• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGANTAR. Bogor, Maret 2017 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI BOGOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGANTAR. Bogor, Maret 2017 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI BOGOR"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGANTAR

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofísika (BMKG) setiap tahun menerbitkan dua buku Prakiraan Musim yaitu Prakiraan Musim Kemarau diterbitkan setiap awal

Maret dan Prakiraan Musim Hujan setiap awal September.

Informasi yang disajikan dalam Prakiraan Musim Kemarau 2017 wilayah Jawa Barat ini meliputi Prakiraan Awal Musim Kemarau 2017, Perbandingan antara

Prakiraan Awal Musim Kemarau 2017 terhadap Rata-ratanya atau Normalnya selama 30 tahun (1981-2010), dan Prakiraan Sifat Hujan selama periode Musim Kemarau 2017.

Berdasarkan pengelompokan pola distribusi curah hujan rata-rata bulanannya, BMKG telah mengidentifikasi khusus untuk wilayah Jawa Barat terbagi menjadi :

a. Daerah - daerah yang mempunyai batas yang jelas antara periode musim hujan dan periode musim kemarau, disebut Zona Musim (ZOM) sebanyak 36 ZOM

b. Daerah - daerah yang tidak mempunyai batas yang jelas antara periode musim hujan dan periode musim kemarau, yang selanjutnya disebut daerah Non Zona

Musim (Non ZOM) sebanyak 2 Non ZOM

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis dapat dirangkum informasi Prakiraan Musim Kemarau 2014 yaitu Prakiraan Awal Musim Kemarau 2017 umumnya terjadi

pada bulan Mei hingga Juni 2017, Prakiraan Perbandingan Prakiraan Awal Musim Kemarau 2017 umumnya mundur dengan normalnya dan Prakiraan Sifat Hujan Musim Kemarau 2017 umumnya Normal ( N ).

Demikian diharapkan Prakiraan Musim Kemarau 2017 ini bermanfaat dalam mendukung berbagai kegiatan terkait.

Bogor, Maret 2017

KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI

BOGOR

DEDI SUCAHYONO S, S.Si, M.Si NIP. 195909141985031001

(2)

DAFTAR ISI

PENGANTAR………... i DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ii iii iv v ISTILAH DAN PENGERTIAN DALAM PRAKIRAAN MUSIM……….. vi

I. PENDAHULUAN……….. 1

Fenomena yang Mempengaruhi Iklim / Musim di Indonesia………. 2

II. RINGKASAN………. 4

A. Kondisi Dinamika Atmosfer dan Laut……….. 4

B. Prakiraan Musim Kemarau 2017 Zona Musim Jawa Barat... 6

C. Prakiraan Musim Kemarau 2017 Wilayah Non ZOM (Luar Zona Musim )... 6

III. PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2014 WILAYAH ZONA MUSIM (ZOM) JAWA BARAT……….. 7 A. Gambaran Umum Geografi Wilayah dan Iklim... 7

B. Prakiraan Hujan Musim Kemarau 2017... 10

B.1 Prakiraan Awal Musim Kemarau 2017... 10

B.2 Perbandingan Prakiraan Musim Kemarau 2017 Terhadap Rata-ratanya... B.3 Prakiraan Sifat Hujan Musim Kemarau 2017... C. Peta Prakiraan Hujan Musim Kemarau 2017... C.1 Peta Prakiraan Awal Musim Kemarau 2017... C.2 Peta Perbandingan Prakiraan Musim Kemarau 2017 Terhadap Rata-ratanya C.3 Peta Sifat Hujan Musim Kemarau 2017... 11 12 16 16 17 18 IV. PRAKIRAAN HUJAN KUMULATIF APRIL - SEPTEMBER 2017 DAERAH NON ZONA MUSIM (NON ZOM)……… 19

A. Prakiraan Curah Hujan Kumulatif April - September 2017... 19

B. Prakiraan Sifat Hujan Kumulatif April - September 2017 Terhadap Rata-Ratanya (1980 - 2010)... 19

(3)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Wilayah Zona Musim (ZOM) di Jawa Barat... 8 Tabel 2. Prakiraan Awal Musim Kemarau 2017 Jawa Barat... 10 Tabel 3. Prakiraan Perbandingan Awal Musim Kemarau 2017 Terhadap

Rata-Ratanya... 11 Tabel 4. Prakiraan Sifat Hujan Musim Kemarau 2017 Jawa Barat... 12 Tabel 5. Prakiraan Musim Kemarau 2014 Zona Musim (ZOM) Jawa Barat ... 13

Daftar Peta

Peta 1. Peta Wilayah Zona Musim (ZOM) JawaBarat 7

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Peta ZOM dan Non ZOM di Provinsi Jawa Barat……… 8

Gambar C.1 Peta Prakiraan Awal Musim Kemarau 2017... 16 Gambar C.2 Peta Perbandingan Prakiraan Musim Kemarau 2017

Terhadap Rata-Ratanya... 17 Gambar C.3. Peta Sifat Hujan Musim Kemarau 2017... 18

(5)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Normal Musim Kemarau 1981-2010 Zona Musim

di Jawa Barat………. 20

Lampiran 2. Rata-rata Curah Hujan Dasarian Periode 1981-2010 Zona Musim

di Jawa Barat………. 21

Lampiran 3. Grafik Rata-rata Curah Hujan Dasarian Periode 1981 - 2010 (Milimeter) Zona Musim di Jawa Barat... 22

(6)

ISTILAH DAN PENGERTIAN DALAM PRAKIRAAN MUSIM

1. Curah hujan (mm) : merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu) millimeter, artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu millimeter atau tertampung air sebanyak satu liter.

2. Curah hujan kumulatif (mm) : merupakan jumlah hujan yang terkumpul dalam rentang waktu kumulatif tersebut. Dalam periode musim, rentang waktunya adalah rata-rata panjang musim pada masing-masing Zona Musim (ZOM).

