• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PUSAT PEMASARAN DENGAN PENDEKATAN ICONIC DESIGN DI KAWASAN INDUSTRI KECIL PENGGILINGAN, JAKARTA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN PUSAT PEMASARAN DENGAN PENDEKATAN ICONIC DESIGN DI KAWASAN INDUSTRI KECIL PENGGILINGAN, JAKARTA TIMUR"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PUSAT

PEMASARAN DENGAN PENDEKATAN

ICONIC DESIGN DI KAWASAN

INDUSTRI KECIL PENGGILINGAN,

JAKARTA TIMUR

Meilita Winadha, Indartoyo, J.F. Bobby Saragih

Universitas Bina Nusantara, meilita1412@gmail.com

ABSTRACT

The aim of the research is to improve the level of the economy (income) craftsmen industry by providing industry marketing center facility so that the product can be known by the public. The method used is stratified analysis method that analyzes macro and micro area are focused on specific issues, namely the provision of marketing and promotion to support the craftsman of small industry. Macro analysis is done by identifying the specific problems existing PIK complex area which then refers to the arrangement of the macro solutions and the provision of marketing and promotion centers, micro analysis over the footprint analysis, activity on the site which refers to the provision of the required space, as well as the implementation of a central design marketing approach iconic design and iconic architecture. The provision of marketing and promotion center is expected to be a forum for craftsmen to inform, market and promote the public about the products produced at the PIK that superior products can be known and to increase the income of the artisans especially small industries. (MWA)

Keywords : Small Industries, Marketing and Promotion Center, Iconic Design ABSTRAK

Tujuan dari penelitian adalah meningkatkan tingkat perekonomian (penghasilan) para pengrajin industri dengan menyediakan fasilitas pusat pemasaran industri agar produk yang dihasilkan dapat dikenal oleh masyarakat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis bertingkat yaitu analisis makro secara kawasan dan mikro yang terfokus pada permasalahan spesifik yaitu penyediaan sarana pemasaran dan promosi untuk menunjang para pengrajin industri kecil. Analisis makro dilakukan dengan mengidentifikasi permasalahan spesifik eksisting kawasan komplek PIK yang kemudian merujuk pada solusi penataan secara makro serta penyediaan pusat pemasaran dan promosi, analisis mikro lebih kepada analisis tapak, aktifitas di dalam tapak yang mengacu pada penyediaan ruang yang dibutuhkan, serta implementasi desain sebuah pusat pemasaran dengan pendekatan iconic design dan arsitektur ikonik. Adanya penyediaan pusat pemasaran dan promosi ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi para pengrajin untuk menginformasikan, memasarkan dan mempromosikan kepada masyarakat mengenai produk yang dihasilkan di PIK agar produk unggulan dapat dikenal serta meningkatkan penghasilan para pengrajin khususnya industri kecil. (MWA)

(2)

PENDAHULUAN

Kota Jakarta sebagai salah satu dari pusat ekonomi di Indonesia menyediakan berbagai lapangan pekerjaan baik dari sektor formal maupun informal. Pertumbuhan lapangan kerja dari sektor informal semakin berkembang dengan ditandai oleh banyaknya masyarakat yang membuka peluang usaha dan bisnis secara mandiri. Berdasarkan data yang dari Departemen Koperasi Indonesia pada tahun 2010-2011 angka perkembangan usaha mikro meningkat sebesar 2,57%, sedangkan dalam sektor industri pengolahan meningkat sebesar 3,36%. Usaha industri pengolahan yang cukup diminati oleh sebagian masyarakat adalah jenis industri kecil rumah tangga atau biasa disebut dengan home industry.

Industri rumah tangga ini sesuai dengan namanya berada di kawasan perumahan dikarenakan tempat pengolahan atau produksi yang memang dilakukan di rumah, namun hal ini menjadi masalah khususnya dalam penataan kota. Perkampungan Industri Kecil di Penggilingan, Jakarta Timur (Komplek PIK) merupakan sebuah solusi dari Pemerintah Kota Jakarta pada tahun 1987 dalam penataan kota yaitu merelokasi seluruh pelaku home

industry yang berada di Palmerah dan Pluit di sebuah kawasan yang menjadi pusat industri

dan bisnis di pinggir Kota Jakarta.

