YULIYAN NURUL HIKMAH
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Dr. Ir. IRZAMAN, M.Si.
Telah diteliti sifat kristal dan sifat listrik film litium tantalat silikat (LiTaSiO
5)
terhadap variasi suhu serta waktu annealing. Hasil karakterisasi XRD film pada suhu
annealing 850
oC, 900
oC selama 8 jam dan 15 jam menunjukkan adanya perubahan
struktur kristal litium tantalat (LiTaO
3)
rhombohedral menjadi LiTaSiO
5monoclinic.
Hasil karakterisasi konduktivitas listrik menunjukkan bahwa film LiTaSiO
5adalah
material semikonduktor dilihat dari nilai konduktivitas listrik yang diperoleh berkisar
antara (10
-7sampai 10
-5) S/cm. Hasil karakterisasi konstanta dielektrik diperoleh nilai
konstanta dielektrik LiTaSiO
5berkisar antara 1,99 sampai 36,74. Hasil karakterisasi
menunjukkan pada suhu 850°C dan 900°C selama waktu annealing 8 jam menghasilkan
film LiTaSiO
5yang lebih baik karena memiliki derajat kristalinitas, nilai konduktivitas
listrik dan konstanta dielektrik yang lebih tinggi dibandingkan dengan waktu annealing
15 jam.
Kata Kunci : Litium tantalat silikat, annealing, struktur kristal, konduktivitas listrik,
konstanta dielektrik.
YULIYAN NURUL HIKMAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Fisika
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
terhadap Variasi Suhu serta Waktu Annealing
Nama : Yuliyan Nurul Hikmah
NRP
: G74080045
Disetujui,
Dr. Ir. Irzaman, M.Si
Pembimbing
Diketahui,
Dr. Akhiruddin Maddu, M.Si
Ketua Departemen Fisika
Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)
Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Selama
mengikuti perkuliahan, penulis merupakan anggota Himpunan Mahasiswa Fisika
(HIMAFI) sebagai staf ilmu dan teknologi periode 2009-2010 selain itu ikut serta
dalam kepanitian pesta sains pada tahun 2010.
Penulis dilahirkan di Ciamis, Jawa Barat pada tanggal 26
Juli 1990 dari pasangan Muhammad Zenal Purqon dan Iis
Ratnanengsih. Penulis merupakan anak pertama dari dua
bersaudara. Penulis menyelesaikan masa studi di SDN
Dadiharja II selama enam tahun kemudian melanjutkan ke
SLTPN 3 Rancah selama tiga tahun dan melanjutkan
pendidikan selama tiga tahun di SMAN 2 Ciamis. Penulis juga
kemudian melanjutkan pendidikan sarjana strata satu di
skripsi yang berjudul Sifat Kristal dan Sifat Listrik Film Litium Tantalat Silikat
(LiTaSiO
5) terhadap Variasi Suhu serta Waktu Annealing. Skripsi ini disusun sebagai
salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains program sarjana di
Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian
Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
melakukan penelitian ini, terutama kepada
1. Bapak dan Mamah tercinta atas doa, semangat dan dukungannya.
2. Adikku (Putri Mustikal Hikmah) tersayang atas canda tawa dan bantuannya.
3. Bapak Dr. Irzaman sebagai pembimbing skripsi yang selalu memberikan
motivasi dan semangat untuk menyelesaikan penelitian ini serta menyempatkan
waktunya untuk berdiskusi dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Abdul Djamil H, M.Si dan Ibu Mersi Kurniati, M.Si sebagai penguji atas
saran dan masukannya.
5. Bapak Ir. Hanedi Darmasetiawan, M.S selaku Dosen Editor atas bantuannya
menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Firman (TU Fisika) atas semua bantuannya.
7. Teman seperjuangan Fisika 45 atas segala bantuan, semangat dan
kebersamaannya selama di IPB.
8. Kak Yuli Astuti, kak Haqqi Gusra, Hezti Wiranata, Mulyana yang selalu
memberikan nasehat, bantuan dan semangat kepada penulis.
9. Aa untuk semua bantuan yang telah banyak diberikan.
10. Teman2 kost Wisma Rahayu : Rini Maedianengsih, Sri Hadianti, Kak Tanti dan
Kak Nurul atas semua kebersamaan dan canda tawanya.
11. Bapak Didik atas bantuannya di Balai Penelitian Kehutanan.
12. Kepada rekan-rekan Fisika beserta civitas akademika Fisika lainnya yang telah
banyak membantu penulis selama ini.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua. Keterbatasan
manusia membuat penulis merasa perlu kritik dan saran yang membangun bagi kemajuan
aplikasi material yang dikembangkan ini.
Bogor, Maret 2013
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN ...
1
1.1 Latar Belakang ...
1
1.2 Tujuan Penelitian ...
1
1.3 Perumusan Masalah ...
1
1.4 Hipotesis ...
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...
1
2.1 Substrat Silikon (Si) ...
1
2.2 Litium Tantalat (LiTaO
3) ...
2
2.3 P-N Junction ...
2
2.4 Metode Chemical Solution Deposition (CSD) ...
2
2.5 Proses Annealing ...
2
2.6 X-ray Diffraction (XRD) ...
3
2.7 Konduktivitas Listrik ...
4
2.8 Kapasitor dan Konstanta Dielektrik ...
4
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...
5
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ...
5
3.2 Alat dan Bahan ...
5
3.3 Prosedur Penelitian ...
5
3.3.1 Persiapan substrat Si tipe-p ...
5
3.3.2 Pembuatan larutan LiTaO
31M ...
5
3.3.3 Penumbuhan film LiTaO
3...
5
3.3.4 Proses annealing ...
6
3.3.5 Perhitungan ketebalan film LiTaO
3...
6
3.3.6 Pembuatan kontak pada film LiTaO
3...
6
3.3.7 Karakterisasi film LiTaSiO
5...
6
3.3.7.1 Karakterisasi XRD ...
6
3.3.7.2 Karakterisasi konduktivitas listrik ...
6
3.3.7.3 Karakterisasi konstanta dielektrik ... 6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...
7
4.1 Karakterisasi XRD ...
7
4.2 Karakterisasi Konduktivitas Listrik ...
9
4.3 Karakterisasi Konstanta Dielektrik ...
10
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...
11
5.1 Kesimpulan ...
11
5.2 Saran ...
11
DAFTAR PUSTAKA ...
