• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI CALON MEMPELAI PEREMPUAN DALAM HAL TERDAPAT WALI ADHOL DI KOTA YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERLINDUNGAN HUKUM BAGI CALON MEMPELAI PEREMPUAN DALAM HAL TERDAPAT WALI ADHOL DI KOTA YOGYAKARTA"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI CALON MEMPELAI PEREMPUAN DALAM HAL TERDAPAT WALI ADHOL DI KOTA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Disusun Oleh :

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Hukum Program Studi Ilmu Hukum Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta

Diajukan Oleh :

Nama : Anita Putri Herawati

NIM : 20120610089

Program Studi : Ilmu Hukum

Bagian : Hukum Perdata

FAKULTAS HUKUM

(2)

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI CALON MEMPELAI PEREMPUAN DALAM HAL TERDAPAT WALI ADHOL DI KOTA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Disusun Oleh :

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Hukum Program Studi Ilmu Hukum Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta

Diajukan Oleh :

Nama : Anita Putri Herawati

NIM : 20120610089

Program Studi : Ilmu Hukum

Bagian : Hukum Perdata

FAKULTAS HUKUM

(3)
(4)

HALAMAN MOTTO

Segala kemuliaan muncul dari keberanian untuk memulai (Eugene F. Ware)

Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali jatuh.

(Confusius)

(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini saya persembahkan untuk:

Almamaterku,

Disinilah ku temukan perjalanan hidupku yang baru.

Ayah dan Ibuku Tersayang,

Terimakasih atas segala doa restu yang selama ini mengiringi setiap langkahku, terimakasih atas kasih sayang yang tidak terhingga

ini, semangat, dan pengorbanamu yang tak pernah lelah dan nasehat yang selalu memberikanku kekuatan

dalam menjalani kehidupan, kalian adalah segalanya bagiku.

Adikku Tersayang,

Silfia aira suhita yang aku sayangi, yang telah memberikan doa dan semangat, kudoakan semoga sukses dan jadi lebih baik

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN ...ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ...iv

ABSTRAK ...v

HALAMAN MOTTO ...vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ...vii

KATA PENGANTAR ...viii

DAFTAR ISI ...xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... ...4

A. Tinjauan Tentang Perkawinan ... 4

1. Pengertian Dan Dasar Hukum Perkawinan ... 4

2. Asas-asas Perkawinan ... 6

3. Tujuan Perkawinan ... ...10

4. Rukun dan Syarat Perkawinan ... ...12

5. Sahnya Perkawinan ... ...19

B. Tinjauan Tentang Perwalian ... 21

1. Pengertian Perwalian ... 21

2. Kedudukan Wali Dalam Perkawinan ... 22

3. Orang-Orang Yang Boleh Menjadi Wali ... 23

4. Macam-Macam Wali ... 24

5. Syarat-Syarat Menjadi Wali ... 26

C. Tinjauan Tentang Wali Adhol ... 27

(7)

2. Alasan Wali Nasab Calon Mempelai Perempuan Menghalangi Pernikahan . ...29

3.Sebab-Sebab Adanya Wali Adhol ... 30

4. Perlindungan Hukum Bagi Calon Mempelai Perempuan Dalam Hal Terdapat Wali Adhol ... 32

5. Penyelesaian Perkara Dalam Hal Terdapat Wali Adhol ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... ...36

A. Jenis Penelitian ... ....36

B. Jenis Data ... ....37

C. Tempat Pengambilan Sumber Data ... ....38

D. Alat dan Cara Pengambilan Sumber Data ... ...38

E. Teknik Analisis Data ... ....38

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... ...39

A. Dasar Pertimbangan Hakim ... ....39

1.Penetapan Permohonan Wali Adhol Nomor Perkara 0054/Pdt.P/2013/PA.Yk 39 2.Penetapan Permohonan Wali Adhol Nomor Perkara 0076/Pdt.P/2015/PA.Yk 54 B. Analisis Perlindungan Hukum Bagi Calon Mempelai Perempuan Dalam Hal Terdapat Wali Adhol Di Kota Yogyakarta ...66

1. Analisis Permohonan Wali Adhol Nomor Perkara 0054/Pdt.P/2013/PA.Yk .66 2. Analisis Permohonan Wali Adhol Nomor Perkara 0076/Pdt.P/2015/PA.Yk .69 BAB V PENUTUP ... 73

A. Kesimpulan ... ...73

B. Saran-Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76

(8)
(9)
(10)
(11)

ABSTRAK

Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan. Untuk membentuk suatu keluarga maka perlu adanya perkawinan. Perkawinan adalah ikatan antara seorang laki-laki dan perempuan sebagai suami isteri dengan tujuan untuk membentuk suatu keluarga. Untuk melakukan perkawinan harus sesuai dengan rukun dan syarat-syarat sahnya perkawinan, salah satu rukun perkawinan adalah adanya wali nikah. Wali nikah dalam perkawinan merupakan rukun yang harus dipenuhi bagi calon mempelai perempuan. Persoalan yang sering terjadi dimasyarakat yaitu apabila pihak mempelai perempuan yang berhak menjadi wali nikah meninggal dunia/ada tetapi tidak memenuhi syarat menjadi wali/tidak mau atau enggan atau adhol menikahkan karena sebab tertentu. Terhadap persoalan di atas maka pihak calon mempelai perempuan dapat mengajukan permohonan wali adhol di wilayah tempat tinggal bersangkutan. Berdasarkan di atas bertujuan untuk mengangkat pokok masalah tentang bagaimana perlindungan hukum bagi calon mempelai perempuan dalam hal terdapat wali adhol di Kota Yogyakarta.

Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian hukum normatif dengan menggunakan pendekatan analisis melalui pendekatan Perundang-undangan (statue approach) dan pendekatan terhadap suatu masalah yang didasarkan atas Hukum Islam. Kemudian didukung dengan Penelitian Lapangan sebagai pelengkap, yaitu penelitian yang datanya diperoleh dari wawancara Hakim di Pengadilan Agama Yogyakarta yang berkaitan tentang perlindungan hukum bagi calon mempelai perempuan dalam hal terdapat wali adhol di Kota Yogyakarta. Hasil penelitian ini adalah bahwa perlindungan hukum bagi calon mempelai perempuan dalam hal terdapat wali adhol di Kota Yogyakarta maka calon mempelai perempuan berhak mengajukan permohonan wali adhol ke Pengadilan Agama bertempat tinggal dengan menyertakan bukti-bukti yang kuat agar wali nikahnya berpindah ke wali hakim.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam kehidupan manusia di dunia ini, yang berlainan jenis kelaminnya

(laki-laki dan perempuan) secara alamiah mempunyai daya tarik-menarik antara

satu dengan yang lainnya untuk dapat hidup bersama, atau secara logis dapat

dikatakan untuk membentuk suatu ikatan lahir dan batin dengan tujuan

menciptakan suatu keluarga/rumah tangga yang rukun, bahagia, sejahtera dan

abadi. Untuk itu maka harus dilakukan sebuah perkawinan yang sah.1

Perkawinan menurut hukum Islam mempunyai kedudukan yang amat

penting sebab perkawinan itu dapat memelihara pandangan mata, menenteramkan

jiwa, memelihara nafsu seksual, menenangkan pikiran, membina kasih sayang

serta menjaga kehormatan dan memelihara kepribadian.2

Perkawinan adalah suatu perbuatan yang disuruh oleh Allah SWT dan juga

disuruh oleh Nabi. Banyak suruhan-suruhan Allah dalam Al-Qur’an untuk

melaksanakan perkawinan. Diantaranya dalam surat An-Nur ayat 32 yang

artinya: “Dan kawinkanlah orang yang sendirian di antara kamu dan

orang-orang yang layak (untuk kawin) di antara hamba-hamba sahayamu yang laki-laki

dan hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan

memberikan kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya”.

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

menyatakan bahwa: “Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria

1

Sution Usman Adji, 1989, Kawin Lari dan Kawin Antar Agama, Yogyakarta, Liberty, hlm. 19.

2

(13)

dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga

(rumah tangga) yang bahagia kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Perumusan itu ditegaskan lebih rinci bahwa sebagai negara yang

berdasarkan Pancasila, dimana sila yang pertamanya ialah Ketuhanan Yang Maha

Esa, maka perkawinan mempunyai hubungan erat sekali dengan

agama/kerohanian, sehingga perkawinan bukan hanya mempunyai unsur

lahir/jasmani, tetapi unsur bathin/rohani juga mempunyai peranan penting.

Pasal 14 Inpres (Instruksi Presiden) RI Nomor 1 Tahun 1991 tentang

Kompilasi Hukum Islam BAB IV untuk melaksanakan perkawinan harus ada

rukun dan syarat perkawinan, yaitu:

a. Calon Suami;

b. Calon Isteri;

c. Wali nikah;

d. Dua orang saksi dan;

e. Ijab dan Qabul.

