DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 10
E. Lokasi Penelitian dan Sumber Data ... 12
BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Implementasi Program Pembinaan Guru ... 13
B. Kelompok Kerja Guru ... 15
1. Konsep Kelompok Kerja Guru ... 15
2. Organisasi ... 17
3. Pengelolaan KKG ... 18
C. Literasi Teknologi Informasi dan Komunikasi ... 34
1. Pengertian TIK ... 34
2. Literasi TIK ... 36
3. Literasi Informasi ... 39
4. Komponen TIK ... 43
5. Pemahaman Perangkat TIK ... 46
6. Pemanfaatan Internet ... 48
7. Keterampilan Literasi Informasi ... 55
D. Kompetensi Guru ... 58
1. Pengertian Kompetensi Guru ... 58
2. Kompetensi Profesional Guru ... 61
E. Kerangka Pemikiran ... 79
F. Asumsi Penelitian ... 81
G. Hipotesis Penelitian ... 82
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 83
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 85
D. Teknik Pengumpulan Data ... 89
E. Instrumen Penelitian ... 90
F. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 94
1. Uji Validitas ... 94
2. Hasil Uji Validitas Instrumen ... 96
3. Uji Reliabilitas ... 99
4. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 101
G. Teknik Analisis Data ... 102
1. Deskripsi Variabel Penelitian dengan Perhitungan WMS ... 102
2. Uji Statistik ... 104
a. Uji Prasyarat ... 104
1) Uji Normalitas ... 104
2) Uji Linearitas ... 105
3) Uji Multikolinieritas ... 109
4) Uji Heteroskedastisitas ... 110
b. Uji Hipotesis ... 112
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 119
1. Deskripsi Karakteristik Responden ... 119
a. Masa Kerja ... 119
b. Jenis Kelamin dan Pendidikan Terakhir ... 121
c. Golongan ... 122
2. Deskripsi Variabel Penelitian ... 123
a. Implementasi Program Pembinaan Guru ... 123
b. Tingkat Literasi TIK ... 125
c. Kompetensi Profesional Guru ... 128
3. Uji Hipotesis Penelitian ... 130
a. Analisis Korelasi ... 130
b. Analisis Jalur (Path Analysis) ... 132
B. Pembahasan ... 142
1. Gambaran Implementasi Program Pembinaan Guru 142 2. Gambaran Tingkat Literasi TIK ... 143
3. Gambaran Kompetensi Profesional Guru ... 145
4. Pengaruh Implementasi Program Pembinaan Guru terhadap Tingkat Literasi TIK ... 146
5. Hubungan Jalur Implementasi Program Pembinaan Guru terhadap Tingkat Literasi TIK dan Kompetensi Profesional Guru ... 149
B. Rekomendasi ... 154
DAFTAR PUSTAKA ... 158
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 159
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Kinerja Total KKG/MGMP Provinsi Kalimantan Barat ... 8
3.1 Distribusi Sampel ... 87
3.2 Kisi-kisi Instrumen Implementasi Program Pembinaan Guru .... 91
3.3 Kisi-kisi Instrumen Tingkat Literasi TIK ... 91
3.4 Kisi-kisi Instrumen Kompetensi Profesional Guru ... 93
3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Implementasi Program Pembinaan Guru ... 96
3.6 Hasil Uji Validitas Instrumen Tingkat Literasi TIK ... 97
3.7 Hasil Uji Validitas Instrumen Kompetensi Profesional Guru .... 99
3.8 Kriteria Penafsiran Uji Reliabilitas ... 100
3.9 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 101
3.10 Kriteria Penafsiran Data ... 103
3.11 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ... 105
3.12 Hasil Uji Linearitas Garis Regresi ... 107
3.13 Hasil Uji Multikolinieritas ... 101
3.14 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 111
3.15 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ... 112
4.1 Statistik Deskripsi Karakteristik Masa Kerja Guru ... 120
4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Jenis Kelamin dan Pendidikan ... 121 4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Golongan Responden ... 122
4.4 Distribusi Frekuensi Skor Variabel Implementasi Program Pembinaan Guru ... 124
4.5 Distribusi Frekuensi Skor Variabel Tingkat Literasi TIK ... 126
4.6 Distribusi Frekuensi Skor Variabel Kompetensi Profesional Guru ... 128
4.7 Nilai Korelasi Antar Variabel Penelitian ... 131
4.8 Interpretasi Koefisien Korelasi ... 131
4.9 Tabel Anova untuk Model Sub Struktur-1 ... 134
4.10 Tabel Model Summary untuk Model Sub Struktur-1 ... 135
4.11 Tabel Koefisien untuk Model Sub Struktur-1 ... 135
4.12 Rangkuman Hasil Koefisien Jalur Sub Struktur-1 ... 135
4.14 Tabel Koefisien untuk Model Sub Struktur-2 ... 136
4.15 Tabel Model Summary untuk Model Sub Struktur-2 ... 136
4.16 Rangkuman Hasil Koefisien Jalur Sub Struktur -2 ... 140
4.17 Besarnya Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Variabel Penelitian ... 141
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Peralatan TIK ... 34
2.2 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 78
3.1 Pengaruh antar variabel ... 83
4.1 Grafik Masa Kerja Responden ... 120
4.2 Grafik karakteristik jenis kelamin dan pendidikan responden .. 122
4.3 Grafik karakteristik golongan responden ... 123
4.4 Grafik Distribusi Frekuensi Skor Implementasi Program Pembinaan Guru ... 125
4.5 Grafik Distribusi Frekuensi Skor Tingkat Literasi TIK ... 127
4.6 Grafik Distribusi Frekuensi Skor Kompetensi Profesional Guru ... 130
4.7 Diagram Sub Struktur -1 ... 132
4.8 Diagram Sub Struktur-2 ... 133
4.9 Hasil Koefisien Jalur Sub Struktur-1 ... 136
4.10 Hasil Koefisien Jalur Sub Struktur-2 ... 140
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1 Kisi-kisi instrumen ... 161
2 Instrumen ... 164
3 Hasil Uji Validitas Instrumen ... 174
4 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 183
5 Hasil Transformasi Data Variabel Instrumen ... 186
6 Hasil Uji Normalitas ... 192
7 Hasil Uji Linearitas ... 193
8 Hasil Uji Multikolinieritas ... 194
9 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 195
10 Hasil Analisis Korelasi ... 196
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidik merupakan salah satu komponen yang menentukan berhasil
tidaknya program pendidikan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan. Oleh
karena itu pendidik mendapat perhatian utama dalam meningkatkan mutu
pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan merupakan hal yang mutlak harus
dilakukan oleh pemerintah. Rendahnya mutu pendidikan dapat menghambat
penyediaan sumber daya manusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan
untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang.
Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah
masalah efektifitas, efisiensi, dan standarisasi pengajaran. Hal tersebut masih
menjadi masalah pendidikan di Indonesia pada umumnya. Adapun permasalahan
khusus dalam dunia pendidikan yaitu: rendahnya sarana fisik, rendahnya kualitas
guru, rendahnya kesejahteraan guru, rendahnya prestasi siswa, rendahnya
kesempatan pemerataan pendidikan, rendahnya relevansi pendidikan dengan
kebutuhan, dan mahalnya biaya pendidikan.
Mutu pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini
dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks
peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per-kepala yang
menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun.
Survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), mengatakan
bahwa mutu pendidikan di Indonesia berada pada urutan kedua belas dari dua
belas negara di Asia, ini sangat memalukan bukan jika kita berada di urutan paling
akhir. Indonesia berada persis dibawah Vietnam, data yang dilaporkan The World
Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah,
yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan
masih menurut survei dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat
sebagai pengikut (follower) bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di
dunia.
