• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. A. Latar Belakang. Bank Indonesia adalah Lembaga Tinggi Negara yang mempunyai posisi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I. A. Latar Belakang. Bank Indonesia adalah Lembaga Tinggi Negara yang mempunyai posisi"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

A. Latar Belakang

Bank Indonesia adalah Lembaga Tinggi Negara yang mempunyai posisi yang sangat strategis dalam mendukung pembangunan nasional dalam hal perekonomian baik dalam melayani pemerintahan Negara maupun dunia keuangan dan perbankan di Indonesia. Stabilitas di suatu Negara terustama di Indonesia juga merupakan cita-cita yaitu menciptakan kesejahteraan umum bagi bangsa dan Negara dengan cara memfokuskan atau mengoptimalkan fungsi kinerja dari pengawasan suatu lembaga yang dibentuk oleh Bank Indonesia sebagai lembaga untuk membantu yaitu terutama di bidang pengawasan. Dalam melakukan fungsi pengawasan terhadap bank-bank yang ada di Indonesia diatur dalam Pasal 8 huruf C Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 Tengtang Bank Indonesia, yang selanjutnya disebut sebagai Undang-Undang Bank Indonesia. Berhubungan juga dengan di dalam Pasal 34 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia adalah dibentuknya lembaga pengawas pada jasa keuangan yang dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan. Maka lahirnya lembaga Otoritas Jasa Keuangan,peran serta Bank Indonesia sebagai lembaga pengawasan Bank beralih kepada Lembaga Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

(2)

2

Kewenangan Bank Indonesia di Bidang Pengawasan Perbankan Secara Umum yaitu Tugas mengatur dan mengawasi bank itu penting tidak saja untuk mendukung kelancaran sistem pembayaran, tetapi juga untuk meningkatkan efektivitas kebijakan moneter dalam mempengaruhi perkembangan ekonomi dan inflasi.1 Berdasarkan Undang-Undang BI, kewenangan Bank Indonesia dalam fungsinya meliputi :

a. menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter

b. mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran

c. mengatur dan mengawasi Bank.2

Terkait dengan kewenangan mengatur dan mengawasi bank, bank Indonesia mempunyai kewenangan untuk pemberian dan pencabutan izin usaha suatu bank, pemberian izin pembukaan, penutupan, dan pemindah kantor bank, termasuk pula persetujuan mengenai peningkatan status kantor bank dan pemberian persetujuan kepemilikan dan kepengurusan bank dilakukan dengan Keputusan Gubernur Bank Indonesia. 3

Di dalam pasal 26 Undang–Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia diamantkan bahwa untuk mengatur dan mengawasi bank didelegasikan atau akan dialihkan kepada lembaga tertentu yang

1

Adrian Sutedi,OTORITAS JASA KEUANGAN,Niaga Swadaya,Jakarta,2014,hal., 8 2

Pasal 8 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia 3

Penjelasan Pasal 26 huruf a sampai dengan c Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

(3)

3

mempunyai tugas itu, berdasarkan Undang-Undang OJK Nomor 21 Tahun 2011 lembaga yang dimaksud adalah Otoritas Jasa Keuangan. OJK juga mempunyai bagian dan fungsi masing-masing, fungsi yang paling utama adalah proses pengawasan terhadap lembaga keuangan yang dimana dahulu Bank Indonesia yang memegang fungsi ini, namun untuk sekarang sudah dialihkan semuanya ke OJK.4

Menurut Wiwin Sri Haryani dalam jurnalnya yang berjudul independensi Otoritas Jasa Keuangan dalam perspektif Undang-Undang nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, mengatakan bahwa sejarah pembentukan lembaga pengawasan pada dasarnya telah dilaksanakan pada tanggal 31 Desember 2010 Namun dalam prosesnya di tahun 2010 perintah untuk pembentukan OJK masih belum bisa, dan baru bisa terealisasi setelah tanggal 22 November 2011 setelah disahkan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, yang dimana lembaga ini nantinya akan melakukan pengawasan di sektor jasa keuangan menggantikan fungsi pengawasan Bank Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK) agar menjadi terintegrasi dan komprehensif.5

Secara historis, ide pembentukan OJK sebenarnya adalah hasil kompromi untuk menghindari jalan buntu pembahasan undang-undang tentang

4

Hermansyah, Edisi Revisi Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Kencana, Jakarta. 2011, hlm. 185-186.

5

Wiwin Sri Haryani, Independensi Otoritas Jasa Keuangan dalam Perspektif Undang-Undang

Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Jurnal Legislasi Indonesia. Vol.9 No.3

(4)

4

Bank Indonesia oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).6 Pada awal pemerintahan Presiden Habibie, pemerintah mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Bank Indonesia yang memberikan independensi kepada bank sentral tersebut. RUU ini disamping memberikan independensi tetapi juga mengeluarkan fungsi pengawasan perbankan dari Bank Indonesia (BI). Ide pemisahan fungsi pengawasan dari bank sentral ini datang dari Helmut Schlesinger, mantan Gubernur Bundesbank (Bank Sentral Jerman) yang pada waktu penyusunan RUU (kemudian menjadi Undang-Undang No. 23 Tahun 1999) bertindak sebagai konsultan. Mengambil pola Bank Sentral Jerman yang tidak mengawasi bank.7

Latar belakang pembentukan OJK adalah diperlukannya lembaga yang mempunyai otoritas untuk melakukan pengawasan terhadap seluruh lembaga keuangan, otoritas jasa keuangan bertanggung jawab terhadap kegiatan usaha yang dilakukan oleh bank maupun lembaga keuangan non bank.8 Dengan demikian ada satu lembaga yang memiliki otoritas untuk melakukan pengawasan secara menyeluruh terhadap industry keuangan di Indonesia. Dalam hal ini perlu adanya suatu alternatif untuk menjadikan pengaturan dan pengawasan maupun lembaga keuangan lainnya dalam satu atap. Hal ini mengingat tujuan dari pengaturan dan pengawasan perbankan adalah menciptakan sistem

6

Neni Sri Imaniyati, Pengantar Hukum Perbankan Indonesia, Refika Aditama, Bandung, 2010, Hal., 195.

7

Zulkarnain Sitompul, Kemungkinan Penerapan Universal Banking System di Indonesia: Kajian dari Perspektif Bank Syariah Jurnal Hukum Bisnis, Volume 20, Agustus-September 2002, hlm. 4. 8 Ktut Silvanita Mangani, Bank Dan Lembaga Keuangan Lain, Erlangga, Jakarta, 2015, Hal., 156.

(5)

5

perbankan yang sehat, yang memenuhi tiga aspek, yaitu perbankan yang dapat memelihara kepentingan masyarakat dengan baik, berkembang secara wajar, dalam arti di satu pihakmemperhatikan faktor risiko seperti kemampuan, baik dari sistem, finansial, maupun sumber daya manusia.9

Penelitian yang penulis buat adalah untuk memberikan penjelasan apa saja yang menjadi kewenangan, dan hak apa saja yang seharusnya dilakukan oleh lembaga pengawas perbankan yang di sebut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai salah satu lembaga pengawas yang ada di Indonesia. Penulis disini tidak hanya menjelaskan peran dan kewenangan OJK tanpa menjelaskan terlebih dahulu hubungan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (B1) yang dimana keduanya sama-sama memiliki peran sebagai pengawas di bidang perbankan Indonesia. Penilitan ini juga saya tulis berdasarkan bahan referensi dari berbagai jurnal, buku, dan artikel. Oleh demikian penulis tertarik untuk menganalisis secara mendalam,yang hasilnya dituangkan dalam bentuk penelitian dengan judul“Peran Otoritas Jasa Keuangan TerhadapPerbankan”

B. Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari judul diatas, maka penulis akan memfokuskan penelitian ini pada Research Issues: Peran (normatif) Otoritas Jasa Keuangan

9

Hermansyah, Edisi Revisi Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Kencana, Jakarta. 2011, hlm. 175-176.

(6)

6

dalam sistem industri keuangan Indonesia. Untuk membantu pengkajian terhadap Research Issues diatas, maka penulis mengajukan Research question sebagai berikut:

a. Bagaimana sejarah terbentuknya OJK? b. Tugas dan Tanggung jawab OJK c. Konflik BI dan OJK?

C. Tujuan Penelitian.

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk :

1. Memperoleh deskripsi lengkap, rinci dan sistematis mengenai karakteristik alasan dibentuknya OJK;

2. Memperoleh deskripsi lengkap, rinci dan sistematis mengenai fungsi, tujuan dan peran (normatif) OJK;

3. Memperoleh deskripsi lengkap, rinci dan sistematis mengenai konflik OJK dan BI

D.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penulis yang dapat diambil:

1. Manfaat Teoritis :

Penulis dapat memberikan wawasan atau pemikiran dalam perkembangan yang terjadi di Indonesia terkhusus untuk Ilmu Hukum di bagian Hukum Perdata dalam bidang perbankan dan lembaga keuangan bukan bank.

