• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN EKONOMI REGIONAL"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

BANK INDO

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PROVINSI BALI

NESIA

(2)

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Kelompok Kajian Ekonomi

Bank Indonesia Denpasar

Jl. Letda Tantular No. 4

Denpasar – Bali, 80234

Tel. (0361) 248982 – 88

(3)

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, maka Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Bali Triwulan IV-2009 dapat diselesaikan dengan baik. Laporan ini menyajikan beberapa informasi perkembangan perekonomian regional khususnya di bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran, dan isu-isu seputar pembangunan ekonomi regional yang disusun untuk memenuhi kebutuhan baik internal Bank Indonesia sebagai pendukung dalam penyusunan kebijakan moneter, serta digunakan sebagai informasi bagi pihak eksternal Bank Indonesia mengenai kondisi perekonomian Provinsi Bali.

Bank Indonesia menilai bahwa perekonomian regional mempunyai posisi dan peran yang strategis dalam konteks pembangunan ekonomi nasional dan upaya menstabilkan nilai rupiah. Hal ini didasari oleh fakta semakin meningkatnya proporsi inflasi regional dalam menyumbang inflasi nasional. Selain itu, dinamika ekonomi regional semakin meningkat sejak diterapkannya otonomi daerah pada tahun 2001. Oleh sebab itu, Bank Indonesia memiliki perhatian yang besar dalam rangka ikut mendorong pertumbuhan ekonomi regional karena berimplikasi pada pertumbuhan ekonomi nasional.

Pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang diperlukan khususnya Pemerintah Daerah Provinsi Bali, Badan Pusat Statistik (BPS), perbankan, akademisi, dan instansi pemerintah lainnya. Kami menyadari bahwa cakupan dan analisis dalam Kajian Ekonomi Regional masih jauh dari sempurna, sehingga saran, kritik dan dukungan informasi/data dari Bapak/Ibu sekalian sangat diharapkan guna peningkatan kualitas analisis kajian.

Akhir kata, kami berharap semoga Kajian Ekonomi Regional ini bermanfaat bagi para pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat dan ridha-Nya serta melindungi setiap langkah kita.

Denpasar, 4 Februari 2010 BANK INDONESIA DENPASAR

(4)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR GRAFIK 4 DAFTAR TABEL 6 DAFTAR BOKS 7 Ringkasan Eksekutif 9

BAB 1. MAKRO EKONOMI REGIONAL 13

1.1 SISI PENAWARAN 13

1.1.1. Pertanian 14 1.1.2. Industri 14

1.1.3. Listrik, Gas dan Air 16

1.1.4. Bangunan 17

1.1.5. Perdagangan, Hotel dan Restoran 17

1.1.6. Pengangkutan dan Komunikasi 19

1.1.7. Keuangan dan Persewaan 19

1.1.8. Jasa – Jasa 20

1.2. SISI PERMINTAAN 21

1.2.1. Konsumsi 21

1.2.2. Investasi 23

1.2.3. Ekspor Impor 24 BAB 2. INFLASI REGIONAL 35

2.1 KONDISI UMUM 35

2.2 INFLASI BULANAN 37

2.3 INFLASI TAHUNAN 38

BAB 3. KINERJA PERBANKAN DAERAH 43 3.1. PERKEMBANGAN KEGIATAN BANK UMUM 43 3.1.1. Penghimpunan Aset Bank Umum 43

3.1.2. Pelaksanaan Fungsi Intermediasi 45

3.1.2.1. Penghimpunan Dana 46 3.1.2.2. Penyaluran Kredit 47

(5)

Halaman

BAB 4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 55

4.1. PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI 55

4.1.1. Perkembangan Aliran Masuk/Keluar dan Kegiatan Penukaran 55

4.1.2. Perkembangan Pemberian Tanda Tidak Berharga 56

4.2. PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI 57

BAB 5. KEUANGAN DAERAH 59

5.1. ANGGARAN PENDAPATAN 59

5.2. ANGGARAN BELANJA 60

5.3 REALISASI PEMBIAYAAN 61

BAB 6. OUTLOOK 63

6.1. MAKRO EKONOMI REGIONAL TRIWULAN I-2010 63

6.2. INFLASI REGIONAL TRIWULAN I-2010 63

(6)

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 1.1. Konsumsi Listrik Industri dan Jumlah Pelanggan Industri 15

Grafik 1.2. Perkembangan Nilai Ekspor Manufaktur 15

Grafik 1.3. Perkembangan Volume Ekspor Manufaktur 15 Grafik 1.4. Konsumsi Listrik di Bali 16

Grafik 1.5. Jumlah Pelanggan Listrik 16

Grafik 1.6. Kredit Sektor Listrik, Gas dan Air 16

Grafik 1.7. Konsumsi Semen 17

Grafik 1.8. Kredit Sektor Bangunan 17

Grafik 1.9. Kunjungan Wisman 18

Grafik 1.10. Tingkat Penghunian Kamar 18

Grafik 1.11. Penerimaan VoA 18

Grafik 1.12. Konsumsi Listrik Bisnis dan Jumlah Pelanggan Bisnis 18

Grafik 1.13. Jumlah Penumpang Pesawat 19

Grafik 1.14. Jumlah Pos Melalui Udara 19 Grafik 1.15. Pembiayaan LPD 20

Grafik 1.16. Kredit Perbankan 20

Grafik 1.17. Kredit Sektor Jasa 20

Grafik 1.18. Penjualan Mobil 21

Grafik 1.19. Konsumsi Listrik Rumah Tangga dan Jumlah Pelanggan Rumah Tangga 21 Grafik 1.20. Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini 22

Grafik 1.21. Indeks Keyakinan Konsumen 22

Grafik 1.22. Kredit Konsumsi 22

Grafik 1.23. Konsumsi Semen 22

Grafik 1.24. Nilai Tukar Petani 23

Grafik 1.25. Penjualan Motor 23

Grafik 1.26. Konsumsi Semen 23

Grafik 1.27. Impor Barang Modal 23

Grafik 1.28. Kredit Investasi 24

Grafik 1.29. Perkembangan Nilai Ekspor Bali 24

Grafik 1.30. Perkembangan Volume Ekspor 24

Grafik 1.31. Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditi Utama Bali 25

Grafik 1.32. Komposisi Ekspor Bali 25

Grafik 1.33. Perkembangan Nilai Impor Bali 25

(7)

Halaman

Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Denpasar 35

Grafik 2.2. Harga Komoditas Minyak Goreng 36

Grafik 2.3. Harga Komoditas Beras 36

Grafik 2.4. Harga Komoditas Bumbu-bumbuan 36 Grafik 2.5. Inflasi Tahunan 38

Grafik 3.1. Pertumbuhan Tahunan Aset, Dana, Kredit 45 Grafik 3.2. Komposisi, Kredit, DPK dan Aset Menurut Kelompok Bank 45

