Renstra Inspektorat Kota Pontianak 2015-2019 Page 42 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Inspektorat
Beberapa permasalahan yang dihadapi Inspektorat Kota Pontianak dalam melaksanakan tugas dan fungsinya diantaranya yaitu:
a. Bahwa fungsi Inspektorat tidak lagi menjadi watchdog tetapi juga sebagai penjamin mutu (quality assurance).
b. Mempertahankan dan meningkatkan Opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI atas Laporan Keuangan
c. Adanya kualitas temuan kurang memadai dan penyerapan anggaran yang belum optimal.
Faktor penyebab permasalahan diatas adalah:
a. Adanya perubahan paradigma mendasar dalam pengawasan penyelenggaraan pemerintahan sesuai dengan perkembangan saat ini, sebagaimana kebijakan pengawasan yang dikeluarkan oleh Inspektur Jenderal Kementerian Dalam Negeri terhadap kompleksitas dan cakupan kerja pemerintah daerah, yaitu untuk mendorong kepatuhan dan konsistensi implementasi aturan, serta meningkatkan upaya pengendalian dan manajemen resiko. Peran APIP akan dikatakan maksimal apabila Sistem Pengendalian Internal (SPI) tersedia dengan baik, tujuan SPI dapat tercapai melalui quality assurance, serta efektivitas manjemen resiko melalui peran konsultasi.
b. Akuntabilitas kinerja pemerintah dapat dilihat dari Opini Laporan Keuangan yang diberikan oleh auditor eksternal (BPK-RI). Semakin baik opini yang diberikan BPK-RI menandakan kinerja suatu instansi semakin akuntabel. Selain itu predikat penilaian SAKIP sesuatu hal yang patut diperhitungkan
I
I
S
S
U
U
-
-
I
I
S
S
U
U
S
S
T
T
R
R
A
A
T
T
E
E
G
G
I
I
S
S
B
B
E
E
R
R
D
D
A
A
S
S
A
A
R
R
K
K
A
A
N
N
T
T
U
U
G
G
A
A
S
S
D
D
A
A
N
N
F
F
U
U
N
N
G
G
S
S
I
I
Renstra Inspektorat Kota Pontianak 2015-2019 Page 43 dalam akuntabilitas kinerja, karena didalam SAKIP tersebut juga menggambarkan potensi dan realisasi keuangan serta pencapaian output dan outcome dari setiap OPD (Pemerintah Kota Pontianak). Hal ini merupakan suatu hal yang harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat (public) sebagai stakeholder.
c. Taraf pengetahuan yang dimiliki oleh auditor berbeda-beda sehingga temuan yang dihasilkan merupan temuan yang berulangkali dan dianggap sebagai rutinitas. Terkait penyerapan anggaran yang belum optimal disebabkan oleh karena penetapan APBD dan pelaksanaan kegiatan yang tidak tepat waktu.
Dari aspek kajian identifikasi permasalahan yang dilakukan terhadap kinerja Inspektorat terdapat perubahan paradigma dari aparat pengawas yang menjadi wactch dog sekarang berfungsi menjadi quality assurance.
Quality Assurance berfungsi memberikan keyakinan yang memadai atas pelaksanaan tugas dan fungsi suatu kegiatan yang dilakukan. Standar yang digunakan untuk menjalankan fungsi quality assurance dalam melaksanakan tugas pengawasan/pemeriksaan adalah penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) dan Standar Audit Pemerintah maupun Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).
Perlu penyempurnaan Pedoman Operasional Pemeriksaan untuk menjalankan fungsi quality assurance. Disamping itu perlu menerapkan audit berbasis resiko (risk bassed audit).
fokus identifikasi permasalahan Inspektorat Kota Pontianak pada aspek quality assurance dapat dilihat pada tabel berikut:
Renstra Inspektorat Kota Pontianak 2015-2019 Page 44 Tabel 3.1. Indentifikasi Permasalahan
Renstra Inspektorat Kota Pontianak 2015-2019 Page 45 3.2. Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Penyusunan Rencana Strategis OPD sangat dipengaruhi dan merupakan penjabaran yang lebih detail dari perencanaan pembangunan daerah Kota Pontianak sehingga semua langkah-langkah yang disusun dalam Renstra Inspektorat Kota Pontianak sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Pontianak Tahun 2015-2019.
