i
ANALISIS KINERJA PADA KOPERASI PONDOK
PESANTREN AL-AZIZIYAH NUSA TENGGARA
BARAT
SKRIPSI
Oleh
Syarif Hidayatulloh
20111016031101
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
iv
KATA PENGANTAR
Assalamuaaikum wr.wb
Dengan memanjatkan puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT.
Atas limpahan rahmat dan hidayah sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul : “Analisis Kinerja Pada Koperasi Pondok Pesantren Al-aziziyah Nusa Tenggara Barat” disusun untuk memenuhi serta melengkapi syarat untuk memperoleh gelar strata di Fakultas ekonomi, program studi
Manajemen pada Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam penyusunan skripsi ini peneliti berusaha memberi sebaik mungkin
namun demikian, peneliti menyadari akan kemampuan dan keterbatasan
pengetahuan serta pengalaman peneliti. Skripsi ini tidak akan terlesaikan tanpa
adanya bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. H. Muhadjir Effendy, M.AP, selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Malang.
2. Dr. H. Nazaruddin Malik, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Dr. Widayat, M.M, dan Dra. Dewi Nurjannah, M.M, selaku Dosen
Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan
penuh kesabaran, keikhlasan dan bijaksana serta memberikan dorongan
v
4. Drs. Marsudi, M.Si, selaku Ketua Jurusan Universitas Muhammadiyah
Malang.
5. Dra. Uci Yulianti, M.M, selaku Dosen Wali Kelas Manajemen A.
6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen jurusan manajemen yang telah memberikan
ilmu dan pengarahan selama perkulihan.
7. Seluruh Karyawan dan Part Time TU Fakultas Ekonomi dan teman-teman
Part time TU Jurusan yang telah membantu selama perkulihan.
8. Manager dan Pengelola Koperasi Pondok Pesantren Al-aziziyah NTB yang
telah memberikan izin penelitian, terima kasih atas bantuan dan masukan
selama penelitian.
9. Kepada orang yang paling menginspirasi dalam hidup saya almarhum kakek
TGH. Musthofa Umar Abdul Aziz, perjuanganmu akan terus aku lanjutkan.
10. Kepada kedua orang tua yaitu H. Kholid Nawawi Ridwan dan Hj. Fuziyati
Mushtofa Umar yang telah membesarkanku dengan penuh kasih sayang,
selalu mendo’akan, memberikan motivasi, dan dorongan baik berupa
material maupun spiritual, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
11. Kepada anak dan istri saya Samira dan Syakira serta ketiga saudara kandung
yaitu Hj. Hanna Mardiyah, Nashron Azizan dan Khairi Ridwanulloh yang
telah mendo’akan dan selalu memberikan nasehat dan dukungan selama ini.
12. Seluruh keluarga besar Umar Abdul Aziz yang tidak dapat peneliti sebutkan
vi
13. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu yang telah
membantu terselesaikannya skripsi ini baik dengan material dan spiritual.
Akhirnya segala amal baik yang telah mereka berikan kepada peneliti
semoga mendapatkan balasan dari Allah SWT. dan Peneliti berharap semoga
dengan skripsi ini nantinya akan bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan
Wassalamualaikum wr.wb.
Peneliti
vii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Syarif Hidayatulloh
NIM : 201110160311011
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Manajemen
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
Dengan ini menyataan dengan sebenar-benarnya bahwa:
1. Tugas akhir dengan berjudul “Analisis Kinerja pada Koperasi Pondok
Pesantren Al-azizizyah Nusa Tenggara Barat” adalah hasil karya saya, dan dalam naskah saya ini tidak terdapat karya ilmiah yang ditulis atau diterbitkan orang lain, baik sebagian ataupun keseluruhan, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.
2. Apabila ternyata di dalam naskah tugas akhir ini, dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur PLAGIASI saya bersedia TUGAS AKHIR INI DIGUGURKAN dan GELAR AKADEMIK YANG SAYA PEROLEH DIBATALKAN,
serta diproses dengan ketentuan hukum yang berlaku.
3. Tugas akhir dari penelitian yang saya lakukan dapat dijadikan sumber pustaka.
Malang, Mei 2015
Yang menyatakan,
viii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... i
KATA PENGANTAR ... iii
LEMBAR ORISINALITAS ... vi
DARTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... …..ix
DAFTAR TABEL ...xi
DAFTAR LAMPIRAN ...xii
ABSTRAK ...xiii
ABSTRACT ...xiv
BAB I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Perumusan Masalah ... 7
C.Pembatasan Masalah ... 7
D.Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu ... 9
B. Landasan Teori ... 9
ix BAB III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian ... 35
B. Jenis Penelitian ... 35
C. Variabel dan Definisi Oprasional ... 35
D. Jenis Data da Sumber Data ... 47
E. Teknik Pengumpulan Data ... 48
F. Teknik Analisis Data ... 49
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 50
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 74
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...86
B. Saran ... 87
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Pengukuran Kinerja Koperasi ... 34
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah Perkembangan Koperasi di Indonesia 2012 dan 2013 ... .2
Tabel 1.2 Perkembangan Jumlah Pondok Pesantren di NTB ... .6
Tabel 1.3 Perkembangan Jumlah dan Laba Koperasi Al-aziziyah ... .7
Tabel 2.1 Penetapan Predikat Tingkat Kesehatan Koperasi ... 34
Tabel 4.1 Komponen Perhitungan Aspek Permodalan ... 55
Tabel 4.2 Komponen Perhitungan Aspek Kualitas Aktiva Produktif ... 56
Tabel 4.3 Komponen Perhitungan Aspek Efisiensi ... 56
Tabel 4.4 Komponen Perhitungan Aspek Likuiditas ... 57
Tabel 4.5 Komponen Perhitungan Aspek Kemandirian dan Pertumbuhan ... 58
Tabel 4.6 Komponen Perhitungan Aspek Jati Diri Koperasi ... 58
Tabel 4.7 Hasil Rasio Modal Sendiri Terhadap Total Aset ... 59
Tabel 4.8 Hasil Rasio Modal Sendiri Terhadap Pinjaman Diberikan Beresiko .... 60
Tabel 4.9 Hasil Rasio Kecukupan Modal Sendiri ... 61
Tabel 4.10 Hasil Rasio VP pada Anggota terhadap VP Diberikan ... 62
Tabel 4.11 Hasil Rasio Pinjaman Bermasalah Terhadap Pinjaman Diberikan ... 62
Tabel 4.12 Hasil Rasio Cadangan Resiko Terhadap Pinjaman Bermasalah ... 63
Tabel 4.13 Hasil Rasio Pinjaman Beresiko Terhadap Pinjaman diberikan ... 64
Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Aspek Manajemen ... 65
Tabel 4.15 Hasil Rasio Operasi Pelayanan Terhadap Partisipasi Bruto ... 66
Tabel 4.16 Hasil Rasio Beban Usaha Terhadap SHU Kotor ... 67
xii
Tabel 4.18 Hasil Rasio Kas ... 68
Tabel 4.19 Hasil Rasio Pinjaman Diberikan Terhadap Dana diterima ... 69
Tabel 4.20 Hasil Rasio Rentabilitas Aset ... 70
Tabel 4.21 Hasil Rasio Rentabilitas Modal Sendiri ... 71
Tabel 4.22 Hasil Rasio Kemandirian Operasional Pelayanan ... 71
Tabel 4.23 Hasil Rasio Partisipasi Bruto ... 72
Tabel 4.24 Hasil Rasio Rasio Partisipasi Ekonomi Anggota ... 73
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran :
1. Perhitungan Aspek Permodalan
2. Perhitungan Aspek Aktiva Kualitas Produktif
3. Perhitungan Aspek Manajemen
4. Perhitungan Aspek Efisiensi
5. Perhitungan Aspek Likuiditas
6. Perhitungan Aspek Kemandirian dan Pertumbuhan
7. Perhitungan Aspek Jati Diri Koperasi
8. Penetapan Hasil Kinerja Keuangan
9. Neraca Koppontren Al-Aziziyah 2011-2013
A. DAFTAR PUSTAKA
Bastian Indra, 2006, Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar, Penerbit Airlangga, Jakarta
Hendar, 2010, Manajemen Perusahaan Koperasi, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Mardiasmo, 2009, Akuntansi Sektor Publik, Penerbit Andi , Yogyakarta.