(7)

7

2. Manfaat Praktis :

Memberikan saran bagi warga atau pihak lain seperti lembaga yang diteliti.

E.

Metode Penelitian (Langkah Penelitian)

Disini saya sebagai penulis ingin menjelaskan tentang bagaimana urutan-urutan tentang penulisan penelitian saya:

a. Jenis

Jenis penelitian dalam karya ilmiah ini adalah penelitian secara yuridis normatif . Menurut Peter Mahmud Marzuki legal research atau rechtsonderzoek (penelitian hukum) adalah normatif10. Jenis penelitian dalam karya ilmiah ini adalah penelitian secara yuridis normatif. Penelitian ini juga dilakukan dengan cara meneliti bahan-bahan pustaka yang terdiri dari bahan hukum primer dan sekunder.

b. Pendekatan

Yaitu dengan dilakukan pendekatan undang-undang (statue approach), pendekatan secara konseptual (conceptual approach). Pendekatan tersebut dilakukan secara sistematis.

c. Bahan Hukum : Bahan Hukum yang penulis gunakan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan

10

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2005, Hal., 11.

(8)

8

POJK NOMOR 41 /POJK.03/2017 Tentang Persyaratan Dan Tata Cara Pemeriksaan Bank

d. Analisis: Metode Analisis yaitu berdasarkan Normatif yang memulai pertama dengan meneliti dari bahan-bahan pustaka dari berbagai refrensi tadi yang telah saya sebutkan sebagai tahapan awal untuk memperoleh aturan atau norma-norma hukum sebagai hukum obyektif. Tahapan kedua yaitu Hukum yang bersifat subyektif yang saya maksud dalam hukum yang bersifat subyektif ini yaitu sifat sifat apa yang timbul sebagai hak dan kewajiban. Penelitian penulis yaitu bersifat deskriptif yang menggambarkan apa-apa saja mengenai kasus- kasus yang dialami masyarakat. Penulis juga melakukan penelitan dengan berdasarkan asas-asas hukum.

e. Unit Analisa:

a. Penelitian dari bahan pustaka

Pengumpulan data dan informasi dari berbagai refrensi seperti jurnal, artikel, dan buku karangan para ahli yang saya baca dan memahami secara betul tentang apa yang penulis baca dan penulis tuangkan ke penelitian ini yang sekiranya berkaitan dengan studi kasus masalah saya ini.

b. Mengakses dari website

Pengumpulan data dan informasi yang sekiranya penulis akses dari berbagai website untuk refrensi penulis sebagai informasi dan saya mengambil hanya intinya dalam tulisan saya ini yang juga sekiranya berkaitan dengan studi kasus masalah saya ini.

(9)

9

c. Melihat dari putusan

Pengumpulan data dan informasi mungkin penulis juga nantinya melihat juga dari berbagai putusan-putusan yang mungkin sebagai dasar penulis juga dalam melakukan penulisan tersebut ini.

Referensi

Dokumen terkait

KEGIATAN : KEGIATAN PERENCANAAN DAN PENGAWASAN TEKNIS PENINGKATAN JALAN DAN PENGGANTIAN JEMBATAN PROVINSI PAKET : PENGAWASAN PENINGKATAN JALAN DAN JEMBATAN DI BPT WILAYAH PURWODADI..

Pada sistem bagi hasil antara syirkah al-‘inan dengan Koperasi Muamalah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry memiliki sedikit perbedaan karena pada syirkah inan sistem

Hasil analisis pakar menunjukkan: (1) terdapat isi uraian modul yang tidak penting bahkan salah; (2) beberapa pargraf yang tidak baik susunannya atau tidak memenuhi

Template Dokumen ini adalah milik Direktorat Pendidikan - ITB Dokumen ini adalah milik Program Studi PSPA-SF ITB. Dilarang untuk me-reproduksi dokumen ini tanpa diketahui

Saya mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro meminta kesediaan orang tua/wali siswa untuk turut mengambil bagian dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh

Haryasudirja Kampus ITNY, di dapat nilai tertinggi pada bagian sistem utilitas dengan nilai mean 2,900 pada item sistem listrik darurat yang diperoleh dari

menyelenggarakan sidang memilih Wapres dari 2 calon usul Pres. Sebelum menjabat, Pres

pemeriksaan laboratorium yang dilakukan oleh pasien. Sistem dapat menangani pendaftaran pemeriksaan pasien kolektif. Tidak menangani proses penyerahan komisi dokter pengirim,