• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Potensi dan Permalsahan Wisata Desa Pakualam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Potensi dan Permalsahan Wisata Desa Pakualam"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Potensi dan Permalsahan Wisata Desa Pakualam 4.1.1 Identifikasi Potensi Wisata

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada kepala desa, Tokoh masyarakat, Karang taruna, dan pengunjung setempat Desa Pakualam sebagai Desa Wisata memiliki beragam atraksi wisata yang digolongkan yaitu wisata buatan, wisata alam, dan wisata budaya adapun lebih jelasnya sebagai berikut :

Potensi wisata menjadi hal yang paling penting untuk menjadi daerah tersebut sebagai daeruah tujuan pariwisata. Dalam pengembangan potensi wisata harus memiliki objek daya tarik wisata yangdapat menarik minat pengunjung dari local maupun mancanegara, sementara itu objek dan daya tarik wisata dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Objek wisata alam

Objek wisata alam adalah sumberdaya alam yang berpotensi dan berdaya tarik bagi wisatawan serta ditujukan untuk pembinaan cinta alam, baik dalam kegiatan alam maupun pembudidayaan. Sementara itu, bentuk kegiatan yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang mempunyai daya tarik bagi wisatawan dan tata lingkungannya disebut wisata alam. Pada umumnya yang menjadi daya tarik utama wisata alam adalah kondisi alamnya, sedangkan fasilitas seperti rumah makan, pelayanan yang baik, dan sarana akomodasi hanya faktor pendukung untuk melakukan wisata alam

1. Objek wisata sosial budaya

Wisata social budaya adalah pariwisata yang mengandal unsur-unsur social buadya sebagai daya tarik objek pariwisatanya. Wisata ini berpontensi menjadi wisata alternative dari banyak kejenuhan pariwisata yang hanya mengandalkan alam saja. Daya Tarik Wisata Sosial Budaya dapat dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai onjek dan daya tarik wisata meliputi museum, peninggalan sejarah, upacara adat, seni pertunjukan dan kerajinan

2. Objek wisata minat khusus

Wisata minat khusus adalah salah satu wisata yang belum lama dikembangkan di Indonesia. Wisata ini lebih ditujukan kepada wisatawan yang mempunyai minat atau tujuan maupun motivasi khusus dalam berwisata. Sehingga biasanya wisatawan diharuskan memiliki kemampuan atau keahlian tertentu sesuai dengan obyek wisata minat khusus yang akan

(2)

dikunjungi. Contoh keahlian tersebut antara lain: mendaki gunung, berburu, arung jeram, dan lain-lain. Wisata minat khusus dikembangkan dalam upaya pengoptimalan sumber daya untuk memajukan sektor pariwisata

Keindahan Pantai Cisema

Pantai Cisema terletak di Desa Pakualam Kecamatan Darmaraja Kabupaten Sumedang yang saat ini menjadi salah satu daya tarik orang dari Sumedang maupun dari luar kota untuk melihat bagaimana keindahan Waduk Jatigede yang sangat megah dan memiliki keindahan bentang alam yang masih asri. Lokasi ini terletak di sisi air dari Waduk Jatigede yang tersedia juga warung makan khas Jatigede yang memiliki citarasa seperti ikan bakar, nasi liwet dan masih banyak lainnya. Untuk Gambar lengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4.1

Gambar 4.1 Potensi Pantai Cisema Desa Pakualam

(3)

Wisata Kuliner Nasi Liwet

Seperti tertera pada penjelesan sebelumnya bahwa slah sstu ciri khas dari kuliner Jatigede adlah Nasi Liwet, selain dapat menikmati keindahan alam yang mempesona dari Waduk Jatigede wisatawan pula harus mencicipi kuliner yang satu ini. Nasi liwet Jatigede ini yangbmenjadi beda dengan makanan sunda pada umumnya adalah bumbu rempah dan sambelnya yang membuat pengunjung akan merasa ingin kembali lagi ke Jatigede untuk mencicipi makanan sambil menikmati sejuknya udara dan keindahan bentang alam dari Waduk Jatigede ini. Untuk gambar lengkapmya dapat dilihat pada Gambar 4.2

Gambar 4.2 Potensi kuliner Nasi liwet khas Jatigede

(Sumber : Dokumentasi 2019) Kampung Buricak Burinong

Kampung Buricak Burinong adalah kampung dengan tema warna warni seperti kampung Jodipan di Kota malang, akan tetapi kampung ini memiliki karateristik perbedaan karena memiliki keunggulan geografi yang sangat mempesona dan udara yang masih asri menjadi salah satu daya tarik utama saat ini ornag berkunjung ke Waduk Jatigede. Kampung ini pula menjadi menarik karena banyak tersedia spot-spot untuk berfoto yang sangat unik dengan di dukung pula masyarakat setempat yang sangat ramah. Untuk gambar lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.3

(4)

Gambar 4.3 Potensi Kampung Buricak Burinong (Sumber : Dokumentasi 2019)