Penjelasan di atas sebagai salah satu syarat sahnya perkawinan adalah

adanya seorang wali, sebab itu wali menempati kedudukannya yang sangat

penting dalam perkawinan, seperti diketahui bahwa dalam prakteknya yang

mengucapkan ikrar ijab adalah pihak perempuan dan yang mengucapkan ikrar

qabul adalah pihak laki-laki, disinilah peranan wali yang sangat menentukan

sebagai wakil dari pihak calon mempelai perempuan.3

3

(14)

Persoalan yang sering terjadi dimasyarakat yaitu apabila dari pihak

mempelai perempuan yang berhak jadi wali nikah meninggal dunia/ada tetapi

tidak memenuhi syarat untuk menjadi wali/tidak mau atau enggan menikahkan

karena sebab tertentu. Terhadap persoalan di atas maka pihak dari calon mempelai

perempuan dapat mengajukan permohonan ke Pengadilan Agama di wilayah

tempat tinggal yang bersangkutan.

Disimpulkan bahwa peranan Pengadilan Agama sangat penting dalam

menetapkan adholnya seorang wali, agar wali yang enggan atau adhol berpindah

ke wali hakim untuk memenuhi salah satu rukun dan syarat perkawinan. Maka

permasalahan yang akan dibahas adalah bagaimana perlindungan hukum bagi

calon mempelai perempuan dalam hal terdapat wali adhol di Kota Yogyakarta?

Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini,

yaitu:

1. Tujuan Obyektif :

Untuk mengetahui dan mengkaji perlindungan hukum bagi calon

mempelai perempuan dalam hal terdapat wali adhol di Kota

Yogyakarta.

2. Tujuan Subyektif :

Untuk memperoleh data guna menyusun skripsi yang merupakan salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas

(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Pelitian

Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif dengan menggunakan

pendekatan analisis melalui pendekatan Perundang-undangan (statue

approach) dan pendekatan terhadap suatu masalah yang didasarkan atas Hukum Islam. Kemudian didukung dengan Penelitian Lapangan sebagai

pelengkap, yaitu penelitian yang datanya diperoleh dari wawancara Hakim di

Pengadilan Agama Yogyakarta yang berkaitan tentang perlindungan hukum

bagi calon mempelai perempuan dalam hal terdapat wali adhol di Kota

Yogyakarta.

B. Jenis Data

Untuk mendapatkan sumber data, maka dilakukan dengan studi

pustaka yang mengkaji bahan hukum. Bahan hukum sebagai bahan penelitian

diambil dari bahan kepustakaan yang berupa bahan hukum primer dan bahan

hukum sekunder1, yaitu sebagai berikut:

a. Sumber Data Primer, yaitu data atau informasi yang diperoleh secara

langsung melalui wawancara dengan pihak yang terkait sehubungan

dengan penelitian ini yaitu Ibu Syamsiah selaku hakim pembimbing

dari Pengadilan Agama Yogyakarta.

1

(16)

b. Sumber Data Sekunder, yaitu data atau informasi yang diperoleh

dengan cara meneliti kepustakaan, yaitu sebagai berikut:

1) Al-Qur’an dan Hadits.

2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

3) Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 Kompilasi Hukum Islam.

4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2009

Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun

1989 Tentang Peradilan Agama.

5) Peraturan Menteri Agama Nomor 30 Tahun 2005 Tentang Wali

Hakim.

6) Buku-buku ilmiah yang terkait.

7) Jurnal-jurnal yang tekait.

8) Hasil penelitian yang terkait.

9) Makalah-makalah seminar yang terkait.

10) Kesaksian dari ahli hukum baik yang tertulis maupun tidak tertulis.

c. Sumber Data Tersier, yaitu berupa Kamus dan ensiklopedi.

C. Tempat Pengambilan Sumber Data

Sumber data, baik primer maupun sekunder dalam penelitian ini di ambil

dari berbagai tempat, yaitu:

a. Pengadilan Agama Yogyakarta.

b. Berbagai perpustakaan, baik lokal maupun nasional.

(17)

D. Alat dan Cara Pengambilan Sumber Data

a. Sumber data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan dengan cara

menghimpun semua peraturan perundangan, dokumen-dokumen hukum

dan buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan.

b. Sumber data primer yang berupa pendapat dari ahli hukum yang terkait

dengan penelitian cara pengambilannya dengan metode wawancara secara

tertulis.

E. Teknik Analisis Data

Bahan hukum dan bahan non hukum yang diperoleh dalam penelitian

ini tersebut akan dianalisis secara deskriptif kualitatif yaitu akan memberikan

pemaparan atas kasus Perlindungan Hukum Bagi Calon Mempelai

Perempuan Dalam Hal Terdapat Wali Adhol di Kota Yogyakarta

(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Pelitian

Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif dengan menggunakan

pendekatan analisis melalui pendekatan Perundang-undangan (statue

approach) dan pendekatan terhadap suatu masalah yang didasarkan atas Hukum Islam. Kemudian didukung dengan Penelitian Lapangan sebagai

pelengkap, yaitu penelitian yang datanya diperoleh dari wawancara Hakim di

Pengadilan Agama Yogyakarta yang berkaitan tentang perlindungan hukum

bagi calon mempelai perempuan dalam hal terdapat wali adhol di Kota

Yogyakarta.

B. Jenis Data

Untuk mendapatkan sumber data, maka dilakukan dengan studi

pustaka yang mengkaji bahan hukum. Bahan hukum sebagai bahan penelitian

diambil dari bahan kepustakaan yang berupa bahan hukum primer dan bahan

hukum sekunder1, yaitu sebagai berikut:

a. Sumber Data Primer, yaitu data atau informasi yang diperoleh secara

langsung melalui wawancara dengan pihak yang terkait sehubungan

dengan penelitian ini yaitu Ibu Syamsiah selaku hakim pembimbing

dari Pengadilan Agama Yogyakarta.

1

(19)

b. Sumber Data Sekunder, yaitu data atau informasi yang diperoleh

dengan cara meneliti kepustakaan, yaitu sebagai berikut:

1) Al-Qur’an dan Hadits.

2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

3) Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 Kompilasi Hukum Islam.

4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2009

Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun

1989 Tentang Peradilan Agama.

5) Peraturan Menteri Agama Nomor 30 Tahun 2005 Tentang Wali

Hakim.

6) Buku-buku ilmiah yang terkait.

7) Jurnal-jurnal yang tekait.

8) Hasil penelitian yang terkait.

9) Makalah-makalah seminar yang terkait.

10) Kesaksian dari ahli hukum baik yang tertulis maupun tidak tertulis.

c. Sumber Data Tersier, yaitu berupa Kamus dan ensiklopedi.

C. Tempat Pengambilan Sumber Data

Sumber data, baik primer maupun sekunder dalam penelitian ini di ambil

dari berbagai tempat, yaitu:

a. Pengadilan Agama Yogyakarta.

b. Berbagai perpustakaan, baik lokal maupun nasional.

(20)

D. Alat dan Cara Pengambilan Sumber Data

a. Sumber data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan dengan cara

menghimpun semua peraturan perundangan, dokumen-dokumen hukum

dan buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan.

b. Sumber data primer yang berupa pendapat dari ahli hukum yang terkait

dengan penelitian cara pengambilannya dengan metode wawancara secara

tertulis.

E. Teknik Analisis Data

Bahan hukum dan bahan non hukum yang diperoleh dalam penelitian

ini tersebut akan dianalisis secara deskriptif kualitatif yaitu akan memberikan

pemaparan atas kasus Perlindungan Hukum Bagi Calon Mempelai

Perempuan Dalam Hal Terdapat Wali Adhol di Kota Yogyakarta

(21)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Dasar Pertimbangan Hakim

1. Penetapan Nomor : 0054/Pdt.P/2013/PA.Yk

Perkara permohonan Wali Adhol yang diajukan oleh Pemohon berumur

25 tahun, agama Islam, berstatus perawan, bertempat tinggal di

Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta, yang berkeinginan menikah

dengan laki-laki yang menjadi pilihannya, berumur 29 tahun, agama

Islam, bertempat tingal di Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul.

Pemohon adalah anak perempuan dari ayah pemohon yang hendak

melangsungkan pernikahan dengan calon suaminya. Yang kemudian

akan dilaksanakan dan catatkan dihadapan pegawai Pencatat Nikah

Kantor Urusan Agama Kecamatan Umbulharjo, tetapi ayah kandung dari

pemohon sebagai wali nikah tidak mengijinkan/tidak bersedia menjadi

wali nikah dengan alasan yang tidak sesuai dengan ketentuan hukum

Islam (tidak syar’i) dan beralasan karena calon pemohon yang difable.

