PENGHAMBATAN PELEPASAN ENZIM
-HEXOAMINIDASE DARI SEL
MAST OLEH ZEORIN, SENYAWA DARI AEGLA MARMELOS CORREA
Agung Endro Nugroho
1, Sugeng Riyanto
2, Mohd. Aspollah Hj. Sukari
3, dan
Kazutaka Maeyama
41
Department of Pharmacology and Clinical Pharmacy, Faculty of Pharmacy,
Gadjah Mada University, Indonesia,
2
Department of Pharmaceutical Chemistry, Faculty of Pharmacy, Gadjah Mada
University, Indonesia,
3
Faculty of Science and Environmental Studies, Universiti Putra Malaysia
4Department of Pharmacology, Informational Biomedicine, Ehime University
Graduate School of Medicine, Shitsugawa , Toon-shi, Ehime 791-0295, Japan
E-mail: agungendronugroho@yahoo.com
ABSTRACT
Zeorin or 6,22-Dihydroxyhopane is a compound isolated from Aegle marmelos Correa collected in Yogyakarta Indonesia. The molecular structure was confirmed in Universiti Putra Malaysia. This compound was obtained from petroleum ether extract of the leaves of Aegle marmelos Correa. In present study, we investigated the effects of zeorin on the -hexoaminidase enzyme release from mast cell culture. The experiment was performed by using rat basophilic leukemia (RBL-2H3) cell line, a tumor analog of mast cells. DNP24-BSA and thapsigargin were used as immunologic and
non-immunologic inducers for-hexoaminidase enzyme release from mast cells, respectively. The release of -hexoaminidase enzyme was determined by using colorimetric methods with an enzyme substrate, p-nitrofenil-2-Acetamido-2-deoksi--D-gluko-piranosida, and a microplate reader at 405 nm. In this study, treatment of 20 ng/mL DNP24-BSA and 0.5M
thapsigargin could stimulate the release of-hexoaminidase enzyme from RBL-2H3 cells by 25.421.62 % and 33.163.72 %, respectively. Zeorin showed potent inhibitory effects on the -hexoaminidase enzyme release, when the release induced by DNP24-BSA. In
contrast, zeorin show weak inhibitory effects, when the-hexoaminidase enzyme release from RBL-2H3 cells induced by a Ca2+stimulant, thapsigargin. The IC50values ofzeorin’s
effects on DNP24-BSA and thapsigargin experiments were 33,71 M and >100 M,
respectively. Based on the results, the inhibitory effect of zeorin on the -hexoaminidase enzyme release from RBL-2H3 cells involving mechanisms related to the interaction of IgE on the mast cell surface or intracellular signal transductions involved in mast cell degranulation.
Keywords : Aegle marmelos Correa, zeorin, sel mast,-hexoaminidase enzyme
PENDAHULUAN
Aegle marmelos Correa (familia Rutaceae) merupakan tanaman asli dan
tumbuh secara luas di daerah Asia Tenggara dan Asia Selatan. Di Asia Selatan,
tanaman tersebut disebut juga dengan nama Maja, Majapahit, Modjo, Bilak;
sedangkan di Asia Selatan disebut dengan nama Bael, Beli, Bergiri, Sirphal.
Tanaman tersebut secara meluas digunakan dalam pengobatan tradisional di
Asia Tenggara maupun Asia Selatan. Aegle marmelos Correa mempunyai
beberapa aktivitas farmakologi antara lain : antiproliferative, antiinflamasi,
antipiretik, analgesik, antifungal dll (Lampronti et al., 2003; Arul et al., 2005;
Upadhya et al., 2004; Rana et al., 1997). Dr. Sugeng Riyanto (2003) berhasil
mengisolasi beberapa senyawa dari tanaman tersebut yang diperoleh dari
daerah Yogyakarta, Indonesia. Senyawa tersebut antara lain aureptene,
epoksiaureptane, marmin, skimmianine, zeorin, dustanin, lupene-ol, lupene-on,
aegeline dll .
