GAMBARAN KLINIS DAN TATALAKSANA
PASIEN RAWAT INAP MALARIA FALCIPARUM
DI RSUP DR KARIADI SEMARANG PERIODE 2009 – 2013
JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 pendidikan dokter
NUR ROCHMAH WAHYU SETIANI 22010110110010
PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO 2014
GAMBARAN KLINIS DAN TATALAKSANA PASIEN RAWAT INAP MALARIA FALCIPARUM DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG
PERIODE 2009 - 2013
Nur Rochmah WS.a), M Hussein Gasem.b)
ABSTRAK
Latar belakang Malaria merupakan penyakit yang mengancam jiwa dan merupakan masalah dunia, sehingga WHO menetapkan komitmen global tentang eliminasi bagi setiap negara. Malaria falciparum banyak ditemukan di Indonesia dan apabila tidak tertangani dengan baik akan menjadi severe malaria yang mengakibatkan kematian. Angka kematian akibat malaria falciparum masih tinggi. Terapi yang efektif untuk malaria saat ini adalah Artemisin-based
Combination Therapies (ACT).
Tujuan Mengetahui gambaran klinis dan tatalaksana pasien malaria falciparum di RSUP Dr.Kariadi Semarang selama periode 2009-2013.
Metode Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross
sectional. Sampel penelitian adalah semua pasien malaria falciparum yang dirawat
di RSUP Dr.Kariadi Semarang periode 2009-2013. Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat data dari rekam medik.
Hasil Penelitian dari 20 pasien, didapatkan jenis kelamin laki-laki sebesar 80%. Sesuai kriteria WHO tentang malaria berat, didapatkan 65% pasien malaria falciparum berat dan 35% pasien malaria falciparum ringan. Pada malaria falciparum berat ditemukan beberapa komplikasi seperti ikterik (69,2%), Gangguan Ginjal Akut/GnGA (69,2%), penurunan kesadaran (46,2%), anemia berat (38,5%), kejang (23,1%) dan syok (15,4%). Pada pasien malaria falciparum berat ditemukan pasien meninggal sebanyak 38,5%. Terapi yang digunakan pada pasien malaria falciparum ringan adalah ACT yaitu Arsuamoon dan DHP yang diberikan secara oral. Pasien malaria falciparum berat menggunakan Artesunat intravena yang sebagian ditambahkan ACT.
Kesimpulan Gambaran klinis yang paling banyak ditemukan pada pasien malaria falciparum adalah demam dan anemia. Pada kelompok malaria falciparum berat komplikasi yang paling sering ditemukan adalah ikterik dan Gangguan Ginjal Akut/GnGA. Angka kematian masih cukup tinggi meskipun terapi yang digunakan sudah sesuai dengan standar yang berlaku.
Kata kunci malaria falciparum, gambaran klinis, tatalaksana
a)
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
b)
Kepala Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
CLINICAL FEATURES AND MANAGEMENT STAYED PATIENTS OF FALCIPARUM MALARIA IN Dr.KARIADI HOSPITAL SEMARANG
DURING 2009 - 2013
Nur Rochmah WS.a), M Hussein Gasem.b)
ABSTRACT
Background Malaria were a life-threatening disease and a global problem, so
the WHO had set a global commitment of elimination for each country. Falciparum malaria were most found in Indonesia, and if not handled properly it would be a severe malaria resulting great number of death. The mortality rate was still high due to falciparum malaria. Effective treatment for malaria currently was artemisin-based Combination Therapies (ACTs).
Purpose the study purpose were to knew the patient's clinical features and
management of falciparum malaria in Dr.Kariadi Hospital Semarang during 2009-2013.
Methods This study was a descriptive research with cross-sectional design. The
samples were all patients of falciparum malaria were treated at Dr.Kariadi Hospital Semarang during 2009-2013. Data collection by recording data from medical records.
Result The study of 20 patient found male gender was 80%. According to WHO
criteria of severe malaria, acquired 65% of patients severe falciparum malaria and 35% of patients with mild falciparum malaria. In severe falciparum malaria found some complications such as jaundice (69.2%), Acute Renal Disorders / GnGA (69.2%), loss of consciousness (46.2%), severe anemia (38.5%), seizures (23, 1%) and shock (15.4%). In patients with severe falciparum malaria was found as 38.5% of patients died. Therapy used in patients with mild falciparum malaria was ACT, where Arsuamoon and DHP were given orally. Severe falciparum malaria patients using intravenous Artesunate was partially added ACT.