Wisata Religi Makom Keramat

Selain ada wisata alam dan wisata kuliner Waduk Jatigede juga memiliki wisata Budaya Religi untuk mengetahui asal usul berdirinya Kabupaten Sumedang, karena asal mulanya kerajaan Sumedang Larang dan Kerjaan Cipaku adalah daerah yang sekarang ini tenggelam oleh genangan dari Waduk Jatigede pada saat ini. Menurut pendapat sesepuh desa tersebut banyak makam-makam Raja Sumedang yang masih tersisa di daerah pesisir Waduk Jatigede ini, hal ini pula yang menarik pengunjung berdatangan untuk mengetahui asal usul Kerajaan Sumedang yang pada dahulu kaya pernah Berjaya dan pada saat ini pengunjung banyak yang dating untuk melakukan ziarah kepada sesuh dari Kabupaten Sumedang ini. Untuk gambar lengkpanya dapat dilihat pada Gambar 4.4

(5)

Gambar 4.4 Potensi Wisata Religi Makam Keramat (Sumber : Dokumentasi 2019)

Paralayang Pasir Cinta

Masyrakat Desa Pakualam dan Pemerintah Kabupaten Sumedang terus melakukan pengembangan di area Waduk Jatigede ini seperti, Pasir Cinta lokasi ini terletak pada daerah yang cukup tinggi dan berbatasan langsung dengan hutan dari Perhutani. Dengan kondisi bentang alam yang berbukit-bukit dari lokasi Pasir Cinta ini pengunjung wisata dapat dimanjakan dengan Panorama alam yang sangat mempesoan seperti di Raja Ampat. Akan tetapi sampai saat ini yang msaih menjadi kendala dari objek wisata yang satu ini adalah akses yang masih belum baik, seperti jalan yang belum di aspal masi banyak batu-batu besar dan untuk mengakses sampai lokasi ini pengunjung harus menggunakan motor offroad. Untk gamba lengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4.5

(6)

(Sumber : Dokumentasi 2019) Puncak Damar

Salah satu objek daya tarik utama sejalan dengan di bangunnya Waduk Jatigede ini adalah Puncak Damar yang berlokasi Desa Pakualam Kabupaten Sumedang. Objek wisata yang dikelola pihak Perum Perhuntani KPH (Kesatuan Pemangku Hutan) Sumedang. Sementara pengelolahnnya bekerja sama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Wisata Puncak Damar ini salah satu tempat yang paling banyak dikunjungi karena objek wisata ini menyajikan keindahan alam pegunungan di wilayah Jatigede beserta hamparan air yang sangat mempesona, di kawasan Puncak Damar ini terdapat beberapa fasilitas seperti warung, shelter, tempat untuk berfoto selfie ria. Untuk gambar lengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4.6

Gambar 4.6 Potensi Wisata Puncak Damar

(7)

Wisata Tirta Buatan

Selain ada beberapa wisata alam ada juga wisata buatan di Kawasan Wisata Bendungan Jatigede seperti Wahana wisata air (Waterboom) yang di buat oleh swadaya adari masyarakat desa. Akan tetapi wahana wisata air ini belum terkelola dengan baik seperti belum adanya loket tiket, area parker dan aksenya pula masih tanah dan pasir. Bila wahana air dapat dikelola dengan baik pasti ini akan menjadi objek wisata alternatif di Kawasan Jatigede ini karena pengunjung dapat bermain air dengan menikmati pemandangan alam Bendungan Jatigede dari jarak yang sangat dekat seperti pemandian-pemandian yang ada di Bali. Untuk gambar lengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4.7

Gambar 4.7 Potensi Wahana wisata air

(Sumber : Dokumentasi 2019)

4.1.2 Identifikasi Kondisi aspek Aksesbilitas Wisata

Aksesbilitas adalah salah aspek penting dalam pariwisata dan tidak bisa terlepas dengan Jaringan Transportasi, karena transportasi sebagai salah satu penunjang kegiatan pariwisata untuk menuju kawasan objek wisata, hal ini harus diperhtikan karna ini adalah adalah salah satu faktor paling dilihat oleh pengunjung atau wisatawan untuk berwisata ke kawasan wisata Desa Pakualam. Jika akses menuju kawasan dirasa sulit makan pengunjung enggan untuk datang ke objek wisata tersebut.

