• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KUALIFIKASI KONTRAKTOR TERHADAP KUALITAS PEKERJAAN PROYEK KONSTRUKSI DI KABUPATEN JEMBRANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KUALIFIKASI KONTRAKTOR TERHADAP KUALITAS PEKERJAAN PROYEK KONSTRUKSI DI KABUPATEN JEMBRANA"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH KUALIFIKASI KONTRAKTOR

TERHADAP KUALITAS PEKERJAAN PROYEK

KONSTRUKSI DI KABUPATEN JEMBRANA

I NYOMAN IWAN SURYA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2011

(2)

PENGARUH KUALIFIKASI KONTRAKTOR

TERHADAP KUALITAS PEKERJAAN PROYEK

KONSTRUKSI DI KABUPATEN JEMBRANA

Tesis untuk memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Teknik Sipil

Program Pascasarjana Universitas Udayana

I NYOMAN IWAN SURYA NIM : 0891561027

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2011

(3)

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 24 JUNI 2011

Pembimbing I, Pembimbing II,

Ir. Mayun Nadiasa, MT Ir. Dewa Ketut Sudarsana,MT NIP. 19570801 198702 1 001 Nip. 19631231 199103 1 025

Mengetahui

Ketua Program Studi Teknik Sipil Program Pascasarjana

Universitas Udayana

Dr. Ir. I Gusti Agung Adnyana Putera, DEA NIP. 19611207 198903 1 003

Direktur Program Pascasarjana

Universitas Udayana

Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP. 19590215 198510 2 001

(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kehadapan Ida Hyang Widhi Wasa , karena hanya atas asung wara nugraha-Nya tesis ini dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak Ir. Mayun Nadiasa, MT sebagai pembimbing utama dan bapak Ir. Dewa Ketut Sudarsana, MT sebagai pembimbing kedua yang dengan penuh perhatian telah mendorong, semangat, bimbingan dan saran selama dalam melakukan penulisan proposal penelitian, pengumpulan data dan penulisan laporan hasil tesis. Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang telah memberikan motivasi agar mahasiswa program pascasarjana selalu tetap semangat untuk menyelesaikan pendidikannya, demikian pula penulis menyampaikan terima kasih kepada bapak Dr. Ir. I Gusti Agung Adnyana Putera, DEA sebagai Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Udayana yang telah dengan tulus memberikan ijin dan motivasi bagi penulis menyelesaian pendidikan. Ucapan terima kasih kepada Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Jembrana, teman-teman PPK, PPTK, Pengawas Lapangan dan Kontraktor yang ada di Kabupaten Jembrana yang telah memfasilitasi peneliti dalam pengumpulan data penelitian. Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang tulus penulis sampaikan kehadapan Bapak Dosen Penguji yaitu Bapak Ir. I Nyoman Yudha Astana, MT, Bapak Ir. I Gede Astawa Diputra, MT dan Bapak Ir. I Wayan

(5)

Yansen, MT yang dengan arif dan bijaksana telah banyak membantu memberikan saran, pendapat dan koreksi yang sangat berguna dalam penyelesaian tesis ini. Semoga Ida Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian disertasi ini.

Denpasar, Mei 2011

(6)

DAFTAR ISI

Halaman SAMPUL DALAM………..

PRASYARAT GELAR……… LEMBAR PERSETUJUAN………. PENETAPAN PANITIA PENGUJI……… UCAPAN TERIMA KASIH……… ABSTRAK………... ABSTRACT………. DAFTAR ISI……… DAFTAR TABEL……… DAFTAR GAMBAR………... BAB I PENDAHULUAN……… 1.1 Latar Belakang………... 1.2 Rumusan Masalah……….. 1.3 Batasan Masalah………. 1.4 Tujuan Penelitian………... 1.5 Manfaat Penelitian………. BAB II KAJIAN PUSTAKA………... 2.1 Pengertian Manajemen Kualitas ………... 2.2 Manajemen Proyek ... 2.3 Karakteristik Kontraktor ... i ii iii iv v vii viii ix xiii xv 1 1 5 5 5 6 9 9 9 9

(7)

2.4 Proses Pengadaan Jasa Konstruksi ... 2.5 Penilaian Kualifikasi ... 2.6 Analisis Faktor ... 2.7 Korelasi Kualifikasi Kontraktor dengan Kualitas Pekerjaan... 2.8 Uji Validitas, Reabilitas dan Interprestasi Hasil Penelitian... 2.8.1 Validitas ... 2.8.2 Realibilitas... 2.8.3 Interprestasi Hasil Penelitian………... 2.8 Analisis Korelasi SPSS... BAB III METODE PENELITIAN…….……….. 3.1 Rancangan Penelitian ... 3.2 Tempat Penelitian ... 3.3 Jenis dan Sumber Data ... 3.4 Identifikasi Variabel ... 3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 3.6 Instrumen Penelitian ... 3.7 Analisis Data ... 3.8 Cara Penyajian Data ... BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………. 4.1 Kualifikasi Kontraktor ……...…. 4.1.1 Karakteristik Aspek Legal ……...…………... 4.1.1.1 Status Perusahaan …...……….. 4.1.1.2 Sertifikat Badan Usaha (SBU) ...

14 16 22 26 26 27 28 29 29 31 31 31 32 33 34 34 36 36 38 38 39 39 39

(8)

4.1.2 Karakteristik Aspek Pengalaman Perusahaan ……… 4.1.2.1 Jenis Proyek yang Dikerjakan ………...………… 4.1.2.2 Cara Perolehan Pekerjaan …...………... 4.1.2 .3 Pengalaman Perusahaan……….. 4.1.2.4 Waktu Penyelesaian Pekerjaan ……….. 4.1.2.5 Cara Pelaksanaan Proyek ...………. 4.1.3 Karakteristik Aspek Peralatan ...………. 4.1.3.1. Teknologi Peralatan ... 4.1.3.2. Kepemilikan Peralatan ...……….. 4.1.4 Karakteristik Aspek Modal/Keuangan ...………….. 4.1.4.1. Kekayaan Bersih Perusahaan ...………... 4.1.4.2. Sumber Modal ... 4.1.4.3. Nilai Paket yang Dikerjakan ... 4.1.5. Aspek Karakteristik Sumber Daya Manusia (SDM) ... 4.1.5.1. Latar Belakang Penanggung Jawab Badan Usaha (PJBU)... 4.1.5.2 Latar Belakang Penanggung Jawab Bidang (PJB)... 4.1.5.3. Latar Belakang Penanggung Jawab Teknik (PJT)... 4.1.5.4. Latar Belakang Pelaksana Lapangan ... 4.1.5.5. Pengalaman Tenaga Kerja dan Sertifikat Keterampilan ... 4.2. Korelasi Kualifikasi Kontraktor Terhadap Kualitas pekerjaan... 4.2.1. Analisis Kualifikasi kontraktor Tentang Kualitas Pekerjaan... 4.2.1.1 Analisis Aspek Legal Tentang Kualitas Pekerjaan ... 4.2.1.2 Aspek Teknis Tentang Kualitas Pekerjaan...

40 40 41 41 42 42 43 43 44 45 45 46 46 48 48 49 50 52 53 54 54 54 56

(9)

4.2.1.3 Aspek Administrasi Terhadap Kualitas Pekerjaan... 4.3 Korelasi Kualifikasi Kontraktor dengan Kualitas Pekerjaan... 4.3.1 Uji Validitas dan Reabilitas... 4.3.1.1 Uji Validitas... 4.3.1.2 Uji Reliabilitas ... 4.3.2 Korelasi Kualifikasi Kontraktor dengan Kualitas Pekerjaan... 4.3.2.1 Kontraktor Kualifikasi Gred 2... 4.3.2.2 Kontraktor Kualifikasi Gred 3... 4.3.2.3 Kontraktor Kualifikasi Gred 4... 4.3.2.4 Kontraktor Kualifikasi Gred 5... 4.4 Faktor yang mempengaruhi Kualitas Pekerjaan... 4.4.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kualitas Pekerjaan... 4.4.2 Kommunalitas... 4.4.3 Ekstraksi Faktor... 4.4.4 Matrix Komponen (Component Matrix)... BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 5.1.Simpulan... 5.2.Saran ... DAFTAR PUSTAKA……….. LAMPIRAN………. 57 58 58 58 60 62 63 65 66 68 68 70 77 77 79 86 86 88 89 91

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dalam pembangunan nasional, industri jasa konstruksi memiliki peranan penting dalam perekonomian negara karena mampu memberikan kontribusi terhadap produk domestik bruto sebesar tujuh persen. Dari 98.000 kontraktor yang ada di Indonesia sebanyak 1% diantaranya merupakan kualifikasi besar, 9% kualifikasi menengah dan 90% kualifikasi kecil (Dorodjatun Kuntjoro Jakti, 2004) Peningkatan jumlah perusahaan ternyata belum diikuti dengan peningkatan kualifikasi dan kinerjanya, yang dapat dilihat dari kualitas pekerjaan, ketepatan waktu penyelesaian pelaksanaan, dan efisiensi pemanfaatan sumber daya personil, modal, dan teknologi dalam penyelengaraan jasa konstruksi belum sebagaimana yang diharapkan (Undang-undang RI No.18 Tahun 1999: hal 27,Tentang Jasa Konstruksi). Hal ini disebabkan oleh persyaratan usaha serta persyaratan keahlian dan ketrampilan belum diarahkan untuk mewujudkan kehandalan usaha yang profesional. Dengan tingkat kualitas tersebut, pada umumnya pekerjaan konstruksi yang berteknologi tinggi belum sepenuhnya dapat dikuasai oleh usaha jasa konstruksi.

