• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG KEBERSIHAN DAN KETERTIBAN UMUM DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG KEBERSIHAN DAN KETERTIBAN UMUM DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 5 TAHUN 2007

TENTANG

KEBERSIHAN DAN KETERTIBAN UMUM DI KABUPATEN JEMBRANA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEMBRANA,

Menimbang : a. bahwa kebersihan dan ketertiban umum merupakan hal yang sangat penting menjadikan Kabupaten Jembrana yang BALI (Besih, Aman, Lestari dan Indah) sehingga dapat memberikan kenyamanan, ketentraman bagi setiap pengunjung maupun penduduknya;

b. bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Jembrana Nomor 7 Tahun 1993 tentang Kebersihan dan Ketertiban Umum tidak sesuai dengan perkembangan keadaan;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana tentang Kebersihan dan Ketertiban Umum di Kabupaten Jembrana;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 1655);

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Negara Nomor 3890);

3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor 3480);

(2)

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495);

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2609);

6. Undang-Undang Nomo r 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);

8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pedoman Satuan Polisi Pamong Praja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4428);

11. Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana Nomor 12 Tahun 2006 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Jembrana ( Lembaran Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2006 Nomor 12, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Jembrana Nomor 12 );

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA dan

(3)

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG KEBERSIHAN DAN KETERTIBAN UMUM DI KABUPATEN JEMBRANA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Jembrana.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Jembrana. 3. Bupati adalah Bupati Jembrana.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Jembrana.

5. Jala n adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum termasuk bagian-bagiannya seperti jembatan, tanggul pinggir, selokan dan lorong sampai batas garis sempadan jalan. 6. Lalu lintas adalah gerak kendaraan, orang dan hewan di jalan.

7. Jalur Hijau adalah suatu hamparan tanah yang luas dan hijau yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah sebagai Areal yang tidak boleh didirikan bangunan.

8. Taman adalah areal yang ditanami dengan bunga-bungaan dan pepohonan sebagai tempat yang nyaman dan indah.

9. Sampah adalah limbah yang berbentuk padat atau setengan padat yang berasal dari kegiatan orang pribadi atau badan yang terdiri dari bahan organik dan an organik, logam atau non logam yang dapat terbakar tetapi tidak termasuk buangan biologis/kotoran manusia dan sampah berbahaya.

10. Sampah Organik adalah sampah dari dedaunan, sisa sayuran, buah-buahan dan sisa makanan atau bahan lainnya yang dapat lapuk dengan cepat..

11. Sampah An Organik adalah sampah dari plastik, kertas, pecahan kaca dan logam.

12. Limbah adalah sisa suatu kegiatan dan/atau usaha yang meliputi limbah padat organik dan an organik, limbah cair, emisi gas buang kendaraan bermotor, emisi sumber tidak bergerak, getaran, bau dan kebisingan.

13. Bangunan adalah konstruksi teknik yang dibangun atau diletakkan, atau melayang dalam suatu lingkungan secara tetap sebagian atau seluruhnya pada, diatas atau dibawah permukaan tanah dan atau perairan yang berupa bangunan gedung dan atau bukan gedung. 14. Halaman adalah semua tanah yang terletak diluar rumah/bangunan, ditanami atau tidak

yang terletak di dalam suatu persil.

15. Hewan adalah binatang piaran seperti sapi, kuda, kambing, babi dan binatang lainnya yang dipelihara dengan maksud sebagai hoby atau kegiatan usaha.

(4)

16. Kendaraan adalah suatu alat yang dapat bergerak di jalan terdiri dari kendaraan bermotor atau kendaraan tidak bermotor.

17. Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu.

18. Tempat umum adalah setiap tempat/fasilitas yang dipergunakan oleh masyarakat luas.

BAB II

KEBERSIHAN DAN SARANA KEBERSIHAN

Pasal 2 Setiap orang wajib menjaga kebersihan umum.

Pasal 3

(1) Setiap sampah atau limbah harus dibuang pada tempat-tempat pembuangan sampah atau limbah yang ditentukan.

(2) Sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dipilah menjadi sampah organik dan sampah an organik.

(3) Dilarang membuang bangkai hewan di tempat pembuangan sampah sementara dan tempat pembuangan sampah akhir.

(4) Tempat-tempat pembungan sampah atau limbah ditetapkan oleh Bupati.

Pasal 4

Selain kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, setiap bengkel, pabrik, restoran/rumah makan dan perusahaan lainnya wajib menyediakan bak-bak sampah dan tangki-tangki sebagai tempat penampungan limbah perusahaaannya.

