ANALISIS KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN DENGAN
METODE ALTMAN Z-SCORE
Oleh :
1. Eva Karla
2. Erni Karyati
UNIVERSITAS GUNADARMA
1
ANALISIS KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN DENGAN
METODE ALTMAN Z-SCORE
Eva Karla [email protected] Erni Karyati [email protected] ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana potensi kebangkrutan PT. Bluebird Tahun 2018 Semakin berkembangnya perekonomian dan teknologi menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat. Ketidakmampuan mengantisipasi perkembangan ekonomi global akan mengakibatkan berkurangnya kegiatan usaha perusahaan yang pada akhirnya akan mengakibatkan kebangkrutan perusahaan.
Metode analisis yang digunakan adalah metode Altman Z-score. Metode ini menghubungkan beberapa rasio sekaligus untuk mengetahui kondisi kesehatan perusahaan dan kinerja keuangan. Analisis Kebangkrutan Altman Z-Score adalah alat yang digunakan untuk meramal tingkat kebangkrutan suatu perusahaan dengan menghitung nilai dari beberapa rasio.
Dari hasil penulisan ilmiah ini, dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja keuangan PT. Blue Bird Tbk dalam keadaan kinerja keuangan perusahaan yang baik, karena pada Tahun 2018 nilai overall Z-score berada diatas titik cut off 2,60 dan dinyatakan sehat.
Kata Kunci : Analisis Kebangkrutan, Altman Z-Score (Daftar Pustaka : 2000 – 2018)
2
PENDAHULUAN
Peningkatan kinerja harus dijaga oleh perusahaan agar kondisi perusahaan tetap stabil dan tidak mendekati kebangkrutan. Gejala awal kebangkrutan biasanya ditandai dengan kesulitan keuangan masing-masing perusahaan, jika kesulitan keuangan tersebut tidak langsung ditangani oleh pihak perusahaan, maka kebangkrutan akan terjadi pada perusahaan tersebut. Prediksi mengenai perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan, yang kemudian mengalami kebangkrutan merupakan salah satu analisis yang penting bagi pihak-pihak yang berkepentingan seperti kreditur, investor, otoritas pembuat peraturan, auditor, maupun manajemen.
Dalam era globalisasi yang semakin maju, media transportasi berkembang sehingga bisa diakses secara onlinedengan menggunakan internet, yang mana hal tersebut semakin marak digunakan oleh masyarakat Indonesia. Hal ini berpengaruh terhadap kondisi keuangan perusahaan transportasi di Indonesia, khususnya perusahaan taksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Kehadiran taksi online pada tahun 2015 berdampak negatif bagi beberapa perusahaan taksi konvensional. Untuk menghadapi ketatnya persaingan usaha, perusahaan taksi konvensional harus dapat merancang strategi agar dapat terus bertahan dan memenuhi tujuan utamanya untuk meraih keuntungan.
Sama halnya dengan PT Blue Bird Tbk merupakan sebuah perusahaan transportasi asal Indonesia. Perusahaan ini melayani jasa transportasi dan pariwisata. PT Blue Bird Tbk didirikan pada tahun 1972 di Jakarta. PT Blue Bird TBK adalah operator taksi terbesar di Indonesia yang menguasai pangsa pasar sekitar 43% di sektor jasa taksi Indonesia. Dengan menggunakan kode saham BIRD di Indonesian Stock Exchange, saham BIRD yang di awal tahun bertengger tinggi di angka Rp 7000 per lembar, harus jatuh di angka Rp 2900 per lembarnya. Penyebab dari turunnya saham BIRD adalah karena munculnya kompetitor baru yaitu taksi online seperti Gojek, Grab dan Uber.
Prediksi kebangkrutan dapat dilakukan dengan menggunakan model Altman Z-Score, yaitu model yang dikembangkan dengan menggunakan rasio laporan keuangan dan analisis diskriminan berganda untuk memprediksi kebangkrutan bagi perusahaan publik. Dari hasil perhitungan Altman Z-Score tersebut maka dapat diketahui apakah perusahaan benar terindikasi financial distress atau tidak. Sehingga dari hasil analisis Z-Score dapat ditentukan faktor-faktor yang perlu diperbaiki agar perusahaan terhindar dari kebangkrutan.
3
METODE PENELITIAN
Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah prediksi kebangkrutan yang mungkin akan dihadapi oleh PT. Blue Bird Tbk tahun 2018
HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses dan Analisis Model Altman Z-Score
1. Perhitungan dan Analisis Rasio Empat Variabel
Sebelum menghitung Z-Score dari PT. Blue Bird Tbk, terlebih dahulu dihitung besarnya empat rasio yang telah dijelaskan sebelumnya yang terdiri dari Working Capital to Total Assets Ratio (X1), Retained Earning to Total Assets Ratio (X2), Earning Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio (X3), Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities Ratio (X4).