Grafik 3.3. Loan to Deposit Ratio 46 Grafik 3.4. Perkembangan Dana dan Kredit 46

Grafik 3.5. Pertumbuhan Tahunan Dana 47 Grafik 3.6. Komposisi Dana 47

Grafik 3.7. Perkembangan Jumlah Dana Pihak Ketiga 48

Grafik 3.8. Komposisi Dana 48

Grafik 3.9. Pertumbuhan Tahunan Kredit Menurut Jenisnya 49

Grafik 3.10. Perkembangan Nominal Kredit 49

Grafik 3.11. Komposisi Kredit Menurut Jenisnya 49 Grafik 3.12. Kredit Sektor PHR dan Sektor Lain-Lain 50

Grafik 3.13. Pertumbuhan Aset, Kredit, dan LDR 51 Grafik 3.14. Komposisi Kredit terhadap Aset dan Pertumbuhan Kredit 51 Grafik 3.15. Perbandingan rasio LDR dan NPL BPR 52

Grafik 3.16. Komposisi Penyaluran Kredit Menurut Sektor 53

Grafik 4.1. Perkembangan Uang Kartal di Bali 56 Grafik 4.2. Perkembangan Kegiatan Kas Keliling 56 Grafik 4.3. Perkembangan Kegiatan PTTB 57

Grafik 4.4. Perkembangan Kliring dan RTGS 58

Grafik 4.5. Perkembangan Transaksi Kliring 58

Grafik 4.6. Perkembangan Tolakan Transaksi Kliring 58

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB dari Sisi Penawaran, 2008-2009 13

Tabel 1.2. Perbandingan Produksi Padi dan Palawija per Subround di Bali,

2008-2009 14

Tabel 1.3. Pertumbuhan PDRB dari Sisi Permintaan, 2008 – 2009 21

Tabel 2.1. Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang 37

Tabel 2.2. Inflasi Tahunan Menurut Kelompok Barang 39

Tabel 3.1. Perkembangan Usaha Bank Umum di Bali 44

Tabel 3.2. Kinerja Bank Perkreditan Rakyat di Bali 51

Tabel 4.1. Perkembangan Uang Kartal di Bali 56

Tabel 4.2. Perkembangan Perputaran Kliring, Cek/BG Kosong di Bali 58

(9)

DAFTAR BOKS

Halaman

BOKS A. Daerah-daerah Utama Penopang Ekonomi Bali

26

BOKS B. Perkembangan Produksi Beras di Bali

29

BOKS C. Tangkapan Ikan dan Menurunnya NTP Perusahaan

32

(10)
(11)

Ringkasan Eksekutif

MAKRO EKONOMI REGIONAL

Perekonomian Bali triwulan IV-2009 diperkirakan masih tumbuh positif sebesar 3,31% (y-o-y), meskipun relatif melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,17% (y-o-y). Pertumbuhan tersebut juga lebih lambat dibandingkan triwulan yang sama tahun 2008 yang

tumbuh 10,28% (y-o-y). Krisis keuangan global diperkirakan masih memberikan tekanan terhadap

perekonomian Bali meskipun tekanan tersebut relatif tidak terlalu besar. Periode puncak kunjungan

wisatawan ternyata masih mampu menahan perlambatan perekonomian Bali. Di sisi penawaran,

pertumbuhan ekonomi masih didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa. Di sisi permintaan, peran konsumsi, terutama konsumsi rumah tangga, masih cukup besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Demikian pula ekspor Bali pada triwulan IV-2009 masih mengalami pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya.

INFLASI REGIONAL

Perkembangan harga barang dan jasa di Kota Denpasar pada triwulan IV-2009 relatif rendah yang tercermin dari laju inflasi sebesar 1,02% (q-t-q), lebih rendah dibanding inflasi triwulan sebelumnya yang mencapai 1,77% (q-t-q). Secara tahunan inflasi saat ini relatif stabil dibanding triwulan sebelumnya, yaitu mencapai 4,37% (y-o-y) yang tidak jauh berbeda dibanding inflasi triwulan III-2009 yang mencapai 4,39% (y-o-y). Namun secara umum inflasi di Kota Denpasar masih lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional triwulan IV-2009 yang mencapai 2,78% (y-o-y).

Tekanan inflasi pada triwulan IV-2009 terutama berasal dari kelompok bahan makanan, serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau. Perayaan beberapa hari raya keagamaan seperti Galungan dan Kuningan, Idul Adha, dan Natal turut mempengaruhi peningkatan permintaan terhadap barang dan jasa di triwulan IV-2009.

KINERJA PERBANKAN DAERAH

Kinerja keuangan perbankan di Bali pada triwulan IV-2009 menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Indikator utama kinerja perbankan yang sempat menguat pada triwulan III-2009, kembali melambat pada triwulan IV-2009. Aset perbankan secara tahunan tumbuh 15,34% melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan III-2009 sebesar 19,14%. Seiring dengan perlambatan aset, dana pihak ketiga (DPK) juga mengalami perlambatan dengan arah yang

(12)

sama sedangkan kredit tercatat mengalami peningkatan. Secara umum perlambatan aset diperkirakan sebagai dampak dari perlambatan pertumbuhan dana seiring dengan pola musiman, dimana pada akhir tahun pengerahan dana khusunya dalam bentuk giro cukup rendah. Sementara pertumbuhan kredit diperkirakan berasal dari ekspansi kredit konsumsi yang tumbuh sebagai dampak peningkatan konsumsi masyarakat di akhir dan pergantian tahun. Seiring dengan peningkatan ekspansi kredit, rasio kredit bermasalah (NPL) sampai dengan triwulan IV-2009 juga mengalami perbaikan pada kisaran 2,70%. Demikian pula pelaksanaan fungsi intermediasi bank berjalan cukup baik, ditunjukkan dengan meningkatnya rasio LDR yang berada pada kisaran 60,47%.

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Sistem pembayaran sebagai pendorong dan urat nadi perekonomian regional pada triwulan IV-2009 berjalan dengan lancar. Seiring terjadinya peningkatan kegiatan perekonomian, transaksi keuangan juga menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya baik dalam volume maupun nilai transaksi. Peningkatan tersebut terjadi baik dari transaksi tunai maupun transaksi non tunai.

KEUANGAN DAERAH

Pada tahun anggaran 2009, Anggaran Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi Bali mencapai Rp 1,41 triliun meningkat 1,51% dibandingkan dengan anggaran pendapatan tahun sebelumnya. Realisasi Pendapatan Daerah sampai dengan triwulan dua mencapai 88,36%. Sementara itu, Anggaran Belanja Daerah pada tahun ini tercatat sebesar Rp 1,64 triliun atau menurun 1,15% dibandingkan anggaran belanja sebelumnya. Realisasi Belanja Daerah sampai dengan triwulan 3 mencapai 50,08%. Hal ini menunjukkan realisasi belanja daerah masih belum maksimal dan lebih rendah daripada realisasi pendapatannya.

