• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 BAB 2 LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2 BAB 2 LANDASAN TEORI"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

11

2.1Sistem Informasi

Pada era modern ini, penggunaan sistem informasi menjadi sebuah nilai strategik tersendiri bagi setiap perusahaan, dikarenakan bisa menentukan kesuksesan dari perusahaan itu sendiri. Tantangan yang semakin berat dihadapi yaitu semakin banyak orang menginginkan untuk bisa memiliki sebuah sistem informasi yang bisa menyediakan akses ke informasi yang dicari kapan saja dan dimana saja. Kunci keberhasilan pengembangan sistem itu sendiri dimulai dengan proses analisa dan desain sistem untuk mengerti persyaratan-persyaratan bisnis yang harus ada dalam sebuah sistem informasi.

Dan, dalam buku System Analysis and Design In A Changing World 5th Edition (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010), pengertian sistem informasi adalah sekumpulan komponen yang saling terkait dengan komponen lain yang berperan mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyediakan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah proses bisnis.

Menurut O’Brien (2005, p. 5), sistem informasi adalah segala kombinasi teratur yang meliputi manusia, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi dan data yang mengumpulkan, mengolah, dan menyebarkan informasi dalam satu organisasi.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa definisi sistem informasi adalah sekumpulan komponen penyusun (sub-sistem) yang saling berkaitan, berhubungan, dan bekerjasama untuk mengumpulkan, mengolah, menyimpan, dan menyebarkan informasi didalam suatu organisasi sebagai pendukung utama dari proses bisnis yang dijalankan.

2.2Apotek

Keberadaan apotek di tengah-tengah masyarakat sangatlah penting. Dikarenakan apotek berperan sebagai salah satu unit penyalur perbekalan farmasi, selain Pedagang Besar Farmasi (PBF), Penyalur Alat Kesehatan, dan toko obat yang ada.

(2)

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027, pengertian apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.

(3)

Menurut Peraturan Pemerintah No. 51, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker.

Jadi, apotek merupakan pelayanan produk dan jasa berupa layanan kefarmasian dan penjualan obat dan produk kesehatan lainnya, yang dikaitkan dengan kepuasan dari konsumen, dalam hal ini masyarakat luas. Pengelolaan apotek adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang apoteker dalam rangka tugas dan fungsi apotek yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan penilaian.

Dan, untuk masuk ke dalam bisnis apotek bukanlah hal yang mudah, karena terdapatnya peraturan yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Dalam membangun apotek fisik, terdapat peraturan yaitu tata cara pendirian apotek yang berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/MENKES/SK/X/2002 dimana harus memiliki apoteker pengelola apotek, bangunan, perlengkapan, dan sebagainya. Tetapi, dilihat dari dunia global sekarang dimana pemakaian sistem dan teknologi informasi lebih memudahkan orang untuk menjalankan proses bisnis, maka industri apotek online menjadi sebuah prospek yang baik dimasa yang akan datang. Apotek online yang berkonsep sebagai perantara (intermediary) antara apotek konvensional (yang memiliki ikatan kerja sama) dengan masyarakat.

Terdapat beberapa peraturan dan undang-undang internasional untuk apotek online. Seperti dari Food and Drug Administration (FDA), yang memiliki tanggung jawab untuk mengawasi penggunaan resep obat secara aman yang diawasi oleh tenaga profesional berlisensi (www.fda.org). Dan juga, telah dikembangkan peraturan dan penerbitan laporan tentang apotek online oleh organisasi profesi di Amerika Serikat, The National Association of Boards of Pharmacy, yang membentuk program bernama Verified Internet Pharmacy Practice Sites (VIPPS). Sedangkan, di Indonesia sendiri, belum memiliki peraturan atau perundang-undangan khusus mengenai apotek online.

Tetapi, terdapat beberapa peraturan spesifik yang berkaitan mengenai perdagangan obat di Indonesia yang diatur dalam:

- Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

(4)

Keputusan ini dibuat dengan tujuan sebagai perdoman praktik apoteker dalam menjalankan profesi, melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional, dan melindungi profesi dalam menjalankan praktik kefarmasian.

- Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 167/Kab/B.VII/72 tentang Pedagang Eceran Obat.

Peraturan ini mengatur mengenai orang atau badan hukum di Indonesia yang memliki ijin untuk menyimpan obat-obat bebas dan obat-obat bebas terdaftar untuk dijual secara eceran di tempat tertentu sebagaimana tercantum dalam surat ijin.

- Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI No. 27 Tahun 2013 tentang Pengawasan Pemasukan Obat dan Makanan. Peraturan ini berkaitan dengan peraturan impor atau pemasukan obat dan makanan kedalam wilayah Indonesia.

- Ordonansi1 Obat Keras (Staatsblad2 nomor 419 Tahun 1949).

Ordonansi ini mengatur mengenai peredaran obat keras di Indonesia. Peraturan-peraturan diatas dapat menjadi sebuah penghalang masuk (entry barriers) ke dalam industri apotek online ini. Tapi, dengan melakukan proses bisnis yang legal, baik, dan benar, ditambah dengan melakukan penjualan obat-obatan yang terdaftar, maka tidak akan ada masalah berarti dengan regulasi-regulasi diatas.

2.3Lean Startup

Konsep lean startup diambil dari konsep lean yang digunakan untuk revolusi dalam bidang manufaktur. Konsep lean tersebut dikembangkan oleh Taiichi Ohno dan Shigeo Shingo di Toyota. Prinsipnya adalah menghasilkan pengetahuan dan kreativitas setiap pekerja, penyusutan ukuran tiap batch, just-in-time production, kontrol terhadap inventori dan akselerasi cycle just-in-time. Konsep ini menekankan perbedaan antara aktivitas-aktivitas yang menghasilkan nilai dan yang tidak berguna sehingga dapat menghasilkan produk berkualitas. (Ries, 2011)

1 Ordonansi, dalam www.kbbi.web.id (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012-2015), adalah Peraturan Pemerintah.