Untuk melakukan perhitungan digunakan data berupa laporan keuangan. Laporan keuangan yang diperlukan berupa laporan neraca dan laba rugi selama periode 2018. Selain itu khusus untuk perhitungan Value of Equity to Book Value of Total Liabilities Ratio (X4) dibutuhkan data tambahan berupa nilai harga pasar per lembar saham tahun 2018 atau Market Capitalization per kuartal di akhir tahun 2018.
Adapun data – data yang di sebutkan di atas telah disajikan pada lampiran belakang, berikut ini adalah perhitungan dari rasio empat variabel selama periode 2018 beserta analisisnya secara lengkap.
4
Rasio X1 (Working Capital to Total Assets Ratio) untuk mengukur likuiditas perusahaan dengan membandingkan antara modal kerja dengan total aktiva perusahaan. Modal kerja adalah modal yang digunakan untuk melakukan kegiatan operasi perusahaan. Modal kerja diartikan sebagai investasi yang ditanamkan dalam aktiva lancar seperti kas, surat berharga, piutang, persediaan dan aktiva lancar lainnya. Dimana modal kerja didapat dari selisih antara total aktiva lancar dikurangi total kewajiban lancar.
Tabel 1 Modal Kerja (Dalam jutaan rupiah)
Sumber : Data diolah,2020
Tabel 2
Rasio Modal Kerja terhadap Total Aktiva (Dalam jutaan rupiah)
Sumber : Data diolah, 2020
Analisis :
Tahun 2018, rasio modal kerja terhadap total aktiva menunjukkan nilai npositif yaitu 0.066, dikarenakan modal kerja tahun 2018 bernilai positif yang mempengaruhi nilai X1.
Tahun Aktiva Lancar Hutang Lancar Modal Kerja
2018 1.071.773 614.987 456.786
Tahun Modal Kerja Total Aktiva X1
5
Retained Earning to Total Assets Ratio (Rasio Laba Ditahan terhadap Total Aktiva)
Rasio laba ditahan terhadap total aktiva menunjukkan bahwa setiap Rp 1.00 aktiva perusahaan dijamin oleh saldo laba ditahan. Laba ditahan merupakan laba atas keuntungan perusahaan yang belum dibagi untuk periode tertentu
Tabel 3 Laba Ditahan (Dalam jutaan rupiah)
Sumber : Data Diolah, 2020
Tabel 4
Rasio Laba Ditahan terhadap Total Aktiva (Dalam jutaan rupiah)
Sumber : Data Diolah, 2020
Analisis :
Tahun 2018, rasio laba ditahan terhadap total aktiva menunjukkan nilai 0.348. Hal ini menujukkan bahwa setiap Rp 1.00 aktiva perusahaan dijamin oleh saldo laba ditahan sebesar Rp 0.348.
Tahun Laba Ditentukan Laba Belum Ditentukan
Laba Ditahan
2018 40.000 2.384.410 2.424.410
Tahun Laba Ditahan Total Aktiva X2
6
Earning Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio (Rasio EBIT terhadap Total
Aktiva)
Rasio EBIT terhadap total aktiva menunjukkan jumlah laba bersih sebelum bunga dan pajak yang dapat dihasilkan dari setiap Rp 1.00 aktiva perusahaan. Untuk mencapai nilai EBIT adalah menambahkan laba sebelum beban pajak dengan biaya bunga
Tabel 5 EBIT
(Dalam jutaan rupiah)
Sumber : Data Diolah,2020
Tabel 6
Rasio EBIT terhadap Total Aktiva (Dalam jutaan rupiah)
Sumber : Data Diolah, 2020
Tahun Laba Sebelum Beban Pajak
Beban Bunga EBIT
2018 606.175 65.483 671.658
Tahun EBIT Total Aktiva X3
7 Analisis :
Tahun 2018, rasio EBIT terhadap total aktiva menunjukkan nilai 0.096. Hal ini menunjukkan bahwa laba bersih sebelum bunga dan pajak sebesar Rp 0.096 dapat dihasilkan dari setiap Rp 1.00 aktiva perusahaan bagi semua investor baik pemegang dan obligasi.
Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities Ratio (Rasio Nilai Pasar
Modal Sendiri terhadap Nilai Buku Hutang)
Rasio X4 menunjukkan proporsi modal saham terhadap total utang dengan setiap Rp 1.00 dari total hutang digunakan untuk membiayai modal saham. Nilai pasar modal sendiri yaitu jumlah saham perusahaan dikalikan harga pasar per lembar sahamnya pada periode yang bersangkutan.