Seiring perkembangannya, terdapat permasalahan utama yang dialami oleh para pengrajin PIK yakni menurunnya pendapatan yang mereka peroleh dikarenakan kurangnya daya pemasaran hasil produk ke masyarakat luas serta adanya persaingan dari para pedagang yang membuka usaha di komplek tersebut menjual barang yang tergolong sama dengan produk dari pengrajin PIK dengan harga yang cukup menggiurkan pengunjung seperti yang dijlaskan oleh Wiranta (2010). Untuk mendukung keberlangsungan kegiatan perindustrian terutama dalam meningkatkan pemasaran serta pendapatan para pengrajin maka, adanya penambahan fasilitas berupa pusat pemasaran yang menjadi wadah informasi, pemasaran serta promosi hasil produksi. Penggunaan konsep iconic design pada perancangan pusat pemasaran dijadikan sebagai acuan untuk menjadikan sebuah pusat pemasaran industri ini sebagai ikon yang menarik yang ada di PIK Penggilingan.

Rumusan Masalah

Perumusan masalah yang akan dibahas yaitu bagaimana mengembangkan dan merancang sebuah sarana pemasaran dengan pendekatan iconic design yang dapat memfasilitasi pengrajin dan menjadi daya tarik bagi pengunjung untuk datang ke PIK Penggilingan?

Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai adalah dapat meningkatkan tingkat perekonomian para pengrajin industri dengan menyediakan fasilitas penunjang berupa pusat pemasaran dan promosi yang dapat menjadi wadah informasi bagi pengunjung juga pengrajin.

Mengusung konsep arsitektur ikonik dalam artikel dari astudioarchitect.com dikatakan bahwa sebuah bangunan dapat dijadikan sebagai sebuah identitas di dalam sebuah kawasan dan dapat dijadikan sebagai sebuah ikon yang dapat menginterpretasikan seseorang tengah berada di tempat atau kota tersebut. Sedangkan menurut Rahardian (2013) dalam Jurnal Reka Kersa Arsitektur mengenai kajian karakteristik arsitektur ikonik terdapat beberapa aspek yang dapat dijadikan kriteria penilaian bangunan ikonik yaitu, sesuatu yang baru pada zamannya, bentuk yang atraktif, bentuk yang simetris, penggunaan elemen yang berulang, pencapaian bangunan yang menciptakan vista visual dan proporsi serta skala bangunan yang sempurna.

Untuk sebuah pusat pemasaran industri, penulis mengambil kajian dari tesis mengenai penyediaan pusat kerajinan sebagai wadah informasi, pemasarn dan promosi oleh Bambang Suprianto (2011) dan Zakia Hikma (2001). Dalam tesis tersebut dikatakan bahwa sektor industri kecil menjadi salah satu aset yang sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut, maka dengan menyediakan sebuah wadah yang dapat memberikan informasi, menampung kegiatan serta hasil dari para pengrajin industri kecil untuk dipasarkan kepada masyarakat. Adanya wadah tersebut berupa pusat pemasaran

(3)

kerajinan tersebut dapat meningkatkan perekonomian para pengrajin serta masyarakat yang ada disekitarnya.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari hasil observasi serta literatur yang berkaitan, analisa data dilakukan dengan cara bertahap atau bertingkat, yaitu dengan membahas dan menganalisa secara lingkup makro mengenai permasalahan yang ada di dalam kawasan komplek industri kecil Penggilingan. Kemudian dari hasil analisa tersebut merujuk kepada lingkup mikro mengenai permasalahan spesifik, terfokus kepada bangunan yang akan di desain.

HASIL DAN BAHASAN

Analisa Makro

Permasalahan Eksisting Kawasan

Permasalahan secara lingkup makro seperti yang dipaparkan oleh Wiranta (2010), terdapat 3 permasalahan yaitu,

1. Pola penataan blok industri

Wiranta (2010) mengemukakan dalam laporan kegiatan tahunan Puslit Ekonomi LIPI bahwa pada awal berdirinya PIK setiap blok industri yang ada hanya diperuntukkan oleh 1 jenis industri saja. Namun, pada kondisi sekarang 1 blok ditempati oleh 3-4 macam jenis industri. Dilihat secara eksisting kawasan pola persebaran industri menjadi tidak teratur dan tidak tertata dengan baik.

