• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERSEBARAN KAWASAN PERUMAHAN TIDAK BERSUSUN OLEH PENGEMBANG DI KECAMATAN Analisis Persebaran Kawasan Perumahan Tidak Bersusun Oleh Pengembang Di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PERSEBARAN KAWASAN PERUMAHAN TIDAK BERSUSUN OLEH PENGEMBANG DI KECAMATAN Analisis Persebaran Kawasan Perumahan Tidak Bersusun Oleh Pengembang Di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1

PUBLIKASI ILMIAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1

Diajukan Oleh: Eko Sumarjono NIM : E 100 14 0012

FAKULTAS GEOGRAFI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)

3

ANALISIS PERSEBARAN KAWASAN PERUMAHAN TIDAK BERSUSUN OLEH PENGEMBANG DI KECAMATAN NGEMPLAK

KABUPATEN SLEMAN

Eko Sumarjono1, M. Musiyam2, Agus Anggoro3 1

Mahasiswa Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta 2,3

Dosen Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta

eko.sumarjono10@gmail.com

E100140012

ABSTRAK

Kawasan perumahan skala kecil merupakan kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Sleman dalam rangka pemanfaatan lahan secara efisien, salah satu contohnya adalah kawasan perumahan tidak bersusun oleh pengembang. Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui agihan kawasan perumahan tidak bersusun oleh pengembang di Kecamatan Ngemplak, (2) Menganalisis faktor – faktor wilayah dominan yang berpengaruh terhadap agihan kawasan perumahan tidak bersusun oleh pengembang di Kecamatan Ngemplak.

Metode yang digunakan adalah interpretasi visual citra Quickbird untuk menyadap data parameter fisik seperti kepadatan bangunan, ukuran bangunan, jenis jalan lingkungan, lebar jalan lingkungan, tata letak bangunan permukiman, dan parameter sosial ekonomi di peroleh dari data sekunder peta sarana prasarana Kecamatan Ngemplak, dalam penelitian ini diperkuat dengan survai lapangan untuk mendapatkan data. Persebaran kawasan perumahan tidak bersusun oleh pengembang ditentukan dari hasil integrasi antara parameter fisik dengan parameter sosial ekonomi melalui metode pengharkatan. Analisis yang dilakukan dengan menganalisis faktor – faktor wilayah dominan yang berpengaruh terhadap agihan kawasan perumahan tidak bersusun oleh pengembang, faktor – faktor tersebut adalah jarak terhadap pusat kota, faktor jarak terhadap fasilitas pendidikan, faktor jarak terhadap ekonomi, rawan bencana gunung api.

(4)

4

ANALYSIS OF THE DISTRIBUTION OF NOT-STOREY RESIDENTIAL AREAS BY DEVELOPERS IN NGEMPLAK DISTRICT SLEMAN

Eko Sumarjono1, M. Musiyam2, Agus Anggoro3 1

Student Faculty of Geography Muhammadiyah Surakarta University

2,3

LecturerFaculty of Geography Muhammadiyah Surakarta University

eko.sumarjono10@gmail.com

E100140012

ABSTRACT

The small-scale residential neighborhood is a local government policy of Sleman district in order to utilize land efficiently, one example is a not-storey residential area by the developer. The purpose of this study were (1) Knowing distribution of residential area that not-storey by the developers in Ngemplak, (2) to analyze the dominant region factors that affect not-storey residential area by developers in Ngemplak.

The method used is a visual interpretation of Quickbird imagery to extract the data of physical parameters such as the density of buildings, size of the building, the type of roads, wide roads, the layout of the building of settlements, and socio-economic parameters obtained from secondary data map of the Ngemplak infrastructure, in research this is reinforced by a field survey to obtain data. Distribution of not-storey residential areas by the developers not be determined from the results of the integration between the physical parameters of socio-economic parameters through Scoring methods. Analysis is performed by analyzing the dominant region factors that affect distribution of not-storey residential areas by the developers, these factors are the distance to the city, the distance factor to education facilities, the distance factor to the economy, volcanic hazard.

Results of the study are (1) a map of the distribution of not storey residential areas by developers in Ngemplak, where the Wedomartani village is the most widely for not-storey residential areas with extensive residential area measuring 104 hectares. As for the Sindumartani village there is no storey residential area. (2) the dominant factor that determines distribution not-storey residential area by the developer in Ngemplak is Volcano Disaster Risk factors indicated by the lack of the residential areas in the Sindumartani village which is the highest area of the impact of volcanic disaster.