Tabel 7
Nilai Pasar Modal Sendiri (Dalam jutaan rupiah)
Sumber : Data Diolah, 2020
Tahun Closing Price Saham Yang Beredar
Nilai Pasar Modal Sendiri
8
Tabel 8
Rasio Nilai Pasar Modal Sendiri terhadap Nilai Buku Hutang (Dalam jutaan rupiah)
Sumber : Data Diolah, 2020
Analisis :
Tahun 2015, rasio modal saham terhadap total kewajiban menunjukkan nilai 4.249. Hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1.00 dari total kewajiban digunakan untuk mendanai modal saham sebesar Rp 4.249.
2. Proses Analisis Z-Score
Setelah mengetahui nilai rasio lima variabel, langkah selanjutnya adalah menghitung nilai Z-Score untuk perusahaan non manufaktur dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
Z : Overall Indeks ( Indeks Keseluruhan)
X1 : Working Capital to Total Assets (Modal Kerja/Total Aktiva)
X2 : Retained Earning to Total Assets (Laba yang Ditahan/Total Aktiva) X3 : Earning Before Interest and Taxes to Total Assets (Laba Sebelum
Bunga dan Pajak/Total Aktiva)
X4 : Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities (Nilai Pasar : Modal Sendiri/Nilai Buku Hutang)
Tahun Nilai Pasar Modal Sendiri
Total Kewajiban X4
9
Dari nilai Z-Score yang diperoleh maka dibandingkan nilai tersebut dengan titik cut-off Altman untuk melihat apakah sebuah perusahaan mempunyai potensi untuk bangkrut dan untuk menentukan rating yang didapat perusahaan dari nilai Z-Score maka dilihat pada model EMS(Emerging Market Scoring).
Tabel 9
Titik Cut-Off yang dilaporkan Altman
Untuk Perusahaan Non Manufaktur yang telah go publik/belum go publik
Nilai Cut-Off Keterangan
Z < 1.10
Menunjukkan indikasi perusahaan menghadapi ancaman kebangkrutan yang serius, hal ini perlu ditindak lanjuti agar tidak terjadi kebangkrutan
1.10 < Z < 2.60
Menunjukkan bahwa perusahaan berada dalam kondisi rawan. Dalam kondisi ini manajemen harus hati – hati dalam mengelola aset – aset perusahaan agar tidak terjadi kebangkrutan (grey area)
Z>2.60
Menunjukkan perusahaan dalam kondisi keuangan yang sehat dan tidak mempunyai permasalahan dengan keuangan
Sumber : Predicing Financial Distress of Companies : Revisiting The Z-Score and Zeta Models : 2000
10
Tabel 10
Rating Ekuivalen Perusahaan terhadap Nilai Rata – rata EMS
US Equivalent Rating Average EM Score
AAA 8.15 AA+ 7.60 AA 7.30 AA- 7.00 A+ 6.85 A 6.65 A- 6.40 BBB+ 6.25 BBB 5.85 BBB- 5.65 BB+ 5.25 BB 4.95 BB- 4.75 B+ 4.50 B 4.15 B- 3.75 CCC+ 3.20 CCC+ 2.50 CCC- 1.75 D 0
Sumber : Predicing Financial Distress of Companies : Revisiting The Z-Score and Zeta Models : 2000
11
Tabel – tabel dibawah ini merupakan indeks Z-Score Tahun 2018 untuk PT. Blue Bird Tbk.
Tabel 11
Overall Indeks Z-Score Tahun 2018
Variabel Nilai Rasio Koefisien Z-Score Indeks Z-Score
X1 0.066 6.56 0.433
X2 0.348 3.26 1.131
X3 0.096 6.72 0.645
X4 4.249 1.05 4.461
TOTAL 6.670
Sumber : Data Diolah, 2020
Rangkuman Hasil Penelitian
Berikut akan disajikan ringkasan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis pada PT. Blue Bird Tbk Tahun 2018. Tabel dibawah ini menunjukkan rasio empat variabel yang diperoleh perusahaan, nilai indeks Z-Score dan juga rating yang diperoleh perusahaan.
Tabel 12
Rasio Empat Variabel Tahun 2018
Tahun Rasio X1 Rasio X2 Rasio X3 Rasio X4
2018 0.066 0.348 0.096 4.249
12 Tabel 13 Potensi Kebangkrutan Tahun 2018 Tahun 2018 Z-Score 6.670
Sumber : Data Diolah, 2020
Tabel 14
Rating EMS Tahun 2018
Tahun Indeks Z-Score Rating
2018 6.670 A
Sumber : Data Diolah, 2020
Analisis :
1. Dari ketiga koefisien Z-Score tiap tahun, perusahaan PT. Blue Bird Tbk dinyatakan sehat. Hal ini karena nilai cut-off diatas 2.60 yang dinyatakan perusahaan tersebut sehat dan terhindar dari resiko kebangkrutan
2. Pada tahun 2018 nilai koefisien Z-Score kembali menandakan PT.Blue Bird Tbk dapat menjalin kerjasama dengan Gojek untuk menyediakan layanan taxi Blue Bird di aplikasi Gojek, yang mengakibatkan Rasio Modal Kerja terhadap Total Aktiva, Rasio Laba Ditahan terhadap Total Aktiva dan Rasio Pasar Modal Sendiri terhadap Nilai Buku Hutang mengalami kenaikan.