(8)

Berdasarkan observasi, bahwa kondisi aksesbilitas untuk menuju kawasan ini masih memiliki banyak kekurangan seperti jalan yang masih bebatuan dan jalan yang ukurannya belum sesuai dengan kondisi yang seharusnya kriteria jika ingin mengembangkan wisata. Untuk angkutan umum menuju lokasi pula masi belum dapat mencapai sampai lokasi, trayek yang masi tersedia hanya sampai daerah Situraja. Untuk waktu tempuhnya lokasi ini sendiri +17 kilometer dari pusat Kota Sumedang dan berkisar waktu + 45 menit sampai 1 jam untuk mencapai lokasi tersebut. Untuk kondisi Gambar dapat dilihat pada Gambar 4.8

Gambar 4.8Kondisi aspek aksesbilitas

(Sumber : Dokumentasi 2019)

4.1.3 Identifikasi Kondisi Sarana Prasarana Wisata

Selain aspek aksesbilitas adapula beberapa aspek yang harus diperhatikan untuk mengembangakan kawasan wisata berdasarkan beberapa kriteria seperti aspek Sarana Prasarana penunjang pariwisata. Berdasarkan hasil observasi untuk sarana prasarana yang ada di Desa Pakulam sebagai penunjang pariwisata sudah memiliki kelengkapan yang cukuk memadai seperti sudah tersedianya Warung, rumah makan, rumah ibadah, Jaringan air bersih, Jaringan listrik, Jaringan telekomunikasi dan Homestay untuk memenuhi kebutuhan wisatawan yang ingin mengunjungi Wisata Waduk Jatigede ini. Untuk gambar lengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4.9

(9)

Gambar 4.9 Kondisi Sarana prasarana

Sumber : Dokumentasi 2019

4.1.4 Identifikasi Kondisi aspek Promosi Wisata

Salah satu kemajuan dari suatu pariwisata adalah dengan cara promosi, jika promosi dilakukan dengan baik maka pengunjung atau wisatawan akan berlomba-lomba untuk berkunjung ke objek wisata tersebut. Promosi yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Sumedng sejauh ini masih kurang terlihat dari agenda tiap tahunnya instansi terkait. Berdasarkan hasil observasi untuk mengetahui promosi Kawasan Wisata Jatigede yaitu dapat melalui media elektronik seperti internet, Koran, majalah dan festival kebudayaan tahunan.

4.1.5 Identifikasi Kondisi aspek Informasi Wisata

Sebelum pengunjung atau wisatawan berkunjung ke kawasan wisata Jatigede informasi yang didapat, yaitu seperti dari pembicaraan dari mulut ke mulut orang yang sudah berwisata di Bendungan Jatigde, dan bisa juga melalui media cetak maupun media elektronik yang telah meliputi objek wisata Bendungan Jatigede. Beberapa informasi diatas berdasarkan peran Stake Holder (tokoh adat, tokoh masyarakat, dan ormas pemuda) telah membuat website wisata Jatigede. Dari inilah informasi yang didapat bagi para pengunjung wisata Jatigede. Berdasarkan hasil observasi, masyarakat di kawasan Jatigede dapat memberikan informasi yang cukup buat para pengunjung yang berwisata di kawasan ini

(10)

4.1.6 Identifikasi Permasalahan Kawasan Wisata Desa Pakualam

Untuk mengembangkan pariwisata yang baik ada beberapa aspek yang harus kembangkan dan di jaga untuk mencapai pariwisata yang berkelas, untuk melihat permasalahan yang ada berdasarkan beberepa aspek tersebut akan dijabarkan sebagai berikut :

Tabel 4.1

Identifikasi Potensi dan Permasalahan Wisata Desa Pakualam

Variabel Potensi Permasalahan

Atraksi Wisata  Pantai Cisema  Nasi liwet

 Kampung Buricak burinong  Wisata religi makam keramat  Puncak Damar

 Pasir Cinta  Agrowisata

 Wahana air waterboom

 Kurangnya pelestarian budaya adat istiadat setempat  Beberapa objek wisata yang

belum terkelola dengan baik  Masih belum jelasnya

kepelimilikan lahan desa

Aksesbilitas  Kondisi jalan dari Ibu Kota Provinsi cukup bagus  Sudah adanya akses tol

 Minimnya sarana angkutan umum yang membawa wisatawan ke tempat obyek wisata  Sebagian jalan yang

berbatuan atau berlubang Sarana Prasana  Homestay dan sarana

prasarana yang sudah ada cukup lengkap

 Parkir belum terkelola dengan baik

 Sarana penginapan yang masih belum terdata dengan baik

(11)

4.2 Identifikasi Kelayakan Desa Wisata Pakualam

Untuk mengukur kelayakan Desa Wisata ada 3 aspek yang paling penting berdasarkan Pedoman Analisis Daerah Objek Daya Tarik, aspek yang harus diukur antara lain adalah aspek objek daya tarik wisata yang diberi bobot 6 karena daya tarik merupakan faktor utama alasan seseorang melakukan perjalanan wisata. Aksesibilitas diberi bobot 5 karena merupakan faktor penting yang mendukung wisatawan dapat melakukan kegiatan wisata. Untuk akomodasi serta sarana dan prasarana diberi bobot 3 karena hanya bersifat sebagai penunjang dalam kegiatan wisata.