Visi Kota Pontianak :
”Pontianak Kota Khatulistiwa berwawasan Lingkungan, Terdepan dalam Kualitas Sumber Daya Manusia, Prima dalam Pelayanan Publik, didukung
dengan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Bersih ”
Misi Kota Pontianak:
Sesuai dengan visi tersebut di atas maka ditetapkan misi pembangunan Kota Pontianak Tahun 2015-2019 sebagai upaya yang ditempuh dalam mewujudkan visi, sebagaimana berikut :
Misi 1 :
Misi 2 :
Misi 3 :
Misi 4 :
Misi 5 :
Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia yang religius, cerdas, sehat, berbudaya dan harmonis.
Menerapkan prinsip-prinsip Good Governance dalam penyelenggaraan pemerintahan dan implementasi Zona Integritas melalui penetapan Wilayah Bebas Korupsi di Sektor Pelayanan Publik.
Meningkatkan sarana dan prasarana dasar perkotaan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan kota dan wilayah.
Mewujudkan tata ruang kota berwawasan lingkungan yang nyaman, aman dan layak huni.
Menciptakan iklim usaha yang kondusif guna memacu pertumbuhan ekonomi kota yang berdaya saing.
Renstra Inspektorat Kota Pontianak 2015-2019 Page 46 Adapun misi Walikota dan Wakil Walikota Pontianak yang terkait dengan tugas dan fungsi Inspektorat Kota Pontianak adalah misi ke 2
Yaitu Menerapkan Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan dan Implementasi Zona Integritas Melalui Penetapan Wilayah Bebas Korupsi di Sektor Pelayanan Publik.
Pada misi ini terlihat jelas peran serta Inspektorat Kota Pontianak, dimana Inspektorat Kota Pontianak sebagai Internal Audit yang mengawasi jalannya pelaksaan Pemerintahan Daerah, selain itu Inspektorat juga berperan sebagai Pembina dari OPD yang berada di lingkungan Pemerintah Kota Pontianak yang berfungsi sebagai Penjamin Mutu (Quality Assurance). Oleh karena Inspektorat Kota Pontianak akan menindaklanjuti misi Walikota dan Wakil Walikota nomor 2 tersebut. Namun, dalam mengimplementasikan misi Walikota dan Wakil Walikota Pontianak ada beberapa kendala yang dihadapi oleh Inspektorat seperti tertuang pada tabel 3.2.
Renstra Inspektorat Kota Pontianak 2015-2019 Page 47 Tabel 3.2. Faktor Penghambat dan Pendorong Pelayanan Inspektorat
Renstra Inspektorat Kota Pontianak 2015-2019 Page 48 3.3 Telaahan Rencana Strategis Kementerian/Kelembagaan
3.3.1 Telaahan terhadap Renstra Kementerian Pendayaguanaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN dan RB) Bidang Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur
Visi dari Kementerian Pendayaguanaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN dan RB) Bidang Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur adalah :
“Terwujudnya Kepemerintahan yang Baik melalui Pengawasan yang Efektif dan Efisien serta Aparatur yang Akuntabel, Berkinerja Tinggi dan Bebas dari KKN.”
Untuk mewujudkan visi tersebut, maka misi dari Kementerian Pendayaguanaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN dan RB) Bidang Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur adalah :
“Meningkatkan Kualitas Pengawasan dan Akuntabilitas Kinerja Aparatur”
Pernyataan visi dan misi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Bidang Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur disusun dengan mempertimbangkan adanya kebutuhan ataupun tuntutan pada masyarakat yang menginginkan adanya peningkatan akuntabilitas dan kinerja penyelenggaraan pemerintahan, adanya aparatur yang bersih dan terselenggaranya manajemen pemerintahan yang baik sebagai salah satu pilar dari good governance.