Pemohon telah mengajukan permohonan tertanggal 25 September 2013

yang telah terdaftar pada Kepaniteraan Pengadilan Agama Yogyakarta

Nomor: 0054/Pdt.P/2013/PA.Yk tanggal 25 September 2013 sebagai

(22)

1. Pemohon telah sepakat dan berketetapan hati untuk melangsungkan

perkawinan dengan calon suaminya yang berumur 29 tahun, agama

Islam, bertempat tinggal di Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul;

2. Hubungan antara pemohon dan calon suami pemohon sudah sesuai

(kufu) dan saling mencintai;

3. Ayah kandung pemohon berumur 70 tahun, agama Islam, bertempat

tinggal di Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta sebagai wali

nikah bagi pemohon tidak mengijinkan/tidak bersedia menjadi wali

nikah dengan beralasan tidak sesuai dengan ketentuan hukum Islam

(tidak syar’i) dan beralasan karena calon pemohon yang difable;

4. Tidak ada larangan bagi pemohon untuk melangsungkan perkawinan

dengan calon suami tersebut;

5. Pejabat pencatat nikah pada Kantor Urusan Agama Kecamatan

Umbulharjo yang berhak dan berkewajiban untuk mencatat dan

mengawasi pernikahan pemohon dengan calon suami tersebut di atas

tidak bersedia melaksanakan sebagaimana mestinya pada surat

Nomor – tanggal 23 September 2013;

6. Hubungan antara pemohon dengan calon suami pemohon sudah

sedemikian eratnya dan sulit untuk dipisahkan, karena telah

berlangsung selama 3 bulan;

7. Selama ini orang tua pemohon/keluarga pemohon dan orang

tua/keluarga calon suami pemohon, telah sama-sama mengetahui

(23)

tersebut, bahkan calon suami pemohon tersebut telah meminang

pemohon 1 kali, namun ayah pemohon tetap menolak dengan

beralasan tidak sesuai dengan kentuan hukum Islam (tidak syar’i)

dan beralasan karena calon pemohon yang difable;

8. Pemohon telah berusaha keras melakukan pendekatan dan atau

membujuk ayah pemohon agar menerima pinangan dan selanjutnya

mau menikahkan pemohon dengan calon suami pemohon tersebut,

akan tetapi ayah pemohon tetap pada pendiriannya;

9. Pemohon berpendapat bahwa penolakan ayah pemohon tersebut

tidak berdasarkan hukum dan tidak berorientasi pada kebahagiaan

dan kesejahteraan pemohon sebagai anak. Oleh karena itu pemohon

tetap bertekat bulat untuk melangsungkan pernikahan dengan calon

suami pemohon, dengan alasan:

a. Pemohon telah dewasa dan telah siap untuk menjadi seorang

isteri dan ibu rumah tangga, begitu pula calon suami pemohon

telah dewasa dan telah siap untuk menjadi seorang suami dan

kepala rumah tangga, dan sudah mempunyai pekerjaan tetap

dengan penghasilan Rp.3.000.000,00 (tiga juta rupiah) setiap

bulannya;

b. Pemohon dan calon suami pemohon telah memenuhi

syarat-syarat dan tidak ada larangan untuk melangsungkan pernikahan

baik menurut ketentuan hukum Islam maupun peraturan

(24)

c. Pemohon sangat khawatir apabila antara pemohon dengan calon

suami pemohon tidak segera melangsungkan pernikahan akan

terjadi hal-hal yang bertentangan dengan ketentuan hukum

Islam;

10. Pemohon sanggup membayar seluruh biaya yang timbul akibat

perkara ini;

Pemohon mohon agar Ketua Pengadilan Agama Yogyakarta

segera memanggil pemohon dan ayah pemohon untuk diberi

petuah-petuah dan segala apa yang seyogyanya harus diberikan secara timbal

balik, kemudian memeriksa dan mengadili perkara ini, selanjutnya

pengadilan menjatuhkan penetapan yang isinya mengabulkan

permohonan pemohon, menetapkan bahwa wali pemohon adalah adhol,

menetapkan menunjuk Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan

Umbulharjo yang berhak menikahkan pemohon dengan calon suami

pemohon yaitu wali hakim, dan membebankan biaya perkara kepada

pemohon sesuai dengan hukum yang berlaku.

Pada hari persidangan yang telah ditetapkan, pemohon dan calon

suaminya datang menghadap di persidangan dan juga orang tua pemohon

telah hadir di persidangan. Baik pemohon maupun orang tua pemohon

telah melaksanakan mediasi pada tanggal 30 Oktober 2013 yang dipandu

oleh hakim mediator Dra. Syamsiah, MH untuk mencari solusi terbaik

namun tidak berhasil maka Majelis Hakim telah diupayakan agar

(25)

pemeriksaan diteruskan dengan membacakan permohonan yang isinya

tetap dipertahankan oleh pemohon. Atas permohonan pemohon tersebut

calon suami pemohon didepan sidang memberikan keterangan yang pada

pokoknya membenarkan alasan-alasan permohonan pemohon tersebut

dan calon suami pemohon memberikan keterangan sebagai berikut:

a. Calon suami pemohon sangat mencintai pemohon;

b. Calon suami pemohon siap untuk menikah dengan pemohon dan

siap menjadi suami yang baik dan bertanggung jawab;

c. Calon suami pemohon bekerja dengan penghasilan kira-kira

Rp.3.000.000.00 (tiga juta rupiah);

d. Calon suami pemohon tinggal bersama ibunya di Sedayu;

e. Calon suami pemohon mempunyai 6 (enam) saudara tetapi

semua saudara calon suami pemohon telah mandiri dan calon

suami pemohon tinggal di rumah bersama ibunya;

f. Calon suami pemohon telah melamar pemohon pada tanggal 7

Juli 2013;

g. Pada saat melamar pemohon yang datang adalah calon suami

pemohon bersama kakak-kakak calon suami pemohon dan orang

yang dituakan didesa calon suami pemohon;

h. Jawaban orang tua pemohon pada dasarnya menerima segala

hal-hal yang disampaikan oleh keluarga dari Sedayu dan

(26)

pemohon menjawab tanggal 17 Agustus 2013, tetapi keluarga

pemohon suatu saat akan datang ke Sedayu;

i. Selanjutnya orangtua pemohon tidak jadi datang ke Sedayu,

tetapi yang datang kakak-kakak pemohon dan tidak

membicarakan pernikahan, tetapi kakak-kakak pemohon

keberatan atas pernikahan pemohon dengan calon suami

pemohon;

j. Tanggal 7 Juli 2013 pemohon pergi dari rumah, kakak pemohon

datang dan menanyakan pemohon, demi melindungi pemohon

yang dalam keadaan trauma maka calon suami pemohon

menjawab tidak tahu;

k. Sebenarnya pemohon berada di Magelang di rumah kakaknya

untuk menenangkan diri, calon suami sering datang kesana

menengok dan memberikan support agar tetap tenang;

l. Antara pemohon dan calon suami pemohon tidak ada hubungan

keluarga dan tidak ada hubungan tertentu yang menghalangi

pernikahan, demikian pula calon suami pemohon sanggup

menghadapi segala resikonya;

Orang tua pemohon didepan sidang juga telah memberi

keterangan sebagai berikut:

a. Antara pemohon dan calon suami pemohon tidak ada hubungan

(27)

pemohon tidak ada hubungan saudara sesusuan dan tidak ada

hubungan lain yang menghalangi pernikahan;

b. Ada beberapa hal yang menyebabkan orang tua pemohon

keberatan menjadi wali nikah pemohon sebagai berikut: Pertama

keluarga calon suami pemohon datang ke rumah semula ingin

silaturahmi tetapi berubah menjadi melamar, kedua minta segera

dinikahkan, ketiga akhlaknya kurang baik yaitu telah

membohongi keluarga orang tua pemohon, ternyata ketika

pemohon pergi dari rumah, ternyata calon suami pemohon

mengetahui keberadaan pemohon, tetapi ketika ditanya

menyatakan tidak mengetahui, keempat pemohon dan ibunya

sekarang meninggalkan rumah;

c. Atas pertanyaan Majelis Hakim apabila acara lamaran diulang

namun orang tua pemohon tidak menjamin lamaran bisa

diterima dan orang tua pemohon tetap menghendaki syarat

pemohon harus sekolah S2 dulu, dan calon suami pemohon

mempunyai asisten pribadi;

Untuk memperkuat dalil permohonanya tersebut pemohon telah

mengajukan bukti-bukti surat berupa:

a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk atas nama pemohon yang

aslinya dikeluarkan oleh Kepala Badan/Dinas Kependudukan,

(28)

juni 2012 yang bermeterai cukup dan dinazzegel, setelah

dicocokkan dengan aslinya ternyata sesuai, lalu diberi tanda P.1;

b. Fotokopi Kutipan Akta Nikah orang tua pemohon yang aslinya

dikeluarkan oleh KUA Kecamatan Banjarnegara Kabupaten

Banjarnegara Nomor – tanggal 19 Mei 1971 yang bermaterai

cukup dan dinazzegel, lalu di beri tanda P.2;

c. Surat Pengantar dari Ketua RT.40 yang diketahui oleh Ketua

RW.40 Keluarahan Muja Muju Kecamatan Umbulharjo Kota

Yogyakarta Nomor – tanggal 24 September 2013, lalu diberi

tanda P.3;

d. Surat pemberitahuan adanya kekurangan persyaratan menikah

dari Kantor Urusan Agama Kecamatan Umbulharjo Kota

Yogyakarta Nomor – tanggal 23 September 2013, diberi tanda

P.4;

e. Surat penolakan pernikahan dari Kantor Urusan Agama

Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta Nomor – tanggal 23

September 2013, lalu diberi tanda P.5;

Selanjutnya pemohon mengajukan saksi-saksi sebagai berikut:

1. SAKSI I, umur 50 tahun, agama Islam, bertempat tinggal di

Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul;

Dihadapan persidangan saksi tersebut memberikan keterangan di bawah

sumpahnya yang pada intinya :