Tabel 4.2

Hasil Penilaian terhadap komponen Objek Daya Tarik

Unsur Uraian Bobot * Nilai Skor Total**

Keindahan

• pemandangan indah menuju waduk

• pemandangan indah dari waduk ke sekitar (ada 2 nilai 15) 6 15 90 Kekhasan lingkungan waduk

• Adanya nilai sejarah (situs makam keramat) • Adanya pulau (ada 2 nilai 15) 6 15 90 Kegiatan wisata yang dilakukan • Camping • Wisata air

• Menikmati keindahan alam • Kuliner • Memancing (ada 5 nilai 30) 6 30 180 Kebersihan lokasi

• Terhindar dari industri • Terhindar jalan ramai • Terhindar pemukiman penduduk • Terhindar sampah • Terhindar vandalisme (ada 5 nilai 30) 6 30 180 Kenyamanan lokasi • Udara bersih • Bebas dari bau • Bebas dari kebisingan • Tidak terganggu lalu lintas • Ada tepi danau yang landau

(ada 5 nilai 30)

(12)

Unsur Uraian Bobot * Nilai Skor Total**

Keselamatan

• Tidak ada arus air berbahaya • Bebas gangguan tumbuhan

berbahaya

• Bebas kepercayaan yang mengganggu

• Bebas gangguan binatang berbahaya

• Bebas gangguan manusia (ada 5 nilai 30)

6 30 180

Total skor 150 900

Sumber : Analisis 2019

*Sesuai dengan kriteria penilaian dari Dirjen PHKA tahun 2003 untuk daya tarik **Hasil kali antara bobot dengan nilai

Berdasarkan analisis pada tabel 4.2 dapat diketahui bahwa kekhasan sumber daya alam memiliki skor total terendah yaitu 120 sedangkan untuk bebrapa aspek lainnya memiliki skor yang tinggi seperti aspek keindahan,kegiatan wisata alam yang dapat dilakukan dan kebersihan lokasi, kenyamanan dan keselamatan memiliki skor total tertinggi yaitu dengan rata-rata 180. Berikut ini adalah penjelasan terhadap unsur kriteria daya tarik wisata :

1. Keindahan daya tarik wisata

Keindahan suatu objek daya tarik adalah modal utama untuk menarik minat pengunjung wisatawan untuk datang ke daerah tujuan wisata. Keunikan sumber daya alam juga merupakan satu komponen daya tarik yang tidak bisa dilepaskan dari berminat atau tidak berminatnya pengunjung untuk mengunjungi lokasi wisata. Selanjutnya juga dijelaskan bahwa daya tarik wisata yang juga disebut obyek wisata merupakan potensi yang mendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan pariwisata. Keindahan di Waduk Jatigede ini sendiri memiliki skor yang cukup tinggi yaitu 90, dimana terdapat pemandangan indah menuju waduk, dari waduk ke lingkungan sekitar, keserasian bangunan dengan lingkungan, dan masih banyak yang dapat ditemukan dari sisi keindahan Waduk Jatigede ini.untuk pandangan indah menuju waduk dapat dilihat pada gambar 4.10 dan pemandangan indah dari waduk ke sekitar pada gambar 4.11

(13)

Gambar 4.10 Pemandangan menuju Waduk

Sumber : Dokumentasi 2019

Gambar 4.11 Pemandangan dari Waduk ke sekitar

Sumber : Dokumentasi 2019

2. Kekhasan lingkungan waduk

Untuk penilaian dari unsur ciri khas waduk memiliki skor yang tidak terlalu tinggi jika dibandingkan dengan unsur keindahan sebelumnya, skor untuk unsur ini sendiri yaitu 90. Unsur ciri khas adalah nilai yang paling nilai rendah disbanding dengan unsur-unsur daya tarik lainnya, untuk ciri khas yang ada di Waduk Jatigede sendiri antara lain seperti adanya nilai sejarah dari waduk, memiliki pulau di tengah waduk yang tidak dimiliki daerah-daerah lain, kekhasan budaya dengan nasi liwet, tari-tarian sunda karena memang menurut kepercayaan masyarakat sekitar bahwa daerah yang tenggelam oleh waduk dulunya adalah pusat Kerajaan Sumedang yang kemudian terciptanya Kerajaan terkenal dari daerah Sumedang yaitu Sumedang Larang, dan yang terakhir ada bentang alam yang sangat indah menjadi ciri khas

(14)

dari Waduk Jatigede ini seperti adanya spot-spot berfoto yang menarik wisatawan. Untuk gambar lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.12

Gambar 4.12 Kekhasan makam keramat dan pulau

Sumber : Dokumentasi 2019

3. Kegiatan wisata yang dilakukan

Untuk unsur daya tarik dari kegiatan yang dapat dilakukan di area Waduk Jatigede ini memiliki skor maksimal yaitu 180. Karena memang untuk kegiatan wisata yang dapat dilakukan disini sendiri sangat bervariasi seperti memancing, berkemah, menikmati kuliner, wisata air, wisata budaya, menikmati keindahan alam yang masih sangat asri. Menurut wawancara dengan pengunjung dan pengelola wisata kawasan ini memang akan dijadikan serangkaian Kawasan Wisata Terpadu yang akan memiliki potensi untuk dikembangkan yang harapannya dapat membuka peluang usaha bagi masyarakat sekitar