Adapun tujuan strategis dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Bidang Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya pengawasan instansi pemerintah dalam rangka percepatan pemberantasan korupsi dengan penjabaran Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja sebagai berikut :
Renstra Inspektorat Kota Pontianak 2015-2019 Page 49
Sasaran Indikator Kinerja
Meningkatnya kualitas dan
implementasi Sistem Pengendalian
Internal Pemerintah
Persentase IP yang memperoleh opini WTP Persentase penurunan kejadian penyimpangan material terhadap peraturan perundang-undangan
Persentase instansi pemerintah yang SPIP-nya baik
Persentase APIP yang menerapkan kode etik & standar audit.
Persentase APIP yang telah melaksanakan pemantauan TLHP Fungsional
Persentase APIP yang melaporkan hasil pengawasan
Persentase instansi pemerintah yang
melaksanakan SPI sesuai dengan ketentuan Meningkatnya
efektivitas
pencegahan korupsi dan pengaduan masyarakat
Indeks Persepsi Korupsi
Persentase penurunan indikasi kasus KKN yang melibatkan PNS
Persentase penyelesaian tindak lanjut hasil pengawasan
Persentase laporan dumas yang disalurkan dan telah ditindaklanjuti oleh instansi pemerintah Jumlah IP yang memperoleh predikat WBK Jumlah K/L dan Pemda yang telah menetapkan Zona Integritas
Jumlah K/L dan Pemda yang telah menandatangani Pakta Integritas Jumlah K/L dan Pemda yang telah menandatangani Pakta Integritas
Persentase Aparatur Sipil yang menyampaikan Laporan Harta Kekayaan Aparatur Sipil Negara (LHK ASN)
Persentase pejabat yang menyampaikan LHKPN
2. Meningkatnya akuntabilitas kinerja instansi dalam rangka percepatan reformasi birokrasi dengan sasaran strategis dan indikator kinerja sebagai berikut :
Renstra Inspektorat Kota Pontianak 2015-2019 Page 50
Sasaran Indikator Kinerja
Meningkatnya
implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah
Persentase instansi pemerintah yang
menerapkan Sistem Akuntabilitas Kinerja sesuai aturan
Persentase instansi pemerintah yang menyusun PK
Persentase instansi pemerintah yang mempunyai IKU
Persentase instansi pemerintah yang menyampaikan LAKIP
Jumlah instansi pemerintah yang menyampaikan laporan capaian kinerja
Persentase instansi pemerintah yang melaksanakan evaluasi kinerja
Persentase instansi pemerintah peserta island of integrity yang berhasil
Tersusunnya LKjPP tepat waktu Meningkatnya
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
Persentase IP yang mencapai target kinerja yang telah ditetapkan
Persentase instansi pemerintah yang akuntabilitas kinerjanya baik
Pernyataan visi, misi dan tujuan strategis dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Bidang Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur memberikan arahan bagi Inspektorat Kota Pontianak dalam menjalankan tugas dan fungsinya di bidang pengawasan. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam penyusunan Renstra Inspektorat Kota Pontianak, yaitu :
1. Meningkatkan kualitas dan implementasi Sistem Pengendalian Internal Pemerintah
2. Meningkatkan efektivitas pencegahan korupsi dan pengaduan masyarakat. 3. Meningkatkan implementasi sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah 4. Meningkatkan Akuntabilitas Keuangan Instansi Pemerintah
3.3.2 Telaahan terhadap Renstra Inspektorat Provinsi Visi dari Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat adalah :
Renstra Inspektorat Kota Pontianak 2015-2019 Page 51 “Mewujudkan Akuntabilitas dan Profesionalisme Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.”
Misi dari Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat adalah :
1. Meningkatkan kinerja pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang berhasil guna dan berdaya guna bagi pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat.
2. Mendorong peningkatan peran pengawasan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah melalui rekomendasi hasil pengawasan.
