• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 METODE PENELITIAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Disain Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian pada skripsi ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai kinerja perbankan syariah saat ini dengan melihat variabel-variabel yang ada.

3.1.2 Obyek Penelitian

Yang menjadi objek penelitian ini adalah laporan keuangan bank pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. dan Unit Usaha Syariah PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk. serta bebarapa buku, artikel, jurnal, serta laporan penelitian yang sudah ada yang berkenaan dengan tema penelitian untuk menggali informasi sebagai panduan pelaksaan penelitian.

3.1.3 Time Horizon

Penelitian yang akan dilakukan adalah menganalisis tingkat kesehatan dengan analisis CAMEL pada laporan keuangan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. dan Unit Usaha Syariah PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk. tahun 2002-2005 karena Unit Usaha Syariah Bank Rakyat Indonesia baru berdiri pada tahun 2002.

3.1.4 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode atau pendekatan survey untuk mengetahui bagaimana tingkat kesehatan bank dengan melihat dan menganalisis laporan keuangan bank.

(2)

3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian 3.2.1 Variabel, Konsep dan Indikator

Dalam penelitian ini, variabel penelitiannya adalah tingkat kesehatan bank. Dimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa tingkat kesehatan bank adalah penilaian atas kondisi laporan keuangan bank pada periode tertentu sesuai dengan standar bank Indonesia.

Pada dasarnya tingkat kesehatan bank dinilai dengan pendekatan kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank, yang meliputi beberapa faktor (indikator) sebagai berikut :

 Faktor Permodalan

 Faktor Kualitas Aktiva Produktif  Faktor Manajemen

 Faktor Rentabilitas  Faktor Likuiditas

Sedangkan untuk faktor sensitivitas terhadap resiko pasar, pada penilaian tingkat kesehatan perbankan syariah tidak dilakukan karena bank-bank syariah maupun unit usaha syariah tidak melakukan transaksi yang berisiko (hijing dan derefatif) dan tidak memakai sistem bunga seperti komponen-komponen faktor sensitivitas terhadap resiko pasar yang biasa dilakukan bank-bank konvesional, hal ini karena tidak sesuai dengan prinsip syariah.

Meskipun pada UUD Perbankan NOMOR:9/1/PBI/2007 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank syariah sudah ditatapkan sistem penilaian terhadap faktor terhadap risiko pasar yang telah disesuaikan dengan prinsip syariah, namun ketentuan tersebut baru ditetapkan tahun 2007 sedang periode penelitian 2002-2005 sehingga data-data yang dibutuhkan belum ada karena Bank Muamalat Indonesia maupun Unit Usaha Syariah belum menerapkannya.

(3)

3.2.2 Pembobotan Faktor dan Komponen

Berdasarkan Peraturan Gubernur Bank Indonesia Nomor 6/10/2004 Tahun 2004 mengenai Tingkat kesehatan Perbankan dan Peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007 tentang Sistem Menilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prisnsip Syariah. Penilaian tingkat kesehatan bank adalah melalui penilaian kuantitatif dan atau penilaian kualitatif terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas dan Sensitivitas terhadap resiko pasar. Penilaian kuantitatif adalah penilaian terhadap posisi, perkembangan, dan proyeksi rasio-rasio keuangan bank dan unit usaha syariah. Sedangkan penilian kualitatif terhadap manejemen.

3.3 Jenis dan Sumber Data Penelitian

Untuk dapat mengetahui dan mengalami serta menganalisis permasalahan yang dihadapi, diperlukan data yang diperoleh dari sumber data, yaitu :

 Data primer: data yang diperoleh dari laporan tahunan dan laporan keuangan Bank Muamalat Indonesia dan Unit Usaha Syariah Bank Rakyat Indonesia, mengenai beberapa annual report terutama neraca dan laporan laba/rugi Bank Muamalat Indonesia dan Unit Usaha Syariah Bank Rakyat Indonesia di suatu pencatatan akuntansi. Data ini dapat diperoleh langsung dari Muamalat Institute dan kantor pusat Unit Usaha Syariah Bank Rakyat Indonesia atau di perpustakaan Info Bank.  Data sekunder: data yang diperoleh dari literatur-literatur baik dari buku,

penelitian-penelitian yang sudah ada, maupun pencarian (searching) dari internet.