Pasal 5

(1) Setiap bangunan seperti rumah, toko, warung, kantor, bengkel, pabrik, hotel, sekolah, rumah-rumah ibadah dan bangunan lainnya wajib menyediakan tempat sampah sebagai tempat penampungan sampah harian yang dihasilkan dan bertanggung jawab atas kebersihan dari sampah-sampah yang berceceran di jalan atau halaman sekitar bangunan.

(2) Tempat-tempat sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditempatkan dalam lingkungan atau pekarangan masing- masing.

Pasal 6

Setiap pedagang tentengan ataupun gerobak harus dilengkapi dengan tempat sampah yang seimbang dengan sampah yang dihasilkan setiap hari.

(5)

Pasal 7

(1) Setiap kendaraan penumpang umum diharuskan memiliki tempat sampah bagi para penumpangnya.

(2) Bagi kendaraan yang ditarik dengan hewan harus dilengkapi dengan goni penampung kotoran/tinja hewan penariknya dan dijaga agar selalu dalam keadaan bersih/baik.

Pasal 8

(1) Dipinggir jalan dan tempat-tempat keramaian umum lainnya ditempatkan tempat-tempat sampah guna menampung sampah-sampah kecil dari orang-orang yang berlalulalang ditempat itu.

(2) Tempat sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disediakan oleh Pemerintah Daerah. (3) Bentuk ukuran serta letak penempatan tempat sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diatur lebih lanjut oleh Bupati.

Pasal 9

(1) Pada setiap acara keramaian umum sipenanggung jawab acara tersebut wajib menugaskan beberapa orang petugas kebersihan dengan tugas mengumpulkan sampah yang berasal dari pengunjung keramaian tersebut.

(2) Petugas kebersihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat juga dilaksanakan oleh instansi yang berwenang.

BAB III

PENUMPUKAN, PENGANGKUTAN DAN PEMUSNAHAN SAMPAH

Bagian Pertama Penumpukan Sampah

Pasal 10

(1) Pemerintah Daerah menunjuk dan menyediakan tempat-tempat tertentu sebagai tempat penumpukan sampah dan sekaligus merupakan pangkalan pengangkutan sampah oleh truk-truk sampah.

(2) Waktu penumpukan yang diperbolehkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Bupati.

Pasal 11

Sampah dari rumah-rumah penduduk, perkantoran, hotel, restoran, toko, dan swalayan dapat dibuang, ditumpuk atau diletakkan ditempat penumpukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1).

(6)

Bagian Kedua Pengangkutan

Pasal 12

Pengangkutan sampah dari rumah-rumah penduduk, perkantoran, hotel ke tempat-tempat penumpukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) dapat dilakukan secara langsung atau dilakukan oleh pihak petugas kebersihan Desa/Kelurahan, perusahaan daerah dan swasta lainnya yang lebih lanjut diatur oleh Bupati.

Pasal 13

Sampah-sampah yang telah ditumpuk pada tempat penumpukan kemudian diangkut dengan truk-truk sampah ke tempat pembuangan akhir pemusnahan sampah.

Pasal 14

Waktu pengangkutan sampah dari tempat-tempat penumpukan sampah dan ketempat-tempat pembuangan sampah/pemusnahan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 dan Pasal 13 diatur oleh Bupati.

Bagian Ketiga Pemusnahan Sampah

Pasal 15

Pemusnahan sampah dilakukan Pemerintah Daerah di Tempat Pembuangan Akhir Sampah.

Pasal 16

(1) Pemusnahan sampah dapat juga dilakukan sendiri oleh masyarakat dengan cara menimbun atau membakarnya di tempat lobang- lobang sampah.

(2) Pemusnahan terhadap kotoran hewan/hajat dilakukan oleh pemilik hewan dengan cara menimbun pada tempat-tempat yang tidak mengganggu lingkungan.

BAB IV

PENGELOLAAN SAMPAH OLEH SWASTA

Pasal 17

Selain Pemerintah Daerah pengelolaan sampah dapat juga dilakukan oleh Perusahaan Daerah dan Badan Swasta lainnya dengan terlebih dahulu mengajukan permohonan ijin kepada Bupati.

Pasal 18

Tata cara pengajuan permohonan ijin pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 diatur lebih lanjut oleh Bupati.

(7)

BAB V

TERTIB JALAN, TAMAN DAN TEMPAT UMUM Pasal 19

(1) Dilarang mengotori dan merusak jalan, taman dan tempat umum serta tanah-tanah kosong kecuali oleh petugas untuk kepentingan Dinas.

(2) Dilarang membuang dan membongkar sampah dijalan, taman dan tempat umum serta tanah-tanah kosong kecuali pada tempat yang telah ditetapkan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk.

(3) Dilarang menumpuk, menaruh/membongkar bahan-bahan bangunan di jalan yang dapat mengganggu lalu lintas lebih dari 1 x 24 jam.