3. Zona Musim (ZOM) : adalah daerah yang pola hujan rata-ratanya memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dan musim hujan. Daerah-daerah yang pola hujan rata-ratanya tidak memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dan musim hujan, disebut Non ZOM.

Luas suatu wilayah ZOM tidak selalu sama dengan luas suatu wilayah administrasi pemerintahan. Dengan demikian, satu wilayah ZOM bisa terdiri dari beberapa kabupaten, dan sebaliknya satu wilayah kabupaten bisa terdiri dari beberapa ZOM. 4. Awal Musim Kemarau, ditetapkan berdasar jumlah curah hujan dalam satu dasarian

(10 hari) kurang dari 50 milimeter dan diikuti oleh beberapa dasarian berikutnya. Permulaan musim kemarau, bisa terjadi lebih awal (maju), sama, atau lebih lambat (mundur) dari normalnya (rata-rata 1981-2010).

5. Awal Musim Hujan, ditetapkan berdasar jumlah curah hujan dalam satu dasarian (10 hari) sama atau lebih dari 50 milimeter dan diikuti oleh beberapa dasarian berikutnya. Permulaan musim hujan, bisa terjadi lebih awal (maju), sama, atau lebih lambat (mundur) dari normalnya (rata-rata 1981-2010).

6. Dasarian : adalah rentang waktu selama 10 (sepuluh) hari. Dalam satu bulan dibagi menjadi 3 (tiga) dasarian, yaitu : a. Dasarian I : tanggal 1 sampai dengan 10.

b. Dasarian II : tanggal 11 sampai dengan 20.

c. Dasarian III : tanggal 21 sampai dengan akhir bulan

7. Sifat Hujan : merupakan perbandingan antara jumlah curah hujan selama rentang waktu yang ditetapkan (satu periode musim hujan atau satu periode musim kemarau) dengan jumlah curah hujan normalnya (rata-rata selama 30 tahun periode 1981-2010) dalam periode yang sama.

Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) katagori, yaitu :

a. Atas Normal (AN) : jika nilai curah hujan lebih dari 115% terhadap rata-ratanya.

b. Normal (N) : jika nilai curah hujan antara 85%--115% terhadap rata-ratanya.

c. Bawah Normal (BN) : jika nilai curah hujan kurang dari 85% terhadap rata-ratanya.

8. Rata-rata curah hujan yang digunakan sebagai dasar penentuan curah hujan normal, menggunakan data periode 1981-2010.

(7)

1

I. PENDAHULUAN

Wilayah Indonesia berada pada posisi strategis, terletak di daerah tropis, diantara

Benua Asia dan Australia, diantara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, serta dilalui garis katulistiwa, terdiri dari pulau dan kepulauan yang membujur dari barat ke timur, terdapat banyak selat dan teluk, menyebabkan wilayah Indonesia rentan

terhadap perubahan iklim/cuaca.

Keberadaan wilayah Indonesia sebagaimana tersebut, kondisi iklimnya akan dipengaruhi oleh fenomena El Nino/La Nina bersumber dari wilayah timur Indonesia (Ekuator Pasifik Tengah/Nino34) dan Dipole Mode bersumber dari wilayah barat Indonesia (Samudera Hindia barat Sumatera hingga timur Afrika), disamping pengaruh fenomena regional, seperti sirkulasi monsun Asia-Australia, Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis atau

Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ) yang merupakan daerah pertumbuhan awan,

serta kondisi suhu permukaan laut sekitar wilayah Indonesia.

Sementara kondisi topografi wilayah Indonesia yang bergunung, berlembah, serta banyak pantai, merupakan fenomena lokal yang menambah beragamnya kondisi iklim di wilayah Indonesia, baik menurut ruang (wilayah) maupun waktu. Berdasarkan hasil analisis data periode 30 tahun terakhir (1981-2010), secara klimatologis wilayah Indonesia terdapat 407 pola kemarau, dimana 342 pola merupakan Zona Musim

(ZOM) yaitu mempunyai perbedaan yang jelas antara periode musim hujan dan periode

musim Kemarau (umumnya pola Monsun), sedangkan 65 pola lainnya adalah Non Zona

Musim (Non ZOM). Daerah Non ZOM pada umumnya tidak mempunyai perbedaan yang

jelas antara periode musim kemarau dan musim hujan, dalam hal ini daerah yang sepanjang tahun curah hujannya tinggi atau rendah. Jumlah pola hujan dalam 30 tahun terakhir (periode 1981-2010) sebanyak 342 pola hujan tersebut, merupakan hasil pemutakhiran pola iklim sebelumnya (periode 1971-2000) yang berjumlah 293 pola

hujan, dimana 220 pola merupakan Zona Musim (ZOM) dan 73 pola lainnya adalah Non Zona Musim (Non ZOM).

Dari 342 Zona Musim dimaksud, sebanyak 9 ZOM memiliki pola hujan kebalikan dengan daerah zona musim pada umumnya (pola monsun), dimana pada daerah pola monsun mengalami musim kemarau, di daerah 9 ZOM tersebut mengalami musim hujan, demikian sebaliknya

.

Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5°50 - 7°50 LS dan 104°48 - 108°48 BT dengan batas-batas wilayahnya sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah, sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Banten dan DKI Jakarta serta sebelah seltan berbatasan dengan Samudera Indonesia. Daratan di Provinsi Jawa Barat dapat dibedakan atas wilayah pegunungan curam di selatan dengan ketinggian lebih dari 1.500 m di atas permukaan laut, wilayah lereng bukit yang landai di tengah ketinggian 100 - 1.500 m dpl, wilayah dataran luas di utara ketinggian 0 - 10 m dpl, dan wilayah aliran sungai. Iklim di Jawa Barat adalah tropis, dengan suhu 9 ºC di Puncak Gunung Pangrango dan 34 ºC di Pantai Utara, curah hujan rata-rata 2.000 mm per tahun, namun di beberapa daerah pegunungan antara 3.000 sampai 5.000 mm per tahun

Berdasarkan hasil analisis data periode terkakhir (1981-2010), secara klimatologis wilayah Jawa Barat terdapat 38 pola hujan, dimana 36 pola merupakan Zona Musim (ZOM) dan 2 daerah Non Zona Musim (Non ZOM).