(4)

1) Field Research (Penelitian Lapangan) melalui kegiatan:

 Dokumenter, yaitu dengan cara melihat data laporan keuangan yang terkait dengan permasalahan kesehatan bank, seperti rasio permodalan, rasio kualitas aktiva produktif, rasio manajemen, rasio rentabilitas, rasio likuiditas.  Inverview, yaitu wawancara langsung kepada pihak dalam PT. Bank

Muamalat Indonesia, Tbk. dan Unit Usaha Syariah PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk.

 Observasi, yaitu dengan mengamati kegiatan operasional perbankan syariah pada Bank Muamalat Indonesia dan Unit Usaha Syariah Bank Rakyat Indonesia.

2) Library Research (Penelitian Kepustakaan), yaitu membaca buku-buku literature, jurnal, penelitian-penelitian yang sudah ada, serta artikel-artikel yang dapat mendukung masalah yang dibahas dalam skripsi ini.

3.5 Metode Analisis

3.5.1 Menghitung Tingkat Kesehatan Bank dengan Analisis CAMEL

Metode analisis yang digunakan dalam pengelolahan data pada penelitian ini adalah metode CAMEL, yaitu langkah-langkah mengenai tatacara penilaian tingkat kesehatan bank yang dilakukan dengan menghitung besarnya rasio dari komponen-komponen capital (modal), assets (aktiva), management (manajemen), earnings (entabilitas), dan liquidity (liquiditas).

1. Capital (Modal Bank)

Penilaian pendekatan kuantitaif dan kualitatif faktor permodalan antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen sebagai berikut:

(5)

a.) Capital Adequency Ratio (CAR)

Kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) terhadap ketentuan yang berlaku atau Capital Adequency Ratio (CAR) dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:

 Perhitungan Modal dan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia tentang KPMM yang berlaku.

 Komponen Modal Inti, Modal Pelangkap dan Modal Pelengkap Tambahan berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia tentang KPMM yang berlaku.

 Angka pertumbuhan Modal dan ATMR serta Rasio KPMM diperoleh dari hasil stess test rencana bisnis bank.

Tabel 3.1

Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen Permodalan

Peringkat Hasil Analisis

Peringkat 1 :

Peringkat 2 :

Peringkat 3 :

Peringkat 4 : Peringkat 5 :

Rasio KMPP lebih tinggi sangat signifikan dibandingkan dengan rasio KPMM yang ditetapkan dalam ketentuan.

Rasio KMPP lebih tinggi cukup signifikan dibandingkan dengan rasio KPMM yang ditetapkan dalam ketentuan.

Rasio KMPP lebih tinggi secara marginal dibandingkan dengan rasio KPMM yang ditetapkan dalam ketentuan (8% < KPMM < 9%). Rasio KMPP dibawah ketentuan yang berlaku.

Rasio KMPP dibawah ketentuan yang berlaku dan Bank cenderung menjadi tidak soluable.

Sumber: Bank Indonesia

MODAL

CAR = ---Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)

(6)

b.) Komposisi Permodalan

Komponen modal inti (Tier1), modal pelengkap (Tier2) dan modal pelengkap tambahan (Tier3) berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia tentang KPMM yang berlaku.

Tabel 3.2

Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen

Peringkat Hasil Analisis

Peringkat 1 : Peringkat 2 : Peringkat 3 : Peringkat 4 : Peringkat 5 : Tier1 > 150% (Tier2+Tier3)

125% (Tier2+Tier3) < Tier1 < 150% (Tier2+Tier3) 100% (Tier2+Tier3) < Tier1 < 125% (Tier2+Tier3) Jumlah (nominal) Tier1 semakin menurun cukup signifikan Jumlah (nominal) Tier1 semakin menurun secara drastis dan mengarahkan kepada modal negatif.