4. Kebersihan lokasi

Kebersihan lokasi objek wisata memiliki skor yang tinggi yaitu 180, karena memang kawasan yang dahuluny pedesaan yang sangat sejuk dan asri ini masih terjaga hinggat saaat ini. Untuk unsur kebersihan lokasi ini sendiri karena memang lokasinya sangat jauh dari limbah industri, jalan yang padat lalulintas, sampah, dan vandalisme. Jadi sangat pantas jika skor yang didapatkan dalam unsur kebersihan lokasi ini adalah skor maskimal dari nilai unsurnya

(15)

Rasa nyaman di lokasi wisata akan menambah nilai minat pengunjung untuk datang kembali ke lokasi tersebut. Untuk unsur kenyamanan lokasi disisni memiliki skor yang cukup tinggi dengan mencapai nilai maksimal yaitu 180, karena memang untuk tingkat kenyamanan lokasi terbilang sangat baik memiliki udara yang sangat bersih, terhindar dari bau tidak enak, bebas dari kebisingan kendaraan. Dan tidak terganggu oleh kepadatan lalulintas dan pelayanan masyarakat terhadap pengunjung yang ramah membuat pengunjung akan berpikir lagi untuk datang ke destinasi wisata tersebut

6. Keselamatan

Keselamatan adalah hal tidak kalah pentingnya untuk menjadi pendorong pengunjung untuk datang kembali ke lokasi wisata. Untuk unsur keselamatan sendiri memiliki skor yang sama tingginy dengan nilai yaitu 180, karena objek wisata ini tidak terdapat hal-hal yang dapat mengganggu keselamatan pengunjung seperti tidak adanya arus air yang berbahaya, terbebas dari ganggung tumbuhan yang beracun berbahaya, tidak ada hewan buas yang dapat membahayakan pengunjung, dan tidak ada manusia yang memiliki sifat-sfat yang membahayakan di daerah wisata ini. Jadi unsur ini sangat layak jika memiliki skor nilai daya tarik yang maksimal. Berdasarkan hasil analisis kelayakan potensi objek daya tarik wisata sesuai kriteria diatas terlihat hasil yang sangat baik dengan 94 %, dengan objek sumber daya wisata yang lebih dari 6 objek wisata seperti ; Kampung buricak burinong, bentang alam, keindahan sisi waduk, adat istiadat sejarah, paralayang. Dan untuk banyaknya sumber daya wisata yang cukup mempuni dengan jumlah lebih dari 6, untuk kegiatan wisata yang dapat dilakukan antara lain adalah ; camping, wisata air, wisata religi, paralayang dan wisata pendidikan. Dari segi kebersihan lokasi wisata yang sangat asri dengan nilai maksimal ini dikarenakan lokasi ini terhindar dari limbah pabrik, lau lintas yang ramai, kebisingan penduduk, dan vandalisme. Untuk kenyaman lokasi hal yang patut dijaga oleh masyarkat dan pengelola stakeholder terkait, untuk penilaian kelayakannya sendiri sangat maksimal dikarenakan memiliki udara yang sangat asri, bersih, terhindar dari bau, kebisingan, pelayanan wisata yang ramah dan sangat baik terhadap pengunjung

Tabel 4.3

Hasil Penilaian terhadap komponen aksesblitas

Unsur Uraian Bobot * Nilai Skor Total**

Kondisi jalan dari Bandung

Cukup

(16)

Pintu gerbang udara Internasional Jakarta (188 km) 5 35 175 Waktu tempuh

dari Bandung 2,5 jam 5 25 125

Frekuensi kendaraan ke lokasi wisata 0-19/ hari 5 10 50 Total skor 130 650 Sumber : Analisis 2019

*Sesuai dengan kriteria penilaian dari Dirjen PHKA tahun 2003 untuk aksesibilitas **Hasil kali antara bobot dengan nilai

Berdasarkan hasil analisis penilaian kelayakan wisata dari segi aksesbilitas untuk Wisata Desa Pakualam tingkat aksesbilitas menuju Desa Pakualam masuk dalam kategori sedang dengan kondisi jalan yang sudah banyak teraspal, akan tetapi ada sebagian yang masih berbatuan. Namun lokasinya yang cukup strategis karena dengan dilewatinya jalur lalu lintas alternative menuju Garut dan Tasik setelah melewaati Kecamatan Wado yang selalu di lewati Bus-bus menuju Jawa bagian Selatan. Untuk jarak dari pusat kota juga terbilang relative tidak terlalu jauh karena hanya +17 kilometer untuk menuju Desa Pakualam dengan waktu tempuh 45 menit menggunakan kendaraan pribadi, akan tetapi untuk menjadi Daerah Pariwisata yang baik perlu adanya kemudahan dan perbaikan dari segi aksesbilitas menuju Kawasan Wisata Jatigede ini. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada gambar 4.14 dibawah