Beberapa dokumen penelitian World Bank (2009, 2010, 2011) juga
mengatakan salah satu tantangan utama yang dihadapi dalam pengembangan
profesional guru di Indonesia adalah jumlah guru yang masih terlalu besar dan
penyebarannya yang kurang merata. Di Indonesia, TSR (Teacher Student Ratio)
adalah sebesar 19:1 untuk SD dan 15,6:1 untuk SMP. Sedangkan penyebarannya
masih belum merata dengan SD di daerah perkotaan mengalami kelebihan guru
sampai dengan 66%, dan SD di daerah terpencil masih mengalami kekurangan
guru sampai 68%. Di luar itu semua, jumlah ditemukan juga bahwa jumlah guru
Apabila berbicara mengenai mutu pendidikan, maka salah satu komponen
yang memegang peranan penting adalah pendidik. Pendidik senantiasa
diperhatikan oleh banyak pihak ketika berbicara masalah pendidikan, karena
pendidik selalu terkait dengan komponen manapun dalam sistem pendidikan.
Pendidik memegang peran utama dalam pendidikan, khususnya yang
diselenggarakan baik pendidikan formal maupun non-formal di sekolah. Pendidik
juga sangat menentukan keberhasilan peserta didik dan mutu pendidikan secara
umum. Dalam hal ini Mulyasa (2007: 5) menyatakan, “Upaya perbaikan apa pun
yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan
sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang profesional dan
berkualitas”.
Pendidik mempunyai peran yang sangat strategis dalam upaya
mewujudkan mutu pendidikan yang baik, terutama pada pendidikan dasar. Untuk
itu seorang pendidik dituntut memiliki kualifikasi akademik dan beberapa
kompetensi dalam mengimplementasikan pembelajaran. Hal ini tercantum dalam
Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab IV pasal
10 ayat (1) yang menyebutkan, “Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola
dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya. Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik,
dan berakhlak mulia. Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai
bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik,
dan masyarakat sekitar. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan
materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan
membimbing peserta didik untuk memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan
dalam Standar Nasional Pendidikan.
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh guru sebagaimana
dijelaskan di atas adalah kompetensi profesional. Dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru pada Pasal 3 ayat (7)
disebutkan bahwa:
Kompetensi profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan:
a. Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu, dan
b. Konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.
Untuk mencapai kompetensi tersebut, maka seorang guru diharapkan
ini dapat dicapai di antaranya melalui kemampuan guru untuk mengakses
sumber-sumber pengetahuan, baik dalam bentuk media cetak maupun yang berasal dari
media elektronik. Kemampuan untuk mengakses sumber-sumber belajar tersebut
tentu saja harus didasari pada literasi guru pada perangkat yang mendukung,
terutama dalam mengakses sumber belajar dari media elektronik, terutama melalui
website. Melalui literasi atau kemampuan untuk mengenal dan menggunakan
media elektronik seperti komputer ataupun laptop yang dihubungkan dengan
jaringan internet, diharapkan guru memiliki kemampuan untuk meningkatkan
kompetensi profesionalnya.
Untuk meningkatkan profesionalisme guru tersebut, maka pemerintah
telah mengusahakan wadah pembinaan profesional yang tidak formal dan
dilakukan di tingkat gugus sekolah dengan melibatkan para Pembina guru, yaitu
kepala sekolah dan pengawas sekolah. Wadah ini di tingkat sekolah dasar dikenal
dengan nama KKG (Kelompok Kerja Guru).
Kelompok Kerja Guru tersebut di Provinsi Kalimantan Barat telah eksis
dalam beberapa tahun terakhir. Keberadaan KKG tersebut dimaksud untuk
membantu pendidik dan tenaga kependidikan dalam meningkatkan kualitas
pendidikan. Lembaga ini berfungsi sebagai wadah untuk menampung berbagai
masalah, memecahkan masalah, mengembangkan dan menularkan berbagai
gagasan baru untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Terbentuknya KKG
khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan KBM dan masalah pendidikan
lainnya.
Untuk dapat lebih meningkatkan kemampuan KKG sebagai wadah bagi
guru untuk mengembangkan kemampuannya dalam proses pembelajaran, maka
pemerintah c.q. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi
Kalimantan Barat melalui DIPA LPMP Provinsi Kalimantan Barat Nomor
0814.0/023-08.0/XVI/2008 telah menyalurkan dana blockgrant berbasis ICT bagi
KKG yang ada di Provinsi Kalimantan Barat.
Penyaluran blockgrant berbasis ICT tersebut dilakukan dengan mekanisme
pengajuan proposal oleh masing-masing KKG. Berdasarkan data dari LPMP pada
tahun 2009, jumlah KKG yang mendapatkan dana blockgrant berbasis ICT
tersebut sejumlah 99 buah KKG. Melalui program ini diharapkan guru di dalam
KKG dapat memanfaatkan teknologi yang tersedia untuk meningkatkan literasi
mereka pada TIK dan mengembangkan kemampuan mereka dalam meningkatkan
profesionalitas mereka.
Tingkat literasi tersebut secara sederhana meliputi kemampuan untuk
menentukan informasi yang diperlukan, mengakses informasi secara efektif dan
efisien, menilai informasi secara kritis, memanfaatkan informasi yang diperoleh
untuk mencapai tujuan yang diharapkan, serta memahami berbagai aturan dalam
mengakses dan menggunakan informasi secara etis dan legal (American Library
Association, 2000). Tingkat literasi yang diperoleh guru pada akhirnya akan dapat
penguasaan terhadap materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu; penguasaan terhadap standar
kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu; kemampuan
mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif;
mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan reflektif; serta memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mengembangkan diri.
Salah satu KKG penerima dana block grant berbasis ICT tersebut adalah
KKG Gugus I Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya. KKG yang
terletak di wilayah Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya ini
mewadahi sebanyak 65 orang guru yang berasal dari 4 buah Sekolah Dasar Negeri
(SDN) di wilayah tersebut. Pusat kegiatan KKG ini biasanya dilakukan di SDN 39
Sungai Kakap yang merupakan sekolah inti. KKG Gugus I ini pada tahun
anggaran 2009 memperoleh block grant berbasis ICT. Bantuan yang diberikan
berupa perangkat keras seperti laptop, printer, modem, dan InFocus.
Melalui pemberian block grant berbasis ICT tersebut diharapkan
kompetensi profesional guru khususnya di wilayah Sungai Kakap Kabupaten
Kubu Raya dapat meningkat. Namun demikian, pada saat melakukan wawancara
singkat dengan beberapa guru yang berasal dari sekolah imbas di bawah naungan
KKG Gugus I tersebut, peneliti melihat bahwa kompetensi profesional yang
kompetensi guru daerah terpencil (block grant ICT) tahun 2009, kabupaten ini
menduduki peringkat ke-10 dari sebelas kabupaten yang menjadi sasaran monev,
dengan persentase capaian hanya sebesar 70,6%. Selain itu, pada saat
dilaksanakannya Uji Kompetensi Awal (UKA) tahun 2012, dari 176 orang guru
yang ikut serta pada kecamatan Sungai Kakap, hanya sebanyak 148 orang
(84,09%) yang dinyatakan layak untuk mengikuti PLPG.