Sumber: Bank Indonesia

c.) Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan (APYD) dibanding dengan Modal Bank

 Cukupan komponen dan kualitas Aktiva Produktif berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia tentang Kualitaf Produktif yang berlaku.

 Modal adalah Modal Inti + Modal Pelengkap.

Tier1 Komposisi Permodalan =

---Tier2 + Tier3

APYD APYD dibanding dengan Modal Bank =

(7)

 APYD adalah aktiva produktif, baik yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilkan atau menimbulkan kerugian. Besarnya ditetapkan sebagai berikut:

1. 25% dari Aktiva Produktif; digolongkan Dalam Perhatian Khusus (Special Mention)

2. 50% dari Aktiva Produktif; digolongkan Kurang Lancar (Substandard) 3. 75% dari Aktiva Produktif; digolongkan Kurang Lancar (Doubtful) 4. 100% dari Aktiva Produktif; digolongkan Macet (Loss)

Tabel 3.3

Matriks Kiteria Penetapan Peringkat komponen APYD dibanding Modal Bank

Peringkat Hasil Analisis

Peringkat 1 : Peringkat 2 : Peringkat 3 :

Peringkat 4 : Peringkat 5 :

Besarnya APYD relatif sangat kecil dibanding Modal Bank Besarnya APYD relatif kecil dibanding Modal Bank

Besarnya APYD masih dapat dicover oleh Modal Bank (20% < Rasio < 50%)

Besarnya APYD sudah mengarah sama dengan jumlah Modal Bank Besarnya APYD sudah melampaui jumlah Modal Bank

Setelah mengetahui peringkat dari tiap komponen permodalan maka sesuai dengan Surat Edaran BI No.26/23/DPNO maka dibuat kertas kerja dengan criteria penetapan sebagi berikut:

(8)

Tabel 3.4

Matriks Kiteria Penetapan Faktor Permodalan

Peringkat 1 Peringkat 2 Peringkat 3 Peringkat 4 Peringkat 5 Tingkat modal

secara signifikan berada lebih tinggi dari ketentuan KPMM yang berlaku dan diperkirakan tetap berada di tingkat ini untuk 12 bulan mendatang

Tingkat modal berada lebih tinggi dari ketentuan KPMM yang berlaku dan diperkirakan tetap berada di tingkat ini serta membaik dari tingkat ini untuk 12 bulan mendatang

Tingkat modal berada sedikit di atas atau sesuai dengan ketentuan KPMM yang berlaku dan diperkirakan tetap berada di tingkat ini untuk 12 bulan mendatang Tingkat modal berada sedikit di bawah ketentuan KPMM yang berlaku dan diperkirakan mengalami perbaikan untuk 6 bulan mendatang Tingkat modal berada lebih rendah dari ketentuan KPMM yang berlaku dan diperkirakan tetap berada di tingkat ini untuk 6 bulan mendatang Sumber: Bank Indonesia

2. Assets Quality (Kualitas Aset)

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor kualitas aset antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen aset. Indikator pendukung yang digunakan antara lain sebagai berikut:

a.) Aktivitas Produktif Yang Diklasifikasikan (APYD) dibandingkan Total Akiva Produktifitas

Cukupan komponen dan kualitas Aktiva Produktif berpedoman pada ketentuan bank Indonesia tentang Kualitas Aktiva Produktif yang berlaku.