3. Meningkatkan kualitas pelayanan administrasi pengawasan yang didukung oleh SDM dan sarana prasarana yang handal.
Arah kebijakan pengawasan Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat adalah : 1. Mengupayakan sistem kerja dalam sebuah kelembagaan yang teratur dan
didukung oleh sarana prasarana serta SDM yang berkualitas. 2. Menyajikan data dan informasi yang akurat dibidang pengawasan. 3. Membangun sistem kinerja pengawasan yang terencana, efektif,
berkesinambungan serta mengedepankan kerja cermat, cerdas dan cepat. 4. Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan lembaga terkait demi
kelancaran program kerja Inspektorat Provinsi.
5. Melaksanakan dengan optimal pemeriksaan reguler sesuai jadwal PKPT 6. Jadikan sebagai barometer SKPD dalam pemecahan masalah dengan
berbasis pada analisis dan kajian ilmiah.
7. Mempercepat proses tindak lanjut hasil pemeriksaan.
8. Melaksanakan amanat Inpres nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi.
Berdasarkan visi dan misi Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat, maka Inspektorat Kota Pontianak menetapkan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyelenggarakan pembangunan selama lima tahun kedepan, sebagai berikut:
Renstra Inspektorat Kota Pontianak 2015-2019 Page 52 1. Mempercepat proses tindak lanjut hasil pemeriksaan.
2. Melaksanakan pemeriksaan sesuai jadwal PKPT.
3. Penambahan dan Pengembangan SDM Aparatur Pengawasan.
3.4 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Pengawasan
Pengawasan merupakan upaya untuk menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan fungsi ruang yang ditetapkan dalam rencana tata ruang. Obyek pengawasannya adalah perubahan pemanfaatan ruang (kegiatan pembangunan fisik) yang terjadi, baik yang sesuai maupun yang tidak sesuai dengan rencana beserta besaran-besaran perubahannya. Kegiatan pengawasan ini terbagi 2 (dua). Yaitu pelaporan dan pemantauan. Pelaporan adalah upaya memberikan informasi secara obyektif mengenai pemanfaatan ruang baik yang sesuai maupun tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Obyek pelaporan tersebut ialah perubahan pemanfaatan ruang dalam persil/kawasan dan tata ruang wilayah blok peruntukan. Perubahan pemanfaatan ruang di tingkat persil meliputi perubahan fungsi kegiatan dan perubahan teknis bangunan yang ada didalam persil. Akumulasi perubahan persil merupakan perubahan blok peruntukan, sedangkan perubahan peruntukan merupakan perubahan kawasan dan seterusnya menjadi perubahan wilayah yang lebih luas.
Hasil dari pelaporan ini berupa tipologi penyimpangan pemanfaatan ruang, yaitu: Besaran penyimpangan (luasan, panjang, lebar)
Bentuk dan jenis penyimpangan (fungsi,intensitas, atau teknis) Arah penyimpangan atau pergeseran pemanfaatan ruang
Kegiatan pemantauan merupakan upaya mengamati, mengawai dan memeriksa dengan cermat perubahan kualitas tata ruang dan lingkungan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Perubahan kualitas tata ruang disebabkan oleh semua pelaku pembangunan (pemerintah, swasta, dan masyarakat). Pengamatan lapangan dilakukan oleh tim yang dibentuk oleh pemerintah daerah. Pemantauan dilakukan dengan cara pemeriksaan yang melibatkan pelaku pelaanggaran
Renstra Inspektorat Kota Pontianak 2015-2019 Page 53 (dengan memeriksa lebih jauh dokumen perizinan yang dimilikinya). Tahapan pelaksanaan pemantauan adalah sebagai berikut:
Penyelidikan lapangan, dilakukan setelah tahap kegiatan pelaporan yang kemudian diperoleh indikasi penyimpangan pemanfaatan ruang persil (baik lokasi maupun tipologi penyimpangannya). Kemudian dibentuk tim penyidik yang terdiri dari beberapa dinas terkait di daerah dan rencana kerja penyidikan penyimpangan pemanfaatan ruang ke lapangan. Penyidikan ini dilakukan untuk memperoleh klarifikasi bukti pelanggaran yang telah ada pada Tim Penyidik dengan yang ada pada penguasa lahan atau bangunan untuk dilihat dan diketahui penyebab pelanggaran.