Untuk itu, ada baiknya jika persebaran jenis industri ini ditata kembali dengan mengelompokkan per bidang industri yang dihasilkan. Selain menjadi tampak rapi, pengelompokkan ini akan mempermudah dalam pembinaan pengrajin serta pengunjung yang datang ke komplek industri PIK.

Gambar 1. Kondisi Eksisting Komplek PIK Sumber: www.google.com/maps 2. Pertokoan moderen menjadi daya saing pengrajin PIK

Pertokoan moderen yang berada di dalam komplek PIK sebagian besar menjual kembali produk yang sejenis dengan industri yang ada dan bukan dihasilkan oleh pengrajin PIK melainkan barang buatan Cina. Hal ini secara tidak langsung dapat menimbulkan daya saing bagi para pengrajin PIK. Bantuan pemerintah dalam penyediaan fasilitas untuk mendukung pemasaran produk PIK tidak berjalan dengan baik. Hasil observasi serta pencarian data mengenai masalah yang terkait, fasilitas penunjang yang disediakan oleh pemerintah dipakai oleh pedagang reseller produk-produk dari luar PIK.

(4)

Gambar 2. Toko Moderen (kiri); Tempat Display Industri (kanan) Sumber: Dokumentasi Penulis (2015)

3. Pengrajin PIK butuh sarana promosi

Dalam artikel di beritajakarta.com dengan judul Pedagang di PIK Cakung Butuh Sarana Promosi, pedagang yang dimaksud disini adalah para pengrajin yang juga menjajakan hasil produksinya di dalam komplek PIK. Permintaan akan sarana promosi ini dikarenakan bahwa hanya sedikitnya warga Jakaerta yang mengetahui produk-produk unggulan yang ada di PIK, padahal dari segi kualitas serta harga yang ditawarkan cukup baik dan murah.

Untuk itu, penyediaan sarana promosi dan pusat pemasaran di dalam komplek ini dapat menjadi wadah penyediaan informasi, pemasaran dan promosi mengenai produk yang dihasilkan oleh para pengrajin PIK kepada para pengunjung yang datang ke komplek ini.

Gambar 3. Contoh Pameran dan Pemasaran Industri Sumber: www.google.com/images Potensi Kawasan

Potensi yang dimiliki oleh komplek PIK Penggilingan antara lain:

1. Lokasi terletak di Cakung yang merupakan salah satu pusat industri dan aktifitas bisnis di pinggir Jakarta Timur yang masih terus berkembang. Hal ini dapat mendukung dalam meningkatkan keberlangsungan serta potensi dari sumber daya yang ada di PIK.

2. Mudah dalam aksesibilitias pencapaian ke lokasi, dapat dicapai dengan mudah oleh pengunjung karena dilalui banyak kendaraan umum.

Gambaran Umum Kegiatan di dalam Kawasan

Secara umum, kegiatan yang ada di dalam kawasan lebih kepada proses produksi dan konveksi barang. Kegiatan perindustrian menjadi prioritas utama dari komplek ini tanpa engenal batas waktu. Untuk kegiatan lainnya di dalam kawasan terdapat aktifitas jual-beli dari para pedagang maupun pengrajin, aktifitas perkantoran di Kelurahan Penggilingan serta pengelola dan koperasi PIK serta aktifitas pendidikan.

Tabel 1 Kegiatan di dalam Kawasan

(5)

Pencapaian

Pencapaian berpengaruh terutama terhadap mobilitas barang untuk supply maupun distribusi.

Pencapaian juga berpengaruh terhadap ketersediaan dan peletakkan entrance pada kawasan komplek PIK. Sebagai sebuah sentra dari industri kecil, adanya sebuah penanda atau petunjuk seperti gerbang utama dapat memberikan informasi mengenai adanya komplek ini.

Gambar 4. Respon Peletakkan Entrance Kawasan Sumber: www.google.com/images

Peletakkan main entrance pada jalan utama yaitu Jalan Penggilingan Raya, dimana para pengunjung dari luar datang melalui jalan ini. Sedangkan untuk side entrance,

diletakkan pada Jalan Swadaya Raya dikarenakan letaknya dekat dengan industri besar Pulo Gadung sebgai penghubung diantara keduanya, serta Jalan di samping SMP 236 yang menjadi akses utama bagi masyarakat sekitar memasuki komplek PIK ini.

