• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Bab I Putri Printianti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Bab I Putri Printianti"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan sumber daya yang sangat penting dalam sebuah perusahaan. Oleh karena itu pengelolaan sumber daya yang mencakup penyedia tenaga kerja yang bermutu, mempertahankan kualitas dan mengandalkan biaya ketenagakerjaan sangat dibutuhkan. Perusahaan harus mampu dapat mengoptimalkan sumber daya manusia untuk memperoleh tingkat perkembangan karyawan yang setinggi-tingginya agar meningkatnya produktivitas kerja. Manajemen sumber daya manusia di tuntut untuk lebih memperhatikan kebijakakan yang diharapkan perusahaan terhadap karyawannya. Kebijakan perusahaan yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan harapan karyawan akan membawa dampak buruk pada sikap dan perilaku kerja karyawan.

(2)

bekerja dari pekerjaannya secara sukarela menurut pilihannya sendiri. Tingginya tingkat turnover pada perusahaan, akan semakin banyak menimbulkan berbagai potensi biaya, baik itu biaya pelatihan, tingkat kinerja yang mesti dikorbankan, maupun biaya rekrutmen dan pelatihan kembali (Simarmata dan Ramadhany, 2014).

Saat ini tingginya tingkat intensi turnover telah menjadi masalah serius bagi banyak perusahaan. Bahkan beberapa manajer personalia mengalami frustrasi ketika mengetahui bahwa proses rekrutmen yang telah berhasil menjaring pekerja yang dapat dipercaya dan berkualitas pada akhirnya menjadi sia-sia karena pekerja yang baru direkrut tersebut telah memilih pekerjaan di perusahaan lain. Menurut Simamora (2004), memberi batasan turnover sebagai pemisahan diri secara sukarela oleh seorang karyawan dari organisasi. Menurut Cascio (1987), mendefinisikan turnover sebagai berhentinya hubungan kerja secara permanen antara organisasi dengan karyawannya atau merupakan perpisahan antara organisasi dan pekerja. Sedangkan menurut Handoko (2009), mendefinisikan gejala turnover sebagai perpindahan tenaga kerja dari dan ke sebuah organisasi.

(3)

signifikan antara intensi turnover dengan turnover yang terjadi. Pada intensi turnover mencakup pengertian intensi untuk mencari pekerjaan di tempat lain.

Dari bahasan diatas dapat dikatakan bahwa intensi turnover adalah seberapa besar niat seseorang atau karyawan untuk keluar dari perusahaan dimana dia bekerja dan berpindah ke perusahaan lainnya. Banyak karyawan yang memilih turnover atau keluar dari perusahaan yang sekarang dan mencari pekerjaan lain, karena adanya beberapa faktor seperti kondisi lingkungan kerja yang buruk, upah yang terlalu rendah, serta jam kerja yang melewati batas yang membuat para karyawan memiliki niatan untuk keluar dari perusahaan. Turnover yang tinggi juga terjadi pada beberapa perusahaan yang ada di Daerah Purbalingga salah satunya di PT Interwork Indonesia.

(4)

Tabel 1

Jumlah turnover karyawan PT Interwork Indonesia Bulan November - Februari 2015

Bulan Jumlah turnover karyawan

Jumlah karyawan

Tingkat turnover

November 47 Orang 706 orang 6,6%

Desember 6 Orang 700 orang 0,8%

Januari 3 Orang 702 orang 0,4%

Februari 39 Orang 679 orang 5,7%

Manager HRD juga menambahkan bahwa terjadinya tingkat turnover di PT Interwork Indonesia lebih banyak terjadi di Desa Karang Nangka. Adapun data yang diperoleh sebagai berikut :

Tabel 2

Jumlah turnover karyawan PT Interwork Indonesia di Desa Karang Nangka Bulan November – Februari 2015

Bulan Jumlah turnover karyawan

Jumlah karyawan

Tingkat turnover

November 6 Orang 92 orang 6,5%

Desember 5 Orang 95 orang 5,2%

Januari 9 Orang 100 orang 9%

(5)

Berdasarkan data diatas rumus prosentase tingkat turnover yaitu :

T = S/ F X 100 %

Keterangan :

T = Prosentase turnover

S = Jumlah karyawan yang keluar

F = Jumlah total karyawan dalam suatu perusahaan

Menurut Maier (1970) angka turnover dikatakan tinggi jika mencapai 5% atau bahkan lebih. Berdasarkan hasil prosentase tingkat turnover karyawan yang terjadi di PT Interwork Indonesia pada bulan November hingga Februari 2015 dinyatakan cukup tinggi dan hasil prosentase tingkat turnover dari bulan November hingga Februari di Desa Karang Nangka dinyatakan sangat tinggi karena angka turnover mencapai 5% lebih. Maka dapat di simpulkan bahwa tingkat turnover di PT Interwork Indonesia dalam kategori tinggi.