(8)

Fenomena yang Mempengaruhi Iklim / Musim di Indonesia 1. El Nino dan La Nina

El Nino merupakan fenomena global dari sistem interaksi lautan atmosfer yang

ditandai memanasnya suhu muka laut di Ekuator Pasifik Tengah (Nino 3,4) atau anomali suhu muka laut di daerah tersebut positif (lebih panas dari rata-ratanya). Sementara, sejauhmana pengaruhnya El Nino di Indonesia, sangat tergantung dengan kondisi perairan wilayah Indonesia. Fenomena El Nino yang berpengaruh di wilayah Indonesia dengan diikuti berkurangnya curah hujan secara drastis, baru akan terjadi bila kondisi suhu perairan Indonesia cukup dingin. Namun bila kondisi suhu perairan Indonesia cukup hangat tidak berpengaruh terhadap kurangnya curah hujan secara signifikan di Indonesia. Disamping itu, mengingat luasnya wilayah Indonesia, tidak seluruh wilayah Indonesia dipengaruhi oleh fenomena El Nino. Sedangkan La Nina merupakan kebalikan dari El Nino ditandai dengan anomali suhu muka laut negatif (lebih dingin dari rata-ratanya) di Ekuator Pasifik Tengah (Nino 3,4). Fenomena La Nina secara umum menyebabkan curah hujan di Indonesia

meningkat bila dibarengi dengan menghangatnya suhu muka laut di perairan

Indonesia. Demikian halnya El Nino, dampak La Nina tidak berpengaruh ke seluruh wilayah Indonesia .

2. Dipole Mode

Dipole Mode merupakan fenomena interaksi laut–atmosfer di Samudera Hindia yang dihitung berdasarkan perbedaan nilai (selisih) antara anomali suhu muka laut perairan pantai timur Afrika dengan perairan di sebelah barat Sumatera. Perbedaan nilai anomali suhu muka laut dimaksud disebut sebagai Dipole Mode Indeks (DMI).

Untuk DMI positif, umumnya berdampak kurangnya curah hujan di Indonesia bagian barat, sedangkan nilai DMI negatif, berdampak meningkatnya curah hujan di Indonesia bagian barat.

3. Sirkulasi Monsun Asia – Australia

Sirkulasi angin di Indonesia ditentukan oleh pola perbedaan tekanan udara di Australia dan Asia. Pola tekanan udara ini mengikuti pola peredaran matahari dalam setahun yang mengakibatkan sirkulasi angin di Indonesia umumnya adalah pola monsun, yaitu sirkulasi angin yang mengalami perubahan arah setiap setengah tahun sekali. Pola angin baratan terjadi karena adanya tekanan tinggi di Asia yang berkaitan dengan berlangsungnya musim kemarau di Indonesia. Pola angin timuran/tenggara terjadi karena adanya tekanan tinggi di Australia yang berkaitan dengan berlangsungnya musim Kemarau di Indonesia

.

(9)

3

4. Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis (Inter Tropical Convergence Zone / ITCZ)

ITCZ merupakan daerah tekanan rendah yang memanjang dari barat ke timur dengan posisi selalu berubah mengikuti pergerakan posisi matahari ke arah utara dan selatan khatulistiwa. Wilayah Indonesia yang berada di sekitar khatulistiwa, maka pada daerah-daerah yang dilewati ITCZ pada umumnya berpotensi terjadinya pertumbuhan awan-awan hujan.

5. Suhu Permukaan Laut di Wilayah Perairan Indonesia

Kondisi suhu permukaan laut di wilayah perairan Indonesia dapat digunakan sebagai salah satu indikator banyak-sedikitnya kandungan uap air di atmosfer, dan erat kaitannya dengan proses pembentukan awan di atas wilayah Indonesia. Jika suhu muka laut dingin berpotensi sedikitnya kandungan uap air di atmosfer, sebaliknya panasnya suhu muka laut berpotensi cukup banyaknya uap air di atmosfer

.

(10)

II. RINGKASAN

A. Kondisi Dinamika Atmosfer dan Laut

Dinamika atmosfer dan laut dipantau dan diprakirakan berdasarkan aktivitas fenomena alam, meliputi : El Nino / La Nina, Dipole Mode, Sirkulasi Monsun Asia - Australia, ITCZ, dan Suhu Permukaan laut Indonesia.

Monitoring dan prakiraan kondisi dinamika atmosfer dan laut dimaksud yang akan terjadi pada Musim Kemarau 2017, adalah :

1. Monitoring dan Prakiraan Fenomena El Nino / La Nina dan Dipole Mode

a. El Nino – La Nina

Sejak awal Juli 2016 kondisi anomali suhu muka laut di wilayah Ekuator Pasifik Tengah (Nino 3.4) dalam kondisi La Nina Lemah dan kondisi ini terus berlanjut hingga akhir Desember 2016. Pada awal Maret 2017, indeks Nino 3.4 masih berada pada kondisi Netral dengan indeksnya bernilai +0.11.

Beberapa analisis menunjukkan bahwa kondisi ENSO Netral ini akan berpeluang

menguat dengan kategori El Nino Lemah memasuki pertengahan tahun 2017

(periode JJA). Dalam kaitan ini memberikan indikasi, bahwa Awal Musim Kemarau 2017 di Wilayah Indonesia akan berada pada kisaran mundur dan sama dari normalnya di beberapa wilayah.