Mulyadi dan Jhony Setyawan, 2001, Sistem Pelipatganda Kinerja Perusahaan Sistem Perencanaan
dan Pengendalian Manajemen: Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta.
Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor
: 14/Per/M.KUKM/XII/2009
Rudianto, 2010, Akuntansi Koperasi;Edisi Kedua,Penerbit Airlangga,Jakarta.
Sujianto Agus Eka, 2011, Peformance Appraisal Koperasi Pondok Pesantren, Teras, Yogyakarta.
UU RI tentang Perkoperasian, 2013, penerbit Citra Umbara, Bandung.
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Koperasi memiliki arti penting dalam membangun perekonomian
nasional, seperti tertera dalam pasal 33 ayat 1 Undang Undang Dasar 1945
yang berbunyi “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas
asas kekeluargaan”. Meskipun tidak secara langsung menyebutkan koperasi
namun sebenarnya makna asas kekeluargaan terdapat pada tubuh koperasi itu
sendiri. Pembangunan ekonomi di Indonesia diarahkan pada terwujudnya
prekenomian yang mandiri dan handal berdasarkan demokrasi untuk
meningkatkan kemakmuran seluruh rakyat secara selaras, adil dan merata.
Dalam Pasal 33 ayat 1 Undang Undang Dasar 1945 dengan jelas
menyebutkan bahwa gerakan koperasi menjadi sendi untuk mendukung
prekonomian nasional, selain sektor swasta dan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN). Dari ketiga kekuatan ekonomi nasional tersebut pemerintah
mengharapkan agar dikembangkan menjadi komponen yang saling
mendukung dan terpadu di dalam sistem ekonomi nasional.
Koperasi ditempatkan sangat istimewa dalam prekonomian Indonesia
ialah dalam kedudukannya sebagai sokoguru perekonomian nasional, namun
dari keberpihakan pemerintah selama ini untuk mendorong kemajuan dan
kemandirian koperasi yang tampak hasilnya adalah perkembangan
jumlah-jumlah koperasi. Fakta menunjukkan dari segi kuantitas koperasi semakin
2
kemajuan dan kemandiriannya masih tertinggal apabila dibandingkan dengan
pelaku ekonomi lainnya yakni sektor usaha swasta dan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN).
Berdasarkan data Kemenkop UKM dalam www.depkop.go.id 2014,
kontribusi koperasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) hanya 2 persen,
jauh dibandingkan kontribusi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
sebesar 20 persen dan kontribusi swasta terhadap PDB terbesar, yakni 78
persen. Ini menjadi bukti nyata bahwa koperasi saat ini masih tertinggal
sangat jauh dari BUMN dan BUMS.
Kondisi perkembangan koperasi di Indonesia saat ini sangat
memperihatinkan. Hasil data Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan
menengah menyebutkan bahwa, hingga akhir Desember 2013 jumlah
koperasi yang tidak aktif meningkat. Peningkatan jumlah koperasi yang tidak
aktif ini bisa dilihat pada tabel 1.1
Tabel 1.1: Jumlah Perkembangan Koperasi di Indonesia 2012 dan 2013 Tahun Jumlah
Dari tabel 1.1 diatas bisa disimpulkan jumlah koperasi meningkat setiap
tahun namun jumlah koperasi yang tidak aktif justru semakin banyak yakni
sebanyak 29,74 persen dari 203.701 unit koperasi berstatus tidak aktif di
3
sebanyak 28,29 persen dari jumlah 194.295 unit koperasi. Jumlah koperasi
tidak aktif merupakan bukti ketidakseriusan perangkat koperasi dalam
mengelola koperasi tersebut. Perkembangan jumlah koperasi dan jumlah
anggota merupakan salah satu indikator kinerja utama yang mengindikasikan
bahwa kinerja koperasi di Indonesia menurun.
Berdasarkan data yang dipaparkan oleh deputi kelembagaan
Kementerian Koperasi dan UKM pencapaian kineja koprerasi berkualitas
hanya terdapat pada 15 provinsi sedangkan sisanya masih berada dibawah
peringkat kinerja (Sumber:www.depkop.go.id). Data-data tersebut sangat
cukup menggambarkan bahwa kinerja koperasi di Indonesia dalam kondisi
buruk.
Untuk memperbaiki kinerja diperlukan evaluasi, cara untuk melakukan
evaluasi ialah dengan melakukan pengukuran kinerja (Agung,2008:17).
Pengukuran kinerja penting dilakukan karena sebagai dasar menentukan
efektifitas kegiatan usahanya terutama efektifitas operasional, bagian
organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang
telah ditetapkan sebelumnya.
