis and Application of Anthocyanin Pigments from Flowers, Fruits and Vegetables. Diakses Mei 2011. Available at
Aurel. (2010). Teknologi Kosmetik-Bedak. Diakses 1 Juli 2012.
Penelitian/Teknologi-Kosmetik Bedak vew.Html.
Barel, A.O., Paye, M., dan Maibach, H.I. (2001). Handbook of Cosmetic
Science and Technology. New York: Marcel Dekker Inc. Hal. 110.
Berseri, B. (2011). Pixy Compact Powder. Diakses 3 April 2013.
www.bungaberseriblogspot.com.
Butler, H. (2000). Poucher’s Perfumes, Cosmetics and Soaps. Edisi Kesepuluh. Dordrecht: Kluwer Academic Publishers. Hal. 188-189.
Dalimartha, S. (2009). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 6. Jakarta:
Pustaka Bunda. Hal. 58.
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Depkes RI. Hal. 9.
Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Depkes RI.
Hal. 184-185, 188.
Ditjen POM. (2012). Public Warning/Peringatan
No.HM.03.03.1.43.14.12.8256 Tanggal 27 Desember 2012 Tentang Kosmetika Mengandung Pewarna Dilarang. Jakarta: Depkes RI.
Fitryane, R. (2011). Kiat Cantik Dan Menarik. Bandung: Yrama Widya. Hal. 7-8.
Garg, A., Aggarwal, D., Garg, S., dan Singla, A.K. (2002). Spreading of