Indeks Osilasi Selatan (SOI) sejak Desember 2016 sampai dengan Februari 2017 bernilai kurang dari -10, nilai ini menunjukan kondisi Normal. Kondisi demikian memberikan indikasi bahwa aktivitas sirkulasi angin pasat tidak berpengaruh

signifikan ke wilayah Indonesia.

b. Dipole Mode

Nilai Dipole Mode Indeks (DMI) dalam 3 bulan terakhir adalah : -0.06 (Desember 2016) ; -0.06 (Januari 2017) dan +0.18 (Februari 2017). Kondisi ini mengindikasikan Dipole Mode dalam kategori Netral dan diprediksi bertahan hingga November 2017. Dengan demikian, pada Musim Kemarau 2017, uap air

dari Samudera Hindia menuju wilayah Indonesia tidak berpotensi bertambah maupun berkurang.

(11)

5

2. Monitoring dan Prakiraan Fenomena Sirkulasi Monsun Asia-Australia,

ITCZ, dan Suhu Permukaan Laut Indonesia

a. Sirkulasi Monsun Asia – Australia

Hingga awal Maret 2017 sirkulasi monsun di Indonesia umumnya masih dalam

kisaran normal. Sirkulasi angin pada lapisan 850 mb untuk wilayah Indonesia

didominasi dari arah barat, sedangkan di wilayah Sumatera bagian Utara, Kalimantan bagian Utara, Sulawesi Utara dan Maluku Utara angin bertiup arah timur laut. Diprakirakan bahwa monsun Asia diprediksi akan menguat hingga April 2017.

b. Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis (Inter Tropical Convergence

Zone / ITCZ)

Posisi ITCZ pada awal Maret 2017 masih berada di sekitar ekuator dan cenderung bergerak ke arah utara mengikuti pergerakan tahunannya. Jika dibandingkan terhadap posisi rata-ratanya, posisi tersebut cukup sesuai dengan kisaran rata-rata, sehingga potensi sifat musim kemarau tahun 2017 di beberapa wilayah diprakirakan akan cenderung normal sesuai kondisi rata-rata wilayah masing-masing.

c. Suhu Permukaan Laut di Wilayah Perairan Indonesia

Hingga awal Maret 2017, kondisi suhu permukaan laut di perairan Indonesia, pada umumnya berada pada kondisi netral cenderung dingin dengan anomali suhu berkisar -1°C s/d +1°C. Daerah dengan suhu permukaan laut relatif hangat berada di perairan Selatan Jawa, perairan Barat Sulawesi dan perairan Maluku Utara yang anomali suhu permukaan lautnya mencapai +1°C .

Suhu permukaan laut di Indonesia selama Musim Kemarau 2017 diprakirakan sebagai berikut :

1) Wilayah perairan di Utara Sumatera dan Utara Papua diprakirakan akan tetap hangat hingga Juli 2017 dengan anomali suhu berkisar +0.25°C s/d +0.5°C. 2) Wilayah perairan Indonesia lainnya diprakirakan akan cenderung normal dan

mulai terjadi anomali negatif memasuki bulan Agustus 2017 terutama di wilayah perairan Sumatera bagian selatan, Selatan Jawa dan Papua dengan anomali suhu permukaan laut berkisar antara -0.5oC s/d -0.25°C.

(12)

B. Prakiraan Musim Kemarau 2017 pada 36 Zona Musim (ZOM) di Jawa Barat

1. Prakiraan ”Awal” Musim Kemarau 2017.

- Maret 2017 = 1 ZOM (3 % dari 36 ZOM)

- April 2017 = 5 ZOM (14 % dari 36 ZOM)

- Mei 2017 = 14 ZOM ( 39 % dari 36 ZOM)

- Juni 2017 = 16 ZOM ( 44 % dari 36 ZOM)

2. “Perbandingan” Prakiraan Awal Musim Kemarau 2017 terhadap Rata-Ratanya

(Periode 1981 – 2010)

- Maju dari rata-ratanya = 7 ZOM (19 % dari 36 ZOM) - Sama dari rata-ratanya = 9 ZOM ( 25 % dari 36 ZOM) - Mundur dari rata-ratanya = 20 ZOM ( 56 % dari 36 ZOM)

3. Prakiraan “Sifat Hujan” Musim Kemarau 2017

.

- Atas Normal (AN) = 11 ZOM ( 31 % dari 36 ZOM)

- Normal (N) = 16 ZOM ( 44 % dari 36 ZOM) - Bawah Normal (BN) = 9 ZOM ( 25 % dari 36 ZOM)

Prakiraan Musim Kemarau 2017 di wilayah Jawa Barat secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Awal Musim Kemarau 2017 di 36 Zona Musim (ZOM) diprakirakan umumnya mulai

Mei hingga Juni 2017, dan sebagian kecil lainnya memulai pada bulan Maret dan April 2017.

2. Jika dibandingkan terhadap rata-ratanya selama 30 tahun (1981-2010), Awal Musim Kemarau 2017 umumnya Mundur (Lebih lambat), dan sebagian kecil lainnya Maju

(Lebih Cepat) dan Sama dengan rata-ratanya.

3. Sifat Hujan selama musim kemarau 2017 di sebagian besar Zona Musim (ZOM) pada umumnya diprakirakan Normal (N) dan sebagian lain dalam kondisi Atas Normal

(AN) dan Bawah Normal (BN

)

C. Prakiraan Hujan Kumulatif Periode April - September 2017 di Luar Zona

Musim (Non ZOM)

a. Curah hujan kumulatif selama periode April 2017 sampai dengan September 2017 di wilayah luar Zona Musim, diprakirakan antara 500 - 1500 mm, wilayah Non Zona Musim ( Non ZOM) yang diprakirakan tersebut meliputi wilayah sebagian besar Kabupaten dan Kota Bogor.

b. Sifat hujan kumulatif selama periode April 2017 sampai dengan September 2017 di wilayah luar Zona Musim diprakirakan Bawah Normal (BN).

(13)

7

III. PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2017 PADA

ZONA MUSIM (ZOM) DI JAWA BARAT

A

.