2

(5)

Lean Startup mengadaptasi konsep ini kedalam bidang kewirausahaan. Konsep ini menghimbau para wirausahawan untuk menilai pencapaian mereka dengan cara berbeda dengan cara konvensional, yang disebut validated learning. Dengan pembelajaran secara ilmiah sebagai tolak ukurnya, dapat ditemukan dan dieliminasi sumber dari hal tidak berguna yang ada pada kewirausahaan.

Prinsip dari lean startup adalah sebagai berikut:

1. Wirausahawan berada dimana pun, baik pendiri perusahaan baru maupun karyawan di suatu perusahaan;

2. Kewirausahaan adalah manajemen;

3. Validated learning. Dalam membangun bisnis yang berkesinambungan, terdapat pembelajaran secara ilmiah yang dapat digunakan untuk menguji tiap elemen dari visi;

4. Build-Measure-Learn. Aktivitas fundamental dari startup adalah merubah ide menjadi produk, mengukur respon pelanggan, dan mempelajari apakah perlu diubah atau dipertahankan;

5. Innovation accounting. Akuntasi yang dirancang untuk startup mengenai bagaimana cara mengukur progress, cara membuat milestones, dan cara memprioritaskan pekerjaan.

2.4 Manajemen Strategis

2.4.1Definisi Manajemen Strategis

Dalam menetapkan arah bagi perusahaan dalam arti menggunakan dan memanfaatkan setiap sumber daya yang ada dalam perusahaan dibutuhkan yang namanya strategi. Dan sebuah proses, bagaimana seorang pimpinan mampu menganalisa dan mengidentifikasi kondisi pasar untuk memberikan keuntungan terbaik dalam perusahaan dalam membantu memenangkan persaingan pasar.

Menurut David (2011, p. 37), manajemen strategis merupakan seni dan ilmu tentang merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang memungkinkan organisasi untuk mencapai tujuan. Tujuan dari manajemen strategis adalah untuk mengeksploitasi dan menciptakan berbagai peluang baru maupun unik untuk masa depan.

Konsep manajemen strategik adalah suatu proses manajemen puncak yang mengelompokkan dan diaktualisasikannya agenda strategik dari organisasi

(6)

tersebut. Adapun tujuan dari manajemen strategik adalah untuk menciptakan efektivitas jangka panjang organisasi itu, didalam dua lingkungan yakni pada satu sisi lingkungan kewenangan khusus ataupun cakupan aktivitas dari organisasi. Sedangkan disisi lain berupa lingkungan pengemnbangan kapasitas terhadap keorganisasiannya. (Heene, Desmidt, Afiff, & Abdullah, 2011, p. 76)

Dan menurut Robbins dan Coulter (2014, p. 266), manajemen strategik adalah apa yang manajer lakukan untuk mengembangkan strategi organisasi. Strategi sendiri adalah keputusan dan tindakan yang menentukan performa jangka panjang organisasi. Manajemen strategis penting bagi organisasi karena hal ini penting untuk menentukan seberapa baik performa suatu organisasi, perusahaan terus menghadapi situasi lingkungan yang berubah, dan karena manajemen strategis berhubungan erat dengan keputusan yang akan diambil oleh manajer.Manajemen strategik berkaitan dengan fungsi-fungsi dasar manajemen: planning, organizing, leading, dan controlling.

Dapat disimpulkan, definisi dari manajemen strategik adalah pengintegrasian semua proses manajemen lainnya dengan tujuan mengembangkan diri berdasarkan suatu pendekatan dalam menentukan tujuan-tujuan objektif dari organisasi kemudian mengaktualisasikannya, memantau, dan mengevaluasinya.

2.4.2Model Manajemen Strategis

Di dalam pelaksanaan manajemen strategis terdapat suatu model yang dapat membantu mempermudah pemahaman. Setiap model merepresentasikan semacam proses. Model ini terdiri dari proses-proses komprehensif yang mencakup perencanaan/perumusan, implementasi dan evaluasi. Masing-masing tahapan ini sama pentingnya. Meskipun telah disusun dengan sangat baik dan praktis, model ini tidak menjamin kesuksesan karena strategi terbaik pun dapat saja gagal apabila implementasi dan evaluasinya tidak dilaksanakan selayaaknya. Hubungan antar komponen utama dalam proses manajemen strategis ditampilkan dalam model, dimana komponen tersebut digambarkan secara berurutan.

Robbins & Coulter (2014, pp. 268-270) menjabarkan proses manajemen strategis kedalam enam tahapan sebagai berikut :

(7)

2. Melakukan analisis eksternal 3. Melakukan analisis internal 4. Formulasi strategi

5. Implementasi strategi 6. Evaluasi strategi

Gambar 2.1 Proses Manajemen Strategi Sumber: (Robbins & Coulter, 2014, p. 268)

2.5Model Lima Kekuatan Porter

Menurut David (2011), model lima kekuatan Porter (Porter’s Five Forces Model) tentang analisa kompetitif adalah pendekatan yang digunakan secara luas untuk mengembangkan strategi dalam banyak industri. Intensitas persaingan dapat dilihat dari lima kekuatan yang dikemukakan Porter:

Gambar 2.2 Model Lima Kekuatan Porter Sumber: (David, 2011)

(8)

Persaingan antar perusahaan menjadi bagian yang paling kuat diantara semua model kekuatan. Dikarenakan, strategi yang dijalankan oleh perusahaan hanya dapat dikatakan berhasil, jika, strategi tersebut dapat menghasilkan suatu keunggulan kompetitif (competitive advantage) yang tidak didapat oleh perusahaan saingan. Strategi yang dapat diaplikasikan cukup beragam, mulai dari, menurunkan harga, meningkatkan kualitas, menambah fitur-fitur tertentu, menyediakan jasa lebih, menambah masa garansi, sampai pada meningkatkan promosi melalui iklan.

2. Potensi masuknya pesaing baru

Intensitas persaingan antar perusahaan akan meningkat ketika ada perusahaan baru yang dapat dengan mudah masuk kedalam suatu industri tertentu. Dan, dalam masuk kedalam industri, perusahaan yang baru tersebut harus dapat menawarkan produk atau jasa yang memiliki kualitas lebih tinggi, dengan harga yang lebih rendah, serta sumber daya pemasaran yang mumpuni.