OUTLOOK

Pada triwulan I-2010 pertumbuhan ekonomi Bali diperkirakan masih akan dibayangi oleh tekanan eksternal walaupun berangsur-angsur mulai pulih. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali pada triwulan I-2010 diperkirakan berkisar pada 3% - 4% (y-o-y). Pertumbuhan ekonomi di triwulan I-2010 ini dari sisi penawaran didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor jasa. Sementara dari sisi permintaan pertumbuhan ekonomi secara umum masih digerakkan oleh konsumsi.

(13)

Perkembangan inflasi Kota Denpasar pada triwulan I-2010 diperkirakan akan mengalami peningkatan. Secara triwulanan angka inflasi diperkirakan akan mencapai 2,6% (q-t-q) atau secara tahunan mencapai 4,86% (y-o-y). Tekanan inflasi di triwulan I-2010 diperkirakan masih berasal dari kelompok bahan makanan, serta kelompok makanan jadi seiring dengan peningkatan harga-harga di awal tahun.

Kinerja perbankan pada triwulan I 2010, secara nominal diperkirakan akan terus

meningkat, baik aset, DPK dan kredit. Peningkatan kinerja perbankan ini diperkirakan didorong

oleh peningkatan kinerja perekonomian nasional dan regional. Kinerja perbankan juga

diperkirakan akan didorong oleh membaiknya kinerja perekonomian regional dan

kecenderungan turunya suku bunga kredit.

Kredit perbankan diperkirakan akan tetap tumbuh walau dengan kecepatan yang lebih

rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan IV atau mengalami pelambatan. Ekspansi kredit

pada triwulan I diperkirakan tumbuh pada kisaran 19%. Secara umum, penyebab tumbuhnya

kredit pada triwulan I 2009 adalah dari kegiatan konsumsi yang diperkirakan akan mendorong

jenis kredit konsumsi. Dari jenisnya, kredit konsumsi diperkirakan masih tumbuh pesat dan

mendominasi pangsa kredit perbankan sejalan dengan terus meningkatnya konsumsi

masyarakat dan masih dominannya peran konsumsi sebagai pendorong pertumbuhan

ekonomi. Kredit jenis konsumsi diperkirakan akan menjadi ujung tombak pertumbuhan kredit

di Bali. Kredit modal kerja diperkirakan juga akan tumbuh walaupun diperkirakan lebih rendah

dibandingkan dengan penyaluran tahun 2009. Sementara kredit jenis investasi diperkirakan

akan mengalami peningkatan, sehubungan dengan kondisi perekonomian yang diperkirakan

semakin mambaik. Peningkatan juga akan didorong oleh tingkat suku bunga investasi yang

juga diperkirakan akan turun.

Dari sisi dana, penghimpunan dana masyarakat oleh perbankan diperkirakan masih

akan tumbuh pada level 16%. Pertumbuhan dana diperkirakan akan dibayangi oleh

peningkatan kegiatan perekonomian, sehingga terjadi pergerakan dana ke sektor riil. Selain itu

kecenderungan penurunan suku bunga juga diperkirakan akan mempengaruhi minat

menabung masyarakat.

Hal yang cukup mengkuatirkan yang mungkin timbul pada industri perbankan adalah

tekanan NPL yang diperkirakan akan meningkat sebagai akibat pelambatan perekonomian

pada triwulan sebelumnya. NPL diperkirakan akan didorong dari penyaluran kredit jenis modal

(14)

kerja dan kredit skim khusus yang tidak menggunakan jaminan tambahan dalam persetujuan

realisasinya. Hal ini diperkirakan akan meningkatkan rasio NPL pada kisaran 2,4%. Namun

demikian dengan pengawasan dan pembinaan yang ketat dari perbankan diharapkan NPL

dapat ditekan.

(15)

Makro Ekonomi Regional

Bab 1

Perekonomian Bali triwulan IV-2009 diperkirakan masih tumbuh positif sebesar 3,31% (y-o-y), meskipun relatif melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,17% (y-o-y). Pertumbuhan tersebut juga lebih lambat dibandingkan triwulan yang sama tahun 2008 yang

tumbuh 10,28% (y-o-y). Krisis keuangan global diperkirakan masih memberikan tekanan terhadap

perekonomian Bali meskipun tekanan tersebut relatif tidak terlalu besar. Periode puncak kunjungan

wisatawan ternyata masih mampu menahan perlambatan perekonomian Bali. Di sisi penawaran,

pertumbuhan ekonomi masih didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa. Di sisi permintaan, peran konsumsi, terutama konsumsi rumah tangga, masih cukup besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Demikian pula ekspor Bali pada triwulan IV-2009 masih mengalami pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya.

1.1. SISI PENAWARAN

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 3,31% (y-o-y), melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,17% (y-o-y). Angka pertumbuhan tersebut juga lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan yang sama tahun 2008 yang tumbuh sebesar 10,28% (y-o-y). Dari sisi penawaran atau berdasarkan sektoral, beberapa sektor mengalami perlambatan, diantaranya adalah sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor pengangkutan dan komunikasi.

Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB dari sisi Penawaran, 2008-2009 (% y-o-y)

Sektor 2008 Q1-2009 Q2-2009 Q3-2009 Q4-2009P

2009P

Pertanian 0,61 7.75 9.58 3.43 0.87 5.34

Pertambangan 3,52 12.00 11.60 2.98 (3.66) 5.27

Industri 8,17 9.20 3.31 4.64 4.70 5.39

Listrik, Gas & Air 8,98 4.61 5.05 5.06 4.35 4.77

Bangunan 6,71 1.00 0.89 0.97 0.79 0.91

Perdg, Hotel & Rest. 8,62 10.05 7.32 4.87 2.96 6.21

Pengangkutan & Kom. 8,92 11.95 5.81 2.29 1.04 5.09

Keuangan & Persewaan 4,28 2.58 (0.45) 2.76 5.55 2.63

Jasa-Jasa 4,66 3.14 4.17 6.48 8.28 5.56

PDRB 5,97 7.77 5.92 4.17 3.31 5.25

Sumber: BPS

(16)

1.1.1. Pertanian

Kinerja sektor pertanian triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh 0,87% (y-o-y), lebih rendah dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,43% (y-o-y). Pertumbuhan

di sektor pertanian utamanya didorong oleh pertumbuhan subsektor tanaman bahan makanan dan

subsektor peternakan dan hasil-hasilnya. Sementara itu, subsektor tanaman bahan makanan (tabama)

diperkirakan mengalami tekanan produksi akibat mundurnya siklus panen pada subround 3 (September

hingga Desember). Hal ini ditunjukkan oleh Angka Ramalan III di sub-round 3 yang relatif melambat

untuk beberapa komoditas tabama. Namun diramalkan produksi dan luas panen komoditas padi dan palawija (jagung, kedelai, kacang-kacangan dan umbi-umbian) pada tahun 2009 mengalami peningkatan dibanding tahun lalu. Peningkatan produksi tabama pada tahun 2009 diperkirakan terjadi karena adanya intensifikasi pertanian yang mampu meningkatkan produktivitas lahan dari 58,37 kuintal/ha menjadi 58,61 kuintal/ha.