Gambaran Umum Geografi Wilayah dan Iklim

Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5°50 - 7°50 LS dan 104°48 - 108°48 BT dengan batas-batas wilayahnya sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa bagian barat dan Banten serta DKI Jakarta di utara, sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah, antara Samudera Indonesia di Selatan dan Selat Sunda di barat. Dengan daratan dan pulau-pulau kecil (48 Pulau di Samudera Indonesia, 4 Pulau di Laut Jawa, 14 Pulau di Teluk Banten dan 20 Pulau di Selat Sunda), luas wilayah Jawa Barat 44.354,61 Km² atau 4.435.461 Ha.

Kondisi geografis yang strategis ini merupakan keuntungan bagi daerah Jawa Barat terutama dari segi komunikasi dan perhubungan. Kawasan utara merupakan daerah dataran rendah, sedangkan kawasan selatan berbukit-bukit dengan sedikit pantai serta dataran tinggi bergunung-gunung ada di kawasan tengah.

Ciri utama daratan Jawa Barat adalah bagian dari busur kepulauan gunung api (aktif dan tidak aktif) yang membentang dari ujung utara Pulau Sumatera hingga ujung utara Pulau Sulawesi. Daratan dapat dibedakan atas wilayah pegunungan curam di selatan dengan ketinggian lebih dari 1.500 m di atas permukaan laut, wilayah lereng bukit yang landai di tengah ketinggian 100 - 1.500 m dpl, wilayah dataran luas di utara ketinggian 0 - 10 m dpl, dan wilayah aliran sungai. Iklim di Jawa Barat adalah tropis, dengan suhu 9 ºC di Puncak Gunung Pangrango dan 34 ºC di Pantai Utara, curah hujan rata-rata 2.000 mm per tahun, namun di beberapa daerah pegunungan antara 3.000 sampai 5.000 mm per tahun.

Propinsi ini memiliki banyak objek unggulan di bidang perkebunan, antara lain teh, cengkeh, kelapa, karet, kakao, tembakau, kopi, tebu, dan akar wangi. Dari semua jenis komoditas itu, cengkeh, kelapa, karet, kakao, tembakau, dan kopi merupakan komoditas unggulan nasional asal Jawa Barat. Dari sisi lahan, produktivitas terbaik yakni luas areal tanam sama dengan Iuas tanaman yang menghasilkan adalah komoditas tembakau dan tebu. Dari sisi produksi, produktivitas terbanyak adalah kelapa sawit (6,5 ton/ha) dan tebu(5,5ton/ha).

(14)

Untuk memberi penggambaran yang detil secara pewilayahan dibawah ini disajikan peta dan tabel wilayah 36 Zona Musim (ZOM) wilayah Jawa Barat sebagai berikut :

Gambar 1. Peta ZOM dan Non ZOM di Provinsi Jawa Barat

Tabel 1. Wilayah Zona Musim (ZOM) Jawa Barat sebagai berikut :

NO

ZOM

DAERAH / KABUPATEN

NO

ZOM

DAERAH / KABUPATEN

60

Jakarta Utara, Jakarta

Timur/Jakarta Barat bagian utara, Bekasi/Karawang utara bagian barat

66

Karawang/Bekasi bagian selatan, Bogor utara bagian timur,

Purwakarta bagian utara

61

Jakarta Timur/Jakarta Selatan bagian selatan, Kota

Tangerang/Kab Tangerang bagian selatan, Serang bagian tenggara, Lebak, Depok, Bogor bagian Utara dan timur laut

67 Sukabumi bagian barat

64 Karawang/ Bekasi bagian utara 68 Cianjur/Sukabumi bagian selatan 65 Karawang bagian tengah, Bekasi

utara bagian timur 69

Sebagian Sukabumi tengah dan Cianjur bagian tengah

(15)

9

Tabel 1 (Lanjutan)

NO

ZOM

DAERAH / KABUPATEN

NO

ZOM

DAERAH / KABUPATEN

70 Sukabumi bagian utara 84 Bandung bagian tengah

71

Sukabumi utara bagian timur, Cianjur tengah, Bandung bagian barat

85 Bandung bagian selatan, Garut bagian selatan, Cianjur bagian selatan

72

Bogor Selatan bagian timur, Sukabumi utara bagian timur, Cianjur utara bagian barat.

86 Garut bagian selatan, Cianjur bagian selatan.

73 Cianjur bagian utara, Bandung

bagian utara 87

Garut Selatan bagian timur,

Tasikmalaya bagian selatan, Ciamis bagian selatan

74

Subang bagian selatan, Sumedang bagian barat, Bandung bagian utara, Purwakarta bagian selatan

88

Bandung bagian timur, Garut bagian tengah,Tasikmalaya bagian barat

75 Subang bagian tengah, Purwakarta

bagian utara 89

Bandung Utara bagian timur, Garut bagian utara, Tasikmalaya bagian utara, Sumedang bagian selatan 76 Subang bagian utara, Karawang

bagian barat 90

Kuningan bagian selatan, Ciamis bagian utara, Majalengka bagian selatan, Sumedang bagian timur 77 Indramayu Barat bagian utara,

Subang Utara bagian timur 91

Kuningan bagian barat, Majalengka bagian tengah

78 Indramayu Timur bagian utara 92 Cirebon bagian tengah, Kuningan

bagian utara 79 Indramayu Timur bagian selatan,

Cirebon bagian utara

93 Tasikmalaya bagian utara, Ciamis bagian utara

80 Indramayu Barat bagian selatan, Subang Tengah bagian timur

94 Ciamis bagian tengah, Tasikmalaya Tengah bagian barat

81 Majalengka bagian utara, Cirebon bagian utara

95 Cirebon bagian timur, Brebes bagian tengah, Tegal bagian barat 82 Sumedang bagian tengah dan

utara,

96 Kuningan bagian timur, Brebes bagian utara

83 Kota Bandung, Bandung bagian utara

100 Tasikmalaya bagian tengah, Ciamis bagian selatan, Garut selatan bagian timur

(16)