(6)

Selain itu kondisi lingkungan kerja yang buruk, ruang kerja yang sempit, pencahayaan yang kurang, dan kotor juga menjadi faktor pendukung ketidakpuasan karyawan. Jam istirahat yang diberikan pun terlalu singkat, selain itu faktor hubungan antar karyawan maupun hubungan dengan atasan yang kadang terjadi konflik membuat mereka tidak betah.

Salah satu penyebab terjadinya turnover yaitu adanya ketidakpuasan yang dialami karyawan selama bekerja. Kepuasan kerja bagi karyawan sangatlah dibutuhkan, adanya ketidakpuasan yang diperoleh karyawan dalam bekerja akan memberikan dampak yang buruk bagi perusahaan. Menurut Wexley dan Yulk (dalam As’ad, 2002) ketidakpuasan akan memunculkan dua macam perilaku yaitu turnover (penarikan diri) dan perilaku agresi.

Menurut Wexley & Yukl (dalam As’ad, 2002) yang disebut kepuasan kerja ialah perasaan seseorang terhadap pekerjaanya. Tiffin (dalam Anoraga, 2001) menjelaskan tentang definisi kepuasan kerja sebagai suatu hal yang berhubungan dengan sikap dari karyawan terhadap pekerjaan itu sendiri, selain itu situasi kerja, kerjasama antara pimpinan dan sesama karyawan menjadi faktor kepuasan kerja. Menurut Blum (dalam Anoraga, 2001) mengemukakan bahwa kepuasan kerja adalah sikap umum yang merupakan hasil dari beberapa sikap khusus terhadap faktor-faktor pekerjaan, penyesuaian diri dan hubungan sosial di luar kerja.

(7)

sakit padahal tidak sakit, mereka juga mengaku terkadang membolos tanpa ada keterangan karena mereka merasa enggan untuk berangkat bekerja, seperti jika hari libur mereka tetap diwajibkan untuk bekerja. Mereka sering membandingkan tugas mereka dengan para pekerja lain yang ada di perusahaan lain. Mereka juga membandingkan masalah upah yang sesuai, tempat kerja yang nyaman, dan adanya jaminan kesehatan yang pekerja lain dapatkan. Hal ini membuat mereka berfikir bahwa bekerja diperusahaan lain lebih menguntungkan bagi mereka.

Kepuasan kerja rendah dapat terjadi karena adanya kondisi lingkungan kerja yang buruk, upah yang terlalu rendah, jam kerja yang melewati batas dan tidak adanya jaminan sosial. Pekerja yang tidak terpuaskan dengan pekerjaannya cenderung untuk melakukan cara yang dapat mengganggu kinerja organisasi seperti turnover yang tinggi, tingkat absen yang tinggi, kelambanan dalam bekerja, keluhan atau bahkan mogok kerja. Semakin tinggi tingkat kepuasan kerja seseorang maka semakin rendah intensinya untuk meninggalkan pekerjaannya itu, hal ini dibuktikan pada penelitian Lum et.al (dalam Novliadi, 2007).

(8)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut “Apakah ada pengaruh kepuasan kerja terhadap intensi turnover pada karyawan bagian produksi di PT Interwork Indonesia Kabupaten Purbalingga ?”.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan mengetahui seberapa pengaruh kepuasan kerja terhadap intensi turnover pada karyawan bagian produksi di PT.Interwork Indonesia Kabupaten Purbalingga.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:

a. Secara Teoritis

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan menambah referensi mengenai pengaruh kepuasan kerja dengan intensi turnover pada karyawan dan memberikan masukan bagi pengembangan Ilmu Psikologi khususnya Psikologi Industri dan Organisasi.

(9)

Gambar

Tabel 1

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini ditujukan untuk pengembangan sistem informasi administrasi, diharapkan dapat menghasilkan sebuah produk berupa Sistem Informasi Administrasi Santri Pada

Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dengan pendekatan manajemen strategi untuk mengetahui lingkungan perusahaan

Berdasarkan pengamatan kemampuan berbahasa siswa pada siklus 1 telah mengalami peningkatan dari pratindakan walaupun belum mencapai persentase KKM yang telah ditentukan.

Dalam konstruksi berkelanjutan tidak cukup hanya tiga aspek tersebut, namun harus dipikirkan pula aspek lain yaitu sumberdaya yang digunakan dalam proyek konstruksi, emisi

Pada dasarnya sistem panas bumi merupakan suatu daur hidrologi air (air tanah dan hujan) yang dalam perjalanannya berhubungan dengan sumber panas (heat source)

Variabelnya yang akan diteliti faktor yang mempengaruhi kemampuan keluarga dalam merawat balita dengan pneumonia.. Afifah, & Djaja (2001) Determinan perilaku pencarian pengobatan

Hasil penelitian untuk faktor permintaan secara simultan ada pengaruh nyata antara tingkat pendapatan, selera, jumlah tanggungan dan harapan masa yang akan datang

underwear rules ini memiliki aturan sederhana dimana anak tidak boleh disentuh oleh orang lain pada bagian tubuhnya yang ditutupi pakaian dalam (underwear ) anak dan anak