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003 tentang pedoman pengadaan barang/jasa pemerintah serta Peraturan Presiden Nomor 61 tahun 2004 tentang perubahan pertama, Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2005 tentang perubahan kedua, Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2005 tentang

(11)

perubahan ketiga, dan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2006 tentang perubahan keempat atas Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003 tentang pedoman pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah, di dalam Pasal 14, ayat 10 tertulis bahwa dalam proses prakualifikasi/ pascakualifikasi panitia/pejabat pengadaan tidak boleh melarang, menghambat, dan membatasi keikutsertaan calon peserta pengadaan/barang dari luar propinsi/kabupaten/kota lokasi pengadaan barang/jasa.

Dengan tidak membatasi keikutsertaan tersebut dapat mengakibatkan kontraktor setempat tidak akan mendapatkan pekerjaan konstruksi, dengan kemampuannya terbatas baik kemampuan modal, peralatan dan personil untuk meningkatkan kualitas pekerjaan. Bila dibandingkan dengan kontraktor yang berasal dari luar propinsi /kabupaten/kota yang pada umumnya lebih unggul memiliki kemampuan modal, keunggulan teknologi, tenaga yang profesional, pengalaman kerja, serta kualitas pekerjaan yang lebih baik.

Demikian juga Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Nomor :11 Tahun 2006 tentang Registrasi Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi bagi kontraktor untuk penetapan gred dan kompetensi usaha jasa pelaksana konstruksi yang dinilai adalah (1) Keuangan yaitu kekayaan bersih dan keamampuan keuangan saat seluruh paket yang dikerjakan; (2) Kemampuan Personalia yaitu Penanggung jawab badan usaha, Penanggung jawab bidang dan penanggung jawab teknik ; (3) Pengalaman perusahaan .

Peraturan Presiden dan keputusan Menteri Kimpraswil yang telah dikemukakan di depan, tentu dapat menimbulkan permasalahan. Permasalahan

(12)

yang sering terjadi di dunia jasa usaha kontraktor pada umumnya adalah strategi untuk mendapatkan proyek. Oleh karena itu, untuk memenangkan persaingan, maka setiap perusahaan harus dapat meningkatkan kemampuan sumber daya yang berhubungan dengan jasa konstruksi untuk mendapatkan nilai tambah. Karena untuk memenangkan persaingan faktor kemampuan Sumber daya jasa konstruksi yang meliputi Kemampuan Pengalaman kerja, kemampuan keuangan, dan kemampuan teknis yaitu peralatan dan personel perusahaan yang mendukung kualitas pekerjaan pada pelaksanaan proyek konstruksi.

Kriteria kualitas pada setiap perusahaan tidak sama, demikian pula masing-masing konsumen memiliki kriteria yang berbeda terkait dengan kualitas. Kualitas terdiri dari sejumlah keistimewaan produk, baik keistimewaan langsung maupun keistimewaan atraktif yang memenuhi keinginan pelanggan dengan demikian memberikan kepuasan atas penggunaan produk dan bebas dari kekurangan atau kerusakan (Vincent Gaspersz.2005:5). Dalam industri jasa konstruksi komponen – komponen yang mendukung kualitas pekerjaan adalah kualifikasi kontraktor yang memilki modal , sumber daya peralatan, sumber daya manusia, dan pengalaman perusahaan.

Jika kemampuan kontraktor terbatas, sudah dapat dipastikan bahwa hasil yang dicapai dibawah standar kualitas, walaupun telah dibekali dengan spesifikasi teknis dan standar lengkap yang menjelaskan tata cara pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai standart kualitas.

Hal-hal yang telah dikemukakan di depan, terutama dalam hubungan dengan peraturan presiden dan keputusan Menteri tersebut adalah produk hukum yang

(13)

dapat menyadarkan pihak kontraktor di Kabupaten Jembrana akan pentingnya kualitas. Pihak kontraktor diminta untuk selalu meningkatkan kemampuannya di antaranya; Pengalaman kerja, kemampuan keuangan, kemampuan teknis yang meliputi kemampuan peralatan, personil dan manajemen mutu.

Berdasarkan hasil pengamatan awal, masih ada kesan dari pihak pengguna anggaran/pejabat pembuat komitmen (Pemilik proyek) dan konsultan perencana/pengawas bahwa masih banyak kelemahan pada kontraktor di Kabupaten Jembrana dalam menyelesaikan proyek konstruksi seperti Pimpinan perusahaan kurang memiliki pengalaman dan pengertian tentang konstruski serta tidak memiliki pengetahuan tentang masalah keuangan dan manajemen perusahaan, tingkat pendidikan yang kebanyakan tamatan SMU, tidak banyak memiliki modal dasar, tenaga ahli perusahaan tidak memiliki sertifikasi ketrampilan kerja dan sertifikasi keahlian kerja dan sering tidak berada di lokasi proyek, peralatan kerja kurang memadai. Sedangkan dari segi kualitas, waktu pelaksanaan sering terlambat dan hasil pekerjaan sering menyimpang dari spesifikasi teknik yang ditetapkan.

Apabila informasi awal ini benar maka dapat dipastikan bahwa kualitas pekerjaan proyek konstruksi kurang sesuai dengan apa yang diisyaratkan dalam dokumen kontrak dan dokumen lelang terutama spesifikasi teknik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

(14)

1) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kualitas pekerjaan kontraktor di Kabupaten Jembrana.

2) Menganalisis hubungan kualifikasi kontraktor dengan kualitas pekerjaan proyek konstruksi di Kabupaten Jembrana.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui kualifikasi kontraktor yang menangani proyek konstruksi di Kabupaten Jembrana.

2) Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pekerjaan kontraktor di Kabupaten Jembrana.

3) Untuk menganalisis hubungan kualifikasi kontraktor dengan kualitas pekerjaan proyek konstruksi di Kabupaten Jembrana.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang positif terhadap perkembangan dan kemajuan jasa konstruksi yang ada di Kabupaten Jembrana dan juga dapat bermanfaat untuk :

1) Dapat dijadikan acuan bagi Pemilik proyek dan kontraktor pelaksana agar dapat meningkatkan kualitas pekerjaan melalui peningkatan kemampuan kualifikasi kontraktor di dalam pekerjaan proyek konstruksi di Kabupaten Jembrana.

(15)

2) Dapat dijadikan acuan bagi usaha jasa konstruksi di Kabupaten Jembrana dalam rangka meningkatkan kualitas pekerjaan agar dapat bersaing dengan kontraktor luar.

3) Dapat digunakan sebagai acuan apabila mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi di kabupaten Jembrana.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Untuk memudahkan di dalam melaksanakan penelitian, maka ruang lingkup penelitian yang dilaksanakan adalah :

1) Kontraktor yang diteliti terbatas hanya pada kontraktor yang menangani proyek pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Jembrana pada tahun anggaran 2009.

2) Pengumpulan data untuk mengetahui kualifikasi kontraktor dilakukan pada kontraktor yang bergerak dalam bidang jasa konstruksi dengan kualifikasi usaha berdasarkan Peraturan Lembaga Pengembang Jasa Konstruksi (LPJK) Nomor 11 Tahun 2006.

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Manajemen Kualitas

Dalam industri manufaktur maupun jasa lainnya sering dibicarakan masalah kualitas oleh produsen dan konsumen. Tingkat pemahaman terhadap kualitas sangat beragam tergantung kepada latar belakang serta sudut pandang mereka. Produsen memandang kualitas adalah kepuasan pelanggan (Customer Satisfaction) sedangkan bagi konsumen adalah produk yang dapat memenuhi keinginan dan harapannya.

Beberapa pendapat dan teori tentang manajemen kualitas yang disampaikan beberapa pakar dalam bidang manajemen, diantaranya adalah sebagai berikut : W.Edwards Deming mengutarakan bahwa kualitas berarti pemecahan masalah untuk mencapai penyempurnaan terus menerus. Seluruh komponen yang terlihat dalam pencapaian kualitas merupakan suatu komuniti yang saling memberi dukungan atau Bottom-Up (Rudi Suarrdi : 2003), proses ini sering disebut siklus Deming yaitu Plan (Perencanaan), Do (Pelaksanaan), Check (Pemeriksaan) dan Action ( Tindakan ).

Philip B. Crosby mengedepankan bahwa kualitas adalah sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai dengan standar kualitas yang ditentukan. Standar kualitas meliputi meterial, proses produksi dan produksi jadi (Nasution 2005:2). Crosby juga memandang masalah kualitas dengan membagi 4 langkah yaitu Pemenuhan persyaratan

(17)

(Conformance), Pencegahan timbulnya cacat (Prevention of Defects), Bebas cacat (Zero Defects), dan tolok ukur kualitas (Performance Measurement). Empat langkah yang dikemukakan oleh Philip B. Crosby adalah merupakan rangkaian Top-Down (Rudi Suardi:2003) untuk mencapai kualitas yang diharapkan konsumen. Kebutuhan dan keinginan konsumen harus dikenali terlebih dahulu sebelum melakukan proses produksi, didalam proses harus menghindari terjadinya kesalahan yang akan meningkatkan biaya dan waktu. Pencapaian bebas cacat adalah mutlak karena setiap cacat yang terjadi berarti biaya. Dari proses ini memerlukan tolok ukur yang digunakan sebagai pedoman dan secara terus menerus ukuran kualitas akan meningkat.