B. Prakiraan Musim Kemarau 2017 di Wilayah Jawa Barat

B.1 Prakiraan Awal Musim Kemarau 2017

Awal Musim Kemarau 2017 pada wilayah Zona Musim (ZOM) di Jawa Barat diprakirakan berkisar antara bulan Maret s/d Juni. Sebanyak 1 wilayah ZOM awal musim kemarau pada bulan Maret dasarian III, sebanyak 5 wilayah ZOM awal musim kemarau pada bulan April dasarian I-III, sebanyak 14 wilayah ZOM awal musim kemarau pada bulan Mei dasarian I-III, serta sebanyak 16 wilayah ZOM awal musim kemarau pada bulan Juni dasarian I-III. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut :

Tabel 2. Prakiraan Awal Musim Kemarau 2017 AWAL MUSIM

KEMARAU URAIAN

Dasarian I - III

Maret 2017 Karawang bagian tengah, Bekasi utara bagian timur

Dasarian I-III April 2017

Sebagian besar : Karawang utara, Subang utara, Indramayu utara; sebagian kecil : Bekasi bagian utara, Karawang bagian timur.

Dasarian I-III Mei 2017

Sebagian besar : Sumedang, Majalengka, Kuningan, Cirebon, Bekasi bagian selatan, Karawang bagian selatan, Purwakarta bagian utara, Subang bagian tengah, Indramayu selatan bagian barat; sebagian kecil : Bogor utara bagian timur, Cianjur selatan, Garut selatan, Bandung utara bagian timur, Garut bagian utara, Tasikmalaya bagian utara, Ciamis bagian utara.

Dasarian I-III Juni 2017

Sebagian besar : Sukabumi, Cianjur, Bandung, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Purwakarta selatan, Subang bagian selatan; sebagian kecil : Bogor selatan bagian timur, Bogor utara.

(17)

11

B.2 Prakiraan Perbandingan Awal Musim Kemarau 2017 Terhadap Rata- ratanya

Apabila dibandingkan dengan rata-rata awal musim kemarau periode 1981-2010, sebanyak 7 wilayah ZOM yang awal musim kemaraunya Maju (lebih awal) dari rata-ratanya, sebanyak 9 wilayah ZOM prakiraan awal musim kemaraunya Sama dengan Rata-ratanya, dan Mundur (Lebih Lambat) dari rata-ratanya sebanyak 20 wilayah ZOM. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut :

Tabel 3. Perbandingan Prakiraan Sifat Hujan Musim Kemarau 2017 PERBANDINGAN

AWAL MUSIM

KEMARAU URAIAN

Maju (Lebih Cepat)

Sebagian besar : Bekasi, Sukabumi bagian selatan, Cianjur bagian tengah, Purwakarta bagian selatan, Subang bagian utara dan selatan; Sebagian kecil : Bandung selatan bagian barat, Bandung utara, Tasikmalaya utara, Garut selatan bagian timur, Tasikmalaya selatan, Ciamis selatan bagian barat.

Sama ( Tetap )

Sebagian besar : Bekasi bagian selatan, Karawang, Purwakarta utara, Sumedang, Majalengka utara, Tasikmalaya, Ciamis, Bogor bagian utara dan timur.

Sebagian kecil : Sukabumi bagian utara , Bogor selatan bagian timur, Subang tengah, Cianjur bagian selatan, Cirebon bagian tengah.

Mundur (Lebih Lambat)

Sebagian besar : Sukabumi bagian utara, Cianjur utara, Bandung, Garut, Indramayu, Karawang bagian utara, kuningan, Majalengka selatan, Cirebon bagian utara dan selatan; Sebagian kecil : Bekasi bagian timur, Sumedang bagian selatan, Ciamis bagian utara, Cianjur selatan bagian timur, Subang tengah bagian timur.

(18)

B.3 Prakiraan Sifat Hujan Musim Kemarau 2017

Sebanyak 11 wilayah ZOM sifat hujannya Atas Normal (AN), 16 wilayah ZOM sifat hujannya Normal (N) dan terdapat wilayah ZOM yang memiliki sifat hujan

Bawah Normal (BN) sebanyak 9 ZOM. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4 di

bawah ini :

Tabel 4. Prakiraan Sifat Hujan Musim Kemarau 2017 SIFAT MUSIM

KEMARAU URAIAN

Atas Normal (AN)

Sebagian besar : Karawang bagian selatan, Purwakarta bagian selatan, Subang bagian selatan, Sumedang, Indramayu, Majalengka bagian utara dan selatan, Cirebon; Sebagian kecil : Bogor selatan bagian timur, Bogor utara bagian timur, Sukabumi bagian utara, Cianjur selatan bagian timur, Garut selatan bagian barat, Bandung bagian utara, Tasikmalaya tengah bagian timur, Ciamis bagian utara, Kuningan selatan bagian barat.

Normal (N)

Sebagian besar : Sukabumi bagian utara dan barat, Cianjur bagian utara dan tengah, Karawang bagian utara, Subang bagian utara, Bandung bagian utara dan selatan, Tasikmalaya, Garut bagian utara dan selatan, Ciamis bagian selatan, Indramayu bagian barat; Sebagian kecil : Sumedang bagian selatan, Cirebon bagian selatan, Kuningan selatan bagian timur.

Bawah Normal (BN)

Sebagian besar : Karawang bagian tengah , Bekasi bagian utara, Bogor bagian utara, Sukabumi selatan bagian timur, Cianjur bagian selatan, Bandung bagian tengah, Garut tengah, Ciamis bagian tengah; Sebagian kecil : Purwakarta bagian utara, Subang bagian tengah, Majalengka bagian tengah, Kuningan utara bagian barat.