Zoning Kawasan

Pada zonasi eksisting kawasan, terlihat penempatan untuk zona kegiatan komersil tersebar disekitar zona perindustrian. Untuk itu, dalam penataan zoning pada kawasan industri secara makro ini akan diklasifikasi dengan melihat keterkaitan hubungan antar industri dengan fungsi bangunan disekitarnya serta dengan pusat pemasaran yang akan disediakan nantinya.

Gambar 5. Eksisting Zonasi Kawasan Sumber: www.google.com/maps

(6)

Gambar 6. Hasil Respon Zonasi Kawasan Sumber: Olahan Penulis (2015)

Hasil respon zonasi secara makro, pola penempatan industri ditata dengan penempatan pusat pemasaran pada bagian depan yang dapat menjadi pusat dari seluruh kegiatan pemasaran dan kegiatan komersil. Sedangkan untuk industrinya sendiri diletakkan pada bagian belakang agar menjadi pusat dari kegiatan produksi yang ada.

Analisa Mikro

Pemilihan dan Data Tapak

Tapak yang akan dijadikan sebagai pusat dari kegiatan pemasaran merupakan lokasi dari pusat grosir PIK yang terbilang sudah tidak aktif lagi. Tapak yang berada pada bagian depan komplek dan dekat dengan jalan utama menjadi salah satu potensi yang mendukung untuk menarik pengunjung, serta fungsi yang akan dicapai dari adanya pusat pemasaran dan promosi ini akan menjadi maksimal.

Gambar 7. Lokasi Tapak

Sumber: sosialisasirdtrdjakarta.com/view_lamp3-2.php Berdasarkan data yang diperoleh mengenai informasi tapak yang dipilih,

Aksesibilitas ke dalam Tapak

Akses ini diperoleh berdasarkan analisa dari arah datangnya pengunjung juga distribusi serta supply barang. Akses ini juga menentukan penempatan pintu masuk ke dalam tapak yang akan dirancang. Maka hasil respon yang didapat adalah,

(7)

Gambar 8. Respon Pintu Masuk ke dalam Tapak Sumber: Olahan Penulis (2015)

Pintu masuk ke dalam tapak antara pengunjung dan mobil pengiriman barang dipisah, hal ini dilakukan agar tidak mengganggu akses pengunjung yang datang ke pusat pemasaran ini. Pintu masuk barang diletakkan pada bagian sisi barat dari tapak dengan melewati jalan dari sisi utara tapak.

Analisa Bangunan

Zonasi Horizontal

Peletakkan zonasi pada ruang di dalam bangunan pusat pemasaran dapat disimpulkan, 1. Lantai 1

Sebagian besar area yang bersifat publik diletakkan pada lantai 1, dimana pada lantai ini merupakan tempat pertama para pengunjung masuk ke dalam bangunan. Ruang yang tersedia antara lain, lobby, kafetaria, hall utama, ATM center, bank, area edukasi dan retail.

Gambar 9. Zonasi pada Lantai 1 Sumber : Olahan Penulis (2015) 2. Lantai 2

Pada lantai 2, sebagian besar ruangan digunakan untuk area pemasaran serta ruang

dealing.

Gambar 10. Zonasi pada Lantai 2 Sumber : Olahan Penulis (2015)

(8)

3. Lantai 3

Pada lantai 3 penempatan zonasi tidak jauh berbeda dengan lantai 2. Namun pada lantai ini terdapat failitas ruang serbaguna yang bisa dipakai dalam pengadaan acara seperti workshop industri unutk para pengunjung yang datang ke pusat pemasaran ini.

Gambar 11. Zonasi pada Lantai 3 Sumber : Olahan Penulis (2015) 4. Lantai 4

Pada lantai 4 semua zonasi private ditempatkan pada lantai ini guna menjaga privasi dari pengguna.

Gambar 12. Zonasi pada Lantai 4 Sumber : Olahan Penulis (2015) Zonasi Vertikal

Zonasi vertikal pada bangunan ini dapat terlihat dengan jelas sesuai dengan pemaparan hasil analisa zonasi horizontal.

Gambar 13. Zonasi Vertikal Bangunan Sumber : Olahan Penulis (2015) Bentuk Bangunan

Bentukan bangunan diaplikasikan dengan pendekatan arsitektur ikonik, dalam Jurnal Reka Karsa Teknik Arsitektur ITENAS oleh Rahardian (2013) bahwa terdapat aspek salah satunya adalah bahwa suatu bangunan ikonik memiliki bentukan yang atraktif dan simetris.