(29)

b. Saksi pernah datang ke orang tua pemohon untuk melamar

pemohon sebagai calon isteri calon suami pemohon;

c. Saksi datang ke rumah orang tua pemohon bernama saksi datang

I, saksi datang II, saksi datang III.

d. Saksi datang ke rumah orang tua pemohon pada tanggal 7 Juli

2013 pukul 16.00, yang menemui adalah orang tua pemohon

yakni ayah dan ibu pemohon serta tetangga;

e. Tanggapan dari ayah pemohon akan memberikan tanggapan di

Sedayu;

f. Selengkapnya ayah pemohon tidak datang, yang datang adalah

kakak pemohon dan pak RW, dan menunda dulu perkawinan

agar kenal lebih dekat;

g. Pada waktu memberikan jawaban pemohon tidak ikut, menurut

informasi yang diterima saksi, pemohon pergi ke Jawa Timur ke

rumah kakaknya sampai Idhul Fitri, kemudian pemohon datang

ke rumah saksi satu hari satu malam, kemudian saksi mengantar

pemohon ke Magelang ke rumah kakaknya;

h. Antara pemohon dan calon suaminya tidak ada hubungan

keluarga atau susuan;

i. Pemohon tidak sedang dalam peminangan orang lain;

2. SAKSI II, umur 46 tahun, agama Islam, bertempat tinggal di

(30)

Dihadapan persidangan saksi tersebut memberikan keterangan di bawah

sumpahnya yang pada intinya sebagai berikut:

a. Saksi kenal dengan pemohon dan calon suami pemohon;

b. Calon suami pemohon telah melamar pemohon dan yang datang

5 (lima) orang termasuk calon suami pemohon;

c. Saksi datang ke rumah orang tua pemohon pada tanggal 7 Juli

2013 waktu sore hari;

d. Yang menemui saksi dan rombongan adalah orang tua pemohon

yakni ayah dan ibu pemohon serta tetangga;

e. Tanggapan ayah pemohon pada prinsipnya lamaran diterima,

sedang pelaksanaan akan ditentukan kemudian;

f. Selanjutnya ada komunikasi lanjutan yang datang adalah kakak

pemohon dan pak RW, dengan memberikan keterangan

menunda dulu pernikahan agar kenal lebih dekat dulu;

g. Pada waktu keluarga pemohon memberi jawaban pemohon tidak

ikut, menurut informasi yang diterima saksi, pemohon pergi ke

Jawa Timur ke rumah kakaknya sampai Idhul Fitri;

h. Antara pemohon dan calon suaminya tidak ada hubungan

keluarga atau susuan;

i. Pemohon tidak sedang dalam peminangan orang lain;

Keterangan saksi-saksi tersebut pemohon tidak mengajukan

keberatan dan keterangan saksi-saksi tersebut orang tua pemohon

(31)

menerima lamaran calon suami pemohon apabila pemohon sudah S2 dan

calon suami pemohon mempunyai asisten pribadi.

Kemudian orang tua pemohon menghadirkan paman pemohon

(adik ibu pemohon), dan didepan sidang paman pemohon tersebut

memberikan keterangan sebagai berikut:

3. PAMAN PEMOHON, umur 55 tahun, agama Islam, bertempat

tinggal di Yogyakarta.

a. Paman pemohon kenal dengan pemohon dan calon suami

pemohon;

b. Calon suami pemohon telah melamar pemohon, yang datang 5

(lima) orang termasuk calon suami pemohon;

c. Paman pemohon disuruh menemani untuk berkunjung balasan

ke rumah calon suami, pada waktu itu saksi lupa tanggal tetapi

siang hari kira-kira pukul 14.30;

d. Menemani saksi dan rombongan adalah ibu calon suami

pemohon, kakak-kakak calon suami pemohon dan pamannya;

e. Pembicaraan pada waktu itu pada prinsipnya untuk menunda

perkawinan antara pemohon dan calon suami pemohon, karena

terus terang keluarga merasa terkejut atas keinginan keluarga

calon suami pemohon, yang menginginkan untuk dilakukan

nikah siri padahal belum ada pendekatan keluarga, diantara

(32)

f. Antara pemohon dan calon suami pemohon tidak ada

hubungan keluarga atau susuan, calon suami pemohon sebagai

orang lain;

Apa yang dipertimbangkan di atas telah diperoleh fakta di

persidangan yang pada pokoknya sebagai berikut:

a. Perkara ini menjadi wewenang Pengadilan Agama Yogyakarta;

b. Keinginan pemohon untuk menikah dengan calon suami

pemohon sudah dipikir matang-matang dan pemohon tidak

dalam keadaan terpaksa;

c. Calon suami pemohon siap bertanggungjawab terhadap

pemohon dan calon suami pemohon telah mempunyai

penghasilan setiap bulan sebesar Rp 3.000.000,00 (tiga juta

rupiah);

d. Pemohon dan calon suaminya telah bertekat bulat dan

bersepakat untuk melangsungkan pernikahan, karena sudah

saling cinta mencintai, sudah sama-sama berpikir matang, tak

ada halangan/larangan untuk menikah, baik menurut syara'

(agama) maupun peraturan perundang-undangan dan berani

bertanggungjawab untuk melaksanakan kewajiban berumah

tangga;

e. Wali nikah pemohon hadir di persidangan, dan di depan

persidangan pada intinya orang tua pemohon menjelaskan

(33)

dan orang tua pemohon mengajukan persaratan sanggup

menjadi wali apabila pemohon selesai S2 dulu, dan calon

suami pemohon mempunyai asisten pribadi;

f. Menimbang atas persyaratan yang diajukan orang tua pemohon

tersebut, baik pemohon maupun calon suami pemohon tidak

menyanggupi dan keduanya ingin segera menikah dan tidak

ingin dipisahkan lagi, karena keduanya sudah siap untuk

menikah apapun resikonya dan keduanya telah dewasa;

Keterangan saksi-saksi pemohon di atas telah terbukti calon suami

pemohon telah melamar pemohon dan diterima oleh ayah pemohon

namun selanjutnya ditunda tanpa alasan yang jelas dan orang tua

pemohon menyatakan lamaran calon suami pemohon akan diterima

namun dengan syarat pemohon harus selesai S2 dulu dan calon suami

pemohon harus mempunyai asisten pribadi, hal ini merupakan alasan

yang dibuat-buat sedemikian rupa, sementara pemohon berkeinginan

ingin menikah saat ini juga karena memang pemohon dan calon suami

pemohon telah cukup umur dan dewasa, oleh karena itu alasan orang tua

pemohon tersebut oleh Majelis Hakim patut untuk ditolak.

Sikap dan persyaratan yang diajukan oleh orang tua pemohon tersebut

hal ini menunjukkan bahwa wali nikah tersebut telah enggan (adlal)

menjadi wali dalam pernikahan pemohon dengan calon suami pemohon.

Karena wali nikah pemohon telah enggan (adlal) menjadi wali nikah

(34)

antara pemohon dengan calon suami pemohon berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan di atas menurut Majelis telah memenuhi

syarat-syarat perkawinan sebagaimana diatur dalam peraturan

perundang-undangan dan hukum syara' serta tidak ada larangan untuk

melakukan perkawinan, maka permohonan pemohon tersebut dapat

dipertimbangkan dan karenanya penolakan pernikahan oleh KUA

Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta tersebut harus

dikesampingkan;

Wali nikah telah enggan (adlal), maka sesuai ketentuan Pasal 23 ayat (2)

KHI, jo Pasal 2 ayat (2) dan Pasal 4 ayat (1) Peraturan Menteri Agama

Nomor 2 tahun 1987, maka yang menjadi Wali Nikah Pemohon adalah

Wali Hakim dan Majelis Hakim menunjuk Kepala Urusan

Agama/Petugas Pencatat Nikah pada Kantor Urusan Agama Kecamatan

Umbulharjo sebagai wali hakim untuk menikahkan pemohon dengan

calon suami pemohon.

Majelis sependapat dan mengambil alih pendapat ahli fiqih dalam Kitab

Al-Asybah Wan Nadzair hal 128 yang Artinya: Pemerintah mengurus

rakyatnya sesuai dengan kemaslahatan.

Perkara ini termasuk dalam bidang perkawinan, berdasarkan Pasal 89

ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama,

maka biaya yang timbul dalam perkara ini dibebankan kepada pemohon.

Mengingat Pasal 6 dan Pasal 7 Undang-undang Nomor 1 tahun 1974, jo

(35)

segala ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

Hukum Islam yang bersangkutan.

Pengadilan agama menetapkan bahwa mengabulkan permohonan

pemohon, menyatakan wali nikah pemohon adalah adhol, menunjuk

Kepala Kantor Urusan Agama/Petugas Pencatat Nikah pada Kantor

Urusan Agama Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta sebagai Wali

Hakim bagi pemohon, untuk menikahkan pemohon dengan calon suami

pemohon dan membebankan kepada pemohon untuk membayar seluruh

biaya perkara ini sebesar Rp.241.000,- (dua ratus empat puluh satu ribu

rupiah).