(19)

13 Prakiraan Musim Kemarau 2017 setiap wilayah Zona Musim (ZOM) di Jawa Barat secara rinci disajikan dalam tabel 5 dibawah ini :

Tabel 5. Prakiraan Musim Kemarau 2017 Zona Musim (ZOM) di Jawa Barat

NO

ZOM Daerah / Kabupaten

Awal Musim Kemarau Antara Perbandingan Thd Rata- Rata (Dasarian) Sifat hujan 1 2 3 4 5 60

Jakarta Utara, Jakarta Timur/Jakarta Barat bagian utara, Bekasi/Karawang utara bagian barat

Apr I - Apr III +2 N

61

Jakarta Timur/Jakarta Selatan bagian selatan, Kota

Tangerang/Kab Tangerang bagian selatan, Serang bagian tenggara, Lebak, Depok, Bogor bagian Utara dan timur laut

Mei III - Jun II 0 BN

64 Karawang/ Bekasi bagian

utara Mar III - Apr II +2 N

65 Karawang bagian tengah,

Bekasi utara bagian timur Mar II - Apr I +1 BN

66

Karawang/Bekasi bagian selatan, Bogor utara bagian timur, Purwakarta bagian utara

Mei II - Jun I 0 AN

67 Sukabumi bagian barat Jun I - Jun III -1 N

68 Cianjur/Sukabumi bagian

selatan Mei II - Jun I 0 BN

69 Sebagian Sukabumi tengah

dan Cianjur bagian tengah Mei III - Jun II -1 BN

70 Sukabumi bagian utara Mei III - Jun II +3 N

71

Sukabumi utara bagian timur, Cianjur tengah, Bandung bagian barat

Mei III - Jun II +2 N

72

Bogor Selatan bagian timur, Sukabumi utara bagian timur, Cianjur utara bagian barat

Mei III - Jun II 0 AN

73 Cianjur bagian utara, Bandung

bagian utara Mei III - Jun II +1 N

74

Subang bagian selatan, Sumedang bagian barat, Bandung bagian utara, Purwakarta bagian selatan

(20)

Tabel 5 (Lanjutan) NO

ZOM Daerah / Kabupaten

Awal Musim Kemarau Antara Perbandingan Thd Rata- Rata (Dasarian) Sifat hujan 1 2 3 4 5

75 Subang bagian tengah,

Purwakarta bagian utara Mei II - Jun I 0 BN

76 Subang bagian utara,

Karawang bagian barat Mar III - Apr II -1 N

77 Indramayu Barat bagian utara,

Subang Utara bagian timur Mar III - Apr II +2 N

78 Indramayu Timur bagian utara Apr I - Apr III +1 AN

79 Indramayu Timur bagian

selatan, Cirebon bagian utara Apr III - Mei II +1 AN

80

Indramayu Barat bagian selatan, Subang Tengah bagian barat

Mei II - Jun I +2 N

81 Majalengka bagian utara,

Cirebon bagian utara Mei I - Mei III 0 AN

82 Sumedang bagian tengah dan

utara, Mei II - Jun I 0 AN

83 Kota Bandung, Bandung

bagian utara Mei III - Jun II +1 N

84 Bandung bagian tengah Mei III - Jun II +1 BN

85

Bandung bagian selatan, Garut bagian selatan, Cianjur bagian selatan

Mei III - Jun II -1 N

86 Garut bagian selatan, Cianjur

bagian selatan Mei II - Jun I +1 AN

87

Garut Selatan bagian timur, Tasikmalaya bagian selatan, Ciamis bagian selatan

Jun II - Jul I -3 N

88

Bandung bagian timur, Garut bagian tengah,Tasikmalaya bagian barat

Mei III - Jun II +2 BN

89

Bandung Utara bagian timur, Garut bagian utara,

Tasikmalaya bagian utara, Sumedang bagian selatan

(21)

15

Lanjutan (Tabel 5) NO

ZOM Daerah / Kabupaten

Awal Musim Kemarau Antara Perbandingan Thd Rata- Rata (Dasarian) Sifat hujan 1 2 3 4 5 90

Kuningan bagian selatan, Ciamis bagian utara, Majalengka bagian selatan, Sumedang bagian timur

Mei II - Jun I +1 AN

91 Kuningan bagian barat,

Majalengka bagian tengah Mei II - Jun I +1 BN

92 Cirebon bagian tengah,

Kuningan bagian utara Mei I - Mei III +1 AN

93 Tasikmalaya bagian utara,

Ciamis bagian utara Jun I - Jun III -1 AN

94

Ciamis bagian tengah, Tasikmalaya Tengah bagian barat

Mei III - Jun II 0 BN

95

Cirebon bagian timur, Brebes bagian tengah, Tegal bagian barat

Mei II - Jun I +2 N

96 Kuningan bagian timur, Brebes

bagian utara Mei II - Jun I +2 N

100

Tasikmalaya bagian tengah, Ciamis bagian selatan, Garut selatan bagian timur

Mei III - Jun II 0 N

Keterangan :

a. I, II, III : Menunjukkan dasarian pada bulan yang bersangkutan b. Tanda minus (-) : Menunjukkan musim kemarau maju terhadap rata-ratanya c. Tanda nol (0) : Menunjukkan musim kemarau sama terhadap rata-ratanya d. Tanda Plus (+) : Menunjukkan musim kemarau mundur terhadap rata-ratanya c. AN : Atas Normal ( > 115% dari rata-ratanya)

N : Normal (85-115% dari rata-ratanya) BN : Bawah Normal (< 85% dari rata-ratanya)

(22)

C. Peta Prakiraan Musim Kemarau 2017 di Jawa Barat

Untuk memberikan penggambaran yang detil disajikan peta Prakiraan Musim Kemarau 2017 pada Gambar C.1, Gambar C.2, dan Gambar C.3 sebagai berikut :

(23)

17

Gambar C.2. Perbandingan Awal Musim Kemarau 2017 Terhadap Rata-Ratanya Zona Musim di Jawa Barat

(24)

(25)

19

IV. PRAKIRAAN HUJAN KUMULATIF

PERIODE APRIL - SEPTEMBER 2017

DAERAH NON ZONA MUSIM (NON ZOM) JAWA BARAT

A. PRAKIRAAN “CURAH HUJAN” KUMULATIF PERIODE APRIL 2017 –

SEPTEMBER 2017

Sebagian besar diperkirakan wilayah Non ZOM di Jawa Barat dengan curah hujan kumulatif bervariasi selama April 2017 – September 2017.