Tabel 1.1
Kinerja Total KKG/MGMP Provinsi Kalimantan Barat
NO KABUPATEN SKOR PERSEN
1 SINTANG 2391 79,7
2 KAYONG UTARA 2223 79,4
3 KETAPANG 2158 77,1
4 LANDAK 1951 75,0
5 BENGKAYANG 1877 78,2
6 SAMBAS 1847 77,0
7 MELAWI 1574 78,7
8 SANGGAU 1244 69,1
9 SEKADAU 1189 74,3
10 KUBURAYA 1130 70,6
11 KAPUAS HULU 1022 73,0
Sumber: Hasil Monev LPMP Kalimantan Barat
Adanya kesenjangan antara harapan dengan kenyataan tersebut mendorong
peneliti untuk mengangkatnya dalam suatu penelitian yang bersifat ilmiah dengan
KKG Penerima Blockgrant ICT di Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu
Raya)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka rumusan
masalah merupakan pemfokusan terhadap kajian-kajian penelitian dalam bentuk
pertanyaan penelitian untuk kemudian dilakukan penelitian dan pembahasannya.
Pentingnya rumusan masalah adalah untuk membatasi dan memperjelas masalah
yang akan diteliti. Adapun rumusan masalah yang ditetapkan dalam penelitian ini
yaitu: Bagaimanakah Pengaruh Implementasi Program Pembinaan Guru
terhadap Tingkat Literasi TIK dan dampaknya pada Kompetensi
Profesional Guru.
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, dapat dirinci kedalam pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah gambaran implementasi program pembinaan guru di KKG
Gugus I Sungai Kakap?
2. Bagaimanakah gambaran tingkat literasi TIK guru di KKG Gugus I Sungai
Kakap?
3. Bagaimanakah gambaran kompetensi profesional guru di KKG Gugus I
Sungai Kakap?
5. Bagaimanakah hubungan jalur implementasi program pembinaan guru
terhadap tingkat literasi TIK dan kompetensi profesional guru?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana
pengaruh implementasi program pembinaan guru terhadap tingkat literasi TIK dan
kompetensi profesional guru di KKG Gugus I Kecamatan Sungai Kakap
Kabupaten Kubu Raya.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini ditujukan untuk:
a. Mengetahui gambaran implementasi program pembinaan guru di KKG Gugus
I Sungai Kakap.
b. Mengetahui gambaran tingkat literasi TIK guru di KKG Gugus I Sungai
Kakap.
c. Mengetahui gambaran kompetensi profesional guru di KKG Gugus I Sungai
Kakap.
d. Mengetahui pengaruh implementasi program pembinaan guru terhadap
tingkat literasi TIK.
e. Mengetahui hubungan jalur implementasi program pembinaan guru terhadap
D. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai maka hasil penelitian
ini memiliki manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dibidang pendidikan,
yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat mengkaji lebih dalam
tentang pengaruh dan hubungannya antara implementasi program pembinaan
guru dengan tingkat literasi TIK dan kompetensi profesional guru, sehingga
dapat memberikan kontribusi terhadap teori-teori pendidikan khususnya
menyangkut kegiatan program pembinaan guru dalam KKG, juga menjadi
studi lanjutan yang relevan dan sebagai bahan kajian bagi tenaga edukatif dan
ilmu pengetahuan yang berkembang pada dunia pendidikan saat ini.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru diharapkan dapat meningkatkan kompetensi guru dalam
menyiapkan rencana pembelajaran, bahan ajar, dan perangkat penilaian.
b. Bagi Kelompok Kerja Guru, diharapkan hasil penelitian ini dapat
memberikan gambaran mengenai dampak pelaksanaan pemberian block
grant berbasis ICT terhadap tingkat literasi TIK dan peningkatan
c. Bagi Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan, diharapkan hasil penelitian
ini memberikan informasi mengenai implementasi program pembinaan
guru dari KKG.
d. Bagi Peneliti, kesempatan penelitian yang dilakukan ini merupakan upaya
menambah wawasan berfikir ilmiah, terutama dalam rangka pelaksanaan
program pembinaan guru secara teoritis dan kaitannya dengan pelaksanaan
di lapangan.
e. Bagi penelitian lebih lanjut. Untuk peneliti yang akan melanjutkan
penelitian yang berkaitan dengan pembinaan guru dan literasi TIK melalui
kegiatan KKG dapat memanfaatkan penelitian ini sebagai bahan kajian
yang relevan.
E. Lokasi Penelitian dan Sumber Data
Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu
Raya, Provinsi Kalimantan Barat. Kabupaten Kubu Raya memiliki 9 (sembilan)
wilayah kecamatan, yaitu Batu Ampar, Kubu, Teluk Pakedai, Sungai Kakap,
Sungai Raya, Terentang, Sungai Ambawang, Rasau Jaya dan Kuala Mandor B.
Sebagian dari kecamatan tersebut tersebar di beberapa pulau kecil. Berdasarkan
pertimbangan atas karakteristik wilayah tersebut, maka peneliti menetapkan lokasi
Pontianak. Target populasi adalah semua guru SD di KKG Gugus I Kecamatan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara untuk mencapai tujuan penelitian
secara efektif dan efisien. Sugiyono (2008:3) mengemukakan bahwa “Metode
penelitian pada dasarnya adalah merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Cara ilmiah berarti kegiatan
penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan
sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian dilakukan dengan cara-cara
yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti
bahwa cara-cara yang dilakukan dalam kegiatan penelitian itu dapat diamati oleh
indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui
cara-cara yang digunakan. Sistematis berarti bahwa proses yang digunakan dalam
penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.
Penelitian ini merupakan tipe penelitian verifikatif yaitu penelitian yang
bertujuan menguji hipotesis. Metode yang digunakan adalah Explanatory
Survey Method, yaitu suatu penelitian survey yang bertujuan untuk menguji
hipotesis dengan cara mendasarkan pada pengamatan terhadap akibat yang
terjadi dan mencari faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui
pembinaan guru dari KKG (X) terhadap tingkat literasi TIK (Y) dan kompetensi
profesional guru (Z).
Secara lebih sistematis, pengaruh antara variabel penelitian ini
digambarkan sebagai berikut :
X Y Z
rXY rYZ
Gambar 3.1 Pengaruh antar variabel
Penelitian ini menuntut ketelitian, ketekunan dan sikap kritis dalam
menjaring data dari sumbernya, untuk itu diperlukan kejelasan sumber data yaitu
populasi dan sampel, volume dan sebarannya. Karena data hasil penelitian
berupa angka-angka yang harus diolah secara statistik, maka antara
variabel-variabel yang dijadikan objek penelitian harus jelas korelasinya sehingga dapat
ditentukan pendekatan statistik yang akan digunakan sebagai pengolah data yang
pada gilirannya hasil analisis dapat dipercaya (reliabilitas dan validitas), dengan
demikian digeneralisasikan sehingga rekomendasi yang dihasilkan dapat
dijadikan angka yang cukup akurat. Konsekuensi metode penelitian ini
memerlukan operasionalisasi variabel-variabel yang dapat diukur secara
kuantitatif sedemikian rupa untuk dapat digunakan model uji hipotesis dengan
metode statistika. Implementasi Program Pembinaan
Guru dari KKG
Tingkat Literasi
TIK
Analisa yang diperoleh dari penelitian ini akan dijelaskan secara deskriptif
untuk melihat hubungan setiap variabel penelitian dan secara statistik untuk
melihat pengaruh antar variabel sebab-akibat. Penggunaan analisa statistik
diberlakukan sesuai dengan jenis data dalam penelitian dan jenis skala
pengukuran data.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010:117). Populasi
bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi
juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi
meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek yang
diteliti itu.
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah guru anggota KKG di Gugus
I Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat. Jumlah guru
tersebut adalah 65 orang.