3. Potensi pengembangan produk pengganti

Perusahaan akan menghadapi persaingan dengan produk-produk pengganti yang ditawarkan oleh pesaing. Persaingan produk pengganti akan semakin meningkat, pada saat harga dari produk pengganti lebih murah dan berbanding lurus dengan biaya perpindahan (switching cost) konsumen yang semakin turun.

4. Kekuatan tawar pemasok

Kekuatan tawar pemasok yang mempengaruhi intensitas persaingan di suatu industri, khususnya ketika terdapat sejumlah besar pemasok, atau ketika hanya sedikit bahan mentah pengganti yang bagus, atau ketika biaya peralihan bahan mentah semakin tinggi. Beberapa strategi yang dapat diterapkan perusahaan berkaitan dengan pemasok:

- Perusahaan dapat melakukan integrase kebelakang untuk dapat mengontrol atau mengambil alih kepemilikan atas perusahaan pemasok. Strategi ini akan berdampak efektif, pada saat pemasok tidak dapat diandalkan, biaya yang dikeluarkan terlalu mahal, atau tidak dapat memenuhi kebutuhan perusahaan secara konsisten

- Menggunakan pemasok dari luar untuk beberapa bagian dibanding melakukan produksi sendiri.

(9)

- Melakukan kemitraan strategis dengan memilih pemasok dalam usaha untik mengurangi biaya gudang dan logistik sampai pada meningkatkan kualitas dari komponen-komponen tertentu.

5. Kekuatan tawar konsumen

Kekuatan tawar konsumen menjadi kekuatan yang mempengaruhi keunggulan kompetitif karena daya beli konsumen merupakan poin penting dalam memenangkan persaingan dengan kompetitior. Kekuatan tawar konsumen dapat meningkat dalam kondisi-kondisi berikut ini:

- Jika mereka berpindah ke barang pengganti

- Jika penjual kesulitan dalam memenuhi permintaan konsumen

- Jika konsumen dapat membandingkan produk dari penjual satu dan lainnya

2.6Kanvas Model Bisnis

Dalam membuat sebuah model bisnis dibutuhkan tools yang bisa membantu mendeksripsikan model bisnis tersebut secara detail. Seperti yang dijelaskan dalam buku Business Model Generation (Osterwalder & Pigneur, 2010), terdapat sebuah tool untuk membuat model bisnis yang dinamakan kanvas model bisnis (business model canvas).

Menurut Osterwalder dan Pigneur (2010), model bisnis mendeskripsikan alasan bagaimana sebuah organisasi menciptakan, membawakan, dan menangkap nilai. Hal ini, bisa diartikan sebagai, pembuatan konsep model bisnis dimana bisa dimengerti oleh semua orang. Tantangan yang ada adalah konsep yang dibuat harus sederhana, relevan, dan bisa dimengerti dari sebuah kompleksitas fungsi dalam perusahaan.

Sebuah model bisnis bisa dideskripsikan dalam sembilan dasar blok-blok yang menunjukkan logika bagaimana perusahaan ingin menghasilkan profit. Sembilan blok ini mencakup empat area utama dalam bisnis: konsumen, penawaran, infrastruktur, dan faktor keuangan. Model bisnis menjadi berupa blueprint untuk sebuah strategi yang akan diimplementasikan dalam struktur organisasi, proses bisnis, dan sistem berjalan.

(10)

Gambar 2.3 Nine Building Blocks Sumber: (Osterwalder & Pigneur, 2010)

Dari sembilan blok ini, maka bisa dibuatkan sebuah kanvas. Kanvas ini adalah model sederhana dari sembilan blok diatas, yang akan mempermudah orang-orang untuk melakukan diskusi mengenai setiap elemen-elemen dalam model bisnis.

Gambar 2.4 Business model canvas Sumber: (Osterwalder & Pigneur, 2010)

2.6.1Segmentasi konsumen (customer segments)

Pada bagian ini, perusahaan menentukan apakah akan melauani satu atau beberapa segmen pelanggan untuk bisnis yang dibuat. Bagian ini

(11)

dibutuhkan, agar perusahaan dapat fokus untuk melayani dan memenuhi konsumen berdasarkan dari segmentasi yang ditetapkan. Beberapa tipe dari segmentasi konsumen yaitu: mass market, niche market, segmented, diversified, dan multi-sided market.

2.6.2Proposisi nilai (value propositions)

Blok ini, merupakan bagian yang mendeskripsikan bagaimana produk dan jasa yang ditawarkan dapar menciptakan atau menghasilkan nilai bagi segmen pelanggan yang spesifik. Nilai yang diciptakan dapat bersifat kuantitatif (contohnya harga dan kecepatan dalam pelayanan) dan kualitatif (seperti desain dan pengalaman pelanggan). Proposisi nilai ini akan menjadi alasan kenapa konsumen menjadi loyal atau berpindah kepada perusahaan lain. Hal ini menjelaskan masalah konsumen atau memenuhi kebutuhan dari konsumen. Beberapa elemen yang dapat dijadikan acuan dalam penentuan proposisi nilai, yaitu:

1. Newness

Mengenalkan suatu hal yang baru yang sebelumnya tidak dianggap sebagai suatu penawaran.

2. Performance

Menciptakan nilai dengan meningkatkan kinerja dari produk atau jasa yang sudah ada.

3. Customization

Membuat suatu produk atau jasa yang spesifik sesuai dengan kebutuhan segmentasi pelanggan

4. “Getting the job done”

Menciptakan nilai yang dapat membantu para pelanggan dalam menyelesaikan pekerjaan mereka.

5. Design

Menawarkan suatu desain produk yang berbeda. 6. Brand/status

Pelanggan dapat menemukan nilai dengan cara yang sederhana seperti menggunakan dan menunjukkan produk dengan merek tertentu.

(12)

Menawarkan suatu barang yang memiliki nilai yang sama dengan harga yang lebih rendah. Hal ini sangat efektif, terutama untuk segmentasi konsumen yang price-sensitive.

8. Cost reduction

Membantu pelanggan untuk mengurangi biaya merupakan cara yang penting dalam pembuatan nilai.

9. Risk Reduction

Nilai dimana pelanggan akan mendapat resiko yang minimum ketika mereka membeli produk atau jasa.