Curah hujan kumulatif selama periode April 2017 sampai dengan September 2017 di daerah Non Zona Musim 26, diprakirakan berkisar antara 501 mm – 1000 mm, ini terjadi di sebagian Kabupaten Bogor bagian barat. Sementara itu di daerah Non Zona Musim 27, curah hujan kumulatif selama April 2017 sampai dengan September 2017 berkisar 1001 mm - 1500 mm terjadi di sebagian Kota Bogor dan Kabupaten Bogor bagian tengah dan timur.

B. PRAKIRAAN SIFAT HUJAN KUMULATIF APRIL 2017 – SEPTEMBER 2017

TERHADAP RATA-RATANYA (1981 - 2010)

Sifat hujan kumulatif selama periode April 2017 sampai dengan September 2017 di daerah Non Zona Musim, merupakan perbandingan antara curah hujan yang diprakirakan terhadap rata-rata periode tahun 1981-2010 pada masing-masing daerah dalam periode yang sama. Sifat hujan tersebut dibagi dalam tiga kategori yaitu Atas Normal, Normal, dan Bawah Normal.

Sifat hujan kumulatif di daerah Non Zona Musim, diprakirakan umumnya Bawah

Normal (BN) atau diprakirakan hujannya sama dengan rata-ratanya. Sedangkan untuk

wilayah yang sifat hujannya Normal (N) dan Atas Normal (AN) diprakirakan tidak terjadi.

(26)

20

Lampiran 1

TABEL NORMAL MUSIM KEMARAU PERIODE TAHUN 1981 - 2010

ZONA MUSIM DI JAWA BARAT

NO RATA-RATA PANJANG NORMAL

ZOM PERIODE MUSIM CURAH HUJAN

MUSIM KEMARAU (DASARIAN) (MM)

60 Apr II - Nov III 23 522 - 706

61 Jun I - Sep III 11 299 - 404

64 Mar II - Nov III 26 409 - 553

65 Mar II - Des I 27 540 - 731

66 Mei III - Okt I 14 317 - 429

67 Jun III - Sep I 8 189 - 256

68 Mei III - Sep III 13 355 - 481

69 Jun II - Sep III 11 296 - 401

70 Mei II - Sep III 14 434 - 588

71 Mei III - Okt I 14 359 - 485

72 Jun II - Ags II 7 240 - 324

73 Jun I - Okt I 13 347 - 470

74 Jun III - Sep III 10 243 - 329

75 Mei III - Okt I 14 348 - 471

76 Apr II - Okt III 20 317 - 429

77 Mar II - Des I 27 502 - 680

78 Apr II - Nov I 22 423 - 572

79 Apr III - Nov I 20 343 - 465

80 Mei I - Okt III 18 304 - 411

81 Mei II - Nov I 18 302 - 409

82 Mei III - Okt II 15 270 - 365

83 Mei III - Okt I 14 332 - 449

84 Mei III - Okt I 14 371 - 502

85 Jun II - Sep III 11 305 - 412

86 Mei II - Okt II 16 297 - 401

87 Jul III - Sep II 6 204 - 276

88 Mei II - Okt II 16 356 - 481

89 Mei I - Okt II 17 299 - 405

90 Mei II - Okt II 16 228 - 309

91 Mei II - Okt III 17 302 - 408

92 Mei I - Nov I 19 275 - 372

93 Jun III - Sep II 9 250 - 338

94 Jun I - Okt I 13 316 - 427

95 Mei I - Okt III 18 348 - 471

96 Mei I - Okt III 18 348 - 471

100 Jun I - Sep II 11 314 - 425

Keterangan

a. I, II, III : Menunjukkan dasarian pada bulan yang bersangkutan b. Normal curah hujan : Dihitung berdasarkan jumlah curah hujan

(27)

21

Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Bogor

Lampiran 2. RATA-RATA CURAH HUJAN DASARIAN PERIODE 1981-2010 (mm) ZONA MUSIM (ZOM) DI JAWA BARAT

(28)

Lampiran 3.

GRAFIK RATA-RATA CURAH HUJAN DASARIAN PERIODE 1981-2010 (MILIMETER)

(29)
(30)
(31)

Lampiran 3 (Lanjutan)

(32)

Gambar

Tabel 1. Wilayah Zona Musim (ZOM) Jawa Barat sebagai berikut :
Tabel 2. Prakiraan Awal Musim Kemarau 2017  AWAL MUSIM
Tabel 3. Perbandingan Prakiraan Sifat Hujan Musim Kemarau 2017  PERBANDINGAN
Tabel 4. Prakiraan Sifat Hujan Musim Kemarau 2017  SIFAT MUSIM
+6

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis akan mengaplikasikan metode self organizing maps dalam judul “Analisis Cluster Terhadap Rumah Tangga Miskin Di

Rasa syukur dan terima kasih penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi yang berjudul “Pengembangan Sistem Informasi

Penyusunan matriks kesesuaian wisata bahari meliputi wisata pantai, wisata mangrove, wisata snorkling, dan wisata diving yang dilakukan berdasarkan kondisi fisik

1) Laporan Realisasi Anggaran (LRA); menyajikan ikhtisa sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya keuangan yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang

Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi nya, masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar muara Sungai dan pesisir pantai Kabupaten Tanjung Jabung Timur, memanfaatkan

Kedalaman Pantai Bosur untuk aktivitas rekreasi dan berenang pada stasiun setiap stasiun yaitu berkisar 3,12 m - 4.05 m, Matriks kesesuaian wisata pantai, kedalaman 0 – 3

Teori evolusi adalah pendapat yang mengatakan bahwa terjadi perubahan secara perlahan dan memakan waktu lama dalam kehidupan makhluk hidup.. Teori evolusi

Keberhasilan konservasi hutan mangrove di Kecamatan Nguling telah membawa manfaat yang cukup berarti bagi masyarakat sekitar hutan, yaitu meningkatnya jumlah