Pasal 20

Dilarang membuang air besar (berak) dan buang air kecil (kencing) di taman dan tempat umum kecuali di tempat yang telah ditetapkan.

Pasal 21

Dilarang melakukan pekerjaan untuk mendapat penghasilan dengan meminta-minta dimuka umum baik di jalan, taman dan tempat-tempat lain di Kabupaten Jembrana dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari orang lain.

Pasal 22

(1) Dilarang menebang/memotong/mencabut/merusak pohon di taman-taman dan tumbuh-tumbuhan disepanjang jalan, sempadan sungai, sempadan pantai dan tempat umum kecuali hal tersebut dilaksanakan oleh Petugas untuk kepentingan Dinas.

(2) Penebangan, pemotongan, pencabutan dan perusakan pohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mendapat rekomendasi Bupati atau pejabat yang ditunjuk.

BAB VI

TERTIB SUNGAI, SALURAN AIR, MATA AIR, BENDUNGAN DAN LAUT

Pasal 23

(1) Dilarang membuang sampah disungai, saluran air, mata air, bendungan dan laut kecuali yang ada kaitannya dengan upacara keagamaan.

(2) Dilarang mengambil atau memindahkan tutup got, selokan atau saluran air lainnya kecuali apabila hal tersebut dilaksanakan oleh Petugas untuk kepentingan umum.

(8)

Pasal 24

Perbengkelan, pabrik atau jenis-jenis usaha lainnya dilarang membuang solar, minyak bekas, air limbah dan kotoran lainnya ke sungai, saluran air, mata air, bendungan dan laut, kecuali mendapat ijin dari Bupati

Pasal 25

Dilarang mengambil air dari air mancur, kolam taman dan tempat-tempat lain yang sejenis milik Pemerintah Daerah kecuali oleh petugas Pemadam Kebakaran dan untuk kepentingan Dinas.

BAB VII

TERTIB KEAMANAN LINGKUNGAN

Pasal 26

(1) Dilarang membawa atau memperlihatkan senjata api dijalan, taman dan tempat umum. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi para petugas

BAB VIII

TERTIB HEWAN DAN BINATANG PIARAAN

Pasal 27

(1) Setiap orang atau badan usaha yang memelihara hewan wajib membuat kandang, dilarang melepas hewannya berkeliaran di jalan yang dapat merusak pemandangan, membahayakan lalu lintas umum dan menggangu lingkungan.

(2) Setiap orang yang memelihara hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menjaga kebersihan kandangnya sehingga tidak mengganggu lingkungan.

Pasal 28

Bangkai-bangkai hewan/binatang peliharaan harus ditanam oleh dan atas usaha pemiliknya dengan segera selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 X 24 jam, sejak matinya dan sekurang-kurangnya ditanam dengan kedalaman 1 (satu) meter dan dipadatkan dengan baik.

BAB IX

TERTIB USAHA TERTENTU

Pasal 29

Dilarang berjualan atau menempatkan benda-benda dengan tujuan menjalankan suatu usaha apapun ditepi jalan, taman dan tempat umum kecuali di tempat-tempat yang telah mendapat ijin dari Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.

(9)

BAB X

TERTIB PENGHUNI

Pasal 30 (1) Setiap penghuni bangunan atau rumah diwajibkan :

a. menanam pohon pelindung atau tanaman hias pada tanah pekarangan, halaman bangunan atau rumahnya dan pada tanah telajakan pekarangan;

b. memelihara dan mencegah kerusakan trotoar karena pengunaan oleh penghuni bangunan atau rumah;

c. membuat bak penampungan limbah, membuat, menjaga dan memelihara saluran air tanpa mengganggu kepentingan tetangga/lingkungan; dan

(2) Dilarang membongkar atau merubah trotoar untuk kepentingan penghuni sebelum mendapat ijin dari Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.

BAB XI PENGAWASAN

Pasal 31

Pengawasan terhadap Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.

BAB XII

KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 32

(1) Selain pejabat penyidik umum yang bertugas menyidik tindak pidana, penyidikan atas pelanggaran tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini dapat juga dilakukan oleh Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dilingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

(2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan para penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang :

a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana;

b. melakukan tindakan pertama pada saaat itu di tempat kejadian dan melakukan pemeriksaan;

c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; d. melakukan penyitaan benda atau surat;

e. mengambil sidik jari dan memotret tersangka;

f. mengambil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaa perkara;

h. menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyid ik umum bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik umum memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya;

(10)

BAB XIII

KETENTUAN PIDANA

Pasal 33

(1) Barang siapa yang melanggar ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Daerah ini diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

BAB XIV

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 34

Segala peraturan yang ada sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tetap berlaku.