10. Accessbility

Membuat produk dan jasa tersedia bagi pelanggan yang sulit untuk mengakses produk tersebut. Hal ini dapat mebuat inovasi pada model bisnis, teknologi baru, atau menggabungkan keduanya.

11. Convenience/usability

Membuat hal yang lebih mudah dan sederhana, digunakan dapat menciptakan nilai yang kuat.

2.6.3Channels

Channels merupakan bagian blok yang menjelaskan bagaimana perusahaan berkomunikasi dan mencapai segmen pelanggan mereka untuk

menyampaikan value proposition mereka. Channels memiliki beberapa fungsi, yaitu:

- Membangun kesadaran konsumen tentang produk dan jasa perusahaan

- Membantu konsumen mengevaluasi proposisi nilai dari perusahaan - Mengijinkan konsumen membeli produk dan jasa yang spesifik - Mengirimkan proposisi nilai kepada konsumen

- Menyediakan layanan post-purchase.

2.6.4Hubungan dengan konsumen (customer relationships)

Blok customer relationships menjelaskan tentang tipe hubungan yang digunakan untuk segmen pelanggan yang spesifik.

Beberapa kategori customer relationship untuk beberapa segmen pelanggan:

(13)

Jenis hubungan yang didasarkan pada interaksi manusia. Pelanggan dapat berkomunikasi dengan pelanggan sesungguhnya sehingga dapat mendapatkan bantuan pada saat proses penjualaan atau pada saat proses pembelian selesai. Proses ini dapat berlangsung pada saat berada pada point on sales, melalui call center, menggunakan email maupun dengan cara lain.

2. Dedicated personal assistance

Jenis hubungan ini direpresentatifkan untuk individu pelanggan yang spesifik. Jenis hubungan ini menggambarkan hubungan yang lebih mendalam dengan pelanggan dan biasanya digunakan untuk menjalin hubungan yang lama dengan pelanggan. Seperti contohnya private bank service.

3. Self-service

Pada tipe self-service, perusahaan tidak melakukan hubungan secara langsung dengan pelanggan. Perusahaan menyedikan hal yang biasa dirasa perlu, sehingga pelanggan dapat membantu diri mereka sendiri atau dengan kata lain melayani diri sendiri.

4. Automated services

Jenis hubungan ini mencampurkan dengan bentuk yang lebih canggih dari self- service, semua dilakukan dengan proses otomatis.

5. Communities

Perusahaan memanfaatkan komunitas pengguna untuk menjadi lebih terlibat dengan pelanggan dan memfasilitasi hubungan antara komunitas dengan member.

6. Co-creation

Beberapa perusahaan sudah beralih dari hubungan tradisional pelanggan dengan vendor menjadi nilai co-creation dengan pelanggan. Amazon mengundang pelanggan untuk melakukan review terhadap buku sehingga dapat menjadi nilai bagi pelanggan lainnya. Memanfaatkan pelanggan untuk menciptakan konten.

2.6.5Aliran pendapatan (revenue streams)

Arus pendapatan merupakan blok yang merepresentasikan bagaimana perusahaan menghasilkan keuntungan dari setiap segmen pelanggan.

(14)

Ada beberapa cara perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan, yaitu:

1. Asset sale

Mendapatkan keuntungan dengan cara menjual milik sendiri menjadi produk yang dijual.

2. Usage Fee

Mendapatkan keuntungan dari penggunaan jasa tertentu. 3. Subscrition fee

Mendapatkan keuntungan menjual jasa secara berkelanjutan (continuous services.

4. Lending/Renting/Leasing

Mendapatkan keuntungan dengan cara memperbolehkan pelanggan menggunakan properti atau aset dalam jangka waktu tertentu dengan membayar biaya penggunaan aset atau properti tersebut.

5. Licensing

Mendapatkan keuntungan dengan cara memberikan pelanggan hak untuk menggunakan property intelektual yang dilindungi, dengan cara membayar biaya lisensi.

6. Brokerage fee

Mendapatkan keuntungan dengan menyedikan jasa intermediasi yang digunakan oleh kedua belah pihak atau lebih. Sehingga mendapatkan keuntungan dari persentasi pendapatan.

7. Advertising

Mendapatkan keuntungan dengan cara mengiklankan produk, jasa serta merek tertentu.

2.6.6Sumber daya utama (key resources)

Blok key resource mendeskripsikan aset yang paling penting agar membuat model bisnis dapat berjalan. Sumber daya utama dapat dikategorikan menjadi:

- Physical

Kategori ini termasuk aset fisik, seperti fasilitas pabrik, gedung, kendaraan, mesin, sistem, sistem point on sales, dan jalur distribusi.

(15)

- Intellectual

Sumber daya intlektual seperti merek, pengetahuan, patent, copyright, partnership, dan database pelanggan merupakan komponen sangat penting dalam model bisnis.

- Human

Setiap perusahaan membutuhkan sumber daya manusia, tetapi sumber daya yang dibutuhkan adalah sumber daya yang sangat menonjol dalam model bisnis tertentu.

- Financial

Beberapa perusahaan menganggap keuangan merupakan kunci utama dalam sumber daya untuk mempekerjakan pekerja serta membeli aset dan intelektual.

2.6.7Aktivitas utama (key activities)

Blok aktivitas utama yang mendeskripsikan kegiatan penting dalam perusahaan yang harus kerjakan agar model bisnis perusahaan dapat berjalan.

Aktivitas-aktivitas utama dapat dikelompokkan menjadi: 1. Production

Aktivitas yang berhubungan dengan merancang, membuat, dan meciptakan produk dalam jumlah dan kualias tertentu.

2. Problem solving

Tipe aktivitas yang memberikan solusi baru kepada pelanggan untuk menyelesaikan masalah pelanggan atau individu.

3. Platform/Network

Model bisnis yang dirancang dengan platform sebagai sumber daya kunci yang didominasi oleh jaringan yang berhubungan dengan aktifitas kunci.

4. Key Partner

Blok key partnership mendeskripsikan jaringan dari pemasok dan partner bisnis yang membuat model bisnis dapat berjalan.

5. Cost Structure

Blok stuktur biaya mendeskripsikan biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan model bisnis.

(16)

Cost-driven merupakan model bisnis yang berfokus pada meminimalkan biaya.

7. Value-driven

Value-driven merupakan jenis struktur biaya yang berfokus pada penciptaan nilai.

2.6.8Kemitraan utama (key partnership)

Key partnership berarti bagaimana perusahaan membangun jaringan dan hubungan yang baik dengan para pemasuk dan mitra-mitra lainnya untuk mengoptimalisasi model bisnis, menekan resiko yang mungkin terjadi, ataupun untuk mendapatkan sumber daya. Kemitraan dapat dibedakan menjadi empat tipe:

1. Melakukan kerjasama strategik dengan perusahaan yang tidak menjadi kompetitor

2. Kemitraan dengan sesame kompetitor

3. Menggabungkan perusahaan untuk mengembangkan bisnis baru

4. Mengembangkan hubungan pemasok dan pembeli untuk memastikan suplai yang dapat diandalkan.

2.6.9Struktur biaya (cost structure)

Blok stuktur biaya mendeskripsikan biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan model bisnis.

Ada dua jenis struktur biaya model bisnis yaitu:

1. Cost-driven

Cost-driven merupakan model bisnis yang berfokus pada meminimalkan biaya. nilai.

2. Value-driven

Value-driven merupakan jenis struktur biaya yang berfokus pada penciptaan karakteristik struktur biaya, seperti:

o Fixed Cost

Merupakan biaya yang tetap sama, meskipun adanya perubahaan volume dalam memproduksi barang atau jasa.

(17)

Merupakan biaya yang sangat proporsional dengan jumlah barang atau jasa yang diproduksi.

o Economy of Scale

Biaya keuntungan yang dapat dinikmati akibat pengembangan output. Contoh: mendapatkan potongan harga ketika membeli secara grosir.

o Economy of scope

Biaya keuntungan yang dinikmati oleh bisnis akibat dari cakupan bisnis yang besar.

2.7 Analisis Perilaku Konsumen

Menganalisis perilaku konsumen akan menjadi hal yang sangat berguna. Dikarenakan, dengan melakukan analisis dan mengerti tentang perilaku konsumen, maka perusahaan dapat membuat produk/jasa yang dapat memberikan sebuah nilai lebih bagi konsumen yang dimiliki.

Menurut (Lake, 2009), analisis perilaku konsumen berarti studi mengenai individual, dalam hal ini konsumen, dan aktivitas-aktivitas yang dilakukan yang berkaitan dengan bagaimana tingkat kepuasan konsumen dalam pemenuhan kebutuhan. Tingkat kepuasan ini didapat dari berbagai proses, yaitu pemilihan, pembelian, dan penggunaan produk atau jasa tersebut, dan konsumen dapat merasakan keuntungan guna dan manfaat dari produk/jasa tersebut memenuhi atau bahkan melebihi ekspektasi dari konsumen itu sendiri. Perilaku konsumen sendiri meminjam konsep yang dikembangkan dari disiplin-disiplin ilmu yang lain, seperti psikologi (studi mengenai individual), sosiologi (studi mengenai kelompok), sosial psikologi (studi mengenai bagaimana individual bekerja dalam kelompok), antropologi (pengaruh kehidupan sosial kepada individual), dan ekonomi yang membentuk sebuah dasar dari disiplin ilmu pemasaran yang baru (Schiffman & Kanuk, 2010).

2.7.1Konsep Pemasaran

Konsep pemasaran disini menjadi salah satu orientasi bisnis yang mendukung pengaplikasian strategi analisa perilaku konsumen, selain konsep orientasi produk dan penjualan. Peran pemasaran untuk bisa

(18)

berhasil, tentunya pada saat perusahaan dapat menentukan kebutuhan dan keinginan dari target pasar yang spesifik, dan dapat memberikan kepuasan lebih dibanding para pesaing. Singkatnya, konteks dari konsep pemasaran itu sendiri adalah, sebuah profit yang didapatkan perusahaan merupakan hasil dari pemenuhan kebutuhan konsumen, bukan hanya sebagai konsep pelengkap dalam dunia bisnis.

Untuk bisa mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen, sangat penting untuk perusahaan bisa terus menerus melakukan studi rise pemasaran untuk bisa memonitor kebutuhan dan pilihan konsumen terhadap produk dan jasa yang dipasarkan, maupun yang masih dikembangkan untuk kedepannya.

Dalam buku Consumer Behavior (Schiffman & Kanuk, 2010), menjelaskan terdapat enam langkah proses untuk melakukan penelitian (lihat Gambar 2.5):

1. Menentukan tujuan penelitian

Pernyataan tujuan yang harus dibuat sebaik-baiknya, untuk memastikan informasi yang dibutuhkan.

2. Mengumpulkan dan mengevaluasi data sekunder

Data sekunder adalah informasi yang sudah ada dan dikumpulkan untuk sebuah tujuan penelitian. Jika, data sekunder bisa memberikan jawaban dan informasi yang dibutuhkan, maka riset utama, dapat dilewati dan tidak dilakukan sama sekali. Data sekunder yang berkaitan dengan konsumen, bisa didapatkan dari sumber internal dalam perusahaan atau organisasi terkait, ataupun melalui sumber eksternal.

3. Melakukan penelitian utama

Terdapat dua kategori untuk penelitian utama, yaitu penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Penelitian kualitatif, biasanya dilakukan untuk mencari atau mengumpulkan ide baru, contohnya: melakukan wawancara dan/atau diskusi kelompok terarah atau focus group discusiion (FGD). Sedangkan, penelitian kuantitatif dipakai sebagai alternatif, contohnya melakukan survei, ekperimen, pembagian kuisioner dan/atau observasi. 4. Mengumpulkan data- data yang didapat, baik itu hasil dari penelitian

kualitatif maupun kuantitatif 5. Menganalisis data

(19)

Dalam penelitian kualitatif, peneliti melakukan analisa terhadap berbagai respons yang diterima. Sedangkan, dalam penelitian kuantitatif, peneliti mengontrol dan mengawasi proses analisa yang ada, semua respons diolah sedemikian rupa untuk diukur dan dianalisa menggunakan program analisis yang akan mengkorelasikan variabel-variabel yang ada, dan dikelompokkan dengan karakteristik demografi yang dipilih.