Joseph M. Juran mengutarakan bahwa kualitas berarti kecocokan/kesesuain penggunaan produk untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Konsep Juran mempengaruhi perjalanan kualitas yang dijadikan sebagai tolok ukur pada dunia industri. Manajemen perusahaan yang sadar akan kualitas memberikan pelayanan yang terbaik akan terus mencari bentuk peningkatan kualitas. Disini Juran memberikan uraian yang disebut trilogi proses seperti gambar dibawah ini :

Gambar 2.1 Struktur organisasi Sumber : Gaspersz 2005

Quality Planning Quality Control Quality Improvement Project QualityManagement

(18)

Konsep inilah yang umum digunakan pada industri jasa konstruksi yang memiliki proses yang unik dan berbeda dengan industri manufaktur. Industri jasa konstruksi lebih mengutamakan ketrampilan sumber daya manusia sedangkan manufaktur melakukan proses mengutamakan alat/mesin didalam mencapai hasil akhir. Sehingga sering diistilahkan ” hand made” karena hampir 70 % masih mengandalkan kertampilan manusia. Teori Juran sangat relevan dengan kondisi pelaksanaan proyek karena menekankan pada tiga unsur yang sangat penting dan satu dengan yang saling berkaitan.

2.2 Manajemen Proyek

Proyek adalah suatu kegiatan sementra yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan dengan jelas. Dari pengertian tersebut maka kiri pokok dari proyek adalah (Soeharto, 1195):

1) Memiliki tujuan yang khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir

2) Jumlah biaya, sasaran jadwal serta kriteria mutu dalam proses mencapai tujuan yang telah ditentukan

3) Bersifat sementara, dalam arti umumnya dibatasi oleh selesainya tugas dari awal dan akhis ditentukan dengan jelas

4) Non rutin, tidak berulang-ulang. Jenis dan intensitas kegiatan berubah sepanjang proyek berlangsung.

(19)

2.5 Karakteristik Kontraktor

Kemampuan suatu organisasi perusahaan dalam menentukan posisi untuk meraih kesuksesan, tergantung pengelolaan dan karakter sumber daya yang dimiliki kontraktor sebagai keunggulan kompetitif dalam meningkatakn kualitas perusahaan. Karakteristik suatu organisasi akan memberikan efek persaingan dalam memenangkan persaingan bisnis yang merupakan jawaban dalam pengembangan suatu bentuk usaha. (Syafarudin Alwi ,2001). Menurut Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Nomor 11 Tahun 2006, menerangkan bahwa karakteristik kontraktor yang berkaitan dengan kualifikasi bentuk badan usaha dalam meregistrasikan kembali badan usaha yang melaksanakan usaha jasa konstruksi.

Dalam LPJK Nomor 11 Tahun 2006 Penggolongan kualifikasi badan usaha jasa pelaksana konstruksi didasarkan pada kriteria tingkat kompetensi dan potensi kemampuan usaha terdiri kecil, menengah dan besar, kemampuan melaksanakan pekerjaan berdasarkan kriteria resiko dan kriteria penggunaan teknologi.

Penggolongan kualifikasi usaha jasa konstruksi dibagi dalam gred yaitu: 1) Kontraktor dengan kualifaksi usaha kecil terdiri dari :

a. Karakteristik kontraktor dengan kualifikasi gred 2 adalah (1) Dapat mengerjakan 3 (tiga) paket pekerjaan (2) Dapat mengerjakan proyek dengan nilai 0-300 juta (3) Memiliki kekayaan bersih 50-600 juta

(20)

(5) Penganggung jawab teknik 1 orang, berpendidikan S1, bersertifikat ketrampilan kerja pengalaman 2 tahun

(6) Sistem pemilihan penyedia jasa dengan pelelangan umum pelelangan terbatas, pemilihan langsung atau penunjukkan langsung

(7) Kriteria resiko kecil dan teknologi sederhana, pekerjaan konstruksi dalam pelaksanaannya tidak membahayakan keselamatan umum, harta benda, menggunakan alat kerja sederhana dan tidak memerlukan tenaga ahli

b. Karakteristik kontraktor dengan kualifikasi gred 3 adalah (1) Dapat mengerjakan 3 (tiga)paket pekerjaan

(2) Dapat mengerjakan proyek dengan nilai 0-600 juta (3) Memiliki kekayaan bersih 100-800juta

(4) Penanggung jawab badan usaha 1 orang

(5) Penganggung jawab teknik 1 orang, berpendidikan S1, bersertifikat ketrampilan kerja pengalaman 5 tahun

(6) Sistem pemilihan penyedia jasa dengan pelelangan umum pelelangan terbatas, pemilihan langsung atau penunjukkan langsung

(7) Kriteria resiko kecil dan teknologi sederhana, pekerjaan konstruksi dalam pelaksanaannya tidak membahayakan keselamatan umum, harta benda, menggunakan alat kerja sederhana dan tidak memerlukan tenaga ahli

c. Karakteristik kontraktor dengan kualifikasi gred 4 adalah (1) Dapat mengerjakan 3 (tiga)paket pekerjaan

(21)

(2) Dapat mengerjakan proyek dengan nilai 0-1 miliar (3) Memiliki kekayaan bersih 400 juta -1 miliar (4) Penanggung jawab badan usaha 1 orang

(5) Penganggung jawab teknik 1 orang, berpendidikan S1, bersertifikat ketrampilan kerja pengalaman 10 tahun

(6) Sistem pemilihan penyedia jasa dengan pelelangan umum pelelangan terbatas, pemilihan langsung atau penunjukkan langsung

(7) Kriteria resiko kecil dan teknologi sederhana, pekerjaan konstruksi dalam pelaksanaannya tidak membahayakan keselamatan umum, harta benda, menggunakan alat kerja sederhana dan tidak memerlukan tenaga ahli

2) Karakteristik kontraktor dengan kualifaksi gred 5 adalah a. Dapat mengerjakan 5 (lima) paket pekerjaan

b. Dapat mengerjakan proyek dengan nilai > 1 miliar – 10 miliar c. Mempunyai kekayaan bersih 1 miliar – 10 miliar

d. Memiliki penanggung jawab badan usaha 1 orang

e. Memiliki penanggung jawab teknik 1 orang , berpendidikan S1, bersertifikat keahlian kerja dan pengalaman kerja minimal 2 tahun

a. Penanggung jawab bidang 1 orang, berpendidikan S1, bersertifikat keahlian kerja dan pengalaman kerja minimal 2 tahun

b. Sistem pemilihan penyedia jasa dengan pelelangan umum,pelelangan terbatas, pemilihan langsung atau penunjukkan langsung

(22)

c. Kriteria resiko sedang dan teknologi madya, mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya dapat membahayakan keselamatan umum, harta benda, menggunakan sedikit peralatan berat serta memerlukan sedikit tenaga ahli

d. Pengalaman kerja pernah melaksanakan pekerjaan kualifikasi usaha kecil minimum 3 paket pekerjaan dalam 7 tahun terakir

3) Karakteristik kontraktor dengan kualifaksi gred 6 adalah a. Dapat mengerjakan 8 (delapan) paket pekerjaan

b. Dapat mengerjakan proyek dengan nilai > 1 miliar – 25 miliar c. Mempunyai kekayaan bersih 3 miliar – 25 miliar

d. Memiliki penanggung jawab badan usaha 1 orang,

e. Memiliki penanggung jawab teknik 1 orang, berpendidikan S1, bersertifikat keahlian kerja dan pengalaman kerja minimal 5 tahun

f. Penanggung jawab bidang 1 orang, berpendidikan S1, bersertifikat keahlian kerja dan pengalaman kerja minimal 5 tahun

g. Sistem pemilihan penyedia jasa dengan pelelangan umum,pelelangan terbatas, pemilihan langsung atau penunjukkan langsung

h. Kriteria resiko tinggi dan teknologi tinggi, mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya beresiko sangat membahayakan keselamatan umum, harta benda, menggunakan banyak peralatan berat serta memerlukan banyak memerlukan tenaga ahli dan tenaga terampil

(23)

i. Pengalaman kerja pernah melaksanakan pekerjaan kualifikasi usaha menengah minimum 3 paket pekerjaan dalam 7 tahun terakir

e. Memiliki organisasi badan usaha, memiliki devisi terpisah untuk perencanaan, operasional, keuangan dan administrasi personalia.

4) Karakteristik kontraktor dengan kualifaksi usaha besar termasuk badan usaha asing yang membukan kantor perwakilan adalah

a. Dapat mengerjakan 8 (delapan) atau (1,2 N) N= jumlah paket sesaat. b. Dapat mengerjakan proyek dengan nilai > 1 miliar – tak terbatas c. Mempunyai kekayaan bersih 10 miliar sampai dengan tak dibatasi d. Memiliki penanggung jawab badan usaha 1 orang

e. Memiliki penanggung jawab teknik 1 orang, bersertifikat keahlian kerja dan pengalaman kerja minimal 8 tahun

f. Penanggung jawab bidang 1 orang, bersertifikat keahlian kerja dan pengalaman kerja minimal 8 tahun.

g. Sistem pemilihan penyedia jasa dengan pelelangan umum,pelelangan terbatas, pemilihan langsung atau penunjukkan langsung

h. Kriteria resiko tinggi dan teknologi tinggi, mencakup pekerjaan konstruksi yang pelaksanaannya beresiko sangat membahayakan keselamatan umum, harta benda, menggunakan banyak peralatan berat serta memerlukan banyak tenaga ahli dan tenaga terampil

i. Pengalaman kerja pernah melaksanakan pekerjaan kualifikasi usaha besar minimum 3 paket pekerjaan dalam 7 tahun terakhir

(24)

j. Memiliki organisasi badan usaha , memiliki devisi terpisah untuk perencanaan, operasional, keuangan dan administrasi personalia

k Badan usaha yang memiliki sertifikat ISO

2.6 Proses Pengadaan Jasa Konstruksi

Dalam proses pengadaan jasa konstruksi sebagaimana diatur dalam undang-undang Jasa Konstruksi serta Peraturan Pelaksanaannya, dan Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003, serta Keputusan Presiden No. 61 Tahun 2004, Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2005 tentang perubahan kedua, Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2005 tentang perubahan ketiga dan Keputusan Presiden No. 8 Tahun 2006 tentang perubahan ke empat atas Keputusan Presiden Nomor 83 Tahun 2003 tentang pedoman pelaksanaan pengadaan barang /jasa pemerintah, maka ketentuan tentang persyaratan penyedia jasa konstruksi dan penentuan metode pemilihan penyedia jasa konstruksi adalah sebagai berikut:

