THE INFLUENCE OF BUSINESS VOLUME, LOAN CAPITAL AND OWN CAPITAL ON ADDED VALUE OF COOPERATIVES IN ALL OF CITIES WEST NUSA
TENGGARA PERIOD 2009-2014
Disusun Oleh :
BAIQ INTAN PUJIANA
20120430050
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
i
THE INFLUENCE OF BUSINESS VOLUME, LOAN CAPITAL AND OWN CAPITAL ON ADDED VALUE OF COOPERATIVES IN ALL OF CITIES WEST NUSA
TENGGARA PERIOD 2009-2014
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh :
BAIQ INTAN PUJIANA 20120430050
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
v
Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberikan doa, dukungan, kasih sayang
dan perhatiannya serta yang tak pernah lelah untuk selalu memberikan yang
terbaik.
Saudara-saudaraku tercinta yang selalu mendukung serta mengasihi tanpa
pamrih (Kak Emon, Kak Ondox, Kak Yen, Kak Budi, Kak Aces).
Teman-teman yang sudah baik hati memberikan dukungan dan semangat
dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Kepada Nurhikmah Amalia, Reni Apriani, M. Khoirurozikin, Bhetari
Febianda, Fredy Susanto dan Fenny. Dengan Bantuan dan semangat mereka
skripsi ini menjadi lebih mudah dalam penyelesaiannya.
Lingkungan kos dan juga para penghuninya yang sudah memberikan rasa
nyaman dan damai.
Kepada Almamaterku terhebat, terunik dan pemberi banyak tantangan serta
ix
HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
INTISARI ... vi
A. LATAR BELAKANG MASALAH ... 1
B. BATASAN MASALAH ... 5
2. Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi ... 15
a. Pengertian Sisa Hasil Usaha ... 15
b. Perhitungan Sisa Hasil Usaha ... 17
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi SHU Koperasi ... 21
d. Modal Koperasi ... 22
3. Volume Usaha ... 23
4. Modal Pinjaman ... 25
a. Pengertian Modal Pinjaman Koperasi ... 25
b. Sumber Modal Pinjaman Koperasi ... 26
5. Modal Sendiri ... 27
a. Pengertian Modal Sendiri Koperasi ... 27
x
c. Pengaruh Modal Sendiri Terhadap SHU ... 32
B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 33
C. Kerangka Berfikir ... 35
D. Hipotesis ... 36
BAB III METODE PENELITIAN ... 37
A. Populasi dan Sampel ... 37
B. Jenis dan Sumber Data ... 38
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 38
1. Variabel Penelitian ... 38
2. Definisi Operasional Variabel ... 39
D. Metode Pengumpulan Data ... 40
E. Model Analisis Data ... 40
1. Model Analisis Ekonometrika ... 40
2. Teknik Penafsiran Model ... 44
a. Uji Chow ... 47
b. Uji Hausman ... 48
c. Uji F (Uji Wald) ... 48
d. Uji Asumsi Klasik ... 49
e. Uji Statistik Analisis Regresi ... 54
BAB IV GAMBARAN UMUM ... 57
A. Gambaran Umum Provinsi NTB ... 57
1. Geografis ... 57
2. Wilayah Administrasi Pemerintahan ... 58
3. Perekonomian ... 59
B. Gambaran Variabel Penelitian ... 60
1. Keadaan dan Perbandingan Volume Usaha Pada Koperasi Kabupaten/Kota NTB ... 60
2. Keadaan dan Perbandingan Modal Pinjaman Pada Koperasi Kabupaten/Kota NTB ... 62
3. Keadaan dan Perbandingan Modal Sendiri Pada Koperasi Kabupaten/Kota NTB ... 64
4. Keadaan dan Perbandingan SHU Pada Koperasi Kabupaten/Kota NTB ... 66
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 69
A. Hasil Penelitian ... 69
1. Uji Heterokedastisitas ... 69
2. Uji Multikolinearitas ... 70
B. Pemilihan Model Analisis ... 70
1. Uji Chow ... 70
2. Uji Hausman ... 71
C. Analisis Model Terbaik ... 72
xi
vii
milestone and also locomotives or driving various resources they have an area that can foster and promote the economy in areas including West Nusa Tenggara. Good cooperative is cooperative with the performance of sound. This study aims to determine the effects of business volume, capital loans and own capital to added value of cooperatives (SHU) in the province of West Nusa Tenggara during 2009-2014. The analytical tool used in this research is data panel. The analysis showed that the volume of business has positive and significant impact on added value of cooperative, loan capital and own capital also has positif impact and significant on added value of cooperatives.
vi
perorangan. Koperasi menjdi tonggaka ekonomi dan juga lokomotif atau penggerak berbagai smeuber daya yang dimiliki suatu daerah yang dapat menumbuhkan dan memajukan perekonomian di daerah-daerah termasuk di wilayah Nusa Tenggara Barat. Koperasi yang baik adalah koperasi dengan keragaan yang sehat. Penelitian ini sendiri bertujuan untuk mengetahui pengaruh Volume Usaha, Modal Pinjaman dan Modal Sendiri Terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi di Provinsi Nusa Tenggara Barat Periode 2009-2104. Alat analisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah panel. Hasil analisis menunjukkan bahwa Volume Usaha berpengaruh positif dan Signifikan terhadap Sisa Hasil Usaha Koperasi, Modal Pinjaman dan Modal Sendiri secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap Sisa Hasil Usaha Koperasi.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional Indonesia,
koperasi menjadi salah satu tulang punggung dan wadah perekonomian bagi
rakyat. Asas kekeluargaan yang dimiliki koperasi sangat relevan bagi kekuatan
perekonomian. Koperasi merupakan badan hukum sekaligus badan usaha yang
memiliki perbedaan sudut pandang, tujuan dan prinsip usaha dengan bentuk
badan usaha lainnya.
Di dalam menjalankan usahanya, koperasi bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan bersama para anggotanya, dengan berpegang
teguh pada prinsip koperasi yaitu siapa saja bisa menjadi anggota, satu anggota
satu suara, pembagian SHU berdasarkan partisipasi anggota, dan balas jasa
terhadap modal bersifat terbatas.
Koperasi telah banyak menyumbang sepertiga pasar kredit mikro di
Indonesia yang sangat dibutuhkan masyarakat luas dalam meningkatkan
produktivitas dan daya saing. Dengan memperhatikan kedudukan koperasi
maka peranan koperasi sangatlah penting dalam menumbuhkan dan
mengembangkan potensi ekonomi rakyat serta dalam mewujudkan demokrasi
ekonomi yang mempunyai ciri-ciri demokratis, kebersamaan, kekeluargaan
Keberadaan dan pembangunan koperasi perlu diarahkan sehingga
dapat semakin berperan dalam perekonomian nasional. Pengarahan koperasi
harus benar-benar menerapkan prinsip koperasi dan kaidah ekonomi dalam
pengelolannya, sehingga mendorong kegiatan usaha dan berperan utama dalam
kehidupan ekonomi rakyat.
Di Indonesia koperasi tumbuh dari tahun ke tahun. Perkembangan ini
terjadi pada aspek finansial koperasi seperti volume usaha, modal luar, modal
sendiri dan SHU. Setiap koperasi berusaha untuk selalu tumbuh dan
berkembang. Sebagai organisasi usaha, maka dalam menjalankan aktivitas
usahanya koperasi harus memperoleh keuntungan atau sisa lebih pendapatan
setelah dikurangi dengan semua biaya usaha yang dikeluarkan oleh koperasi
dalam satu periode akuntansi. Sisa lebih ini dalam koperasi dikenal sebagai
Sisa Hasil Usaha (SHU).
Keuntungan atau laba yang diperoleh sebenarnya bukanlah
merupakan tujuan utama dari koperasi, akan tetapi laba yang diperoleh
ditujukan untuk kelangsungan dan keberhasilan serta kemajuan koperasi itu
sendiri di masa yang akan datang. Di dalam koperasi pada hakekatnya tidak
dikenal istilah “keuntungan”, dikarenakan kegiatan usaha koperasi memiliki
tujuan utama bukan untuk berorientasi mencari keuntungan (non profit
oriented) melainkan berorientasi pada manfaat (benefit oriented). Dan pada
dasarnya koperasi dikelola dengan tujuan menyejahterakan anggotanya dan
Perkembangan koperasi dapat dilihat atau ditentukan dari besar
kecilnya dana atau modal yang digunakan. Semakin berkembangnya kegiatan
usaha koperasi, maka semakin besar pula dana yang digunakan untuk
membiayai kegiatan usaha koperasi. Hal ini berarti semakin besar pula
tanggung jawab manajemen (Partomo, 2002). Peranan modal didalam
operasional koperasi mempunyai kontribusi yang sangat penting karena tanpa
modal yang cukup koperasi tidak akan berjalan dengan lancar.