Aktiva Produktif yang Diklasigikasi (APYD) adalah aktiva produktif baik yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan kerugian, yang besarnyaditetapkan secara berikut :

APYD

APYD dibandingkan Total Akiva Produktifitas = ---Total Aktivitas Produktif

(9)

1. 25% dari Aktiva Produktif; digolongkan Dalam Perhatian Khusus (Special Mention) 2. 50% dari Aktiva Produktif; digolongkan Kurang Lancar (Substandard)

3. 75% dari Aktiva Produktif; digolongkan Kurang Lancar (Doubtful) 4. 100% dari Aktiva Produktif; digolongkan Macet (Loss)

Tabel 3.5

Matriks Kiteria Penetapan Peringkat Komponen APYD dibanding Total Aktifa Produktif

Komponen Peringkat 1 Peringkat 2 Peringkat 3 Peringkat 4 Peringkat 5 APYD terhadap Total Aktifa Produktif Rasio sangat rendah atau sangat tidak signifikan Rasio rendah atau tidak signifikan Rasio Moderat atau raso berkisar antara 3% s.d 6% Rasio relatif tinggi atau di atas rasio peringkat 3 Rasio sangat tinggi

Sumber: Bank Indonesia

b.) Perkembangan Aktifa Produktif Bermasalah (Non Performing Assets) dibanding dengan Aktiva Produktif

 Cakupan komponen dan kualitas Aktiva Produktif berpedoman pada ketentuan bank Indonesia tentang kualitas Aktiva Produktif yang berlaku.

 Aktiva Produktif (AP) bermasalah merupakan AP dengan kualitas Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet.

 AP bermasalah dihitung dengan gross (tidak dikurangi PPAP).

 Rasio dihitung berposisi dengan perkembangan salama 12 bulan terakhir. Aktivitas Produktif bermasalah

Non Performing Loans = ---Total Aktivitas Produktif

(10)

Tabel 3.6

Matriks Kriteia Penetapan Peringkat komponen Non Performing Loan terhadap Aktiva produktif

Komponen Peringkat 1 Peringkat 2 Peringkat 3 Peringkat 4 Peringkat 5

(NPL) Perkembangan rasio sangat rendah Perkembangan rasio rendah Perkembangan rasio moderat atau berkisar antara 5% s.d 8% Perkembangan rasio cukup tinggi Perkembangan rasio tinggi

Sumber: Bank Indonesia

c.) Tingkat kecukupan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP)

Perhitungan PPAP berpedoman pada ketentuan Bang Indonesia tentang PPAP yang berlaku. Adapun perhitungan pembentukan cadangan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :

Tabel 3.7

Pembentukan Cadangan yang Wajib Dilakukan

Kategori Cadangan Yang Wajib Dibentuk

1. Lancar

2. Perhatian Khusus 3. Kurang Lancar 4. Diragukan 5. Macet

0% x saldo debet kategori tersebut 5% x saldo debet kategori tersebut 15% x saldo debet kategori tersebut 50% x saldo debet kategori tersebut 100% x saldo debet kategori tersebut

Sumber: Bank Indonesia

PPAP yang telah dibentuk Tingkat kecukupan Pembentukan PPAP =

(11)

Tabel 3.8

Matriks Kriteria Penetapan Komponen PPAP

Komponen Peringkat 1 Peringkat 2 Peringkat 3 Peringkat 4 Peringkat 5

Tingkat Kecukupan Pembentukan PPAP PPAP yang dibentuk secara signifikan lebih tinggi dari PPAP yang wajib dibentuk

PPAP yang dibentuk lebih tinggi dari PPAP yang wajib dibentuk

PPAP yang dibentuk relative sama atau rasio berkisar 100% s.d 105%

PPAP yang dibentuk lebih kecil dari PPAP yang wajib dibentuk

PPAP yang dibentuk secara signifikan lebih kecil dari PPAP yang wajib dibentuk Sumber: Bank Indonesia

Setelah mengetahui peringkat dari tiap komponen kualitas aktiva produktif maka sesuai dengan Surat Edaran BI No.26/23/DPNO maka dibuat kertas kerja dengan criteria penetapan sebagi berikut:

Tabel 3.9

Matriks Kiteria Penetapan Faktor Kualitas Aset

Peringkat 1 Peringkat 2 Peringkat 3 Peringkat 4 Peringkat 5 Kualitas aset

sangat baik dengan risiko portofolio yang sangat minimal. Kebijakan pemberian kredit/investasi, prosedur dan administrasi sangat mendukung kegiatan operasional yang aman dan sehat, serta

didokumentasikan dengan baik.