2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian merupakan bagian dari populasi yang diambil sebagai
Pengertian sampel menurut Sugiyono (2010:118) adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Besarnya sampel suatu penelitian dapat dilakukan dengan menarik
sebagian atau seluruh dari populasi yang akan diteliti. Apabila populasi besar dan
peneliti tidak mungkin mengambil semua yang ada pada populasi, misalnya
karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu maka peneliti dapat menggunakan
sampel yang diambil dari populasi tersebut.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik
purposive sample. Hal ini dilakukan mengacu pada pendapat Suharsimi Arikunto
(2010: 183), “Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan,
misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat
mengambil sampel yang besar dan jauh”. Selain itu, penggunaan purposive
sample dalam penelitian ini dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa
pengambilan sampel didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu
yang merupakan ciri-ciri pokok populasi. Karena populasi yang diteliti memiliki
karakteristik yang sama (homogen) maka sebanyak 65 guru yang akan diambil
sebagai sampel.
Sementara itu, pengambilan sampel dilakukan dengan karakteristik
sebagai berikut:
1. Sampel adalah guru yang bertugas di salah satu SDN yang berada di dalam
3. Masa kerja minimal 5 tahun.
Berdasarkan karakteristik tersebut maka diperoleh sampel dengan
distribusi sebagaimana tergambar dalam tabel 3.1 berikut ini :
Tabel 3.1 Distribusi Sampel
No Nama Sekolah Jenis Kelamin Jumlah
L P
1 SDN 39 Sungai Kakap 7 17 24
2 SDN 08 Sungai Kakap 5 16 21
3 SDN 33 Itik Laut 3 7 10
4 SDN 34 Belidak Laut 8 2 10
Jumlah 65
Sumber : Data NUPTK Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2012
C. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel diperlukan untuk menghindari perbedaan
penafsiran terhadap variabel-variabel penelitian, dan variabel ini bersumber
dari kerangka teoritis yang dijadikan dasar penyusunan kerangka berpikir
yang menggambarkan secara abstrak suatu gejala sosial. Merujuk pada
pengertian definisi operasional variabel menurut Mc Millan, J dan
Schumacer, S (2001:84) sebagai berikut :
Definisi operasional dimaksudkan untuk mengukur, mengkategorikan
dan memanipulasi variabel berdasarkan aktifitas atau kegiatan khusus dari
variabel tersebut. Menurut Riduwan (2006:10) “Definisi operasional yang
dirumuskan untuk setiap variabel harus sampai melahirkan indikator-indikator dari
setiap variabel yang diteliti yang kemudian dijabarkan dalam instrumen penelitian”.
Variabel-variabel yang dioperasionalkan adalah semua variabel yang
terkandung dalam hipotesis-hipotesis penelitian yang dirumuskan, yaitu
dengan cara menjelaskan pengertian-pengertian konkret dari setiap variabel
sehingga dimensi dan indikator-indikatornya serta kemungkinan derajat nilai atau
ukurannya dapat ditetapkan.
Variabel-variabel penelitian ini terdiri atas variabel implementasi program
pembinaan guru, tingkat literasi TIK dan kompetensi profesional. Operasional
masing-masing variabel tersebut diuraikan sebagai berikut :
1. Pengaruh dapat diartikan sebagai daya yang ada atau timbul dari sesuatu
(orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan
seseorang.
2. Implementasi Program Pembinaan Guru
Implementasi Program pembinaan guru adalah merupakan usaha-usaha untuk
mendayagunakan, memajukan dan meningkatkan produktivitas kerja setiap
tenaga kependidikan. Tujuan dari kegiatan pembinaan ini adalah tumbuhnya
3. Literasi TIK
Adapun yang dimaksud dengan literasi TIK dalam penelitian ini adalah
kemampuan untuk menggunakan teknologi digital, perangkat komunikasi,
dan/atau jaringan (komputer) untuk memecahkan permasalahan terkait
informasi, agar dapat berperan dalam masyarakat informasi. Kemampuan ini
meliputi kemampuan menggunakan teknologi sebagai perangkat untuk
meneliti, mengorganisasi, mengevaluasi dan mengkomunikasikan informasi.
4. Kompetensi Profesional Guru
Kompetensi Profesional Guru di dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai
suatu kemampuan seorang guru di dalam melaksanakan pekerjaan sebagai
seorang tenaga pendidik yang harus didahului dengan proses persiapan
(pendidikan) agar mereka memiliki sejumlah keterampilan untuk
melaksanakan pekerjaannya.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
suatu penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data atau
dengan kata lain, pengumpulan data adalah suatu prosedur atau cara yang
dilakukan untuk memperoleh data dalam upaya pemecahan masalah.
Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
alat pengukuran sebagai berikut : untuk literasi TIK menggunakan test, sedangkan
mengunakan kuesioner (angket). Soal diberikan dengan menggunakan alternatif
pilihan ganda. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2010: 199). Jenis angket yang digunakan
peneliti dalam penelitian ini adalah angket tertutup, yaitu angket yang
menghendaki jawaban pendek dan jawaban yang diberikan dengan membubuhkan
tanda tertentu yaitu berupa tanda silang (X).
Daftar pertanyaan disusun dengan disertai alternatif jawabannya dan
responden diminta untuk memilih salah satu jawaban dari alternatif yang sudah
disediakan. Alasan peneliti menggunakan angket tertutup dalam penelitian ini
adalah agar:
1. Mudah diisi oleh responden.
2. Dengan angket, responden memiliki keleluasaan dalam menjawab pertanyaan
karena tidak terpengaruh oleh sikap mental hubungan antara peneliti dengan
responden.
3. Pengumpulan data lebih efisien ditinjau dari segi tenaga, waktu dan biaya.
4. Responden tidak dituntut untuk berfikir keras dalam mencari jawaban setiap
pertanyaan karena alternatif jawaban telah tersedia.
E. Instrumen Penelitian
dilakukan oleh peneliti untuk merumuskan pertanyaan untuk memperoleh data
serta memudahkan dalam menyusun instrumen (alat pengumpul data) adalah
sebagai berikut:
1. Menentukan variabel-variabel yang dianggap penting untuk ditanyakan dan
mengacu pada teori-teori mendasar.