Conclusion Clinical features most commonly found in patients with falciparum
malaria were fever and anemia . In the group of severe falciparum malaria was the most common complication was jaundice and Acute Renal Disorders / GnGA. The mortality rate was still high although the therapies used were in accordance with the applicable standards.
Keywords falciparum malaria, clinical features, management
a) Student of Medical Faculty Diponegoro University b)
Head of Department of Internal Medicine, Faculty of Medicine, Diponegoro University
PENDAHULUAN
Malaria merupakan penyakit yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada manusia oleh gigitan nyamuk Anopheles species betina yang bertindak sebagai vektor malaria.1
Menurut data statistik yang diperoleh Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) tahun 2010, dinyatakan bahwa spesies parasit malaria yang banyak ditemukan di Indonesia adalah Plasmodium falciparum yang akan mengakibatkan malaria falciparum, dengan angka prevalensi sebesar 86,4 %. Sedangkan vektor yang banyak ditemukan khususnya di Jawa Tengah adalah Anopheles aconitus yang berkembang biak di daerah persawahan dan waktu aktifitas menggigitnya adalah sebelum jam 24.00 ( 20.00 – 23.00).2
Malaria falciparum merupakan malaria yang sering ditemukan di Indonesia. Apabila tidak tertangani dengan baik akan menjadi “severe malaria” dan dapat berakibat pada kematian. Gejala yang ditimbulkan pada orang dewasa tidak spesifik, bahkan hanya seperti gejala infeksi virus ringan. Tetapi pada anak balita biasanya akan menjadi malaria berat dan bahkan meninggal, karena pada anak status imunnya belum seperti orang dewasa.2
Angka kematian ( CFR ) penderita malaria yang diperoleh dari data statistik rumah sakit untuk semua kelompok usia didapatkan angka yang menurun drastis dari tahun 2004 dengan persentase 10,61 % menjadi 1,34 % pada tahun 2006. Akan tetapi persentase itu kembali naik setelah tahun 2006 yang terus meningkat sampai tahun 2009 dengan persentase 3,6%.3,4
Terapi malaria yang paling efektif adalah terapi kombinasi yaitu ACT ( Artemisin – based Combined Therapies), ini dikarenakan adanya resisitensi terhadap penggunaan terapi tunggal, misalnya kloroquin. Data statistik dari Riskesdas tahun 2010 menyatakan bahwa Jawa Tengah mendapatkan proporsi pengobatan dengan obat malaria yang cukup tinggi, yaitu 57,3 %. Itu menandakan bahwa ACT merupakan obat malaria yang ampuh untuk saat ini.5
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran klinis dan tatalaksana pasien rawat inap malaria falciparum di RSUP Dr. Kariadi Semarang.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Januari 2009 sampai dengan Desember 2013. Ruang lingkup penelitian ini adalah penyakit malaria di Bagian Ilmu Penyakit Dalam, Sub Bagian Infeksi Tropis. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan rancangan penelitian studi belah lintang atau cross sectional.
Sampel untuk penelitian ini adalah semua pasien malaria falciparum yang di rawat inap di RSUP Dr.Kariadi Semarang yang dinyatakan positif malaria falciparum dan juga positif mixed infection terhadap pemeriksaan mikroskopis dan RDT. Cara pengumpulan data dengan mencatat data dari catatan medik yang disimpan di ruang Instalasi Rekam Medik RSUP Dr. Kariadi Semarang dengan variabel penelitian karakteristik pasien, gambaran klinis dan tatalaksananya.
Alur penelitiannya dimulai dari mencari dan data mengumpulkan data pasien malaria falciparum dari catatan medis, selanjutnya dimasukkan ke dalam computer untuk di analisis datanya. Analisis data dilakukan dengan cara editing (memeriksa kelengkapan, kejelasan dan kesinambungan data), coding (pemberian skor data), tabulasi data dan entry (memasukkan data dalam program komputer
Microsoft Excel). Analisis data meliputi analisis deskriptif yang akan
menampilkan frekuensi dan persentasi.