Kualitas aset baik namun terdapat minor deficiencies yang tidak signifikan. Kebijakan pemberian kredit/investasi, prosedur dan administrasi sangat mendukung kegiatan operasional yang aman dan sehat, serta

didokumentasikan dengan baik.

Kualitas aset cukup baik dan diperkirakan akan mengancam kelangsungan hidup bank. Kebijakan pemberian kredit/investasi, prosedur dan administrasi cukup mendukung kegiatan operasional yang aman dan sehat, serta

didokumentasikan dengan baik.

Kualitas aset kurang dan diperkirakan akan mengancam

kelangsungan hidup bank apabila tidak dikoreksi. Kebijakan pemberian kredit/investasi, prosedur dan administrasi kurang mendukung kegiatan operasional yang aman dan sehat, serta didokumentasikan dengan baik.

Kualitas aset tidak baik dan diperkirakan tingkat aset bermasalah semakin buruk. Kebijakan pemberian kredit/investasi, prosedur dan administrasi tidak mendukung kegiatan operasional yang aman dan sehat, serta

didokumentasikan dengan baik.

(12)

3.Management (Manajemen)

Penilaian terhadap faktor manajemen antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen manajemen menggunakan indikator pendukung antara lain sebagai berikut:

a.) Manajemen Umum.

Manajemen umum dinilai dari praktik good corporate governance antara lain sebagai berikut:

 Struktur dan komposisi pengurus bank: yaitu bank memliki komposisi dan jumlah serta kualitafikasi anggota Komisaris dan Direksi yang sesuai dangan ukuran, kompleksitas (karakteristik), kemampuan keuangan, dan sasaran strategik bank.

 Penanganan conflict of interest: yaitu jika hal terjadi conflict of interest, anggota dewan Komasaris, anggota Direksi, pejabat Eksekutif dan Pimpinan Kantor Cabang bank mampu menghindari atau tidak mengambil tindakan yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan bank dan segera melakukan pengungkapan (disclosure) conflict of interest tersebut dalam setiap keputusan.

 Independensi pengurus bank; yaitu anggota dewan Komisaris dan atau anggota Direksi memiliki kemampuan untuk bertindak independent dan menangani pengaruh (intervensi) pihak eksternal yang dapat mengakibatkan kualitas praktek good corporate governance bank memburuk (menurun).

 Transparansi informasi dan edukasi nasabah; yaitu bank transparan dalam menyelenggarakan good corporate govermance dan bank transparan menginformasikan kepada public secara konsisten. Di

(13)

samping itu, bank secara berkesinambungan melaksanakan edukasi kepada nasabah mengenai kegiatan operasional maupun produk dan jasa bank untuk menghindari timbulnya informasi yang dapat menyesatkan dan merugikan nasabah.

b.) Penerapan Sistem Manajemen Risiko

Penerapan Sistem Manajemen Risiko dinilai berdasarkan 4 (empat) cakupan, yaitu:

a. Pengawasan aktif dewan Komisaris dan Direksi. b. Kecakupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit.

c. Kecakupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko serta syistem informasi Manajemen Risiko.

d. Sistem pengendalian intern.

c.) Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku antara lain meliputi:

a. Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK).

b. Posisi Devisa Neto (DPN) atau Net Open Position (NOP).

c. Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer/ KYC Principles).

d. Kepatuhan bank terhadap komitmen dan ketentuan lainnya antara lain: ketentuan kualitas aktiva produktif, penyisihan penghapusan aktiva produktif, dan restrukturisasi kredit serta komitmen bank yang tercantum dalam action plan, rencana bisnis dan lain-lain.