1) Persyaratan Legal Penyedia jasa Konstruksi

Penyedia jasa konstruksi berdasarkan undang-undang No. 18 Tahun 1999 tentang jasa konstruksi serta Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2000 tentang usaha dan peran masyarakat jasa konstruksi, Peraturan Pemerintah RI Nomor 29 Tahun 2000 tentang penyelenggaraan jasa konstruksi dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 30 Tahun 2000 tentang penyelenggaraan pembinaan jasa konstruksi berikut peraturan pelaksanaannya, harus memiliki:

a. Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) yang diterbitkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota tempat domisili penyedia jasa

(25)

b. Sertifikat Badan Usaha (SBU) yang diterbitkan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK)

c. Sertifikat tenaga ahli /trampil yang diterbitkan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK)

d. Untuk pekerjaan khusus/spesifik/tehnologi tinggi/kompleks Pejabat Eselon I dapat menambahkan persyaratan memiliki sertifikat manajemen mutu ISO. 2) Metoda Pemilihan Penyedia Jasa Konstruksi

a. Pemilihan penyedia jasa pekerjaan pelaksanaan konstruksi di Kabupaten Jembrana dilakukan dengan cara pelelangan umum, pelelangan terbatas, pemilihan langsung dan penunjukkan langsung.

b. Apabila dilakukan dengan pelelangan /seleksi umum dan pelelangan /seleksi terbatas dianggap tidak efisien maka pemilihan penyedia jasa untuk nilai sampai dengan Rp. 100.000.000 (seratus juta rupiah) dilakukan dengan metoda pemilihan/seleksi langsung.

2.5 Penilaian Kualifikasi

2.5.1 Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 339/KPTS/M/2003, Tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi, yang isinya adalah Faktor-faktor yang dinilai bagi jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi ( Pemborongan ) dalam mengikuti proses tender yang diselenggarakan oleh panitia pengadaan barang dan jasa baik dengan sistem prakualifikasi dan pascakualifikasi adalah sebagai berikut

1) Penelitian Administrasi

(26)

a Memiliki Ijin Usaha Jasa Konstruksi yang diterbitkan oleh pemerintah Kabupaten/Kota tempat domisili penyedia jasa

b Memiliki kompetensi yang ditujukkan dengan sertifkat Badan Usaha yang diterbitkan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi

c Secara hukum mempunyai kapasitas menandatangani kontrak pengadaan d Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak bangkrut, kegiatan usahanya

tidak sedang dihentikan, dan/atau tidak sedang menjalani sanksi pidana e Telah melunasi pajak tahunan terakhir (SP/PPh) serta memiliki laporan

bulanan PPh pasal 25 atau pasal 21/pasal 23 atau PPN sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan yang lalu,

f Memiliki kinerja baik dan tidak masuk dalam daftar sanksi atau daftar hitam disuatu instansi.

2) Penilaian keuangan a Dukungan Bank

b Sisa kemampuan keuangan ( SKK) SKK dihitung dengan rumus : SKK = KK – ( NK-Prestasi ) KK = Fp x MK

MK = F1 x KB

KB = ( a + b + c ) – d + e ), diambil dari neraca ( untuk usaha kecil KB Maksimum Rp 200 Juta )

Dimana :

(27)

FP = Faktor perputaran modal

Fp = 6 untuk penyedia jasa usaha kecil Fp = 7 untuk penyedia jasa usaha menengah Fp = 8 untuk penyedia jasa usaha besar MK = Modal kerja ( minimum 10% NP ) KB = Kekayaan Bersih

F1 = Faktor likuiditas

F1 = 0,3 untuk penyedia jasa usaha kecil F1 = 0.6 untuk penyedia jasa usaha menengah F1 = 0,8 untuk penyedia jasa usaha besar NP = nilai paket yang dilelangkan. NK= Nilai Kontrak dalam pelaksanaan

Prestasi = Nilai pekerjaan yang sudah dilaksanakan. 3) Penilaian Pengalaman

Penilaian dilakukan terhadap pengalaman pekerjaan yang pernah dikerjakan selama 7 (tujuh) tahun terakhir. Pengalaman pekerjaan yang dinilai disertai bukti penyelesaian pekerjaan dengan baik oleh pengguna jasa. Tiga unsur yang dinilai bagi penyedia jasa dengan pengalaman pekerjaan adalah sebagai berikut :

a Bidang Pekerjaan adalah pekerjaan yang bidang dan sub bidang sama dengan pekerjaan yang akan dilelangkan.

(28)

c Status Badan Usaha dalam pelaksanaan pekerjaan, apakah sebagai kontraktor utama atau sebagai sub kontraktor.

4) Penilaian kemampuan teknis

a Usaha kecil dan usaha menengah dinilai terhadap 3 (tiga) unsur yaitu peralatan, personil dan manajemen mutu

(1) Penilaian Peralatan

Kondisi alat yang diperhitungkan hanya kondisinya tidak kurang dari 70 % Kepemilikan peralatan dinilai adalah sebagai berikut

(a) Milik sendiri dengan bukti (b) Sewa beli dengan bukti

(c) Sewa jangka pendek dengan bukti (c) Sewa jangka panjang dengan bukti.

Contoh peralatan minimal yang harus disediakan adalah : Beton molen 1 buah, Pompa air 1 buah, Stamper 1 buah, dan Dump truk 1 buah.

Untuk Usaha Menengah panitia pengadaan harus menyusun terlebih dahulu kebutuhan peralatan minimum yang diperlukan disesuaikan dengan sifat dan kebutuhan pekerjaan.

(2) Penilaian personil

(a) Untuk usaha kecil minimal personil perusahaan yang disediakan adalah: STM Sipil 2 orang, Tenaga administrasi 2 orang.

(b) Untuk usaha menengah, minimal personil yang disediakan disesuaikan dengan kebutuhan manajemen. Panitia pengadaan

(29)

harus menyusun terlebih dahulu daftar tenaga inti yang diperlukan, sesuai kebutuhan pekerjaan.

(c) Tenaga ahli dan tenaga terampil yang disediakan harus disertai sertifikat keahlian (SKA) dan sertifikat ketrampilan (SKT)

(3) Manajemen Mutu

b. Usaha Besar dinilai terhadap 3 unsur (1) Penilaian Peralatan

Kombinasi peralatan dapat berbeda dengan yang disusun Panitia pengadaan yang dinilai adalah kesesuaian peruntukannya dalam pelaksanaan pekerjaan. Penilaian dilakukan atas ekuivalensi kapasitas dan jumlah alat yang disediakan terhadap kapasitas dan jumlah alat yang disusun panitia pengadaan, dengan kondisi alat yang diperhitungkan hanya kondisinya tidak kurang dari 70 %.

(2) Penilaian Personil, Panitia pengadaan harus menyusun terlebih dahulu daftar tenaga inti yang diperlukan, sesuai kebutuhan pekerjaan. Tenaga ahli dan tenaga terampil yang disediakan harus disertai sertifikat keahlian (SKA) dan sertifikat ketrampilan (SKT).

(3) Sertifikat Manajemen Mutu ISO

Untuk pekerjaan khusus/spesifik /tehnologi tinggi apabila disyaratkan harus memiliki sertifikat manajemen mutu (ISO), maka penyedia jasa yang tidak menyampaikan sertifikat ISO dinyatakan gugur.

2.5.2 Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor . 257/KPTS/M/2004 dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor

(30)

43/PRT/M/2007 tentang standar dan pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi, memberi pengaturan rinci Proses Pelaksanaan Pengadaan Jasa Konstruksi dengan mengeluarkan 7 (tujuh) Pedoman yang terdiri 4 (empat) pendoman untuk Pekerjaan Jasa Pelaksanaan Konstruksi (Pemborongan ) dan 3 (tiga) untuk Pekerjaan Jasa Konsultansi.

Empat (empat) Pedoman Pekerjaan Jasa Konstruksi (Pembororongan) yaitu ; 1) Standar dokumen kontrak harga satuan

Kontrak harga satuan adalah kontrak pengadaan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu berdasarkan harga satuan untuk setiap satuan/unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu, volume pekerjaannya masih bersifat perkiranaan sementrara, sedangkan pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh penyedia jasa. Dalam kontrak harga satuan, panitia pengadaan melakukan proses evaluasi

pelelangan dengan tahapan sebagai berikut; a. Penyampaian dokumen penawaran b. Pembukaan dokumen penawaran

c. Evaluasi dokumen penawaran yang meliputi (1) Koreksi aritmatik

(2) Evaluasi administrasi (3) Evaluasi teknis

(4) Evaluasi kewajaran harga (5) Penilaian Kualifikasi

(31)

(6) Pembuatan berita acara hasil pelelangan. 2) Pedoman penilaian kualifikasi

Pada prinsipnya penilaian kualifikasi peserta pelelangan secara umum ada 2 (dua) cara yang digunakan yaitu :

a. Pasca kualifikasi adalah penilaian kualifikasi peserta pelelangan umum, dokumen kualifikasi disampaikan bersama-sama dengan dokumen penawaran. Penilaian kualifikasi dilakukan terhadap 3 (tiga) penawaran terendah yang memenuhi syarat setelah evaluasi penawaran.

b. Prakualifikasi adalah penilaian peserta pelelangan terbatas, pemilihan langsung, dan penunjukkan langsung, dokumen kualifikasi disampaikan dan dinilai sebelum pemasukan dokumen penawaran.

3) Pedoman evaluasi penawaran kontrak lump sum

Kontrak lump sum adalah kontrak jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu teretantu, dengan jumlah harga yang pasti dan tetap, dan semua resiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan sepenuhnya ditanggung penyedia jasa.

Dalam kontrak lump sum, panitia pengadaan melakukan proses evaluasi pelelangan dengan tahapan sebagai berikut;

a. Penyampaian dokumen penawaran b. Pembukaan dokumen penawaran

c. Evaluasi dokumen penawaran yang meliputi (1) Evaluasi administrasi

(32)

(2) Evaluasi teknis

(3) Evaluasi kewajaran harga (4) Penilaian Kualifikasi

(5) Pembuatan berita acara hasil pelelangan 4) Pedoman evaluasi penawaran kontrak harga satuan 2.6 Analisis Faktor

Analisis faktor merupakan salah satu teknik analisis statistik Multivariate yang bertujuan untuk mereduksi data. Proses analisis faktor digunakan untuk menemukan hubungan antara variabel yang saling independen yang kemudian dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, sehingga bisa terbentuk satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal. Analisis konsep faktor utama, atau biasa disebut exploratpry faktor analysis (Johson,2002 dalam Yasa Mahendra I.G.B.K,2007).

Tahapan dalam analisa faktor (Santoso,2001) urutan sebagai berikut: 1) Memilih variabel yang layak untuk analisis faktor

Tahap pertama pada anlisis faktor adalah menilai variabel mana yang dianggap layak untuk dimasukkan dalam analisis selanjutnya. Pengujian dilakukan dengan memasukkan semua variabel yang ada, kemudian variabel-variabel tersebut dikenakan sejumlah pengujian.

Pengujian jika sebuah variabel mempunyai kencendrungan mengelompok dan membentuk kelompok faktor, maka variabel tersebut akan mempunyai korelasi yang cukup tinggi dengan variabel lain (Santoso,2004). Beberapa

(33)

pengukuran yang dapat dilakukan antara lain dengan memperhatikan, nilai KMO dan nilai MSA.

a. Nilai KMO (Kaiser-Meyer-Olkin)

Untuk menguji kesesuaian analisis faktor maka digunakan nilai KMO nilai tersebut harus lebih besar dari 0,50 dengan signifikan < 0,05 memberikan indikasi bahwa korelasi diantara pasangan-pasangan variabel dapat dijelaskan oleh variabel lainnya sehingga analisis faktor layak digunakan. Nilai KMO yang lebih kecil dari 0,5 memberikan indikasi bahwa korelasi diantara pasangan-pasangan variabel variabel lainnya sehingga faktor tidak layak digunakan (Malhotra, 1996).

Sebagai alat ukur jika nilai MSA (Meassures of Sampling Adequency) dapat digunakan untuk persyaratan ini, yaitu nilai MSA dari masing-masing variabel harus lebih besar dari 0,5.

a. Nilai MSA (Meassures of Sampling Adequency)

Tujuan pengukuran MSA adalah untuk menentukan apakah proses pengambilan sampel telah memadai atau tidak (Wibisono,2000). Nilai MSA berkisar 0 sampai 1 dengan kriteria (Santoso,2004).

(1). MSA = 1, variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel lain.

(2) MSA > 0,5 variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut. (3) MSA < 0,5 variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis lebih

lanjut atau dikeluarkan dari variabel lainnya. 2) Susun ekstraksi variabel

(34)

Setelah sejumlah variabel terpilih, maka dilakukan ekstraksi variabel menjadi beberapa kelompok faktor, dengan menggunakan metode PCA (Principal Component Analysis). Penentuan terbentuknya jumlah kelompok faktor dilakukan dengan melihat nilai eigen yang menyatakan kepentingan relatif masing-masing faktor dalam menghitung varian dari varibale-variabel yang dianalisis. Nilai eigen (eigen value) dibawah 1 tidak dapat digunakan dalam menghitung jumlah faktor yang terbentuk (Santoso, 2004).

Setiap kelompok faktor memiliki kemampuan untuk menjelaskan keragaman total yang berbeda-beda. Kelompok faktor pertama memiliki kemampuan menjelaskan yang lebih tinggi dari pada kelompok faktor kedua. Kelompok faktor kedua memiliki kemampuan menjelaskan lebih tinggi dari pada kelompok faktor ketiga dan seterusnya (Wibisono,2000;286). Atau dengan kata lain, faktor-faktor yang diekstraksi (extracted) sedemikan rupa, menerangkan bahwa faktor pertama menyumbang terbesar terhadap seluruh varian dari seluruh variabel asli, faktor kedua menyumbang terbesar kedua, faktor ketiga menyumbang terbesar ketiga dan begitu seterusnya (Supranto,200;137)

3. Rotasi Kelompok Faktor

Setelah diketahui jumlah kelompok faktor yang terbentuk, maka tabel matriks komponen akan menunjukkan distribusi variabel-variabel pada sejumlah kelompok faktor yang terbentuk. Angka-angka pada kelompok faktor tersebut disebut loading factor yang menunjukkan korelasi antara variabel dan kelompok faktor. Suatu variabel akan masuk kesuatu kelompok faktor

(35)

berdasarkan loading factor terbesar yang dimiliki yang dapat dilihat pada matriks komponen (Component Matrix) yang dihasilkan. Tetapi pada beberapa kasus, faktor loading yang dihasilkan pada matriks komponen masih kurang jelas dalam menggambarkan perbedaan diantara kelompok faktor yang ada. Sehingga untuk memperjelas maka dilakukan proses rotasi, yang menghasilkan matriks komponen rotasi (Rotated Component Matix).

4. Manamakan Kelompok Faktor

Setelah terbentuk kelompok faktor, maka proses dilanjutkan dengan memberikan nama terhadap kelompok faktor tersebut. Tidak ada aturan khusus dalam penamaan ini, hanya saja penamaan dari suatu faktor hendaknya mencerminkan rariabel-variabel yang tergabung/terbentuk di dalmnya.

2.7 Korelasi Kualifikasi Kontraktor dengan Kualitas Pekerjaan

Korelasi karakteristik kontraktor dengan kualitas pekerjaan merupakan korelasi dua variabel yang saling terkait dan saling mempengaruhi, oleh karena itu untuk mengetahui korelasi antar dua variabel dilakukan dengan menggunakan SPSS .

2.8 Uji Validitas, Reabilitas dan Interprestasi Hasil Penelitian

Sebagaimana diketahui bahwa data mempunyai kedudukan yang sangat penting bagi suatu penelitian, karena merupakan penggambaran variable yang diteliti dan berfungsi sebagai alat untuk membuktikan hipotesis. Oleh karena itu data dalam suatu penelitian dapat dikumpulkan dengan suatu instrumen yang dipakai dalam mengumpulkan data haruslah memenuhi persyaratan penting yaitu Validitas dan Reabilitas.

(36)

2.8.1 Validitas

Instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variable yang diteliti secara tepat . Uji validitas dilakukan dengan teknik korelasi yaitu mengkorelasikan skor setiap butir dengan total variabel tersebut dengan menggunaakan teknik korelasi Product Moment dengan rumus sebagai berikut (Arikunto,2006:168), dalam( Riduwan ,2006:110)

(

) (

)( )

(

)

{

}

{

( )

}

− = 2 2 2 2 . . . . Y Y n X X n Y X XY n rhitung ...(2.1)

Dimana : r hiting = Koefisien Korelasi

X= Variabel Bebas Y= Variabel Terikat n = Jumlah responden

Korelasi PPM dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga ( -1 ≤ r ≤ +-1 ). Apabila nilai r = --1 artinya korelasinya negatip sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi; dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat. Sedangkan

arti harga r akan dikonsultasikan dengan tabel 2.1 interpretasi Nilai r sebagai berikut

Tabel 2.1

INTERPRETASI KOEFISIEN KORELASI NILAI r Interpretasi Koefisien Tingkat Hubungan

0.80 - 1,000 0,60 - 0,799 0,40 - 0,599 0,20 - 0,399 0,00 - 0,199 Sangat Kuat Kuat Cukup Kuat Rendah Sangat Tendah Sumber :Riduwan 2006

(37)

Selanjutan untuk mencari makna hubungan variable X terhadap Y maka hasil korelasi PPM tersebut dihitung dengan Uji-t dengan rumus:

2 1 2 r n r thitung − − = ...(2.2)

Dimana : t hitung = Nilai t

r = Nilai koefisien korelasi n = Jumlah sampel

Distribusi (Tabel t) untuk ά =0,05 dan derajat kebebasan(dk = n– 2) Kaidah keputusan : Jika t hitung > t tabel berarti valid sebaliknya

t hitung < t tabel berarti tidak valid

2.8.2 Reliabilitas

Reabilitas adalah menunjukkan pada tingkat keterhandalan sesuatu yang dapat dipercaya dan dapat dihandalkan dengan menggunakan metode Alpha Cronbach’s, rumus reliabilitas dengan metode Alpha adalah (Arikunto,2002) :

⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ − =

2 1 2 11 1 1 σ σb k k R ... (2.3)

Dimana : r11 = Reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan

2

b

σ = jumlahnya varian butir 2

1

σ = Varian total

Uji signifikasi dilakukan pada taraf signifikasi 0,05, artinya instrumen dapat dikatakan reliabel bila nilai alpha lebih besar dari r kritis product moment.