Pembahasan dan perumusan terbukti tidaknya secara teknis administratif penyimpangan atau pelanggaran yang telah diindikasikan sebelumnya.Tahap berikutnya adalah mengklasifikasikan bentuk-bentuk pelanggaran, akibat pelanggaran dan penanggungjawab pelanggaran pemanfaatan ruang.
Laporan dan Pemberitahuan. Rumusan penyimpangan dan pelanggaran tersebut kemudian disusun laporan dan pemberitahuan kepada berbagai pihak yang berkepentingan. Laporan hasil pemantauan diserahkan kepada kepala daerah untuk dievaluasi dan dibahas untuk merumuskan bentuk-bentuk penertiban.
Laporan hasil pemantauan diserahkan kepada instansi terkait untuk mempersiapkan kegiatan evaluasi terhadap pelanggaran dan penyimpangan pemanfaatan rauang untuk mendukung penetapan penertiban yang pelu diambil. Pemberitahuan hasil pemantauan kepada pelaku pelanggaran untuk mempersiapkan pertanggungjawaban pelanggaran pemanfaatan ruang yang telah dilakukan.
Evaluasi Pemanfaatan Ruang
A. Evaluasi Pemanfaatan Ruang
Kegiatan evaluasi terdri dari evaluasi terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang pesil dan evaluasi terhadap penyimpangan pemanfaatan ruang wilayah,
Renstra Inspektorat Kota Pontianak 2015-2019 Page 54 sedangkan pada tahapan penataan ruang, evaluasi dilakukan pada pelanggaran pemanfaatan ruang, lembaga penerbit izin dan evaluasi terhadap rencana tata ruang. Oleh karena itu pada tahap evaluasi ini dilakukan kegiatan :
a. Evaluasi terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang b. Evaluasi terhadap lembaga pemberi izin
c. Evaluasi terhadap rencana tata ruang.
B. Evaluasi Pelanggaran Pemanfaatan Ruang
a. Klarifikasi apakah masyarakat melaksanakan pemanfaatan ruang (perubahan) mengikuti/mematuhi izin yang telah diberikan oleh lembaga pemberi izin pemanfaatan ruang. Apabila tidak memenuhi izin yang telah diberikan, maka pelanggaran pmanfaatan ruang harus mempertanggung jawabkan pelanggarannya (dikenai sanksi jika terbukti bersalah).
b. Apabilila masyarakat melakukan pembangunan sesuai dengan izin yang dibeikan, maka kemuingkinan berikutnya adalah evaluasi terhadap lembaga pemberi izin. Apabila lembaga tersebut memberikan izin tidak sesuai dengan rencana tata ruang, maka lembaga tersebut harus mempertanggungjawabkan pelanggarannya.
c. Apabila kesalahan pemberi izin tersebut disebabkan oleh kekurangan yang ada di dalam rencana tata ruang (kurang jelas/tidakjelas, kurang/tidak rinci, tidak diatur atau kesalahan lainnya), maka perlu adanya peninjauan terhadap rencana tata ruang.
C. Bentuk Pelanggaran
Tindakan pelanggaran terjadi apabila terdapat tindakan pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Bentuk-bentuk pelanggararan pemanfaatan ruang yang terjadi antara lain:
a. Pelanggaran fungsi, dimana pemanfaatan tidak sesuai dengan fungsi ruang yang telah ditetapkan dalam rencana tata ruang.
Renstra Inspektorat Kota Pontianak 2015-2019 Page 55 b. Pelanggaran blok peruntukan, dimana pemanfaatan tidak sesuai dengan arahan peruntukani ruang yang telah ditetapkan
c. Pelanggaran persyaratan teknis, dimana pemanfaatan sesuai dengan fungsi dan peruntukan tetapi pesyaratan teknis ruang bangunan tidak sesuai dengan ketentuan dalam rencana tata ruang dan peraturan bangunan setempat.
d. Pelanggaran bentuk pemanfaatan, yaitu pemanfaatan fungsi, tetapi bentuk pemanfaatan tidak sesuai dengan arahan rencana tata ruang.
D. Jenis Pelanggaran
1, Berdasarkan keberadaan rencana tata ruang
a. Pelanggaran terjadi setelah ada rencana tata ruang, dalam arti kegiatan pembangunan dilaksanakan setelah rencana tata ruang mempunyai dasar hukum dan diundangkan.
b. Pelanggaran terjadi setelah ada rencana tata ruang, dalam arti kegiatan pembangunan dilaksanakan setelah rencana tata ruang mempunyai dasar hukum dan diundangkan.
2. Berdasarkan skala/luasnya a. Penyimpangan Persil,
Masyarakat membangun karena ketidaktahuan (tidak sengaja), kebutuhan yang mendesak atau keinginan tertentu, masyarakat membangun persilnya melanggar ketentuan izin yang telah diterima.
Instansi pemberi izin, dalam pemberian izin pembangunan, instansi yang berwenang menerbitkan izin harus mengacu pada rencana tata ruang yang telah ditetapkan dan disebabkan oleh berbagai hal,pemberi izin menerbitkan izin pembangunan tidak sesuai dengan pemanfaatan ruang yang direncanakan. Dalam kasus ini kegiatan pembangunan oleh masyarakat tidak dapat disalahkan dan diberikan sanksi yang merugikan masyakat pembangun.
Pengaturan pemanfaatan ruang atau rencana tata ruangnya, karena ketidakjelasan atauran yang rinci dan tegas dari rencana tataa ruang yang ada,
Renstra Inspektorat Kota Pontianak 2015-2019 Page 56 pemberi izin tidak dapat memahmi rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Kondisi ini dapat menyebabkan kesalahan dalam memberi izin pembangunan.
b. Penyimpangan Wilayah
Penyimpangan wilayah dapat terjadi karena akumulasi penyimpangan persil atau kawasan yang lebih luas (kepemilikan tunggal/individu atau badan hukum tertentu) akan berakibat pada perubahan wilayah yang lebih luas (kepemilikan lahan jamak). Jenis penyimpangan ini meliputi penyimpangan pemanfaatan ruang maupun struktur ruang.
Berdasarkan telaahan atas rencana tata ruang wilayah dan kajian lingkungan hidup, maka Inspektorat Kota Pontianak sebagai APIP dalam menyelenggarakan pembangunan selama lima tahun kedepan harus dapat berperan sebagai berikut:
1. Memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah (assurance activities);
2. Memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen
resiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah (anti corruption activities); dan
3. Memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah (consulting activities).
3.5. Penentuan Isu-Isu Strategis
Berdasarkan identifikasi permasalahan dan telahaan dari beberapa dokumen perencanaan lainnya, maka isu-isu strategis yang diangkat adalah:
Inspektorat tidak hanya menjadi watcdog tetapi juga sebagai quality assunce dari OPD dilingkungan Pemerintah Kota Pontianak. Dalam menjalankan fungsi Inspektorat sebagai Quality Assurance untuk menjaga nilai IPK yang ditargetkan
Renstra Inspektorat Kota Pontianak 2015-2019 Page 57 dalam RPJMD 2015-2019, terdapat beberapa kegiatan untuk menjaga dalam memperoleh IPK tersebut yaitu berupa:
a. Pendampingan konsultatif dalam pembahasan penyusunan DPA OPD
b . Sosialisasi/konsultatif pengawasan/pemeriksaan kepada OPD c. Reviu LKPD secara berkelanjutan
d. Penerapan pemeriksaan/audit berbasis resiko
e. Monitoring perencanaan sampai dengan pemanfaatan barang/jasa (probity audit).
Mempertahankan predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) menjadi suatu yang harus selalu diupayakan dan berupaya untuk menghilangkan paragraf penjelas dalam opini laporan keuangan Pemerintah Kota Pontianak.
Manajemen Resiko menjadi alternatif pilihan agar prinsip-prinsip efisiensi dan ekonomis ini dapat tercapai, sehingga nantinya pengawasan/pemeriksaan pun akan mengarah pada kegiatan APBD yang memiliki dampak resiko tinggi maupun berdampak secara langsung kepada masyarakat selaku stakeholder.
Percepatan penyelesaian tindak lanjut atas rekomendasi oleh pengawas internal maupun eksternal. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan atau meniadakan pragraf penjelas dalam opini laporan keuangan BPK-RI.
Peningkatan Nilai dari Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Kota Pontianak. Kredibilitas Pemerintah dapat dilihat dari opini laporan
keuangan maupun penilaian SAKIP yang diberikan oleh Kementerian PAN dan RB selaku pembina penilaian kinerja. Semakin tinggi nilainya, maka kepercayaan masyarakat akan semakin tinggi pula terhadap pemerintahan.
Pengembangan kemampuan SDM dalam bidang pengawasan,
Isu yang ini merupakan ujung tombak dalam pengawasan, SDM yang profesional akan menghasilkan sesuatu yang berkualitas. Inspektorat menyadari akan hal itu, sehingga pengembangan SDM merupakan hal yang wajib bagi setiap aparat pengawasan.
Renstra Inspektorat Kota Pontianak 2015-2019 Page 58 Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) bagi setiap masing-masing tugas.
Adapun metode yang digunakan dalam menentukan Isu-isu Strategis ini yaitu: Metode Interaksi antara faktor Strangths dengan faktor Opportinuties dengan prinsip menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.
Metode Interaksi antara faktor Strangths dengan faktor Treaths dengan prinsip menggunakan kekuatan untuk menghindari atau mengatasi ancaman.
Metode Interaksi antara faktor Weaknesses dengan faktor Opportinuties dengan prinsip atasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang. Atau memanfaatkan peluang dengan meminimalkan kelemahan.
Metode Interaksi antara faktor Weaknesses dengan faktor Threaths dengan Metode Analisis SWOT ini dimaksudkan untuk menentukan tingkat urgensi dan dampak potensial serta skala prioritasnya. Dengan pencermatan terhadap lingkungan internal dan eksternal organisasi dapat diidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada Inspektorat Kota Pontianak.
Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan pada Inspektorat Kota Pontianak
KEKUATAN (Strengths) KELEMAHAN (Weaknesses) 1 Ketersediaan Sarana/Alat
Pengawasan dan SDM
1 Keterbatasan Sumber Daya Manusia
2 Komitmen Pimpinan dalam meningkatkan Kapabilitas APIP
2 Kurang tenaga pengawas yang memiliki integritas dan independen 3 Inspektorat sebagai Penjamin
Mutu (Quality Assurance) dan pemberian asistensi
3 Penyempurnaan Pedoman Operasional Pemeriksaan Reguler yang disingkronkan dengan kebijakan Pemerintah Pusat.
4 Tingginya Animo dari APIP dalam meningkatkan kinerjanya
4 Belum menerapkan sistem pemberian penghargaan dan pengenaan sanksi (Reward and Punishment)
Renstra Inspektorat Kota Pontianak 2015-2019 Page 59 5 Ketersediaan Anggaran
Pengawasan
5 Penyerapan anggaran yang belum optimal
PELUANG (Opportinuties) TANTANGAN (Threaths) 1 Adanya peraturan
perundang-undangan dan kebijakan pemerintah yang mendukung peran Inspektorat.
1 Prosedur/kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementerian sering berubah.
2 Adanya dukungan yang kuat dari Walikota dan Wakil Walikota Pontianak terhadap pengawasan yang dilakukan oleh Inspektorat
2 Mempertahankan opini WTP dan menghilangkan paragraf penjelas dan peningkatan akuntabilitas kinerja.
3 Efektivitas Dampak Hasil Pemeriksaan
3 Jumlah temuan/pelanggaran masih relatif tinggi
4 Adanya Penguatan
kelembagaan APIP dan kebijakan independensi dan obyektifitas.
4 Kapabilitas APIP Kota pada Level 2 dan sudah harus menuju ke Level 3
5 Adanya dukungan masyarakat terhadap pengawasan
5 Penyelesaian terhadap Kasus Pengaduan