Enzim
-hexosaminidase merupakan suatu enzim lisosomal, dikenal juga
dengan nama
-N-asetilhexosaminidase (Hex, EC 3.2.1.52). Terdapat dua
isoenzim yaitu hex A, tersusun oleh subunit
dan ; dan hex B, tersusun hanya
oleh subunit
. Kedua isoenzim tersebut berbeda pada sifat keasaman, mobilitas
elektroforesis dan termostabilitas, sedangkan mempunyai kesamaan dalam berat
molekul, nilai Km, aktivitas penghambatan pada produk tertentu, maupun sifat
imunologinya (Casal et al., 2005; Mahuran, 1995). Kedua hexosaminidase
tersebut berfungsi katalisis proses hidrolisis dari asetilgalaktosamin atau
N-asetilglukosamin dari jembatan
-glikosidic. Dengan kata lain : hexosaminidase
lisosomal
mengkatalisis
hidrolisis
dari
gugus
N-asetilgalaktosamin
dari
ganglioside GM
2[Cer-Glc-Gal (AcNeu)-GalNac]. Dalam hal ini, defisiensi dari
enzim hexosaminidase terutama hex A, akan mengakibatkan akumulasi
ganglioside GM
2dalam beberapa jaringan, lebih lanjut bisa menimbulkan
penyakit lisosomal (GM
2gangliosidosis) misalnya penyakit Tay-Sachs (TSD) dan
penyakit Sandhoff (Marinkovic dan Marinkovic, 1977). Adanya mutasi gen yang
menkode subunit
menyebabkan defisiensi isoenzim hex A pada penyakit
Tay-Sachs, dan mutasi gen yang menkode subunit
sehingga menyebabkan
def
i
si
ensi
bai
k
hex
A
dan
B
pada
Sandhof
f
’
s
di
sease
(
Casal
et al., 2005). Enzim
hexosaminidase juga dijumpai pada sel mast bersama-sama dengan enzim
lainnnya:
asam
eksoglikosidase
dan
-glukuronidase. Sel mast akan
mensekresikan
enzim-enzim
tersebut
apabila
mendapatkan
pacuan
baik
imunologis maupun non-imunologis (Schwartz et al., 1979; Mahuran 1995).
Pada penelitian kali ini akan dipelajari pengaruh zeorin
(6,22-Dihidroksihopan) yang diisolasi dari Aegle marmelos Correa terhadap pelesapan
enzim
-hexosaminidase dari rat basophilc cell line yang diinduksi secara
imunologi. Antigen yang digunakan dalam proses imunologi tersebut adalah
dinitrophenylated bovine serum albumin (DNP
24-BSA).
Gambar 1. Struktur kimia dari zeorin atau 6,22-dihidroksihopan
METODE PENELITIAN
Bahan uji utama yaitu zeorin yang diisolasi dari Aegle marmelos Correa
yang diperoleh dari daerah Yogyakarta, Indonesia. Penetapan struktur molekul
dari zeorin dilakukan di Faculty of Science and Environmental Studies, Universiti
Putra Malaysia. Isolasi dan penetapan struktur tersebut dikerjakan oleh Dr.
Sugeng Riyanto, Bagian Kimia Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah
Mada. Sebagai substrat bagi enzim hexosaminidase digunakan
p--nitrophenyl-2-Acetamido-2-deoxy-
-D-glucopyranocide (Wako Pure Chemical Co., Osaka
Japan). Sebagai antigen digunakan dinitrophenylated bovine serum albumin
(DNP
24-BSA)
dari
Bethesda,
MD,
sedangkan
Ca
2+stimulant
digunakan
thapsigargin (Sigma Chemical, USA). Monoclonal Imunoglobulin E diperoleh dari
Department of Pharmacology, School of Medicine, Ehime University. Bahan
lainnya adalah medium MEM and antibiotika (kombinasi natrium penisilin G dan
streptomisin sulfat) (Grand Island, NY), fetal calf serum (JRH Biosciences),
PIPES (Dosindo, Kumamoto Japan).