BAB XV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 35

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Jembrana Nomor 7 Tahun 1993 tentang Kebersihan dan Ketertiban Umum dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 36

Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Jembrana.

Ditetapkan di Negara. pada tanggal 31 Mei 2007 BUPATI JEMBRANA,

I GEDE WINASA Diundangkan di Negara

pada tanggal 31 Mei 2007

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN JEMBRANA,

I KETUT WIRYATMIKA

(11)

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 5 TAHUN 2007

TENTANG

KEBERSIHAN DAN KETERTIBAN UMUM DI KABUPATEN JEMBRANA

I. PENJELASAN UMUM

Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Jembrana Nomor 7 Tahun 1993 tentang Kebersihan dan ketertiban Umum secara teknis maupun materinya adalah untuk mengatur masalah kebersihan dan ketertiban tidak sesuai dengan perkembangan dan keadaan masyarakat dewasa ini. Peraturan Daerah ini disamping memuat tentang larangan dan kewajiban dari setiap penduduk di Kabupaten Jembrana juga mempunyai tujuan mend idik setiap warga masyarakat Jembrana untuk hidup bersih, tertib dan mencintai lingkungan.

II PASAL DEMI PASAL Pasal 1

Cukup jelas. Pasal 2

Kebersihan umum adalah kebersihan lingkungan, pemukiman, kantor, toko, warung termasuk kebersihan gang, bereman jalan, taman telajakan dan fasilitas umum.

Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2)

Maksudnya, penempatan tempat sampah tersebut mudah diangkat dan tidak menimbulkan polusi. Pasal 6 Cukup jelas. Pasal 7 Cukup jelas. Pasal 8 Cukup jelas. Pasal 9 Cukup jelas. Pasal 10

(12)

Pasal 11 Cukup jelas. Pasal 12 Cukup jelas. Pasal 13 Cukup jelas. Pasal 14 Cukup jelas. Pasal 15 Cukup jelas. Pasal 16 Cukup jelas. Pasal 17 Cukup jelas. Pasal 18 Cukup jelas. Pasal 19 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan merusak jalan untuk kepentingan dinas seperti pembongkaran jalan unrtuk memasang pipa, air minum, kabel telepon, tiang listrik/telepon atas perintah pejabat yang berwenang..

Ayat (2)

Yang dimaksud di jalan adalah di jalan Nasio nal Ayat (3)

Yang dimaksud di jalan adalah di jalan Nasional Pasal 20 Cukup jelas. Pasal 21 .Cukup jelas. Pasal 22 Cukup jelas. Pasal 23 Cukup jelas. Pasal 24

Yang dimaksud dengan jenis usaha lain adalah setiap usaha yang dapat menghasilkan limbah/sampah yang dapat membahayakan lingkungan.

Pasal 25 Cukup jelas. Pasal 26 Cukup jelas. Pasal 27 Cukup jelas. Pasal 28 Cukup jelas. Pasal 29

(13)

Pasal 30 Cukup jelas. Pasal 31 Cukup jelas. Pasal 32 Cukup jelas. Pasal 33 Cukup jelas. Pasal 34 Cukup jelas. Pasal 35 Cukup jelas.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, akan dilakukan penelitian untuk mengetahui fenomena yang terjadi di dalam boiler jika dilakukan proses pembakaran

Pertama, Penelaahan Alkitab Induktif dapat diperhitungkan untuk digunakan dalam dunia pendidikan, sekalipun penelaahan Alkitab masih sangat jarang dilakukan di

Apabila wajib pajak telah menggunakan sistem e- Filing dengan tidak prima dalam melaporkan pajaknya dengan secara tidak mudah, tidak peraktis, lambat dan tidak akurat

RSUD Ba’a memberikan orientasi umum dan orientasi khusus kepada staf baru klinis maupun non klinis, agar dapat berperan dan berfungsi dengan baik, semua

yang telah dilakukan dengan menggunakan materi ajar bahasa Indonesia berbasis karakter menunjukkan (a) Responsmahasiswa yang tertarik terhadap komponen- komponen

Entitas pelaporan adalah unit pemerintah daerah yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntasi yang menurut ketentuan perundang – undangan wajib

Pemeliharaan rutin dilaksanakan setiap hari oleh petugas pemeliharaan sesuai dengan fungsi/tugas masing-masing sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan yakni dilaksanakan

PEMBANGUNAN 6 UNIT PASAR KULINER , BUAH DAN PKL (JEMBATAN KEMBAR, GERUNG, BATULAYAR, PUSUK PASS, GERIMAX, KERU) PDE Setda Lobar-2012... JENIS KOPERASI, ANGGOTA, PENGURUS,