Ditetapkan dalam Musyawarah Majelis Hakim Pengadilan Agama

Yogyakarta pada hari Rabu tanggal 22 Januari 2014 M. bertepatan

dengan tanggal 20 Rabiul Awal 1435 H., oleh Hj. SRI MURTINAH,

SH., MH sebagai Ketua Majelis dan Drs. MULAWARMAN, SH, MH

serta NUR LAILAH AHMAD, SH masing-masing sebagai hakim

Anggota, penetapan mana diucapkan dalam persidangan yang terbuka

untuk umum pada hari itu juga oleh Hakim Ketua Majelis dengan

didampingi oleh Para Hakim Anggota tersebut, dibantu MOKHAMDAN,

SH sebagai Panitera Pengganti dihadiri oleh pemohon.

(36)

Perkara permohonan wali adhol yang diajukan oleh pemohon

berumur 49 tahun, agama Islam, berstatus janda, bertempat tinggal di

Kecamatan Kotagede, Kota Yogyakarta. Pemohon adalah anak

perempuan dari ayah pemohon yang hendak melangsungkan pernikahan

dengan calon suaminya yang bernama calon suami pemohon, berumur 70

tahun, agama Islam, status duda, bertempat tinggal di Kecamatan

Serengan, Kota Surakarta yang akan dilaksanakan dan catatkan di

hadapan pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan

Kotagede tetapi ayah kandung dari pemohon telah meninggal dunia,

sehingga kakak kandung pemohon yang berumur 52 tahun, agama Islam

sebagai wali nikah bagi pemohon tidak mengijinkan/tidak bersedia

menjadi wali nikah dengan alasan pemohon diminta untuk mengurus

anak dan cucu.

Pemohon telah mengajukan permohonan tertanggal 15 Desember

2015 yang telah terdaftar pada Kepanitraan Pengadilan Agama

Yogyakarta Nomor: 0076/Pdt.P/2015/PA.Yk tanggal 21 Desember 2015

sebagai berikut:

1. Pemohon telah sepakat dan berketetapan hati untuk melangsungkan

perkawinan dengan seorang laki-laki berumur 70 tahun, agama

Islam, status duda, bertempat tinggal di Kecamatan Serengan,

Kabupaten Surakarta;

2. Hubungan antara pemohon dan calon suami pemohon sudah sesuai

(37)

3. Ayah kandung pemohon telah meninggal dunia, sehingga kakak

kandung pemohon, berumur 52 tahun, agama Islam, bertempat

tinggal di Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul sebagai wali nikah

bagi pemohon tidak mengijinkan/tidak bersedia menjadi wali nikah

dengan alasan pemohon diminta untuk menurus anak dan cucu;

4. Tidak ada larangan bagi pemohon untuk melangsungkan perkawinan

dengan calon suami tersebut;

5. Hubungan antara pemohon dengan calon suami pemohon sudah

sedemikian eratnya dan sulit untuk dipisahkan, dan khawatir terjadi

sesuatu yang melanggar hukum agama;

6. Selama ini kakak pemohon/anak-anak pemohon dan keluarga calon

suami pemohon, telah sama-sama mengetahui hubungan cinta kasih

antara pemohon dengan calon suami pemohon tersebut, namun

kakak pemohon dan anak pemohon tetap menolak dengan alasan

pemohon diminta untuk mengurus anak dan cucu;

7. Pemohon telah berusaha keras melakukan pendekatan dan

membujuk kakak pemohon agar menerima pinangan dan selanjutya

menikahkan pemohon dengan calon suami pemohon tersebut, akan

tetapi kakak pemohon dan anak-anak pemohon mengatakan jika

pemohon masih akan meneruskan hubungannya dengan calon suami

pemohon, maka kakak pemohon dan anak-anak pemohon tidak akan

(38)

8. Kakak pemohon dan anak-anak pemohon tidak menghendaki

hubungan antara pemohon dan calon suami pemohon, sehingga

untuk menikah, pemohon dengan calon suami pemohon

membutuhkan wali hakim untuk menikahkan pemohon dengan calon

suami pemohon;

9. Pemohon berpendapat bahwa penolakan kakak dan anak-anak

pemohon tersebut tidak berdasarkan hukum dan tidak berorientasi

pada kebahagiaan dan kesejahteraan pemohon. Oleh karena itu

pemohon tetap bertekat bulat untuk melangsungkan pernikahan

dengan calon suami pemohon, dengan alasan:

a. Pemohon telah dewasa dan telah siap untuk menjadi seorang

isteri dan ibu rumah tangga, begitu pula calon suami pemohon

telah dewasa dan telah siap untuk menjadi seorang suami dan

kepala rumah tangga, dan sudah bekerja sebagai buruh harian

lepas dengan penghasilan Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah)

setiap bulannya;

b. Pemohon dan calon suami pemohon telah memenuhi

syarat-syarat dan tidak ada larangan untuk melangsungkan pernikahan

baik menurut ketentuan hukum Islam maupun peraturan

perundang-undangan yang berlaku;

c. Pemohon sangat khawatir apabila antara pemohon dengan calon

(39)

terjadi hal-hal yang bertentangan dengan ketentuan hukum

Islam;

10. Pemohon sanggup membayar seluruh biaya yang timbul akibat

perkara ini;

Pemohon mohon agar Ketua Pengadilan Agama Yogyakarta

segera memanggil pemohon dan kakak pemohon untuk diberi

petuah-petuah dan segala apa yang seyogyanya harus diberikan secara timbal

balik, kemudian memeriksa dan mengadili perkara ini, selanjutnya

menjatuhkan penetapan yang mengabulkan permohonan pemohon,

menetapkan bahwa kakak pemohon/wali nikah pemohon adalah adhol,

menetapkan menunjuk Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan

Kotagede yang berhak menikahkan pemohon dengan calon suami

pemohon sebagai wali hakim dan membebankan biaya perkara kepada

pemohon sesuai dengan hukum yang berlaku.

Pada hari persidangan yang telah ditetapkan, pemohon dan calon

suaminya telah datang menghadap dipersidangan dan majelis hakim

menasehati pemohon agar pemohon mengurungkan niatnya tersebut

tetapi tidak berhasil, maka pemeriksaan diteruskan dengan membacakan

permohonan pemohon yang isinya tetap dipertahankan oleh pemohon

dan didepan sidang pemohon memberi keterangan sebagai berikut:

a. Pemohon akan menikah dengan calon suami pemohon karena sudah

disetujui oleh anak-anak calon suami pemohon;

(40)

c. Calon suami pemohon sudah memberi uang untuk ijab sejumlah

Rp.1.600.000,00 (satu juta enam ratus ribu rupiah);

d. Jika calon suami pemohon sudah tidak mampu, pemohon akan

memasrahkan kepada anak-anaknya;

Atas permohonan pemohon tersebut calon suami pemohon

didepan sidang juga telah memberikan keterangan yang pada pokoknya

membenarkan alasan-alasan permohonan pemohon tersebut dan calon

suami pemohon memberi keterangan sebagai berikut:

a. Calon suami pemohon dan pemohon akan menikah karena saling

mencintai;

b. Calon suami pemohon bekerja buruh harian lepas dengan

penghasilan setiap hari Rp.40.000,00 (empat puluh ribu rupiah);

c. Calon suami pemohon tidak mempunyai rumah dan calon suami

pemohon bertempat tinggal di rumah kost;

Demi memperkuat dalil permohonannya tersebut pemohon telah

mengajukan bukti-bukti surat berupa:

a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk atas nama pemohon yang aslinya

dikeluarkan oleh Kepala Badan/Dinas Kependudukan, KB dan

Pencatatan Sipil Kota Yogyakarta, Nomor: - tanggal 25 Agustus

yang bermeterai cukup dan dinazzegel, setelah dicocokkan dengan

aslinya ternyata sesuai, lalu diberi tanda P.1;

b. Fotocopi Kutipan Akta Kelahiran atas nama PEMOHON (pemohon)

(41)

Pencatatan Sipil Kota Yogyakarta nomor - tanggal 16 Juni 2011

yang bermaterai cukup dan dinazzegel,setelah dicocokkan dengan

aslinya ternyata sesuai,lalu diberi tanda P.2;

c. Fotokopi Kutipan Akta Nikah yang aslinya dikeluarkan oleh KUA

Kecamatan Kotagede, Kota Yogyakarta Nomor: - tanggal 22

Oktober 1987 yang bermeterai cukup dan dinazzegel, lalu diberi

tanda P.3;

Pemohon mengajukan saksi-saksi sebagai berikut:

1. SAKSI I PEMOHON , umur 39 tahun, agama Islam, bertempat

tinggal di Kecamatan Kotagede, Yogyakarta. Dihadapan persidangan

saksi tersebut memberikan keterangan di bawah sumpahnya yang

pada intinya sebagai berikut:

a. Saksi kenal dengan pemohon sejak 10 tahun yang lalu dan saksi

sebagai Ketua RW di kampung Bumen;

b. Ketika saksi kenal dengan pemohon, keadaan pemohon sudah

sendiri ( janda );

c. Saksi tahu pemohon adalah janda mati sampai sekarang belum

menikah lagi;

d. Saksi tahu tujuan pemohon datang ke Pengadilan Agama karena

pemohon akan menikah lagi namun anak kandung pemohon dan

walinya menolak apabila pemohon menikah dengan Suparto;