Preparasi rat basophilc cell line (RBL-2H3) dilakukan dengan cara sel line
RBL dikultur menggunakan medium MEM yang mengandung FCS dan
antibiotika ), diinkubasikan dalam inkubator suhu 37C dan CO
25%. Sel tersebut
ditumbuhkan dalam plate 24 sumuran dengan kepadatan sel 5 x 10
5tiap
sumuran dengan volume medium 400
L tiap sumuran kemudian disensitisasi
2 1 3 4 5 6 7 9 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 24 25 26 10 8 27 29 28 30 OH 23 H
OH
dengan Monoklonal IgE. Sel diinkubasi selama 24 jam dalam inkubator suhu
37C dan CO
25%. Setelah itu, sel dicuci dua kali dengan larutan dapar PIPES
500
L, kemudian dipreinkubasi dengan PIPES (sebagai kontrol) atau larutan
senyawa uji dalam PIPES (konsentrasi 1-100
M) sebanyak 180 L selama 10
menit pada suhu 37C. Kemudian, ditambahkan larutan penginduksi enzim
hexosaminidase, DNP
24-BSA 200 ng/mL, sebanyak 20
l tiap sumuran untuk
kemudian diinkubasi pada suhu 37C selama 30 menit. Plate disentrifugasi
selama 5 menit dengan kecepatan 3000 rpm, dan supernatan sebanyak 50
l
dipindah ke tube 1,5 mL. Supernatan ditambahkan asam perklorat 3 % sebanyak
250
l, dan di-mixer. Kemudian, ditambahkan larutan KOH 2M/ KH
2PO
41 M
sebanyak 30
l, dicampur kemudian disentrifugasi selama 15 menit dengan
kecepatan 10.000 rpm pada suhu 4
C. Supernatan siap ditetapkan kadar enzim
hexoaminidasennya. Untuk penetapan total enzim hexosaminidase, sebanyak
350
llarutan dapar PIPES ditambahkan pada 6 sumuran, kemudian disonifikasi.
Larutan homogenat sel siap dilakukan penetapan enzim hexosaminidase.
Pada penetapan enzim
-hexosaminidase, supernatan sebanyak 50
L
diinkubasi dengan 2,5 mM p-nitrofenil-2-Acetamido-2-deoksi-
-D-glukopiranosida
100
L (dalam 50 mM larutan dapar natrium sitrat pH 4,5) selama 1 jam pada
suhu 37 C. Setelah itu, sebanyak 20
L 2M KOH/ 1 M KH
2PO
4ditambahkan
pada campuran larutan tersebut, kemudian aktivitas enzim
-hexosaminidase
ditetapkan menggunakan analisis kolorimetri dengan microplate reader pada
panjang gelombang 405 nm.
Semua data disajikan dalam bentuk mean
SEM. Analisis statistika
menggunakan Kruskal Wallis test, dilanjutkan dengan Mann Whitney test.
Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efek penghambatan enzim
-hexosaminidase oleh zeorin yang diisolasi dari Aegle marmelos Correa pada rat
basophilc cell line yang diinduksi secara imunologis menggunakan DNP
24-BSA,
dan non-imunologis menggunakan thapsigargin. Dinitrophenylated bovine serum
albumin (DNP
24-BSA) merupakan antigen spesifik terhadap antibodi monoklonal
IgE (Bottcher et al., 1980; Liu et al., 1980; Orida et al., 1983). DNP
-BSA
menstimulasi mediator dari sel mast dengan melakukan interaksi secara
cross-linking terhadap bagian karbohidrat molekul IgE yang terikat pada reseptor FcRI
receptors. Interaksi tersebut pada akhirnya akan merangsang serangkaian
proses signaling intraseluler dalam sel mast dan akhirnya mampu melepaskan
mediator dari sel tersebut (Dale et al., 1994; Metcalfe et al., 1997). Hasil
penelitian pengaruh zeorin terhadap pelepasan enzim
-hexosaminidase dari
kultur sel RBL-2H3 yang diinduksi antigen disajikan pada Gambar 2.
0 5 10 15 20 25 30 Control 1 10 100 Concentration H ex oa m in id as e En zy m e R el ea se (% )
Gambar 2. Histogram pengaruh zeorin terhadap pelepasan enzim
-hexosaminidase dari kultur sel RBL-2H3 yang diinduksi DNP
24-BSA 20
ng/mL (* P<0.05 berbeda bermakna dbandingkan kontrol,
=tanpa antigen,
=dengan antigen)
Hasil percobaan yang ditunjukkan pada Gambar 2 menunjukkan bahwa
zeorin dapat menghambat pelepasan enzim
-hexosaminidase dari kultur sel
RBL-2H3 yang diinduksi antigen. Konsentrasi zeorin yang digunakan dalam
percobaan ini adalah 1, 10 dan 100
M. Pemberian zeorin 10 dan 100 M pada
kultur sel RBL-2H3 secara bermakna menghambat enzim
-hexosaminidase
berturut-turut sebesar 17,164,78% dan 54,405,01% dengan nilai IC
50sebesar
33,71
M, hal tersebut dapat terlihat pada Tabel I. Semakin tinggi kosentrasi
zeorin, semakin besar pula efek penghambatannnya (dose-dependent manner).
Dalam hal ini, nilai IC
50merupakan parameter potensi efek penghambatan zeorin
terhadap enzim tersebut.
*
*
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 Control 1 10 100 Concentration H ex oa m in e En zy m e R el ea se (% )