Gambar 4.14 aksesbilitas lokasi Sumber : Dokumentasi 2019

Tabel 4.4

Hasil Penilaian terhadap komponen sarana prasarana penunjang

(17)

Sarana penunjang • Warung • Rumah makan • Penginapan • Tempat ibadah • Toko cinderamata 3 30 90 Prasarana penunjang • Kantor pemerintahan • Jaringan air bersih • Jaringan telepon • Jaringan listrik • Area parkir 3 30 90 Skor total 60 180 Sumber : Analisis 2019

*Sesuai kriteria penilaian dari Dirjen PHKA tahun 2003 untuk sarana dan prasarana penunjang **Hasil kali antara bobot dengan nilai

Berdasarkan analisis sarana prasarana penunjang yang dapat dilihat pada Tabel 4.3 diatas hasilnya adalah untuk nilai sarana cukup maksimal dengan skor 90 karena sarana wisata di lokasi ini cukup lengkap seperti adanya warung, rumah makan, penginapan (homestay), toko cinderemata dan rumah ibadah. Untuk penilaian prasarana penunjang wisata disana memiliki nilai 90 , dinilai cukup mempuni untuk dikembangkan sebagai daerah pariwisata lokal maupun untuk destinasi pariwisata Internasional. Untuk selengkapnya dapat dilihat pada gambar 4.13

Gambar 4.13 Sarana prasarana penunjang wisata Sumber : Dokumentasi 2019

Tabel 4.5

Hasil penilaian keseluruhan Kriteria Bobot Nilai * Skor ** Skor

max***

Indeks(%) ****

(18)

Daya tarik wisata 6 150 900 1080 83,33 Layak

Aksesbilitas 5 110 650 900 72,22 Layak

Sarana prasana 3 60 180 180 100,00 Layak

Tingkat kelayakan 85,18 % Sumber : Analisis 2019

* Hasil penilaian terhadap objek dan daya tarik wisata ** Perkalian antara bobot dengan nilai

*** Skor tertinggi untuk setiap kriteria

**** Indeks kelayakan: perbandingan skor dengan skor tertinggi dalam %

Berdasarkan hasil analisis kelayakan semua aspek terlihat bahwa dari segi daya tarik adalah penilaian yang paling memiliki skor yang cukup tinggi senilai 900, ini menunjukan daya tarik wisata di Jatigede memang sangat layak untuk dikembangkan melihat dengan adanya sumber alam dan buatan yang sangat mempuni. Aspek kedua adalah aksesbilitas yang memiliki skor penilaian sebesar 650, skor ini memiliki nilai sedang karena untuk jarak dan waktu yang relative baik akan tetapi yang menjadi masalah adalah kondisi jalan menuju Desa Pakualam yang dinilai masih sangat kurang baik. Untuk aspek sarana prasarana penunjang wisata memiliki nilai skor sebanyak 180, ini dapat di katakan layak karena sarana prasarana yang ada sudah lumayan cukup baik hanya perlu penambahan beberapa saja, apalagi jika nantinya ini akan menjadi ikon baru untuk Kabupaten Sumedang jelas harusnya ada fasilitas penunjang seperti Hotel yang membuat orang datang berwisata tidak hanya datang dan lalu pergi akan tetapi akan menjadi long trip yang harapanya akan berdampak pada perekonomian masyarakat. Jika dilihat dari hasil keselurahan mendapatkan skor senilai 85,18 %, ini berarti layak dikembangkan, dengan kriteria suatu kawasan wisata yang memiliki potensi, sarana dan prasarana yang tinggi berdasarkan parameter yang telah ditetapkan serta didukung oleh aksesibilitas yang memadai

4.3 Peran Serta (Partisipasi) Masyarakat Desa Wisata Pakualam

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dan observasi terhadap masyarakat dan stakeholder yang terkait pengembangan pariwisata dapat membuahkan hasil bahwa keterlibatan masyarakat dalam pengemngan pariwisata Desa Wisata cukup tinggi hal ini dibuktikan dengan respon masyarakat terhadap pariwisata memiliki antusias tinggi. Tahapan partisipasi masyarakat Desa Pakualam saling berinteraksi dan memberi tanggapan atas pendapat dalam perencanaan, pelaksanaan, pelaksanaan, pemanfaatan serta menilai dan mengevaluasi pembangunan pariwisata. Melihat dari indikator pengukuran pembangunan partisipasi masyarakat akan dijelaskan lebih jelas sebagai berikut:

(19)

1. Keterlibatan

Bahwa partisipasi masyarakat melihat dari indkiator ini sangat tinggi di Desa Pakualam ini karena masyarakat untuk mengmbangkan pariwisatanya sangat antusias dalam rapat dilihat dari kehadiran rapat dan aktif mengutarakan pendapat demi kemajuan Desa Pakualam sebagai Kawasan Pengembangan Wisata