3. Pada tahun 2018 yaitu sebesar 6.670 dan rating EMS A. Hal ini mungkin karena pada tahun 2018 jumlah kompetitor PT. Blue Bird Tbk banyak dan kompetitor tersebut banyak melakukan inovasi – inovasi.
4. Dari kelima jenis rasio, yang paling berpengaruh besar terhadap nilai Z-Score adalah rasio X4 (Rasio Pasar Modal Sendiri terhadap Nilai Buku Hutang). Ini menunjukkan bagaimana Nilai Saham bagi PT. Blue Bird Tbk sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan.
13
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
PT. Blue Bird Tbk. dalam menghadapi prediksi kebangkrutan menggunakan Model Altman Z-Score mempunyai modal kerja, saldo laba ditahan, laba sebelum bunga dan pajak, nilai pasar modal sendiri yang cukup bagus dan bisa dibandingkan dengan total asset dan total hutang dan menghasilkan nilai Z yang cukup besar yang mengantarkan PT. Blue Bird Tbk. kepada zona aman dari beberapa zona diskriminasi dalam Model Altman Z-Score. PT. Blue Bird Tbk. setidaknya berada dalam zona aman untuk beberapa tahun kedepan berdasarkan laporan keuangan tahunan yang digunakan.
Saran
Berdasarkan analisis dan kesimpulan, maka dapat disampaikan saran – saran sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan
Bagi perusahaan hendaknya selalu menjaga asset keuangan dengan baik karena jika tidak diperhatikan maka kecenderungan perusahaan berada pada daerah rawan atau bahkan berpotensi bangkrut dimasa mendatang dapat terjadi
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya, disarankan agar dapat menggunakan model – model prediksi kebangkrutan lainnya, untuk dapat dijadikan pembanding dalam memprediksi kebangkrutan, sehingga mampu memberikan kelengkapan tentang penelitian terhadap analisis kebangkrutan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Altman, Edward I. 2000. Predicing Financial Distress of Companies : Revisiting The Z-Score and Zeta Models : 2000.
Elfika, Audia. 2015. Analisis Kebangkrutan dengan Model Altman Z-Score Pada PT. Bakrieland Development Tbk Periode Tahun 2010 – 2014.
Fajar, Dino. 2013. Analisis Kebangkrutan Pada PT. Kimia Farma Tbk dengan Metode Altman Z-Score.
Hanafi, Mamduh, M & Halim, Abdul. 2000. Analisa Laporan Keuangan.
Harahap, Sofyan Syafri. 2006. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Keuangan.
Munawir, S. 2004. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.
Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta : BPFE.
Septriyani, Anis. 2015. Analisis Kebangkrutan Pada PT. XL Axiata Tbk dengan Menggunakan Metode Z-Score Periode 2010 – 2014.
Supardi dan Sri Mastuti, 2003. Validitas Penggunaan Z-Score Altman untuk Menilai Kebangkrutan pada Perusahaan Perbankan gopublic di Bursa Efek Jakarta. Tigris, Laresegiras. 2018. Analisis Model Altman Z-Score dalam Memprediksi
Potensi Kebangkrutan PT. Gudang Garam Tbk.
W, Filemond. 2014. Analisis Kebangkrutan dengan Menggunakan Metode Altman Z-Score Pada PT. Kalbe Farma Tbk.
Perpustakaan Universitas Gunadarma BARCODE
BUKTI UNGGAH DOKUMEN PENELITIAN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS GUNADARMA
Nomor Pengunggahan
SURAT KETERANGAN
Nomor: 463/PERPUS/UG/2021Surat ini menerangkan bahwa:
Nama Penulis : Eva Karla
Nomor Penulis : 060710
Email Penulis : [email protected]
Alamat Penulis : jl salah 1 no 81
dengan penulis lainnya sebagai berikut:
Penulis ke-2/Nomor/Email : ERNI KARYATI / 990049 / [email protected]
Telah menyerahkan hasil penelitian/ penulisan untuk disimpan dan dimanfaatkan di Perpustakaan Universitas Gunadarma, dengan rincian sebagai berikut :
Nomor Induk : FEUG/EA/PENELITIAN/463/2021
Judul Penelitian : Analisis Kebangkrutan Perusahaan
Tanggal Penyerahan : 30 / 01 / 2021
Demikian surat ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya dilingkungan Universitas Gunadarma dan Kopertis Wilayah III.