Faktor modal dalam usaha koperasi merupakan salah satu alat yang
ikut menentukan maju atau mundurnya koperasi. Tanpa adanya modal, suatu
usaha yang bersifat ekonomis tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Menurut Andjar, dkk (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi SHU terdiri
dari dua faktor yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam terdiri dari
partisipasi anggota, jumlah modal sendiri, kinerja pengurus, jumlah unit usaha
yang dimiliki, kinerja manajer serta kinerja karyawan. Faktor luarnya terdiri
dari modal pinjaman dari luar, perilaku konsumen luar selain anggota dan
pemerintah.
Menurut Sitio (2002:142), selain faktor modal aktivitas ekonomi
koperasi usaha atau kegiatan yag dilakukan koperasi pada dasarnya juga dapat
dilihat dari besarya volume usaha koperasi itu sendiri. Volume usaha ini yang
kemudian nantinya akan berpengaruh terhadap perolehan Sisa Hasil Usaha
(SHU) suatu koperasi.
Apabila koperasi dapat meningkatkan perolehan SHU dalam setiap
besar SHU yang diperoleh koperasi akan meningkatkan kesejahteraan para
anggotanya dan masyarakat pada umumnya.
Terlepas dari uraian diatas, NTB, merupakan salah satu provinsi yang
pertumbuhann ekonomi daerah dan rakyatnya didukung oleh koperasi. Pada
tahun 2011 NTB mendapatkan penghargaan dari pemerintah pusat sebagai
salah satu provinsi terbaik pendukung pengembangan koperasi di tanah air.
Koperasi bagi daerah Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah
satu andalan dalam menggerakkan roda perekonomian masayrakat. Sekitar 99
persen pelaku perekonomian di provinsi NTB merupakan badan usaha
koperasi, usaha mikro kecil dan menengah, sehingga pengembangan koperasi
berkualitas dijadikan sebagai program strategis pemerintah. Pembangunan
koperasi sebagai lokomotif atau penggerak sektor rill dan berbagai potensi
sumber daya lain yang dimiliki NTB.
Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dinas Koperasi dan
UMKM Provinsi NTB menyebutkan bahwa pertumbuhan koperasi di NTB
cukup signifikan, pada tahun 2012 NTB memiliki sebanyak 3.728 koperasi
dengan jumlah anggota sebanyak 658795 orang. Jumlah ini naik sebesar 4,87
persen dibandingkan tahun sebelumnya pada tahun 2011 dimana jumlah
koperasi sebanyak 3512 unit.
Hingga tahun 2013, perkembangan koperasi di NTB sangatlah pesat
dan juga bisa dikatakan sangat baik. Menurut laporan Asiten Administrasi
Perekonomian dan Pembangunan Setda NTB, diketahui hasil yang diperoleh
dengan jumlah anggota 660.766 orang, dan total omzet lebih dari Rp1,9 trliun,
dengan siasa hasil usaha yang mencapai besaran Rp540,7 miliar dan
melibatkan 31765 orang tenaga kerja. Dan data laopran Badan Pusat Statistik
(BPS) NTB 2014, menyebutkan bahwa keanggotaan koperasi sudah mencapai
626.117 orang dengan jumlah unit sebanyak 3.966 koperasi yang tersebar luas
di seluruh kabupaten/ kota NTB.
Dengan perkembangan data tersebut dapat dketahui bahwasanya
koperasi menjadi penopang utama perekonmian masyarakat di NTB.
Berlandaskan uraian teori diatas, maka penulis melakukan penelitian mengenai
“Pengaruh Volume Usaha, Modal Pinjaman dan Modal Sendiri Terhadap
Sisa Hasil Usaha Koperasi di Seluruh Kabupaten/Kota Provinsi NTB Periode 2009-2014”.
B. Batasan Masalah
Dari identifikasi masalah yang telah dipaparkan diatas, maka
diperoleh gambaran dimensi permasalahan yang cukup luas. Namun menyadari
adanya keterbatasan waktu dan kemampuan, maka penulis memandang perlu
memberi batasan masalah agar penelitian lebih fokus dan tidak melebar.
Adapun masalah yang dibatasi oleh penulis adalah pengaruh Volume Usaha,
Modal Pinjaman dan Modal Sendiri pada Sisa Hasil Usaha Koperasi di seluruh
C. Rumusan Masalah
Agar permasalahan yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan
penulisan skripsi mencapai tujan yang diinginkan maka perlu disusun rumusan
masalah yang didasarkan pada latar belakang masalah. Rumusan masalah
tersebut antara lain:
1. Apakah Volume Usaha berpengaruh pada Sisa Hasil usaha Koperasi di
Provinsi NTB?
2. Apakah Modal Pinjaman berpengaruh pada Sisa Hasil Usaha Koperasi di
Provinsi NTB?
3. Apakah Modal Sendiri berpengaruh pada Sisa Hasil Usaha Koperasi di
Provinsi NTB?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari peneliti yang ingin dicapai dalam penelitian ini dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh volume usaha koperasi pada Sisa Hasil Usaha
(SHU) koperasi di Provinsi NTB.
2. Mengetahui pengaruh modal pinjaman pada Sisa Hasil Usaha (SHU)
koperasi di Provinsi NTB.
3. Mengetahui pengaruh modal sendiri pada Sisa Hasil Usaha (SHU)
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi
semua pihak sebagai berikut:
1. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk
selajutnya melakukan penelitian yang lebih banyak lagi tentang apa saja
yang mempengaruhi sisa hasil usaha suatu koperasi tidak hanya di NTB
melainkan daerah lainnya.
2. Sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi pemerintah ataupun
institusi yang terkait, khusunya Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi
NTB.
3. Sebagai bahan masukan maupun referensi bagi kalangan akademisi dan
peneliti yang sedang mempelajari dan meneliti tentang pengaruh volume
usaha, modal pinjaman dan modal sendiri pada sisa hasil usaha koperasi.
4. Sebagai tambahan referensi maupun bahan masukan bagi mahasiswa
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
terutama mahasiswa Ilmu Ekonomi yang ingin melakukan penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Koperasi
a. Pengertian Koperasi
Koperasi berasal dari kata co dan operation dalam bahasa inggris,
yang mengandung arti kerjasama untuk mencapai tujuan. Koperasi juga
diartikan sebagai suatu perkumpulan yang beranggotakan orang atau badan
yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota dengan
bekerjasama secara kekeluargaan dalam menjalankan usaha untuk
mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya (Chaniago,1984).
Koperasi merupakan suatu badan usaha yang berbadan hukum dan
berlandaskan azas kekeluargaan dan juga azas demokrasi ekonomi serta terdiri
dari beberapa anggota di dalamnya. Koperasi juga merupakan salah satu
kegiatan organisasi ekonomi yang bekerja dalam bidang gerakan potensi
sumber daya yang memiliki tujuan untuk mensejahterakan anggotanya.
Sumber daya ekonomi yang ada dalam koperasi terbatas sehingga lebih
mengutamakan kesejahteraan dan kemajuan anggotanya terlebih dahulu. Agar
suatu koperasi berjalan lancar, koperasi harus bisa bekerja secara efisien dan
Dalam Undang-undang perkoperasian nomor 17 tahun 2012 koperasi
berarti badan hukum yang didirikan orang perseorangan atau badan hukum
koperasi dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk
menjalankan usaha yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama dibidang
ekonomi, sosial dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi.
Menurut Hadhikusuma (2000:1) koperasi merupakan suatu
perkumpulan orang-orang yang bekerja sama dengan bertujuan
mensejahterakan anggota koperasi tersebut. Selain itu, koperasi juga
memberikan kebebasan masuk atau keluar sebagai anggota sesuai dengan
peraturan yang ada.