2. Menjabarkan variabel-variabel tersebut menjadi sub variabel atau dimensi.
3. Menjabarkan sub variabel kedalam indikator.
4. Membuat pertanyaan berdasarkan indikator tersebut.
5. Membuat kisi-kisi instrumen untuk variabel X, variabel Y dan variabel Z.
Adapun kisi-kisi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kisi-kisi instrumen variabel X yaitu implementasi program pembinaan guru
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen
Implementasi Program Pembinaan Guru
No Variabel Dimensi Indikator Jumlah
Item No. Item
1 Implementasi
Program
Pembinaan
Guru
1.Perencanaan 1.1 Tujuan Program
1.2 Jadwal
1.3 Sarana Belajar
1.4 Pendanaan
7
3
2
1
1 s/d 7
8 s/d 10
11 s/d 12
13
2.Pelaksanaan 2.1 Materi
2.2 Instruktur
2.3 Operasional Pelaksanaan
2.4 Media dan perlengkapan 1 1 1 3 14 15 16
17 s/d 19
3.Evaluasi 3.1Aspek yang di evaluasi
3.2Proses pelaksanaan
3
3
20 s/d 22
2. Kisi-kisi instrumen variabel Y yaitu tingkat literasi TIK
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Tingkat Literasi TIK
No Variabel Dimensi Indikator Jumlah
Item No Item 2 Tingkat
Literasi TIK
1. Komponen TIK
1.1Mampu memahami komputer/system computer
1.2Mampu memahami komponen komunikasi 1.3Mengetahui penggunaan
TIK
4
2
2
1, 2, 3, 4
5,6
7,8
Lanjutan Tabel 3.3
No Variabel Dimensi Indikator Jumlah
Item No Item 2. Pemahaman
Perangkat TIK
2.1Mampu memanfaatkan komputer/laptop 2.2Mampu menggunakan
LCD Proyektor 1 1 9 10 3. Pemanfaatan Internet
3.1Mampu menggunakan internet sebagai alat komunikasi
3.2Mampu memanfaatkan internet untuk
mengakses informasi 3.3Mampu memanfaatkan
internet dalam pendidikan dan pembelajaran
3.4Mampu memanfaatkan internet sebagai pelengkap 1 2 3 1 11 12, 13 14, 15, 16 17 4.Keterampilan Literasi Informasi
4.1Mampu mengetahui kebutuhan akan informasi 4.2Mampu mengetahui
dimana sumber informasi 1
1
18
informasi
4.4Mampu memiliki pemahaman tentang kebutuhan untuk mengevaluasi hasil temuan informasi 4.5Mampu memiliki etika
dan tanggung jawab dalam penggunaan informasi
4.6Mampu memiliki
pemahaman tentang cara mengkomunikasikan informasi yang ditemukan 4.7Mampu memiliki
pemahaman memanej temuan 2 1 1 1 21, 22 23 24 25
3. Kisi-kisi instrumen variabel Z yaitu kompetensi profesional guru
Tabel 3.4
Kisi-kisi Instrumen Kompetensi Profesional Guru
No Variabel Dimensi Indikator Jumlah
Item No.Item 3 Kompetensi
Profesional Guru
1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola piker keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu
1.1Mampu menguasai materi pelajaran 1.2Mampu menguasai
konsep mata pelajaran 1 1 1 2
2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu
2.1Mampu memahami standar kompetensi mata pelajaran yang diampu
2.2Mampu memahami kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu
3. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif
3.1Mampu memilih materi pembelajaran yang diampu sesuai dengan tingkat pekembangan peserta didik 3.2Mampu mengolah
materi pembelajaran yang diampu secara kreatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik 3 1 9, 10, 11 12 4. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif
4.1Mampu melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri terus menerus
2 13, 14
Lanjutan Tabel 3.4
No Variabel Dimensi Indikator Jumlah
Item No.Item 4.2Mampu
memanfaat-kan hasil refleksi dalam rangka peningkatan keprofesionalan 4.3Mampu melakukan
penelitian tindakan kelas untuk
peningkatan keprofesionalan 4.4Mampu mengikuti
kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber 2 2 3 15, 16 17,18 19,20, 21 5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
5.1Mampu memanfaat-kan teknologi informasi dan
kan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri Sumber : Pedoman Pelaksanaan PKG Kemendiknas, 2010
F. Uji Validitas dan Reliabilitas
Setelah instrumen selesai ditetapkan dan disusun, maka akan dilakukan uji
coba instrumen. Kegiatan ini penting dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui
tingkat validitas dan reliabilitas instrumen tersebut.
1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap
konsep yang diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur.
Berkaitan dengan pengujian validitas instrument menurut Riduwan (2004:
109-110) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
keandalan atau kesahihan alat ukur.
Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari korelasi antara
bagian-bagian dan alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan
setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir.
Untuk menghitung validitas alat ukur digunakan rumus Pearson Product Moment
adalah:
� = −( )( )
2−( )2 2−( )2
n = jumlah responden
X = skor variabel X
Y = skor variabel Y
Setelah harga r yang diperoleh dari perhitungan di atas, kemudian
nilai tersebut dibandingkan dengan nilai r dalam tabel statistik. Dengan
menggunakan taraf signifikan atau a = 5 % dan derajad kebebasan (dk =
n-2), maka akan diperoleh nilai r tabel tersebut.
Kaidah keputusan dapat diambil seperti berikut :
Jika rhitung > rtabel berarti alat instrumen penelitian yang digunakan valid.
Jika rhitung < rtabel berarti alat instrumen penelitian yang digunakan tidak valid.
2. Hasil Uji Validitas Instrumen
Untuk menghitung validitas instrumen menggunakan bantuan program
SPSS 17, menggunakan metode Corrected Item-Total Correlation. Adapun
kaidah keputusannya untuk uji validitas adalah jika nilai Corrected Item-Total
Correlation (r) > r tabel berarti dinyatakan valid dan sebaliknya.
a. Validitas Instrumen Implementasi Program Pembinaan Guru (X)
Untuk memperoleh data yang berkenaan dengan variabel implementasi
program pembinaan guru dikembangkan sebanyak 25 item pertanyaan dengan
instrumen variabel X tidak valid karena nilai r < 0,374. Sehingga jumlah
instrumen yang dipakai dalam penelitian ini menjadi 20 item pertanyaan.
Namun syarat validitas isi dan konstruk tetap terpenuhi yaitu bahwa antara isi
instrumen disesuaikan dengan program pembinaan yang dirasakan guru dari
KKG. Hasil analisis validitas lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.5
Hasil Uji Validitas Instrumen Implementasi Program Pembinaan Guru
No
Soal r tabel r hitung Keterangan No
Soal r tabel r hitung Keterangan 1 0.374 0.279 Tidak valid 14 0.374 0.773 Valid
2 0.374 0.499 Valid 15 0.374 0.731 Valid
3 0.374 0.664 Valid 16 0.374 0.776 Valid
4 0.374 0.041 Tidak valid 17 0.374 0.443 Valid
5 0.374 0.450 Valid 18 0.374 0.421 Valid
6 0.374 0.471 Valid 19 0.374 0.463 Valid
7 0.374 0.594 Valid 20 0.374 0.639 Valid
Lanjutan Tabel 3.5
No
Soal r tabel r hitung Keterangan No
Soal r tabel r hitung Keterangan 8 0.374 0.071 Tidak valid 21 0.374 0.610 Valid
9 0.374 0.517 Valid 22 0.374 0.738 Valid
10 0.374 -.335 Tidak valid 23 0.374 0.696 Valid
11 0.374 0.409 Valid 24 0.374 0.762 Valid
12 0.374 0.585 Valid 25 0.374 0.545 Valid
13 0.374 0.058 Tidak valid
b. Validitas Instrumen Tingkat Literasi TIK (Y)
Untuk memperoleh data yang berkenaan dengan variabel tingkat literasi
diperoleh nilai r tabel sebesar 0,374. Hasil perhitungan dengan menggunakan
SPSS diperoleh bahwa butir pertanyaan nomor 1, 4, 11, 12 dan 14 instrumen
variabel Y tidak valid karena nilai r < 0,374. Sehingga jumlah instrumen yang
dipakai dalam penelitian ini menjadi 20 item pertanyaan. Namun syarat
validitas isi dan konstruk tetap terpenuhi yaitu bahwa antara isi instrumen
disesuaikan dengan tingkat pemahaman guru tentang literasi TIK. Hasil
analisis validitas lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.6
Hasil Uji Validitas Instrumen Tingkat Literasi TIK
No
Soal r tabel r hitung Keterangan No
Soal r tabel r hitung Keterangan 1 0.374 0.091 Tidak valid 14 0.374 -.134 Tidak valid
2 0.374 0.625 Valid 15 0.374 0.494 Valid
3 0.374 0.372 Valid 16 0.374 0.431 Valid
4 0.374 -.357 Tidak valid 17 0.374 0.692 Valid
Lanjutan Tabel 3.6
No
Soal r tabel r hitung Keterangan No
Soal r tabel r hitung Keterangan
5 0.374 0.500 Valid 18 0.374 0.918 Valid
6 0.374 0.489 Valid 19 0.374 0.547 Valid
7 0.374 0.598 Valid 20 0.374 0.516 Valid
8 0.374 0.732 Valid 21 0.374 0.817 Valid
9 0.374 0.735 Valid 22 0.374 0.926 Valid
10 0.374 0.633 Valid 23 0.374 0.412 Valid
11 0.374 0.229 Tidak valid 24 0.374 0.648 Valid 12 0.374 0.000 Tidak valid 25 0.374 0.608 Valid
13 0.374 0.534 Valid
Untuk memperoleh data yang berkenaan dengan variabel kompetensi
profesional guru dikembangkan sebanyak 25 item pertanyaan dengan empat
pilihan jawaban. Menggunakan taraf kepercayaan 95% dan jumlah responden
30 diperoleh nilai r tabel sebesar 0,374. Hasil perhitungan dengan
menggunakan SPSS diperoleh bahwa butir pertanyaan nomor 2, 10, 14, 15 dan
22 instrumen variabel Z tidak valid karena nilai r < 0,374. Sehingga jumlah
instrumen yang dipakai dalam penelitian ini menjadi 20 item pertanyaan.