(42)

f. Sebelum saksi ke Pengadilan Agama, saksi bertemu dengan

anak pemohon dan mengatakan kepada saksi sudah ikhlas

pemohon menikah asal bahagia;

g. Menurut saksi keluarga pemohon tidak setuju, karena usia calon

suami pemohon sudah lanjut usia dan tidak mempunyai tempat

tinggal yang tetap;

h. Menurut saksi calon suami pemohon masih bertempat tinggal di

Solo;

i. Menurut saksi pemohon tidak ada tekanan dari masyarakat agar

segera menikah dengan calon suaminya;

j. Saksi sudah menasehati pemohon berpikir kembali untuk

menikah dengan calon suaminya;

2. SAKSI II PEMOHON, umur 40 tahun, Agama Islam, bertempat

tinggal di Bumen Rt 26, Rw 06, Kelurahan Purbayan, Kecamatan

Kotagede, Yogyakarta. Dihadapan persidangan saksi tersebut

memberikan keterangan di bawah sumpahnya yang pada intinya

sebagai berikut:

a. Saksi kenal dengan pemohon sudah lama kebetulan saksi

menjadi Ketua Rt di kampung Bumen;

b. Pemohon adalah seorang janda mati;

c. Selama ini pemohon tinggal di rumahnya bersama anak-anaknya

dan adik pemohon;

(43)

e. Saksi tidak mengetahui maksud pemohon datang ke Pengadilan

Agama;

f. Saksi mengetahui pemohon akan menikah lagi karena ada

laporan;

g. Sebelum saksi pergi ke Pengadilan Agama, saksi pernah

berbincang-bincang dengan dengan keluarga pemohon tetapi

bukan masalah pernikahan pemohon;

h. Saksi belum kenal dengan calon suami pemohon;

3. SAKSI III PEMOHON, umur 37 tahun, agama Islam, bertempat

tinggal di Kecamatan Serengan, Kota Surakarta, di atas sumpahnya

saksi menerangkan sebagai berikut:

a. Saksi kenal dengan pemohon dan calon suami pemohon, karena

saksi adalah anak nomor 1(satu) dari 3 (tiga) bersaudara tetapi

yang satu meninggal dunia;

b. Saksi sudah berkeluarga dan mempunyai anak 1 (satu);

c. Suami saksi bekerja sebagai cleaning servis dengan gaji

Rp.1,200.000,00 (satu juta dua ratus ribu rupiah) per bulan;

d. Anak calon suami pemohon yang nomor 2 (dua) atau adik saksi

bertempat tinggal di Jakarta dan bekerja sebagai sopir;

e. Pekerjaan calon suami pemohon adalah buruh bangunan;

f. Calon suami pemohon tidak mempunyai rumah, sekarang

(44)

g. Saksi dengan adik saksi sudah menyetujui ayah saksi (calon

suami pemohon) akan menikah lagi;

h. Saksi telah menasehati ayah saksi, tetapi ayah saksi (calon

suami pemohon) tetap ingin menikah lagi;

i. Saksi akan siap menerima kembali calon suami pemohon

dikembalikan oleh pemohon;

j. Adik saksi mengirim uang per bulan sejumlah Rp.300.000,00

(tiga ratus ribu rupiah) untuk ayah saksi (calon suami pemohon);

Pemohon mengajukan bukti P.1 berupa fotokopi Kartu Tanda

Penduduk Fotokopi Kartu Tanda Penduduk atas nama pemohon yang

aslinya dikeluarkan oleh Kepala Badan/Dinas Kependudukan, KB dan

Pencatatan Sipil Kota Yogyakarta, Nomor :- tanggal 25 Agustus yang

bermeterai cukup dan dinazzegel, setelah dicocokkan dengan aslinya

ternyata sesuai, maka terbukti pemohon terdaftar sebagai penduduk

Bumen, Kecamatan Kotagede, Yogyakarta maka Pengadilan Agama

Yogyakarta berwenang memeriksa dan mengadili perkara pemohon.

Pemohon mengajukan bukti P.2 Fotocopi Kutipan Akta Kelahiran

atas nama pemohon aslinya dikeluarkan oleh Kepala Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Yogyakarta nomor: - tanggal

16 Juni 2011 yang bermaterai cukup dan dinazzegel maka Majelis Hakim

tidak perlu mempertimbangkan karena bukti tersebut hanya menunjukkan

usia/tanggal kelahiran pemohon tidak menyangkut substansi secara

(45)

Pemohon mengajukan bukti P.3 berupa Fotokopi Kutipan Akta

Nikah yang aslinya dikeluarkan oleh KUA Kecamatan Kotagede, Kota

Yogyakarta Nomor: - tanggal tanggal 22 Oktober 1987 yang bermeterai

cukup dan dinazzegel, seharusnya bukan Fotocopi Kutipan Akta Nikah

yang diajukan oleh Pemohon tetapi fotokopi surat kematian suami

pemohon karena pemohon berstatus janda mati, oleh karena itu bukti P.3

tersebut Majelis Hakim patut untuk dikesampingkan.

Pertimbangan di atas telah diperoleh fakta di persidangan yang

pada pokoknya bahwa keinginan pemohon untuk menikah dengan calon

suami pemohon sudah dipikir matang-matang dan pemohon tidak dalam

keadaan terpaksa, calon suami pemohon siap bertanggung jawab

terhadap pemohon dan calon suami pemohon telah mempunyai

penghasilan setiap hari Rp.40.000,00 (empat puluh ribu rupiah)),

pemohon dan calon suaminya telah bertekat bulat dan bersepakat untuk

melangsungkan pernikahan, karena sudah saling cinta mencintai, sudah

sama-sama berpikir matang, tak ada halangan/larangan untuk menikah,

baik menurut syara' (agama) maupun peraturan perundang-undangan dan

berani bertanggungjawab untuk melaksanakan kewajiban berumah

tangga.

Keterangan saksi-saksi pemohon di atas sumpah yang saling

berkaitan dan saling berhubungan maka telah terbukti pemohon dan

(46)

calon suami pemohon telah menasehati calon suami pemohon juga tidak

berhasil.

Kakak pemohon telah dipanggil secara patut dan resmi oleh Juru

Sita Pengganti Pengadilan Agama Yogyakarta namun tidak hadir dan

tidak memberi alasan tentang tidak menyetujui pernikahan pemohon

dengan calon suami pemohon, oleh karena itu kakak pemohon tersebut

menunjukkan sebagai wali nikah enggan (adhal) menjadi wali dalam

pernikahan pemohon dengan calon suami pemohon.

Wali nikah pemohon telah enggan (adhal) menjadi wali nikah

dalam pernikahan pemohon dengan calon suami pemohon sedangkan

antara pemohon dengan calon suami pemohon berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan di atas menurut Majelis telah memenuhi

syarat-syarat perkawinan sebagaimana diatur dalam peraturan

perundang-undangan dan hukum syara' serta tidak ada larangan untuk

melakukan perkawinan, maka permohonan pemohon tersebut dapat

dipertimbangkan dan karenanya penolakan pernikahan oleh kakak

pemohon harus dikesampingkan.

Permohonan pemohon telah di dukung bukti/saksi-saksi yang

kuat dan saling melengkapi, oleh karena itu permohonan pemohon telah

terbukti serta beralasan sehingga dapat dikabulkan. Karena wali nikah

telah enggan (adhal), maka sesuai ketentuan Pasal 23 ayat (2) KHI, jo

Pasal 2 ayat (2) dan Pasal 4 ayat (1) Peraturan Menteri Agama Nomor 2

(47)

Hakim dan Majelis Hakim menunjuk Kepala Urusan Agama/Petugas

Pencatat Nikah pada Kantor Urusan Agama Kecamatan Kotagede

sebagai wali hakim untuk menikahkan pemohon dengan calon suami

pemohon.

Majelis sependapat dan mengambil alih pendapat ahli fiqih dalam

Kitab Al-Asybah Wan Nadzair hal 128 yang artinya: Pemerintah

mengurus rakyatnya sesuai dengan kemaslahatan. Karena perkara ini

termasuk dalam bidang perkawinan, berdasarkan Pasal 89 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, maka

biaya yang timbul dalam perkara ini dibebankan kepada pemohon.

Pasal 6 dan pasal 7 Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 jo. Pasal

2 ayat (1), Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 dan segala

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan hukum Islam

yang bersangkutan. Maka pengadilan agama menetapkan mengabulkan

permohonan pemohon, menyatakan wali nikah/kakak pemohon adalah

adhol, menunjuk Kepala Kantor Urusan Agama/Petugas Pencatat Nikah

pada Kantor Urusan Agama Kecamatan Kotagede Kota Yogyakarta

sebagai Wali Hakim bagi pemohon, untuk menikahkan pemohon dengan

calon suami pemohon, membebankan kepada pemohon untuk membayar

seluruh biaya perkara ini sejumlah Rp. 276.000,00 ( dua ratus tujuh puluh

enam ribu rupiah).