(5)

5

1.Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

Seiring dengan pertumbuhan manusia yang semakin meningkat maka kebutuhan manusia baik itu pangan sandang dan papan akan semakin meningkat, maka akan semakin meningkat pula pertumbuhan pembangunan dalam pengembangan tempat tinggal. Dengan semakin berkembangnya sebuah kota, maka pembangunan untuk kawasan perumahan sangat terbatas dan mulai beralih kepinggiran kota yang keberadaannya tidak jauh dari pusat kota yang didukung dengan aksesibilitas yang mudah.

Kecamatan Ngemplak berada di bagian tengah wilayah Kabupaten Sleman dan menjadi salah satu tujuan pengembangan perumahan karena luas wilayah Kecamatan Ngemplak 3745 Ha. Sementara apabila dilihat dari luas penggunaan lahan untuk pengembangan, ketersediaan lahan untuk perumahan di Keamatan Ngemplak masih cukup tersedia sehingga apabila di kembangkan untuk kawasan perumahan maka Kecamatan

Ngemplak sangat baik, dan mengurangi permasalahan tentang kepadatan penduduk yang tinggi di sebuah kota, karena dengan pengembangan sebuah kawasan dan dilakukan pemerataan maka tidak terjadi kepadatan yang tinggi pada suatu lokasi tertentu. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul. “Analisis Persebaran Kawasan Perumahan Tidak Bersusun Oleh Pengembang di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman”.

1.2. Tujuan

Penelitian ini bertujuan : 1) mengetahui agihan kawasan perumahan tidak bersusun oleh pengembang di Kecamatan Ngemplak. 2) menganalisis faktor – faktor wilayah dominan yang berpengaruh terhadap agihan kawasan perumahan tidak bersusun oleh pengembang di Kecamatan Ngemplak.

1.3. Dasar Teori

1.3.1.Pembangunan Kawasan Perumahan Tidak Berususun oleh Pengembang

(6)

6 lingkungan tempat tinggal atau

lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan (pasal 1 Ayat 2 UU RI nomer 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman). Menurut SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan, kawasan perumahan tidak bersusun oleh pengembang termasuk dalam klasifikasi kawasan permukiman terencana yang memiliki karakteristik yakni kawasan permukiman di bangun oleh pengembang baik individual ataupun kelompok, tata letak bangunan teratur, karakteristik bangunan homogen, fasilitas dan utilitas lengkap, dan batasan kepemilikan lahan/kapling jelas.

Bentuk analisis persebaran kawasan perumahan dalam penelitian ini berupa analisis faktor – faktor wilayah dominan yang berpengaruh terhadap agihan kawasan perumahan tidak bersusun oleh pengembang di Kecamatan Ngemplak. Berdasarkan uraian tentang konsep kawasan perumahan tidak bersusun oleh pengembang sesuai definisi

operasional pada penelitian ini bahwa hasil integrasi antara parameter fisik dengan parameter sosial ekonomi yang mempengaruhi persebaran kawasan perumahan tersebut.

1.3.2.Fasilitas pada Kawasan Perumahan Tidak Bersusun oleh Pengembang

Struktur ruang merupakan susunan pusat baik itu permukiman dan sarana prasaran yang fungsinya sebagai pendukung dalam kegiatan ekonomi yang memiliki keterkaitain hubungan fungsional

Fasilitas umum yang dijadikan sebagai variabel sosial ekonomi terkait penelitian ini diantaranya. 1. Fasilitas Pendidikan

Fasilitas pendidikan di Kecamatan Ngemplak meliputi tingkat taman kanak-kanak (TK) hingga tingkat universitas.

2. Fasilitas Umum dan Sosial

(7)

7 Fasilitas kesehatan di Kecamatan

Ngemplak meliputi rumah sakit, puskesmas, rawat inap, klinik, dan praktek dokter.

4. Fasilitas Ekonomi

Fasilitas ekonomi di Kecamatan Ngemplak meliputi pasar, pertokoan, bank, bank perkreditan, hotel, dan pom bensin.

5. Fasilitas Telekomunikasi

Fasilitas telekomunikasi di Kecamatan Ngemplak berupa BTS atau Base Transceiver

Station yang berfungsi

menjembatani antar perangkat komunikasi melalui jaringan telepon dan perangkat nirkabel. 6. Jaringan Pengolahan Sampah

Sistem jaringan pengelolaan sampah di Kecamatan Ngemplak meliputi adanya bak penampungan sampah sementara

di setiap lokasi kegiatan masyarakat.

3.Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif melalui metode pengharkatan, proses interpretasi dilakukan untuk menyadap parameter fisik, selain itu penentuan sampel untuk dilakukan survai lapangan untuk mendapatkan data yang tidak bisa disadap dari citra resolusi tinggi. Persebaran kawasan perumahan tidak bersusun oleh pengembang ditentukan dari hasil integrasi antara parameter fisik dengan parameter sosial ekonomi melalui pengharkatan. Bentuk analisis yang di lakukan berupa analisis faktor – faktor wilayah dominan yang berpengaruh terhadap agihan kawasan perumahan tidak bersusun oleh pengembang.

4.Hasil Dan Pembahasan 4.1 Kepadatan Bangunan

Tabel 4.1. Kelas dan Luas Kepadatan Bangunan

Desa Kepadatan

(8)

8

Sumber : Hasil Pengolahan Citra dan Survai Lapangan

Hasil analisis data menunjukkan bahwa secara umum di Kecamatan Ngemplak didominasi oleh kelas kepadatan bangunan dengan kelas sedang, kualitas permukiman terhadap kepadatan bangunan di Kecamatan Ngemplak dengan kualitas baik berada di Desa Wedomartani dengan luas 68 Ha. Kepadatan bangunan yang rendah dapat di kembangkan untuk ruang terbuka hijau untuk penghijauan untuk menjaga keseimbangan lingkungan, lainnya halnya dengan kualitas buruk adalah kawasan padat permukiman yang tidak adanya ruang terbuka hijau sehingga terlihat kumuh dan kurang nyaman.

4.2. Ukuran Bangunan

Tabel 4.2. Kelas dan Luas Ukuran Bangunan.

Desa Kelas Ukuran

Bangunan

(9)

9 perputaran ekonomi dapat terjadi

begitu cepat. Kawasan yang masuk kualitas baik terhadap ukuran bangunan di Kecamatan Ngemplak adalah di Desa Wedomartani dengan luas 78 Ha.

4.3. Jenis Jalan Lingkungan

Tabel 4.3. Kelas dan Luas Jenis Jalan Lingkungan

Sumber : Hasil Pengolahan Citra dan Survai Lapangan

Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa jalan beton cor (semen) mendominasi jalan

lingkungan permukiman di Kecamatan Ngemplak, Desa Wedomartani memiliki luas yang paling tinggi dengan jenis jalan lingkungan bermaterial beton cor dengan luas 225 Ha, jalan yang bermaterialkan tanah dalam hal ini jalan yang berkualitas buruk yang paling tinggi berada di Desa Sindumartani yakni dengan luas 23 Ha. Sedangkan untuk jalan yang berkualitas baik merupakan jalan yang bermaterialkan aspal yang paling luas di Kecamatan Ngemplak di Desa Wedomartani dengan luas 176 Ha.

4.4. Lebar Jalan Lingkungan

Tabel 4.4. Kelas dan Luas Lebar Jalan Lingkungan

(10)

10

Sumber : Hasil Pengolahan Citra dan Survai Lapangan

Hasil analisis data diketahui bahwa desa yang berkualitas baik terhadap lebar jalan lingkungan dengan lebar jalan > 6 meter yakni Desa Wedomartani dengan luas 281 Ha. Lebar jalan di pengaruhi oleh kapasitas jalan yang dilalui dimana lebar jalan yang berukuran > 6 meter merupakan jalan yang sering dilalui oleh kendaraan besar dan jalan tersebut juga memiliki kualitas yang baik sehingga meskipun sering di lalui kendaraan besar jalan tersebut tidak mudah rusak, selain itu juga lebar jalan juga di pengaruhi oleh volume kendaraan, dimana jalan yang memiliki lebar > 6 meter umumnya memiliki tingkat volume kendaraan yang lebih tinggi dibandingkan pada daerah yang memiliki ukuran jalan yang lebih kecil. Sehingga

tidak terjadi kepadatan volume kendaraan pada jalan tertentu.

4.5. Tata Letak Bangunan Permukiman

Tabel 4.5. Kelas dan Luas Tata Letak Bangunan

Sumber : Hasil Pengolahan Citra dan Survai Lapangan

(11)

11 dengan luas 55 Ha, desa yang

memiliki kualitas baik terhadap tata letak bangunan teratur yakni Desa Wedomartani dengan luas 52 Ha, sedangkan untuk desa yang berkualitas buruk terhadap kelas tata letak bangunan yakni di Desa Sindumartani. Kawasan yang memiliki kualitas baik dalam hal ini memiliki kelas teratur umumnya perumahan yang di kembangkan oleh pengembang. Perumahan yang di kembangkan memiliki ukuran bangunan yang seragam dan bentuk yang sama dan arah hadap bangunan yang sama.

4.6. Faslitas Pendidikan

Tabel 4.6. Perbandingan Ada tidaknya Fasilitas Pendidikan dan Luas

Desa Fasilitas Pendidikan

Sumber : Hasil Pengolahan Citra dan Survai Lapangan

Tabel 4.6 berdasarkan ada tidaknya fasilitas pendidikan dari tiap desa di ketahui bahwa fasilitas pendidikan yang ada di Desa Wedomartani dengan luas 50 Ha. Desa Umbulmartani fasilitas pendidikan yang ada dengan luas 19 Ha. Desa Widodomartani fasilitas pendidikan yang ada dengan luas 13 Ha. Desa Bimomartani fasilitas pendidikan yang ada dengan luas 33 Ha. Desa Sindumartani fasilitas pendidikan yang ada dengan luas 18 Ha.

4.7. Fasilitas Kesehatan

Tabel 4.7. Perbandingan Ada tidaknya Fasilitas Kesehatan dan Luas

(12)

12

Sumber : Hasil Pengolahan Citra dan Survai Lapangan

Berdasarkan ada tidaknya fasilitas kesehatan dari tiap desa diketahui bahwa kawasan yang berkualitas baik terhadap fasilitas kesehatan yang paling luas yakni Desa Wedomartani dengan luas 22 Ha, kawasan yang berkualitas buruk terhadap ada tidaknya fasilitas kesehatan berada di Desa Sindumartani dimana pada desa tersebut tidak ada fasilitas kesehatan. Secara keseluruhan luas dari ada dan tidak adanya fasilitas kesehatan dapat disimpulkan bahwa untuk ketersediaan fasilitas kesehatan yang tidak ada memiliki luas yang paling tinggi yakni 911 Ha sedangkan ketersediaan fasilitas yang ada hanya memiliki luas 52 Ha, sehingga dapat di simpulkan untuk ketersediaan fasilitas kesehatan masih minim dalam memenuhi kebutuhan masyarakat yang ada di Kecamatan Ngemplak.

4.8. Fasilitas Umum dan Sosial

Tabel 4.8. Perbandingan Ada tidaknya Fasilitas Umum dan Sosial dan Luas

Desa Fasilitas

Umum dan

Sumber : Hasil Pengolahan Citra dan Survai Lapangan

(13)

13 secara merata agar supaya

pemenuhan kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi.

4.9. Fasilitas Ekonomi

Tabel 4.9. Perbandingan Ada tidaknya Fasilitas Ekonomi dan Luas

Desa Fasilitas Ekonomi

Sumber : Hasil Pengolahan Citra dan Survai Lapangan

Ada tidaknya fasilitas ekonomi tiap desa diketahui bahwa kawasan yang berkualitas baik terhadap fasilitas ekonomi yakni Desa Wedomartani dengan luas 11 Ha. Ketersediaan ekonomi di Kecamatan Ngemplak yang tidak ada dengan luas 192 Ha lebih tinggi di bandingkan dengan kawasan yang

ada terhadap fasilitas ekonomi yang hanya memiliki luas 52 Ha, maka dapat disimpulkan bahwa di Kecamatan Ngemplak untuk fasilitas ekonomi masih kurang dalam memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga perlu adanya perkembangan fasilitas ekonomi dan perkembangannya dilakukan dengan merata agar perekonomian tiap desa dapat berkembang dengan baik. Pengembangan di prioritaskan pada daerah yang minim terhadap fasilitas ekonomi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat di desa tersebut.

4.10. Faslitas Telekomunikasi (Menara BTS)

Tabel 4.10. Perbandingan Ada tidaknya Fasilitas Telekomunikasi dan Luas

(14)

14

Sumber : Hasil Pengolahan Citra dan Survai Lapangan

Berdasarkan ada tidaknya fasilitas telekomunikasi dari tiap desa diketahui kawasan yang berkualitas baik terhadap fasilitas telekomunikasi di Desa Wedomartani dengan luas 19 Ha. Sedangkan untuk kawasan berkualitas buruk yakni Desa Widodomartani dengan luas 5 Ha. Pengembangan fasilitas telekomunikasi perlu di kembangkan terutama pada daerah yang minim terhadap fasilitas ekonomi agar supaya jaringan telekomunikasi dapat dinikmati segala kalangan masyarakat baik kota maupun desa.

4.11. Jaringan Pengelolaan Sampah.

Tabel 4.11. Perbandingan Ada tidaknya Fasilitas Pengelolaan Sampah dan Luas

Desa Pengelolaan Sampah

Sumber : Hasil Pengolahan Citra dan Survai Lapangan

Tabel 4.11 dilihat berdasarkan ada tidaknya fasilitas pengelolaan sampah dari tiap desa diketahui bahwa kawasan yang berkaulitas baik dalam pengelolaan sampah yakni Desa Wedomartani dengan luas 90 Ha. Di Kecamatan Ngemplak untuk pengelolaan sampah yang baik dengan luas 320 Ha lebih rendah dibandingkan tidak adanya pengelolaan yang baik dengan luas 642 Ha, secara garis besar perlu adanya pengembangan untuk fasilitas pengelolaan sampah terutama untuk kawasan perumahan biasa/pedusunan yang pengelolaan sampahnya sangat buruk dimana masih rendah untuk ketersediaan fasilitas pembuangan sampah sementara.

(15)

15 Tabel 4.12. Luas Kawasan

Perumahan Tidak Bersusun tiap Desa

Desa dan Kelas Perumahan

Luas (Ha)

%

Desa Wedomartani 420 100

Kawasan Perumahan Tidak Bersusun oleh Pengembang

104 24,76

Kawasan Perumahan

Biasa/Pedusunan

316 75,24

Desa Umbulmartani 150 100

Kawasan Perumahan Tidak Bersusun oleh Pengembang

39 26

Kawasan Perumahan

Biasa/Pedusunan

111 74

Desa Widodomartani 123 100

Kawasan Perumahan Tidak Bersusun oleh Pengembang

23 18,70

Kawasan Perumahan

Biasa/Pedusunan

100 81,30

Desa Bimomartani 123 100

Kawasan Perumahan Tidak Bersusun oleh Pengembang

30 24,40

Kawasan Perumahan

Biasa/Pedusunan

93 75,60

Desa Sindumartani 145 100

Kawasan Perumahan Tidak Bersusun oleh Pengembang

- -

Kawasan Perumahan

Biasa/Pedusunan

145 100

Luas Total Perumahan Tidak Bersusun oleh

Pengembang

196 20,40

Luas Total Perumahan Biasa/Pedusunan

765 79,60

Luas Total Perumahan 961 100

Sumber : Peta Persebaran Kawasan Perumahan Tidak Bersusun oleh Pengembang Kecamatan Ngemplak.

Hasil pengolahan data menunjukan bahwa kawasan perumahan tidak bersusun oleh pengembang seluas 196 Ha atau 20,40%, sedangkan untuk kawasan perumahan biasa/pedusunan seluas 765 Ha atau 79,60% sehingga kawasan perumahan tidak bersusun oleh pengembang di Kecamatan Ngemplak masih tergolong rendah dibanding kawasan perumahan biasa/pedusunan.

4.13. Faktor Dominan yang Menentukan Agihan Kawasan Perumahan di Kecamatan Ngemplak

(16)

16 Sumber : Peta Parameter Penentuan

Kawasan Perumahan Tidak Bersusun oleh Pengembang Kecamatan Ngemplak.

Faktor yang berpengaruh terhadap agihan kawasan perumahan tidak bersusun, yang paling dominan yakni Desa Wedomartani dengan total blok yang berpengaruh sebanyak 239 blok dimana parameter yang berpengaruh adalah jenis jalan lingkungan dengan 71 blok. Desa Umbulmartani faktor yang berpengaruh terhadap kawasan perumahan tidak bersusun yakni parameter jaringan pengelolaan sampah dengan 50 blok dan luas pengelolaan sampah 113 Ha. Desa

Widodomartani faktor yang berpengaruh terhadap kawasan perumahan tidak bersusun yakni parameter jenis jalan lingkungan dengan 21 blok yang berpengaruh. Desa Bimomartani faktor yang berpengaruh yakni parameter jenis jalan lingkungan dengan total blok yang berpengaruh 10 blok. Desa Sindumartani merupakan desa yang tidak terdapat kawasan perumahan tidak bersusun oleh pengembang, di desa tersebut didominasi oleh kawasan perumahan biasa dengan luas 145 Ha, sedangkan faktor yang berpengaruh yakni parameter jaringan pengelolaan sampah.

No Faktor / Parameter

Desa / BLOK

Wedomart ani

Umbulmart ani

Widodomar ani

Bimomarta i

Sindumarta ni

Total

1 Kepadatan Bangunan 27 12 2 2 5 48

2 Ukuran Bangunan 37 25 6 4 1 73

3 Jenis Jalan Lingkungan 71 41 21 10 2 145

4 Lebar Jalan Lingkungan - 2 - - - 2

5 Tata Letak Bangunan 28 8 - 1 - 37

6 Fasilitas Pendidikan 13 7 5 8 - 33

7 Fasilitas Kesehatan 5 5 2 1 - 13

8 Fasilitas Umum dan

Sosial

24 18 10 9 3 64

9 Fasilitas Ekonomi 5 5 3 1 1 15

10 Fasilitas Telekomunikasi 5 4 2 2 2 15

11 Jaringan Pengelolaan

sampah

24 50 17 8 6 105

(17)

17

5.1. Kesimpulan

1. Desa Wedomartani merupakan desa yang paling dominan untuk kawasan perumahan tidak bersusun dibuktikan dengan luas kawasan perumahan seluas 104 Ha, Desa Umbulmartani memiliki luas kawasan perumahan tidak bersusun seluas 39 Ha, Desa Widodomartani luas kawasan perumahan tidak bersusun seluas 23 Ha, Desa Bimomartani luas kawasan perumahan tidak bersusun 30 Ha, sedangkan untuk Desa Sindumartani tidak terdapat kawasan perumahan tidak bersusun.

2. Faktor yang berpengaruh terhadap agihan kawasan perumahan tidak bersusun oleh pengambang di Kecamatan Ngemplak yakni Desa Wedomartani dengan parameter jenis jalan laingkungan dengan 71 blok, Desa Umbulmartani dengan parameter jaringan pengelolaan sampah dengan 50 blok, Desa Widodomartani dengan parameter jenis jalan lingkungan dengan 21 blok,

Desa Bimomartani dengan parameter jenis jalan lingkungan dengan 10 blok, sedangkan untuk Desa Sindumartani merupakan desa yang paling rendah terhadap blok yang berpengaruh yakni hanya 6 blok dengan parameter yang berpengaruh jaringan pengelolaan sampah.

5.2.Saran

1. Penelitian kawasan perumahan dapat terus dikembangkan dari sisi penentuan prioritas lokasi kawasan perumahan (site selection) dan parameter penentu kawasan perumahan tersebut, mengingat kebutuhan lahan untuk hunian terus meningkat. 2. Pembangunan kawasan

(18)

18 Kota. Ditjen Cipta Karya. Jakarta.

Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 06/PERMEN/M/2009 Tentang Pendelegasian Wewenang Pemberian Izin Usaha di Bidang Perumahan.

SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan. Undang – undang RI Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman.

Gambar

Tabel 4.2. Kelas dan Luas Ukuran
Tabel 4.3. Kelas dan Luas Jenis Jalan
Tabel 4.5. Kelas dan Luas Tata
Tabel 4.6. Perbandingan Ada
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penyebab langsung masalah gizi balita pada keluarga mandah pertama adalah asupan pangan yang kurang yang dipengaruhi oleh ket- ersediaan makanan kurang, pilahan bahan

Wawancara dengan pemilik mengenai hasil jadi produk apakah produk yang dihasilkan, tidak banyak perusahaan yang dapat membuat produk sejenis sehingga persaingan sedikit

Pada lansia hal yang menjadi sumber stres bisa berupa : kondisi fisik yang semakin menurun sehingga tidak sekuat pada masa muda dulu dan seringkali diikuti dengan

Ada perbedaan dampak kesehatan pada istri sebelum dan sesudah suami menggunakan metode kontrasepsi vasektomi dan menunjukkan korelasi yang positif dengan nilai

This Annual Environmental Monitoring Report is developed by NMC Safeguard Team/Project Management Unit of the NUSP-2 to describe the project activities and

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa nilai Kepemimpinan Transformasional lebih kecil nilainya dari nilai ttabel artinya variabel Kepemimpinan Transformasional

Mengacu pada uraian diatas, maka penelitian ini memberikan argumentasi bahwa maskapai penerbangan Lion Air merupakan salah satu bisnis jasa penerbangan dimana

Peta batimetri hasil digitasi Peta Laut Dishidros tahun 2003memperlihatkan kondisi kontur kedalaman yang relatif sejajar dengan garis pantai dan menunjukan jarak