(38)

2.8.3 Interprestasi Hasil Penelitian

Penafsiran atas hasil penelitian terhadap hasil analisa data dilakukan untuk mendapatkan informasi lebih jauh yang berkaitan dengan hasil penelitian. Selain itu interprestasi juga dimaksudkan untuk mendapatkan inferensi yang relevan dengan hasil penelitian. Interprestasi yang dilakukan adalah cara terbatas berdasarkan data dan hubungannya dengan penelitian serta dilaksanakan pada saat bersamaan. Interprestasi cara ini akan menghasilkan pengertian yang sempit dan terbatas

2.9 Analisis korelasi SPSS ( Statistical Package for the Social Sciences) SPSS merupakan paket softwere statistika untuk analisis data .

Analisis korelasi adalah ukuran hubungan antara dua variabel terutama untuk variabel kuantitatif.

Dalam SPSS, pembahasan tentang korelasi ditempatkan pada menu correlate, yang mempunyai submenu:

1. Bivariate pembahasan mengenai besar hubungan antara dua variabel.

Koefisien korelasi bivariate/product momen Pearson yaitu mengukur keeratan hubungan diantara hasil-hasil pengamatan dari pupulasi yang mempunyai dua varian. Perhitungan ini mensyaratkan bahwa populasi asal sampel mempunyai dua varian dan berdistribusi normal.Korelasi Pearson banyak digunakan mengukur korelasi data interval atau rasio.

2. Arti angka korelasi; ada dual hal dalam penafsiran korelasi

a. Angka korelasi berkisar pada 0 (tidak ada korelasi sama sekali) dan 1 (korelasi sempurna). Sebenarnya tidak ada ketentuan yang tepat

(39)

mengenai apakah angka korelasi tertentu menunjukkan tingkat korelasi yang tinggi atau lemah. Namun bisa dijadikan pedoman sederhana, bahwa angka korelasi diatas 0,5 menunjukkan korelasi yang cukup kuat, sedang di bawah 0,5 korelasi lemah.

b. Selain besar korelasi, tanda korelasi juga berpengaruh pada penafsiran hasil. Tanda – (negatif) pada output menunjukkan adanya arah yang berlawanan, sedangkan tanda + (positif) menunjukkan arah yang sama. 3. Signifikan hasil korelasi

Setelah angka korelasi didapat, maka bagian kedua dari output SPSS adalah menguji apakah angka korelasi yang didapat benar-benar signifikan atau dapat menjelaskan hubungan dua variabel.

Hipotesis jika :

Ho = tidak ada hubungan antara dua variabel atau angka 0

H1 = ada hubungan (korelasi) antara dua variabel atau angka korelasi tidak 0

Uji dilakukan 2 sisi karena akan mencari ada atau tidak hubungan korelasi dan bukan lebih besar/kecil.

Dasar pengambilan keputusan :

a. Berdasarkan Probabilitas (Sig. (2-tailed)) jika probabilitas >0,05, maka Ho diterima dan jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak

b. Berdasarkan tanda * yang diberikan SPSS . Signifikan tidaknya korelasi dua variabel bisa dilihat dari adanya tanda * pada pasangan data yang dikorelasikan. Dan bila tidanya ada tanda * berarti tidak signifikan antara kedua variabel.

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Metode yang menjelaskan bahwa penelitian ditinjau dari hadirnya variabel saat terjadinya, serta menjelaskan variabel masa lalu dan sekarang disebut metode diskriptif. Sesuai dengan asal kata deskriptif yaitu dari ”to describe” yang artinya menggambarkan atau membeberkan sehingga metode ini tepat digunakan untuk meneliti status sekelompok manusia, perusahaan sebagai obyek penelitian, yang bertujuan membuat deskriptif gambaran secara sistimatis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena yang diselidiki, (Riduwan,2004).

Berdasarkan pengertian tersebut diatas, penelitian yang dilakukan adalah kualifikasi kontraktor serta hubungan kualifikasi kontraktor terhadap kualitas pekerjaan proyek konstruksi pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Jembrana. Disamping itu latar belakang kualifikasi kontraktor juga memiliki kaitan yang erat dangan keuangan, sumber daya manusial, peralatan serta pengalaman perusahaan yang dibuat dalam tabel merupakan data hasil kuesioner.

3.2.Tempat penelitian

Penelitian ini bertempat di Kabupaten Jembrana, khususnya pada Dinas Pekerjaan Umum, Asosiasi Jasa Konstruksi ; Gapensi, Gapeknas, Gapeksindo dan Aspeksindo

(41)

3.3.Jenis dan Sumber Data 3.3.1 Jenis Data

Untuk mendapatkan tujuan akhir dari penelitian, maka data utama yang diperlukan adalah data-data data kualifikasi kontraktor, data kualitas pekerjaan dan data penilaian atas pekerjaan proyek.

1) Data primer

Yaitu data yang diperoleh dari responden dengan mendistribusikan koesioner atau wawancara langsung kepada kontraktor, dan pemilik proyek.

2) Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari literatur-literatur dan media yang berhubungan langsung dengan obyek yang diteliti.

3.3.2 Sumber data

Sumber data yang diperlukan untuk mendukung penelitian ini berupa : 1) Populasi

Populasi penelitian adalah kontraktor yang berada di Kabupaten Jembrana mulai dari kualifikasi kecil dan menengah yang mengerjakan proyek di Kabupaten Jembrana.

2) Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah yang dimiliki oleh populasi yang akan diteliti (Sugiyono,2007:21), yaitu kontraktor yang menangani proyek

(42)

konstruksi pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Jembrana, mulai dari kontraktor kualifikasi kecil dan menengah.

Arikunto (2006:134) mengemukakan bahwa banyaknya sampel yang dikerjakan tergantung dari ukuran populasi dari subyek yang diteliti, apabila subyek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitian merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika subyeknya besar, banyak sampel dapat diambil anatara 10 – 15% atau 20 - 25% atau lebih.

Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 54 kontraktor yang mengerjakan proyek konstruksi pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Jembrana pada tahun 2009 dengan rincian adalah sebagai berikut :

1) Kontraktor dengan kualifikasi Gred 5 : 8 buah 2) Kontraktor dengan kualifikasi Gred 4 : 16 buah 3) Kontraktor dengan kualifikasi Gred 3 : 15 buah 4) Kontraktor dengan kualifikasi Gred 2 : 15 buah

3.4. Identifikasi Variabel

Variabel merupakan gejala yang bervariasi dapat berupa faktor –faktor yang mempengaruhi variabel lain. Variabel yang diidentifikasi dalam hubungan karakteristik dan kualitas pekerjaan kontraktor antara lain : Variabel bebas dan variabel tergantung.

Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi varibel lain atau variabel yang disebut variabel predikator. Dalam penelitian ini sebagai variabel bebas adalah karakteristik kontraktor yang terdiri dari: karakteristik legal, karakteristik

(43)

pengalaman perusahaan, karakteristik peralatan, karakteristik modal dan karakteristik sumber daya manusia perusahaan.

Variabel tergantung yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel tergantung dalam penelitian adalah kualitas pekerjaan kontraktor yang terdiri dari aspek legal, aspek teknis dan aspek administrasi.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Metode mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah dengan metode sensus dari 54 kontraktor yang mengerjakan proyek konstruksi pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Jembrana.

Alat yang digunakan adalah kuesioner yang diberikan kepada kontraktor untuk mendapatkan jawaban tentang kualifikasi dan kualitas pekerjaan, dan kuesioner diberikan kepada direksi proyek pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Jembrana untuk mendapatkan jawaban tentang tanggapan atas hasil kualitas pekerjaan kontraktor yang mengerjakan proyek konstruksi pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Jembrana.

Kuesoiner yang disebarkan adalah kuesioner tertutup, dimana kuesioner disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda silang (X) atau tanda checklist (√ ).

(44)

Dalam penyusunan instrumen penelitian, ada beberapa faktor yang menunjang dalam pengumpulan data yaitu :

3.6.1 Bentuk kuesioner

Untuk mengefektifkan tingkat pengambilan data dibutuhkan bentuk kuesioner yang sesuai dengan instrumen penelitian dan mudah dipahami oleh responden yaitu

1) Bentuk kuesioner Kualifikasi, hal ini untuk memudahkan dalam mendiskripsikan kualifikasi kontraktor yang menangani proyek konstruksi pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Jembrana.

2) Bentuk kuesioner kulitas pekerjaan, hal ini untuk memudahkan pengukuran kualitas pekerjaan pada pelaksanaan proyek konstruksi di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Jembrana

3) Bentuk kuesioner penilaian kualitas pekerjaan, hal ini mengukur sejauh mana hasil yang dikerjakan kontraktor dan untuk menganalisa hubungan kualifikasi kontraktor terhadap kualitas pekerjaan pada pelaksanaan proyek di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Jembrana

4) Ada lima alternatif pengukuran yang digunakan yaitu tipe skala Likert dengan skor : 5 = Selalu 4 = Sering 3 = Kadang-kadang 2 = Jarang 1 = Tidak Pernah.

(45)

3.7 Analisis Data

Analisis data merupakan suatu proses pengolahan data yang diperoleh melalui survei. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

3.7.1 Statistik deskripasif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu statistik hasil penelitian karakteristik kontraktor sebagai obyek yang diteliti.

3.7.2 Analisis korelasi untuk mengetahui korelasi karakteristik kontraktor dengan kualitas pekerajaan dengan menggunakan analisis korelasi Pearson Product Momen (PPM )

3.7.3 Analisis faktor merupakan suatu analisis yang bertujuan untuk merduksi data untuk menemukan hubungan antara variabel yang saling independen yang kemudian dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, sehingga bisa terbentuk satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal.

3.8 Cara Penyajian Data

Untuk lebih memudahkan dan memahami isi data dan lebih komunikatif, maka penyajian hasil pengumpulan data dapat dibuat berupa tabel dan grafik, disamping itu hasil pengumpulan data juga dibuat secara naratif, berupa deskripsi data yang diperoleh dari hasil pengolahan data.