Ditetapkan dalam Musyawarah Majelis Hakim Pengadilan

(48)

bertepatan dengan tanggal 11 Rabiulakhir 1437 H., oleh Hj SRI

MURTINAH, MH sebagai Ketua Majelis dan Drs. SULTONI, MH. Serta

Dra. Hj. FARCHANAH MUQODDAS, M.Hum masing-masing sebagai

hakim Anggota, penetapan mana diucapkan dalam persidangan yang

terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Hakim Ketua Majelis dengan

didampingi oleh Para Hakim Anggota tersebut, dibantu Hj.TATI

KUSMIATI,SH sebagai Panitera Pengganti dihadiri oleh Pemohon.

B. Analisis Perlindungan Hukum Bagi Calon Mempelai Perempuan Dalam Hal Terdapat Wali Adhol Di Kota Yogyakarta

1. Penetapan Nomor : 0054/Pdt.P/2013/PA.Yk

Wali merupakan salah satu unsur penting dalam suatu akad nikah.

Sebagaimana pendapat ulama yang dianut oleh sebagian besar umat

Islam di Indonesia, bahwa suatu penikahan tidak sah apabila tidak ada

wali.

Dalam kenyataannya masih banyak terjadi bahwa wali karena

alasan tertentu enggan menikahkan anak perempuannya, sedangkan anak

perempuan tersebut bersikeras untuk tetap melangsungkan perkawinan

dengan calon suami pilihannya.

Untuk bisa tetap melangsungkan perkawinan, calon mempelai

perempuan harus mengajukan perkara tersebut ke Pengadilan Agama

calon mempelai perempuan berdomisili agar menetapkan adholnya wali

(49)

Dalam perkara ini adalah bahwa pemohon akan melangsungkan

pernikahan dengan seorang laki-laki pilihannya yang dinilai cukup

memenuhi syarat sebagai calon suami yang baik bagi pemohon. Calon

suami pemohon juga telah datang meminang ke rumah orang tua

pemohon, pinangan tersebut diterima oleh ayah pemohon, namun

berjalannya waktu ayah pemohon menunda pernikahan dengan alasan

yang tidak sesuai dengan ketentuan hukum Islam (tidak syari) dan

beralasan karena calon pemohon yang difable.

Diketahui pula berdasarkan keterangan saksi-saksi pemohon

bahwa calon suami pemohon telah melamar pemohon dan diterima oleh

ayah pemohon, namun selanjutnya ditunda tanpa alasan yang jelas.

Kemudian dari keterangan orang tua pemohon menyatakan

lamaran calon suami pemohon diterima namun dengan syarat pemohon

harus selesai S2 dulu dan calon suami pemohon harus mempunyai asisten

pribadi, hal ini merupakan alasan yang dibuat-buat sedemikian rupa,

sementara pemohon berkeinginan ingin menikah saat ini juga karena

memang pemohon dan calon suami pemohon telah cukup umur dan

dewasa, oleh karena itu alasan orang tua pemohon tersebut oleh Majelis

Hakim patut untuk ditolak.

Menurut pendapat para ulama fiqh, wali tidak berhak

menghalang-halangi/menolak jika orang yang dibawah perwaliannya meminta

dinikahkan dengan orang yang sederajat dan dapat membayar mahar

(50)

Keterangan di atas berarti berbuat zhalim kepadanya jika ia

mencegah pernikahan tersebut tanpa ada alasan yang jelas atau alasan

yang dibuat-buat. Dalam hal ini majelis hakim harus menetapkan wali

pemohon sebagai adhol.

Menurut Hakim Pengadilan Agama Yogyakarta Dra. Syamsiah,

MH. perlindungan hukum terhadap calon mempelai perempuan yang

terdapat hal wali adhol menyatakan bahwa ketika seorang wali nikah

tetapi walinya enggan/adhol maka dia boleh meminta permohonan ke

Pengadilan Agama pemohon berdomisili agar wali nikahnya itu di

nyatakan adhol dan walinya berpindah ke wali hakim. Pendapat tersebut

di perkuat dengan Pasal 23 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam terdapat

ketentuan yang menentukan bahwa: “Wali hakim baru dapat bertindak

sebagai wali nikah apabila wali nasab tidak ada atau tidak mungkin

menghadirkannya atau tidak diketahui tempat tinggalnya atau gaib atau

adhol atau enggan.” Ayat (2) menentukan bahwa: “Dalam hal wali adhol

atau enggan, maka wali hakim dapat bertindak sebagai wali nikah setelah

ada putusan Pengadilan Agama tentang wali tersebut.”

Dalam menetapkan adholnya wali, Hakim Pengadilan Agama

melihat alasan enggannya (adhol) seorang wali menjadi wali nikah dalam

pernikahan pemohon berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang

dibenarkan menurut hukum syari’at.

Dasar bukti dalam hal ini berupa surat dan saksi. Bukti surat yang

(51)

dikeluarkan oleh kantor urusan Agama setempat (P.5). Sedangkan saksi

adalah orang-orang yang mengetahui adanya permasalah tersebut, dan

saksi juga akan dimintai keterangan mengenai keengganan wali dan juga

keadaan kedua calon mempelai.

Untuk menetapkan wali hakim sebagai wali nikah dari mempelai

perempuan berdasarkan pada ketentuan pasal 23 ayat (2) Kompilasi

Hukum Islam, jo pasal 2 ayat (2) dan pasal 4 ayat (1) Peraturan Menteri

Agama Nomor 2 tahun 1987.

Dalam menetapkan adholnya seorang wali, Pengadilan Agama

melihat alasan penolakan wali tersebut telah sesuai dengan syari’at Islam

atau tidak, dan Pengadilan Agama juga mempertimbangkan

kemaslahatan dan kemadhorotan yang akan timbul dari putusannya itu.

2. Analisis Kasus : Penetapan Nomor 0076/Pdt.P/2015/PA.Yk

Telah dijelaskan di dalam perkara tersebut, bahwa pokok dari

perkara ini adalah pengajuan permohonan pemohon kepada Pengadilan

Agama Yogyakarta untuk menetapkan wali nikah nya adalah adhol.

Dalam pekara ini dikarenakan ayah pemohon telah meninggal dunia

maka yang menjadi wali nikah pemohon ialah kakak kandung pemohon.

Pemohon mengajukan permohonan penetapan pengadilan agama karena

kakak kandung pemohon selaku wali nikah menolak untuk menikahkan

pemohon dengan calon suami pemohon dengan alasan pemohon diminta

(52)

Menurut pendapat ulama fiqh bahwa wali tidak berhak

menghalang-halangi perempuan yang di bawah perwaliannya untuk

melangsungkan pernikahan dengan calon suami yang sepadan dan

selama tidak melanggar ketentuan-ketentuan yang ada di dalam syari’at

agama maupun peraturan perundang-undangan yang berlaku. Karena

sebuah perkawinan merupakan upaya positif dalam rangka hubungan

lebih lanjut antara seorang laki-laki dan perempuan untuk membentuk

suatu keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahman di hadapan Allah

SWT. Karena apabila wali mencegah kelangsungan pernikahan tersebut

tanpa alasan yang jelas maka sama halnya wali tersebut telah berbuat

zhalim terhadap pemohon.

Menurut Penetapan Nomor 0076/Pdt.P/2015/PA.Yk, wali nikah

pemohon bersikukuh tidak mau menikahkan dengan alasan yang di

buat-buat atau tidak sesuai dengan hukum Islam. Maka Hakim menetapkan

bahwa wali nasabnya telah adhol. Dalam mengabulkan permohonan

tersebut dengan pertimbangan bahwa dengan dilangsungkannya

perkawinan (dengan wali hakim tersebut) akan mendapatkan

kemaslahatan atau kebaikan bagi para pihak. Apabila tidak segera

dilaksanakan perkawinan di khawatirkan akan terjadi hal-hal yang

bertentangan dengan ketentuan hukum Islam.

Menurut Hakim Pengadilan Agama Yogyakarta

Dra.Syamsiah,MH. perlindungan hukum terhadap calon mempelai

(53)

seorang wali nikah tetapi walinya enggan/adhol maka dia boleh meminta

permohonan ke Pengadilan Agama pemohon berdomisili agar wali

nikahnya itu di nyatakan adhol dan walinya berpindah ke wali hakim.

Hal tersebut di perkuat dengan Pasal 23 ayat (2) Kompilasi Hukum Islam

yang isinya berbunyi dalam hal wali adhol atau enggan, maka wali hakim

dapat bertindak sebagai wali nikah setelah ada putusan pengadilan agama

tentang wali tersebut.

Pengadilan Agama Yogyakarta berdasarkan Pasal 23 ayat (2)

Kompilasi Hukum Islam, jo Pasal 2 ayat (2) dan Pasal 4 ayat (1)

Peraturan Menteri Agama Nomor 2 Tahun 1987, maka yang menjadi

wali nikah adalah wali hakim dan majelis hakim menunjuk Kepala

Urusan Agama/Petugas Pencatat Nikah pada Kantor Urusan Agama

Kecamatan Kotagede sebagai Wali Hakim untuk menikahkan Pemohon

dengan Calon Suami Pemohon.