Definisi koperasi menurut Hatta (dalam Sitio dan Tamba 2001:17)
menyatakan bahwa koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib
penghidupan ekonomi berdasrakan tolong menolong. Semangat tolong
menolong tersebut didorong oleh keinginan memberi jasa kepada kawan,
berdasarkan seorang buat semua dan semua buat seorang.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967, koperasi
Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial dan
beranggotakan orang-orang, badan-badan hukum koperasi yang merupakan
tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasar atas asa kekeluargaan
(Kartasapoetra dkk, 2001:3).
Landasan koperasi Indonesia merupakan pedoman dalam menetukan
di dalam sistem perekonomian Indonesia. Sebagaimana dinyatakan dalam
Undang-Undang Nomor 25/1992 tentang pokok-pokok perkoperasian di
Indonesia mempunyai landasan sebagai berikut: Landasan Idil: (Pancasila).
Landasan Struktural (Undang-undang Dasar 1945), dan Landasan Mental
(Baswir, 1997).
b. Tujuan Koperasi
Koperasi memiliki tujuan yang utama yaitu untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi para anggotanya dan juga dimaksudkan untuk
pembangunan suatu tatanan perekonomian tertentu. Menurut Baswir (2000:41)
dalam konteks Indonesia, pernyataan mengenai tujuan koperasi dapat
ditemukan dalam pasa 3 UU No.25/1992. Dalam pasal itu tujuan koperasi
Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan para anggota pada
khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya serta ikut membangun
suatu tatanan perekonomian nasional dalam rangka usaha untuk mewujudkan
masyarakat adil dan makmur lahiriah dan batiniah berdasarkan pancasila dan
Undang - Undang Dasar 1945. Tujuan koperasi Indonesia dalam garis besarnya
meliputi tiga hal sebagai berikut:
a) Untuk memajukan kesejahteraan anggotanya
b) Untuk memajukan kesejahteraan masyarakat
c. Prinsip Koperasi
Sejarah dan perkembangan prinsip koperasi secara Internasional juga
mempengaruhi penyusunan prinsip-prinsip koperasi di Indonesia. Sebagaiman
dinyatakan dalam pasal 5 ayat 1 Undang-Undang No. 25 Tahun 1992, koperasi
Indonesia melaksanakan prinsip-prinsip koperasi sebagai berikut:
a) Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka
b) Pengelolaan dilakukan secara demokratis
c) Pembagian sisa hasil usaha dilakuka adil dan sebanding dengan besarnya
jasa usaha masing-masing anggota
d) Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal
e) Kemandirian
d. Fungsi Koperasi
Menurut Baswir (dalam Atmaji, 2007) koperasi memiiki dua fungsi
antara lain sebagai berikut:
a) Fungsi Koperasi dalam Bidang Ekonomi
Dalam berusaha koerasi lebih berkprimanusiaan artinya tidak semata-mata
mencari keuntungan, pembagian SHU lebih adil sesuai dengan jasa
anggota terhadap koperasi. Koperasi bukan perkumpulan modal, jadi
koperasi harus menghindari praktek monopoli. Dengan motif pelayanan
pada anggota maka koperasi menawarkan barang dan jasa dengan harga
Koperasi berfungsi meningkatkan penghasilan para anggotanya dengan
membagikan keuntungan koperasi kepada para anggotanya sesuai
kontribusi yang diberikan anggota kepada koperasi, menyederhanakan
sistem tataniaga dengan mengurangi mata rantai perdagangan yang tidak
perlu, menumbuhkan sikap jujur dan terbuka dalam pengelolaan
perusahaan, menjaga terciptanya keseimbangan antara penawaran dan
permintaan dan mendidik masyarakat untuk mengalokasikan pendapatan
secara efektif dan efisien.
b) Fungsi Koperasi dalam Bidang Sosial
Dalam bidang sosial koperasi melatih dan mendidik anggotanya untuk
mebiasakan diri hidup bekerjasama, memiliki semangat berkorban,
membangun tatanan sosial yang berdasarkan rasa persaudaraan,
kekeluargaan dan demokratis yang akhirnya dalam masyarakat akan
tercipta kehidupan tentram.
Menurut Undang-Undang No.12 tahun 1967 bagian 2 pasal 4, fungsi
koperasi Indonesia (dalam Kartasapoetra dkk, 1991:8) adalah:
(a) Alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi kesejahteraan rakyat
(b) Alat pendemokrasian ekonomi nasional
(c) Sebagai salah satu urat nadi perekonomian bangsa Indonesia
(d) Alat pembina insan masyarakat untuk memperkokoh kedudukan ekonomi
bangsa Indonesia serta bersatu dalam mengatur tata laksana perekonomian
e. Peranan Koperasi
Koperasi memiliki peranan sebagai berikut:
a) Meningkatkan taraf hidup sederhana masyarakat Indonesia
b) Mengembangkan demokrasi ekonomi Indonesia
c) Mewujudkan pendapatan masyarakat yang adil dan merata
dengan cara menyatukan, mebina, dan mengembangkan setiap
potensi yang ada.
Undang-Undang No.25 Tahun 1992 Pasal 4, menyatakan bahwa
koperasi memiliki fungsi dan peran yaitu:
a. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi para
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya dalam rangka
untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
b. Berperan secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan
manusia dan masyarakat.
c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan
ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya.
d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian
nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan
dan demokrasi ekonomi.
Jika ditinjau lebih dalam ada beberapa perbedaan antara koperasi
dengan badan usaha yang lainnya. Dilihat dari segi pengertian koperasi dengan
beberapa hal yang dapat membedakan antara koperasi dengan badan usaha
yang lainnya. Perbedaan itu adalah :
a) Dari segi organisasi, koperasi memiliki perbedaan dengan badan usaha
lain. Kekuatan paling tinggi didalam koperasi ada di tangan anggotanya,
koperasi juga tidak membeda-bedakan kepentingan anggotanya,
sedangkan pada badan usaha lain, anggotanya dibatasi pada orang-orang
yang mempunyai modal saja, didalam pelaksanaan kegiatan kekuasaan
paling tinggi ada ditangan pemilik modal paling besar.
b) Dari segi tujuan usaha koperasi juga berbeda dengan badan usaha lain.
Koperasi bertujuan untuk mensejahterakan semua anggotanya dan
melayani anggota secara adil, tidak membeda-bedakan antara anggota
yang satu dengan anggota lainnya. Jika pada badan usaha yang lain
tujuannya adalah untuk memperoleh suatu keuntungan.
c) Dilihat dari segi sikap hubungan usaha koperasi juga berbeda dengan
badan lainnya. Koperasi senantiasa melakukan kerjasama dengan koperasi
lainnya, jika badan usaha lain tdak bekerjasama melainkan melakukannya
adanya persaingan.
d) Dari segi pengolahan usahapun koperasi berbeda dengan badan usaha lain,
jika pada koperasi pengolahan usahanya dilakukan secara terbuka pada
semua anggotanya, jika pada badan usaha pengolahan usahanya cenderung
2. Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi a. Pengertian Sisa Hasil Usaha
Sisa Hasil Usaha koperasi dalam bahasa Inggris digunakan istilah
(Surplus) merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh di dalam satu tahun
buku setelah dikurangi dengan penyusutan-penyusutan dan biaya-biaya dari
tahun buku yang bersangkutan (pasal 31 UU No. 12 Tahun 1967).
Sisa hasil usaha ini adalah sebagai berikut (Kartasapoetra dkk,
2001:171) antara lain:
a) Surplus yang diperoleh dari usaha yang diselenggrakan untuk anggota.
b) Surplus yang diperoleh dari usaha yang diselenggrakan untuk pihak ketiga.
Menurut Sitio dan dan Tamba (2001: 87) ditinjau dari aspek
ekonomi manajerial, sisa hasil usaha (SHU) koperasi adalah selisih dari seluruh
pemasukan atau penerimaan total (Total Revenue) dengan biaya-biaya atau
biaya total (Total Cost) dalam satu tahun buku setelah dikurangi dengan
penyusutan-penyusutan dan biaya-biaya dari tahun buku yang bersangkutan.