Pentingnya pengukuran kinerja ialah sebagai acuan pembuatan
keputusan dan mendukung pelaporan eksternal, baik bagi manajemen dan
masyarakat sebagai penilai kinerja organisasi. Bagi manajemen, pengukuran
kinerja merupakan bagian integral dari sistem pengendalian manajemen,
sedangkan bagi pihak luar seperti masyarakat pengukuran kinerja bermanfaat
4
Penilaian terhadap kinerja suatu koperasi yaitu menggunakan analisis
laporan keuangan dan non keuangan, informasi yang terdapat dalam laporan
keuangan akan menunjukkan kinerja keuangan koperasi dalam beberapa
periode. Analisis kinerja keuangan dapat dilakukan dengan memanfaatkan
laporan keuangan yang ada. Analisis laporan keuangan yang digunakan
dalam koperasi berbeda dengan yang digunakan dalam menganalisis kinerja
keuangan perusahaan.
Analisis yang digunakan koperasi untuk mengukur kinerja ialah
menurut pedoman klasifikasi penilaian koperasi yang dikeluarkan oleh
kementerian koperasi No.194/Kep/M/IX/1998, lalu diperbaharui dengan
dikeluarkannya keputusan menteri koperasi No.20/Per/M.KUKM/XI/2008,
lalu terbaru adalah Kepmen koperasi No.14/Per/M.KUKM/XII/2009 yang
saat ini masih digunakan. Pedoman klasifikasi koperasi ini terdiri dari
beberapa rasio-rasio variabel, yaitu: Permodalan, Kualitas Aktiva Produktif,
Manajemen, Likuiditas, Efisiensi, Kemandirian dan Pertumbuhan dan Jati
Diri Koperasi.
Dalam pasal 83 Undang Undang No 17 tahun 2012 disebutkan bahwa
koperasi memiliki banyak jenis. Pembagian jenis koperasi didasarkan pada
kesamaan kegiatan dan kepentingan ekonomi anggotanya. Salah satu jenis
koperasi menurut golongan fungsionalnya adalah Koperasi Pondok Pesantren
(Kopontren).
Menurut Rusdarti (2009:9) Koperasi pondok pesantren dalam
5
pertama, Adanya persepsi negatif warga pesantren terhadap koperasi karena
salah satu sebab ada ulah pengurus yang kurang bertanggung jawab. Kedua,
Pengetahuan tentang perkoperasian di lingkungan pondok pesantren kurang
memadai. Ketiga, Sumber daya manusia pesantren yang berkualitas masih
terbatas.
Keempat, Pembinaan dalam bidang organisasi oleh pengurus pesantren
kurang dilaksanakan secara intensif. Kelima, Lemahnya struktur manajemen
koperasi dan kemampuan pengurus dalam menegelola usaha dan organisasi
koperasi dengan baik. Keenam, Kurang insentifnya pembinaan yang
dilakukan oleh pembina, rendahnya kemampuan pengurus, dan lemahnya
partisipasi anggota akan memepengaruhi kinerja keuangan kopontren.
Koperasi Pondok Pesantren Al-Aziziyah merupakan salah satu
Koperasi Pondok Pesantren tertua yang berdiri di Provinsi Nusa Tenggara
Barat. Perkembangan jumlah Koperasi Pondok Pesantren di Nusa Tenggara
Barat dapat dilihat pada tabel 1.2.
Tabel 1.2.: Perkembangan Jumlah Pondok Pesantren di Nusa Tenggara Barat Tahun Jumlah Koperasi
Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM NTB, 2014
Tabel 1.2 diatas menunjukkan jumlah Koperasi Pondok Pesantren tahun
2012-2013 mengalami peningkatan 3,34%, akan tetapi jumlah koperasi aktif
mengalami penurunan sebesar 26% dan jumlah koperasi tidak aktif
6
Pesantren dalam status tidak aktif ini mengindikasikan masih rendahnya
kinerja koperasi pondok pesantren di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Koperasi Pondok Pesantren Al-Aziziyah merupakan salah satu dari 162
koperasi yang aktif sampai saat ini. Menurut informasi dari kepala Koperasi
Pondok Pesantren Al-Aziziyah koperasi ini sempat vakum atau tidak aktif
pada tahun 2006 dan aktif kembali pada tahun 2009 dikarenakan terdapat
sejumlah dana kredit dari anggota yang belum dibayar sedangkan anggota
tersebut tidak diketahui keberadaanya lagi, sehingga ini mengganggu kinerja
dari koperasi Al-Aziziyah. Koperasi Pondok Pesantren Al-Aziziyah memiliki
fenomena yang unik dalam tiga tahun terakhir, fenomena tersebut dijelaskan
pada tabel 1.3.
Tabel 1.3. menunjukkan jumlah anggota tiap tahun mengalami
peningkatan namun jumlah sisa hasil usaha menurun dan ini menimbulkan
pertanyaan besar mengenai penurunan kinerja yang terjadi pada Koperasi
Pondok Pesantren Al-Aziziyah. Seharusnya jumlah anggota yang meningkat
menunjukkan jumlah iuran, simpanan wajib dan simpanan pokok bertambah
berbanding lurus dengan peningkatan jumlah SHU namun kenyataan
berbanding terbalik yakni laba yang didapatkan setiap tahun menurun.
Tabel 1.3.: Perkembangan jumlah anggota dan jumlah Laba Koperasi Pondok Pesantren Al-Aziziyah NTB
Tahun Jumlah Anggota Jumlah Sisa Hasil Usaha
2011 245 2.260.442
2012 273 1.905.934
2013 277 1.726.456
7
Beberapa tahun belakangan ini Koperasi Pondok Pesantren Al-Aziziyah
sejak aktif kembali pada tahun 2009 kinerja atau kesehatan unit simpan
pinjam dari koperasi ini belum pernah diukur dan diketahui sehat atau
tidaknya. Berdasarkan latar belakang dan fenomena yang telah diuraikan
diatas, maka penelitian ini mengambil judul: “Analisis Kinerja Pada
Koperasi Pondok Pesantren Al-Aziziyah Nusa Tenggara Barat”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan pokok permasalahan
penelitian ini ialah: Bagaimana kinerja pada Koperasi Pondok Pesantren
Al-Aziziyah NTB?
C. Batasan Penelitian
Untuk menghindari meluasnya permasalahan yang ada, maka penelitian
ini diberi batasan pembahasan yaitu:
1. Data yang digunakan berdasarkan laporan keuangan, data anggota, dan
hasil Rapat Anggota Tahunan (RAT) untuk periode 2011-2013.