Namun syarat validitas isi dan konstruk tetap terpenuhi yaitu bahwa antara isi
instrumen disesuaikan dengan kompetensi profesional guru. Hasil analisis
validitas lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.7
Hasil Uji Validitas Instrumen Kompetensi Profesional Guru
No
Soal r tabel r hitung Keterangan No
Soal r tabel r hitung Keterangan
1 0.374 0.852 Valid 14 0.374 0.217 tidak valid
2 0.374 0.344 tidak valid 15 0.374 0.258 tidak valid
3 0.374 0.448 Valid 16 0.374 0.509 valid
4 0.374 0.445 Valid 17 0.374 0.414 valid
5 0.374 0.455 Valid 18 0.374 0.475 valid
6 0.374 0.687 Valid 19 0.374 0.689 valid
7 0.374 0.462 Valid 20 0.374 0.475 valid
8 0.374 0.431 Valid 21 0.374 0.610 valid
11 0.374 0.381 Valid 24 0.374 0.623 valid
12 0.374 0.486 Valid 25 0.374 0.474 valid
13 0.374 0.436 Valid
3. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan andalan
alat pengumpul data (instrumen) yang digunakan. Uji reliabilitas instrumen
dilakukan dengan rumus alpha. Metode mencari reliabilitas internal yaitu
menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, rumus yang
digunakan adalah Koefisien Alpha (�) Cronbach (1955) sebagai berikut :
� = −
1 1−
� 2
�2
Keterangan:
rii = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan
σb2 = jumlah varians butir
σi2 = varians total
Pengujian reliabilitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan
teknik belah dua dari Spearman Brown (Split Half). Dimana butir-butir
pertanyaan instrumen pada masing-masing variabel dibelah menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok skor ganjil dan kelompok skor genap. Masing-masing
korelasinya, setelah didapat nilai atau harga koefisien korelasi dimasukkan dalam
rumus Spearmen Brown (Sugiyono, 2008:190) sebagai berikut :
� = 2.� 1 +�
Keterangan :
ri = koefisien reliabilitas internal seluruh instrumen
rb = korelasi product moment antara belahan ganjil dan genap
Setelah mendapatkan nilai ri tersebut, kemudian dibandingkan dengan nilai
tabel reliabilitas berikut ini :
Tabel 3.8 Kriteria Penafsiran Uji Reliabilitas
No Interval Kriteria
1 0.00 – 0.199 Sangat rendah
2 0.20 – 0.399 Rendah
3 0.40 – 0.599 Sedang
4 0.60 – 0.799 Tinggi
5 0.80 – 1.00 Sangat tinggi
4. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Untuk menghitung uji reliabilitas instrumen menggunakan bantuan
program SPSS 17, dilihat dari perbandingan nilai Alpha Cronbach dengan nilai r
tabel, jika Alpha Cronbach > r tabel maka dinyatakan reliabel dan sebaliknya.
Hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS diperoleh ringkasan reliabilitas tiap
instrumen pada tabel 3.9 mengindikasikan tingginya reliabilitas instrumen.
Variabel
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of
Items Part 1 Part 2
Implementasi Program Pembinaan Guru .784 .808 20
Tingkat Literasi TIK .678 .862 20
Kompetensi Profesional Guru .883 .847 20
a. Reliabilitas Instrumen Implementasi Program Pembinaan Guru (X)
Dari perhitungan menggunakan program SPSS 17 dihasilkan nilai r hitung
untuk item ganjil adalah 0,784 dan item genap adalah 0,808. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa korelasi reliabilitas alat pengumpul data variabel X
tentang Implementasi Program Pembinaan Guru untuk item ganjil dan item
genap dinyatakan reliabel (signifikan).
b. Reliabilitas Instrumen Tingkat Literasi TIK (Y)
Dari perhitungan menggunakan program SPSS 17 dihasilkan nilai r hitung
untuk item ganjil adalah 0,678 dan item genap adalah 0,862. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa korelasi reliabilitas alat pengumpul data variabel Y
tentang Tingkat Literasi TIK untuk item ganjil dan item genap dinyatakan
reliabel (signifikan).
c. Reliabilitas Instrumen Kompetensi Profesional Guru (Z)
Dari perhitungan menggunakan program SPSS 17 dihasilkan nilai r
hitung untuk item ganjil adalah 0,883 dan item genap adalah 0,847. Dengan
variabel Z tentang Kompetensi Profesional Guru untuk item ganjil dan item
genap dinyatakan reliabel (signifikan).
G. Teknik Analisis Data
1. Deskripsi Variabel Penelitian dengan Perhitungan WMS
Penjelasan secara deskripsi dilakukan untuk mengetahui frekuensi skor
setiap alternatif jawaban yang dipilih responden pada setiap pertanyaan.
Selanjutnya, menghitung rata-rata skor setiap butir pertanyaan dengan metode
Weighted Means Scored (WMS). Rumus yang digunakan adalah :
=
Keterangan :
= nilai rata-rata skor
= adalah jumlah jawaban yang diberi bobot
n = menunjukkan jumlah responden
Hasil perhitungan WMS kemudian dikonsultasikan dengan tolak ukur
yang disusun berdasarkan skala instrumen dengan rumus:
= � � − �
�
n = jumlah item pertanyaan
ρ = kemungkinan skor jawaban (probabilitas)
T = skor jawaban tertinggi
R = skor jawaban terendah
K = jumlah interval kelas
Adapun kriteria variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 3.10 Kriteria Penafsiran Data
No. Interval Skor Kriteria
1 1 – 1,75 Sangat Rendah
2 1,751 – 2,501 Rendah
3 2,502 – 3,252 Tinggi
4 3,253 – 4 Sangat tinggi
2. Uji Statistik
a. Uji Prasyarat
1) Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan salah satu uji persyaratan yang harus dipenuhi
yang berdistribusi normal. Normal atau tidaknya suatu data berdasarkan
patokan distribusi normal dari data dengan mean dan standar deviasi yang
sama. Jadi uji normalitas pada dasarnya rnelakukan perbandingan antara
data yang kita miliki dengan data yang berdistribusi normal yang memiliki
mean dan standar deviasi yang sama dengan data yang kita miliki. Banyak
jenis teknik uji normalitas yang dapat digunakan dalam penelitian,
diantaranya adalah Kolmogorof-Smirnov, Lilliefors, Chi-Square dan Shapiro
Wilk. Khusus dalam penelitian ini, uji normalitas data diperoleh dengan uji
Kolmogorov-Smirnov (K-S) dari masing-masing variabel. Analisis data ini
dilakukan dengan menggunakan alat uji K-S yang ada pada program SPSS versi
17.0 for windows. Dasar pengambilan keputusan pada uji normalitas berdasarkan
probabilitas. Jika probabilitas > 0,05 (lebih besar dari 0,05), dapat diputuskan
bahwa data penelitian berdistribusi normal.