(46)

Kerangka Analisa

Gambar 3.1 Kerangka Analisa

Start

Kajian Pustaka

Menentukan sampel & variabel Penelitian

Data Sekunder : -Data Dinas PU Perumusan masalah dan tujuan penelitian

Data Primer : - Quisioner Membuat format Kuesioner Percobaan Penilaian & Kuesioner

Uji Validitas & Reliabilitas

Survey Lapangan

Analisis Data/Tabulasi Data Pembahasan hasil

analisis data

Tidak

Kesimpulan dan Saran Ya

(47)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kualifikasi Kontraktor

Kualifikasi perusahaan jasa konstruksi yang menangani proyek pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Jembrana terdiri dari gred 2, gred 3 , gred 4 dan gred 5. Kualifikasi kontraktor merupakan suatu penggambaran umum terhadap sumber daya yang dimiliki dari masing-masing kualifikasi usaha kontraktor yang terdiri dari status perusahaan, pengalaman, peralatan, modal/keuangan dan sumber daya manusia. Untuk mengetahui lebih jelas setiap indikator dengan faktor yang saling berhubungan maka dilakukan pengelompokan sebagai berikut : 1) Aspek legal terdiri dari 2 pertanyaan yaitu : Status perusahaan dan sertifikat

badan usaha

2) Aspek pengalaman perusahaan terdiri dari 5 pertanyaan yaitu Jenis proyek yang dikerjakan, pengalaman perusahaan, cara perolehan pekerjaan, cara pelaksanaan pekerjaan, dan waktu penyelesaian pekerjaan

3) Aspek peralatan terdiri dari 2 pertanyaan yaitu teknologi peralatan yang digunakan, dan kepemilikan peralatan

4) Aspek modal/keuangan terdiri diri 3 pertanyaan yaitu kekayaan bersih perusahaan, nilai paket yang dikerjakan, dan sumber modal.

5) Aspek Sumber Daya Manusia terdiri dari 6 pertanyaan yaitu : Latar belakang pendidikan Penanggung Jawab Badan Usaha (PJBU), Latar belakang pendidikan Penanggung Jawab Bidang (PJB), Latar belakang pendidikan Penanggung Jawab Teknik (PJT), Latar belakang pendidikan

(48)

pelaksana/Pengawas, Pengalaman tenaga kerja, Sertifikat Sumber daya manusia.

4.1.1 Karakteristik Aspek Legal 4.1.1.1 Status Perusahaan

Kontraktor gred 5 termasuk kontraktor dengan kualifikasi usaha menengah, sebanyak 100% kontraktor dengan status kantor pusat dan berdomisili tetap di Kabupaten Jembrana.

Kontraktor gred 4, Gred 3, dan gred 2 termasuk kontraktor dengan kualifikasi usaha kecil, semuanya berstatus kantor pusat dan berdomisili tetap di Kabupaten Jembrana

4.1.1.2 Sertifikat Badan Usaha (SBU)

Semua kontraktor di Kabupaten Jembrana memiliki Sertifikat Badan Usaha (SBU) yang dikeluarkan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK).

Tabel 4.1

Aspek Legal Kontraktor

No Uraian Gred 5 Kualifikasi Kontraktor (%) Gred 4 Gred3 Gred2

1 Status Perusahaan

a Pusat 100 100 100 100

b Cabang 0 0 0 0

c Luar Kabupaten 0 0 0 0

2 Sertifikat Badan Usaha (SBU)

100 100 100 100

Tabel 4.1 di atas menggambarkan bahwa kontraktor yang menangani proyek pada Dinas Pekerjaan Umum semua berstatus kantor pusat di Kabupaten Jembrana, serta semua memiliki Sertifikat Badan Usaha (SBU) yang dikeluarkan

(49)

oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi. Hal ini sesuai dengan persyaratan kualifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah menurut Keppres No 80 Tahun 2003 dimana badan usaha jasa konstruksi harus memiliki alamat yang jelas sedangkan untuk Sertifikat Badan Usaha tidak dipersyaratkan dengan tegas. 4.1.2 Karakteristik Aspek Pengalaman Perusahaan

4.1.2.1 Jenis Proyek yang Dikerjakan

Dilihat dari jenis proyek yang dikerjakan kontraktor pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Jembrana dapat digolongkan sebagai berikut :

Kontraktor gred 5 merupakan kontraktor yang berkualifikasi usaha menengah yang mengerjakan bidang bendung dan bendungan sebesar 71,4%, bidang jalan, jembatan dan landasan sebanyak 14,3%, dan bidang perpipaan air dan limbah sebesar 14,3%

Kontraktor gred 4 merupakan kontraktor dengan kualifikasi usaha kecil yang mengerjakan bidang jalan , jembatan dan landasan sebanyak 42,9% sedangkan yang mengerjakan bendung dan bendungan sebanyak 57,1%

Kontraktor gred 3 merupakan kontraktor dengan kualifikasi usaha kecil yang mengerjakan bidang jalan , jembatan dan landasan sebesar 84,6%, bidang bendung dan bendungan sebesar 7,7% dan selanjutnya yang mengerjakan bidang drainase dan jaringan pengairan sebesar 7,7%.

Kontraktor gred 2 merupakan kontraktor dengan kualifikasi usaha kecil yang mengerjakan bidang perumahan dan pemukiman sebanyak 15,4%, bidang drainase dan jaringan pengairan sebanyak 15,4%, bidang jalan,jembatan dan landasan sebanyak 53,8% dan bidang bendung dan bendungan sebanyak 15,4%.

(50)

Hal ini sesuai Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Nomor 11a Tahun 2008 yang menjelaskan tentang bidang dan sub bidang jasa konstruksi yang menjadi pengalaman badan usaha.

4.1.2.2 Cara Perolehan Pekerjaan

Dilihat dari cara perolehan pekerjaan, semua kontraktor gred 5 dan gred 4 memperoleh proyek dengan sistem tender. Kontraktor gred 3 cara memperoleh pekerjaan dengan sistem tender sebanyak 84,6%, dan sisanya mendapatkan proyek dengan sistem pemilihan langsung sebanyak 15,4%. Sedangkan kontraktor gred 2 memperoleh pekerjaan dengan sistem tender sebanyak 46,2%, pemilihan langsung sebanyak 7,7% dan penunjukan langsung sebanyak 46,2%.

Sesuai Keppres 80 Tahun 2003 yang dirubah dengan Perpres No 54 Tahun 2010 yang menjadi pedoman pengadaan barang/jasa pemerintah disebutkan sistem pengadaan barang/jasa dapat dilakukan dengan cara pelelangan umum (tender), pelelangan terbatas, pengadaan langsung dan penunjukan langsung.

4.1.2.3 Pengalaman Perusahaan

Dilihat dari pengalaman perusahaan di bidang jasa konstruksi, kontraktor gred 5 berpengalaman lebih dari 10 tahun sebanyak 42,9%, yang berpengalaman 8-10 tahun sebanyak 14,3%, sedangkan yang berpengalaman 3-7 tahun sebanyak 28,5%.

Kontraktor gred 4 berpengalaman lebih dari 10 tahun sebanyak 78,6%, yang berpengalaman 8-10 tahun sebanyak 14,3% dan yang berpengalaman 3-7 tahun sebanyak 7,1%.

(51)

Kontraktor gred 3 yang berpengalaman lebih dari 10 tahun sebanyak 15,4%, selanjutnya yang berpengalaman 8-10 tahun sebanyak 15,4%, sedangkan yang berpengalaman 3-7 tahun sebanyak 69,2%.

Kontraktor gred 2 yang berpengalaman lebih dari 10 tahun sebanyak 7,7%, selanjutnya yang berpengalaman 3-7 tahun sebanyak 15,4%, sedangkan yang berpengalaman kurang dari 3 tahun sebanyak 76,9%.

4.1.2.4 Waktu Penyelesaian Pekerjaan

Dilihat dari waktu penyelesaian pekerjaan, kontraktor gred 5, gred 4, gred 3 dan gred 2 mampu menyelesaikan pekerjaan tepat waktu sebesar 100%. Salah satu klausul dalam kontrak yang menyebutkan dikenakannya denda bagi setiap keterlambatan pekerjaan sebesar 1/1000 per hari dari nilai kontrak dan adanya pengawasan yang ketat dari direksi proyek menyebabkan penyelesaian pekerjaan yang tepat waktu.

4.1.2.5 Cara Pelaksanaan Proyek

Dilihat dari cara pelaksanaan proyek, semua kontraktor gred 5, gred 4, gred 3 dan gred 2 mengerjakan proyek yang diperoleh sebagai kontraktor utama. Hal ini sesuai dengan Keppres No 80 Tahun 2003 dimana dijelaskan bahwa selain usaha non kecil dilarang mensubkontrakkan pekerjaan yang dilaksanakan.

Tabel 4.2 menggambarkan karakteristik pengalaman perusahaan kontraktor yang menangani pekerjaan sesuai dengan bidang yang ditetapkan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Nomor 11a Tahun 2008. Waktu penyelesaiannya pekerjaan rata-rata 100% kontraktor menyelesaikan tepat

(52)

waktu, dan semua kontraktor sebagai kontraktor utama dalam melaksanakan proyek .

Tabel 4.2

Aspek Pengalaman Perusahaan

No Uraian Gred 5 Gred 4 Gred3 Gred2 Kualifikasi Kontraktor (%)

1 Proyek yang dikerjakan

Perumahan Pemukiman 0 0 0 15,4

Jalan , Jembatan dan Landasan 14,3 42,9 84,6 53,8 Drainase dan Jaringan Pengairan 0 0 7,7 15,4 Bendung dan bendungan 71,4 57,1 7,7 15,4

Perpipaan air dan limbah 14,3 0 0 0

2 Cara perolehan pekerjaan

Tender 100 100 84,6 46,2

Pemilihan Langsung 0 0 15,4 7,7

Penunjukkan langsung 0 0 0 46,2

3 Pengalaman Perusahaan

Lebih kecil 3 tahun 0 0 0 76,9

3-7 tahun 28,5 7,1 69,2 15,4

8-10 tahun 28,6 14,3 15,4 0

> 10 tahun 42,9 78,6 15,4 7,7 4 Cara pelaksanaan Pek.

Kontraktor Utama 100 100 100 100

Joint Operation 0 0 0 0

Sub Kontraktor 0 0 0 0

5 Waktu Penyelesaian

Tepat Waktu 100 100 100 100

Tidak tepat waktu 0 0 0 0

4.1.3 Karakteristik Aspek Peralatan 4.1.3.1 Teknologi Peralatan

Peralatan yang digunakan oleh kontraktor Gred 5 tergolong peralatan berteknologi madya dengan sedikit alat berat sebanyak 100%.

(53)

Peralatan yang digunakan oleh kontraktor Gred 4 tergolong peralatan yang berteknologi madya dengan sedikit alat berat sebanyak 78,6%, sedangkan yang berteknologi sederhana dengan alat sederhana sebanyak 21,4%.

Peralatan yang digunakan oleh kontraktor Gred 3 dan Gred 2 tergolong peralatan yang berteknologi sederhana dengan alat sederhana sebanyak 100%. 4.1.3.2 Kepemilikan Peralatan

Dlilihat dari kepemilikan peralatan pada saat pelaksanaan proyek, kontraktor gred 5 menggunakan peralatan milik sendiri sebanyak 57,1%, juga menggunakan peralatan dengan sistem penyewaan sebanyak 42,9%.

Kontraktor gred 4 menggunakan peralatan milik sendiri sebanyak 85,7%, juga menggunakan peralatan yang disewa sebanyak 14,3%.

Kontraktor gred 3 menggunakan peralatan milik sendiri sebanyak 100%, sedangkan kontraktor gred 2 menggunakan peralatan perusahaan sebanyak 69,2%, juga menggunakan peralatan yang disewa sebanyak 30,8%.

Tabel 4.3

Aspek Peralatan Kontraktor

No Uraian

Kualifikasi Kontraktor (%)

Gred 5 Gred 4 Gred3 Gred2

1 Teknologi Peralatan Berteknologi Tinggi 0 0 0 0 Berteknologi Madya 100 78,6 0 0 Berteknologi Sederhana 0 21,4 100 100 2 Kepemilikan Peralatan Milik Sendiri 57,1 85,7 100 69,2 Sistem Sewa 42,9 14,3 0 30,8

Tabel 4.3 di atas menggambarkan bahwa penggunaan teknologi peralatan memenuhi kualifikasi usaha yang telah ditetapkan dalam peraturan LPJK No.11a

(54)

Tahun 2008 dengan pekerjaan yang diperolehnya. Data di atas menunjukkan bahwa kontraktor gred 5, gred 4, gred 3 dan gred 2 memiliki peralatan sendiri di atas 50% dan sisanya menggunakan peralatan dengan sistem sewa. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 257/KPTS/M/2004 tentang Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi, dimana salah satu butirnya tentang penilaian penggunaan peralatan pada saat tender.

4.1.4 Karakteristik Aspek Modal/Keuangan 4.1.4.1 Kekayaan Bersih Perusahaan

Dilihat dari kekayaan bersih, kontraktor gred 5 memiliki kekayaan bersih Rp 5 – 10 miliar, hal ini sesuai dengan ketentuan Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Nomor 11a Tahun 2008 yang menyatakan bahwa modal usaha yang dimiliki kontraktor harus sesuai dengan kualifikasi usaha yang dimiliki.

Kontraktor gred 4 memiliki kekayaan bersih Rp 600-800 juta sebanyak 14,3 dan Rp 800 juta – 1 miliar sebanyak 87,5%. Kemampuan kekayaan bersih perusahaan yang dimiliki kontraktor gred 4 sudah memenuhi kualifikasi usaha yang ditetapkan dalam Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Nomor 11 Tahun 2006.

Kontraktor gred 3 memiliki kekayaan bersih Rp 200-500 juta sebanyak 38,5%, sedangkan kontraktor yang memiliki kekayaan bersih Rp 500-800 juta sebanyak 61,5%. Kemampuan kekayaan bersih perusahaan yang dimiliki kontraktor gred 3 sudah memenuhi kualifikasi usaha sesuai Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Nomor 11a Tahun 2008.

(55)

Kontraktor gred 2 memiliki kekayaan bersih Rp 0-300 juta sebanyak 100%. Kemampuan kekayaan bersih perusahaan yang dimiliki kontraktor gred 2 sudah memenuhi kualifikasi usaha sesuai ketentuan dalam Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi ( LPJK ) Nomor 11a Tahun 2008.

4.1.4.2 Sumber Modal

Dalam pelaksanaan proyek kontraktor gred 5 menggunakan modal sendiri sebanyak 85,7% dan modal dari uang muka sebanyak 14,3%. Kontraktor gred 4 menggunakan modal sendiri sebanyak 57,1% dan modal berupa uang muka sebanyak 42,9% untuk melaksanakan pekerjaan proyek.

Kontraktor gred 3 dalam melaksanakan pekerjaan proyek menggunakan modal sendiri sebanyak 46,2%, selanjutnya dengan modal dari uang muka sebanyak 53,8%.

Sedangkan kontraktor gred 2 melaksanakan pekerjaan proyek menggunakan modal sendiri sebanyak 76,9%, selanjutnya menggunakan modal berupa uang muka sebanyak 7,7%, serta modal pinjaman bank sebanyak 15,4%.

4.1.4.3 Nilai Paket Yang Dikerjakan

Kontraktor gred 5 merupakan kontraktor yang berkualifikasi usaha menengah dengan nilai paket yang dikerjakan lebih besar Rp 1 sampai dengan Rp 10 miliar sebanyak 100%.

Kontraktor gred 4 merupakan kontraktor yang berkualifikasi usaha kecil dengan nilai paket yang dikerjakan dengan batas nilai satu pekerjaan 0 sampai dengan 1 miliar sebanyak 100%.

(56)

Kontraktor gred 3 merupakan kontraktor yang berkualifikasi usaha kecil dengan nilai paket yang dikerjakan dengan batas nilai satu pekerjaan 0 sampai dengan Rp 600 juta sebanyak 100%.

Kontraktor gred 2 merupakan kontraktor yang berkualifikasi usaha kecil dengan nilai paket yang dikerjakan dengan batas nilai satu pekerjaan 0 sampai dengan Rp 300 juta sebanyak 100%..

Berdasarkan uraian di atas, dapatlah dikatakan bahwa semua kontraktor yang mengerjakan proyek di Kabupaten Jembrana sesuai dengan ketentuan Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Nomor 11a Tahun 2008.

Tabel 4.4

Aspek Modal Kontraktor

No Uraian

Kualifikasi Kontraktor (%)

Gred 5 Gred 4 Gred3 Gred2

1 Kekayaan Bersih 50-600 juta 0 0 0 100 100-600 juta 0 0 38,5 0 100-800 juta 0 61,5 0 600-800 juta 14,3 0 0 1 – 5 miliar 0 85,7 0 0 1-10 miliar 100 0 0 0 3-15 miliar 0 0 0 0 3-25 miliar 0 0 0 0 > 25 miliar 0 0 0 0

2 Nilai Paket Pekerjaan

0-300 juta 0 0 0 100 0-400 juta 0 0 50 0 0-600 juta 0 0 50 0 0-800 juta 0 50 0 0 0-1 miliar 0 50 0 0 > 1 – 10 miliar 100 0 0 0 > 1 – 25 miliar 0 0 0 0 > 1 – > 25 miliar 0 0 0 0 3 Modal Kerja Modal sendiri 85,7 57,1 46,2 76,9

Gambar

Gambar 2.1 Struktur organisasi  Sumber : Gaspersz 2005
Gambar 3.1  Kerangka Analisa
Tabel 4.13 Hasil Uji Validitas Instrumen
Tabel 4.13 menunjukkan  bahwa hasil uji validitas dari  27 variabel yang  diteliti menghasilkan korelasi yang terkecil adalah 0,786 dan korelasi terbesar  adalah 0,996 yang berarti memiliki validitas sangat tinggi
+5

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa untuk 1 bulan, 1 minggu dan 3 hari sebelum pertandingan, keseluruhan atlet binaraga mempunyai asupan protein defisit.. Hal

Tujuan dari artikel ini tak lain adalah untuk melihat sisi rivalitas kekuatan kandidat presiden dalam kontetasi pemilihan presiden 2019 di Indonesia yang

Dari hasil pengujian hipotesis, penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh good corporate governance yang diproksi dengan kepemilikan institusional dan dewan

Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dalam melakukan penilaian, agar penilaian yang dilakukan dapat memberi gambaran yang sebenarnya tentang keberhasilan siswa

Anggota, beberapa Anggota, atau penguasa internasional yang bersangkutan dapat sewaktu-waktu, dimana ratifi kasi Konvensi ini dapat dicabut sesuai dengan ketentuan Pasal

Handoko (2001:193) mengungkapkan ada banyak faktor yang mempengaruhi prestasi kerja (kinerja) dosen. Dosen bekerja dengan produktif atau tidak tergantung pada motivasi,

Pemeraman buah pada perusahaan C dilakukan di dalam tanah, secara alami kondisi atmosfir dalarn ruang pemeraman memberikan kesempatan untuk terjadinya pematangan buah

Solusi BMT Syari’ah Pare dalam menyelesaikan hambatan yang ada itu disebabkan pembiayaan bermasalah dilakukan dengan cara melakukan penyelamatan agar tidak menimbulkan