Pasal 45 UU No.25 Tahun 1992 (dalam Hadhikusuma 2000:105)
menjelaskan tentang penegrtian sisa hasil usaha koperasi yaitu pendapatan
koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya-biaya,
penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang
Pengertian sisa hasil usaha (SHU) dalam UU No. 25 / 1992 , Bab IX
Pasal 45 menyatakan bahwa besarnya sisa hasil usaha (SHU) yang diterima
oleh setiap anggota akan berbeda, tergantung besarnya partisipasi modal dan
transaksi anggota terhadap pembentukan pendapatan koperasi. Dengan
pengertian ini, juga dijelaskan bahwa adanya hubungan linear antara transaksi
usaha anggota dan koperasinya dalam perolehan SHU. Artinya, semakin besar
transaksi (usaha dan modal) anggota dan koperasinya, maka semakin besar
pula sisa hasil usaha (SHU) yang akan diterima (Sitio dan Tamba, 2001:87).
Lebih lanjut Sitio dan Tamba menjelaskan bahwa SHU koperasi yang
diterima oleh anggota bersumber dari dua kegiatan ekonomi yang dilakukan
oleh anggota sendiri yaitu:
a. SHU atas Jasa Modal
Pembagian ini juga sekaligus mencerminkan anggota sebagai pemilik
ataupun investor, karena jasa atas modalnya (simpanan) tetap diterima dari
anggota koperasinya sepanjang koperasi tersebut menghasilkan SHU pada
tahun buku yang bersangkutan.
b. SHU atas Jasa Usaha
Jasa ini menjelaskan bahwa anggota koperasi selain pemilik juga sebagai
pemakai atau pelanggan.
Sisa hasil usaha bersumber dari kegiatan ekonomi yang dilakukan
oleh anggota sendiri yaitu sisa hasil usaha atas jasa modal dan sisa hasil usaha
pemilik atau investor dari koperasi karena anggota adanya jasa anggota atas
jasa modal yang berupa simpanan, jadi sepanjang koperasi tersebut
menghasilkan sisa hasil usaha, maka anggota dari koperasi itu akan
menerimanya. Sedangkan sisa hasil usaha atas jasa usaha adalah anggota selain
menjadi pemilik juga merupakan sebagai pelanggan dan pemakai. Jadi dari jasa
yang dilakukan oleh anggota terhadap usaha yang ada pada koperasi tersebut
juga akan memperoleh sisa hasil usaha.
Perolehan sisa hasil usaha oleh masing-masing anggota tergantung
besar kecilnya partisipasi modal dan tranksaksi ysng dilakukan oleh anggota
tersebut terhadap usaha-usaha yang ada pada koperasi. Dengan artian semakin
besar partisipasi modal dan transaksi yang dilakukan oleh anggota terhadap
koperasi, maka semakin besar pula sisa hasil usaha yang akan diterima oleh
anggota tersebut dan juga sebaliknya.
b. Perhitungan Sisa Hasil Usaha
Sisa hasil usaha merupakan pendapatan yang diperoleh koperasi
dikurangi dengan biaya-biaya serta kewajiban finansial lainnya. Setelah sisa
hasil usaha dikurangi dengan cadangan dahulu, dan selanjutnya dibagikan
kepada anggota sesuai dengan jasa yang dilakukan oleh masing-masing
anggota koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian
dan keperluan koperasi, sesuai dengan keputusan Rapat Anggota (Sitio dan
Sesuai dengan salah satu sendi-sendi dasar koperasi, yang mengatakan
pembagian sisa hasil usaha diatur menurut jasa masing-masing anggota, maka
pembagian SHU dibedakan antara yang berasal dari usaha yang
diselenggarakan untuk anggota dan yang berasal dari usaha yang
diselenggarakan untuk bukan anggota ( Widiyanti dan Sunindhia, 1992:157),
yaitu:
a) SHU yang berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota dibagi
untuk:
(a) Cadangan Koperasi.
(b) Anggota sebanding dengan jasa yang diberikannya.
(c) Dana Pengurus.
(d) Dana Pegawai/karyawan.
(e) Dana Pendidikan Koperasi.
(f) Dana Sosial.
(g) Dana Pembangunan Daerah Kerja.
b) SHU yang berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk bukan anggota
dibagi untuk:
(a) Cadangan Koperasi.
(b) Dana Pengurus.
(c) Dana Pegawai/karyawan
(d) Dana Pendidikan.
(e) Dana Sosial.
Berdasarkan pasal 45 ayat 1 UU No. 25 Tahun 1992 (dalam Partomo
dkk, 2002:83), perhitungan akhir tahun yang menggambarkan penerimaan
pendapatan koperasi dan alokasi penggunaanya untuk biaya-biaya koperasi
dapat dirumuskan sebagai berikut:
SHU = Pendapatan – (Biaya + Penyusutan + Kewajiban Lain + Pajak)
Rumus diatas dapat disederhanakan menjadi:
SHU = TR – TC
Sisa hasil usaha merupakan pendapatan total koperasi dari seluruh
usaha yang diperoleh dengan biaya-biaya operasional yang dikeluarkan dalam
satu tahun yang sama. Dengan demikian sisa hasil usaha tergantung pada dua
hal, yaitu volume usaha yang dicapai dan biaya-biaya operasional yang
dikeluarkan.
Dari persamaan (SHU = TR – TC) tersebut, maka akan ada tiga
kemungkinan yang terjadi, yaitu:
a) Jumlah pendapatan koperasi lebih besar dari jumlah biaya-biaya koperasi
sehingga terdapat selisih yang disebut SHU positif, yang berarti kontribusi
anggota pada pendapatan koperasi melebihi kebutuhan akan biaya riil
koperasi. Kelebihan tersebut dikembalikan oleh koperasi kepada para
b) Jumlah pendapatan anggota koperasi lebih kecil daripada jumlah
biaya-biaya koperasi sehingga terdapat selisih yang disebut SHU negativ atau
SHU minus, yang berarti kontribusi anggota koperasi terhadap
pengeluaran untuk biaya koperasi lebih kecil dari pendapatan koperasi.
Kekurangan kontribusi anggota tersebut ditutup dengan dana cadangan.
Dana cadangan diperoleh dari penyisihan SHU yang digunakan untuk
memupuk modal sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi bila
diperlukan.
c) Jumlah pendapatan koperasi sama dengan jumlah biaya-biaya koperasi
sehingga terjadi SHU nihil atau berimbang, yang berarti dimana
pengeluaran biaya dan pendapatan koperasi seimbang. Dalam hal ini
koperasi harus memperbaiki kinerjanya agar dapat meningkatkan
pendapatannya untuk memperoleh SHU positif. Koperasi harus bekerja
dan melaksanakan kegiatannya secara efisien baik internal maupun alokasi
sumber dayanya.
Sisa hasil usaha yang selalu berkembang adalah sisa hasil usaha yang
dari tahun ke tahun terjadi peningkatan. Sisa hasil usaha pada koperasi
bersumber dari anggota dan non anggota, maka sisa hasil usaha ini juga akan
dibagikan kembali. Pembagian sisa hasil usaha untuk anggota sesuai dengan
jasa masing-masing anggota. Jadi pembagian sisa hasil usaha harus sesuai
dengan partisipasi anggota, baik itu terhadap modal, transaksi dan usaha
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi
Menurut Iramani dan E. Kristijadi (1997:75), faktor-faktor yang
mempengaruhi sisa hasil usaha (SHU) koperasi adalah jumlah anggota
koperasi, volume usaha, jumlah simpanan (modal sendiri), jumlah hutang
(modal asing).
Sedangkan Atmadji (2007:219) menjelaskan tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi dicerminkan oleh
indikator keuangan koperasi seperti, modal sendiri, modal luar, volume usaha
dan sisa hasil usaha koperasi. Disamping itu tentu saja indikator non keuangan
juga ikut mewarnai perkembangan koperasi itu sendiri seperti, jumlah anggota,
jumlah tenaga kerja yang terserap serta jumlah unit koperasi itu sendiri.
Di dalam sebuah koperasi tidak dapat dipungkiri faktor-faktor lain
disamping faktor yang memajukan atau melancarkan perekembangan koperasi
tentu ada juga faktor yang dapat menghambat perkembangan koperasi
diantaranya adalah keterbatasan modal, banyak di kalangan Pembina yang
belum mendalami hakikat koperasi, sikap yang tidak konsisten terhadap
koperasi, terbatasnya sarana pelayanan rendahnya kesadaran anggota tentang
kedudukannya sebagai pemilik dan langganan.