HASIL PENELITIAN
Sampel penelitian yang diambil untuk penelitian ini adalah semua pasien malaria falciparum yang dirawat di RSUP Dr. Kariadi Semarang periode 2009-2013. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Mei 2014. Dari penelitian tersebut didapatkan sebanyak 41 orang penderita malaria, yaitu 20 orang penderita malaria falciparum dan 21 orang penderita malaria vivax. Jadi, hanya 20 sampel data yang kita gunakan untuk penelitian ini.
Analisis Deskriptif
Jenis Kelamin
Jumlah sampel data didominasi oleh pasien berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 16 orang (80%) dan pasien berjenis kelamin perempuan sebanyak 4 orang (20%).
Usia Pasien
Dari penelitian diperoleh hasil usia rata-rata pasien malaria falciparum adalah mean 34,1 tahun, dengan nilai tengah / median 32 tahun, usia termuda 17 tahun dan usia paling tua 63 tahun.
Tingkat beratnya Penyakit
Dari hasil penelitian didapatkan distribusi pasien berdasarkan tingkat beratnya penyakit, malaria ringan 7 orang pasien (35%) dan malaria berat 13 orang pasien (65%). Lihat Tabel 1.
Tabel 1. Distribusi Berat Ringannya Pasien Malaria Falciparum
Kategori Jumlah Persentase (%)
Malaria ringan Malaria berat Total 7 13 20 35 65 100
Gambaran Klinis Pasien Malaria Falciparum Berat dan Ringan
Hasil analisis menggunakan Microsoft Excel untuk gambaran klinis pada pasien malaria falciparum yang paling banyak ditemukan adalah demam dan anemia (Lihat Gambar 1). Selain itu juga didapatkan pada ananmesis faktor resiko didapatkan riwayat pergi ke daerah endemis 13 orang (65%), riwayat transfusi darah 1orang (5%) dan sisanya 6 orang (30%) tidak diketahui penyebabnya.
Gambar 1. Gambaran Klinis Pasien Malaria Falciparum Berat dan Ringan
Sedangkan distribusi outcome dari pasien malaria falciparum dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Distribusi Outcome dari Pasien Malaria Falciparum Malaria Ringan Malaria Berat
Hidup Mati Hidup Mati
Jumlah Persentase (%) 7 100 0 0 8 61,5 5 38,5
Tatalaksana Malaria Falciparum
Terapi yang digunakan pada kasus malaria falciparum baik ringan maupun berat adalah sebagai berikut :
hipoalbumin trombositopenia hiperbilirubin anemia berat anemia GnGA Syok Kejang Penurunan kesadaran Ikterik nyeri tulang/sendi lemah sakit kepala demam 14% 71% 0% 0% 86% 0% 0% 0% 0% 0% 57% 43% 71% 86% 23% 61% 69% 38% 85% 69% 15% 23% 46% 69% 23% 61% 46% 100% malaria berat malaria ringan
Tabel 14. Distribusi Terapi yang Digunakan Pasien Malaria Falciparum
Malaria Ringan Malaria Berat
Jenis Obat Persentase (%)
Jenis Obat Persentase (%) Arsuamoon* Arterakine (DHP)** 42,9 57,1 Artesunat iv Artesunat iv + Arsuamoon Artesunat iv + Arterakine 57,1 23,9 19
*) Arsuamoon : Artesunat tablet 50 mg dan Amodiaquin tablet 150 mg **) DHP : Dihydroartemisinin 40 mg dan Piperaquin phosphate 320 mg
PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa jumlah pasien pada tahun 2009 sebanyak 2 orang, tahun 2010 sebanyak 2 orang, tahun 2011 sebanyak 9 orang, tahun 2012 sebanyak 2 orang dan taun 2013 sebanyak 5 orang. Pasien paling banyak ditemukan pada tahun 2011 yaitu 9 orang pasien. Hal itu sesuai dengan pernyataan dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah bahwa kasus penyakit malaria paling banyak ditemukan pada tahun 2011 yang lalu menurun pada tahun berikutnya.6
Dari hasil penelitian ini juga dapat mengetahui jumlah pasien menurut berat ringannya penyakit malaria falciparum. Malaria berat lebih banyak ditemukan, yaitu 13 orang pasien, sedangkan malaria ringan 7 orang pasien. Menurut kriteria WHO malaria berat adalah ditemukannya infeksi Plasmodium