6. Menyiapkan laporan

Laporan penelitian merupakan sebuah ringkasan eksekutif singkat dari apa yang didapat, dan direkomendasikan. Inti dari laporan tersebut berisi deskripsi dari metodologi yang digunakan, dan khusus untuk penelitian kuantitatif, termasuk tabel dan grafik didalamnya yang mendukung penemuan. Sebuah contoh dari kuisioner biasanya dimasukkan sebagai appendix untuk bisa dievaluasi objektivitas dari penemuan tersebut.

(20)

2.8System Development Life Cycle

Begitu banyak jenis sistem informasi yang diterapkan dalam berbagai proses bisnis. Dan setiap sistem memiliki siklus hidup, dimana sebuah sistem yang berasal dari sebuah ide dan pemikira, dikembangkan, didesain, dan dibangun untuk mendukung pengembangan proses bisnis yang ada. Bagian yang fundamental dalam pengembangan sistem informasi tersebut dinamakan system development life cycle (SDLC) atau siklus hidup pengembangan sistem. SDLC sendiri adalah keseluruhan proses dalam membangun, menyebarkan, menggunakan, dan meng-update sebuah sistem informasi. (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010)

Dan, menurut Dennis, Wixom, dan Roth (2012), dalam membangun sebuah sistem informasi menggunakan SDLC harus melalui 4 fase:

- Perencanaan

Fase ini adalah proses dimana terdapat tujuan dan sasaran dengan harus dimengerti kenapa sistem informasi tersebut harus dibangun dan menentukan bagaimana membangun sistem tersebut.

- Analisis

Fase analisis menjawab pertanyaan tentang siapa yang akan menggunakan sistem tersebut, apa yang bisa dilakukan sistem, dan dimana dan kapan sistem tersebut akan digunakan. Dalam fase ini, project team yang ada harus memeriksa sistem yang berjalan saat ini, mengidentifikasi peluang perubahan apa saja yang bisa dilakukan, dan mengembangkan sebuah konsep untuk sistem baru.

- Desain

Fase ini menentukan bagaimana sistem akan beroperasi melalui perangkat keras, perangkat lunak, dan infrastruktur jaringan yang akan diterapkan. Selain itu, menentukan user interface, bentuk dan laporan yang akan digunakan, spesifikasi program dan database yang dibutuhkan. Fase ini sangat menentukan bagaimana sistem akan beroperasi nantinya.

- Implementasi

Tahap akhir dari SDLC adalah fase implementasi, dimana sistem sudah selesai dibuat dan telah digunakan oleh user. Fase ini akan sangat diperhatikan, dikarenakan fase ini adalah fase yang memakan paling banyak waktu dan biaya dalam proses pengembangan sistem.

(21)

Gambar 2.6 Siklus Hidup Pengembangan Sistem Sumber: (Dennis, Wixom, & Roth, 2012)

2.8.1 Unified Process

Dalam model pengembangan sistem dikembangkan dengan beberapa iterasi atau perulangan. Dan dibutuhkan sebuah model pengembangan sistem yang baru untuk mempermudah merencanakan dan mengatur perulangan-perulangan tersebut. Model tersebut dinamakan unified process (UP). Pendekatan UP sendiri memiliki 4 (empat) fase utama, 5 (lima) disiplin utama, dan 3 (tiga) disiplin tambahan, seperti pada Gambar 2.7 dibawah ini.

Gambar 2.7 Unified Process Life Cycle

Sumber: (Satzinger, Jackson, & Burd, Systems Analysis & Design In A Changing World 5th Edition, 2010)

Seperti yang kita lihat pada Gambar 2.7, empat fase utama dalam UP adalah:

Inception

Fase inception mendefinisikan ruang lingkup dari sebuah project, dengan cara menspesifikasikan setiap usecases yang ada dengan berbagai

(22)

Elaboration

Fase elaboration berfokus pada beberapa iterasi yang mengambil bagian dalam sistem dan mendefinisikan kebutuhan sistem tersebut, memberikan dan mendesain solusi yang bisa diberikan, dan mengimplementasikannya.

Construction

Fase construction, adalah kelanjutan pembangunan sistem menggunakan tambahan iterasi-iterasi, termasuk desain, imeplementasi, dan pengujian.

Transition

Dalam fase transition, adalah bagian dimana melakukan pengujian dengan pengguna terakhir (end-user). Dan berfokus dalam memberikan pelatihan kepada end-user dan melakukan instalasi dan dukungan awal pada sistem.

Dalam UP terdapat enam disiplin utama dan tiga disiplin tambahan. Disiplin yang dimaksud disini adalah kumpulan sebuah fungsionalitas yang terkait dengan berbagai aktivitas yang ada, yang memberikan kontribusi tersendiri dalam satu aspek pengembangan project. Enam disiplin utama tersebut terdiri dari:

• Business modelling

Dalam bagian ini, terdapat beberapa aspek dari lingkungan sistem, seperti yang akan ditunjukkan secara detail melalui diagram domain class dan use case.

• Requirements

Disiplin requirements membuat sebuah ruang lingkup sistem, dengan mendefinisikan berbagai persyaratan-persyaratan utama yang dibutuhkan dalam sistem, dan membuat daftar use cases. Setelah itu, bagian requirements akan berperan dalam membuat use cases description untuk memastikan ruang lingkup sistem itu sendiri.

• Design

Disiplin ini berperan dalam memastikan penggunaan teknologi dengan membuat desain class diagrams dan interaction diagrams lainnya.

• Implementation

Dalam disiplin implementation, adalah bagian dimana proses untuk membuat program, atau dengan kata lain tahap pemrograman.

(23)

• Testing

Bagian testing memiliki fungsi untuk memastikan dan menguji kelayakan semua proses berjalan sesuai dengan yang direncanakan.

• Deployment

Mengacu pada aktivitas yang dibutuhkan untuk merancang sistem operasional, perangkat lunak dan perangkat keras yang diperlukan untuk di implementasikan secara satu.