Tabel 1.2. Produksi dan Luas Panen Padi dan Palawija per Subround di Bali, 2008-2009 Jan - Des

Jan - April Mei - Agustus Sep - Des

Komoditas/tahun L. Panen Produksi L. Panen Produksi L. Panen Produksi L. Panen Produksi

(ha) (ton)

(ha) (ton) (ha) (ton) (ha) (ton)

Padi Aram III 2009 52,968 316,570 49,236 285,618 42,163 243,997 144,367 846,185 ATAP 2008 51,705 306,370 46,733 271,012 45,561 263,083 143,999 840,465 Jagung Aram III 2009 27,209 66,689 1,908 7,954 2,950 17,119 32,067 91,762 ATAP 2008 21,993 49,902 2,038 9,147 3,220 18,570 27,251 77,619 Kedelai Aram III 2009 1,174 1,590 5,622 8,236 2,188 3,092 8,984 12,918 ATAP 2008 881 1,305 2,584 3,721 2,880 4,297 6,345 9,323 Sumber: BPS

Keterangan: * Angka Ramalan

1.1.2. Industri

Kinerja sektor industri pada triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 4,70% (y-o-y), meningkat dibandingkan triwulan III-2009 yang tumbuh 4,64% (y-o-y).Namun pertumbuhan pada triwulan IV-2009 jauh lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan IV-2008 yang mencapai

(17)

masyarakat diperkirakan turut mempengaruhi penurunan utilisasi kapasitas produksi di sektor industri. Namun, kondisi pariwisata di Bali yang masih positif mampu mendorong industri makanan minuman.

Pertumbuhan sektor industri dikonfirmasi dengan peningkatan konsumsi listrik dan jumlah pelanggan untuk golongan industri. Seiring dengan masih tertekannya permintaan ekspor produk manufaktur sampai triwulan IV-2009 maka pemasaran produk-produk sektor industri masih terkonsentrasi pada pasar domestik.

Industri kerajinan Bali saat ini tengah mengalami tekanan, selain karena dampak krisis dan persaingan antar daerah, tekanan lain berasal dari persaingan antar negara berkembang Asia lainnya seperti Vietnam, Thailand, India, Malaysia dan Cina. Negara pesaing lebih memaksimalkan besarnya skala produksi (massal) dengan memanfaatkan teknologi industri, sedangkan di Bali industri kerajinan masih mempertahankan keterampilan tangan (hand made) sehingga terdapat kendala pada pemenuhan kuantitas produksi.

500 1000 1500 2000 2500 0 10000 20000 30000 Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4 2006 2007 2008 2009 unit ribu KWH

Grafik 1.1. Konsumsi Listrik Industri

-50 0 50 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011 2007 2008 2009 % y-o-y Grafik 1.2. Perkembangan Nilai Ekspor

Manufaktur

g Manufaktur dan Jumlah Pelanggan Industri

Konsumsi Listrik Industri Jumlah Pelanggan - axis kanan

Sumber: PLN Distribusi Bali Sumber: Bank Indonesia

-100 -50 0 50 100 150 200 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011 2007 2008 2009 % y-o-y

Grafik 1.3. Perkembangan Volume Ekspor Manufaktur

g Manufaktur

(18)

1.1.3. Listrik, Gas, dan Air

Sektor listrik, gas, dan air pada triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh 4,35% (y-o-y), melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,06% (y-o-y). Pertumbuhan sektor ini dikonfirmasi oleh pertumbuhan konsumsi listrik yang melambat dibanding triwulan sebelumnya. Pertumbuhan jumlah pelanggan listrik di triwulan IV-2009 juga relatif rendah. Seiring dengan penurunan konsumsi dan rendahnya pelanggan listrik, pembiayaan di sektor ini juga mengalami penurunan. Hal ini tercermin pada melambatnya penyaluran kredit pada sektor listrik, gas, dan air pada triwulan IV-2009 sebesar 9,46% (y-o-y) dari sebesar Rp15 miliar pada tiwulan sebelumnya menjadi Rp14 miliar pada triwulan IV-2009.

0 1 2 3 4 1900 2000 2100 2200 2300 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2006 2007 2008 2009 % y-o-y 000 Unit

Grafik 1.5. Jumlah Pelanggan Listrik

Jumlah Pelanggan g Jumlah Pelanggan -4 0 4 8 12 16 0 200 400 600 800 Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4 2006 2007 2008 2009 % y-o-y juta KWH

Grafik 1.4. Konsumsi Listrik di Bali

Konsumsi Listrik g Konsumsi Listrik

Sumber: PLN Distribusi Bali Sumber: PLN Distribusi Bali

-100 0 100 200 300 0 4 8 12 16 20 Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4 2006 2007 2008 2009 % y-o-y miliar Rp

Grafik 1.6. Kredit Sektor Listrik, Gas, dan Air

Kredit Sektor Listrik g Kredit Sektor Listrik

(19)

1.1.4. Bangunan

Sektor bangunan pada triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 0,79% (y-o-y), melambat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tumbuh 0,97% (y-o-y). Tren

perlambatan di sektor bangunan telah terjadi sejak awal 2009, yang ditunjukkan dengan rendahnya pertumbuhan dari triwulan I hingga triwulan IV-2009 yang tidak lebih dari 1%. Perlambatan di sektor bangunan terjadi seiring dengan krisis ekonomi global yang menekan daya beli masyarakat. Hal ini dikonfirmasi oleh hasil survei harga properti residensial yang menunjukkan kondisi stagnan sejak triwulan II-2009.

Namun demikian diharapkan pertumbuhan sektor bangunan meningkat pada periode berikutnya terkait dengan pertumbuhan konsumsi semen yang mulai tumbuh positif di triwulan IV-2009 sebesar 25,0% (y-o-y). Demikan pula pertumbuhan sektor bangunan akan mengalami peningkatan pada periode berikutnya sejalan dengan pertumbuhan kredit sektor bangunan yang

mencapai 8,18% (y-o-y). -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 0 100000 200000 300000 400000 Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4 2006 2007 2008 2009 % Ton

Grafik 1.7. Konsumsi Semen

Konsumsi Semen g (y-o-y) - axis kanan

-20 0 20 40 60 80 100 0 100 200 300 400 500 Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4 2006 2007 2008 2009 % y-o-y miliar Rp

Grafik 1.8. Kredit Sektor Bangunan

Kredit Sektor Bangunan g Kredit Sektor Bangunan

-20 0 20 40 60 80 100 0 100 200 300 400 500 Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4 2006 2007 2008 2009 % y-o-y miliar Rp

Grafik 1.8. Kredit Sektor Bangunan

Kredit Sektor Bangunan g Kredit Sektor Bangunan

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia Sumber: Bank Indonesia

1.1.5. Perdagangan, Hotel, dan Restoran

Sektor perdagangan, hotel, dan restoran pada triwulan IV-2009 mengalami pertumbuhan namun lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan sektor

perdagangan, hotel, dan restoran pada triwulan IV-2009 diperkirakan sebesar 2,96% (y-o-y), melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya di tahun yang sama sebesar 4,87% (y-o-y). Melambatnya pertumbuhan di sektor PHR diakibatkan krisis yang terjadi secara global yang mengakibatkan wisatawan terutama wisatawan mancanegara menunda maupun mengalihkan daerah

(20)

atau tumbuh 13,7% (y-o-y).Namun jumlah tersebut lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan III-2009 sebesesar 18,8% (y-o-y).