2. Alat ukur yang digunakan adalah berpedoman pada keputusan Menteri
Koperasi dan UKM tahun 2009 yang berisikan rasio-rasio variabel
sebagai berikut: Permodalan, Kualitas Aktiva Produktif, Manajemen,
Likuiditas, Efisiensi, Kemandirian dan Pertumbuhan dan Jati Diri
8
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Untuk mengukur kinerja pada Koperasi Pondok Pesantren Al-Aziziyah
NTB.
2. Kegunaan Penelitian
a. Bagi Manajemen Koperasi
1) Sebagai bahan masukan alternatif pengendalian keputusan
startegis berdasarkan informasi kualitatif yang akurat sebagai
acuan pencapaian tujuan jangka panjang.
2) Sebagai bahan masukan bagi manajemen koperasi untuk
melakukan tindakan lebih lanjut dalam menghadapi permasalahan
yang sedang dihadapi dan bermanfaat untuk melakukan
perbaikan.
b. Bagi Anggota Koperasi
Sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi anggota koperasi
dalam melakukan pengelolaan dan pengembangan koperasi yang ada.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi penelitian
yang akan datang.
2)Selain itu dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai
analisis kinerja keuangan dan non keuangan sebagai dasar evaluasi
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Darwanto (2013) melakukan penelitian tentang pengukuran kinerja
koperasi ditinjau dari aspek keuangan dan non keuangan pada Koperasi Pegawai
Republik Indonesia Universitas Brawijaya Malang. Berdasarkan penelitian
tersebut diperoleh bahwa Koperasi Pegawai Republik Indonesia Universitas
Brawijaya Malang memiliki Rasio permodalan, Rasio Likuiditas dan
kemandirian serta pertumbuhan dalam kategori tidak baik. Rasio kualitas
produktif dan Rasio efisiensi masuk dalam kategori baik, secarja umum dalam
kategori tidak baik. Kinerja dari aspek non keuangan sendiri yang meliputi
perspektif pelanggan, bisnis Internal, pembelejaran dan pertumbuhan, masuk
dalam kategori baik.
B. Landasan Teori a. Koperasi
Menurut Hendar (2010:2) koperasi merupakan organisasi otonom dari
orang-orang yang berhimpun secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan
dan aspirasi ekonomi, sosial dan budaya secara bersama-sama melalui
kegiatan usaha yang dimiliki dan dikendalikan secara demokratis. Secara
10
mempersatukan diri untuk berjuang meningkatkan kesejahteraan ekonomi
mereka melalui pembentukan sebuah badan usaha yang dikelola secara
demokratis.
Menurut pasal 1 UU NO.17/2012, Koperasi diartikan sebagai badan
hukum yang didirikan oleh perseorangan atau badan hukum koperasi,
dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk
menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama
dibidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip
koperasi.
Menurut Rudianto (2010:3) pengertian koperasi bila dirinci lebih jauh
terdapat beberapa pokok pikiran yang dapat ditarik mengenai pengertian
koperasi, yaitu:
a) Koperasi adalah suatu perkumpulan yang didirikan oleh orang-orang
yang meimiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang bertujuan
memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi mereka.
b) Bentuk kerja sama dalam koperasi bersifat sukarela.
c) Masing-masing anggota koperasi memiliki hak dan kewajiban yang
sama.
d) Masing-masing anggota dari koperasi berkewajiban untuk
mengembangkan serta mengawasi jalannya usaha koperasi.
e) Resiko dan keuntungan usaha koperasi ditanggung dan dibagi secara
11
Dari uraian pengertian diatas koperasi memiliki prinsip-prinsip
tersendiri dalam melakukan aktifitas kegiatannya sehari-hari. Sebagaimana
dinyatakan dalam pasal 6 Undang-undang No.17 tahun 2012, Koperasi
melaksanakan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a) Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.
b) Pengawasan oleh anggota dilaksanakan secara demokratis.
c) Anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi koperasi.
d) Koperasi merupakan badan usaha swadaya yang otonom dan
independen.
e) Koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi anggota,
pengawas, pengurus, dan karyawannya serta memberikan informasi
kepada masyarakat tentang jati diri, kegiatan dan kemanfaatan koperasi.
f) Koperasi melayani anggotanya secara prima dan memperkuat gerakan
koperasi dengan bekerja sama melalui jaringan kegiatan pada tingkat
lokal, nasional, regional, dan internasional.
g) Koperasi bekerja untuk pembangunan berkelanjutan bagi lingkungan
dan masyarakatnya melalui kebijakan yang telah disepakati oleh
anggota.
Koperasi memiliki fungsi dan peranan menurut pasal 4 (empat)
undang-undang Republik Indonesia nomor 12 tahun 1967 tentang
pokok-pokok perkoperasian, fungsi koperasi sebagai berikut: (1) Alat perjuangan
12
pendemokrasian ekonomi nasional (4) Sebagai salah satu urat nadi
perekonomian bangsa Indonesia (5) Alat pembina insan masyarakat untuk
memperkokoh kedudukan bangsa Indonesia serta bersatu dalam mengatur
tata laksana prekonomian rakyat.
Koperasi dalam rangka pembangunan ekonomi dan perkembangan
kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya
memiliki peran serta tugas menurut pasal 7 (tujuh) undang-undang nomor 12
tahun 1967, peranan serta tugas tersebut yaitu:
a) Mempersatukan, mengerahkan, membina, dan mengembangkan potensi,
daya kreasi, daya usaha rakyat untuk meningkatkan produksi dan
mewujudkan tercapainya pendapatan yang adil dan kemakmuran yang
merata.
b) Mempertinggi taraf hidup dan tingkat kecerdasan rakyat.
c) Membina kelangsungan dan perkembangan demokrasi ekonomi.