11
annealing ... 7
Tabel 4.1 Parameter kisi LiTaO
3setelah proses annealing pada suhu
850°C, 900°C selama 8 jam dan 15 jam ... 8
Tabel 4.2 Parameter kisi LiTaSiO
5setelah proses annealing pada suhu
850°C, 900°C selama 8 jam dan 15 jam ... 8
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Struktur kristal rhombohedral ... 3
Gambar 2.2 Struktur kristal monoclinic ... 3
Gambar 2.3
Diagram meja rotasi, sumber sinar-X, dan detektor pada
XRD ... ... 3
Gambar 2.4
Spektrum konduktivitas listrik dan resistivitas ... 4
Gambar 2.5 Kapasitor keping sejajar ... 5
Gambar 3.1
Proses penumbuhan film LiTaO
3... 5
Gambar 3.2
Proses annealing ... 6
Gambar 3.3 Film LiTaO
3tampak samping ... 6
Gambar 4.1
Pola karakterisasi XRD LiTaSiO
5pada suhu annealing
850°C selama 8 jam ... 7
Gambar 4.2
Pola karakterisasi XRD LiTaSiO
5pada suhu annealing
850°C selama 15 jam ... 7
Gambar 4.3
Pola karakterisasi XRD LiTaSiO
5pada suhu annealing
900°C selama 8 jam ... 7
Gambar 4.4
Pola karakterisasi XRD LiTaSiO
5pada suhu annealing
900°C selama 15 jam ... 8
Gambar 4.5
Pola karakterisasi XRD LiTaSiO
5pada suhu annealing
850
oC , 900
oC selama 8 jam dan 15 jam ... 8
Gambar 4.6
Hubungan waktu annealing dan suhu annealing terhadap
konduktivitas listrik film LiTaSiO
5pada frekuensi
10 kHz... .. 9
Gambar 4.7 Hubungan waktu annealing dan suhu annealing terhadap
konduktivitas listrik film LiTaSiO
5pada frekuensi
50 kHz ... 9
Gambar 4.8 Hubungan waktu annealing dan suhu annealing terhadap
konduktivitas listrik film LiTaSiO
5pada frekuensi
100 kHz ... . 10
Gambar 4.9 Hubungan waktu annealing dan suhu annealing terhadap
konstanta dielektrik film LiTaSiO
5pada frekuensi
10 kHz ... 10
Gambar 4.10 Hubungan waktu annealing dan suhu annealing terhadap
konstanta dielektrik film LiTaSiO
5pada frekuensi
50 kHz ... .... 10
Gambar 4.11 Hubungan waktu annealing dan suhu annealing terhadap
konstanta dielektrik film LiTaSiO
5pada frekuensi
100 kHz ... ... 11
Lampiran 2 Perhitungan ketebalan film LiTaO
3... 14
Lampiran 3 Perhitungan parameter kisi LiTaO
3... 16
Lampiran 4 Perhitungan parameter kisi LiTaSiO
5... 23
Lampiran 5 Data konduktivitas listrik film LiTaSiO
5... 29
Lampiran 6 Data konstanta dielektrik film LiTaSiO
5... 33
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu
pengetahuan dan teknologi semakin
berkembang. Salah satu ilmu untuk
mengembangkan dunia teknologi adalah ilmu fisika diantaranya fisika material. Fisika material mengkaji sifat-sifat dan struktur material. Sifat suatu material ferroelectric dimanfaatkan untuk kebutuhan perangkat elektronika. Peranan bahan ferroelectric
LiTaO3 sangat menarik untuk diteliti karena dalam penerapannya dapat digunakan sebagai sel surya. LiTaO3 merupakan objek yang diteliti secara intensif selama beberapa tahun terakhir karena memiliki sifat yang unik. LiTaO3 bersifat ferroelectric pada suhu kamar. Dari beberapa hasil kajian, LiTaO3 merupakan material optik, optoelectric serta piezoelectric yang penting karena bahan LiTaO3 memiliki
kemampuan untuk merubah fase dari
ferroelectric menjadi paraelectric. LiTaO3 memiliki konstanta dielektrik yang tinggi serta kapasitas penyimpan muatan yang tinggi juga.1 Selain itu LiTaO3 merupakan kristal
non-hygroskopis yang tidak mudah rusak sifat
optiknya, sifat ini yang menjadikan bahan LiTaO3 unggul dari bahan lainnya.
Penumbuhan film LiTaO3 dibuat
menggunakan metode chemical solution
deposition (CSD). Keunggulan teknik ini
adalah dapat mengontrol stoikiometri film dengan kualitas yang baik, prosedur yang mudah dan membutuhkan biaya yang relatif murah.2,3 Substrat yang digunakan dalam penumbuhan film LiTaO3 ini adalah substrat silikon tipe-p. Pada penelitian dilakukan uji sifat kristal pada suhu annealing 850°C, 900°C selama 8 jam dan 15 jam serta uji sifat listrik pada suhu annealing 800°C, 850°C, 900°C selama 1 jam, 8 jam, 15 jam dan 22 jam.
1.2 Tujuan Penelitian
1. Membuktikan terjadinya perubahan
struktur kristal LiTaO3 (rhombohedral) menjadi LiTaSiO5 (monoclinic) pada suhu
annealing 850°C, 900°C selama 8 jam dan
15 jam dengan karakterisasi XRD (X-ray
diffraction).
2. Menguji konduktivitas listrik film LiTaSiO5.
3. Menghitung nilai konstanta dielektrik film LiTaSiO5.
1.3 Perumusan Masalah
1. Apakah terjadi perubahan struktur kristal LiTaO3 (rhombohedral)menjadi LiTaSiO5
(monoclinic) pada suhu
annealing 850°C, 900°C selama 8 jam dan
15 jam?
2. Bagaimana konduktivitas listrik film LiTaSiO5?
3. Bagaimana konstanta dielektrik film LiTaSiO5?
1.4 Hipotesis
1. Terjadi perubahan struktur kristal LiTaO3
(rhombohedral) menjadi LiTaSiO5
(monoclinic) pada suhu annealing 850°C,
900°C selama 8 jam dan 15 jam.
2. LiTaSiO5 merupakan material
semikonduktor.
3. Nilai konduktivitas listrik dan konstanta dielektrik film LiTaSiO5 akan berbeda berdasarkan suhu annealing dan waktu
annealingnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Substrat Silikon (Si)
Silikon adalah suatu unsur kimia yang memiliki lambang Si dan nomor atom 14. Si merupakan unsur terbanyak kedua di bumi dan unsur dari golongan IV A dalam sistem periodik unsur-unsur. Sebagian besar unsur bebas Si tidak ditemukan di alam. Oleh karena itu Si dihasilkan dengan mereduksi kuarsa dan pasir dengan karbon yang berkualitas tinggi. Silikon untuk penggunaan semikonduktor dimurnikan lebih lanjut dengan metode pelelehan berzona kristal czochralski. Kristal Si ini memiliki kilap logam dan mengkristal dengan struktur intan.4
Silikon adalah semikonduktor pengganti germanium. Sebuah atom Si terisolasi mempunyai 14 proton dan 14 elektron.5 Setiap atom Si mempunyai empat buah elektron valensi. Atom Si menempati kisi-kisi dalam kristal. Setiap atom Si terikat dengan empat buah atom Si lain membentuk ikatan kovalen. Kristal Si merupakan semikonduktor intrinsik, yaitu semikonduktor murni yang belum dicampur atau dikotori dengan atom lain. Pada suhu 0°K, kristal Si bersifat sebagai isolator karena memiliki pita konduksi yang kosong. Namun ketika dipanaskan elektron mendapat energi, hal ini mengakibatkan adanya perpindahan elektron ke pita konduksi sehingga dapat bersifat sebagai konduktor.6
2.2 Litium Tantalat (LiTaO3)
Litium tantalat (LiTaO3) merupakan suatu bahan yang memiliki keunikan dari segi sifat
pyroelectric dan piezoelectric yang terpadu
dengan stabilitas mekanik dan kimia yang baik. Oleh karena itu LiTaO3 sering digunakan untuk beberapa aplikasi misalnya modulator
electro-optical dan detektor pyroelectric.
LiTaO3 merupakan kristal non-hygroskopis, tidak berwarna, larut dalam air, memiliki tingkat transmisi yang tinggi dan tidak mudah rusak sifat optiknya. LiTaO3 merupakan bahan yang memiliki konstanta dielektrik yang tinggi serta kapasitas penyimpanan muatan yang tinggi.7
Pembuatan LiTaO3 menggunakan
peralatan yang cukup sederhana, biaya murah dan dilakukan dalam waktu relatif singkat. LiTaO3 merupakan campuran hasil reaksi antara Litium asetat [(LiO2C2H3), 99,9%] dan Tantalum oksida [(Ta2O5), 99,9%]. Berikut ini persamaan reaksi menghasilkan LiTaO3 :
2 LiO2C2H3 + Ta2O5 + 4O2 2 LiTaO3 + 3 H2O + 4 CO2
LiTaO3 merupakan kristal ferroelectric yang mengalami proses suhu currie tinggi sebesar (601±5,5) o
C. Massa jenis LiTaO3 sebesar 7,45 g/cm3 yang digunakan untuk menghitung ketebalan film.8
LiTaO3 merupakan objek yang diteliti secara intensif selama beberapa tahun terakhir karena memiliki sifat yang unik. Berdasarkan
penelitian, bahan LiTaO3 merupakan
semikonduktor tipe-n karena konsentrasi elektron yang dimiliki oleh material LiTaO3 tersebut lebih banyak dibandingkan dengan konsentrasi hole-nya.