(14)

4. Earnings (Rentabilitas)

Penilaian pendekatan kualitatif factor rentabilitas antara lain dilakukan melakui penilaian terhadap komponen-komponen sebgai berikut:

a) Return on Assets (ROA)

Besarnya nilai return on assets dapat dihitung dengan rumus berikut:

Besarnya nilai (angka) untuk “laba sebelum dipajak” dapat dibaca pada perhitungan laba rugi yang disusun oleh bank yang bersangkutan, sedangkan “total aktiva” dapat dilihat pada Neraca.

Tabel 3.10

Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen ROA

Komponen Peringkat 1 Peringkat 2 Peringkat 3 Peringkat 4 Peringkat 5

ROA Perolehan laba sangat tinggi

Perolehan laba tinggi

Perolehan laba cukup tinggi, atau rasio ROA berada antara 0,25% s.d 1,25% Perolehan laba bank rendah atau cenderung mengalami kerugian (ROA mengarah negatif) Bank mengalami kerugian besar (ROA negatif)

Sumber: Bank Indonesia

b.) Return on Equity (ROE)

Besarnya nilai return on assets dapat dihitung dengan rumus berikut: Laba sebelum pajak

ROA = --- X 100% Total Aktiva

Laba setelah pajak

ROE = --- X 100% Rata-rata modal inti

(15)

Besarnya nilai (angka) untuk “laba setelah dipajak” dapat dibaca pada perhitungan laba rugi yang disusun oleh bank yang bersangkutan, sedangkan “rata-rata modal inti” dapat dilihat pada perhitungan kewjiban penyediaan modal minimum.

Tabel 3.11

Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen ROE

Komponen Peringkat 1 Peringkat 2 Peringkat 3 Peringkat 4 Peringkat 5

ROE Perolehan laba sangat tinggi

Perolehan laba tinggi

Perolehan laba cukup tinggi, atau rasio ROE berada antara 0,25% s.d 1,25% Perolehan laba bank rendah atau cendenrung mengalami kerugian (ROE mengarah negatif) Bank mengalami kerugian besar (ROE negatif)

Sumber: Bank Indonesia

c.) Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Besarnya nilai BOPO dapat dihitung dengan rumus:

Beban angka untuk “beban operasional” maupun untuk “pendapatan operasional” dapat dilihat pada perhitungan laba rugi laporan keuangan bank yang bersangkutan.

Beban Operasional

BOPO = --- x 100% Pendapatan Operasional

(16)

Tabel 3.12

Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen BOPO Komponen Peringkat 1 Peringkat 2 Peringkat 3 Peringkat 4 Peringkat 5

BOPO Tingkat efisiensi sangat baik

Tingkat efesiensi baik

Tingkat efesiensi cukup baik atau rasio BOPO berkisar antara 94% sampai dengan 96% Tingkat efesiensi buruk Tingkat efisiensi sangat buruk

Sumber: Bank Indonesia

Setelah mengetahui peringkat dari tiap komponen rentabilias maka sesuai dengan Surat Edaran BI No.26/23/DPNO maka dibuat kertas kerja dengan criteria penetapan sebagi berikut:

Tabel 3.13

Matriks Kiteria Penetapan Faktor Rentabilias Peringkat 1 Peringkat 2 Peringkat 3 Peringkat 4 Peringkat 5 Secara umum kinerja rentabilitas sangat baik. Kemampuan rentabilitas sangat tinggi untuk mengatisipasi potensi kerugian dan meningkatkan modal. Secara umum kinerja rentabilitas baik. Kemampuan rentabilitas tinggi untuk mengatisipasi potensi kerugian dan meningkatkan modal. Secara umum kinerja rentabilitas cukup baik. Kemampuan rentabilitas cukup tinggi untuk mengatisipasi potensi kerugian dan meningktakan modal. Secara umum kinerja rentabilitas baik. Kemampuan rentabilitas rendah untuk mengatisipasi potensi kerugian dan meningktakan modal. Secara umum kinerja rentabilitas sangat buruk. Kemampuan rentabilitas sangat rendah untuk mengatisipasi potensi kerugian dan meningktakan modal. Sumber: Bank Indonesia

(17)

5. Liquidity (Likuiditas)

a) Aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan dengan Pasiva likuid kurang dari 1 bulan

Aktiva likuid dan pasiva likuid , 1 bulan dihitung berdasarkan posisi penilaian. Yang termasuk Aktiva likuid < 1 bulan adalah:

- Kas - Giro

- Sertifikat di Bank Indonesia (SBI)

- Antar Bank Aktiva (giro, deposit on call, call money) Sedangkan yang termasuk Pasiva likuid < 1 bulan adalah: - Giro

- Tabungan - Deposito

- Kewajiban segera

- Kewajiban pada bank lain

Tabel 3.14

Matriks Kriteria Peringkat Komponen Aktiva Likuid dibanding Pasiva Likuid

Komponen Peringkat 1 Peringkat 2 Peringkat 3 Peringkat 4 Peringkat 5

Aktiva likuid disbanding pasiva likuid

Sangat likuid Likuid Cukup likuid atau rasio berkisar antara 15% s.d

Kurang likuid Tidak likuid Aktiva likuid < 1 bulan

Aktiva likuid < 1 bulan dibanding = ---Pasiva likuid < 1 bulan ---Pasiva likuid < 1 bulan

(18)

b)Financial to Deposits Ratio (FDR)

Besarnya nilai lFinancial to Deposits Ratio dapat dihitung dengan rumus:

 Kredit merupakan total kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit kepada bank lain).

 Dana pihak ketiga mencakup giro, tabungan dan deposito (tidak termasuk antar bank)

 Suatu bank dikatakan likuid apabila:

1. Bank tersebut memiliki cash assets sebsar kebutuhan yang digunakan untuk memenuhi likuiditasnya.

2. Bank tersebut memiliki cash assets yang lebih kecil dari di atas, tetapi yang bersangkutan mempunyai assets lainnya yang dapat dicairkan sewaktu-waktu. 3. Bank tersebut memiliki kemampuan untuk menciptakan cash assets baru melaui

berbagai bentuk hutang.

Tabel 3.15

Matriks Kriteria Peringkat Komponen FDR

Komponen Peringkat 1 Peringkat 2 Peringkat 3 Peringkat 4 Peringkat 5

FDR 50% < rasio < 75% 75% < rasio < 85% 85% < rasio < 100% atau rasio < 50% 100% < rasio < 120% Rasio > 120%

Sumber: Bank Indonesia

Setelah mengetahui peringkat dari tiap komponen kualitas aktiva produktif maka sesuai dengan Surat Edaran BI No.26/23/DPNO maka dibuat kertas kerja dengan kriteria penetapan sebagi berikut:

Kredit FDR =

(19)

Tabel 3.16

Matriks Kiteria Penetapan Faktor Likuiditas

Peringkat 1 Peringkat 2 Peringkat 3 Peringkat 4 Peringkat 5 Secara umum kinerja likuiditas sangat baik. Kemampuan likuiditas untuk mengatasipasi kebutuhan likuiditas sangat kuat. Secara umum kinerja likuiditas baik. Kemampuan likuiditas untuk mengatasipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen rasio likuiditas kuat. Secara umum kinerja likuiditas cukup baik. Kemampuan likuiditas untuk mengatasipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen rasio likuiditas memadai. Secara umum kinerja likuiditas kurang baik. Kemampuan likuiditas untuk mengatasipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen rasio likuiditas lemah. Secara umum kinerja likuiditas kurang baik. Kemampuan likuiditas untuk mengatasipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen rasio likuiditas sangat lemah.