Dan juga, terdapat 3 disiplin tambahan, dimana 3 disiplin tambahan ini diperlukan untuk perencanaa dan proses controlling dari project. Tiga disiplin tambahan ini yaitu:

• Configuration and change management

Aktivitas pada bagian ini adalah membuat perencanaan untuk menghadapi perubahan-perubahan yang mungkin terjadi dalam project.

• Project management

Bagian disiplin ini berfungsi untuk pembuatan timeline project dan dimana setiap proses dalam project harus dilakukan sesuai jadwal dan juga bagian ini melakukan analisis biaya dan keuntungan.

• Environment

Mengatur dan mengintegrasikan konsep, software, dan hardware yang dibutuhkan dalam sebuah project.

2.9Object Oriented Analysis and Design

Proses desain sistem dibutuhkan sebagai jembatan penghubung antara user requirements dan programmer dalam memprogram sistem baru tersebut. Dibutuhkan suatu set model desain berorientasi objek yang detail yang dibangun dan bisa digunakan oleh programmer dalam membuat koding dan melakukan pengujian sistem baru tersebut. Sebelum masuk dalam pengertian object-oriented analysis and design (OOAD), akan dibahas istilah-istilah yang berkaitan dengan OOAD terlebih dahulu.

(24)

Analisis sistem adalah proses untuk memahami dan menspesifikasi secara detail mengenai apa yang sistem informasi perlu capai. (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010, p. 4)

Desain sistem adalah proses untuk menspesifikasi secara terperinci mengenai bagaimana berbagai komponen pada sistem informasi seharusnya diimplementasikan. (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010, p. 4)

Analisa berorientasikan objek (OOA) adalah kegiatan mendefinisikan seluruh jenis objek yang bekerja di dalam sistem dan menunjukkan interaksi user, disebut use case, yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010, p. 60)

Desain berorientasikan objek (OOD) adalah kegiatan yang mendefinisikan seluruh jenis objek yang dibutuhkan untuk berkomunikasi dengan manusia dan peralatan lain di dalam sistem, menunjukkan bagaimana objek berinteraksi untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, dan memperjelas definisi setiap jenis objek sehingga dapat diimplementasikan dengan menggunakan bahasa atau lingkungan tertentu. (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010, p. 60)

Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa object-oriented analysis and design (OOAD) adalah suatu cara untuk menentukan semua jenis dan tipe object yang bekerja didalam sistem dengan menggambarkan apa saja interaksi yang dibutuhkan user untuk menyelesaikan tugas-tugasnya, dan memperjelas definisi dari setiap tipe dan jenis object sehingga bisa diimplementasukan dengan sebuah bahasa atau lingkungan khusus.

Kegiatan utama yang merupakan bagian dari analisa adalah: 1. Mengumpulkan informasi

2. Membuat perencanaan

3. Mendefinisikan kebutuhan sistem

4. Membangun prototype untuk penemuan kebutuhan 5. Melakukan analisis kebutuhan

6. Menghasilkan dan mengevaluasi alternatif-alternatif yang ada 7. Membahas kembali rekomendasi yang ada dengan manajemen.

Lebih lanjut, kegiatan desain terdiri dari beberapa aktivitas yang harus dipenuhi sebagai berikut:

1. Desain dan integrasi arsitektur jaringan 2. Desain arsitektur perangkat lunak (aplikasi)

(25)

3. Desain tampilan antarmuka dengan user 4. Desain tampilan antarmuka dengan sistem 5. Desain dan integrasi database

6. Prototype untuk detail desain 7. Desain dan integrasi kontrol sistem.

2.9.1Activity Diagram

Activity Diagram adalah sebuah diagram alur kerja sederhana yang menjelaskan tentang aktivitas sejumlah user (atau system), orang yang melakukan aktivitas, dan alur sekuensial dari aktivitas-aktivitas tersebut. (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010, p. 250)

Gambar 2.8 Contoh Activity Diagram Sumber: (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010)

2.9.2Event Table

Event table adalah sebuah katalog dari use case yang berisi kejadian-kejadian yang terjadi dalam beberapa baris dan bagian-bagian penting dari informasi tentang setiap kejadian dalam beberapa kolom. (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010)

Untuk lebih jelas bisa dilihat contoh dari event table dalam Gambar 2.9 dibawah ini.

(26)

Gambar 2.9 Contoh Event Table Sumber: (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010)

2.9.3Use Case Diagram

Use Case Diagram adalah diagram yang menggambarkan berbagai peran user dan cara user tersebut berinteraksi dengan sistem. Use Case Diagram adalah diagram yang digunakan untuk menggambarkan user yang menggunakan sistem serta bentuk interaksi antara user tersebut dengan sistem yang digunakannya.

Gambar 2.10 Contoh Use Case Diagram Sumber: (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010) Hubungan pada Use Case Diagram terbagi menjadi:

1. <<include>> relationship atau disebut juga <<uses>> relationship adalah hubungan antar use case yang memungkinkan satu use case menggunakan fungsionalitas yang disediakan oleh use case lain.

2. <<extends>> relationship merupakan hubungan antar use case yang memungkinkan satu use case secara optional menggunakan fungsionalitas yang disediakan oleh use case lain.

(27)

2.9.4 Use Case Description

Use case diagram membantu untuk mengidentifikasi beberapa proses yang dilakukan oleh user dan yang harus didukung oleh sistem. Untuk pengembangan sistem yang lebih baik, kita harus lebih masuk ke level detil dengan pendeskripsian. Ada tiga level pendeskripsian dari use case, yaitu brief description, intermediate description, dan fully developed description (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010).

1. Brief Description

Brief description biasanya digunakan untuk use case yang sederhana, khususnya ketika ruang lingkup sistem yang akan dikembangkan itu masih kecil. Brief description (deskripsi ringkas) dapat disebut sebagai ringkasan mengenai apa yang dilakukan oleh sistem untuk merespon aksi dari pengguna.

2. Intermediate Description

Intermediate description merupakan deskripsi yang lebih detail dan merupakan perluasan dari sebuah brief description untuk memasukkan arus aktivitas - aktivitas internal untuk suatu use case. Jika terdapat multiple scenarios, maka tiap arus aktivitas dideskripsikan secara masing-masing. Selain itu, dokumentasi mengenai kondisi-kondisi pengecualian juga dapat didokumentasikan jika diperlukan.