2.3 P-N Junction
Cara kerja sebagian besar piranti semikonduktor berlandaskan pada sifat sambungan antara bahan tipe-n dan tipe-p. Sambungan seperti itu dapat dibuat dengan
beberapa cara, misalnya pendifusian
ketidakmurnian dalam bentuk uap ke dalam
wafer semikonduktor. Sifat penting sambungan semikonduktor p-n adalah arus listrik dapat melewatinya lebih mudah pada suatu arah tertentu daripada arah yang
berlawanan dengan arah itu. Bahan
semikonduktor tipe-p terdiri atas unsur-unsur dalam golongan IVA pada sistem periodik seperti Si. Bahan semikonduktor tipe-n terdiri atas unsur-unsur dalam golongan V dan golongan III pada sistem periodik.6
P-N junction adalah daerah pertemuan yang terjadi apabila semikonduktor tipe-p dan semikonduktor tipe-n dipertemukan. Nama
lain untuk persambungan semikonduktor tipe-p dan semikonduktor tipe-n yang membentuk kristal adalah dioda.9 Dioda adalah suatu komponen elektronik yang dapat melewatkan arus pada satu arah saja. Dioda
memegang peranan penting dalam
elektronika, antara lain untuk menghasilkan tegangan searah dari tegangan bolak-balik, untuk membuat berbagai bentuk gelombang isyarat, untuk mengatur tegangan searah agar tidak berubah dengan beban maupun dengan perubahan tegangan, untuk saklar elektronik, LED, laser semikonduktor.6
2.4 Metode Chemical Solution Deposition
(CSD)
Metode chemical solution deposition
(CSD) adalah salah satu metode pembuatan
film dengan menggunakan larutan yang diletakkan di permukaan substrat kemudian
diputar dengan kecepatan tertentu
menggunakan alat spin coating. Proses spin
coating dapat dipahami dengan perilaku
aliran larutan pada piringan substrat yang berputar. Metode CSD memiliki kontrol stoikiometri yang baik, mudah dalam pembuatannya serta sintesisnya terjadi pada suhu rendah. 10
Kelajuan spin coater merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keluaran film yang dihasilkan oleh metode
spin coating. Perbedaan laju spin coater
± 50 rpm dapat menyebabkan perbedaan ketebalan film yang dihasilkan dari proses tersebut sekitar ± 10 %. Selain kelajuan spin
coater terdapat beberapa parameter lagi yang
menjadi faktor yang dapat mempengaruhi sifat film diantaranya adalah waktu spinning. Pemberian waktu spin lebih lama dapat mengakibatkan film yang dihasilkan semakin tipis untuk molaritas gel yang sama. Tebal tipisnya suatu film yang ditumbuhkan biasanya dipengaruhi oleh laju putaran spin
coater, material untuk membuat film, substrat
serta waktu putaran yang diberikan.11
2.5 Proses Annealing
Proses annealing merupakan suatu proses pemanasan yang diberikan kepada material dengan menaikkan suhunya dalam rentang waktu yang panjang sehingga mencapai suhu
rekristalisasi kemudian menurunkannya
secara perlahan hingga suhu pada tungku
anneal mencapai suhu ruang. Biasanya
proses annealing digunakan untuk
mengurangi tekanan, meningkatkan
kehalusan butir, meningkatkan kehomogenan
butir, meningkatkan kekerasan dan
spesifik.12,13 Tahapan dari proses annealing ini dimulai dengan memanaskan material sampai suhu yang diinginkan, menahan pada suhu tersebut selama beberapa waktu tertentu agar tercapai perubahan yang diinginkan kemudian mendinginkan material tadi dengan laju pendinginan yang cukup lambat hingga suhu kamar.
Proses annealing pada suhu yang berbeda akan menghasilkan karakterisasi film yang berbeda dalam hal struktur kristal, ukuran butir dan ketebalan. Proses annealing yang diberikan pada suatu film mengakibatkan energi atom-atom penyusun film berikatan antara satu atom dengan atom lainnya. Efek proses annealing tersebut adalah orientasi kristal yang dimiliki oleh suatu film akan menjadi lebih teratur dibanding dengan film yang tidak dilakukan proses annealing.
2.6 X-ray Diffraction (XRD)
Struktur kristal dipelajari menggunakan metode X-ray diffraction (XRD). Orde panjang gelombang sinar-X hampir sama dengan jarak antar atom pada kristal, maka sinar-X dapat didifraksi oleh kristal. Pola difraksi sinar-X muncul akibat hamburan atom-atom yang terletak pada bidang hkl dalam kristal dan pola intensitas difraksi mengandung informasi penting mengenai struktur kristalografi suatu bahan.14 Metode karakterisasi dengan XRD didasari sifat difraksi sinar-X yang dijelaskan dalam
hukum Bragg. Cahaya pada panjang
gelombang (λ) (Cu = 1,50546 Å) dihamburkan saat melewati kisi kristal dengan sudut datang (θ) dan jarak antar bidang sebesar (d). Metode difraksi sinar-X adalah salah satu cara untuk mempelajari keteraturan atom atau molekul dalam suatu struktur tertentu. Jika struktur atom atau molekul tertata secara teratur membentuk kisi, maka radiasi elektromagnetik pada kondisi eksperimen tertentu akan mengalami penguatan. Pengetahuan tentang kondisi eksperimen itu dapat memberikan informasi yang sangat penting tentang penataan atom atau molekul dalam suatu struktur. Sinar-X dapat terbentuk bilamana suatu logam sasaran ditembaki dengan berkas elektron berenergi tinggi.
Dalam eksperimen digunakan sinar-X
yang monokromatis. Kristal akan
memberikan hamburan yang kuat jika arah bidang kristal terhadap berkas sinar-X (sudut) memenuhi persamaan (2.6.1):
2d sin = nλ (2.6.1)
Keterangan: d jarak antar bidang dalam kristal (cm) , sudut difraksi ( ° ), n orde
(0,1,2,3,...) dan panjang gelombang
(Cu = 1,50546 Å). 15
Berdasarkan teori difraksi, sudut difraksi untuk data yang diperoleh dari metode karakteristik XRD bergantung kepada lebar celah kisi sehingga mempengaruhi pola
difraksi. Intensitas cahaya difraksi
bergantung dari berapa banyak kisi kristal yang memiliki orientasi yang sama. Metode ini dapat digunakan untuk menentukan struktur kristal, parameter kisi, derajat kristalinitas dan fase yang terdapat dalam suatu sampel. Untuk mencari parameter kisi dapat menggunakan metode cohen. Metode ini sangat akurat karena kesalahan sistematis
tereliminasi oleh pemilihan fungsi
ekstrapolasi yang tepat dan kesalahan acak dikurangi dengan metode kuadrat terkecil.14 Gambar 2.1 dan Gambar 2.2 masing-masing menunjukkan struktur kristal rhombohedral dan monoclinic.
Gambar 2.1 Struktur kristal rhombohedral
Gambar 2.2 Struktur kristal monoclinic
Gambar 2. 3 Diagram meja rotasi, sumber sinar-X dan detektor pada XRD
Data yang didapatkan dari XRD dapat diolah dengan persamaan Debye-Scherrer :
τ = 0.9λ / B cos θn (2.6.2)
τ adalah ukuran kristal film, λ adalah panjang
gelombang sinar-X yang digunakan,
θn adalah sudut puncak dan B adalah lebar
puncak pada intensitas maksimum.