Triwulan IV merupakan musim puncak kunjungan, baik wisatawan domestik maupun mancanegara seiring dengan masuknya musim liburan sekolah dan libur akhir tahun. Namun krisis keuangan global telah menggeser tingkat kunjungan wisatawan. Kunjungan yang umumnya didominasi oleh wisman dengan kebangsaan Jepang digeser oleh wisman dengan kebangsaan Australia. Namun demikian perlambatan di sektor PHR tidak diikuti dengan menurunnya penerimaan Visa On Arrival (VoA) yang justru meningkat 22,8% (y-o-y) dibanding penerimaan VOA triwulan IV-2008.

Sementara itu prompt indicator lain, berupa konsumsi dan jumlah pelanggan listrik untuk golongan bisnis seperti mal, pasar, pertokoan, dan pusat bisnis lainnya menunjukkan peningkatan meskipun tidak signifikan. Konsumsi listrik pada triwulan IV-2009 mencapai 326.397 MWH dengan

jumlah pelanggan sebanyak 200.734 unit.

-40 -20 0 20 40 60 80 0 200000 400000 600000 800000 Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4 2006 2007 2008 2009 % y-o-y orang

Grafik 1.9. Kunjungan Wisman

Jumlah Wisman g Jumlah Wisman 0 40 80 120 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011 2006 2007 2008 2009 %

Grafik 1.10. Tingkat Penghunian Kamar

TPK

Sumber: Dinas Pariwisata Daerah Bali Sumber: Dinas Pariwisata Daerah Bali

-20 0 20 40 60 80 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4 2006 2007 2008 2009 % y-o-y ribu USD

Grafik 1.11. Penerimaan VoA

Penerimaan VoA g Penerimaan Voa 40000 80000 120000 160000 200000 0 100000 200000 300000 Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4 2006 2007 2008 2009 unit 000 KWH

Grafik 1.12. Konsumsi Listrik Bisnis dan Jumlah Pelanggan Bisnis

Konsumsi Listrik Bisnis KWH Jumlah Pelanggan Bisnis

(21)

1.1.6. Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 1,04% (y-o-y), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,29% (y-o-y).

Pertumbuhan di sektor ini dikonfirmasi dengan jumlah penumpang pesawat di Bandara Ngurah Rai dan jumlah pos melalui udara yang masih tumbuh di triwulan IV-2009.

-100 0 100 200 300 400 500 0 40000 80000 120000 160000 200000 240000 Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4 2006 2007 2008 2009 % y-o-y Unit

Grafik 1.14. Jumlah Pos Melalui Udara

Masuk Keluar g Masuk g Keluar -40 -20 0 20 40 60 0 400 800 1200 1600 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2006 2007 2008 2009 % y-o-y 000 Orang

Grafik 1.13. Jumlah Penumpang Pesawat

Kedatangan Keberangkatan g Kedatangan g Keberangkatan

Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah

1.1.7. Keuangan dan Persewaan

Kinerja sektor keuangan dan persewaan diperkirakan tumbuh sebesar 5,55% (y-o-y), meningkat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 2,76% (y-o-y).

Namun pertumbuhan di sektor ini melambat dibandingkan pertumbuhan di triwulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 6,99% (y-o-y).

Pertumbuhan pada triwulan IV-2009 dikonfirmasi oleh indikator pembiayaan baik oleh lembaga keuangan bank maupun non bank. Outstanding kredit yang disalurkan oleh bank umum di triwulan IV-2009 tercatat mencapai Rp 19,50 triliun atau tumbuh 25,24% dibanding outstanding pada triwulan

sebelumnya. Sementara itu outstanding pembiayaan yang disalurkan oleh Lembaga Perkreditan Desa

(LPD) pada triwulan IV-2009 mencapai Rp 3,07 triliun, tumbuh 33,2% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan sektor keuangan dan persewaan juga dikonfirmasi oleh hasil Liaison yang menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan kapasitas utilisasi di sektor tersebut seiring dengan meningkatnya permintaan.

(22)

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4 2006 2007 2008 2009 % y-o-y miliar Rp Grafik 1.15. Pembiayaan LPD Kredit g Kredit 0 10 20 30 40 0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4 2006 2007 2008 2009 % y-o-y triliun Rp

Grafik 1.16. Kredit Perbankan

Kredit g Kredit

Sumber: PT BPD Bali Sumber: Bank Indonesia

1.1.8. Jasa-Jasa

Di tengah perlambatan sektor lain, sektor jasa-jasa diperkirakan tumbuh 8,28% (y-o-y) pada triwulan IV-2009. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi baik dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tumbuh 6,48% (y-o-y), maupun dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan IV-2008 yang

tumbuh 4,44% (y-o-y). Pertumbuhan di sektor ini dikonfirmasi dengan pertumbuhan kredit perbankan di sektor jasa-jasa. Outstanding kredit perbankan di sektor jasa-jasa pada triwulan IV-2009 mencapai Rp 1,67 triliun atau tumbuh 25,2% dibandingkan outstanding kredit di triwulan yang sama tahun sebelumnya. -20 0 20 40 60 80 100 0 500 1000 1500 2000 Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4 2006 2007 2008 2009 % y-o-y miliar Rp

Grafik 1.17. Kredit Sektor Jasa

Kredit Sektor Jasa g Kredit Jasa

(23)

1.2. SISI PERMINTAAN

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali dari sisi permintaan masih didorong oleh konsumsi, diikuti dengan ekspor. Selama ini konsumsi memiliki pangsa mencapai lebih dari 60% dalam pembentukan pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan.

Tabel 1.3. Pertumbuhan PDRB dari sisi Permintaan, 2008-2009 (% y-o-y)

1.2.1. Konsumsi

Konsumsi rumah tangga masih menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan di triwulan IV-2009. Pertumbuhan konsumsi tercatat sebesar 10,35% (y-o-y), menurun dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 19,84% (y-o-y). Pertumbuhan konsumsi antara lain dipengaruhi oleh masuknya musim liburan sekolah bagi wisatawan domestik dan liburan akhir tahun bagi wisatawan mancanegara.

Pertumbuhan konsumsi juga dikonfirmasi oleh sejumlah data prompt indicator, antara lain konsumsi dan jumlah pelanggan listrik rumah tangga yang mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 7,65% dan 1,56% (y-o-y). Namun konsumsi semen, sebagai indikator lain, mengalami pertumbuhan yang melambat sejalan dengan masih lemahnya daya beli masyarakat untuk membangun properti residensial pada triwulan IV-2009.