Pembagian jenis koperasi Menurut PSAK No. 27 tahun 2007 dalam
Rudianto (2010:5) koperasi dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis
koperasi, yaitu:
a) Koperasi Simpan Pinjam
Koperasi simpan pinjam atau koperasi kredit adalah koperasi yang
bergerak dalam bidang pemupukan simpanan dana dari para
anggotanya, untuk kemudian dipinjamkan kembali kepada para
13
simpan pinjam atau koperasi kredit adalah menyediakan jasa
penyimpanan dan peminjaman dana kepada anggota koperasi.
b) Koperasi Konsumen
Koperasi konsumen adalah koperasi yang anggotanya terdiri dari para
konsumen akhir atau pemakai barang atau jasa. Kegiatan utama koperasi
konsumen adalah melakukan pembelian bersama. Jenis barang atau jasa
yang dilayani suatu koperasi konsumen sangat tergantung pada latar
belakang kebutuhan anggota yang akan dipenuhi. Sebagai contoh,
operasi yang mengelola toko serba ada, mini market, dan sebagainya.
c) Koperasi Pemasaran
Koperasi pemasaran adalah koperasi yang anggotanya terdiri dari para
produsen atau pemilik barang atau penyedia jasa. Koperasi pemasaran
dibentuk terutama untuk membantu para anggotanya memasarkan
barang-barang yang mereka hasilkan. Jadi masing-masing anggota
koperasi menghasilkan barang secara individual, sementara pemasaran
barang-barang tersebut dilakukan oleh koperasi. Ini berarti keikutsertaan
anggota koperasi sebatas memasarkan produk yang dibuatnya.
d) Koperasi Produsen
Koperasi produsen adalah koperasi yang para anggotanya tidak
memiliki badan usaha sendiri tetapi bekerja sama dalam wadah koperasi
untuk menghasilkan dan memasarkan barang atau jasa. Kegiatan utama
14
mengelola sarana produksi bersama. Tujuan utama koperasi produsen
adalah menyatukan kemampuan dan modal para anggotanya guna
menghasilkan barang atau jasa tertentu.
Menurut pasal 82 (delapan puluh dua) Undang-undang nomor 17
tahun 2012 tentang penjenisan gerakan koperasi, mengatakan sebagai
berikut:
a) Setiap Koperasi mencantumkan jenis koperasi dalam anggaran dasar.
b) Jenis koperasi sebagaimana dimaksud pada pemaparan diatas didasarkan
pada kesamaan kegiatan usaha dan atau kepentingan ekonomi anggota.
Berdasarkan hal tersebut menurut pasal 83 (delapan puluh tiga)
Undang-undang nomor 17 tahun 2012 terdapat empat jenis koperasi, yaitu:
a) Koperasi Konsumen
b) Koperasi Produsen
c) Koperasi Jasa
d) Koperasi Simpan Pinjam
b. Koperasi Pondok Pesantren
Menurut Sujianto (2011:7) Koperasi Pondok Pesantren merupakan
lembaga ekonomi yang berada di lingkungan pondok pesantren dan menjadi
media bagi santri untuk melakukan praktek kerja, sehingga terdapat
keseimbangan pola pendidikan agama dan pendidikan kewirausahaan.
15
Koppontren ini bisa termasuk golongan koperasi Simpan pinjam dan
koperasi konsumen.
Termasuk koperasi konsumen karena bertujuan memelihara
kepentingan dan memenuhi kebutuhan para anggotanya. Sebagai pemilik
dan pengguna jasa koperasi, anggota koperasi konsumen berpartisipasi aktif
dalam kegiatan koperasi. Di samping itu Koperasi Pondok Pesantren bisa
juga dikatakan sebagai koperasi simpan pinjam jika di dalam Koppontren
tersebut melakukan aktifitas menyimpan dana dan menyalurkan dana dalam
bentuk pinjaman.
Sujianto (2011:7-9) menjelaskan bahwa keberadaan kopontren ini
mendapatkan dukungan dari pemerintah dengan dikeluarkannya surat
keputusan bersama Menteri Koperasi (Nomor:197/MJKPTSIIX/1985),
Menteri Agama (Nomor:64/TAHUN 1985), dan Majelis Ulama Indonesia
(Nomor:490/MUI/VII/1985) tentang pelaksanaan pembinaan dan
pengembangan koperasi di lembaga pendidikan agama.
Keberadaan koppontren ini mendapatkan dukungan bersama juga dari
sektor lain yaitu pertanian untuk meningkatkan agribisnis dilingkungan
pesantren. Surat keputusan bersama antara Menteri Pertanian (Nomor:
346/KPTS/HK.050/6/1991) dan Menteri Agama (Nomor: 94 tahun 1991)
tentang pengembangan agribisnis di Pondok Pesantren. Ini menjadi bukti
16
lingkungan Lembaga Pendidikan Agama melalui Koperasi Pondok
Pesantren.
Modal koperasi pada dasarnya berasal dari anggota koperasi itu
sendiri, akan tetapi bukan tidak mungkin modal koperasi berasal dari luar.
Pada awal memulai usaha ekonominya Koperasi Pondok Pesantren hanya
menggunakan modal yang bersumber dari penerimaan yang berasal dari
simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela. Namun selain dari
simpanan tersebut terdapat sumber modal dari luar tubuh koperasi itu
sendiri.
Aspek permodalan ini menyangkut modal sendiri dan modal pinjaman
seperti yang dideskripsikan pada pasal 41 Undang-undang Nomor 17 tahun
2012 tentang perkoperasian. Dalam undang-undang tersebut dijelaskan
selain modal dari dalam koperasi terdapat modal dari luar koperasi ,yaitu :
(1) Hibah (2) Modal Penyertaan (3) Modal Pinjaman yang bersal dari
anggota, Koperasi lainnya, bank atau lembaga keuangan lain, penerbitan
obligasi dam surat hutang lainnya, serta bantuan dari pemerintah pusat dan
pemerintah daerah (4) Sumber lain yang sah yang tidak bertentangan dengan
anggaran dasar dan ketentuan perundang-undangan.
Uraian diatas menjelaskan bagaimana sebuah Koperasi termasuk
Koperasi Pondok Pesantren memperoleh modal kerjanya. Dalam
penyusunan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Koperasi
17
Kebanyakan Koperasi Pondok Pesantren yang ada, pelaksana usaha tersebut
masih terdiri dari guru, kiai, dan pengurus pondok pesantren. Untuk
Koperasi Pondok pesantren yang telah berkembang dan sudah berbadan
hukum sebaiknya pengelolaan usahanya dapat dilaksanakan oleh pelaksana
khusus atau para ahli yang sudah menjadi profesinya.
c. Kinerja
Sebelum memahami tentang penilaian dan evaluasi kinerja, terlebih
dahulu harus dipahami mengenai pengertian kinerja itu sendiri. Menurut
Bastian (2006:274), kinerja adalah gambaran pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan atau program atau kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, misi, dan visi organisasi. Secara umum kinerja merupakan prestasi
yang dicapai oleh organisasi dalam priode tertentu.