Pada alat X-ray difraktometer, sampel ditempatkan pada rotation table. Sinar-X ditembakkan dari source menuju sampel dengan sudut awal 0o. Kemudian sinar-X yang dipantulkan sampel akan diterima di
detektor. Table akan dirotasi untuk
mendapatkan nilai intensitas pantulan pada tiap sudut putaran. Untuk itu detektor akan menyesuaikan posisi sebesar dua kali lipat sudut rotasi table.15
2.7 Konduktivitas Listrik
Konduktansi listrik (G) adalah
kemampuan suatu bahan untuk melewatkan arus listrik dan dinyatakan dalam satuan mho atau siemens (S). Konduktivitas listrik adalah ukuran dari kemampuan suatu bahan untuk menghantarkan arus listrik.9 Berdasarkan nilai konduktivitas, suatu material dapat
dibedakan menjadi tiga bagian yaitu
konduktor, semikonduktor dan isolator. Nilai dari konduktivitas listrik berbeda untuk isolator, konduktor dan semikonduktor. Material semikonduktor mempunyai nilai konduktivitas antara (10-8 sampai 103) S/cm.16 Nilai konduktivitas dapat dicari dari persamaan (2.7.1) :
ζ =
𝐺𝑙𝐴
(2.7.1 )
dimana σ, l, G dan A berturut-turut adalah konduktivitas listrik bahan, jarak antar kontak, konduktansi dan luas penampang.17
Adapun nilai konduktivitas material bergantung dari material tersebut. Suhu
mempengaruhi nilai resistansi dan
konduktivitas suatu material.14 Material yang
bersifat isolator, pada umumnya
konduktivitasnya akan naik jika suhunya ditingkatkan. Pada material yang bersifat
konduktor sebaliknya jika suhunya
ditingkatkan maka nilai konduktivitasnya menurun.18
Gambar 2. 4 Spektrum konduktivitas listrik dan resistivitas
2.8 Kapasitor dan Konstanta Dielektrik
Kapasitor adalah piranti yang berfungsi untuk menyimpan muatan dan energi listrik. Kapasitor terdiri dari dua konduktor yang berdekatan tetapi terisolasi satu dengan lainnya dan membawa muatan yang sama besar namun berlawanan. Struktur sebuah kapasitor terbuat dari dua buah plat metal yang dipisahkan oleh suatu bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya udara, vakum, keramik, gelas dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi tegangan listrik, maka muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah satu kaki (elektroda) metalnya dan pada saat yang sama muatan-muatan negatif terkumpul pada ujung metal yang satu lagi. Muatan positif tidak dapat mengalir menuju ujung kutub negatif dan sebaliknya muatan negatif tidak bisa menuju ke ujung kutub positif karena
terpisah oleh bahan dielektrik yang
nonkonduktif. Muatan elektrik ini tersimpan selama tidak ada konduksi pada ujung-ujung kakinya. Di alam bebas, fenomena kapasitor ini terjadi pada saat terkumpulnya muatan-muatan positif dan negatif di awan.19
Kemampuan material untuk polarisasi dinyatakan sebagai permitivitas (ε) dan permitivitas relatif (κ) adalah perbandingan antara permitivitas material (ε) dengan permitivitas vakum (ε0). Nilai konstanta dielektrik merupakan gambaran kemampuan suatu material dapat menyimpan muatan listrik seiring dengan salah satu fungsi kapasitor sebagai penyimpan muatan.10 Cara perhitungan konstanta dielektrik dapat
dilakukan dengan perhitungan sebagai
berikut :
I = 𝐼0𝑒−𝑡/𝑅𝐶 (2.8.1) nilai maksimum terjadi pada saat
I = 𝐼0
𝑒 maka 𝐼0
𝑒 = 𝐼0𝑒
−𝑡/𝑅𝐶 (2.8.2) sehingga didapat hubungan
t = RC, atau C = 𝑡
𝑅 (2.8.3)
dari hubungan : C =𝜅𝜀0𝐴𝑑 (2.8.4) Konstanta dielektrik film adalah :
𝜅 =
𝐶𝑑𝐴𝜀0 (2.8.5) Dimana :
ε
0 = permitivitas relatif dalam ruanghampa ( 8,85 x 10
-12 F/ m)A = luas kontak (m2)
d = ketebalan film (m) C = kapasitansi (F)
Gambar 2.5 kapasitor keping sejajar
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium
Material dan laboratorium Biofisika
Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan dari bulan Januari 2012 sampai dengan bulan November 2012 .
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah pisau mata intan, penggaris, pinset, gelas ukur, beaker glass, Bransonic 2510, pipet volumetrik, hot plate, neraca analitik, reaktor spin coater, gunting, spatula, stop
watch, tabung reaksi, pipet, selotip, doubletip, tissue, sarung tangan karet, LCR
meter, masker serta kawat atau kabel.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah bubuk Litium asetat [LiO2C2H3],
bubuk Tantalum oksida [Ta2O5], pelarut 2-metoksietanol [C3H8O2], substrat Si (100)
tipe-p, deionized water, aseton PA
[CH3COCH3, 58.06 g/mol], metanol PA [CH3OH, 32.04 g/mol], asam florida (HF), kaca preparat, pasta perak, kawat tembaga halus, dan alumunium foil.
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Persiapan substrat Si tipe-p
Substrat yang digunakan adalah Si (100) tipe-p. Substrat dipotong membentuk segi empat berukuran 1 cm x 1 cm menggunakan pisau mata intan. Substrat dibersihkan dengan proses pencucian sebagai berikut: (1) substrat yang telah dipotong, direndam dalam larutan aseton PA selama 10 menit sambil digetarkan dengan ultrasonik, (2) substrat direndam dalam deionized water selama 10 menit sambil digetarkan dengan ultrasonik, (3) substrat direndam dalam metanol PA selama 10 menit sambil digetarkan dengan ultrasonik, (4) substrat diangkat kemudian
rendam dalam deionized water, selanjutnya direndam selama beberapa detik dengan campuran HF dan deionized water dengan perbandingan 1:5, (5) tahap terakhir substrat direndam dalam deionized water selama
10 menit sambil digetarkan dengan
ultrasonik. Setelah selesai semua tahap pencucian, substrat dikeringkan di permukaan
hot plate pada suhu 100oC selama 1 jam.
3.3.2 Pembuatan larutan LiTaO3 1 M
Film LiTaO3 yang ditumbuhkan pada permukaan substrat silikon tipe-p dibuat dengan mereaksikan bubuk Litium asetat dan bubuk Tantalum oksida kemudian ditambah pelarut 2-metoksietanol sebanyak 2,5 ml. Bahan-bahan tersebut direaksikan dalam tabung reaksi kemudian digetarkan dengan ultrasonik. Hasil reaksi berupa larutan LiTaO3 murni. Komposisi massa masing-masing bahan ditentukan dengan perhitungan stoikiometri, kemudian bahan-bahan tersebut ditimbang menggunakan neraca analitik.
3.3.3 Penumbuhan film LiTaO3
Penumbuhan film menggunakan metode CSD di permukaan reaktor spin coater. Metode CSD merupakan pembuatan film dengan cara pendeposisian larutan bahan kimia di permukaan substrat, kemudian
dipreparasi dengan spin coater pada
kecepatan 3000 rpm. Langkah penumbuhan film sebagai berikut : substrat yang telah
dibersihkan, diletakkan di permukaan
piringan reaktor spin coater kemudian 1/3 bagiannya ditutup menggunakan selotip. Bagian 2/3 substrat ditetesi larutan LiTaO3 sebanyak satu tetes, 3 kali ulangan. Reaktor
spin coater diatur pada kecepatan 3000 rpm
selama 30 detik setiap penetesan larutan LiTaO3. Setelah itu substrat dipanaskan di permukaan hot plate untuk menguapkan sisa cairan yang ada. Proses penumbuhan film menggunakan metode CSD dapat dilihat pada Gambar 3.1.
3.3.4 Proses annealing
Proses annealing bertujuan untuk
mendifusikan larutan LiTaO3 dengan substrat silikon. Proses annealing dilakukan secara bertahap menggunakan furnace VulcanTM
3-130. Pemanasan dimulai pada suhu ruang
kemudian dinaikkan hingga suhu annealing yang diinginkan dengan kenaikan suhu 1,7oC/menit. Setelah didapatkan suhu 800oC, 850oC, dan 900oC kemudian suhu annealing tersebut ditahan konstan selama 1 jam, 8 jam, 15 jam, dan 22 jam. Selanjutnya dilakukan
proses pendinginan sampai didapatkan
kembali suhu ruang. Parameter penumbuhan
sampel film LiTaO3 yang dilakukan
annealing dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Proses annealing dapat dilihat pada Gambar 3.2.
3.3.5 Perhitungan ketebalan film LiTaO3
Setelah proses annealing film LiTaO3
dihitung ketebalannya dengan metode
volumetrik. Substrat Si yang telah dicuci kemudian ditimbang sebagai massa awal (m1). Substrat Si yang telah ditumbuhkan film
LiTaO3 di permukaannya setelah proses
annealing kemudian ditimbang sebagai
massa akhir (m2). Luas film LiTaO3 di permukaan silikon diukur menggunakan penggaris besi 30 cm. Perhitungan lengkap ketebalan film LiTaO3 dapat dilihat pada Lampiran 2.
3.3.6 Pembuatan kontak pada film LiTaO3
Proses selanjutnya adalah pembuatan kontak. Diawali dengan cara membuat pola kontak pada film yang berukuran 1 cm x 1 cm menggunakan aluminium foil. Setelah itu dilakukan proses metalisasi menggunakan bahan kontak aluminium 99,99 %, selanjutnya pemasangan kawat tembaga halus menggunakan pasta perak pada kontak. Film LiTaO3 tampak samping yang telah ditumbuhkan pada permukaan substrat Si tipe-p dan telah dipasang kontak dapat dilihat pada Gambar 3.3.