Dengan meningkatkan faktor-faktor yang mempengaruhi sisa hasil
usaha (SHU) dan menanggulangi adanya faktor-faktor penghambat
akan meningkat, sehingga kesejahteraan anggota koperasi pun akan meningkat.
Dengan meningkatnya sisa hasil usaha diharapkan koperasi dapat mampu
menjaga kelangsungan hidup koperasi tersebut.
Yang dimaksud sisa hasil usaha (SHU) dalam penelitian ini adalah
pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan
biaya, penyusutan dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku
yang bersangkutan.
d. Modal Koperasi
Faktor modal dalam koperasi adalah suatu hal yang digunakan untuk
kegiatan usaha koperasi yang datang dari dalam koperasi (intern) maupun dari
luar koperasi sendiri (ekstern), modal inilah yang digunakan untuk kegiatan
usaha koperasi. Jadi dapat disimpulkan tanpa adanya modal maka tidak akan
bisa suatu usaha pada koperasi dijalankan. Modal dalam koperasi dibutuhkan
bukan hanya untuk menjalankan usaha yang telah direncanakan koperasi oleh
koperasi namun juga untuk keperluan lainnya.
Modal usaha koperasi diutamakan berasal dari anggota, modal
anggota bersumber dari simpanan pokok dan simpanan wajib. Hal ini
mencerminkan bahwa koperasi sebagai badan usaha yang ingin mendorong diri
sendiri dengan kekuatan sendiri. Maka kegiatan usaha tersebut akan terus
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang menguntungkan yang pada
Perkembangan usaha koperasi sangat ditentukan oleh besar kecilnya
dana atau modal yang digunakan (Partomo dkk, 2002:76). Semakin
berkembangnya kegiatan usaha koperasi dewasa ini serta semakin besar pula
dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan usaha koperasi, baik yang
berasal dari dana intern (modal sendiri) modal ekstern (modal luar atau
pinjaman) maka semakin berarti pula tanggung jawab manajemennya.
Sitio dan Tamba (2001:52) menjelaskan, modal usaha terdiri dari
modal investasi dan modal kerja. Modal investasi adalah jumlah uang yang
ditanamkan atau digunakan untuk pengadaan secara operasional suatu
perusahaan, yang bersifat tidak mudah diuangkan (Inliquid) seperti tanah,
mesin, bangunan, peralatan kantor, dan lain-lain. Sedangkan Modal kerja
adalah sejumlah uang yang ditanamkan dalam aktiva lancar perusahaan atau
yang dipergunakan untuk membiayai operasional jangka pendek perusahaan,
seperti pengadaan bahan baku, tenaga kerja, pajak, biaya listrik, dan lain-lain.
3. Volume Usaha
Akumulasi barang dan jasa pada sebuah koperasi yang terjadi selama
satu tahun dari awal tahun buku hingga akhir tahun buku, aehingga volume
usaha transakasi koperasi dapat diketahui. Volume usaha adalah total nilai
penjualan atau penerimaan dari barang dan jasa pada suatu periode atau tahun
buku yang bersangkutan (Sitio dan Tamba, 2001:142). Denagn demikian
volume usaha koperasi merupakan akumulasi nilai penerimaan barang dan jasa
Faktor utama yang mendasari untuk mendirikan suatu perusahaan
koperasi adalah adanya kesamaan kebutuhan ekonomi baik itu
anggota-anggota koperasi secara individu ataupun rumah tangga. Oleh karena itu
koperasi melakukan kegiatan usaha koperasi yang mengutamakan pelayanan
atau pemenuhan kebutuhan ekonomi anggota. Kegiatan usaha ini tentu
diharapkan menjadi sumber keuntungan bagi perusahaan koperasi.
Aktivitas ekonomi koperasi pada hakekatnya dapat dilihat dari
besarnya volume usaha koperasi tersebut. Kegiatan atau usaha yang dilakukan
oleh koperasi bisa memberikan manfaat yang sebesar-besarnya terutama bagi
anggota koperasi dan masyarakat pada umumnya. Usaha atau kegiatan yang
dilakukan tersebut dapat dilihat dari besarnya volume usaha yang nantinya
akan berpengaruh terhadap perolehan laba atau sisa hasil usaha koperasi (Sitio
dan Tamba, 2001:142).
Faktor utama yang mendasari untuk mendirikan suatu perusahaan
koperasi adalah adanya kesamaan kebutuhan ekonomi baik itu
anggota-anggota koperasi secara individu ataupun rumah tangga. Oleh karena itu
koperasi melakukan kegiatan usaha koperasi yang mengutamakan pelayanan
atau pemenuhan kebutuhan ekonomi anggota. Kegiatan usaha ini tentu
diharapkan menjadi sumber keuntungan bagi perusahaan koperasi.
Lapangan usaha koperasi telah ditetapkan pada UU No. 25/1992,
a) Usaha koperasi adalah usaha yang berkaitan langsung dengan kepentingan
anggota untuk meningkatkan bisnis dan kesejahteraan. Pada hal ini,
konsep ideal koperasi seperti digambarkan sebelumnya masih seirama
dengan ketentuan-ketentuan dalam perundang-undangan.
b) Kelebihan kemampuan pelayanan koperasi dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat yang bukan anggota koperasi.
c) Koperasi menjalankan kegiatan usaha dan berperan utama disegala bidang
kehidupan ekonomi rakyat
4. Modal Pinjaman atau Modal Luar
a. Pengertian Modal Pinjaman Koperasi
Modal luar koperasi merupakan modal yang berasal dari luar koperasi
yang bersifat sementara. Bagi koperasi, modal luar tersebut merupakan hutang
yang pada waktunya harus dibayarkan kembali. Modal luar koperasi dapat
diperoleh dari pinjaman bank atau lembaga keuangan lainnya.
Modal luar atau modal pinjaman merupakan modal koperasi yang
diperoleh dari pinjaman-pinjaman. Modal yang terbaik tentunya dalah modal
sendiri tanpa adanya pinjaman modal dari yang lainnya. Namun karena modal
sendiri terkadang kurang mencukupi untuk pengembangan usaha yang
dilakukan koperasi, maka diperlukan bantuan dari luar sebagai pinjaman
Modal luar digunakan koperasi ntuk pengembangan kegiatan
usahanya, koperasi dapat menggunakan modal pinjaman dengan
memperhatikan kelayakan dan kelangsungan usahanya.
b. Sumber Modal Pinjaman Koperasi
Modal luar atau modal pinjaman koperasi dapat berasal dari:
a) Anggota
Pinjaman dari anggota adalah suatu pinjaman yang diperoleh dari anggota,
termasuk calon anggota yang memenhi syarat. Pinjaman yang diperoleh dari
anggota koperasi dapat disamakan dengan simpanan sukarela anggota.
Kalau dalam simpanan sukarela, maka besar kecil dari nilai yang disimpan
tergantung dari kerelaan anggota, sebaliknya dalam pinjaman, koperasi
meminjam senilai uang atau yang dapat dinilai dengan uang yang berasal
dari anggota.
b) Koperasi lain atau anggotanya
Pinjaman dari koperasi lain atau dari anggotanya didasari dengan perjanjian
kerjasama antar koperasi.
c) Bank dan lembaga keuangan lain
Pinjaman dari bank dan lembaga keuangan lainnya dilakukan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jika tidak terdapat
ketentuan khusus, koperasi sebagai debitur dari bank atau lembaga
keuangan lainnya diperlakukan sama dengan debitur lainya, baik mengenai
d) Penerbitan obligasi dan hutang lainnya
Dalam rangka mencari tambahan modal, koperasi dapat mengeluarkan
obligasi (surat pernyataan hutang) yang dapat dijual ke masyarakat. Sebagai
konsekuensinya maka koperasi diharuskan membayar bunga atau pinjaman
yang diterima (nilai dari obligasi yang dijual) secara tetap, baik besar
maupun kecil. Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya dilakukan
berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
e) Sumber lain yang sah
Sumber lain yang sah adalah pinjaman dari bukan anggota yang dilakukan
tidak melalui penawaran secara hukum (Subandi, 2010:83-84).