Menurut Stolovitch dan Keeps (1992) dalam Sujianto (2011:31),
kinerja merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada
tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta.
Sedangkan menurut Griffin (1987) dalam Sujianto (2011:31), kinerja
merupakan salah satu kumpulan total dari kerja yang ada pada diri pekerja.
Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan
tingkat pencapaian hasil atau pelaksanaan tugas tertentu.
Setelah mengetahui pengertian mengenai kinerja maka perlu
18
menjelaskan pengukuran kinerja adalah suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu manajer menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur
finansial dan non finansial. Menurut Bastian (2006:275) pengukuran kinerja
merupakan manajemen pencapaian kinerja. Pengukuran kinerja secara
berkelanjutan akan memeberikan feedback atau umpan balik, sehingga upaya
perbaikan secara terus menerus akan mencapai keberhasilan di masa
mendatang.
Setelah mengetahui pengertian dari pengukuran kinerja setelah itu
perlu diketahui tujuan dari melakukan pengukuran kinerja. Mardiasmo
(2009:122) menjabarkan secara umum tujuan pengukuran kinerja yaitu:
a) Untuk mengkomunikasikan startegi secara lebih baik (top down dan
bottom up).
b) Untuk mengukur kinerja finansial dan non finansial secara seimbang
sehingga dapat di telusuri perkembangan pencapaian strategi.
c) Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level
menengah dan bawah serta memotivasi untuk mencapai goal
congruence.
d) Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan
individual dan kemampuan kolektif yang rasional.
Manfaat pengukuran kinerja menurut Mardiasmo (2009:122), adalah
sebagai berikut: a) Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang
19
mencapai target kinerja yang telah ditetapkan. c) Untuk memonitor dan
mengevaluasi pencapaian kinerja dan membandingkannya dengan target
kinerja.
d) Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman
(reward and punishment). e) Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan
pimpinan. f) Membantu mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan
sudah terpenuhi. g) Membantu memahami proses kegiatan instansi
pemerintah. h) Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara
obyektif.
Mardiasmo (2009:123) menjelaskan terdapat dua informasi cara yang
digunakan untuk mengukur kinerja, yaitu:
a) Informasi Finansial merupakan informasi yang diukur berdasarkan pada
anggaran yang telah dibuat. Penilaian tersebut dibuat untuk mengetahui
selisih antara kinerja aktual dengan yang dianggarkan. Selisih yang
diukur secara garis besar berfokus pada selisih pendapatan dan selisih
pengeluaran. Penggunaan Analisis varian atau selisih ini belum cukup
untuk mengukur kinerja karena memiliki keterbatasan.
b) Informasi Non finansial merupakan ukuran yang dapat menambah
keyakinan terhadap kualitas proses pengendalian manajemen. Jenis
informasi non finansial dapat dinyatakan dalam bentuk variabel kunci
yang mengindikasikan faktor-faktor yang menjadi sebab kesuksesan
20
digunakan pada organisasi dewasa ini adalah Balanced Scorecard yang
melibatkan empat aspek kunci keberhasilan suatu organisasi.
Menurut Mulyadi (2001:628) cara pengukuran kinerja dilaksanakan
aktifitas baik dalam bentuk keuangan maupun non keuangan. Pengukuran ini
didesain untuk menilai bagaimana aktifitas dilaksanakan dan hasil diperoleh.
Untuk ukuran kinerja keuangan mencakup laporan biaya aktifitas penambah
dan bukan penambah nilai, laporan trend biaya aktifitas, Benchmarking,
Activity based budgeting, dan Life Cycle Cost Budgeting. Kinerja non
keuangan mencakup ukuran produktifitas, ukuran kualitas, dan ukuran
waktu.
a) Ukuran Kinerja Keuangan
1) Laporan biaya aktifitas penambah dan bukan penambah nilai.
Harus dipisahkan antara biaya penambah nilai dan biaya bukan
penambah nilai. Karena memiliki manfaat yaitu : dapat memusatkan
perhatian pada pengurangan dan penghilangan biaya bukan
penambah nilai, menyadari besarnya pemborosan dan bisa membuat
efisiensi kedepannya, dan memantau efektifitas program dalam
bentuk perbandingan antar periode (time series).
2) Laporan Trend Biaya Aktifitas.
Setelah melakukan pemisahan biaya penambah dan bukan penambah
21
aktifitas periode akuntansi. Jika pengelolaan aktifitas efektif maka
hasilnya adalah menurunnya biaya aktifitas.
3) Benchmarking
Merupakan standar terbaik untuk mengukur kinerja aktifitas.
Benchmarking merupakan proses patok duga yakni membandingkan
dengan perusahaan lain yang sejenis atau satu industri.
4) Activity Based Budgeting
Aktivitas Penganggaran dasar adalah penyusunan anggaran biaya per
aktifitas untuk memungkinkan manajer untuk memprediksi biaya
aktifitas yang akan terjadi dalam priode anggaran.
5) Life cycle Cost Budgeting
Product Life cycle adalah jangka waktu sejak produk diciptakan
sampai dengan saat dihentikan produksinya. Biaya daur hidup produk
adalah biaya yang berkaitan dengan produk dalam keseluruhan daur
hidupnya, yang mencakup biaya pengembangan, produksi dan
dukungan logistik.
b) Ukuran Kinerja non keuangan
1) Ukuran Produktifitas
Pengukuran produktifitas dilakukan dengan mengukur perubahan
produktifitas sehingga dapat dilakukan penilaian terhadap usaha
22
bersifat prospektif dan berfungsi sebagai masukan untuk
pengambilan keputusan startegik.
2) Ukuran Kualitas
Kualitas menjadi andalan dalam persaingan, oleh karena itu organisai
memerlukan ukuran kualitas untuk mengukur kinerja organisasi.
Ukuran non keuangan dalam mengukur kualitas adalah: jumlah
produk cacat per unit produk jadi, persentasi kegagalan ekstern,
jumlah kesalahan per surat oreder pembelian dan lain-lain.
3) Ukuran Waktu
Setiap aktifitas memiliki customer. Ada dua karakteristik penting
yang berkaitan dengan waktu: keandalan dan kecepatan respon.
Keandalan berarti ketepatan penyerahan produk kepada pemesan.
Kecepatan respon diukur dengan jangka waktu yang diperlukan
untuk memproduksi keluaran.
Proses pengukuran kinerja terdapat aspek-aspek yang akan diukur.