(9)

Gambar 14. Contoh Bentukan Atraktif dan Simetris Gedung Puspa IPTEK Sumber : Jurnal Reka Karsa Teknik Arsitektur ITENAS (2013)

Berdasarkan hasil analisa bentuk bangunan yang digunakan dari pengolahan bentukan dasar bujur sangkar dengan ditambah bentukkan lingkaran yang menjadi pusat dari bangunan agar lebih terlihat dinamis. Bentukan yang dipilih juga memiliki refleksi nilai objek yang sama pada kedua sisinya.

Gambar 15. Respon Bentuk Bangunan Sumber : Olahan Penulis (2015) Tampak Bangunan

Tampak bangunan sebuah pusat pemasaran haruslah memiliki elemen daya tarik bagi para pengunjung yang datang ke tempat ini. Tampak bangunan berkonsep iconic design dimana bangunan ini menjadi ikon dari kawasan PIK.

Gambar 16. Contoh Desain Gedung Pemasaran Sumber : www.google.com/images, diakses 8 Mei 2015

Pengolahan pada tampak juga tidak lepas dari aspek bangunan ikonik yakni memiliki pola elemen yang berulang. Pengulangan elemen ini dapat berupa pemakaian ornamen pada dinding, pengulangan pola pada kolom dan struktur bangunan maupun pola vegetasi dan jalan masuk ke dalam bangunan.

(10)

Gambar 17. Contoh Pola Berulang pada Bangunan Puspa IPTEK Sumber : Jurnal Reka Karsa Teknik Arsitektur ITENAS (2013)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penataan zonasi kawasan secara makro dapat disimpulkan, bahwa seluruh zona kegiatan yang bersifat komersil akan ditempatkan pada bagian depan dari kawasan yaitu pada pusat pemasaran. Kemudian untuk zona dengan kegiatan perindustrian di dalamnya akan ditempatkan atau dikelompokkan pada bagian belakang setelah zona komersil. Hal ini bertujuan agar terdapat keteraturan antara zona industri serta pusat pemasaran yang bersifat komersil.

Gambar 18. Hasil Respon Desain Penataan Kawasan Sumber : Olahan Penulis (2015)

Dikarenakan konsep maupun pendekatan yang digunakan untuk sebuah pusat pemasaran adalah iconic design, terdapat beberapa kajian maupun ciri-ciri bangunan disebut arsitektur ikonik.

Hal ini dipaparkan dalam Jurnal penelitian oleh Rahardian (2013). 1. Sesuatu yang baru pada zamannya

Pusat pemasaran dan promosi untuk industri kecil tidak hanya berfungsi sebagai sarana pemasaran melainkan sebagai wadah informasi serta edukasi bagi para pengrajin maupun pengunjung.

Gambar 19. Ruang untuk Pengunjung dan Pengrajin Sumber : Olahan Penulis (2015)

2. Bentuk yang atraktif

(11)

Gambar 20. Bentuk Bangunan Pemasaran Sumber : Olahan Penulis (2015) 3. Bentuk simetris pada bangunan

Bentuk simetris pada bangunan dapat dilihat dari denah dan serta blok plan dari bangunan tersebut.

Gambar 21. Sumbu Pencerminan pada Denah dan Blok Plan Sumber : Olahan Penulis (2015)

Gambar 22. Sumbu Pencerminan pada Bangunan Sumber : Olahan Penulis (2015) 4. Elemen yang berulang pada fasade

Pemakaian elemen pada fasade terlihat pada pemakaian kisi-kisi pada bangunan yang menjadi penghalang bagi masuknya cahaya matahari secara langsung.

Gambar 23. Elemen Berulang pada Fasade Sumber : Olahan Penulis (2015)

(12)

Saran

Penelitian ini diharapkan bisa terus dikembangkan karena potensi sumber daya yang ada di komplek PIK Penggilingan ini bisa mendukung peningkatan perekonomian khususnya untuk lingkungan sekitar PIK yang sangat bergantung dengan adanya industri kecil ini.