5. Modal Sendiri
a. Pengertian Modal Sendiri
Modal sendiri merupakan modal yang bersumber dari dalam
perusahaan itu sendiri. Modal sendiri koperasi dalam penelitian ini adalah
simpanan pokok anggota, simpanan wajib anggota, dana cadangan dan
donasi/hibah. Suatu perusahaan koperasi yang mempunyai laju pertumbuhan
harus menyediakan modal yang cukup untuk membiayai usahanya. Modal
yang produktif biasanya menggunakan penghasilan lebih untuk ditanamkan
kembali pada saham. Penghasilan setelah pajak dapat digunakan untuk
konsumsi atau ditanamkan kembali. Laba bersih yang tidak dikonsumsi akan
pertumbuhan modal sendiri akan meningkatkan konsumsi di masa yang akan
datang (Maryati, 2002:60)
Modal sendiri pada koperasi adalah modal yang berasal dari pemilik
usaha yang ditanam selama aktivitas usaha dalam jangka waktu yang tidak
ditentukan (Nurseto, 2011). Sedangkan menurut Atmadji (2007:224) modal
sendiri adalah modal yang menanggung resiko (equity) atau merupakan
kumulatif dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan dan hibah.
Menurut Riyanto (2001:240), modal sendiri pada dasarnya adalah
modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam di dalam
perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya. Oleh karena itu modal
sendiri ditinjau dari sudut likuiditas merupakan dana jangka panjang yang tidak
tertentu waktunya.
Menurut Tohar (2000:19), modal sendiri adalah modal yang berasal
dari pemilik perusahaan yang ditanam untuk jangka tertentu. Modal sendiri
selain yang berasal dari luar perusahaan dapat juga berasal dari dalam
perusahaan. Modal sendiri yang berasal dari sumber intern berupa cadangan
keuntungan yang ditahan, sedangkan modal sendiri yang berasal dari sumber
eksternal adalah modal dari pemilik perusahaan atau badan usaha tersebut.
b. Sumber Modal Sendiri Koperasi
Modal sendiri merupakan salah satu modal dalam koperasi yang
menyatakan bahwa modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal
pinjaman.
Modal sendiri tidak selalu tetap, juga terjadi perubahan baik naik
maupun turun, tergantung dari jumlah anggota yang ada. Modal sendiri pada
koperasi terdiri atas:
a) Simpanan pokok
Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang wajib dibayarkan pada saat
masuk menjadi anggota oleh setiap anggota kepada koperasi, yang besarnya
untuk masing-masing anggota adalah sama (Hadhikusuma, 2000:96).
Simpanan pokok ini tidak bisa diambil oleh anggotanya selama anggota
tersebut menjadi anggota koperasi. Mengenai jumlah simpanan pokok yang
dibayarkan oleh anggota tergantung pada anggaran dasar koperasi yang
telah ditetapkan. Simpanan pokok ini ikut menanggung resiko.
b) Simpanan wajib
Simpanan wajib adalah sejumlah simpanan tertentu yang wajib dibayar oleh
setiap anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu, yang
nilainya untuk masing-masing anggota tidak harus sama (Hadhikusuma,
2000:97). Simpanan wajib ini sama halnya dengan simpanan pokok, yaitu
tidak dapat diambil kembali oleh anggota selama yang bersangkutan masih
menjadi anggota koperasi. Namun simpanan wajib ini tidak ikut
c) Dana Cadangan
Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan sisa
hasil usaha, yang dimaksudkan untuk memupuk modal sendiri dan untuk
menutup kerugian jika diperlukan (Hadhikusuma, 2000:97).
Dana cadangan ini tidak boleh dibagikan kepada anggota koperasi,
walaupun terjadi pembubaran koperasi. Karena dana ini digunakan untuk
membayar hutang-hutang koperasi, menutup kerugian koperasi dan yang
lainnya.
d) Hibah/donasi
Hibah merupakan hadiah atau pemberian secara cuma-cuma kepada
seseorang atau organisasi. Modal donasi ini merupakan bantuan yang
diberikan tanpa ada perjanjian atau syarat apapun dan modal ini digunakan
untuk operasional koperasi yang tidak bisa dipindah tangankan.
6. Hubungan Antar Variabel
Hubungan antar variabel dalam penelitian dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Pengaruh Volume Usaha terhadap Sisa Hasil Usaha
Usaha koperasi adalah usaha-usaha yang dijalankan oleh masyarakat
dengan tujuan yang sama untuk memenuhi kebutuhannya, maka dari itu
melakukan kegiatan usaha. Persewaan dan usaha lainnya sesuai dengan
jangkauan modal dan perluasan usaha koperasi.
Setiap menjalankan unit usaha, koperasi memperoleh pendapatan
yang nantinya setelah dikurangi dengan beban-beban, penyusustan, kewajiban-
kewajiban dan pajak merupakan sisa hasil usaha. Jadi volume usaha adalah
total nilai penjualan atau pendapatan yang diperoleh koperasi selama satu tahun
buku yang bersangkutan. Semakin besar volume usaha yang diperoleh koperasi
maka akan memperbesar sisa hasil usaha. Hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Iramani (1997) dan Atmadji (2007).
Volume usaha berpengaruh signifikan terhadap perolehan sisa hasil
usaha. Semakin besar perolehan volume usaha, maka akan meningkatkan sisa
hasil usaha pada koperasi. Hal ini sesuai dengan Prinsip Keadilan yaitu jumlah
transaksi koperasi besar, maka perolehan sisa hasil usaha juga akan besar,
begitu juga sebaliknya jika jumlah transaksi kecil maka penerimaan sisa hasil
usaha juga akan kecil.
b. Pengaruh Modal Luar atau modal Pinjaman terhadap Sisa hasil Usaha
Modal luar adalah modal yang diperoleh dari bantuan atau pinjaman
dari pemerintah, koperasi lainnya, lembaga keuangan dan lain-lain.Tetapi
modal yang terbaik adalah modal sendiri tanpa adanya pinjaman modal dari
pengembangan usaha yang dilakukan koperasi, maka diperlukanlah bantuan
dari luar sebagai pinjaman modal.
Bantuan atau pinjaman yang diperoleh digunakan sebagai tambahan
modal bagi usaha koperasi. Sehingga modal luar berpengaruh signifikan
terhadap sisa hasil usaha. Karena jika modal luar diperoleh semakin besar,
maka unit usaha-usaha koperasi yang dikembangkan juga akan semakin besar.
Sehingga dapat meningkatkan sisa hasil usaha koperasi.
c. Pengaruh Modal Sendiri Terhadap Sisa Hasil Usaha
Setiap kegiatan usaha memerlukan modal sebagai penggerak
operasional. Modal tersebut merupakan pembiayaan bagi kegiatan-kegiatan
yang dijalankan oleh badan usaha termasuk koperasi untuk mendapatkan hasil
atau laba yang diinginkan. Oleh karena itu koperasi harus berusaha
meningkatkan modal usahanya. Modal usaha yang cukup akan membantu
koperasi untuk melakukan kegiatan secara efisien.
Keberhasilan koperasi dalam melaksanakan perannya sebagai badan
usaha sangat tergantung pada kemampuan koperasi menghimpun dan
menanamkan modalnya dengan cara pemupukan berbagai sumber keuntungan
dan banyaknya jumlah anggota. Modal anggota bersumber dari simpanan
pokok dan simpanan wajib. Hal ini bertujuan untuk mendidik koperasi sebagai
badan usaha yang mandiri dengan kekuatan sendiri.
Semakin besar jumlah anggota, maka semakin besar pula modal yang
ragam dan pada gilirannya akan memperbesar sisa hasil usaha. Usaha koperasi
terutama diarahkan pada bidang usaha yang berkaitan langsung dengan
kepentingan anggota, baik untuk menunjang usaha maupun kesejahteraannya.
Berarti faktor variabel modal sendiri berpengaruh secara signifikan
terhadap sisa hasil usaha. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Gitosudarmo (2002) bahwa dengan modal yang lebih dari cukup akan
mengurangi resiko dan meningkatkan keuntungan atau laba. Menurut
Kusmuriyanto (2003), partisipasi anggota dalam kontribusi modal berpengaruh
terhadap pemupukan modal sendiri sehinggan nantinya akan meningkatkan
penghasilan.