Menurut Bastian (2006:276) aspek yang diukur dalam melakukan
pengukuran kinerja yaitu sebagai berikut :
a) Aspek Finansial
Aspek finansial ini meliputi anggaran atau cash flow. Aspek finansial ini
sangat penting diperhatikan dalam pengukuran kinerja, sehingga kondisi
23
b) Kepuasan Pelanggan
Dalam globalisasi perdagangan, peran dan posisi pelanggan sangat
krusial dalam penentuan strategi perusahaan. Untuk itu, manajemen
perlu memperoleh informasi yang relevan mengenai tingkat kepuasan
pelanggan.
c) Operasi dan Bisnis Internal
Informasi operasi bisnis internal diperlukan untuk memastikan bahwa
seluruh kegiatan organisasi untuk mencapai tujuan dan sasaran
organisasi. Di samping itu informasi operasi bisnis internal juga
diperlukan untuk melakukan perbaikan terus menerus atas efisiensi dan
efektifitas operasi perusahaan.
d) Kepuasan Pegawai
Dalam perusahaan yang banyak melakukan inovasi, peran strategis
pegawai sungguh sangat nyata. Apabila pegawai tidak dikelola dengan
baik maka kehancuran perusahaan sulit untuk dihindari.
e) Kepuasan Komunitas
Sebuah pengukuran kinerja perlu didesain untuk mengakomodasikan
kepuasan dari para stakeholder.
f) Waktu
Ukuran waktu juga merupakan variabel yang perlu diperhatikan dalam
desain pengukuran kinerja, sehingga informasi yang dibutuhkan
24
Sama dengan organisasi pengukuran kinerja dalam koperasi juga
menggunakan ukuran keuangan dan non keuangan. Pengukuran kinerja
keuangan dan no keuangan menggunakan pedoman dari Keputusan Menteri
Negara dan KUKM NO.14/Per/M.UKM/XII/2009 yang berisi tujuh variabel
rasio, yaitu: Permodalan, Kualitas aktiva produktif, Manajemen, Efisiensi,
Likuiditas, Kemandirian dan pertumbuhan, dan Jati diri koperasi. Penjelasan
rasio-rasio tersebut ialah sebagai berikut:
a. Aspek Permodalan
Arti modal lebih ditekankan kepada nilai dan daya beli, permodalan
koperasi disini ialah terdiri dari modal tetap dan modal tidak tetap.
Modal tetap terdiri dari modal yang disetorkan pada awal pendirian
sedangkan modal tidak tetap ialah modal tambah koperasi bersangkutan
dan cadangan yang disisihkan dari keuntungan koperasi. Aspek
permodalan terdapat 3 rasio perhitungan dalam persen, yaitu:
1) Rasio Modal Sendiri terhadap Total Aset
Rasio modal sendiri terhadap total aset mencerminkan komposisi
total aset yang dimiliki oleh koperasi atas modal sendiri yang
dimiliki. Rumus untuk mencari Rasio Modal Sendiri terhadap
Total Aset adalah seperti rumus dibawah ini.
25
2) Rasio Modal Sendiri terhadap pinjaman diberikan yang beresiko
Rasio Modal Sendiri terhadap pinjaman diberikan yang beresiko
menunjukkan kemampuan modal sendiri yang dimiliki oleh
koperasi dalam menjamin pinjaman yang beresiko yang dimiliki
koperasi. Rumus untuk mencari Rasio Modal Sendiri terhadap
pinjaman diberikan yang beresiko adalah:
3) Rasio Kecukupan Modal Sendiri
Rasio ini menunjukkan kemampuan modal sendiri tertimbang
dimiliki oleh Koperasi dalam menjamin ATMR. Untuk
menghitung Rasio kecukupan modal sendiri digunakan rumus
sebagai berikut.
b. Aspek Kualitas Aktiva Produktif
Aktiva Produktif sering juga disebut dengan earning asset atau
aktiva yang menghasilkan, karena penempatan dana tersebut untuk
mencapai tingkat penghasilan yang diharapkan. Aktiva produktif adalah
kekayaan koperasi yang mendatangkan penghasilan bagi koperasi Modal Sendiri
= x 100%
Pinjaman yang beresiko
Modal Sendiri Tertimbang
26
bersangkutan. Rasio pada Aspek Kualitas Aktiva Produktif ada 4
(empat) dalam bentuk persen, yaitu:
1) Rasio Volume Pinjaman pada Anggota Terhadap Volume Pinjaman
Diberikan.
Rasio Volume Pinjaman pada Anggota Terhadap Volume Pinjaman
Diberikan merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan
koperasi dalam memaksimalkan jumlah pinjaman kepada para
anggotanya. Untuk menghitung rasio ini rumus yang digunakan
adalah:
2) Rasio Resiko Pinjaman Bermasalah Terhadap Pinjaman yang
diberikan.
Rasio ini menunjukkan kemampuan koperasi dalam meminimalkan
atas pinjaman bermasalah yang dapat terjadi atas seluruh pinjaman
yang diberikan kepada anggota koperasi. Formula untuk
menghitung rasio ini ialah sebagai berikut.
27
3) Rasio Cadangan Resiko Terhadap Pinjaman Bermasalah
Rasio cadangan Resiko terhadap pinjaman bermasalah
menunjukkan kemampuan koperasi untuk memberikan jaminan atas
pinjaman beresiko yang dapat terjadi. Formula untuk menghitung
rasio ini seperti rumus dibawah ini.
4) Rasio Pinjaman yang beresiko terhadap pinjaman yang diberikan
Rasio Pinjaman yang beresiko terhadap pinjaman yang diberikan
menunjukkan kemampuan Koperasi dalam memberikan pinjaman
atas pinjaman yang diberikan. Rumus untuk menghitung rasio ini
ialah sebagai berikut.
c. Aspek Manajemen
Pengukuran aspek manajemen bertujuan untuk mengetahui
kinerja non keuangan yang di terdiri dari pelaksanaan manajemen dan
28
koperasi, profitabilitas dan likuiditas koperasi. Penilaian aspek
manajemen tersebut meliputi lima komponen yaitu manajemen umum,
kelembagaan, manajemen permodalan, manajemen aktiva, dan
manajemen likuiditas. Sementara itu, untuk perhitungan skor
manajemen didasarkan pada hasil penilaian atas pertanyaan manajemen,
dan hanya untuk hasil jawaban “ya” saja yang diberi skor penilaian
(Terdapat 38 Pertanyaan yang sudah ditetapkan dalam keputusan
menteri no.14 tahun 2009).
d. Aspek Efisiensi
Efisiensi koperasi adalah seberapa besar kemampuan koperasi
melayani anggotanya dengan penggunaan aset dan biaya seefisien
mungkin. Terdapat 3 rasio pada Aspek Efisiensi dalam persen, yaitu:
1) Rasio Beban Operasi
Rasio beban Operasi ini menunjukkan kemampuan koperasi dalam
memberikan dan memaksimalkan atas penggunaan biaya dalam
meningkatkan pinjaman kepada para anggota. Formula untuk
mencari Rasio Beban Operasi adalah sebagai berikut.
Beban operasi anggota
= x100%
Partisipasi bruto Rasio
29
2) Rasio Beban Usaha Terhadap SHU Kotor
Rasio Beban Usaha Terhadap SHU kotor ini menunjukkan
kemampuan koperasi untuk melakukan pengendalian beban usaha
dengan harapan dapat memaksimalkan SHU kotor yang diperoleh.
3) Rasio Efisiensi Pelayanan
Rasio Efisiensi Pelayanan adalah menunjukkan kemampuan
koperasi untuk melakukan pengendalian biaya karyawan dengan
harapan atas volume pinjaman anggota dihasilkan. Rumus dari
Rasio Efisiensi Pelayanan adalah sebagai berikut.
e. Aspek Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan Koperasi untuk memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. Teradapat 2 (dua) rasio pada Aspek
Likuiditas dalam bentuk persen, yaitu:
30
Rasio kas ini menunjukkan kemampuan kas yang dimiliki koperasi
dalam memberikan jaminan atas kewajiban yang lancar yang harus
dipenuhi oleh koperasi.
2) Rasio Pinjaman yang diberikan terhadap dana yang diterima
Rasio pinjaman yang diberikan terhadap dana yang diterima
menunjukkan kemampuan koperasi dalam meningkatkan dana yang
diterima oleh koperasi. Formula untuk menghitung rasio pinjaman
ini ialah sebagai berikut.
f. Aspek Kemandirian dan Pertumbuhan
Kemandirian dan pertumbuhan koperasi merujuk pada
sebagaimana kemampuan koperasi melayani masyarakat secara mandiri
dan seberapa besar pertumbuhan koperasi pada tahun yang bersangkutan
jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Terdapat 3 rasio
perhitungan pada aspek Kemandirian dan pertumbuhan dalam bentuk
31
Rentabilitas aset ini mencerminkan kemampuan koperasi untuk
memaksimalkan potensi total aset yang dimiliki dalam rangka untuk
menghasilkan SHU sebelum pajak. Untuk formula untuk
menghitung rentabilitas aset sebagai berikut.
2) Rasio Rentabilitas Modal Sendiri
Rasio Rentabilitas Modal Sendiri menunjukkan kemampuan
koperasi dalam menggunakan total modal sendiri dalam
menghasilkan SHU bagian anggota. Formula untuk menghitung
Rentabilitas Modal sendiri adalah seperti formula dibawah ini.
3) Kemandirian Operasional Pelayanan
Rasio kemandirian operasional pelayanan menunjukkan
kemampuan koperasi dalam memaksimalkan SHU kotor dengan
perbandingan atas beban usaha dan beban koperasi yang harus
dipenuhi oleh koperasi. Untuk menghitung Rasio Kemandirian
32
g. Aspek Jati diri koperasi
Jati diri koperasi adalah tujuan dari sebuah koperasi dalam
mempromosikan ekonomi anggotanya. Pada aspek jati diri koperasi
terdapat 2 rasio perhitungan pada Aspek jati diri koperasi dalam persen,
yaiu:
1) Rasio Partisipasi Bruto
Rasio Partisipasi Bruto ini menunjukkan kemampuan operasi dalam
rangka untuk meningkatkan partisipasi bruto koperasi. Untuk
menghitung Rasio partisipasi bruto ini menggunakan rumus sebagai
berikut.
2) Rasio Promosi Ekonomi anggota (PEA)
Rasio Promosi Ekonomi Anggota (PEA) menunjukkan kemampuan
Koperasi untuk memberikan SHU kepada anggota atas dasar
33
Berdasarkan Keputusan Menteri koperasi No.14 tahun 2009, setelah
menghitung rasio-rasio diatas, lalu dibandingkan dengan bobot skor yang
telah diatur pada Keputusan Menteri Koperasi No.14 tahun 2009, setelah itu
semua skor masing-masing rasio dijumlahkan dan disimpulkan apakah sehat
atau tidak. Standar penetapan predikat tingkat kesehatan koperasi terdapat
pada tabel 2.1.
Tabel 2.1.: Penetapan Predikat Tingkat Kesehatan Kinerja Koperasi
SKOR PREDIKAT
80 ≤ X < 100 SEHAT
60 ≤ X < 80 CUKUP SEHAT 40 ≤ X < 60 KURANG SEHAT 20 ≤ X < 40 TIDAK SEHAT
<20 SANGAT TIDAK SEHAT
Sumber: www.depkop.go.id Kepmen No.14/Per/M.UKM/XII/2009
C. Kerangka Pikir
Berdasarkan gambar 2.1. dapat dijelaskan bahwa dalam mengukur kinerja
koperasi khususnya unit simpan pinjam berpedoman pada surat keputusan
menteri koperasi dan UKM No.14/Per/M.KUKM/XII/2009 yang didalamnya
terdapat variabel alat ukur kesehatan atau kinerja koperasi yaitu: Permodalan,
Kualitas aktiva produktif, Manajemen, Efisiensi, Likuiditas, Kemandirian
Operasional Pelayanan, Jati diri koperasi. Berdasarkan alat ukur tersebut maka
akan didapatkan hasil penilitian dari kinerja koperasi. Setelah hasil penelitian
34
koperasi Al-Aziziyah masuk dalam kategori sehat, cukup sehat, kurang sehat,
tidak sehat dan sangat tidak sehat.
Gambar 2.1. Kerangka pikir pengukuran kinerja koperasi
Koperasi Pondok Pesantren Al-aziziyah Nusa Tengaara Barat
Kinerja
1) Aspek Permodalan
2) Aspek Kualitas Aktiva Produktif
3) Aspek Manajemen
4) Aspek Efisiensi 5) Aspek Likuiditas
6) Aspek Kemandirian dan Pertumbuhan
7) Aspek Jati Diri Koperasi
Sehat Cukup
Sehat
Kurang sehat
Tidak Sehat