REFERENSI

Bangunan yang Iconic/ Iconing Buildings, diakses 27 Juli 2015 dari http://www.astudioarchitect.com/2010/11/bangunan-yang-iconic-iconic-buildings.html Pawitro, Udjianto. Ir. (2012). Perkembangan ‘Arsitektur Ikonik’ di Berbagai Belahan Dunia. Majalah Ilmiah Tri Dharma Kopertis Wilayah IV Jabar & Banten, Bandung,

Nomor: 01/ Tahun XXV/ Agustus 2012. FTSP Institut Teknologi Nasional (Itenas)

Bandung, diakses 30 Juli 2015 dari http://www.academia.edu/4732535/ PERKEMBANGAN_ARSITEKTUR_IKONIK_DI_BERBAGAI_BELAHAN_DUNIA Pedagang di PIK Cakung Butuh Sarana Promosi, diakses 7 Maret 2015 dari beritajakarta.com

Rahardian E.Y., dkk. (2013). Kajian Karakteristik Bangunan Ikonik Pada Gedung Puspa IPTEK Kota Baru Parahyangan. Jurnal Reka Karsa, Jurnal Teknik Arsitektur Itenas, Volume 1, No. 1, diakses 30 Juli 2015 dari https://ejurnal.itenas.ac.id/index.php/rekakarsa/ article/download/

Suprianto, Bambang. (2011). Pusat Kerajinan di Sukoharjo Sebagai Pusat Informasi,

Promosi dan Pemasaran. Thesis tidak diterbitkan. Solo: Fakultas Teknik Arsitektur

Universitas Sebelas Maret (UNS), diakses 1 Agustus 2015 dari http://library.uns.ac.id/ digilib/dokumen/abstrak/24631/Pusat-kerajinan-di-Sukoharjo-Sebagai-Pusat-Informasi-Promosi-dan-Pemasaran.

Wiranta, Sukarna. (2010). Pemasaran Produk-Produk UKM PIK (Pusat/ Perkampungan Industri Kecil) Pulogadung. Penelitian: Efektivitas Kebijakan dan Kinerja UKM dalam

Mendukung Perekonomian Nasional. Puslit Ekonomi LIPI.

Zakia, Hikma. (2001). Pusat Informasi, Pemasaran dan Promosi Industri Kerajinan

Kuningan Juwana di Juwana. Thesis tidak diterbitkan. Semarang: Fakultas Teknik

Arsitektur Universitas Diponegoro, diakses 27 Juli 2015 dari http://eprints.undip.ac.id/ 22335.

RIWAYAT PENULIS

Meilita Winadha Anggraeni lahir di kota Bogor pada 21 Mei 1994. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Arsitektur pada tahun 2015.

Gambar

Gambar 1. Kondisi Eksisting Komplek PIK  Sumber: www.google.com/maps
Gambar 2. Toko Moderen (kiri); Tempat Display Industri (kanan)  Sumber: Dokumentasi Penulis (2015)
Gambar 4. Respon Peletakkan Entrance Kawasan   Sumber: www.google.com/images
Gambar 6. Hasil Respon Zonasi Kawasan  Sumber: Olahan Penulis (2015)
+5

Referensi

Dokumen terkait

The purpose of this research is to examine how training transfer is influenced by management support, training motivation, intention to transfer, affective reaction, utility

• Perpanjangan waktu pelaksanaan dapat diberikan oleh PPK atas pertimbangan yang layak dan wajar untuk hal-hal sebagai berikut: a) pekerjaan tambah; b) perubahan disain;

Furthermore, after the termination of bankruptcy, the debtors or its heirs may apply for rehabilitation; however, rehabilitation will only be granted if all creditors

Dari pendapat diatas, dapat dikemukakan bahwa inti dari fungsi bank adalah lembaga intermediasi, yaitu lembaga perantara yang menyalurkan dana yang disimpan oleh

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Akuntansi

Data primer merupakan data utama yang diperoleh langsung dari sumber data asli (tidak melalui media perantara), dalam penelitian ini, data primer yang akan diteliti

Subjek studi kasus ini adalah keluarga atau klompok lansia yang. terkena Stroke untuk diamati secara mendalam dengan berbagai

Yogyakarta memiliki pengetahuan yang cukup tentang kesehatan reproduksi, sedangkan hasil berdasarkan karakteristik kelas diketahui bahwa siswa kelas VII memiliki