3.3.7 Karakterisasi Film LiTaSiO5
3.3.7.1 Karakterisasi XRD
Karakterisasi XRD merupakan metode untuk mengidentifikasi struktur kristal film LiTaSiO5. Karakterisasi XRD menggunakan
shimadzu XRD-7000. Data hasil karakterisasi
XRD digunakan untuk mengidentifikasi
struktur kristal yang terbentuk dan
menghitung parameter kisi. Puncak-puncak
yang diperoleh dari data pengukuran
kemudian dicocokkan dengan standar difraksi sinar-X untuk semua jenis material. Sifat-sifat material film LiTaSiO5 dapat ditentukan jika telah diketahui struktur kristalnya.
3.3.7.2 Karakterisasi konduktivitas listrik
Konduktivitas diukur menggunakan LCR meter dengan berbagai variasi frekuensi yaitu pada 10 kHz, 50 kHz dan 100 kHz. Dari alat tersebut diperoleh nilai konduktansi (G). Data konduktansi ini digunakan untuk menghitung nilai konduktivitas listrik. Nilai konduktivitas dapat dicari dari persamaan (2.7.1). Data konduktivitas listrik film yang didapat akan dibandingkan dengan data literatur apakah
film yang terbentuk termasuk bahan
konduktor, semikonduktor atau isolator.
3.3.7.3 Karakterisasi konstanta dielektrik
Karakterisasi konstanta dielektrik
diperoleh dari nilai kapasitansi film. Nilai
kapasitansi dapat diukur dengan
menggunakan alat LCR meter. Pengukuran nilai kapasitansi dilakukan pada frekuensi yang berbeda yaitu 10 kHz, 50 kHz, dan 100 kHz. Setelah didapat nilai kapasitansi maka nilai konstanta dielektrik dapat dicari berdasarkan persamaan (2.8.5).
Tabel 3.1 Empat puluh enam sampel film LiTaO3
setelah proses annealing
Keterangan : Sampel uji yang digunakan untuk karakterisasi XRD
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakterisasi XRD
Karakterisasi XRD menggunakan
shimadzu XRD-7000. Film yang
dikarakterisasi film LiTaO3 pada suhu
annealing 850oC, 900oC selama 8 jam dan 15 Jam. Apabila suatu bahan dikenai sinar-X maka intensitas sinar-X yang ditransmisikan lebih kecil dari intensitas sinar
datang. Hal ini disebabkan adanya
penyerapan oleh bahan dan juga
penghamburan oleh atom-atom dalam
material tersebut. Berkas sinar yang dihantarkan tersebut ada yang saling menghilangkan karena fasenya berbeda dan ada juga yang saling menguatkan karena fasenya sama. Berkas sinar-X yang saling menguatkan disebut sebagai berkas difraksi. Puncak-puncak difraksi yang terbentuk mengindikasikan partikel film memiliki distribusi orientasi kristal. Dari puncak-puncak difraksi tersebut dapat ditentukan indeks miller (hkl). Indeks miller yang diperoleh digunakan untuk menentukan
parameter kisi. Suatu kristal dapat
didifraksikan dengan sinar-X karena orde panjang gelombang sinar-X hampir sama dengan jarak antar atom pada kristal.
Berdasarkan data hasil karakterisasi XRD yang diperoleh terlihat bahwa terjadi
perubahan struktur kristal LiTaO3
(rhombohedral) menjadi LiTaSiO5
(monoclinic). Litium tantalat silikat (LiTaSiO5) terbentuk dari LiTaO3 yang bersenyawa dengan substrat silikon. Suhu
annealing ini mengakibatkan peningkatan
energi vibrasi termal yang menyebabkan
perubahan struktur kristal LiTaO3
(rhombohedral) menjadi LiTaSiO5
(monoclinic). Proses annealing digunakan
untuk mengurangi tekanan, meningkatkan kehalusan butir, meningkatkan kehomogenan
butir, meningkatkan kekerasan dan
menciptakan suatu struktur mikro yang spesifik.9,20
Gambar 4.1 Pola karakterisasi XRD LiTaSiO5 pada
suhu annealing 850°C selama 8 jam
Gambar 4.2 Pola karakterisasi XRD LiTaSiO5 pada
suhu annealing 850°C selama 15 jam
Gambar 4.3 Pola karakterisasi XRD LiTaSiO5 pada
Gambar 4.4 Pola karakterisasi XRD LiTaSiO5 pada suhu
annealing 900°C selama 15 jam
Gambar 4.5 Pola karakterisasi XRD LiTaSiO5 pada
suhu annealing 850oC, 900oC
selama 8 jam dan 15 jam
Pada suhu 850oC selama waktu annealing 8 jam terbentuk enam puncak LiTaO3 pada hkl (102), (104), (202), (212), (208) dan (312), selama waktu annealing 15 jam juga terbentuk enam puncak LiTaO3 pada hkl (102), (104), (204), (212), (208) dan (312). Pada suhu 900°C selama waktu annealing 8 jam terbentuk empat puncak LiTaO3 pada hkl (102), (104), (212) dan (312), sedangkan selama waktu annealing 15 jam terbentuk tiga puncak LiTaO3 pada hkl (102), (212) dan (312). Sebagian besar LiTaO3 yang terbentuk memiliki intensitas yang lebih rendah dibandingkan dengan intensitas LiTaSiO5. Pada suhu 850oC, 900oC selama waktu
annealing 8 jam dan 15 jam masing-masing
terbentuk enam puncak LiTaSiO5 pada hkl (020), (002), (130), (122), (040) dan (312).
Film yang memiliki intensitas yang tinggi dikatakan mempunyai kualitas kristal yang lebih baik dibandingkan dengan film yang intensitasnya lebih rendah.21 Puncak yang terbentuk dari struktur kristal berupa puncak tajam karena memiliki derajat keteraturan yang tinggi, sedangkan pada amorf puncak-puncak yang dihasilkan sangat landai karena memiliki derajat keteraturan yang sangat rendah.14 Pergeseran sudut difraksi film
karena adanya pengaruh lama waktu
annealing dan besar suhu annealing. Pada
saat suhu annealing 850°C selama waktu
annealing 8 jam puncak LiTaO3 yang terbentuk lebih banyak tetapi ketika suhu dan waktu annealing ditingkatkan jumlah puncak LiTaO3 yang terbentuk semakin sedikit. Semakin banyak bidang kristal yang terdapat dalam sampel, semakin kuat intensitas pembiasan yang dihasilkannya. Dalam data JCPDS dipaparkan bahwa LiTaO3 memiliki nilai parameter kisi a adalah 5,159 Å, parameter kisi c adalah 13,76 Å, sedangkan nilai parameter kisi LiTaSiO5 (a = 7,514 Å, b = 7,929 Å, c = 7,445 Å).22 Strukturkristal dari LiTaSiO5 adalah monoclinic. Nilai parameter kisi LiTaO3 ditunjukkan pada Tabel 4.1 yang diperoleh dengan metode analitik (dapat dilihat pada Lampiran 3) dan nilai parameter kisi LiTaSiO5 ditunjukkan pada Tabel 4.2 yang diperoleh dengan metode analitik juga (dapat dilihat pada Lampiran 4).
Gambar 4.5 menunjukkan gabungan pola XRD film LiTaSiO5 pada suhu annealing 850oC, 900oC selama 8 jam dan 15 jam. Pada Gambar 4.5 dapat dilihat intensitas LiTaSiO5 lebih tinggi dibandingkan dengan intensitas LiTaO3. Hal ini menunjukkan kualitas kristal LiTaSiO5 lebih baik dibanding LiTaO3. Tabel 4.1 menunjukkan nilai parameter kisi a dan c film LiTaO3 hampir mendekati nilai parameter kisi literatur. Pada Tabel 4.2 diperoleh nilai parameter kisi LiTaSiO5 yang sama pada suhu annealing 850°C, 900°C selama 8 jam dan 15 jam. Masing-masing sampel mempunyai enam puncak LiTaSiO5. Nilai parameter kisi a, b dan c untuk LiTaSiO5 yang diperoleh hampir mendekati nilai parameter kisi literatur.
4.2 Karakterisasi Konduktivitas Listrik
Nilai konduktivitas material bergantung dari material tersebut. Suhu mempengaruhi nilai resistansi dan konduktivitas suatu material. Nilai konduktivitas listrik suatu
bahan material menunjukkan material
tersebut bersifat isolator, semikonduktor atau konduktor. Besarnya nilai konduktivitas
listrik berbanding terbalik dengan
resistansinya. Konduktivitas listrik akan meningkat jika resistansi suatu bahan material menurun. Material yang bersifat isolator konduktivitasnya akan meningkat jika suhunya ditingkatkan. Pada material yang bersifat konduktor sebaliknya jika
suhunya ditingkatkan maka nilai
konduktivitasnya menurun.