falciparum aseksual dengan satu atau lebih komplikasi.7 Dari 13 orang pasien tersebut komplikasi yang paling banyak ditemukan adalah ikterik sebanyak 9 orang (69,2%), Gangguan ginjal akut sebanyak 9 orang (69,2%) dan malaria cerebral (penurunan kesadaran) sebanyak 6 orang (46,2%). Hal ini sedikit berbeda dengan penelitian Rachmadi (2009) yang dilakukan di RSUD Harapan Insan Sendawar, Kutai Barat yang menyatakan bahwa komplikasi malaria falciparum yang terbanyak adalah malaria cerebral (44,86%) lalu diikuti ikterik (21,43%), GnGA (21,43%) dan anemia berat (14,29%).8
Pada pasien malaria ini, ditemukan pula pasien malaria berat yang meninggal sekitar 38,5%, sedangkan pada malaria ringan tidak didapatkan pasien yang meninggal. Kemungkinan dari penyebab pasien yang meninggal dikarenakan keterlambatan pasien untuk datang menuju rumah sakit. Hal ini bisa terjadi melihat bahwa para dokter sudah menggunakan terapi yang tepat untuk malaria berat, yaitu Artesunat iv.
Selain itu juga terdapat dugaan kemungkinan resistensi dari obat Artesunat iv meskipun kemungkinannya sangat kecil, dikarenakan pada penelitian Dondorp dkk (Lancet 2005) penggunaan Artesunat iv menurunkan angka kematian hingga 15% (107 dari 730 pasien malaria berat), sedangkan penggunaan quinine masih 22% (164 dari 731 pasien malaria berat).9
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa gambaran klinis yang paling banyak ditemukan pada pasien malaria falciparum adalah demam dan anemia. Pada kelompok malaria falciparum berat komplikasi yang paling sering ditemukan adalah ikterik dan Gangguan Ginjal Akut/GnGA. Sedangkan untuk angka kematian masih cukup tinggi meskipun terapi yang digunakan sudah sesuai dengan standar yang berlaku.
Saran
Meskipun bukan merupakan daerah endemis dari malaria, tetapi pengenalan gambaran klinis yang khas untuk malaria, khususnya malaria falciparum akan sangat membantu para tenaga kesehatan dalam hal penanganan penyakit malaria secara cepat, tepat dan rasional, guna untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat malaria falciparum.
Bagi peneliti lain juga diharapkan dapat melakukan penelitian yang lebih lanjut untuk gambaran klinis dan tatalaksana malaria falciparum guna untuk mengetahui perkembangan penyakit tersebut.
UCAPAN TERIMA KASIH
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada dr.M.Hussein Gasem,Ph.D,Sp.PD-KPTI, yang telah memberikan bimbingan dan saran-saran dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada Dr.dr. R.A Kisdjamiatun R.M.D, M.Sc selaku ketua penguji dan dr. Fathur Nur Kholis Sp.PD selaku penguji, serta sahabat sejawat, dan pihak lain yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Soedarto. Malaria. Jakarta: Sagung Seto; 2009.
2. Rahmad A. Ebers Papyrus – Jurnal Kedokteran dan Kesehatann : Aspek Imunitas Malaria. Volume 13. 2007.
3. Soepardi J. Epidemiologi Malaria di Indonesia. Volume I-triwulan I. 2011. 4. Laihad FJ. Epidemiologi Malaria di Indonesia : Eliminasi Malaria Pada Era
Desentralisasi. Volume I-triwulan I. 2011.
5. Harijanto P. Epidemiologi Malaria di Indonesia : Tata Laksana Malaria Untuk Indonesia. Volume I-triwulan I. 2011.
6. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012.Semarang; 2013.
7. World malaria report 2011. Geneva, World Health Organization. 2011. Available from : http://www.who.int/malaria/world_malaria_report_2011/ 9789241564403_eng.pdf
8. Nur RS. Karateristik Pasien Malari di Unit Rawat RSUD Harapan Insan Sendawar Tahun 2008. Kutai Barat. 2008.
9. Dondorp A, Nosten F, Stepniewska. Artesunate versus quinine for treatment