3. Fully-Developed Description

Fully developed description merupakan metode yang paling formal untuk mendokumentasikan sebuah use case. Dengan menggunakan deskripsi jenis ini pengguna dapat mengetahui secara detail dan meningkatkan pemahaman pengguna mengenai proses bisnis dan bagaimana sistem harus mendukung proses bisnis tersebut.

Contoh fully developed use case description dapat dilihat sebagai berikut.

Use Case Name: Membuat bukti pembayaran bahan baku

Scenario: Bukti pembayaran bahan baku dibuat

(28)

Brief Description: Pesanan bahan baku yang dikirim, disertai dengan tagihan. Setelah bahan baku diterima, pembayaran akan dilakukan oleh kasir sesuai dengan jumlah yang tertera dan bukti pembayaran bahan baku kemudian dibuat.

Actors: Kasir

Related Use

Case:

Membuat pemesanan bahan baku

Stakeholders: Pemasok

Preconditions: - Bahan baku sudah diterima

- Adanya tagihan

PostConditions: - Dilakukan pembayaran

- Bukti pembayaran bahan baku dibuat

Flow of events: Actor Systems

1. Mengecek bahan baku yang masuk dan diterima, sesuai dengan tagihan dan pesanan atau tidak.

2. Melakukan pembayaran 2.1 Bukti pembayaran dibuat

Exception Conditions:

1.1 Bahan baku yang datang yang tidak sesuai dengan jumlah atau jenis yang dipesan dan atau yang tertera di tagihan, harus dilaporkan kembali kepada pemasok bersangkutan, untuk ditanya kejelasannya

Tabel 2.1 Contoh Fully Developed Use Case Description

2.9.5 Domain Model Class Diagram

Domain Model Class Diagram adalah sebuah UML Class Diagram yang menggambarkan benda-benda yang penting dalam pelaksanaan tugas para pengguna, seperti class-class problem domain, hubungan antar class-class

(29)

tersebut, dan atribut- atributnya. Domain Model Class Diagram adalah diagram yang digunakan untuk menggambarkan class-class yang terlibat, hubungan antar class-class tersebut serta atribut-atributnya (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010).

Gambar 2.11 Contoh Domain Model Class Diagram Sumber: (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010)

2.9.6 First-cut Class Diagram

First-cut design class diagram dikembangkan dengan memperluas domain model class diagram. Hal ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu mengelaborasi atribut dengan jenis dan informasi tentang nilai awal serta menambahkan panah navigation visibility. Navigation visibility adalah prinsip perancangan dimana sebuah objek dapat melihat atau berinteraksi dengan objek lain. Dalam memulai proses perancangan, pengembangan sebuah first-cut design class diagram berdasarkan domain model class diagram yang telah dibuat pada tahap sebelumnya (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010).

(30)

Gambar 2.12 Contoh First-Cut Class Diagram Sumber: (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010)

2.9.7 Multilayer Design Sequence Diagram

First-cut sequence diagram hanya berfokus pada class yang ada di domain layer, tahap selanjutnya adalah pengembangan sequence diagram tersebut dengan memperluas objek-objek yang terlibat dengan membuat multilayer design, termasuk view layer dan data access (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010).

Gambar 2.13 Contoh Multilayer Sequence Diagram Sumber: (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010)

2.9.8 Package Diagrams

Package diagrams adalah bagian dari dokumentasi sistem dan sub-sistem. Package diagram berguna untuk melihat class-class yang bekerja bersama dalam satu sub-sistem. Notasi dari package diagram ini sendiri adalah

(31)

sebuah persegi panjang berbentuk tab. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat di Gambar 2.14.

Gambar 2.14 Contoh Package Diagrams Sumber: (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010)

2.9.9 User Interface

User Interface adalah bagian dari sistem informasi yang membutuhkan interaksi dengan user untuk menghasilkan input dan output. User interface memungkinkan pengguna sistem berinteraksi dengan komputer untuk melakukan suatu proses seperti mencatat transaksi. Terkadang output dihasilkan setelah pengguna berinteraksi dengan sistem, seperti informasi yang ditampilkan setelah query mengenai status dari suatu pesanan (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010).

(32)

Gambar 2.15 Contoh User Interface Sumber: (www.jakartanotebook.com)

Gambar

Gambar 2.1 Proses Manajemen Strategi  Sumber: (Robbins &amp; Coulter, 2014, p. 268)
Gambar 2.3 Nine Building Blocks  Sumber: (Osterwalder &amp; Pigneur, 2010)
Gambar 2.5 Proses Penelitian Konsumen
Gambar 2.6 Siklus Hidup Pengembangan Sistem  Sumber: (Dennis, Wixom, &amp; Roth, 2012)  2.8.1  Unified Process
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui keadaan Yogyakarta pada masa kolonial, (2) mengetahui proses integrasi kasultanan dan pakualaman ke Republik

Dari penegrtian diatas, dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan hasil pengeolahan data menjadi bentuk yang lebih berguna bagi yang menerimanya yang menggambarkan suatu kejadian

Arsitektur Sistem Pemantauan Aktivitas Pengguna Pada Jaringan Client-Server Komputer client berisi aplikasi viewer/ client bertugas mengendalikan kerja seluruh sistem

Tombol reset dapat bekerja sesuai dengan yang diharapkan [√] diterima [ ] ditolak Klik gambar pensil Menampilkan data debitur untuk dapat diedit pada bagian yang

Conto endapan lempung pada penelitian ini terdapat pada Formasi Warukin dan Formasi Tanjung dengan ketebalan yang bervariasi dari 20 cm sampai 7 meter, umumnya

Ilmu Pragmatik membantu untuk menemukan cara pengajaran bahasa asing yang menghasilkan pembelajar bahasa asing yang memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk menggunakan

Kampanye politik merupakan upaya mempersuasi khalayak melalui periklanan massa (Komunikasi massa) dan retorik (komunikasi interpersonal. Ia dilakukan baik melalui hubugan

Skema ini disusun dengan merujuk pada keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia SKKNI Fotografi Nomor 133 Tahun 2019 tentang penetapan Standar