Pengukuran konduktansi (G) dilakukan pada frekuensi 10 kHz, 50 kHz dan 100 kHz. Konduktivitas listrik dari masing-masing sampel dengan variasi suhu annealing dan
waktu annealing dapat dihitung
menggunakan persamaan (2.7.1). Luas
kontak (A) dan jarak antar kontak (l) pada setiap sampel berpengaruh untuk perhitungan konduktivitas listrik. Material semikonduktor mempunyai nilai konduktivitas pada selang antara (10-8 sampai 103) S/cm. Nilai konduktivitas listrik film LiTaSiO5 yang diperoleh berkisar antara 10-7 S/cm sampai 10-5 S/cm. Hal ini menunjukkan bahwa film LiTaSiO5 adalah material semikonduktor. Semikonduktor merupakan bahan dengan konduktivitas listrik yang berada diantara isolator dan konduktor. Sifat bahan baik konduktor, isolator, maupun semikonduktor terletak pada struktur jalur atau pita energi atom-atomnya, yang membedakan apakah bahan itu termasuk konduktor, isolator, atau
semikonduktor adalah energi Gap (Eg). Energi gap adalah energi yang diperlukan oleh elektron untuk memecahkan ikatan kovalen sehingga dapat berpindah jalur dari jalur valensi ke jalur konduksi. Pada material semikonduktor, karena celah energinya sempit maka jika suhu naik, sebagian elektron di pita valensi naik ke pita konduksi dengan meninggalkan tempat kosong (hole) di pita valensi. Elektron yang telah berada di pita konduksi maupun hole di pita valensi akan bertindak sebagai pembawa muatan untuk terjadinya arus listrik. Konduktivitas listrik akan naik jika suhu dinaikkan. Cara perhitungan nilai konduktivitas listrik ditunjukkan pada Lampiran 5.
Gambar 4.6 Hubungan lama waktu annealing dan suhu annealing terhadap konduktivitas listrik film LiTaSiO5 pada frekuensi 10 kHz
Gambar 4.7 Hubungan lama waktu annealing dan suhu annealing terhadap konduktivitas listrik film LiTaSiO5 pada frekuensi 50 kHz
Gambar 4.8 Hubungan lama waktu annealing dan suhu annealing terhadap konduktivitas listrik film LiTaSiO5 pada frekuensi 100 kHz
Dari Gambar 4.6, 4.7 dan 4.8
menunjukkan pada suhu annealing 800oC dan 850oC, semakin lama waktu annealing nilai konduktivitas listrik semakin menurun tetapi pada waktu 22 jam kembali naik. Pada suhu
annealing 900oC, nilai konduktivitas film LiTaSiO5 semakin lama waktu annealingnilai konduktivitas listrik semakin menurun. Perbedaan ukuran butir kristal LiTaSiO5 akibat suhu annealing dan waktu annealing mempengaruhi nilai konduktivitas listrik film
LiTaSiO5 begitu juga semakin besar
frekuensi yang diberikan maka nilai
konduktivitas listrik dari film LiTaSiO5 semakin meningkat.
4.3 Karakterisasi Konstanta dielektrik
Nilai konstanta dielektrik merupakan gambaran bahwa material tersebut dapat menyimpan muatan listrik seiring dengan
salah satu fungsi kapasitor sebagai
penyimpan muatan. Ketika sebuah dielektrik disisipkan dalam ruang antara keping-keping sebuah kapasitor, kapasitansi kapasitor akan meningkat. Nilai konstanta dielektrik diperoleh berdasarkan persamaan (2.8.5). Pengukuran nilai konstanta dielektrik dilakukan pada suhu annealing 800oC, 850oC, 900oC selama 1 jam, 8 jam, 15 jam dan 22 jam. Konstanta dielektrik (k) yang diperoleh ketika diberikan frekuensi berbeda akan menghasilkan k yang berbeda Nilai konstanta dielektrik LiTaSiO5 yang diperoleh berkisar antara 1,99 sampai 36,74. Cara
perhitungan mencari nilai konstanta
dielektrik dari film LiTaSiO5 dapat dilihat pada Lampiran 6.
Berdasarkan persambungan p-n yang terbentuk pada film dan substrat: film bertipe-n memiliki muatan negatif bebas serta ion positif statik sedangkan substrat memiliki
muatan positif bebas dan ion negatif statik. Tepat pada daerah sambungan dan sekitarnya terjadi difusi muatan bebas, elektron menuju tipe-p dan hole menuju tipe-n. Peristiwa
difusi tersebut disertai terjadinya
rekombinasi, yaitu penggabungan elektron dan hole kemudian hilang. Dengan adanya rekombinasi ini di daerah sambungan tidak ada lagi muatan-muatan bebas yang tertinggal hanyalah ion-ion statik yaitu ion-ion dari atom donor dan akseptor. Daerah sambungan seperti ini disebut dengan daerah deplesi, karena daerah deplesi mengandung muatan positif statik pada salah satu sisi dan muatan negatif pada sisi lain maka timbul medan listrik pada daerah deplesi. Dengan demikian daerah deplesi memiliki nilai kapasitansi.23
Gambar 4.9 Hubungan lama waktu annealing dan suhu annealing terhadap konstanta dielektrik film LiTaSiO5 pada frekuensi 10 kHz
Gambar 4.10 Hubungan lama waktu annealing dan suhu annealing terhadap konstanta
dielektrik film LiTaSiO pada frekuensi 50 kHz
Gambar 4.11 Hubungan lama waktu annealing dan suhu annealing terhadap konstanta dielektrik film LiTaSiO5 pada frekuensi 100 kHz
Pada Gambar 4.9, ketika suhu annealing 800°C semakin lama waktu annealingnya menunjukkan nilai konstanta dielektriknya semakin meningkat sebaliknya pada suhu
annealing 850°C dan 900°C. Pada
Gambar 4.10, ketika suhu annealing 800°C menunjukkan nilai konstanta dielektrik awalnya meningkat kemudian pada waktu
annealing 22 jam konstanta dielektriknya
menurun. Pada suhu annealing 850°C menunjukkan nilai konstanta dielektrik awalnya menurun kemudian pada waktu
annealing 22 jam konstanta dielektriknya
meningkat dan pada suhu 900°C semakin lama waktu annealing nilai konstanta dielektriknya semakin menurun. Gambar 4.11 terlihat bahwa ketika suhu annealing 800°C dan 850°C semakin lama waktu annealingnya menunjukkan nilai konstanta dielektriknya semakin menurun sedangkan pada suhu
annealing 900°C menunjukkan nilai
konstanta dielektrik awalnya menurun
kemudian pada waktu annealing 22 jam konstanta dielektriknya meningkat. Dari Gambar 4.9, 4.10 dan 4.11 ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi nilai konstanta dielektrik yaitu suhu annealing,
waktu annealing, ketebalan film dan
frekuensi. Seiring dengan kenaikan suhu
annealing pada film, akan menurunkan nilai
konstanta dielektriknya. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya konsentrasi zat karena penguapan yang terjadi semakin besar seiring dengan meningkatnya suhu
annealing. Ketika frekuensi yang digunakan
semakin besar maka nilai kapasitansi semakin kecil. Penurunan nilai kapasitansi menjadikan nilai konstanta dielektrik film makin kecil.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Suhu annealing LiTaO3 850°C dan 900°C
dengan waktu annealing lebih lama
mengakibatkan terjadi perubahan struktur kristal dari LiTaO3 (rhombohedral) menjadi LiTaSiO5 (monoclinic). Intensitas LiTaSiO5 lebih tinggi dibanding intensitas LiTaO3.
Semakin tinggi intensitas LiTaSiO5
menunjukkan kualitas kristal LiTaSiO5 yang semakin baik karena derajat kristalinitasnya
semakin tinggi. Hasil karakterisasi
konduktivitas listrik LiTaSiO5 yang diperoleh berkisar antara (10-7 sampai 10-5 ) S/cm. Hal ini menunjukkan bahwa film LiTaSiO5 merupakan material semikonduktor. Nilai konstanta dielektrik LiTaSiO5 berbeda tergantung pada ketebalan film, suhu
annealing, waktu annealing dan frekuensi
yang diberikan pada saat melakukan
pengukuran kapasitansi dengan LCR meter. Hasil karakterisasi menunjukkan pada suhu 850°C dan 900°C selama waktu annealing 8 jam menghasilkan film LiTaSiO5 yang lebih baik karena memiliki derajat kristalinitas, nilai konduktivitas listrik dan konstanta dielektrik yang lebih tinggi dibandingkan dengan waktu annealing 15 jam.