Pengadilan Agama mengabulkan permohonan pemohon untuk

menetapkan adholnya wali pemohon karena alasan penolakan wali

pemohon yang tidak mau menikahkan dengan alasan pemohon diminta

untuk mengurus anak dan cucu tidaklah berdasarkan hukum. Menurut

hukum bahwa alasan-alasan yang dapat dibenarkan seorang wali

menolak untuk menikahkan yaitu jika ternyata kedua calon mempelai

tidak memenuhi syarat-syarat untuk melangsungkan pernikahan, seperti

perbedaan agama dan atau adanya sikap dan perilaku calon mempelai

(54)

Penetapan musyawarah Majelis Hakim Pengadilan Agama

Yogyakarta yang telah mengabulkan permohonan tersebut dinilai telah

sesuai dengan hukum yang berlaku, bahkan jika melihat dari segi

madhorot dan maslahat, hal ini harus dilakukan demi menghindari

(55)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan Bab IV dapat

disimpulkan bahwa dalam kedua kasus di atas dijelaskan bahwa wali nasab

calon mempelai perempuan tidak bersedia menikahkan anaknya karena alasan

tertentu, sementara salah satu syarat dalam perkawinan adalah adanya wali

nikah. Perlindungan hukum bagi calon mempelai perempuan dalam hal

terdapat wali adhol adalah dengan mengajukan permohonan ke Pengadilan

Agama pemohon berdomisili agar wali nikahnya itu dinyatakan adhol dan

walinya berpindah ke wali hakim. Penetapan bahwa seorang wali dikatakan

adhol apabila alasan tersebut tidak sesuai dengan syari’at yaitu bila ada

hubungan darah, berhubungan semenda, seseorang yang terikat tali

perkawinan dengan orang lain, mempunyai hubungan yang oleh agamanya

dilarang menikah. Karena alasan dari kedua kasus analisis di atas tidak sesuai

syariat. Maka, Majelis Hakim mengabulkan perkara permohonan Pemohon

dengan menetapkan bahwa wali pemohon telah adhol. Penetapan tersebut

melihat pada kebenaran peristiwa dan fakta yang diajukan pemohon melalui

alat bukti yang sah dan keterangan saksi-saksi dalam acara persidangan.

Pengganti wali hakim tersebut diperkuat pada Pasal 23 ayat (1) KHI terdapat

ketentuan yang menentukan bahwa: “Wali hakim baru dapat bertindak

(56)

menghadirkannya atau tidak diketahui tempat tinggalnya atau gaib atau adhol

atau enggan.” Hal-hal yang menjadi pertimbangan hakim dalam menetapkan

wali adhol yaitu dengan membuktikan kebenaran peristiwa dan fakta yang

diajukan pemohon melalui alat bukti yang sah dan keterangan saksi-saksi

dalam acara persidangan.

Dalam perkara wali adhol digolongkan sebagai permohonan

(volunteer) yang hanya melibatkan calon mempelai wanita sebagai pemohon

tanpa ada pihak lain yang dijadikan termohon. Karena orang tua atau wali

nasab dari calon mempelai perempuan tidak dianggap sebagai salah satu

pihak yang berperkara, maka wali nasab tidak mempunyai kedudukan hukum

untuk melakukan upaya hukum seperti verzet, banding, dan kasasi.

Sebaliknya jika permohonan tersebut ditolak, perlindungan hukum bagi calon

mempelai perempuan dalam hal terdapat wali adhol bisa mengajukan upaya

kasasi. Pernyataan tersebut diperkuat pada Pasal 23 Ayat (2) KHI yang

menentukan bahwa: “Dalam hal wali adhol atau enggan, maka wali hakim

dapat bertindak sebagai wali nikah setelah ada putusan Pengadilan Agama

(57)

B. Saran-saran

Dengan terselesaikannya skripsi ini, ada beberapa hal yang menjadi

harapan penulis,antara lain :

1. Hubungan antara sebuah keluarga hendaknya di jaga kekeluargaannya,

terutama hubungan anak dan orangtua, maupun sebaliknya. Apabila ada

permasalahan upaya yang terbaik tentu melalui pendekatan musyawarah

keluarga.

2. Ajaran agama Islam menuntut kepada kita untuk berbuat baik terhadap

orangtua kita. Begitu besarnya hak orangtua terhadap kita sampai ada

hadis yang menyatakan ridhonya Tuhan tergantung dari ridhonya

orangtua. Orangtua juga manusia yng tidak lepas dari kemungkinan salah

dan khilaf dalam berbuat dan bertindak. Bila ingin bersikeras untuk

menikah dengan pemuda pilihan sendiri sebaiknya bisa lebih

menyakinkan kedua orang tua bahwa laki-laki yang dipilih itu adalah

yang terbaik.

3. Pengadilan Agama sebagai salah satu lembaga peradilan negara yang

bertugas dan memberikan keadilan dan kepastian hukum dalam memutus

permohonan wali adhol harus lebih jeli dan bijak dalam menetapkan

perkara ini karena untuk kedepannya menikah itu menggabungkan ikatan

(58)
(59)

DAFTAR PUSTAKA

Afandi Mansur, 2009, Peradilan Agama Strategi dan Taktik Membela Perkara di

Pengadilan Agama, Malang, Setara Press.

Ahmad Azhar Basyir, 2007, Hukum Perkawinan Islam, Yogyakarta, Universitas

Islam Indonesia Press.

Amir Syarifuddin, 2009, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Jakarta,

Kencana Prenada Media Group.

Baharuddin Ahmad, 2008, Hukum Perkawinan di Indonesia, Jakarta, Syari’ah

Press.

Basiq Djalil, 2010, Peradilan Agama di Indonesia,Jakarta, Kencana Prenada

Media Group.

Djaman Nur, 1993, Fikih Munakahat I, Bandung, Dina Utama.

Djoko Prakoso, dan I Ketut Murtika, 1987, Azas-Azas Hukum Perkawinan di

Indonesia, Jakarta, PT Bina Aksara.

Helmy Masdar, 1969, Islam dan Keluarga Berencana, Semarang, CV Thoha

Saputra.

Jaenal Aripin, 2008, Peradilan Agama Dalam Bingkai Reformasi Hukum di

Indonesia, Jakarta, Kencana Prenada Media Group.

Kamal Muchtar, 1974, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Jakarta,

Bulan Bintang.

Mahmud Yunus, 1979, Hukum Perkawinan dalam Islam, Jakarta, H. Dakarya

Agung.

Mohd Idris Ramulyo, 2002, Hukum Perkawinan Islam, Jakarta, PT Bumi Aksara.

M. Saidus Syahar, 1981, Undang-Undang Perkawinan dan Masalah

Pelaksanannya (Ditinjau dari Segi Hukum Islam), Bandung, Alumni.

M. Saifullah et al., 2005, Hukum Islam Solusi Permasalahan Keluarga,

Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia Press.

Mukti Arto, 2004, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama,

(60)

Mukti Fajar ND, dan Yulianto Achmad, 2013, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Roihan A. Rasyid, 2013, Hukum Acara Peradilan Agama, Jakarta, PT

RajaGrafindo Persada.

Rusli, dan R. Tama, 1986, Perkawinan Antar Agama Dan Masalahnya, Bandung,

Pionir Jaya.

Soemiyati, 1999, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan,

Yogyakarta, Liberty.

Sution Usman Adji, 1989, Kawin Lari dan Kawin Antar Agama, Yogyakarta,

Liberty.

Taufiq Hamami, 2003, Mengenal Lebih Dekat Kedudukan dan Eksistensi

Peradilan Agama dalam Sistem Tata Hukum di Indonesia, Bandung, Alumni.

Taufiqurrohman Syahuri, 2013, Legislasi Hukum Perkawinan di Indonesia,

Jakarta, Kencana.

Yahya Harahap, 1990, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama,

Jakarta, Pustaka Kartini.

Peraturan Perundang-

Referensi

Dokumen terkait

Mengetahui jenis basis krim yang paling efektif dalam formulasi sediaan krim minyak atsiri daun jeruk nipis sebagai antibakteri P.. Uraian

Dan yang paling menyedihkan, Kangjoon bukan sahaja tidak menanam perasaan kepada Yunra, malah, Kangjoon selalu bersama yeoja-yeoja yang lain.... Even itu semua berlaku, Yunra

Pengujian dengan analisis regresi ditujukan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara restitusi (variabel independen) terhadap penerimaan bea perolehan hak atas

Moderator: Kalau Uncle nak buat kartun, nak tengok kartun yang macam mana?. Zakuan: Kartun yang

Suffian tersenyum, memandang Adelia yang dilihat tidak keruan sejak mengetahui status dirinya dalam keluarga Datuk Aman Zainal dan Datin Hanim.. “Tapi janji, adik takkan

Fasa pembangunan sistem carian hadis menggunakan ciri asas kata kunci dan kategori ini dilakukan berdasarkan analisis perancangan dan keperluan serta reka bentuk sistem yang

menggambarkan tiga situasi berbeza yang terdapat dalam petikan tersebut. Aku dengan Amirah bersahabat baik sejak kecil. Aku mempercayai dirinya dan yakin bahawa dia dapat

Bagi setiap ayat, anda tidak boleh menyenaraikan lebih daripada satu kesalahan penggunaan kata atau istilah dan satu kesalahan tatabahasa. Anda tidak perlu menyalin ayat