Sumber: Bank Indonesia

Peringkat Komposit

Peringkat komposit (composite rating) adalah peringkat akhir hasil penilaian tingkat kesehatan bank. Penentuan peringkat komposit nini dilakukan dengan menetapkan peringkat setiap komponen berdasarkan perhitungan dan analisis. Perhitungan dan analisis dilakukan dengan mempertimbangkan indikator pendukung atau pembanding yang relevan. Kemudian berdasarkan hasil penetapan peringkat setiap komponen tersebut, ditetapkan peringkat setiap factor. Selanjutnya, berdasarkan hasil penetapan peringkat setiap faktor ditetapkan peringkat komposit (composite rating). Peringkat komposit di tetapkan sebagai berikut:

a. Peringkat 1 (PK-1), mencerminkan bahwa bank tergolong “sangat baik” dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan. b. Peringkat 2 (PK-1), mencerminkan bahwa bank tergolong “baik” dan mampu

(20)

bank masih memiliki kelemahan-kelemahan minor yang dapat segera diatasi oleh tindakan rutin.

c. Peringkat 3 (PK-1), mencerminkan bahwa bank tergolong “cukup baik”, namun

terdapat beberapa kelemahan yang dapat menyebabkan peringkat kompositnya memburuk, yang dapat terjadi apabila bank tidak segera melakukan tindakan korektif.

d. Peringkat 4 (PK-1), mencerminkan bahwa bank tergolong “kurang baik”, namun terdapat pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan, atau bank memeiliki kelemahan keuangan yang serius, atau kombinasi dari kondisi bebrapa factor yang tidak memuaskan. Apabila tidak dilakukan tindakan korektif yang efektif, baik berpotensi mengalami kesulitan yang membahayakan kelemahan usahanya. e. Peringkat 5 (PK-1), mencerminkan bahwa bank tergolong “tidak baik” dan sangat

berpengaruh terhadap pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan serta mengalami kesulitan yang membahyakan kelangsungan usahanya.

3.6 Rancangan Implikasi Hasil Penelitian

Setelah data-data dan hasil analisis selesai dipelajari, maka akan diketahui hasil penilaiannya bagaimana posisi tingkat kesehatan Bank Muamalat Indonesia dan Unit Usaha Syariah Bank Rakyat Indonesia pada periode tahun 2002-2005 yang terlihat pada kinerja keuangan dan manjemen perusahaan. Kemudian barulah dapat dilakukan perbandingan dan diketahui bagaimana perbedaan cara penilaian kinerja keuangan dan manajemen bank umum syariah dan unit usaha syariah. Sehingga dapat diketahui aspek-aspek apa yang perlu diperhatikan dan diperbaiki bagi masing-masing bank untuk meningkatkan kinerja bank-bank tersebut dan khususnya bagi unit usaha syariah bila ingin melakukan spin off dari bank konvensional sebagai induknya.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini meningkatkan kapasitas perempuan pesisir melalui pembelajaran dan pemberdayaan pengolahan limbah sampah plastik dan olahan makanan berbahan

Perlindungan hukum terhadap pelaku pengadaan barang/jasa pemerintah pada sistem pengadaan secara elektronik yang dalam hal ini adalah PPK belum terlindungi, itu

sebagai variabel intervening pada masyarakat Desa Bojong Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang dapat dijelaskan bahwa ada pengaruh keberadaan.. industri terhadap perubahan

Kristiana Haryanti, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata, yang telah memberikan ijin kepada penulis sehingga dapat melaksanakan

Pogostemon cablin (CB) merupakan famili Lamiaceae yang menghasilkan aroma khas yang dikenal dengan minyak nilam (patchouli oil) yang digunakan dalam produksi parfum

Pakan adalah nama umum yang digunakan untuk menyebut makanan- makanan yang dimanfaatkan atau dimakan hewan, termasuk ikan untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan

kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor – impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional;. kawasan perkotaan yang berfungsi

-Berdasarkan dari pengamatan yang telah dilakukan oleh guru, keadaan siswa pada saat pembelajaran menyimak ceramah keagamaan dengan media audio-visual komponen masyarakat