5.2 Saran
Pada penelitian selanjutnya diharapkan menumbuhkan film LiTaO3 pada variasi suhu
annealing tidak melebihi suhu currie (601±5,5)o
C agar tidak terjadi perubahan senyawa dan struktur kristal. Pada proses
annealing juga hendaknya diperhatikan agar
diperoleh film yang kualitas kristalnya lebih baik yaitu film yang memiliki derajat kristalinitas tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Uchino K. 2000. Ferroelectric Devices. New York : Marcel Dekker, Inc. 2. Irzaman, Maddu A, Syafutra H dan
Ismangil A. 2010. Uji konduktivitas
listrik dan dielektrik film tipis lithium tantalate (LiTaO3) yang didadah
niobium pentaoksida (Nb2O5)
menggunakan metode chemical solution deposition. Di dalam : Prosiding Seminar Nasional Fisika. hlm 175-183.
3. Hikam M, Sarwono E dan Irzaman. 2004. Perhitungan polarisasi spontan
dan momen quadrupol potensial listrik bahan PIZT (PbInxZryTi1-x-yO3-x/2).
Makara, Sains 8 (3): 108-115.
4. Saito, T, Ismunandar.1996. Kimia
Anorganik. Permiission of Iwanami
Shaten Publisher.
5. Malvino A V. 1990. Prinsip-prinsip
Elektronika. Jakarta: Salemba Teknika.
6. Sutrisno. 1986. Elektronika Teori dan
Penerapannya. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
7. Seo, J.Y, S.W, Park.2004. Chemical
mechanical planarization characteristic of ferroelectric film for FRAM applications. J. of Korean Physics
Society. 45 (3). 769-772.
8. Irzaman, Darvina Y, Fuad A, Arifin P, Budiman M dan Barmawi M. 2003.
Physical and pyroelectric properties of tantalum oxide doped lead zirconium titanate [Pb0.9950(Zr0.525Ti0.465Ta0.010)O3]
thin films and its applications for IR sensor. Physica Status Solidi (a) Germany 199 (3): 416-424.
9. Kwok K N. 2001. Complete to
Semiconductor Devices. New York:
McGraw-Hill, Inc.
10. Marwan, A. 2007. Studi efek fotovoltaik
bahan Ba0,5Sr0,5TiO3 yang didadah galium (BGST) di atas substrat Si (100) Tipen. [Skripsi]. Departemen Fisika,
Institut Pertanian Bogor.
11. C. P. Poole. 1998. The Physics
Handbook Fundamentals and Key Equations. New York : John Wiley and
Son, Inc.
12. Chaidir A, Kisworo D. 2007. Pengaruh
pemanasan terhadap struktur-mikro, sifat mekanik dan korosi paduan Zr-Nb-Sn-Fe. [Hasil-hasil Penelitian EBN]. ISSN 0854-5561.
13. Setiawan A. 2008. Uji sifat listrik dan
optik BST yang didadah niobium (BSNT) ditumbuhkan di atas substrat Si (100) tipe-p dan gelas corning dengan
penerapannya sebagai fotodiode
[skripsi]. Bogor: FMIPA, IPB.
14. Frimasto H. 2007. Sifat optik film tipis
bahan ferrolektrik BaTiO3 yang didadah
tantalum (BTT) [skripsi]. Bogor: FMIPA,
IPB.
15. Cullity, B.D. 1956. Elements Of X-Ray
Diffraction. Massachusetts, Addison Wesley Publishing Company.
16. Milan J, Lauhon L, Allen J. 2005.
Photoconductivity Of Semiconducting
CdS.
17. Tipler PA.1991. Physics for Scientist and
Engineers. Worth Publisher Inc.
18. X Liu. 2005. Nanoscale chemical ething
of near-stoichiometric lithium tantalite.
Journal Material sains 97(1):30-38. 19. P. S. Kirev. 1975. Semiconductor
Physic. Moscow :MIR Publisher.
20. Hillaludin M N. 2011. Pembuatan sel
surya berbasis film tipis Ba0.5Sr0.5TiO3
(BST) [skripsi]. Bogor: FMIPA, IPB.
21. Suhaldi, Marwoto P dan Sugianto. 2006.
Pengaruh kondisi penumbuhan pada sifat fisis film tipis Ga2O3 dengan doping
ZnO [skripsi]. Semarang: Universitas
Negeri Semarang.
22. JCPDS.1997.International Centre for
Diffraction Data. U.S.A : Campus
Boulevard.
23. Rio,S.R, M.lida.1999. Fisika dan Teknologi Semikonduktor. PT.Pradnya
Lampiran 1. Diagram alir penelitian
Tidak 2-metoksietanol Tantalum oksida Litium asetat Persiapan substrat Si (100) Persiapan bahan dan alatMULAI
Pembuatan larutan LiTaO3
Penumbuhan film LiTaO3 dengan metode CSD dan spin coating
Proses annealing
Berhasil
Penumbuhan kontak pada film
Penulisan skripsi Pengolahan dan analisis data Karakterisasi konstanta dielektrik Karakterisasi konduktivitas listrik
Karakterisasi XRD
SELESAI
Lampiran 2 Perhitungan ketebalan film LiTaO
3Metode volumetrik
𝑑 =
𝑚
2− 𝑚
1𝜌
𝑓𝑖𝑙𝑚∙ 𝐴
Keterangan :
𝑑 = ketebalan film (cm)
𝑚
1= massa substrat sebelum ditumbuhkan film (g)
𝑚
2= massa substrat setelah 𝑎𝑛𝑛𝑒𝑎𝑙𝑖𝑛𝑔 dan terdapat film dipermukaanya (g)
𝐴 = luas permukaan film yang terdeposisi pada permukaan substrat (cm
2)
𝜌
𝑓𝑖𝑙𝑚= massa jenis film yang terdeposisi (g/cm
3)
1. Film LiTaO
3setelah proses annealing 800
o
C, 1 jam
m
2 = 0,1297 g; m1 = 0,1291 g; 𝜌𝑓𝑖𝑙𝑚= 7,45 g/cm
3; A = 0,6 cm
2𝑑 =
0,1297 g − 0,1291 g
7,45g/cmᶟ ∙ 0,6 cm²
= 1,34 𝑥 10
−4cm
2. Film LiTaO
3setelah proses annealing 800
o
C, 8 jam
m
2 = 0,1253 g; m1 = 0,1249 g; 𝜌𝑓𝑖𝑙𝑚= 7,45 g/cm
3; A = 0,5 cm
2𝑑 =
0,1253 g − 0,1249 g
7,45g/cmᶟ ∙ 0,5 cm²
= 1,07 x 10
−4cm
3. Film LiTaO
3setelah proses annealing 800
o
C, 15 jam
m
2 = 0,1272 g; m1 = 0,1265 g; 𝜌𝑓𝑖𝑙𝑚= 7,45 g/cm
3; A = 0,5 cm
2𝑑 =
0,1272 g − 0,1265 g
7,45g/cmᶟ ∙ 0,5 cm²
= 1,88 x 10
−4cm
4. Film LiTaO
3setelah proses annealing 800