Untuk melakukan pengujian normalitas data penelitian diperlukan
hipotesis sebagai berikut:
Ho: Data berdistribusi normal
Ha: Data tidak berdistribusi normal
Dengan menggunakan fungsi Explore pada pada program SPSS, dapat diperoleh
hasil uji normalitas data seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut :
Tabel 3.11
Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
Variabel
Implementasi Program Pembinaan Guru (X) 0,064 65 0,200
Tingkat Literasi TIK (Y) 0,109 65 0,053
Kompetensi Profesional Guru (Z) 0,102 65 0,093
Sumber : Hasil pengolahan data tahun 2012
Terlihat dari tabel 3.11 pada kolom Sig. diperoleh nilai signifikansi varibel
implementasi program pembinaan guru (X) sebesar 0,200, untuk variabel tingkat
literasi TIK (Y) sebesar 0,053 dan variabel kompetensi profesional guru (Z)
sebesar 0,093. Nilai signifikansi dari masing-masing variabel ini > 0,05 yang
berarti bahwa Ho diterima atau data dari masing-masing variabel berdistribusi
normal.
2) Uji Linearitas
Uji linearitas merupakan langkah untuk mengetahui status linier tidaknya
distribusi data penelitian. Hasil yang diperoleh melalui uji linieritas akan
menentukan teknik analisis regresi yang akan digunakan. Jika hasil uji linieritas
merupakan data yang linier maka digunakan analisis regresi linier. Sebaliknya
jika hasil uji linearitas merupakan data yang tidak linier maka analisis regresi
yang digunakan nonlinier.
Dasar pengambilan keputusan dari uji ini dapat diketahui dengan dua
alternatif, yaitu dilihat dari nilai signifikansi dan harga koefisien F (Sudarmanto,
2005: 135). Jika menggunakan harga koefisien/nilai signifikansi, hubungan
Selain dengan metode tersebut di atas, penentuan linearitas suatu data
hasil penelitian melalui diagram pencar probabilitas yang dalam program
SPSS biasa disingkat P-P Plot. Dengan diagram ini dapat diketahui
normalitas sampel, linearitas, keterhubungan dan kesamaan variansi. Diagram
ini menggambarkan nilai residu amatan yang dihitung secara komulatif dan
dicocokkan dengan nilai residu normal yang digambarkan dengan garis hints
linear dari kiri bawah ke kanan atas. Bila nilai residu arnatan berkonsentrasi
dan sejalan dengan garis tersebut, maka sampel berdistribusi normal dan
regresi berbentuk linear.
Pengujian linearitas pada penelitian ini terdiri dari pengaruh implementasi
program pembinaan guru terhadap kompetensi profesional guru dan pengaruh
tingkat literasi TIK terhadap kompetensi profesional guru. Pengujian persyaratan
ini dilakukan untuk menentukan status linear tidaknya distribusi data penelitian
sehingga dapat ditentukan bentuk analisis regresi yang dipergunakan. Hipotesis
yang digunakan untuk menguji linearitas garis regresi tersebut adalah :
Ho: Model regresi tidak berbentuk linear
Ha: Model regresi berbentuk linear
Adapun rangkuman hasil perhitungan uji persyaratan linearitas seperti pada tabel
berikut ini :
Tabel 3.12
Hasil Uji Linearitas Garis Regresi
Model Summary and Parameter Estimates
Equation
Model Summary Parameter Estimates
R Square F df1 df2 Sig. Constant b1
Linear .267 22.995 1 63 .000 32.162 .429
The independent variable is Implementasi_Program_Pembinaan_Guru.
Model Summary and Parameter Estimates
Dependent Variable:Kompetensi_Profesional_Guru
Equation
Model Summary Parameter Estimates
R Square F df1 df2 Sig. Constant b1
Linear .279 24.322 1 63 .000 33.091 .448
The independent variable is Tingkat_Literasi_TIK.
Sumber : Hasil pengolahan data tahun 2012
Tabel 3.12 diatas menunjukkan bahwa garis regresi tersebut adalah linear
atau Ha diterima karena nilai signifikansi (Sig.) adalah 0,000 dan 0,000 yang
berarti < 0,05. Oleh sebab itu, analisis yang digunakan pada uji hipotesis adalah
analisis regresi linear maka sampel berdistribusi normal dan regresi berbentuk
linear.
Gambar 3.5
Grafik Hasil Uji Linieritas Variabel X
Gambar 3.6
Gambar 3.7
Grafik Hasil Uji Linieritas Variabel Z
3) Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas merupakan uji yang ditujukan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (variabel
independen). Menurut Wijaya yang dikutip oleh Henky (2011:94) menyatakan
bahwa dalam uji regresi yang baik selayaknya tidak terjadi multikolinieritas.
Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai toleransi dan nilai VIF (variance inflation
factor), jika VIF < 10 maka tingkat kolonieritas dapat ditoleransi, nilai eigen value
yang mendekati nol memberikan petunjuk adanya multikolinieritas serta nilai
Tabel 3.13
Hasil Uji Multikolinieritas
Model
Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant)
Implementasi_Program_Pembinaan_Guru .656 1.525
Tingkat_Literasi_TIK .656 1.525
Sumber : Hasil pengolahan data tahun 2012
Berdasarkan tabel 3.13 hasil perhitungan data diatas, diketahui nilai
tolerance masing-masing data penelitian adalah 0,656 dan 0,656 yang berarti
berada di atas 0.1 yang menjadi nilai standar tolerance, nilai VIF pada
variable X dan Y adalah 1,525 dan 1,083 berada di bawah 10. Maka dapat
disimpulkan bahwa model ini termasuk regresi linier sempurna atau
mendekati sempurna.
4) Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana terjadinya ketidaksamaan
varian dari residual pada model regresi. Model regresi yang baik mensyaratkan
tidak adanya masalah heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas, ada beberapa metode antara lain dengan cara uji Spearman’s
rho, uji Park, uji Gleiser dan dengan melihat pola titik-titik pada scatterplots
regresi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji Spearman’s rho untuk uji
heteroskedastisitas dengan melihat pola titik-titik pada scatterplots regresi.
Uji Spearman’s rho yaitu dengan mengkorelasikan nilai residual hasil
Metode pengambilan keputusan pada uji heteroskedastisitas dengan
Spearman’s rho yaitu jika nilai signifikansi antara variabel independen dengan
residual lebih dari 0,05 maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas, tetapi jika
signifikansi kurang dari 0,05 maka terjadi masalah heteroskedastisitas.
Selanjutnya, uji heteroskedastisitas dengan melihat pola titik-titik pada
scatterplots regresi. Metode pengambilan keputusan pada uji heteroskedastisitas
dengan melihat scatterplot yaitu jika titik-titik menyebar dengan pola yang tidak
jelas di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada model regresi.
Tabel 3.14
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel Nilai Kesimpulan
Implementasi Program
Pembinaan Guru (X) 0,091 Tidak terjadi heteroskedastisitas Tingkat Literasi TIK (Y) 0,177 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Dari perhitungan dapat diketahui bahwa nilai signifikansi variabel X
sebesar 0,091 dan variabel Y sebesar 0,177. Karena nilai signifikansi lebih dari
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi masalah
1) Analisis Korelasi
Perhitungan korelasi menggunakan rumus Korelasi Product Moment (r).
Korelasi ini digunakan untuk mengetahui derajat atau keeratan hubungan antara
variabel endogen dan variabel eksogen. Nilai r tidak lebih dari harga (-1≤ r ≤ +1).
Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negatif sempurna; r = 0 artinya tidak ada
korelasi; dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat. Rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut :
� = � −
[� 2−( )2][� 2 − 2]
Sedangkan arti harga r akan dikonsultasikan dengan tabel interpretasi
nilai r sebagai berikut:
Tabel 3.15
Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r
Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,80 – 1,000 Sangat Kuat
0,60 – 0,799 Kuat
0,40 – 0,599 Cukup Kuat 0,20 – 0,399 Rendah
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
2) Analisis Jalur (Path Analysis)
Perhitungan untuk menentukan kontribusi variabel eksogen terhadap
variabel endogen dapat dilakukan dengan menggunakan perhitungan regresi
berdasarkan analisis jalur sesuai dengan kerangka penelitian yang ditetapkan.
berbentuk sebab akibat. Melalui analisis jalur ini akan dapat ditemukan jalur mana
yang paling tepat dan singkat suatu variabel independen menuju variabel
dependen yang terakhir. Tujuan dari analisis jalur adalah untuk menerangkan
akibat langsung dan tidak langsung dari beberapa variabel sebagai variabel
penyebab terhadap beberapa variabel lainnya sebagai variabel akibat.
Hubungan antar variabel dalam analisis jalur ada 2 yaitu :
1. Kontribusi atau pengaruh langsung biasanya digambarkan panah satu arah dari
satu variabel ke variabel lainnya.
2. Kontribusi atau pengaruh tidak langsung digambarkan dengan panah satu arah
pada satu variabel pada variabel lain, kemudian dari variabel lain panah satu
arah ke variabel berikutnya.
Ada beberapa asumsi yang harus diperhatikan dalam menggunakan
analisis jalur yaitu :
1. Hubungan antar variabel harus linier dan aditif
2. Semua variabel residu tak punya korelasi satu sama lain
3. Pola hubungan antar variabel adalah rekursif atau hubungan yang tidak
melibatkan arah pengaruh yang timbal balik
4. Skala pengukuran variabel sekurang-kurangnya adalah interval
Sebelum melakukan analisis jalur kita gambarkan dahulu pola hubungan
antar variabel penyebab dan variabel akibat yang didasarkan pada teori-teori yang
dimana :
Y : variabel akibat (endogenus)
X1, X2, ...Xk : variabel penyebab (eksogenus)
� : koefisien jalur antara variabel akibat dan variabel penyebab
� : variabel residu
Pada saat menggambarkan diagram jalur ada beberapa perjanjian :
a. Hubungan antar variabel digambarkan oleh anak panah biasa berkepala
tunggal ( ) atau berkepala dua ( )
b. Panah berkepala satu menunjukkan pengaruh. Variabel yang digambarkan pada
ujung anak panah merupakan variabel akibat, sedangkan variabel yang
pertama digambarkan sebagai variabel penyebab. Sebagai contoh bila X1
mempengaruhi X2 maka gambar panahnya adalah : X1 X2
c. Hubungan sebab akibat merupakan hubungan yang mengikuti hubungan
asimetrik, tetapi ada kemungkinan bahwa hubungan kausal itu
menggambarkan hubungan timbal balik. Jadi X1 bisa mempengaruhi X2 , X2
juga bisa mempengaruhi X1. Dapat digambarkan : X1 X2
d. Bisa terjadi hubungan merupakan korelatif, keadaan seperti ini anak panahnya
berkepala dua dan gambarnya : X1 X2
e. Dalam keadaan nyata tidak pernah seseorang bisa mengisolasi hubungan
pengaruh secara murni, artinya bahwa struktur kejadian banyak sekali yang
bisa digambarkan diperlihatkan oleh suatu variabel tertentu disebut variabel
residu dan diberi simbol �
Langkah-langkah untuk pengolahan data menggunakan analisis jalur adalah
seperti berikut :
a. Menggambar dengan jelas diagram jalur yang mencerminkan proposisi
hipotetik yang diajukan, lengkap dengan persamaan strukturalnya.
b. Menghitung matriks korelasi antar variabel
X1 X2 X3 Y
R =
1 �1 2 …
1 …
1 �1 �2 �3 1
Formula untuk menghitung koefisien korelasi yang dicari adalah
menggunakan Pearson”s Coefficient of Correlation (Product Momen t
Coefficient) dari Karl Pearson. Alasan penggunaan teknik koefisien
korelasi dari Karl Pearson ini adalah karena variabel-variabel yang hendak
dicari korelasinya memiliki skala pengukuran interval.
Rumus Pearson”s Coefficient of Correlation adalah :
� = � −
[� 2−( )2][� 2− 2]
c. Menghitung matriks korelasi variabel eksogenus
X1 X2 .... Xk
R =
1 �1 2 …
1 …
d. Menghitung matriks invers korelasi variabel eksogenus
X1 X2 .... Xk
�1−1 =
∁11 ∁12 …
∁22 …
…
∁1 ∁2 …
∁
e. Menghitung semua koefisien jalur � , dimana i = 1,2, ....k; melalui
rumus :
� 1
�…2
�
=
∁11 ∁12 …
∁22 …
… ∁1 ∁2 … ∁ � 1
�…2
�
f. Menghitung pengaruh yang diterima oleh sebuah variabel endogenus dari dua
atau lebih varaibel eksogenus, dapat secara sendiri-sendiri maupun secara
bersama-sama. Pengaruh secara sendiri-sendiri (parsial), bisa berupa pengaruh
langsung, bisa juga berupa pengaruh tidak langsung, yaitu melalui
variabel eksogen yang lainnya.
Menghitung besarnya pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung
serta pengaruh total variabel eksogenus terhadap variabel endogenus secara
parsial, dengan rumus :
Besarnya kontribusi atau pengaruh langsung variabel eksogenus terhadap
variabel endogenus = � 1� 1
Besarnya kontribusi atau pengaruh total variabel eksogenus terhadap
variabel endogenus adalah penjumlahan besarnya pengaruh langsung
terhadap pengaruh tidak langsung = � 1 ×� 1 + � 1 ×�1 2 ×
� 1
g. Menghitung �
1 2…
2 , yaitu koefisien determinasi total
1, 2, . .. terhadap atau besarnya pengaruh eksogenus secara
bersama-sama terhadap variabel endogenus dengan menggunakan rumus :
�2 1 2… = � 1 � 2 …. �
� 1
�…2
�
h. Menghitung besarnya variabel residu, yaitu variabel yang mempengaruhi
variabel endogenus di luar variabel eksogenus, dengan rumus :
� � = 1− � 1 2…
2
i. Menguji kebermaknaan setiap koefisien jalur yang telah dihitung, dengan
statistik uji yang digunakan adalah :
= �
1− � 1 2…
2 ∁
− −1
dimana :
u dan i = 1,2, ....k
k = banyaknya variabel eksogen dalam substruktur yang sedang diuji
Kriteria pengujian : ditolak � jika nilai t lebih besar dari nilai tabel t. >
� − −1
j. Menguji kebermaknaan koefisien jalur secara keseluruhan yang telah dihitung,
dengan statistik uji yang digunakan adalah :
� = − −
1 �
1 2…
2
1− �
1 2…
2
dengan :
i = 1,2,...k
k = banyaknya variabel eksogenus dalam substruktur yang sedang diuji
F = mengikuti tabel distribusi F, dengan derajat bebas k dan n-k-1.
Kriteria pengujian : Ditolak � jika nilai hitung F lebih besar dari nilai
tabel F. � > � � , − −1
k. Menguji perbedaan besarnya pengaruh masing-masing variabel eksogenus
terhadap variabel endogenus, dengan statistik uji yang digunakan adalah :
= � − �
1− �
1 2…
2 ∁ +∁ −2∁
Kriteria pengujian : ditolak � jika nilai t lebih besar dari nilai tabel t. >
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Bab ini menyajikan kesimpulan penelitian yang merupakan muara hasil
penelitian dan jawaban atas pertanyaan penelitian. Berdasarkan kesimpulan hasil
penelitian tersebut diajukan rekomendasi-rekomendasi yang relevan dengan
penelitian ini.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian