• Tidak ada hasil yang ditemukan

Agropolitan Ciwidey_2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Agropolitan Ciwidey_2"

Copied!
211
0
0

Teks penuh

(1)

PENYUSUNAN MASTERPLAN

PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH

(KAWASAN AGROPOLITAN CIWIDEY)

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG

BADAN PERENCANAAN DAERAH

(2)

Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah i

D

AFTAR

I

SI

KATA PENGANTAR ... i

SAMBUTAN BUPATI BANDUNG ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB 1. PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar Belakang ... I-1 1.2. Tujuan ... I-3 1.3. Sasaran ... I-3 1.4. Ruang Lingkup Wilayah ... I-4 BAB 2. KERANGKA PEMIKIRAN ... II-1 BAB 3. TINJAUAN KEBIJAKAN ... III-1

3.1. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang ... III-1 3.2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Kabupaten Bandung Tahun 2005-2010 ... III-2 3.2.1. Visi Kabupaten Bandung ... III-2 3.2.2. Misi Kabupaten Bandung ... III-3 3.2.3. Prioritas Pembangunan Daerah di Kabupaten

Bandung ... III-3 3.3. Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung

2007-2006 ... III-5 3.3.1. Rencana Struktur Tata Ruang Kota ... III-6 3.3.2. Rencana Pola Pemanfaatan Ruang ... III-7 3.3.3. Rencana Pengembangan Sarana Transportasi ... III-7 3.3.4. Pengendalian ... III-9 3.4. Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTR) Kota Ciwidey

2004-2014 ... III-10 3.4.1. Struktur Pusat-pusat Pelayanan ... III-10 3.4.2. Rencana Pemanfaatan Ruang ... III-12 3.4.3. Rencana Moda Angkutan Umum ... III-16 3.5. Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah)

(RIPPDA) Kabupaten Bandung 2004-2009 ... III-17 3.5.1. Arah Kebijakan Pengembangan Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Bandung ... III-17 3.5.2. Rencana Pengembangan Pariwisata Partisipatif .... III-17 3.5.3. Rencana Pembangunan Kawasan Lingkungan

(3)

Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah ii

BAB 4. METODOLOGI ... IV-1 4.1. Metode Pendekatan ... IV-1 4.2. Metoede Analisis ... IV-4 4.2.1. Metode Analisis Kesesuaian Lahan ... IV-4 4.2.2. Metode Partisipatif ... IV-6 4.2.3. Analisis Perkembangan Wilayah ... IV-11 4.2.4. Keterkaitan Biofisik Tata Ruang ... IV-18 BAB 5. GAMBARAN UMUM ... V-1 5.1. Batas Administrasi Wilayah dan Batas Fisik Kota ... V-1 5.2. Fisik Dasar ... V-4 5.2.1. Hidrologi ... V-5 5.2.2. Geologi/Bahan Induk ... V-7 5.2.3. Topografi ... V-9 5.2.4. Tanah ... V-11 5.2.5. Penggunaan Lahan ... V-22 5.3. Kependudukan ... V-24 5.3.1. Jumlah dan Persebaran Penduduk ... V-24 5.3.2. Jumlah Angkatan Kerja ... V-26 5.3.3. Struktur Mata Pencaharian Penduduk ... V-27 5.3.4. Tingkat Pendidikan Penduduk ... V-29 5.4. Kondisi Perekonomian ... V-30 5.4.1. Pertumbuhan dan Struktur Ekonomi Regional ... V-30 5.4.2. Pemusatan Ekonomi Penduduk ... V-38 5.4.3. Keterkaitan Sektor Pertanian, Industri dan

Perdagangan ... V-39 5.5. Kondisi Sarana dan Prasarana ... V-40 5.5.1. Sarana Pendidikan ... V-40 5.5.2. Sarana Kesehatan ... V-42 5.5.3. Air Bersih ... V-44 5.5.4. Sarana Peribadatan ... V-45 5.5.5. Sarana dan Prasarana Informasi dan

Telekomunikasi ... V-45 5.5.6. Perdagangan dan Jasa ... V-47 5.5.7. Koperasi ... V-50 5.5.8. Transportasi ... V-51 5.6. Pertanian ... V-58 5.7 Rantai Tata Niaga Komoditas Unggulan ... V-61

BAB 6. POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN... VI-1

6.1. Kesesuaian Lahan ... VI-1 6.2. Komoditas Unggulan Partisipatif ... VI-6 6.2.1. Sub Sektor dan Jenis Komoditas ... VI-6 6.2.2. Sebaran Jenis Komoditas ... VI-7 6.2.3 Komoditas Unggulan Kawasan ... VI-9 6.2.4. Komoditas Unggulan Prioritas ... VI-10 6.2.5. Kajian per Komoditas Unggulan Prioritas ... VI-11 6.2.6. Permasalahan... VI-23 6.2.7. Strategi Pelaksanaan ... VI-29 6.3. Analisis Finansial Komoditas Unggulan ... VI-30 6.3.1 Komoditas Unggulan ... VI-30 6.3.2 Home Industry ... VI-34 6.4. Pusat-Pusat Pertumbuhan Wilayah ... VI-36

(4)

Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah iii

6.4.1. Skalogram ... VI-36 6.4.2. Analisis SQ dan SSA ... VI-40 6.5. Dinamika Kependudukan ... VI-51 6.5.1. Kecamatan Ciwidey ... VI-53 6.5.2. Kecamatan Rancabali ... VI-55 6.5.3. Kecamatan Pasirjambu ... VI-56 6.6. Aksesibilitas Wilayah ... VI-58 6.6.1. Kondisi Jalan ... VI-58 6.6.2. Moda Angkutan Umum ... VI-60 6.6.3. Lalu Lintas ... VI-62 6.6.4. Aksesibilitas Informasi dan Komunikasi ... VI-63 BAB 7. RENCANA PENGEMBANGAN

7.1. Penetapan Zona Pengembangan ... VII-1 7.2. Penetapan Pusat-Pusat Pengembangan ... VII-3 7.3. Rencana Pengembangan Aksesibilitas Wilayah ... VII-8

7.4. Kesimpulan ... VII-9 7.5. Penutup ... VII-11

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN

(5)

Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah iv

D

AFTAR

T

ABEL

No. Teks Halaman

3.1 Pengendalian Pemanfaatan Ruang per WP ... III-8 4.1. Daftar Peserta Pelatihan ... IV-7

4.2. Sebaran Sumber Daya Manusia pada Proses Pelaksanaan .. IV-8

4.3. Jadwal Pelaksanaan RRA dan FGD tiap Desa ... IV-10

4.4. Jenis dan Kriteria Penetapan Kawasan Budidaya

Berdasarkan Undang-undang No. 47 Tahun 1997 ... IV-19

4.5. Pemanfaatan Ruang dan Kesesuaiannya untuk Kegiatan

Pertanian ... IV-22

4.6. Alokasi Ruang dan Kesesuaiannya untuk Kegiatan Pertanian IV-23

4.7. Interaksi Matriks Penggunaan Lahan dan Rencana Alokasi

Pemanfaatan Ruang ... IV-24 5.1. Luas Wilayah per Desa ... V-3 5.2. Jumlah Curah Hujan di Daerah Penelitian ... V-4

5.3. Temperatur Rata-rata,Maksimum dan Minimum Daerah

Cirata dan pada Ketinggian 1000 meter di atas permukaan

laut ... V-6

5.4. Sebaran Bahan Induk di Kawasan Agropolitan Ciwidey ... V-7

5.5. Bentuk Wilayah Kawasan Agropolitan Ciwidey ... V-9 5.6. Sebaran Landform Kawasan Agropolitan Ciwidey ... V-11

5.7. Legenda Peta Tanah Kawasan Agropolitan Ciwidey ... V-13

5.8. Penggunaan Lahan Kawasan Agropolitan Ciwidey Tahun

2006 ... V-22

5.9. Jumlah dan Persebaran Penduduk Kawasan Agropolitan

Ciwidey Tahun 2000-2006 ... V-24

5.10. Kepadatan Penduduk Rata-rata per Desa Kawasan

Agropolitan Ciwidey (jiwa/ha) Tahun 2006 ... V-25

5.11. Jumlah Angkatan Kerja per Kecamatan Kawasan Agropolitan

Ciwidey ... V-26

5.12. Persentase Angkatan Kerja per Kecamatan Kawasan

Agropolitan Ciwidey ... V-26

5.13. Jumlah Angkatan Kerja Kawasan Agropolitan Ciwidey

(6)

Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah v

Lanjutan Daftar Tabel

No. Teks Halaman

5.14. Persentase Angkatan Kerja Kawasan Agropolitan Ciwidey

... V-27 5.15. Jumlah Penduduk per Lapangan Usaha ... V-28 5.16. Persentase Penduduk per Lapangan Usaha ... V-28

5.17. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Kawasan

Agropolitan Ciwidey Tahun 2006 ... V-29 5.18. Jumlah Unit Sekolah (Sekolah Negeri dan Swasta) di

Kawasan Agropolitan Ciwidey Tahun 2006 (jiwa) ... V-30 5.19. PDRB Kecamatan Atas Dasar Harga Konstan Tahun

2005-2006 (juta rupiah) ... V-31

5.20. PDRB Kabupaten Bandung Atas Harga Konstan (juta rupiah)

Tahun 2005-2006 ... V-32

5.21. PDRB Kecamatan Sektor Kegiatan Atas Dasar Harga

Konstan (juta Rp) Tahun 2005-2006 ... V-33

5.22. Distribusi Persentase PDRB Kecamatan Ciwidey Atas Dasar

Harga Konstan Tahun 2006 (% persen) ... V-36

5.23. Laju Pertumbuhan PDRB Kecamatan Ciwidey Atas Dasar

Harga Konstan Tahun 2006 (% persen) ... V-37 5.24. Nilai LQ Ketiga Kecamatan Berdasar Lapangan Usaha di

Kabupaten Bandung Tahun 2006 ... V-39 5.25. Jumlah Sekolah (unit) Kawasan Agropolitan Ciwidey Tahun

2006 ...

V-41

5.26. Jumlah Lembaga Pendidikan/Keterampilan (unit) Kawasan

Agropolitan Ciwidey Tahun 2006 ... V-42

5.27. Jumlah Sarana Kesehatan (unit) Kawasan Agropolitan

Ciwidey Tahun 2006 ... V-43

5.28. Sumber Air Bersih untuk Minum Kawasan Agropolitan

Ciwidey Tahun 2006 ... V-44 5.29. Jumlah Sarana Peribadatan (unit) Kawasan Agropolitan

Ciwidey Tahun 2006 ... V-45

5.30. Jumlah Sarana dan Prasarana Infokom (unit) Kawasan

Agropolitan Ciwidey Tahun 2006 ... V-46

5.31. Jumlah Sarana Perdagangan dan Jasa (unit) Kawasan

Agropolitan Ciwidey Tahun 2006 ... V-48 5.32. Jumlah Koperasi (unit) Kawasan Agropolitan Ciwidey Tahun

2006 ………...

V-50

(7)

Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah vi

Lanjutan Daftar Tabel

No. Teks Halaman

5.34. Kondisi Aksesibilitas di Kawasan Agropolitan Ciwidey ... V-52 5.35. Kondisi Kelas Jalan di Kawasan Agropolitan Ciwidey ... V-52 5.36. Perbandingan Volume Lalu-Lintas (smp/jam) Tahun

2002-2006 ... V-57 5.37. Perbandingan Pertumbuhan Volume Lalu-Lintas (%) Tahun

2002-2006 ... V-57 5.38 Jumlah Kendaraan (unit) per Jenis ... V-58 5.39. Persentase Kendaraan (%) per Jenis ... V-58

5.40 Rata-Rata Produksi Komoditas Pertanian (Kw/Ha) di

Kawasan Agropolitan Ciwidey ... V-58 6.1. Komoditas dan Kelas Kesesuaian Lahan ... VI-1 6.2. Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan ... VI-3 6.3 Kelas Kesesuaian Lahan di Kawasan Agropolitan ... VI-4 6.4. Matriks Sebaran Jenis Komoditas per Desa ... VI-8 6.5. Luas Areal, Mulai Dikelola, dan Jasa Wisata ... VI-21 6.6. Pengelolaan dan Perawatan ... VI-22 6.7 Jumlah Pengunjung ... VI-22 6.8. Matriks Masalah per Komoditas ... VI-24

6.9. Analisis Finansial dari Berbagai Komoditas Unggulan

Kawasan Agropolitan Ciwidey ... VI-31 6.10. Hasil Analisis Skalogram Kawasan Agropolitan Ciwidey ... VI-37

6.11. Pola Pemusatan Sektor Kegiatan Kawasan Agropolitan

Ciwidey ... VI-42 6.12. Pola Pemusatan Berdasarkan Luas Tanam Hortikultur dan

Palawija Tahun 2006 Kawasan Agropolitan Ciwidey ... VI-44

6.13. Pola Pemusatan Komoditas Berdasarkan Luas Panen

Hortikultura dan Palawija Kawasan Agropolitan Ciwidey

Tahun 2006 ... VI-45

6.14. Nilai Shift share Analysis Sektor Kegiatan Kawasan

Agropolitan Ciwidey Tahun 2005-2006 ... VI-47 6.15. Nilai Shift share Analysis Luas Tanam Hortikultura Kawasan

Agropolitan Ciwidey Tahun 2005-2006 ... VI-50 6.16 Nilai Shift Share Analisis Luas Panen Hortikultura Kawasan

Agropolitan Ciwidey Tahun 2005-2006 ... VI-51

7.1. Luas Kegiatan per Zone Pengembangan Kawasan

(8)

Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah vii

Lanjutan Daftar Tabel

No. Teks Halaman

7.2. Luas Kegiatan per Zone Pengembangan Kawasan

Agropolitan Ciwidey ... VII-4 7.3. Pembagian Zona Pengembangan I di Kawasan Agropolitan

Ciwidey ... VII-5

7.4. Matriks Kebijakan, Strategi, Indikasi Program

Pengembangan Komoditas ... VII-12 7.5. Matriks Kebijakan, Strategi, Indikasi Program Tata Ruang... VII-18

(9)

Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah viii

D

AFTAR

G

AMBAR

No. Teks Halaman

1.1. Peta Situasi Lokasi Studi ……….. I-5

2.1. Pendekatan Permasalahan ……….. II-3

3.1. Rencana Struktur Ruang Kota Kabupaten Bandung ……….. III-6

3.2. Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Kabupaten Bandung ….. III-7

3.3. Rencana Peningkatan Pembangunan Terminal dan

Pengembangan Sarana Angkutan Massal Tahun 2026 …….. III-8

4.1. Kerangka Pendekatan ………... IV-3

4.2. Proses Kajian Lapang Komoditas Unggulan ………. IV-7

5.1. Peta Administrasi Kawasan ... V-2

5.2. Peta Sebaran Bahan Induk Kawasan Agropolitan Ciwidey .... V-8

5.3. Peta Kemiringan Lereng Kawasan Agropolitan Ciwidey ... V-10

5.4. Peta Jenis Tanah Kawasan Agropolitan Ciwidey ... V-20

5.5. Peta Penggunaan Lahan Kawasan Agropolitan Ciwidey ... V-23

5.6. Persentase PDRB per Kecamatan di Ciwidey Tahun 2006 .... V-31

5.7. Kontribusi PDRB per Sektor di Kecamatan Ciwidey Tahun

2006 ... V-34

5.8. Kontribusi PDRB per Sektor di Kecamatan Rancabali Tahun

2006 ... V-35

5.9. Kontribusi PDRB per Sektor di Kecamatan Pasirjambu

Tahun 2006 ... V-38 5.10. Rata-rata Produksi Padi Sawah (Kw/Ha) ... V-59 5.11. Rata-rata Produksi Padi Ladang (Kw/Ha) ... V-59 5.12. Rata-rata Produksi Palawija (Kw/Ha) ... V-60 5.13. Rata-rata Produksi Hortikultura (Kw/Ha) ... V-60 5.14. Rantai Tata Niaga Komoditas Hortikulutura ... V-61 5.15. Rantai Tata Niaga Komoditas Strawberry ... V-62 5.16. Rantai Tata Niaga Komoditas Padi Sawah ... V-62 5.17. Rantai Tata Niaga Komoditas Teh Rakyat ... V-63 6.1. Jumlah Jenis Komoditas Unggulan untuk Setiap Sub Sektor

Agribisnis ... VI-6 6.2. Sebaran Komoditas Unggulan per Desa ... VI-7

6.3. Sebaran Komoditas Unggulan per Sub-Sektor Agribinis ... VI-10

6.4. Jumlah Jenis Komoditas yang Menjadi Prioritas di Kawasan

Ciwidey ... VI-11 6.5. Strategi Pelaksanaan ... VI-29 6.6. Analisis Tujuan ... VI-30

(10)

Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah ix

Lanjutan Daftar Gambar

No. Teks Halaman

6.7. B/C Ratio Rata-rata Komoditas Unggulan di Kawasan

Agropolitan Ciwidey ... VI-32 6.8. L/R Rata-rata Komoditas Unggulan di Kawasan Agropolitan

Ciwidey ... VI-32 6.9 Analisis B/C Ratio Home Industry di Kawasan Agropoliitan

Ciwidey ...

VI-35

6.10. Peta Hirarki Desa ... VI-39

6.11. Pertumbuhan Penduduk di Kawasan Agropolitan Ciwidey ... VI-35

6.12. Pertumbuhan Penduduk di Tiga Kecamatan ... VI-52

6.13. Pertumbuhan Penduduk Desa di Kecamatan Ciwidey ... VI-53

6.14. Kepadatan Penduduk Desa di Kecamatan Ciwidey Tahun

2006 ... VI-53

6.15. Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas per Tingkat

Pendidikan di Kecamatan Ciwidey ... VI-54

6.16. Pertumbuhan Penduduk Desa di Kecamatan Rancabali ... VI-55

6.17. Kepadatan Penduduk Desa di Kecamatan Rancabali Tahun

2006 ... VI-56

6.18. Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas per Tingkat

Pendidikan di Kecamatan Rancabali ... VI-56

6.19. Pertumbuhan Penduduk Desa di Kecamatan Pasirjambu ... VI-57

6.20. Kepadatan Penduduk Desa di Kecamatan Pasirjambu Tahun

2006 ... VI-57

6.21. Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas per Tingkat

Pendidikan di Kecamatan Pasirjambu ... VI-58 6.22. Persentase Kerusakan Jalan di Kecamatan Ciwidey ... VI-59 6.23. Persentase Kerusakan Jalan di Kecamatan Rancabali ... VI-59

Persentase Kepemilikan Telepon Kabel per Keluarga Tahun

2006 ... VI-63

7.1. Peta Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan Agropolitan

Ciwidey...

VII-5

7.2 Peta Struktur Pemanfaatan Ruang Kawasan Agropolitan

Ciwidey...

(11)

Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah I - 1

BAB

1

P

ENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu misi pembangunan Kabupaten Bandung tahun 2005-2010 adalah meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat Kabupaten Bandung melalui pengembangan potensi ekonomi daerah. Hal ini telah tercantum dalam visi Kabupaten Bandung yaitu ”Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Bandung yang Repeh Rapih Kertaraharja, melalui Akselerasi Pembangunan Partisipatif yang Berbasis Religius, Kultural dan Berwawasan Lingkungan, dengan Berorientasi pada Peningkatan Kinerja Pembangunan Desa”. Sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bandung Tahun 2005-2010.

Kabupaten Bandung merupakan daerah yang memiliki potensi ekonomi yang cukup tinggi terutama pada sektor pertanian dan industri, sehingga paradigma pembangunan ekonomi di Kabupaten Bandung harus dititikberatkan pada keselarasan pengembangan pertanian yang kuat dengan industri yang maju dengan bertumpu pada pengembangan potensi sumberdaya lokal. Selain itu, pengembangan potensi ekonomi daerah juga harus membuka ruang bagi terciptanya demokrasi ekonomi yang bertumpu pada ekonomi kerakyatan.

Pemanfaatan dan pengembangan potensi ekonomi daerah sesuai sumber daya alam yang dimiliki Kabupaten Bandung merupakan salah satu kebijakan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Bandung. Pengembangan pertanian (agribisnis) merupakan salah satu kekuatan inti (core business) perekonomian daerah yang secara alami mempunyai prospek tidak dalam skala lokal dan regional, namun harus mampu bersaing dalam skala nasional maupun internasional.

Salah satu yang menjadi core pembangunan perdesaan dan pertanian di Indonesia saat ini adalah konsep agropolitan. Sejak ditetapkannya 8 kawasan perintis agropolitan tahun 2002, konsep ini semakin dikenal oleh banyak daerah. Konsep ini semakin diperkuat dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 26

(12)

Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah I - 2

Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (sebagai revisi Undang-Undang 24 Tahun 1992).

Pengembangan kawasan pertanian di Kabupaten Bandung diprioritaskan pada kawasan pertanian yang berpotensi menjadi kawasan agropolitan, melalui kegiatan:

(1) Pemberdayaan masyarakat pelaku agribisnis agar mampu meningkatkan produksi, produktivitas komoditi pertanian serta produk-produk olahan pertanian yang dilakukan dengan pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang efisien dan menguntungkan serta berwawasan lingkungan

(2) Penguatan kelembagaan petani

(3) Pengembangan kelembagaan sistem agribisnis (penyedia agroinput,

pengolahan hasil, pemasaran dan penyedia jasa),

(4) Pengembangan kelembagaan penyuluh pembangunan terpadu

(5) Pengembangan iklim yang kondusif bagi usaha dan investasi

(6) Peningakatan sarana dan prasarana umum

(7) Peningkatan sarana dan prasarana kesejahteraan sosial

Sehubungan dengan itu, kegiatan pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten Bandung diperlukan sebagai dasar perencanaan pembangunan pertanian, khususnya menyangkut keterpaduan kegiatan pembangunan infrastruktur yang mendukung terhadap peningkatan produksi pertanian agar memiliki daya saing dan bernilai jual tinggi. Penyusunan masterplan pengembangan kawasan agropolitan pertama kali dilaksanakan di Kabupaten Bandung tahun 2006, yaitu Kawasan Agropolitan Pangalengan. Pada tahun 2007 dilakukan penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Ciwidey, yang meliputi tiga kecamatan yaitu: (1) Kecamatan Ciwidey; (2) Kecamatan Pasirjambu; dan (3) Kecamatan Rancabali.

Hasil pengembangan Kawasan Agropolitan Ciwidey diharapkan dapat mewujudkan: (1) Keberimbangan pembangunan per kawasan; dan (2) Pembangunan perdesaan yang berbasis pertanian.

Hasil masterplan tersebut diharapkan dapat menjadi arahan bagi penyelenggara pengembangan agribisnis secara menyeluruh dan terpadu yang didasarkan pada kondisi, potensi, permasalahan, dan kebutuhan nyata serta dapat mengakomodasi aspirasi masyarakat tumbuh dan berkembang.

(13)

Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah I - 3

1.2. Tujuan

Tujuan kegiatan pengembangan Kawasan Agropolitan Ciwidey ini adalah menyusun Masterplan Pembangunan Kawasan Agropolitan Ciwidey yang dipergunakan sebagai kerangka acuan dan panduan bagi wilayah Kabupaten Bandung, khususnya pengembangan kawasan agropolitan di wilayah Ciwidey (Kecamatan Ciwidey, Pasirjambu dan Rancabali).

1.3. Sasaran

Sasaran yang akan dicapai melalui penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Ciwidey ini adalah:

1. Teridentifikasinya permasalahan tata ruang kawasan studi

2. Teridentifikasinya potensi kawasan pada masing-masing wilayah yang termasuk ke dalam wilayah studi Kawasan Agropolitan Ciwidey.

3. Teridentifikasinya komoditas unggulan di masing-masing daerah yang termasuk dalam wilayah studi Kawasan Ciwidey.

4. Teridentifikasinya sebaran pusat-pusat kegiatan yang meliputi pusat produksi, pusat permukiman, pusat perdagangan dan lain sebagainya yang tersusun dalam rangkaian orde kota-kota kecamatan di wilayah studi. 5. Teridentifikasinya aliran barang dan manusia di dalam kawasan studi

(internal) dan interaksinya dengan kawasan di sekitarnya (eksternal).

6. Teridentifikasinya kebutuhan prasarana sistem jaringan infrastruktur wilayah yang meliput sistem transportasi, listrik, air bersih, drainase, air kotor dan telekomunikasi.

7. Teridentifikasinya sarana dan prasarana sosial ekonomi yang meliputi pusat kegiatan masyarakat (civic centre) seperti fasilitas perdagangan, pendidikan, kesehatan, keuangan, koperasi dan lembaga lainnya.

8. Teridentifikasinya kebutuhan sarana dan prasarana kegiatan ekonomi dan sosial

9. Tersusunnya struktur tata ruang kawasan studi.

10. Tersusunnya lokasi prioritas pengembangan pada tiap unit kawasan agropolitan berdasarkan potensi, masalah dan arahan pengembangannya. 11. Tersusunnya skenario pengembangan dan rencana tata ruang kawasan. 12. Tersusunnya skenario kawasan terpilih yang mencakup fungsi kawasan

(14)

Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah I - 4

kecamatan) yang didalamnya memuat fungsi kegiatan ekonomi, sosial, permukiman, sistem produksi, sistem sarana dan prasarana, sumberdaya air, komunikasi dan pemasaran lain sebagainya.

13. Tersusunnya memorandum (indikasi) program dalam perwujudan Kawasan Agropolitan Ciwidey dalam skala program pembangunan jangka menengah yang dijabarkan dalam kegiatan tahunan selama 5 (lima) tahun.

1.4.

Ruang Lingkup Wilayah

Pengembangan kawasan agropolitan pada intinya tidak terikat oleh batasan wilayah administratif, melainkan lebih ditekankan pada skala ekonomi dan struktur kawasannya. Sesuai dengan arahan kebijakan pembangunan wilayah Kabupaten Bandung, maka ruang lingkup lokasi penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Ciwidey ini akan mencakup 3 (tiga) wilayah administrasi tingkat kecamatan, yang termasuk dalam wilayah barat daya Kabupaten Bandung yang meliputi: (1) Kecamatan Pasirjambu; (2) Kecamatan Ciwidey; dan (3) Kecamatan Rancabali. Wilayah-wilayah tersebut saat ini merupakan wilayah-wilayah yang berpotensi untuk pengembangan pertanian termasuk peternakan, perkebunan dan wisata (Peta situasi lokasi studi dapat dilihat pada (Gambar 1.1).

(15)

Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah I - 5

Gambar 1.1. Peta Situasi Lokasi Studi

Lokasi Studi

Ciwidey

Pasir Jambu Rancabali

(16)

Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah II - 1

BAB

2

K

ERANGKA

P

EMIKIRAN

Paradigma lama dalam pembangunan ekonomi yang lebih

mengutamakan dominansi beberapa kelompok pelaku ekonomi ternyata tidak mampu menghasilkan fundamental perekonomian yang kuat. Eksistensi para pengusaha kecil di tengah krisis ekonomi memberikan bukti bahwa pengembangan ekonomi kerakyatan harus dilakukan untuk mendorong terbangunnya struktur perekonomian yang lebih tangguh dan stabil.

Disisi lain otonomi daerah dapat mengakibatkan munculnya fenomena persaingan antar wilayah (inter regional competition), dimana pengukuran eksistensi suatu wilayah ditentukan berdasarkan kemampuannya menciptakan basis keunggulan wilayahnya masing-masing. Pertumbuhan ekonomi di daerah dapat dicapai melalui:

1) Kesuksesan menjual produk dan jasa di dalam dan di luar daerah.

2) Peningkatan pendapatan daerah melalui pendapatan ekspor yang didapat dari jual beli barang dan jasa.

3) Keterkaitan ekonomi yang efisien antara produsen, pedagang dan pasar di wilayah perdesaan dan perkotaan.

Pengembangan ekonomi terpadu di setiap wilayah atau kawasan merupakan kebutuhan suatu daerah untuk mendayagunakan seluruh potensi dan sumber daya yang dimilikinya dengan jalan memadukan antara pendekatan berorientasi kepada sumberdaya (resources based oriented) dan pendekatan

berorientasi kepada manusia (people centered approach). Usaha

mengembangkan ekonomi daerah dimulai dari pemetaan kebutuhan dan kesempatan pasar. Untuk mengubah cara berpikir dan membangun kepercayaan diri masyarakat, dibutuhkan pendekatan-pendekatan kepada para stakeholder, pengusaha kecil, perusahaan swasta, pegawai pemerintah dan DPRD. Untuk

memberdayakan kemitraan pemerintah-swasta-masyarakat, diperlukan

pengembangan kapasitas yang dilakukan secara intensif, kontinyu dan komprehensif.

(17)

Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah II - 2

Pembangunan pertanian pada era otonomi daerah harus mampu berperan dalam:

1) Pemanfaatan sumber daya lahan secara optimal,

2) Peningkatan produktivitas lahan,

3) Peningkatan peran petani dalam pengelolaan sumber daya,

4) Peningkatan daya saing produk pertanian,

5) Mekanisme yang sehat dalam penentuan harga yang mencerminkan

pembagian keuntungan secara adil di antara para pelaku agribisnis.

Hal ini secara jelas terlihat pentingnya interaksi antara pembangunan ekonomi daerah dan kebijakan pemerintahan daerah. Bila tidak, harapan bahwa otonomi daerah bermakna peningkatan kesejahteraan masyarakat kemungkinan tidak akan menjadi kenyataan. Pembangunan pertanian dengan memperhatikan peran-peran tersebut akan mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat petani, mengurangi tingkat pengangguran yang selama ini menjadi masalah utama dalam pembangunan wilayah. Pengembangan kawasan agropolitan yang merupakan penguatan sentra-sentra produksi pertanian yang berbasiskan kekuatan internal mampu berperan sebagai kawasan/kluster pertumbuhan ekonomi yang mempunyai daya kompetensi inter dan intra regional. Permasalahan pengembangan pertanian pada dasarnya dapat dikelompokan menjadi 4 (empat) kelompok utama, yaitu: (1) Lemahnya posisi tawar petani; (2) Belum optimalnya pengelolaan SDA; (3) Rendahnya mutu SDM; dan (4) Ketersediaan Infrastruktur Penunjang (Gambar 2.1).

Keberhasilan petani dalam peningkatan produksi ternyata tidak serta merta meningkatkan pendapatan usahatani. Nilai tambah ekonomi ternyata tidak hanya berasal dari usahatani tapi juga dari kegiatan off-farm nya. Dari paradigma pendekatan pembangunan ekonomi berbasis pertanian harus diubah, dari yang semula lebih banyak bertumpu pada pembangunan produksi (sub sistem budidaya), kepada pembangunan sistem agribisnis dimana seluruh sub-sistem agribisnis (budidaya, sarana-prasarana produksi, pengolahan hasil, pemasaran dan jasa), dibangun secara silmutan dan harmonis. Penyusunan masterplan

kawasan agropolitan pada kawasan agribisnis merupakan program

pembangunan ekonomi berbasis pertanian di kawasan agropolitan yang dirancang dan dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada untuk mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang

(18)

Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah II - 3

berdaya saing, berbasis kerakyatan berkelanjutan dan terdesentralisasi, yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah.

(19)

Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah III -1

BAB

3

T

INJAUAN

K

EBIJAKAN

Penyusunan Masterplan Kawasan Agropolitan Ciwidey diarahkan pada: (1) keberimbangan pembangunan per kawasan; dan (2) pembangunan perdesaan berbasis pertanian. Sehubungan dengan hal tersebut, penyusunan masterplan ini mengacu pada: (1) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (UU Penataan Ruang); (2) Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah (RJPMD) Kabupaten Bandung 2005-2010; (3) Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bandung 2007-2026;

Rencana Detil Tata Ruang Kota (RDTR) Kota Ciwidey 2004-2014; dan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kabupaten Bandung 2004-2009.

3.1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang

Menurut UU Nomor 26 Tahun 2007, kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis.

Rencana tata ruang kawasan agropolitan merupakan rencana rinci tata ruang 1 (satu) atau beberapa wilayah kabupaten. Rencana tata ruang kawasan agropolitan memuat:

a. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang kawasan agropolitan;

b. Rencana struktur ruang kawasan agropolitan yang meliputi sistem pusat kegiatan dan sistem jaringan prasarana kawasan agropolitan;

c. Rencana pola ruang kawasan agropolitan yang meliputi kawasan lindung dan kawasan budi daya;

d. Arahan pemanfaatan ruang kawasan agropolitan yang berisi indikasi program utama yang bersifat interdependen antardesa; dan

(20)

Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah III -2

arahan peraturan zonasi kawasan agropolitan, arahan ketentuan perizinan, arahan ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.

3.2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Kabupaten Bandung Tahun 2005-2010

3.2.1. Visi Kabupaten Bandung

Berdasarkan potensi, permasalahan, dan peluang yang dimiliki Kabupaten Bandung dengan memperhatikan nilai-nilai visi daerah, aspirasi, dan dinamika yang berkembang pada masa kepemimpinan tahun 2005-2010, visi Kabupaten Bandung adalah:

“Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Bandung yang Repeh Rapih Kertaraharja, melalui Akselerasi Pembangunan Partisipatif yang Berbasis Religius, Kultural, dan Berwasasan Lingkungan dengan Berorientasi pada Peningkatan Kinerja Pembangunan Desa”

Makna dari visi tersebut adalah:

 Repeh Rapih Kertaraharja adalah tujuan yang ingin dicapai yaitu suatu kondisi masyarakat Kabupaten Bandung yang hidup dalam keadaan aman, tertib, tenteram, damai, sejahtera, dan senantiasa berada dalam lindungan, bimbingan, dan rahmat dari Allah.

 Akselerasi Pembangunan atau Percepatan Pembangunan adalah segala

upaya yang dilakukan untuk membuat proses pembangunan lebih cepat sehingga manfaatnya dapat langsung segera dirasakan oleh masyarakat. Percepatan pembangunan tersebut mengandung maksud menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif bagi cepatnya pertumbuhan dan perkembangan pembangunan di Indonesia

 Partisipatif merupakan pendekatan yang diterapkan dalam upaya

pencapaian tujuan, dengan pengertian bahwa masyarakat mempunyai kesempatan yang sangat luas untuk berperan aktif dalam keseluruhan proses pembangunan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga pengawasan. Sesuai dengan paradigma kepemerintahan yang baik bahwa kedudukan masyarakat dalam pembangunan adalah sebagai subjek yang turut menentukan arah pembangunan sesuai dengan prakarsa, tuntutan, kehendak dan kebutuhannya secara proporsional dan bertanggung jawab.

(21)

Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah III -3

 Religius mengandung pengertian bahwa nilai-nilai, norma, semangat, dan kaidah agama, khususnya islam yang diyakini dan dianut serta menjadi karakter dan identitas mayoritas Kabupaten Bandung, harus menjiwai, mewarnai, menjadi ruh dan pedoman seluruh aktivitas kehidupan, termasuk

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, dengan tetap

menjunjung tinggi toleransi dan kerukunan hidup beragama.

 Kultural mengandung pengertian bahwa nilai-nilai budaya Sunda yang baik, melekat dan menjadi jati diri masyarakat Kabupaten Bandung, harus tumbuh dan berkembang seiring dengan laju pembangunan, serta menjadi perekat keselarasan dan stabilitas sosial. Pengembangan budaya Sunda tersebut dilakukan dengan tetap menghargai pluralitas kehidupan masyarakat secara proporsional.

 Berwawasan Lingkungan mengandung pengertian dan kepedulian yang

tinggi terhadap keseimbangan alam dan kelestarian lingkungan yang didasari oleh kesadaran akan fungsi strategis lingkungan terhadap keberlangsungan kehidupan manusia. Daya dukung dan kualitas lingkungan harus menjadi acuan utama segala aktivitas pembangunan, agar tercipta tatanan kehidupan yang seimbang, nyaman, dan berkelanjutan.

3.2.2. Misi Kabupaten Bandung

Untuk mewujudkan visi di atas, dirumuskan 8 (delapan) misi, yaitu: 1. Mewujudkan kepemerintahan yang baik;

2. Memelihara stabilitas kehidupan masyarakat yang aman, tertib, tenteram, dan dinamis;

3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia;

4. Meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat; 5. Memantapkan kesalehan sosial berlandaskan iman dan taqwa; 6. Menggali dan menumbuhkembangkan budaya sunda;

7. Memelihara keseimbangan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan; 8. Meningkatkan kinerja pembangunan desa.

(22)

Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah III -4 3.2.3. Prioritas Pembangunan Daerah di Kabupaten Bandung

• Di dalam pembangunan, manusia mempunyai kedudukan dan peranan

sangat penting. Pada satu sisi, manusia adalah subjek pembangunan yang bertindak sebagai pelaku (stakeholders), pada sisi yang lain, manusia juga merupakan sasaran yang harus menikmati hasil-hasil pembangunan. Oleh karena itu, segala aktivitas pembangunan yang dilaksanakan di Kabupaten Bandung pada hakekatnya merupakan upaya peningkatan kualitas manusia (human development).

• Sehubungan dengan pemikiran tersebut, pada hakekatnya perencanaan

strategis pembangunan Kabupaten Bandung diarahkan pada terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar manusia yang semuanya bermuara pada Indeks Pembangunan Manusia.

• Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indikator keberhasilan

pembangunan yang merupakan gabungan komposit dari tiga komponen pokok, yaitu pendidikan, kesehatan, dan daya beli masyarakat.

• Berdasarkan pada kondisi, permasalahan, potensi, dan peluang yang dimiliki

Kabupaten Bandung, dengan tetap memandang semua bidang

pembangunan dalam kedudukan yang penting, ditetapkan prioritas pembangunan sebagai berikut:

1. Peningkatan pemahaman nilai-nilai luhur agama dan budaya serta penerapannya dalam kehidupan bermasyarakat dan berpemerintahan. 2. Peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang berkualitas

melalui peningkatan kualitas pelayanan pendidikan, peningkatan kualitas dan kesejahteraan tenaga kependidikan, peningkatan sarana/prasarana pendidikan dan penuntasan wajar diknas 9 tahun.

3. Peningkatan perekonomian daerah, melalui pemberdayaan ekonomi

masyarakat (UMKM), revitalisasi pertanian, pengembangan industri manufaktur, dan pengembangan iklim usaha yang kondusif.

4. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat, melalui peningkatan

kesadaran budaya sehat, peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, peningkatan sarana/prasarana kesehatan, dan perbaikan gizi masyarakat.

5. Peningkatan ketersedian dan kualitas infrastruktur sebagai upaya mendukung percepatan pembangunan, peningkatan keterpaduan

(23)

Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah III -5

pemanfaatan ruang kota dan pusat pertumbuhan, peningkatan gairah investasi serta aktivitas ekonomi lainnya.

6. Peningkatan kualitas, daya dukung dan daya tampung lingkungan serta

pencegahan dini terhadap bencana.

7. Peingkatan kualitas pelayanan publik melalui peningkatan

profesionalisme, efektivitas, dan efisiensi kinerja birokrasi, serta

peningkatan partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam

pembangunan.

8. Peningkatan optimalisasi pengawasan dan penegakan hukum

berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan prinsip keadilan.

9. Peningkatan kinerja pembangunan desa, melalui peningkatan kapasitas

pemerintahan desa, peningkatan keberdayaan masyarakat desa, pengembangan ekonomi dan pembangunan kawasan perdesaan, serta pengembangan alokasi dana desa (ADD).

3.3.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung

2007-2026

RTRW Kabupaten Bandung 2007-2026 telah mengalokasikan

pemanfaatan ruang secara rinci dalam: (1) Rencana Struktur Ruang Kota

(Gambar 3.1); (2) Rencana Pola Pemanfaatan Ruang (Gambar 3.2); (3) Rencana Peningkatan, Pembangunan Terminal, dan Pengembangan

Prasarana Angkutan Massal Tahun 2026 (Gambar 3.2). Sedangkan untuk Pengendalian Pemanfaatan Ruang tertera pada Tabel 3.1.

(24)

Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah III -6

Gambar 3.1. Rencana Struktur Ruang Kota Kabupaten Bandung

Sesuai dengan rencana struktur ruang 2007 – 2026, Kabupaten Bandung terbagi ke dalam beberapa WP (Wilayah Pengembangan) yaitu :

1. WP Soreang-Katapang dengan pusat Kota Soreang, meliputi Kecamatan Soreang, Katapang, Ciwidey, Pasirjambu, Rancabali.

2. WP Banjaran dengan pusat Kota Banjaran, meliputi Kecamatan Banjaran, Pameungpeuk, Cangkuang, Arjasari, Cimaung, Pangalengan.

3. WP Baleendah dengan pusat Kota Baleendah, meliputi Kecamatan Baleendah, Dayeuhkolot, Bojongsoang.

4. WP Majalaya dengan pusat Kota Majalaya, meliputi Kecamatan Majalaya, Ciparay, Solokanjeruk, Pacet, Kertasari, Paseh, dan Ibun.

5. WP Cileunyi-Rancaekek dengan pusat kota Cileunyi meliputi Kecamatan Cileunyi, dan Rancaekek

6. WP Cicalengka dengan pusat kota Cicalengka meliputi Kecamatan Cicalengka, Nagreg, dan Cikancung.

7. Non WP (yang merupakan bagian dari PKN Kota Bandung) meliputi Kecamatan Margahayu, Margaasih, Cilengkrang dan Cimenyan.

3.3.2. Rencana Pola Pemanfaatan Ruang WP SOREANG-KATAPANG

SOREANG (Katapang, Ciwidey, Pasirjambu, Rancabali) Pemerintahan, Jasa & Perdagangan, Permukiman, Pertanian, Pariwisata dan Industri Non Polutif

WP BANJARAN

BANJARAN (Pangalengan, Cangkuang, Cimaung, Arjasari, Pameungpeuk) Industri Non Polutif, Jasa & Perdagangan, Permukiman, Pertanian, dan Pariwisata

WP BALEENDAH

BALEENDAH (Dayeuhkolot, Bojongsoang) Jasa & Perdagangan, Pertanian, Industri Non Polutif, Permukiman dan Pendidikan

WP MAJALAYA MAJALAYA (Ciparay, Solokanjeruk, Pacet, Kertasari, Paseh dan Ibun)

Industri Non Polutif, Permukiman, Pertanian, Jasa & Perdagangan WP CILEUNYI - RANCAEKEK CILEUNYI (Rancaekek) Permukiman, Jasa & Perdagangan, Industri Non Polutif, Pertanian dan Konservasi

NON WP

MARGAHAYU -MARGAASIH

Industri Non Polutif, Permukiman dan Jasa & Perdagangan

NON WP

CILENGKRANG - CIMENYAN Konservasi, Permukiman, Pertanian, Pariswisata dan Jasa & Perdagangan

Struktur Ruang Kota Kabupaten Bandung

WP CICALENGKA

CICALENGKA (Nagreg, Cikancung) Industri Non Polutif, Jasa & Perdagangan, Pertanian dan Permukiman

WP CICALENGKA

CICALENGKA (Nagreg, Cikancung) Industri Non Polutif, Jasa & Perdagangan, Pertanian dan Permukiman

(25)

Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah III -7

Gambar 3.2. Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Kabupaten Bandung

3.3.3. Rencana Pengembangan Sarana dan Prasarana

A. Rencana Pengembangan Transportasi

A.1. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Jalan  Peningkatan jalan sepanjang ± 649 Km

 Rencana pembangunan jalan baru sepanjang ± 240 Km

 Panjang total peningkatan jalan dan rencana pembangunan jalan baru di Kabupaten Bandung sampai tahun 2026 adalah ± 889 Km

A.2. Rencana Pengembangan Sistem Transportasi Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Kabupaten Bandung

Hutan Produksi Tetap 40,29 Ha (0,002%)

Hutan Rakyat 2.877,40 Ha (1,63%)

Tanaman Tahunan/Perkebunan 40.891,91 Ha (23,20%) Kawasan Budidaya Berfungsi Lindung 43.809,59 Ha 24,86 %

Hutan Produksi Tetap 40,29 Ha (0,002%) Hutan Produksi Tetap 40,29 Ha (0,002%)

Hutan Rakyat 2.877,40 Ha (1,63%) Hutan Rakyat 2.877,40 Ha (1,63%)

Tanaman Tahunan/Perkebunan 40.891,91 Ha (23,20%) Kawasan Budidaya Berfungsi Lindung 43.809,59 Ha 24,86 %

Pertanian Lahan Basah23.055,68 Ha (13,08%) Pertanian Lahan Kering 22.534,83 Ha (12,79%)

Peternakan 107,27 Ha (0,06%) Perikanan 746,93 Ha (0,42%) Kawasan Budidaya Pertanian 46.444,71 Ha (26,35%)

Pertanian Lahan Basah23.055,68 Ha (13,08%) Pertanian Lahan Basah23.055,68 Ha (13,08%) Pertanian Lahan Kering 22.534,83 Ha (12,79%) Pertanian Lahan Kering 22.534,83 Ha (12,79%)

Peternakan 107,27 Ha (0,06%) Peternakan 107,27 Ha (0,06%) Perikanan 746,93 Ha (0,42%) Perikanan 746,93 Ha (0,42%) Kawasan Budidaya Pertanian 46.444,71 Ha (26,35%)

Pariwisata Terpadu 86,32 Ha 0,05%) Peruntukan Industri 5.752,64 Ha (3,26%)

Perdaganagn & Jasa 1.491,50 Ha (0,85%) Permukiman 31.075,93 Ha (17,63%) Hankam 596,91 Ha (0,34%) Pemerintahan/Fasum 696,25 Ha (0,40%)

Tertentu 166,60 Ha (9,4%)

Kawasan Budidaya Non Pertanian 39.699,51 Ha 22,53 % Pariwisata Terpadu 86,32 Ha 0,05%) Pariwisata Terpadu 86,32 Ha 0,05%) Peruntukan Industri 5.752,64 Ha (3,26%) Peruntukan Industri 5.752,64 Ha (3,26%)

Perdaganagn & Jasa 1.491,50 Ha (0,85%) Perdaganagn & Jasa 1.491,50 Ha (0,85%) Permukiman 31.075,93 Ha (17,63%) Permukiman 31.075,93 Ha (17,63%) Hankam 596,91 Ha (0,34%) Hankam 596,91 Ha (0,34%) Pemerintahan/Fasum 696,25 Ha (0,40%) Pemerintahan/Fasum 696,25 Ha (0,40%) Tertentu 166,60 Ha (9,4%) Tertentu 166,60 Ha (9,4%)

Kawasan Budidaya Non Pertanian 39.699,51 Ha 22,53 % Ruang Terbuka Hijau ha 348,20 (0,20%)

Hutan Lindung 23.137.54 Ha(13,13%) Sempadan 1.029,93 Ha (0,58%)

Perairan 1.008,91 Ha (0,57%)

Cagar Alam/Wisata Alam 8.592,14 Ha (4,88%) Taman Hutan Raya 265,37 Ha (0,15%) Kawasan Lindung 46.204,86 Ha (26,26 %)

Hutan Produksi Terbatas 11.102,85 Ha (6,30%) Ruang Terbuka Hijau ha 348,20 (0,20%) Hutan Lindung 23.137.54 Ha(13,13%) Sempadan 1.029,93 Ha (0,58%)

Perairan 1.008,91 Ha (0,57%)

Cagar Alam/Wisata Alam 8.592,14 Ha (4,88%) Taman Hutan Raya 265,37 Ha (0,15%) Kawasan Lindung 46.204,86 Ha (26,26 %)

Ruang Terbuka Hijau ha 348,20 (0,20%) Hutan Lindung 23.137.54 Ha(13,13%) Sempadan 1.029,93 Ha (0,58%)

Perairan 1.008,91 Ha (0,57%)

Cagar Alam/Wisata Alam 8.592,14 Ha (4,88%) Taman Hutan Raya 265,37 Ha (0,15%)

Ruang Terbuka Hijau ha 348,20 (0,20%) Hutan Lindung 23.137.54 Ha(13,13%) Sempadan 1.029,93 Ha (0,58%)

Perairan 1.008,91 Ha (0,57%)

Cagar Alam/Wisata Alam 8.592,14 Ha (4,88%) Taman Hutan Raya 265,37 Ha (0,15%)

Ruang Terbuka Hijau ha 348,20 (0,20%) Ruang Terbuka Hijau ha 348,20 (0,20%) Hutan Lindung 23.137.54 Ha(13,13%) Hutan Lindung 23.137.54 Ha(13,13%) Sempadan 1.029,93 Ha (0,58%) Sempadan 1.029,93 Ha (0,58%)

Perairan 1.008,91 Ha (0,57%) Perairan 1.008,91 Ha (0,57%)

Cagar Alam/Wisata Alam 8.592,14 Ha (4,88%) Cagar Alam/Wisata Alam 8.592,14 Ha (4,88%) Taman Hutan Raya 265,37 Ha (0,15%) Taman Hutan Raya 265,37 Ha (0,15%) Kawasan Lindung 46.204,86 Ha (26,26 %)

Hutan Produksi Terbatas 11.102,85 Ha (6,30%) Hutan Produksi Terbatas 11.102,85 Ha (6,30%)

(26)

Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah III -8

 Pengembangan sistem angkutan massal (Monorail, Busline, LRT dan peningkatan jalur Kereta Api ) (Gambar 3.3)

Gambar 3.3. Rencana Peningkatan Pembangunan Terminal dan

Pengembangan Prasarana Angkutan Massal Tahun 2026

B. Rencana Sistem Telekomunikasi

 Tahun 2006, penyediaan kebutuhan telepon sebanyak ± 117.641 SST sampai tahun 2026 sebanyak ± 215.448 SST atau mengalami kenaikan 180.14%

 Sedangkan untuk kelompok sosial ekonomi lemah sebanyak ± 3529 SST

pada tahun 2006 dan pada tahun 2026 diperkirakan ± 6463 SST atau mengalami kenaikan sekitar 183.14%

C. Rencana Sistem Prasarana Energi

 Rencana penyediaan kebutuhan energi listrik untuk kebutuhan rumah tangga pada tahun 2006 adalah 52.938.535 kAV dan pada tahun 2026 diperkirakan 96.951.741 kAV atau mengalami kenaikan sebesar 83%.

 Untuk kelompok sosial ekonomi rencana penyediaan kebutuhan energi Listrik pada tahun 2006 sebanyak 21.175.414 kAV dan pada tahun 2026 sebanyak 38,780,696 kAV atau mengalami kenaikan sebesar 83%.

(27)

Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah III -9

 Untuk penerangan jalan rencana penyediaan kebutuhan energi listrik pada tahun 2006 7.940.780 kAV dan pada tahun 2026 sebanyak 14.542.761 kAV atau mengalami kenaikan sebesar 83%.

3.3.4. Pengendalian

Pengendalian pemanfaatan ruang merupakan faktor kunci agar alokasi pemanfaatan ruang tidak melanggar dari alokasi pemanfaatan ruang yang sudah ditetapkan. Derajat perangkat pengendalian untuk masing-masing Wilayah Pengembangan (WP) tertera pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Pengendalian Pemanfaatan Ruang per WP

Wilayah Pengembangan

WP WP WP WP

No. PERANGKAT PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

Soreang Majalaya Banjaran WP Baleendah Cileunyi- Rancaekek WP Cicalengka 1. PERIJINAN

1.1 Pendayagunaan perijinan yang terkait dengan pemanfaatan ruang

Perijinan pemanfaatan ruang

(Izin pemanfaatan tanah)

*** *** *** *** *** ***

Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)

** ** ** ** ** **

Perijinan lingkungan

(Amdal, RPL, RKL, Ijin Gangguan)

*** *** *** *** *** ***

Perijinan khusus (pengambilan air tanah, dll)

** *** *** *** *** ***

Penerapan perijinan perubahan pemanfaatan lahan melalui prosedur khusus, dengan mekanisme disinsentif :

— Development charge sesuai dengan jenis ketidaksesuaian RTRW

1.2

— Pengenaan biaya dampak pembangunan sesuai dengan dampak yang harus diatasi

*** *** *** *** *** ***

2. PENGAWASAN

2.1 Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang dan

penyimpangan/pelanggaran RTRW Kabupaten

(28)

Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah III -10 Lanjutan Tabel 3.1.

3.4. Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTR) Kota

Ciwidey 2004-2014

Ruang lingkup wilayah RDTR Kota Ciwidey 2004-2014 adalah Kecamatan Pasirjambu dan Ciwidey, dengan lingkup kawasan perkotaan yang meliputi 7 desa di Kecamatan Pasirjambu dan 4 desa di Kecamatan Ciwidey. Desa-desa tersebut adalah sebagai berikut: Desa Ciwidey, Lebak Muncang, Panyocokan, Panundaan, Cisondari, Marga Mulya, Cukang Genteng, Pasirjambu, Mekarmaju, Tenjolaya, dan Sugihmukti.

3.4.1. Struktur Pusat-Pusat Pelayanan

Bagian Wilayah Kota (BWK) Kota Ciwidey dibagi 3 (tiga) bagian menjadi:

o Bagian Utara (sub BWK Pasir Jambu)

o Bagian Tengah (Pusat BWK Ciwidey)

o Bagian Selatan (sub BWK Panundaan)

•Pengenaan denda dan/atau sanksi

•Pelengkapan/pemutihan perijinan

•Pembongkaran

•Pemulihan fungsi ruang / kawasan

** ** ** •Pencabutan ijin ** ** ** •Penghentian sementara

•Peringatan dan/atau teguran Tindakan Penertiban Pemanfaatan Ruang : 3.2

•Pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi ruang tetapi bentuk tidak sesuai dengan ketentuan teknis

•Pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi ruang tetapi tidak sesuai dengan ketentuan teknis

•Pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi ruang tetapi intensitas pemanfaatan ruang menyimpang

•Pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan fungsi ruang *** *** *** *** *** ***

Inventarisasi jenis pelanggaran pemanfaatan ruang: 3.1 PENERTIBAN 3. Cileunyi-Rancaekek Banjaran Majalaya Soreang WP Cicalengka WP WP Baleendah WP WP WP Wilayah Pengembangan PERANGKAT PENGENDALIAN PEMANFAATAN

RUANG No.

•Pengenaan denda dan/atau sanksi

•Pelengkapan/pemutihan perijinan

•Pembongkaran

•Pemulihan fungsi ruang / kawasan

** ** ** •Pencabutan ijin ** ** ** •Penghentian sementara

•Peringatan dan/atau teguran Tindakan Penertiban Pemanfaatan Ruang : 3.2

•Pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi ruang tetapi bentuk tidak sesuai dengan ketentuan teknis

•Pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi ruang tetapi tidak sesuai dengan ketentuan teknis

•Pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi ruang tetapi intensitas pemanfaatan ruang menyimpang

•Pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan fungsi ruang *** *** *** *** *** ***

Inventarisasi jenis pelanggaran pemanfaatan ruang: 3.1 PENERTIBAN 3. Cileunyi-Rancaekek Banjaran Majalaya Soreang WP Cicalengka WP WP Baleendah WP WP WP Wilayah Pengembangan PERANGKAT PENGENDALIAN PEMANFAATAN

RUANG No.

(29)

Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah III -11

Pusat BWK Ciwidey melayani 2 sub BWK dan seluruh unit lingkungan di kawasan perencanaan. Untuk pelayanan skala unit lingkungan dikembangkan pusat-pusat lingkungan pada masing-masing desa sebagai unit lingkungan terkecil.

Fungsi utama Pusat BWK Ciwidey adalah sebagai pusat kota. Adapun fungsi penunjangnya adalah:

o Komersial (perdagangan dan jasa)

o Perkantoran

o Fasilitas sosial dan pemerintahan

Fungsi utama Sub BWK Pasirjambu adalah pertanian berbasis agribisnis. Adapun fungsi penunjangnya adalah:

o Komersial (perdagangan dan jasa)

o Perumahan

o Fasilitas sosial dan pemerintahan

Fungsi utama Sub BWK Panundaan adalah jasa pendukung kegiatan pariwisata. Adapun fungsi penunjangnya adalah:

o Fasilitas pemerintahan

o Pertanian berbasis agribisnis

o Perumahan

o Fasilitas sosial

Arahan komponen-komponen utama kegiatan Kota Ciwidey adalah sebagai berikut:

1. Pusat kota dengan kegiatan utama perdagangan dan jasa, diarahkan pada bagian central wilayah perencanaan, yaitu Desa Ciwidey.