o
C, 22 jam
m
2 = 0,1314 g; m1 = 0,1305 g; 𝜌𝑓𝑖𝑙𝑚= 7,45 g/cm
3; A = 0,5 cm
2𝑑 =
0,1314 g − 0,1305 g
7,45 g/cmᶟ ∙ 0,5 cm²
= 2,42 x 10
−4cm
5. Film LiTaO
3setelah proses annealing 850
o
C, 1 jam
m
2 = 0,1315 g; m1 = 0,1303 g; 𝜌𝑓𝑖𝑙𝑚= 7,45 g/cm
3; A = 0,5 cm
2𝑑 =
0,1315 g − 0,1303 g
7,45g/cmᶟ ∙ 0,5cm²
= 3,22 x 10
−4cm
6. Film LiTaO
3setelah proses annealing 850
o
C, 8 jam
m
2 = 0,1395 g; m1 = 0,1381 g; 𝜌𝑓𝑖𝑙𝑚= 7,45 g/cm
3; A = 0,6 cm
2𝑑 =
0,1395 g − 0,1381 g
7,45g/cmᶟ ∙ 0,6 cm²
= 3,13 x 10
−4cm
7. Film LiTaO
3setelah proses annealing 850
o
C, 15 jam
m
2 = 0,1248 g; m1 = 0,1231 g; 𝜌𝑓𝑖𝑙𝑚= 7,45 g/cm
3; A = 0,6 cm
2𝑑 =
0,1248 g − 0,1231 g
7,45g/cmᶟ ∙ 0,6 cm²
= 3,80 x 10
−4cm
8. Film LiTaO
3setelah proses annealing 850
o
C, 22 jam
m
2 = 0,1331 g; m1 = 0,1323 g; 𝜌𝑓𝑖𝑙𝑚= 7,45 g/cm
3; A = 0,6 cm
2𝑑 =
0,1331 g − 0,1323 g
Lanjutan Lampiran 2
9. Film LiTaO
3setelah proses annealing 900
oC, 1 jam
m
2 = 0,1317 g; m1 = 0,1305 g; 𝜌𝑓𝑖𝑙𝑚= 7,45 g/cm
3; A = 0,6 cm
2𝑑 =
0,1317 g − 0,1305 g
7,45 g/cmᶟ ∙ 0,6 cm²
= 2,68 x 10
−4cm
10. Film LiTaO
3setelah proses annealing 900
o
C, 8 jam
m
2 = 0,1375 g; m1 = 0,1359 g; 𝜌𝑓𝑖𝑙𝑚= 7,45 g/cm
3; A = 0,6 cm
2𝑑 =
0,1375 g − 0,1359 g
7,45g/cmᶟ ∙ 0,6 cm²
= 3,58 x 10
−4cm
11. Film LiTaO
3setelah proses annealing 900
oC, 15 jam
m
2 = 0,1404 g; m1 = 0,1397 g; 𝜌𝑓𝑖𝑙𝑚= 7,45 g/cm
3; A = 0,6 cm
2𝑑 =
0,1404 g − 0,1397 g
7,45 g/cmᶟ ∙ 0,6 cm²
= 1,57 x 10
−4cm
12. Film LiTaO
3setelah proses annealing 900
o
C, 22 jam
m
2 = 0,1519 g; m1 = 0,1509 g; 𝜌𝑓𝑖𝑙𝑚= 7,45 g/cm
3; A = 0,6 cm
2𝑑 =
0,1519 g − 0,1509 g
Lampiran 3 Perhitungan parameter kisi LiTaO
3Tabel 3.a Perhitungan parameter kisi LiTaO
3setelah proses annealing 850
oC, 8 jam
Tabel 3.b Perhitungan parameter kisi LiTaO
3setelah proses annealing 850
oC, 15 jam
peak
no
h
k
l
2𝜃
𝜃
𝛼
𝛼²
γ
γ²
𝛼γ
sin²2𝜃
sin²𝜃
𝛿
𝛿²
𝛾𝛿
𝛼𝛿
𝛼sin²𝜃
𝛾sin²𝜃
𝛿sin²𝜃
1
1
0
2
23,72
11,86
1
1
4
16
4
0,161664
0,042197
1,616645
2,613541
6,466579
1,616645
0,042197
0,168787
0,068217
2
1
0
4
32,85
16,425
1
1
16
256
16
0,293978
0,079874
2,939779
8,642303
47,03647
2,939779
0,079874
1,277991
0,234813
3
2
0
4
48,52
24,26
4
16
16
256
64
0,560855
0,16866
5,60855
31,45584
89,7368
22,4342
0,67464
2,698559
0,945938
4
2
1
2
56,1
28,05
7
49
4
16
28
0,688461
0,220921
6,884607
47,39782
27,53843
48,19225
1,54645
0,883686
1,520958
5
2
0
8
68,75
34,375
4
16
64
4096
256
0,868227
0,318498
8,682274
75,38189
555,6656
34,7291
1,27399
20,38384
2,765283
6
3
1
2
78,3
39,15
13
169
4
16
52
0,958602
0,398267
9,586017
91,89173
38,34407
124,6182
5,177473
1,593069
3,817796
Σ
252
4656
420
257,3831
764,7879
234,5302
8,794625
27,00593
9,353004
peak
no
h
k
l
2𝜃
𝜃
𝛼
𝛼²
γ
γ²
𝛼γ
sin²2𝜃
sin²𝜃
𝛿
𝛿²
𝛾𝛿
𝛼𝛿
𝛼sin²𝜃
𝛾sin²𝜃
𝛿sin²𝜃
1
1
0
2
23,72
11,86
1
1
4
16
4
0,161664
0,042197
1,616645
2,613541
6,466579
1,616645
0,042197
0,168787
0,068217
2
1
0
4
32,85
16,425
1
1
16
256
16
0,293978
0,079874
2,939779
8,642303
47,03647
2,939779
0,079874
1,277991
0,234813
3
2
0
2
42,55
21,275
4
16
4
16
16
0,456916
0,131529
4,569164
20,87726
18,27666
18,27666
0,526116
0,526116
0,600978
4
2
1
2
56,1
28,05
7
49
4
16
28
0,688461
0,220921
6,884607
47,39782
27,53843
48,19225
1,54645
0,883686
1,520958
5
2
0
8
68,75
34,375
4
16
64
4096
256
0,868227
0,318498
8,682274
75,38189
555,6656
34,7291
1,27399
20,38384
2,765283
6
3
1
2
78,3
39,15
13
169
4
16
52
0,958602
0,398267
9,586017
91,89173
38,34407
124,6182
5,177473
1,593069
3,817796
Σ
252
4416
372
246,8045
693,3278
230,3727
8,646101
24,83349
9,008044
Lanjutan Lampiran 3
Tabel 3.c Perhitungan parameter kisi LiTaO
3setelah proses annealing 900
oC, 8 jam
Tabel 3.d Perhitungan parameter kisi LiTaO
3setelah proses annealing 900
oC, 15 jam
peak
no
h
k
l
2𝜃
𝜃
𝛼
𝛼²
γ
γ²
𝛼γ
sin²2𝜃
sin²𝜃
𝛿
𝛿²
𝛾𝛿
𝛼𝛿
𝛼sin²𝜃
𝛾sin²𝜃
𝛿sin²𝜃
1
1
0
2
23,72
11,86
1
1
4
16
4
0,1616645
0,0421967
1,6166449
2,6135406
6,4665794
1,6166449
0,0421967
0,1687867
0,068217
2
2
1
2
56,1
28,05
7
49
4
16
28
0,6884607
0,2209215
6,8846072
47,397816
27,538429
48,19225
1,5464504
0,8836859
1,5209576
3
3
1
2
78,3
39,15
13
169
4
16
52
0,9586017
0,3982672
9,5860173
91,891727
38,344069
124,61822
5,1774732
1,5930687
3,817796
Σ
219
48
84
141,90308
72,349077
174,42712
6,7661203
2,6455413
5,4069706
peak
no
h
k
l
2𝜃
𝜃
𝛼
𝛼²
γ
γ²
𝛼γ
sin²2𝜃
sin²𝜃
𝛿
𝛿²
𝛾𝛿
𝛼𝛿
𝛼sin²𝜃
𝛾sin²𝜃
𝛿sin²𝜃
1
1
0
2
23,72
11,86
1
1
4
16
4
0,161664
0,042197
1,616645
2,613541
6,466579
1,616645
0,042197
0,168787
0,068217
2
1
0
4
32,85
16,425
1
1
16
256
16
0,293978
0,079874
2,939779
8,642303
47,03647
2,939779
0,079874
1,277991
0,234813
3
2
1
2
56,1
28,05
7
49
4
16
28
0,688461
0,220921
6,884607
47,39782
27,53843
48,19225
1,54645
0,883686
1,520958
4
3
1
2
78,3
39,15
13
169
4
16
52
0,958602
0,398267
9,586017
91,89173
38,34407
124,6182
5,177473
1,593069
3,817796
Lanjutan Lampiran 3
Mencari parameter kisi hexagonal untuk puncak banyak
Jarak antar bidang, d
1 𝑑2
=
4 3 2+𝑘+𝑘2 𝑎2+
𝑙2 𝑐2(1)
Menurut Bragg:
𝜆 = 2𝑑 sin𝜃
𝜆
2= 4𝑑
2sin
2θ atau sin
2𝜃 =
𝜆24𝑑2