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Suatu penelitian yang dilakukan oleh Setyawan (2011) menjleaskan
Pengaruh Modal Sendiri dan Jumlah Anggota terhadap Sisa Hasil Usaha
(SHU) Koperasi Serba Usaha di Kabupaten Sidoarjo. Penelitan ini enguunakan
analisis regresi linear berganda Hasil penelitannya menunjukkan terdapat
pengaruh antara modal sendiri dan jumlaha anggota terhadap perolehan SHU,
sedangkan secara parsial hanya modal snedri yang berpengaruh signifikan.
Sedangkan Winarko (2014) dalam penelitiannya tentang pengaruh Modal
Sendiri, Jumlah Anggota dan Asset terhadap SHU pada Koperasi di Kediri
dengan analisis linear berganda, penelitiannya menunjukkan bahwa modal
yang mempengaruhi SHU adalah aset. Modal sendiri, jumlah anggota dan aset
secara bersama-sama mempengaruhi SHU.
Dalam penelitian Jabar (2012) yang menjelaskan tentang Pengaruh
Modal Sendiri, Modal Pinjaman dan Volume Usaha (studi kasus pada koperasi
di Kabupaten Sukoharjo tahun 2012), dengan metode analisis regresi linier
berganda. Temuan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah modal sendiri,
modal pinjamaman dan volume usaha berpengaruh positif terhadap sisa hasil
usaha baik secara parsial maupun simultan.
Kemudian penelitian Widiartin dkk, (2016) tentang pengaruh modal
pinjaman dan volume usaha terhadap sisa hasil usaha, dengan metode analisis
linier berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa modal pinjaman dan
volume usaha berpengaruh psositif terhadap sisa hasil usaha.
Sedangkan penelitian Sari dan Susanti yang menjelaskan tentang
Pengaruh Modal Sendiri, Modal Luar dan Volume Usaha Koperasi di Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta (2010), dengan tekhnik analisis regresi linier
berganda dan analisis statistik deskriptif, hasil penelitiannya adalah selama
periode penelitian, ditemukan modal sendiri, modal luar dan volume usaha
secara bersama-sama mepengaruhi SHU, sedangkan secara parsial hanya
volume usaha yang mepengaruhi SHU koperasi.
Penelitian Ganitri, dkk (2014) tentang pengaruh Modal Sendiri,
Modal Pinjaman, dan Volume Usaha terhadap selisih Sisa Hasil Usaha pada
penelitian menunjukkan ada pengaruh positif dan signifikan secara simultan
dan parsial modal sendiri, modal pinjaman, dan volume usaha terhadap SHU.
Dalam penelitian Setiyono (2009) tentang Pengaruh Modal Sendiri,
Modal Asing, dan Volume Usaha terhadap Sisa Hasil Usaha Pada Koperasi
Unit Desa (KUD) Kabupaten Kebumen, dengan analisis Deskriptif, dan
Analisis Inferensial, dari pengujian hipotesis secara parsial antar variabel
modal sendiri, modal asing, dan volume usaha berpengaruh signifikan terhadap
sisa hasil uaha.
Penelitian Fatmi (2016) tentang Pengaruh Modal Sendiri, Modal Luar
dan Volume Usaha pada Sisa Hasil saha Koperasi di Kabupaten Bantul
(Periode 2011-2014), dengan metode analisis panel data, hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel Modal Sendiri, Modal Luar dan Volume Usaha
secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan pada Sisa Hasil Usaha
Koperasi.
C. Kerangka Berfikir
Ada banyak variabel yang mempengaruhi Sisa Hasi Usaha (SHU)
Koperasi, namun dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah volume
usaha, modal luar dan modal sendiri volume sedangkan variabel lainnya
dianggap konstan. Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
D. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atau kesimpulan yang diambil
untuk menjawab permasalahan yang diajukan dalam suatu penelitian yang
harus diuji secara empiris yang pernah dilakukan berkaitan dengan penelitian
dibidang ini, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Diduga Volume Usaha berpengaruh positif terhadap Sisa Hasil Usaha
Koperasi di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
2. Diduga Modal Pinjaman berpengaruh positif terhadap Sisa Hasil Usaha
Koperasi di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
3. Diduga Modal Sendiri berpengaruh positif terhadap Sisa Hasil Usaha
Koperasi di Provinsi Nusa Tenggara Barat. VOLUME USAHA (+)
MODAL PINJAMAN (+)
M MODAL SENDIRI (+)
SISA HASIL
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Populasi dan SampelPopulasi dalam penelitian ini adalah koperasi yang masih aktif yang
berada di 10 Kabupaten/Kota Provinsi NTB yang terdaftar di Dinas Koperasi
dan UMKM Provinsi Nusa Tenggara Barat pada tahun 2009-2014 dengan
sampel koperasi yang telah melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT)
yaitu 1.244 unit koperasi.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah purposive sampling. Metode purposive sampling merupakan metode
pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan subjektif peneliti dimana
syarat yang dibuat sebagai kriteria harus dipenuhi oleh sampel. Kriteria
Koperasi yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Koperasi di 10 Kabupaten/Kota NTB yang memiliki Data Keragaan
Tahunan Koperasi mengenai modal volume usaha, modal pinjaman, modal
sendiri dan sisa hasil usaha selama periode 2009-2014.
2. Melaksanakan RAT (Rapat Anggota Tahunan) selama periode penelitian
yaitu 2009-2014, sehingga diperoleh 1.244 koperasi yang datanya telah
B. Jenis dan Sumber Data
a) Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
yang digunakan merupakan data-data kuantitatif, meliputi laporan Data
Keragaan Koperasi di seluruh Kabupaten/Kota NTB yang meliputi
volume usaha, modal luar, modal sendiri, dan sisa hasil usaha koperasi
selama periode 2009 sampai 2014 .
b) Data sekunder yang dibutuhkan tersebut diperoleh dari publikasi oleh
instansi-instansi yang terkait seperti Dinas Koperasi dan UMKM, Badan
pusat statistik (BPS) dan dengan cara survei langsung ke kantor
instansi-instansi tersebut atau dengan browse ke website mereka, seperti:
www.bps.go.id.
C. Variabel Penelitan dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian
Berdasarkan pendahuluan dan landasan teori yang telah dipaparkan,
variabel dependen dan independen yang dipakai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Variabel dependen yaitu: Sisa Hasil Usaha (SHU)
2. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan
pada suatu variabel atau dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan
kegiatan ataupun membenarkan suatu operasional yang diperlukan untuk
mengukur variabel tersebut. Definisi operasional yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain adalah:
a) Volume Usaha
Volume usaha adalah total nilai penjualan atau pendapatan barang dan jasa
yang dinyatakan dalam bentuk rupiah (Rp) pada tahun buku yang
bersangkutan.
b) Modal Pinjaman
Modal Pinjaman atau modal luar adalah pinjaman modal yang diperoleh
dari anggota, koperasi lainnya, Bank dan lembaga keuangan lainnya dan
sumber lain yang sah.
c) Modal Sendiri
Modal sendiri adalah modal yang menanggung resiko (equity) atau
merupakan kumulatif dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
a) Metode Studi Pustaka
Yaitu dengan melakukan telaah pustaka, eksplorasi, dan mengkaji berbagai
literatur pustaka seperti berbagai majalah, jurnal, dan sumber-sumber yang
berkaitan dengan penelitian.
b) Dokumentasi
Yaitu mengumpulkan data dengan cara mencatat dokumen yang
berhubungan dengan penelitian ini, yang terdapat dalam publikasi Badan
Pusat Statistik, Dinas Koperasi Dan UMKM Provinsi Nusa Tenggara Barat.
A. Model Analisis Data
1. Model Analisis Ekonometrika
Untuk menjawab permasalahan yang telah ditetapkan, maka dalam
menganalisis permasalahan (data) penulis menggunakan metode regresi Data
Panel. Analisis regresi data panel adalah analisis regresi dengan struktur data
yang merupakan data panel. Umumnya pendugaan parameter dalam analisis
regresi dengan data cross section dilakukan menggunakan pendugaan metode
kuadrat terkecil atau disebut Ordinary Least Square (OLS).