2. Kesukarelaan

Untuk partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata Desa Pakualam dilihat dari indikator kesukarelaan juga dinilai cukup tinggi, ini dapat dilihat dari bagaimana masyarakat langsung sudah adanya berbagai lembaga organisasi setelah adanya rencana pengembangan Kawasan Wisata Desa Pakualam. Masyarakat termotivasi karena mereka yakin bahwa dengan adanya lembaga-lembaga internal mereka dapat berperan serta dalam pengembangan Pariwisata Desa Pakualam

3. Lingkup kegiatan

Dalam indikator berikut terlihat peran serta masyarakat cukup dilihat dari beberpa aspek partisipasi berdasrkan lingkup kegiatanya seperti a) perencanaan, b) pelaksanaan, c) pemantauan & evaluasi, d) pemanfaatan yang akan dijabarkan pada tabel berikut :

Tabel 4.6

Partisipasi masyarakat berdasarkan ruang lingkup

Lingkup Kegiatan Contoh

Partisipasi dalam perencanaan

Dimana masyarakat mengikuti pertemuan/rapat dam berkonsultasi dengan pihak pengurus pariwisata dan tokoh masyarakat, memberikan informasi dan permasalahan yang terdapat dalam pengembangan Desa Pakualam sebagai Desa Wisata ini. Masyarakat pula sering diikut sertakan dalam pengambilan keputusan yang diwakili oleh pihak-pihak kepercayaan desa, masyarakat pula selalu aktif dalam menyampaikan pendapat-pendapatnya demi kebaikan pariwisata yang diharapkan  Rapat minggguan  Koordinasi dengan pemerintah Kabupaten Sumedang Partisipasi dalam pelaksanaan

Berdasrkan hasil wawancara dan observasi bahwa masyarakat di Desa Pakualam juga turun serta dalam pelaksaaan, hal ini dapat dilihat dari

 Pertunjukan/atraksi wisata yang

dipertunjukkan oleh masyarakat local

(20)

bagaimana masyarakat melaksanakan sesuai dengan perencanaan awal masyarakat pula berperan serta dalam pelakssanan dalam pengelolahan seperti adanya atraksi budaya, penyedia penginapan, pengelola retribusi parker, menyediakan guide untuk pariwisata, menyediakan oleh-oleh, merawat kelestarian dan turur mempromosikan informasi objek wisata ke wisatawan local maupun mancanegara melalui media sosial.  Masyarakat menyediakan fasilitas kenyamanan wisata  Tourguide dari masyarakat  Adanya promosi wisata dari masyrakat dan stakeholder terkait Partisipasi dalam pemantauan & evaluasi

Dalam hal pemantauan evaluasi masyarakat juga turu berpartisipasi, masyarakat turut mengawasi jalannya pengembangan pariwisata, dimana masyarakat mengawasi kegiatan- kegiatan negative yang bias merusak citra pariwisata. Selain itu masyarakat juga mengevalusi penyelenggaraan kegiatan pengembangan pariwisata melalui rapat mingguan ataupun rapat bulanan bersama stakeholder terkait seperti pemetintah,swasta maupun akademisi yang terlibat dalam proses perkembangan Desa Pakualam.

 Adanya rapat bulanan mengenai pembahasan

perkembangan Desa  Musyawarah Desa  Adanya kritik dan

saran dari

masyarakat terhadap perkembangan Desa

Partisipasi dalam pemanfaatan

Manfaaat yang dirasakan saat ikut berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata Desa Pakualam mampu memenuhi sebagian kebutuhan masyarakat setempat seperti peningkatan kesejahteraan masyarakat. Karena dengan adanya pelibatan masyarakat dalam pengembangan pariwisata, masyarakat tidak ingin hanya sebagai objek akan tetapi masyarakat juga ingin terlibat sebagai subjek yang dengan tentu akan menimbulkan lapangan usaha baru seperti banyak masyarkat menjadi pelaku wisata penyedia jasa penginapan, jasa waraung makan dan masih banyak lainnya yang jelas akan perlahan akan menaikan tarf hidup mereka dan menurunkan kesenjangan social masyarakat Desa Pakualam.

 Adanya lapangan usaha baru bagi masyarakat

(21)

1.3.1 Tingkat Partisipasi Desa Pakualam No . Tingkatan Partisipasi Tingkatan Pembagian Kekuasaan Desa Pakualam

Hasil wawancara informan (Pengelola Desa Wisata Pakualam)

1. Manipulasi Tidak Partisipatif (Non Participation) Tercapai

 Pembangunan Desa Wisata atas inisiatif Pemerintah Kabupaten Sumedang  Belum adanya dialog antara Pemerintah

dengan masyarakat

2. Terapi Tercapai

 Sudah adanya komunikasi antara Pemerintah dengan masyarakat hanya bersifat terbatas

 Partisipasi hanya dilakukan dalam bentuk sosialisasi .kepada masyarkat tentang Desa Wisata

3. Pemberian informasi

Partisipasi Semu (Tokenism)

Tercapai

 Adanya informasi tentang Desa wisata dari Pemerintah Kabupaten Sumedang tanpa ada kesempatan berpendapat dan negoisasi

 Komunikasi masih berjalan 1 arah

4. Konsultasi Tercapai

 Pemerintah Kabupaten Sumedang dan masyarakat Desa Pakualam sudah melakukan negoisasi tentang pengembangan Desa Wisata

 Saran masyarakat diterima tetapi tidak selalu dilaksanakan.