2. Perumahan, akan dikembangkan di Sub BWK Pasirjambu dan Sub BWK Panundaan dengan mengikuti jaringan jalan utama dan pada daerah kosong yang potensial.

3. Komersial (perdagangan dan jasa), dikonsentrasikan pada kawasan pusat kota termasuk Pasar Ciwidey dan juga pada koridor jalan utama kota, dengan struktur sebagai berikut:

• Koridor primer/utama: sepanjang jalan Ciwidey

• Koridor sekunder: sepanjang jalan Lebak Muncang, jalan Panyocokan, dan jalan baru Terminal-Panyocokan

4. Pengembangan fasilitas pendidikan dan fasilitas umum lainnya di Desa Panyocokan

(30)

Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah III -12

5. Ruang Terbuka (open space) dengan struktur sebagai berikut:

• Bersifat linier, yaitu sempadan sungai di kawasan perencanaan, dan sepanjang jalan utama Ciwidey

• Bersifat modern, yaitu pada kawasan:

o Pertigaan jalan Ciwidey dan Cisondari

o Taman kota alun-alun Ciwidey

3.4.2. Rencana Pemanfaatan Ruang

A. Rencana Penggunaaan Lahan Pusat BWK A (BWK Ciwidey)

• Pengembangan kawasan pemerintahan dan fasilitas penunjangnya

• Pengembangan fasilitas umum dan perkantoran sebagai pendukung

kegiatan pemerintahan

• Pengembangan kawasan komersial perdagangan dan jasa berupa

pertokoan pada koridor jalan raya Ciwidey dan pengembangan ke koridor jalan raya Lebak Muncang

• Pengembangan fasilitas jasa

• Pengembangan kegiatan komersial yang bersatu dengan pasar

Cibeureum yang saat ini telah ada, sebagai pengembangan

• Pelestarian kembali fasilitas stasiun kereta api, dengan melakukan kerjasama dengan pihak PT KAI melalui Pemerintah Kabupaten Bandung atau instansi lain yang berhubungan

• Pengalihan lokasi kantor Polsek Ciwidey ke sebelah selatan taman Kota Ciwidey, yaitu tanah milik Pemerintah Kabupaten Bandung bekas Dinas Pekerjaan Umum

• Peningkatan jaringan jalan dari terminal menuju jalan Lebak Muncang, sebagai alternatif jalan utama Ciwidey dari arah objek wisata Rancabali menuju Bandung

• Pengembangan permukiman perkotaan

• Pengembangan RTH pada koridor jalan raya Ciwidey dekat lokasi pasar

Cibeureum sebagai buffer kegiatan perdagangan dan kegiatan lainnya • Pengembangan taman kota dilengkapi fasilitas rekreasi anak, dekat

alun-alun sebagai salah satu sarana rekreasi kota dan juga pendukung taman kota yang telah ada

(31)

Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah III -13 B. Rencana Penggunaan Lahan Sub BWK Pasir Jambu

Sub BWK Pasir jambu dibagi dalam 4 blok, yaitu:

B.1. Blok Utara 1 (Desa Cukang Genteng)

• Pengembangan guna lahan kawasan industri kecil, sekitar koridor jalan Raya Ciwidey dan memanjang ke arah Desa Cukang Genteng

• Pengembangan guna lahan fasilitas jasa pelayanan, sepanjang jalan raya Ciwidey

• Guna lahan untuk perumahan penduduk pedesaan

• Pengembangan guna lahan sebagai kawasan pertanian yang berbasis agribisnis, sebagai rencana guna lahan yang memiliki proporsi luas lahan yang lebih besar diantara rencana guna lahan lainnya

B.2. Blok Utara 2 (Desa Mekar Maju)

• Direncanakan tetap sebagai kawasan dengan guna lahan kegiatan pertanian dan peternakan

• Pengembangan kegiatan perdagangan pada jalur jalan

Ciwidey-Mekarmaju

• Pengembangan kegiatan permukiman.

B.3. Blok Utara 3 (Desa Pasirjambu)

• Tetap sebagai kawasan perkantoran kecamatan dengan

pengembangan guna lahan fasilitas perkantoran dan fasilitas umum penunjang kegiatan pemerintahan

• Pengembangan kawasan areal olahraga sebagai sarana kegiatan

olahraga bagi aktivitas perkantoran dan juga sekaligus sebagai RTH bagi lingkungan Kecamatan Pasirjambu

• Penggunaan dominan pada blok ini seperti halnya wilayah lain adalah sebagai kawasan pengembangan pertanian berbasis agribisnis dan juga guna lahan bagi permukiman penduduk pedesaan.

B.4. Blok Utara 4 (Desa Panyocokan)

• Lebih didominasi oleh penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian yang berbasis agribisnis dan permukiman penduduk

(32)

Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah III -14

• Pengembangan campuran penggunaan lahan perdagangan sepanjang

jalan Lebak Muncang-Mekar Maju

• Pengembangan fasilitas penunjang pemerintahan Kecamatan Ciwidey terutama pada perbatasan Desa Lebak Muncang.

C. Rencana Penggunaan Lahan Sub BWK Panundaaan

Sub BWK Panundaan dibagi dalam 6 blok, yaitu:

C.1. Blok Selatan 1 (Desa Lebak Muncang)

• Pengembangan fasilitas pemerintahan dan fasilitas penunjangnya • Pengembangan perkantoran dan fasilitas umum penunjang kegiatan

pemerintahan

• Pengembangan area olahraga sebagai pemenuhan kebutuhan fasilitas

pemerintahan dan perkantoran

• Pengembangan permukiman perkotaan terutama pada wilayah

perbatasan dengan Desa Ciwidey

• Pengembangan kawasan perdagangan skala lokal

• Pengembangan kegiatan perkebunan dan perikanan dengan berbasis agribisnis dan komoditi penunjang kegiatan pariwisata, yang merupakan rencana dominasi penggunaan lahan blok ini

• Pengembangan permukiman penduduk perdesaan.

C.2. Blok Selatan 2 (Desa Panundaan)

• Pengembangan fasilitas penunjang kegiatan pariwisata, seperti: (a) Pengembangan penginapan atau hotel; (b) Pengembangan rumah makan; dan (c) Pengembangan kawasan perdagangan penjaja cindera mata bagi pengunjung pariwisata

• Pembangunan areal parkir, sebagai sarana penunjang kegiatan

pariwisata, pada kawasan penunjang pariwisata

• Pembangunan sub terminal agribisnis, sebagai sarana penunjang kegiatan pertanian Desa Panundaan khususnya dan juga Kota Ciwidey umumnya

• Pengembangan pertanian hortikultura berbasis agribisnis dengan komoditas yang mempunyai nilai pasar tinggi dan dapat digunakan sebagai cindera mata bagi pengunjung pariwisata

(33)

Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah III -15

• Pengembangan kegiatan pariwisata penunjang pariwisata Bandung Selatan dengan lebih mencirikan budaya Ciwidey ataupun bernuansa lainnya yang berbeda dengan objek wisata yang sudah ada di Kawasan Bandung Selatan

C.3. Blok Selatan 3 (Desa Marga Mulya)

• Pengembangan kawasan permukiman, sebagai penunjang kawasan

CBD (BWK Ciwidey)

• Pengembangan fasilitas jasa pelayanan/rukan pada koridor jalan raya Ciwidey sebagai pendukung kegiatan pusat Kota Ciwidey

• Pengembangan penggunaan lahan campuran antara kegiatan

permukiman dengan kegiatan perdagangan sepanjang koridor jalan Desa Margamulya

• Pengembangan kegiatan pertanian perkebunan yang berbasis pada agribisnis.

C.4. Blok Selatan 4 (Desa Tenjolaya)

• Pengembangan perdagangan skala kecil berupa pertokoan pada

koridor jalan raya Ciwidey

• Pengembangan untuk pembangunan perumahan oleh pengembang

terutama pada area perbatasan dengan pusat kota

• Pengembangan kegiatan pertanian dengan basis agribisnis dan

mempunyai nilai jual yang baik

• Pengembangan perumahan bagi penduduk setempat.

C.5. Blok Selatan 5 (Desa Cisondari)

• Pengembangan fasilitas jasa pelayanan/rukan sepanjang koridor jalan raya Ciwidey

• Pengembangan kawasan pendidikan semua tingkatan pada suatu

kawasan, terutama tingkat SLTP dan SLTA dengan skala kota yang didukung oleh pengembangan sarana dan prasarana penunjang pendidikan, seperti perpusatakaan umum, balai penelitian, GOR, kolam renang, RTH, dan ruang terbuka lainnya yang dapat menunjang kegiatan pendidikan, bahkan dapat dikembangkan kegiatan jasa usaha pelayanan pendidikan, seperti toko buku, percetakan, fotokopi, dan usaha sejenis lainnya

(34)

Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah III -16

• Pengembangan kegiatan pertokoan sepanjang koridor jalan utama Desa Cisondari

• Pembangunan taman pada pertigaan jalan raya Ciwidey-jalan Cisondari

• Pengembangan permukiman penduduk dan kegiatan pertanian dengan

basis agribisnis sebagai dominasi guna lahan blok ini.

C.6. Blok Selatan 6 (Desa Sugih Mukti)

• Pengembangan permukiman sebagai penunjang kegiatan perkotaan

CBD ataupun penunjang aktivitas Sub BWK Panundaan sebagai kawasan penunjang kegiatan pariwisata

• Pengembangan kegiatan berbasis agribisnis dengan jenis komoditas menyesuaikan dengan pengembangan komoditas pertanian Desa Panundaan

• Pengembangan permukiman penduduk dan pengembangan kegiatan

pertanian sebagai dominasi penggunaan lahan blok ini.