Data panel adalah gabungan antara data runtut waktu (time series) dan
data silang (cross section). Menurut Widarjono (2009) penggunaan data panel
Pertama, data panel yang merupakan gabungan dua data time series dan cross
section mampu menyediakan data yang lebih banyak sehingga lebih
menghasilkan degree of freedom yang lebih besar. Kedua, menggabungkan
informasi dari data time series dan cross section dapat mengatasi masalah yang
timbul ketika ada masalah penghilangan variabel (omitted-variabel).
Hsiao (1986), mencatat bahwa penggunaan panel data dalam
penelitian ekonomi memiliki beberapa keuntungan utama dibandingkan data
jenis cross section maupun time series. Pertama, dapat memberikan peneliti
jumlah pengamatan yang besar, meningkatkan degree of freedom (derajat
kebebasan), data memiliki variabelitas yang besar dan mengurangi kolinearitas
antara variabel penjelas, di mana dapat menghasilkan estimasi ekonometri
yang efisien. Kedua, panel data dapat memberikan informasi lebih banyak yang
tidak dapat dberikan hanya oleh data cross section dan time series saja. Dan
ketiga, panel data dapat memberikan penyelesaian yang lebih baik dalam
inferensi perubahan dinamis dibandingkan data cross section (Basuki dan
Yuliadi, 2015). Menurut Wibisono (2005), keunggulan regresi data panel
adalah:
a. Panel data mampu memperhitungkan heterogenitas individu secara
eksplisit dengan mengizinkan variabel spesifik individu.
b. Kemampuan mengontrol heterogenitas ini selanjutnya menjadikan data
panel dapat digunakan untuk menguji dan membangun model prilaku lebih
c. Data panel mendasarkan diri pada observasi cross section yang
berulang-ulang (time series), sehingga metode data panel cocok digunakan sebagai
study of dynamic adjustment.
d. Tingginya jumlah observasi memiliki implikasi pada data yang lebih
informatif, lebih variatif dan kolinearitas (multikol) antara data semakin
berkurang, dan derajat kebebasan (degree of freedom/df) lebih tinggi
sehingga dapat diperoleh hasil estimasi yang lebih efisien.
e. Data panel dapat digunakan untuk mempelajari model-model perilaku
yang kompleks.
f. Data panel dapat digunakan untuk meminimalkan bias yang mungkin
ditimbulkan oleh agregasi data individu.
Ada tiga metode yang digunakan untuk data panel (Ajija, 2011)
a) Model Pooled Least Square (Common Effect)
Model ini dikenal dengan estimasi Common Effect yaitu teknik
regresi yang paling sederhana untuk mengestimasi data panel dengan cara
hanya mengkombinasikan data time series dan cross section. Model ini
hanya menggambungkan data tersebut tanpa melihat perbedaan antar
waktu dan individu sehingga dapat dikatakan bahwa model ini sama
halnya dengan metode Ordinary Least Square (OLS) karena
menggunakan kuadrat terkecil biasa.
Dalam pendekatan ini hanya mengasumsikan bahwa perilaku data
antar ruang sama dalam berbagai kurun waktu. Pada beberapa penelitian
utama karena sifat dari model ini yang tidak membedakan perilaku data
sehingga memungkinkan terjadinya bias, namun model ini digunakan
sebagai pembanding dari kedua pemilihan model lainnya.
b) Model pendekatan Efek tetap (Fixed Effect)
Pendekatan model ini menggunakan variabel Dummy yang
dikenal dengan sebutan model efek tetap (fixed effect) atau Least Square
Dummy Variabel atau disebut juga Covariance Model. Pada metode Fixed
effect estimasi dapat dilakukan dengan tanpa pembobot (no weight) atau
Least Square Dummy Variabel (LSDV) dan dengan pembobot (cross
section weight) atau General Least Square (GLS). Tujuan dilakukannya
pembobotan adalah untuk mengurangi heterogenitas antar unit cross
section (Gujarati, 2006). Penggunaan model ini tepat untuk melihat
perilaku data dari masing-masing variabel sehingga data lebih dinamis
dalam mengintepretasi data.
Pemilihan model antara Common Effect dengan Fixed Effect
dapat dilakukan dengan pengujian Likelihood Test Radio dengan
ketentuan apabila nilai probabilitas yang dihasilkan signifikan dengan
alpha maka dapat diambil keputusan dengan menggunakan Fixed Effect
Model.
c) Model Pendekatan Efek Acak (Random Effect)
Model data panel pendekatan ketiga yaitu model efek acak
(random effect). Dalam model efek acak, parameter-parameter yang
Karena hal inilah, model efek acak juga disebut model komponen eror
(error component model).
Dengan menggunakan model efek acak ini, maka dapat
menghemat pemakaian derajat kebebasan dan tidak mengurangi
jumlahnya seperti yang dilakukan pada model efek tetap. Hal ini
berimplikasi parameter yang merupakan hasil estimasi akan jadi semakin
efisien. Keputusan penggunaan model efek tetap ataupun acak ditentukan
dengan menggunakan uji hausman. Dengan ketentuan apabila probabilitas
yang dihasilkan signifikan dengan alpha maka dapat digunakan metode
Fixed Effect namun apabila sebaliknya maka dapat memilih salah satu
yang terbaik antara Model Fixed dengan Random Effect.
2. Teknik Penaksiran Model
Pada penelitian ekonomi, seorang peneliti sering menghadapi kendala
data. Apabila regresi diestimasi dengan data runtut waktu, observasi tidak
mencukupi. Jika regresi diestimasi dengan data lintas sektoral terlalu sedikit
untuk menghasilkan estimasi yang efisien. Salah satu solusi untuk
menghasilkan estimasi yang efisien adalah dengan menggunakan model regresi
data panel. Data panel (pooling data) yaitu suatu model yang menggabungkan
observasi lintas sektoral dan data runtut waktu. Tujuannya supaya jumlah
observasinya meningkat. Apabila observasi meningkat maka akan mengurangi
kolinieritas antara variabel penjelas dan kemudian akan memperbaiki efisiensi
Hal yang diungkap oleh Baltagi (dalam Irawan, 2012), ada beberapa
kelebihan penggunaan data panel yaitu:
a) Estimasi data panel dapat menunjukkan adanya heterogenitas dalam tiap
unit.
b) Estimasi data panel dapat menunjukkan adanya heterogenitas dalam tiap
unit.
c) Data panel cocok utnuk digunakan karena menggambarkan adanya
dinamika perubahan.
d) Data panel dapat meminimalkan bias yang mungkin dihasilkan dalam
agregasi.
Untuk menguji estimasi pengaruh volume usaha, modal luar dan
modal sendiri pada sisa hasil usaha koperasi digunakan alat regresi dengan
model data panel. Ada dua pendekatan yang digunakan dalam menganalisis
data panel. Pendekatann Fixed Effect dan Random Effect. Sebelum model
estimasi dengan model yang tepat, terlebih dahulu dilakukan uji spesifikasi
apakah Fixed Effect dan Random Effect atau keduanya memberikan hasil yang
sama.
Metode GLS (Generated Least Square) dipilih dalam penelitian ini
karena adanya nilai lebih yang dimiliki oleh GLS dibanding OLS dalam
mengestimasi parameter regresi. Gujarati (2003) menyebutkan bahwa metode
OLS yang umum mengasumsikan bahwa varians variabel adalah heterogen,
pada kenyataannya variasi pada data pooling cenderung heterogen. Metode
independen secara eksplisit sehingga metode ini mampu menghasilkan
estimator yang memenuhi kriteria BLUE (Best Linier Unbiased Estimator).
Dari beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian ini maka
dapat dibuat model penelitan sebagai berikut:
Yit = β0+β1X1it+ β2X2it +β3X3it t+ε
Yang kemudian ditransformasikan kedalam persamaan logaritma,
yaitu :
LogYit = β0 +Log β1X1it + Log β2X2it + Log β3X3it + ε
Keterangan:
Log Yit = Sisa Hasil Usaha (SHU)
β0 = Konstanta
Log β123 = Koefisien variabel 1, 2, 3
Log X1 = Modal Sendiri
Log X2 = Modal Luar
Log X3 = Volume Usaha
i = 10 Kabupaten/Kota
t = Periode Waktu ke-t
ε = Error Term
Dalam menguji spesifikasi model pada penelitian, penulis