5. Penentraman Tercapai

 Negoisasi pembangunan Desa antara masyarakat dengan stakeholder mulai berjalan

 Masyarakat Desa Pakualam mulai memiliki pengaruh dalam

pembangunan. 6. Kemitraan Derajat Kuasa/Kekuatan Masyarakat (Degree of Citizen Power) Tercapai

 Pengembangan Desa Wisata sudah dilakukan bersama oleh masyarakat dan Pemerintah

 Adanya kesepakatan untuk berbagi tanggung jawab antara masyarakat dengan pemerintah. 7. Kuasa yang di delegasi Belum tercapai - 8. Kendali Warga Belum tercapai - Sumber:Analisis 2019

(22)

Berdasarkan pengamatan observasi dilapang dan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan dalam pengelolaan Desa Wisata Pakualam bahwa tingkat partisipasi masyarakat Desa Pakualam sudah mencapai tingkatan no (6) pada tahap tangga partisipasi Kemitraan. Pada tangga partisipasi ini, pemerintah dan masyarakat merupakan mitra sejajar. Kekuasaan telah diberikan dan telah ada negosiasi antara masyarakat dan pemegang kekuasaan, baik dalam hal perencanaan, pelaksanaan, maupun monitoring dan evaluasi. Kepada masyarakat yang selama ini tidak memiliki akses untuk proses pengambilan keputusan diberikan kesempatan untuk bernegosiasiai dan melakukan kesepakatan.Kerjasama (partnership) atau partisipasi fungsional di mana semua pihak baik (masyarakat maupun stakeholder lainnya), mewujudkan keputusan bersama. Suatu bentuk partisipasi yang melibatkan tokoh komunitas dengan program bersama-sama merancang sebuah program yang akan diterapkan pada komunitas. Pemegang kekuasaan dan masyarakat sepakat untuk bersama-sama memikul tanggung jawab dalam perencanaan sehingga dapat berjalan efektif jika masyarakat terorganisir

1.3.2 Tipe Partisipasi Desa Pakualam

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada pihak pengelola dan masyarakat Desa Pakualam terlihat bahwa partisipasi Desa Pakualam memiliki tipe partisipasi fungsional dimana masyarakat sudah terlibat aktif dalam perencanaan, akan tetapi pengambilan keputusan masih diwakilkan oleh orang yang dipercaya untuk berkonsultasi dengan pemerintah seperti, kepala desa, tokoh adat, ketua komunitas melalui rapat koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Sumeang dan stakeholder terkait dalam Pengembangan Desa Wisata Pakualam Dalam tipe partisipasi ini kritik dan saran masyarakat (sebagai masukan) sudah ditindak lanjuti oleh pemerintah Kabupaten Sumedang maka dengan ini masyarakat banyak dilibatkan dalam proses perencanaan dan pelaksanan Desa Pakualam.

Gambar

Gambar 4.1 Potensi Pantai Cisema Desa Pakualam
Gambar 4.2 Potensi kuliner Nasi liwet khas Jatigede
Gambar 4.3 Potensi Kampung Buricak Burinong  (Sumber : Dokumentasi 2019)
Gambar 4.4 Potensi Wisata Religi Makam Keramat  (Sumber : Dokumentasi 2019)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nilai probabilitas hasil analisis ragam pengaruh varietas dan pemupukan terhadap jumlah polong isi, jumlah dan bobot biji, serta bobot 100 biji tanaman kacang hijau pada tanah

penggunaan kata al-rajul/al-rijal. Dan al-imra`ah dan al-nisa pada ayat-ayat berikut: QS. Selanjutnya kata al-zakar dan al-unsa digunakan untuk menunjukkan jenis

Hasil analisis hubungan antara pengetahuan tentang rabies dengan perilaku pencegahan rabies diperoleh bahwa sebanyak 51 (81%) dari 63 wisatawan yang berpengetahuan

memperlihatkan bahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas data, antara lain dengan

Post test terhadap variabel terikat yaitu konsentrasi atlet dilakukan pada kedua kelompok setelah perlakuan diberikan pada kelompok eksperimen.. Berikut tabel skema desain

Pemahaman tersebut sejalan dengan beberapa pendapat dari peserta didik yang menyatakan bahwa perkuliahan daring terasa monoton dikarenakan lebih banyak dilakukan satu

Bab ini menjelaskan tentang analisis dan perancangan sistem yang akan digunakan pada server untuk melakukan simulasi dan pengujian yang mencakup operasi pengguna berupa

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, kuasa, bimbingan dan karunia-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul