BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keadaan kompetisi pasar saat ini yang semakin berkembang menuntut
perusahaan untuk semakin meningkatkan nilai perusahaannya. Hal itu dapat
dilihat dari perkembangan pengetahuan, kemajuan teknologi, dan perkembangan
arus informasi yang harus disampaikan oleh perusahaan untuk memenuhi
kebutuhan informasi pengguna. Dengan memaksimalkan nilai perusahaan tersebut
berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan
tujuan utama perusahaan.
Satu dari lainnya proses yang menyebabkan pergeseran pengertian nilai
perusahaan bagi invesor terjadi pada tahun 1970-an. Adanya fenomena besar
dalam studi akuntansi, dimana sudut pandang akuntansi berubah dari akuntansi
normatif menjadi akuntansi positif. Hal ini karena perkembangan perilaku
investor memandang perusahaan sudah berubah dengan berkembangnya zaman
sehingga teori normatif mulai runtuh yang digantikan dengan teori positif. Teori
normatif berusaha menjelaskan apa yang seharusnya dilakukan oleh akuntan
dalam proses penyajian terhadap pemakainya. Sebaliknya tujuan pendekatan teori
positif berusaha menguraikan dan menjelaskan apa dan bagaimana informasi
keuangan disajikan serta dikomunikasikan kepada para pemakai informasi
akuntansi. Dengan kata lain pendekatan teori positif bukanlah untuk memberikan
menjelaskan mengapa praktik akuntansi mencapai bentuk seperti keadaannya
sekarang (Januarti, 2004)
Adanya perubahan cara pandang akuntansi terutama para investor
mengakibatkan iklim bisnis sebagai pengguna juga ikut berubah. Sewajarnya para
stockholder akan menginginkan peningkatan kekayaan pada perusahaan yang
mereka miliki untuk menunjukkan perusahaan dalam tahun-tahun yang baik.
Tujuan didirikan sebuah perusahaan adalah untuk menyejahterkan para pemegang
saham, dicerminkan dari kondisi kenaikan nilai harga saham di pasar yang secara
konsisten dan relevan. Usaha meningkatkan nilai perusahaan bisa dilakukan
melalui penunjukan manejer yang ikut dalam kepemilikan saham di perusahaan
tersebut. Manajer yang sekaligus pemegang saham akan meningkatkan nilai
perusahaan, karena dengan meningkatnya nilai perusahaan maka nilai
kekayaannya sebagai individu pemegang saham akan ikut meningkat pula
(Christiawan dan Tarigan, 2007).
Martani, et al (2012) menuliskan kasus penyelewengan persediaan pada PT
Indofarma Tbk. Perusahaan Indofarma Tbk. adalah salah satu produsen
obat-obatan Indonesia. Bermula dari penelaahan Bapepam-LK (saat ini bernama OJK)
mengenai dugaan adanya pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang
pasar modal terutama berkaitan dengan penyajian laporan keuangan yang
dilakukan oleh PT Indofarma Tbk. untuk tahun buku 2001. Pada tanggal 8
november 2004, Bapepam-LK mengumumkan hasil pemeriksaan terhadap PT
Indofarma Tbk. Hasil pemeriksaan tersebut menyatakan bahwa terdapat
menyebabkan adanya understatement beban pokok penjualan dan overstatement
laba neto sebesar nilai tersebut. Kesalahan penyajian nilai tersebut disebabkan
oleh lemahnya pengendalian internal dan sistem akuntansi perusahaan.
Berdasarkan ringkasan laporan keuangan yang dipublikasikan di media massa,
perusahaan farmasi obat generik ini menderita kerugian Rp59,83 miliar, atau
meningkat dua kali lipat dari hasil laporan keuangan sebelum audit sebesar sekitar
Rp20 miliar. Padahal pada tahun buku 2001, perusahaan ini mencatatkan
keuntungan sebesar Rp122,5 miliar. Perubahan yang sedimikian drastis ini
ternyata disebabkan adanya overstatment nilai persediaan tersebut. Atas kejadian
ini, Bapepam-LK melakukan suspensi terhadap perdangangan saham INAF. Atas
hasil pemeriksaan Bapepam-LK diputuskan bahwa direksi yang menjabat pada
periode terbitnya Laporan Keuangan tahun periode 2001 diberikaan sanksi
administrasi berupa denda sebesar Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah). Selain
itu, Bapepam-LK juga meminta Direksi PT Indofarma Tbk. untuk : (i) segera
membenahi dan/atau menyusun sistem pengendalian internal dan sistem akuntansi
perusahaan yang memadai untuk menghindari timbulnya permasalahan yang sama
dikemudian hari selambat-lambatnya pada akhir semester I tahun buku 2005; (ii)
menyampaikan laporan perkembangan atas pembenahan dan/atau penyusunan
sistem pengendalian internal dan sistem akuntansi perusahaan tersebut secara
berkala setiap akhir bulan kepada Bapepam-LK; (iii) menunjuk akuntan publik
yang terdaftar di Bapepam-LK untuk melakukan audit khusus guna melakukan
penilaian atas sistem pengendalian internal dan sistem akuntansi tersebut apabila
pengendalian internal dan sistem akuntansi perusahaan. Hasil audit khusus
tersebut wajib disampaikan ke Bapepam-LK.
Apabila dilihat dari kasus PT Indofarma maka memanajemen nilai
persediaan semakin terhubung pada nilai perusahaan. Berdasarkan pengumuman
dari Bapepam-LK adanya temuan laba neto PT Indofarma yang overstatment
diakibatkan dari penilaian PT Indofarma pada nilai persediaannya terlalu tinggi.
Pada perhitungan laba perusahaan, nilai persediaan merupakan akun yang ikut
dalam perhitungan secara tidak langsung karena nilai persediaan menentukan
besaran harga pokok penjualan perusahaan yang nantinya akan dikurangkan
kepada penjualan perusahaan. Nilai persediaan atau persediaan ini adalah barang
jadi yang telah diproduksi atau barang dalam penyelesaian yang sedang
diproduksi perusahaan temasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan
dalam proses produksi (Sundjaja dan Berlian, 2002).
Pentingnya keputusan manajer dalam mengelola aset perusahaan dapat
berdampak serius bagi berjalannya operasional perusahaan dikemudian hari dan
akan memengaruhi tujuan jangka panjang perusahaan. Persediaan merupakan satu
dari lainnya aset yang berperan penting sebagai motorik majunya aktivitas
perusahaan dalam menjalankan tujuan utamanya yaitu memeroleh laba. Masalah
investasi dalam persediaan merupakan masalah pembelanjaan aktif. Bagi
perusahaan manufaktur persediaan menjadi begitu penting karena kesalahan
dalam investasi persediaan ini akan menggangu kelancaran operasi perusahaan
(Daljono dan Puspitaningtyas, 2005). Manfaat memiliki persediaan bagi
kuantiti; (iii) mengurangi biaya persediaan; (iv) mencapai biaya produksi yang
efisien (Sundjaja dan Barlian, 2002). Hal ini menjadi Trade off perusahaan antara
untuk memilihan investasi pada persediaan dengan kesempatan investasi
perusahaan pada pemanfaatan arus kas ke aset lainnya. Semakin tinggi tingkat
persediaan perusahaan maka akan semakin besar peluang perusahaan kehilangan
penghasilan dari sumber lain. Secara umum semakin tinggi rata-rata persediaan
semakin besar investasi dan biaya yang dibutuhkan. Jadi dalam merencanakan
persediaan, manajer keuangan harus memikirkan biaya dan manfaat penyimpanan
persediaan.
Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Situmorang (2011) menemukan
hasil bahwa secara parsial nilai persediaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan
sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam mengambil keputusan yang berkaitan
dengan investasi yang dimiliki khususnya persediaan, investor dapat memilih nilai
persediaan sebagai tolak ukur. Penelitian serupa dilakukan oleh Somara (2013)
yang menemukan hasil secara parsial menunjukkan bahwa nilai persediaan dan
profit margin berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan dari kedua penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat
kesamaan hasil yang diperoleh peneliti, yakni adanya pengaruh yang signifikan
antara nilai persediaan terhadap nilai perusahaan.
Perbedaan dengan penelitian terdahulu adalah peneliti terdahulu
menggunakan market to book value of assets ratio (MTBVAR) untuk
pmengukuran nilai persusahaan, sedangkan dalam penelitian ini, penulis ingin
dengan pengukuran nilai perusahaan menggunakan Rasio Tobin’s Q atau rasio Q.
MTBVAR hanya menggunakan faktor ekuitas dalam pengukurannya sedangkan
Tobins’Q memerhitungkan sumber lain dari ekuitas yaitu hutang. Perusahaan
sebagai entitas ekonomi, tidak hanya mennggunakan ekuitas dalam mendanai
kegiatan operasionalnya, namun juga dari sumber lain seperti hutang, baik jangka
pendek maupun jangka panjang (Sukamulja, 2004). Berdasarkan adanya
perbedaan dalam hal pendekatan matematis dalam mengukur nilai perusahaan ini,
maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian.
Penelitian terdahulu berikutnya yang menyerupai dilakukan oleh Daljono
dan Puspitaningtyas (2005) menemukan bahwa ada pengaruh positif yang
signifikan antara nilai persediaan terhadap market value perusahaan. Penelitian
serupa dilakukan oleh Purwanto (2005) yang menemukan hasil bahwa nilai
persediaan menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap market value
perusahaan. Kesimpulan dari peneliti - peneliti sebelumnya memiliki kesamaan
hasil yakni, nilai persediaan berpengaruh signifikan terhadap market value
perusahaan.
Pengertian nilai perusahaan memiliki cakupan yang lebih luas jika
dibandingkan dengan pengertian market value. Nilai perusahaan dapat menjadi
pengertian tersendiri dari tiap-tiap investor. Seorang investor yang ingin
menanamkan modalnya pada suatu perusahaan maka ia akan membayar sebesar
nilai peusahaan yang diperhitungkan olehnya. Sewaktu investor ingin
menanamkan uangnya kepada investee-nya yang sedang dalam keadaan IPO maka
al 2005). Perusahaan yang berkeinginan melakukan penjualan saham perdana
akan menentukan sendiri terlebih dahulu nilai perusahaannya baik melalui
Corporate Value Model atau Price Ratio Models agar harga saham per lembar
sesuai dengan kemampuan perusahaan sebenarnya (Mello, 2006).
Definisi nilai perusahaan menurut Christiawan dan Tarigan (2007) ialah
“memiliki beberapa konsep nilai yaitu: nilai nominal, nilai pasar, nilai intrinsik,
nilai buku, dan nilai likuidasi”. Nilai nominal adalah nilai yang tercantum secara
formal dalam anggaran dasar perseroan, disebutkan secara eksplisit dalam neraca
perusahaan, dan juga ditulis jelas dalam surat saham kolektif. Nilai pasar, sering
disebut kurs adalah harga yang terjadi dari proses tawar-menawar di pasar saham.
Nilai ini hanya bisa ditentukan jika saham perusahaan dijual di pasar saham. Nilai
intrinsik merupakan konsep yang paling abstrak, karena mengacu pada perkiraan
nilai riil suatu perusahaan. Nilai perusahaan dalam konsep nilai intrinsik ini bukan
sekadar harga dari sekumpulan aset, melainkan nilai perusahaan sebagai entitas
bisnis yang memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan di kemudian hari.
Sedangkan nilai buku adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar konsep
akuntansi. Secara sederhana dihitung dengan membagi selisih antara total aktiva
dan total utang dengan jumlah saham yang beredar. Nilai likuidasi adalah nilai
jual seluruh aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban yang harus
dipenuhi
Selanjutnya, yang membedakan dengan penelitian-penelitian sebelumnya
adalah profitablitias digunakan sebagai variabel moderasi di penelitian ini karena
hubungan antara nilai persediaan terhadap nilai perusahaan. Semakin tinggi
profitabillitas yang dicapai perusahaan maka semakin kuat pula hubungan nilai
persediaan dengan nilai perusahaan, atau apabila perusahaan mengalami
keuntungan maka hubungan nilai persediaan dengan nilai perusahaan semakin
kuat.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis melakukan
penelitian terhadap masalah tersebut dengan mengambil judul “Analisis
Pengaruh Nilai Persediaan Terhadap Value of Firm dengan Profitabilitas
Sebagai Variabel Moderasi; Studi Empiris pada Perusahaan Farmasi
Terdaftar di BEI”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah nilai persediaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
2. Apakah nilai persediaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
dengan profitabilitas sebagai variabel moderasi.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Membuktikan bahwa nilai persediaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
2. Membuktikan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap hubungan antara
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai kalangan,
antara lain:
1. Bagi Peneliti, penelitian ini dapat digunakan untuk menambah,
memperluas wawasan dan mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya
mengenai nilai persediaan, profitabilitas, dan nilai perusahaan.
2. Bagi calon peneliti lainnya, penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan sebagai bahan referensi dan bahan masukan untuk para
akademisi dan penelitian bagi pengembangan dan pengkajian konsep
hubungan antara nilai persediaan dan nilai perusahaan.
3. Bagi emiten, ini diharapkan dapat memberikan arti penting bagi
perusahaan agar lebih mempertimbangkan penyediaan nilai persediaan
yang nantinya akan memengaruhi naik turunnya laba perusahaan.
Perusahaan yang memiliki nilai persediaan tinggi bisa saja lebih banyak
menggunakan biaya untuk pengendalian internal persediaan tersebut,
namun apabila ada pergerakan permintaan yang tiba-tiba diluar dari jadwal
perusahaan maka perusahaan tersebut akan lebih cepat merespon
permintaan.
4. Bagi investor, dapat dijadikan sebagai sumber informasi pertimbangan
investasi pada persediaan yang memiliki kelemahan dan kelebihan dalam
berjalannya operasional bisnis. Diharapkan investor juga mengetahui
dampak langsung bahwa nilai persediaan menjadi pengaruh penting