3.4.3. Rencana Moda Angkutan Umum

Rute angkutan yang ada saat ini adalah: • Rute terminal Ciwidey-Soreang

• Rute terminal Ciwidey-Gambung

• Rute terminal Ciwidey-Panyocokan-kawasan wisata Bandung Selatan

Dengan mempertimbangkan rute angkutan yang ada, ada beberapa wilayah yang tidak terlayani. Ada pertimbangan perencanaan rute angkutan baru, yaitu:

• Rute angkutan Terminal Ciwidey-jalan Lebak Muncang-jalan Desa Mekar Maju-jalan Pasir Jambu-Terminal Ciwidey

• Pengaturan rute angkutan delman agar tidak lagi beroperasi di kawasan pusat Kota Ciwidey. Hal ini karena Jalan Ciwidey merupakan jalan regional sehingga akan mengganggu kelancaran lalu-lintas. Beberapa alternatif yang bisa digunakan sebagai angkutan delman adalah:

a. Rute jalan Desa Panyocokan-Terminal Ciwidey

b. Rute jalan Desa Pasirjambu yang menuju kantor Kecamatan Pasirjambu c. Rute rencana pengembangan jalan terminal-Panundaan

(35)

Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah III -17

d. Rute pelayanan bagi penduduk yang berada di bagian timur dan selatan pusat kota, yaitu diantaranya jalan Desa Tenjolaya, jalan Desa Marga Mulya, bahkan bisa juga jalan Desa Sugih Mukti

e. Intinya arahan rute angkutan delman ini melayani penduduk yang tidak terlayani angkutan kota

• Mengaktifkan kembali jalur kereta api Ciwidey-Kota Bandung.

3.5. Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah

(RIPPDA) Kabupaten Bandung 2004-2009

3.5.1. Arah Kebijakan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bandung

Sejalan dengan visi dan misi pembangunan Kabupaten Bandung, maka Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Kabupaten Bandung telah menentukan satu strategi visi dan misi dalam bidang kebudayaan dan kepariwisataan, yaitu:

“Terwujudnya kelestarian seni budaya daerah yang menunjang

pembangunan pariwisata menuju Kabupaten Bandung sebagai daerah tujuan wisata”. Sebagai implementasi dari visi tersebut dituangkan dalam misi pembangunan kebudayaan dan kepariwisataan Kabupaten Bandung sebagai berikut:

a. Meningkatkan kualitas SDM kebudayaan dan kepariwisataan yang profesional dan pelayanan prima;

b. Menggali dan menumbuhkembangkan budaya lokal, terutama yang berciri khas sebagai pembentuk moral bangsa;

c. Meningkatkan kualitas usaha kebudayaan dan kepariwisataan kearah berbudaya dan berwawasan lingkungan;

d. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat pariwisata dengan pola kemitraan yang berbasis ekonomi kerakyatan;

e. Mendorong pariwisata sebagai sektor unggulan dan penggerak

perekonomian daerah dalam menyongsong perdagangan bebas.

3.5.2. Rencana Pengembangan Pariwisata Partisipatif

Kabupaten Bandung dalam upaya pengembangan kepariwisataan lebih banyak memanfaatkan kekayaan alam, sehingga banyak berkembang objek dan daya tarik wisata alam, oleh karena itu dalam pengusahaan dan pengelolaan ODTW perlu memperhatikan beberapa aspek penting seperti:

(36)

Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah III -18

1. Konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya;

2. Kemampuan untuk mendorong dan meningkatkan perkembangan ekonomi, sosial budaya yang dihasilkan oleh pengembangan wisata alam;

3. Penduduk setempat memiliki peranan yang efektif dalam proses pembuatan keputusan tentang bentuk pariwisata yang memanfaatkan kawasan lingkungannya;

4. Pelestarian budaya dan mutu lingkungannya; 5. Keamanan dan ketertiban masyarakat

Rencana pengembangan wisata alam atau ODTW alam harus didasarkan pada satu perencanaan partisipatif yang mengikutsertakan ketiga pilar pembangunan yaitu pemerintah, dunia usaha dan masyarakat dengan memperhatikan beberapa prinsip tertentu yang tercermin dalam berbagai kebijakan seperti:

1. Prinsip adil dan merata, kebijakan ini berprinsip bahwa setiap pembangunan dan pengembangan objek dan daya tarik wisata dalam pelaksanaannya tidak membeda-bedakan pihak manapun yang berkepentingan. Apabila ada biaya

yang harus dikeluarkan untuk memelihara hasil pembangunan

kepariwisataan di satu daerah tertentu, biaya itu harus ditanggung bersama secara adil dan merata diantara semua pihak yang berkepentingan melalui suatu koordinasi perencanaan yang mengikutsertakan berbagai instansi terkait.

2. Prosedur penyusunan kebijaksanaan melalui satu mekanisme dengan tetap mengarahkan segala upaya untuk menampung berbagai keinginan, harapan, kebutuhan dan semua pihak yang berkepentingan. Proses persiapan dan perumusan kebijaksanaan program harus se-transparan mungkin.

3. Peran serta masyarakat dalam pembangunan dan pengembangan ODTW alam harus merupakan hasil usaha bersama dari sektor pemerintah, dunia usahan dan masyarakat setempat. Oleh karena itu setiap kebijaksanaan dan program instansi terkait harus mampu mendukung terhadap perkembangan usaha pariwisata. Partisipasi pada hakekatnya adalah usaha bersama untuk menghasilkan sinergi.

4. Pembangunan pariwisata harus bertumpu kepada masyarakat artimya setiap upaya pembangunan usaha pariwisata harus bertumpu dan melayani usaha masyarakat yang bekerja dan tinggal di daerah pembangunan itu

(37)

Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah III -19

berlangsung. Kesinambungan usaha ODTW hanya dapat dipertaruhkan bila sejalan dengan minat dan kepentingan masyarakat setempat.

5. Perencanaan tidak akan menghilangkan semua masalah yang muncul dari pengembangan pariwisata, namun demikian proses perencanaan yang disusun dengan baik setidak-tidaknya akan memberikan mekanisme penanganan masalah sehingga manfaat dapat dioptimalkan dan kerugian diminimumkan.

3.5.3. Rencana Pengembangan Kawasan Lingkungan (Kawasan Agro Ciwidey)

Pada Kawasan Agro Ciwidey, fungsi pariwisata dapat dilakukan sejalan dengan fungsi budi daya pertanian dan permukiman perdesaan sekaligus fungsi konservasi. Adapun perwujudan kawasan wisata agro didukung atara lain:

A. Fisik

Tanah dikawasan wisata agro Ciwidey cukup subur dan memiliki banyak sumber air disekelilingnya serta iklim yang cukup nyaman. Adapun keluasan lahan pertanian yang pada dasarnya dapat dimanfaatkan sebagai wisata agro di daerah Bandung Selatan khususnya di Kecamatan Ciwidey. Secara fisik kawasan wisata agro Ciwidey memiliki keanekaragaman hasil pertanian perkebunan dan kehutanan.

B. Tipologis

Kawasan wisata agro Ciwidey memiliki tipologis yang sangat bervariasi oleh karena didukung keanekaragaman hasil pertanian seperti sayur mayur, kebun strawberry, kebun buah, dan hasil perkebunan teh.

C. Sosial dan Biotis

Penduduk yang berada pada kawasan wisata agro Ciwidey pada umumnya bermata pencaharian sebagai petani yang mengolah kebun sayur, kebun buah strawberry, pemetik teh dan mengolah hasil hutan. Disamping mereka memelihara hewan piaraan seperti sapi, ayam, domba, dan lain-lain yang mendorong terciptanya suasana wisata agro pedesaan.

(38)

Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah III -20

D. Tata Ruang

Tata ruang kawasan wisata Ciwidey termasuk kedalam kawasan pangan basah, kawasan pangan lahan kering, kawasan hutan produksi, kawasan tanaman tahunan perkebunan sebagaimana diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bandung.

Gambar

Gambar 2.1. Pendekatan Permasalahan
Gambar 3.3.  Rencana  Peningkatan  Pembangunan  Terminal  dan  Pengembangan Prasarana Angkutan Massal Tahun 2026
Gambar 4.1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Penyusunan  Kawasan Agropolitan Ciwidey
Tabel 4.4.   Jenis dan Kriteria Penetapan Kawasan Budidaya Berdasarkan Undang- Undang-Undang No
+7

Referensi

Dokumen terkait

 Saling tukar informasi tentang materi Konflik dalam drama dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok lainnya sehingga diperoleh sebuah pengetahuan baru yang

merupakan hama dalam penyimpanan beras adalah dari ordo Lepidoptera. (Tenebrionidae) dan dari ordo

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara persepsi terhadap perjanjian keija bersama (PKB) dengan motivasi berprestasi

Untuk lebih jelas adapun tujuan penelitian ini adalah: Untuk menganalisis proses pembentukan pasar berpindah dan pola perilaku aktor dalam melakukan tindakan ekonomi di

[r]

Dua buah kota terkenal di Yunani yang mengamalkan sistem sosia l yang amat berbeza ialah Athens dan Sparta.. Organisasi sosial m asyarakat dalam Yunani di Athens

Predictors: (Constant), Reputasi Auditor, Profitabilitas, Umur Obligasi, Likuiditas,

Tahap-tahap kegiatan pada setiap siklus PTK adalah tahap perencanaan (rencana tindakan), implementasi (pelaksanaan tindakan), observasi (pengamatan), dan refleksi yang diikuti