Sumber: PT Toyota Astra Motor Sumber: PT PLN Distribusi Bali

Komponen 2008 Q1-2009 Q2-2009 Q3-2009 Q4-2009P

2009P

Konsumsi Rumah Tangga 3,03 20,33 24,49 19,84 10,35 18,32

Konsumsi Pemerintah 7,98 3,66 13,48 11,61 12,67 10.44 Investasi/PMTB 23,16 10,01 8,00 8.45 5,69 7,93 Ekspor 16,98 2,88 6,90 12.92 22,39 11,46 Impor 36,44 31,05 13,95 20,59 12,15 18,57 PDRB 5,97 7,77 5.92 4,17 3,31 5,25 Sumber: BPS

Keterangan: * Angka Ramalan

1700 1800 1900 2000 0 100000 200000 300000 Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3 2006 2007 2008 2009 000 unit ribu KWH

Grafik 1.19. Konsumsi Listrik dan Jumlah Pelanggan Rumah Tangga

Konsumsi Listrik RT Jumlah Pelanggan RT - axis kanan

-80 -40 0 40 80 120 160 0 2000 4000 6000 8000 Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4 2006 2007 2008 2009 % Unit

Grafik 1.18. Penjualan Mobil

Unit

(24)

0 20 40 60 80 100 120 140 2006 2007 2008 2009

Grafik 1.20. Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

Penghsln. Saat ini Pembelian durable goods Supply Lap. Kerja

-20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0 140.0 123456789101112123456789101112123456789101112 2007 2008 2009

Grafik 1.21. Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Keyakinan Konsumen

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia

Seiring dengan pertumbuhan konsumsi yang melambat, survei indeks keyakinan konsumen menunjukkan bahwa pendapatan konsumen pada triwulan IV-2009 lebih rendah dibanding triwulan

sebelumnya. Pembelian barang tahan lama dan ketersediaan lapangan kerja juga lebih rendah

dibanding triwulan sebelumnya. Namun secara umum, keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian masih optimis.

Prompt indicator lain berupa kredit konsumsi justru menunjukkan pertumbuhan positif. Outstanding kredit konsumsi pada triwulan IV-2009 mencapai Rp 8,21 triliun atau tumbuh 26,04% dibanding kredit konsumsi triwulan IV-2008.

0 4 8 12 16 20 24 28 32 36 0 3500 7000 Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4 2006 2007 2008 2009 % miliar Rp

Grafik 1.22. Kredit Konsumsi

Nominal g (y-o-y) - axis kanan

-30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 0 100000 200000 300000 400000 Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4 2006 2007 2008 2009 % Ton

Grafik 1.23. Konsumsi Semen

Konsumsi Semen g (y-o-y) - axis kanan

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Asosiasi Semen Indonesia

Data prompt indicator lainnya yang mempengaruhi konsumsi adalah Nilai Tukar Petani (NTP). NTP pada November 2009 tercatat sebesar 104,12, lebih tinggi dibanding NTP Desember 2008 yang mencapai 102,05. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat di pedesaan masih memiliki daya beli yang cukup baik.

(25)

-80 -40 0 40 80 0 1000 2000 3000 4000 Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4 2006 2007 2008 2009 % y-o-y Unit

Grafik 1.25. Penjualan Motor

Unit g Penjualan Motor 0 40 80 120 160 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 2006 2007 2008 2009

Grafik 1.24. Nilai Tukar Petani

NTP

Sumber: BPS, diolah Sumber: PT Asaparis

1.2.2. Investasi

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 5,69% (y-o-y), melambat dibanding triwulan III-2009 yang tumbuh 8,45% (y-o-y). Hal ini menunjukkan bahwa perlambatan perekonomian yang mendorong perlambatan investasi masih

terjadi. Data statistik impor juga belum mengindikasikan adanya pertumbuhan impor barang modal.

Namun demikian diharapkan pertumbuhan investasi pada periode berikutnya berpotensi meningkat yang diindikasikan dengan pertumbuhan konsumsi semen yang mulai tumbuh positif di triwulan IV-2009 sebesar 25,0% (y-o-y). -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 0 100000 200000 300000 400000 Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4 2006 2007 2008 2009 % Ton

Grafik 1.26. Konsumsi Semen

Konsumsi Semen g (y-o-y) - axis kanan

0 5000000 10000000 15000000 20000000 25000000 30000000 35000000 40000000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3Q4* 2006 2007 2008 2009 ribu USD ($)

Grafik 1.27 Impor Barang Modal

Impor Barang Modal

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia Sumber: Bank Indonesia

Sementara itu data prompt indicator lain berupa kredit investasi pada triwulan IV-2009 yang mencapai Rp 3,1 triliun atau mengalami peningkatan 23,83% dibandingkan outstanding kredit di triwulan IV-2008. Hal ini menunjukkan bahwa dunia usaha sudah mulai bergerak kembali setelah sebelumnya turun cukup signifikan semenjak triwulan I-2009.

(26)

-5.00 5.00 15.00 25.00 35.00 45.00 55.00 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4 2006 2007 2008 2009 % miliar Rp

Grafik 1.28. Kredit Investasi

Nominal g (y-o-y) - axis kanan

Sumber: Bank Indonesia

1.2.3. Ekspor Impor

Nilai tambah ekspor dari Bali pada triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 22,39%, meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 12,92%.

Pertumbuhan ekspor pada triwulan IV-2009 terutama berasal dari pertumbuhan ekspor produk-produk manufaktur yang tumbuh mencapai 13,4% dibandingkan realisasi pada triwulan yang sama tahun lalu. Nilai ekspor produk manufaktur pada triwulan IV-2009 mencapai 119,1 juta dolar AS. Sementara ekspor produk pertanian mengalami kontraksi sebesar 7,1% (y-o-y) dengan realisasi ekspor sebesar 20,3 juta dolar AS. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pengolahan telah kembali bergerak setelah mengalami penurunan akibat krisis global.

Berdasarkan komoditinya, dapat dilihat bahwa seluruh komoditi ekspor utama Bali tumbuh positif di triwulan IV-2009, terutama pada komoditi ikan dan udang, kayu dan barang dari olahannya, pakaian jadi, serta perhiasan/permata. Cuaca yang baik selama triwulan IV-2009 mendukung proses penangkapan ikan di laut lepas. Diperkirakan ekspor akan terus meningkat seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian global yang berpotensi meningkatkan permintaan ekspor dari Bali.

-20.0 -10.0 0.0 10.0 20.0 30.0 0 40 80 120 160 200 Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4* -60 -40 -20 0 20 40 60 80 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4* 2007 2008 2009 % y-o-y

Grafik 1.30. Perkembangan Volume Ekspor

g Pertanian g Manufaktur

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia

2006 2007 2008 2009

% y-o-y juta USD

Grafik 1.29. Perkembangan Nilai Ekspor Bali

Ekspor gEkspor - axis kanan

(27)

-100 -50 0 50 Pertanian 12% Manufaktur 88%

Grafik 1.32. Komposisi Ekspor Bali Triwulan IV-2009

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia

Sementara itu, nilai tambah impor Bali pada triwulan IV-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 12,15%, melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh mencapai 20,59%. Krisis keuangan global yang turut berimbas pada penurunan daya beli masyarakat diindikasikan oleh penurunan impor durable good pada triwulan IV-2009. Impor pada triwulan IV-2009 didominasi oleh produk manufaktur dengan pangsa 65%, sementara produk pertanian hanya memiliki pangsa 35%.

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia

100 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011 2007 2008 2009 % y-o-y

Grafik 1.31. Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditi Utama Bali

20

03 - Ikan dan Udang

15 44 - Kayu, Barang dari Kayu 62 - Pakaian Jadi Bukan Rajutan 71 - Perhiasan / Permata 94 - Perabot, Penerangan Rumah

Pertanian 35%

Manufaktur 65%

Grafik 1.34. Komposisi Impor Bali Triwulan IV-2009 -100.0 0.0 100.0 200.0 300.0 400.0 0 40 80 120 160 Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4* 2006 2007 2008 2009 % y-o-y juta USD

Grafik 1.33. Perkembangan Nilai Impor Bali

Impor g Impor - axis kanan

(28)

BOKS A.

DAERAH-DAERAH UTAMA PENOPANG EKONOMI BALI

Provinsi Bali terdiri dari 8 Kabupaten dan 1 Kota dengan kondisi ekonomi yang

berbeda-beda. Masing-masing daerah memiliki potensi ekonomi dan karakteristik sosial

yang secara bersama-sama mendukung perekonomian Provinsi bali secara keseluruhan.

Identifikasi potensi dan keunggulan daerah mempermudah perencanaan pengembangan

ekonomi daerah yang mengoptimalkan potensi wilayah sesuai dengan karakteristik

daerahnya. Hasil identifikasi produktivitas per satuan wilayah melalui penghitungan

densitas ekonomi menunjukkan bahwa Kota Denpasar merupakan daerah dengan output

perekonomian per km

2

tertinggi dibandingkan 8 wilayah lainnya (lihat Tabel 1A).

Tabel 1A. Densitas Ekonomi Kabupaten/Kota di Bali

  0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000

Kabupaten Jembrana Tabanan Badung Gianyar

2004 2008

Klungkung Bangli Karangasem Buleleng Denpasar

Sumber : BPS Provinsi Bali

Kota sebagai pusat pertumbuhan memang seharusnya memiliki densitas ekonomi yang

lebih tinggi daripada daerah lainnya yang menjadi penyangga kota tersebut. Densitas

ekonomi daerah kabupaten yang relatif tinggi adalah Kabupaten Badung dan Kabupaten

Gianyar. Kedua daerah ini dikenal sebagai pusat destinasi wisata utama di Bali dengan

kawasan andalan Pantai Kuta di Kabupaten Badung dan Ubud di Kabupaten Gianyar.

Hasil perhitungan menggunakan tipologi Klassen juga menunjukkan bahwa daerah

dengan pendapatan per kapita tinggi dan pertumbuhan tinggi adalah Kota Denpasar dan

Kabupaten Badung, sementara daerah dengan pertumbuhan tinggi meskipun

pendapatan per kapitanya masih rendah adalah Kabupaten Gianyar dan Buleleng (lihat

Tabel 2A). Wilayah-wilayah ini dapat dikembangkan menjadi pusat pertumbuhan

ekonomi Bali. Pemerintah Provinsi Bali mulai mengembangkan kembali kawasan wisata

Lovina di Kabupaten Buleleng untuk menggerakkan ekonomi di kawasan Bali Utara

(29)

Kabupaten Klungkung masuk menjadi daerah maju tapi tertekan, dalam arti meskipun

pendapatan per kapitanya tinggi namun pertumbuhannya rendah. Pemerintah daerah

perlu menggerakkan sektor-sektor potensial di Kabupaten Klungkung untuk memacu

pertumbuhan ekonominya sehingga dapat menjadi daerah cepat maju dan cepat

tumbuh. Selain itu, pemerintah daerah Provinsi Bali juga harus memperhatikan

pembangunan di kawasan-kawasan tertinggal seperti Kabupaten Jembrana, Bangli,

Tabanan, dan Karangasem untuk mengejar ketertinggalan dari wilayah-wilayah lainnya.

Tabel 2 A. Tipologi Klassen Kabupaten/Kota di Bali

 

Kriteria PDRB per kapita tinggi

PDRB per kapita rendah

Pertumbuhan tinggi

Daerah Cepat Maju Dan Cepat Tumbuh

- Badung - Denpasar Daerah Berkembang Cepat - Buleleng -Gianyar Pertumbuhan rendah

Daerah Maju Tapi Tertekan - Klungkung Daerah Relatif Tertinggal - Jembrana - Bangli - Tabanan - Karangasem Kriteria PDRB per kapita tinggi

PDRB per kapita rendah

Pertumbuhan tinggi

Daerah Cepat Maju Dan Cepat Tumbuh

- Badung - Denpasar Daerah Berkembang Cepat - Buleleng -Gianyar Pertumbuhan rendah

Daerah Maju Tapi Tertekan - Klungkung Daerah Relatif Tertinggal - Jembrana - Bangli - Tabanan - Karangasem

Sumber : BPS Provinsi Bali, diolah

Pengembangan analisis lebih lanjut dengan menggunakan penghitungan indeks

spesialisasi menunjukkan bahwa Kabupaten Badung sebagai salah satu pusat

pertumbuhan ekonomi dan destinasi wisata utama di Bali memiliki keterkaitan ekonomi

yang besar dengan hampir seluruh wilayah kecuali Kabupaten Jembrana, Gianyar, dan

Kota Denpasar (lihat Tabel 3A). Ketidakterkaitan ekonomi dengan Kabupaten Jembrana

dapat dipahami, sebab lokasi wilayahnya relatif jauh dari Kabupaten Badung. Selain itu,

Kabupaten Jembrana juga bukan destinasi utama kunjungan wisatawan sehingga

sebagian besar aktivitas ekonominya relatif tidak berkaitan dengan pengembangan

industri pariwisata.

Relatif kecilnya keterkaitan ekonomi Kabupaten Badung dengan dua wilayah lainnya yaitu

Kabupaten Gianyar dan Kota Denpasar disebabkan oleh kedua wilayah tersebut

masing-masing memiliki spesialisasi aktivitas ekonomi. Kota Denpasar mempunyai spesialisasi

pengembangan aktivitas ekonomi berupa pusat kegiatan pemerintahan dan bisnis,

sementara Kabupaten Gianyar mempunyai kawasan wisata utama Ubud dengan

karakteristik pada wisata seni dan budaya.

(30)

Tabel 3A. Indeks Spesialisasi Bali

JBR

BLL

BGL

TBN

GYR

BDG

KSM

KLG

DPS

Rata-Rata

JBR -

0.27 0.55 0.55 0.55 0.94 0.62 0.55 0.86 0.61

BLL

- - 0.32

0.38

0.45

1.15

0.49 0.47 0.89 0.59

BGL

- - - 0.33

0.53

1.16

0.40 0.40

1.00

0.64

TBN

- - - - 0.52

0.45

0.47 0.54 0.96 0.59

GYR

- - - 0.88

0.73

0.70

0.68

0.75

BDG

- - -

1.24

1.29

0.79

1.11

KSM

- - - 0.53

1.12

0.82

KLG

- - - 1.10

1.10

DPS

- - -

Rata-Rata

0.78

Sumber : BPS Provinsi Bali, diolah

Hasil analisis daerah pendorong ekonomi Bali menunjukkan bahwa daerah yang potensial

dikembangkan menjadi pusat pertumbuhan sekaligus identifikasi daerah-daerah

pendukungnya. Masing-masing daerah penyangga dapat mengoptimalkan potensi

daerah sesuai karakteristik sosial ekonominya untuk ikut mendorong perkembangan

ekonomi di daerah yang menjadi pusat pertumbuhan. Pada akhirnya, pengembangan

pusat pertumbuhan secara otomatis ikut meningkatkan aktivitas ekonomi daerah-daerah

penyangga sehingga pertumbuhan ekonomi Bali dapat dinikmati seluruh wilayah Bali.

(31)

BOKS B.

PERKEMBANGAN PRODUKSI BERAS DI BALI

Perekonomian Bali secara umum ditopang oleh tiga sektor utama, yakni sektor

Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR), Pertanian, dan Jasa-jasa. Sektor PHR tetap

merupakan sektor dominan di Bali dengan share kurang lebih sebesar 30% terhadap

PDRB Bali. Namun dari struktur tersebut dapat dilihat bahwa sektor pertanian juga

memegang peranan cukup besar terhadap keberlangsungan ekonomi Bali setelah sektor

PHR. Sementara itu nilai tambah sektor pertanian terhadap PDRB Bali semakin menurun

seperti yang terlihat pada tabel 1. Share pertanian terhadap PDRB pada tahun 2005

adalah sebesar 21,79%, namun pada tahun 2009 sharenya terus menurun hingga

sebesar 19,81%.

Tabel 1.

Share Sektoral pada PDRB Provinsi Bali atas dasar harga konstan tahun 2000

Total Tw I Tw II Tw III Tw IV 2009

Pertanian 21.79 21.54 20.85 19.79 20.06 20.31 19.89 19.00 19.81 Pertambangan 0.64 0.62 0.60 0.59 0.59 0.59 0.59 0.59 0.59 Industri Pengolahan 9.54 9.46 9.75 9.95 9.87 9.89 10.01 10.07 9.96 Listrik, Gas, Air Bersih 1.47 1.49 1.52 1.56 1.55 1.55 1.55 1.55 1.55 Bangunan 3.89 3.86 3.87 3.90 3.77 3.74 3.71 3.73 3.74 PHR 30.84 30.79 31.27 32.05 32.51 32.35 32.23 32.31 32.35 Pengangkutan 10.39 10.47 10.96 11.27 11.40 11.29 11.17 11.15 11.25 Keuangan 7.44 7.54 7.38 7.26 6.95 6.90 7.14 7.32 7.08 Jasa-jasa 14.00 14.22 13.80 13.63 13.30 13.38 13.72 14.28 13.67 PDRB 100 100 100 100 100 100 100 100 100 2009 Sektoral 2005 2006 2007 2008

Sumber : BPS Provinsi Bali, diolah

Jika dilihat lebih lanjut, subsektor yang dominan pada perekonomian Bali di sektor

pertanian adalah subsektor tanaman bahan makanan dengan komoditi utama Padi,

Jagung, dan Ubi Kayu. Namun dengan maraknya industri pariwisata di Bali telah

mendorong terjadinya alih fungsi lahan yang mengakibatkan luas lahan pertanian

semakin menurun dari waktu ke waktu. Berdasarkan data BPS Provinsi Bali, luas panen

padi pada tahun 2009 berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) III adalah sebesar 144.367

Ha, terus turun dari luas panen padi tahun 1993 yang mencapai 159.994 Ha

(Lihat Grafik 1)

(32)

Grafik 1

Grafik 2

Luas Panen dan Jumlah Produksi Padi

Produktivitas Beras Bali

tahun 1993-2009

tahun 1993 - 2009

50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Produktivitas(Ku/Ha) 740000 760000 780000 800000 820000 840000 860000 130,000 135,000 140,000 145,000 150,000 155,000 160,000 165,000 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Luas Panen(Ha) Produksi(Ton)

Hektar (Ha) Produksi (Ton)

Sumber : BPS Provinsi Bali Sumber : BPS Provinsi Bali

Yang menarik, penurunan luas panen padi tidak selalu tidak diikuti dengan penurunan

produksi terutama untuk komoditas Padi. Grafik 1 menunjukkan bahwa pergerakan luas

panen hampir seiring dengan produksi dengan tren menurun hingga tahun 2005. Namun

semenjak tahun 2006 produksi padi meningkat drastis ditengah penurunan lahan

pertanian, sehingga produktivitas yang dihasilkan pun semakin meningkat (Lihat Grafik

2). Pergerakan luas panen yang tidak searah dengan hasil produksi mengindikasikan

adanya upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi padi di tengah

keterbatasan lahan, salah satunya adalah dengan melakukan intensifikasi lahan dan

melakukan upaya untuk meningkatkan produktivitas secara terus menerus.

Sayangnya kondisi tersebut tidak terjadi pada komoditas-komoditas tanaman bahan

makanan utama lainnya seperti Jagung dan Ubi Kayu. Kedua komoditas tersebut

mengalami tren penurunan luas panen dan produksi seperti yang ditunjukkan pada grafik

3 dan 4, yang mengakibatkan produktivitas (kuintal/Ha) juga mengalami tren menurun.

Grafik 3

Grafik 4

Luas Panen dan Produksi Jagung

Luas Panen dan Produksi Ubi Kayu

Tahun 1993-2009

Tahun 1993-2009

0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 19 93 19 94 19 95 19 96 19 97 19 98 19 99 20 00 20 01 20 02 20 03 20 04 20 05 20 06 20 07 20 08 20 09

Luas Panen(Ha) Produksi(Ton)

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000

Sumber : BPS Provinsi Bali

0 4000 8000 12000 16000 20000 19 93 19 94 19 95 19 96 19 97 19 98 19 99 20 00 20 01 20 02 20 03 20 04 20 05 20 06 20 07 20 08 20 09

Luas Panen(Ha) Produksi(Ton)

(33)

Kondisi tersebut tentunya harus diwaspadai oleh pemerintah daerah setempat serta

dinas-dinas terkait agar segera dilakukan langkah-langkah untuk mengatasi keterbatasan

lahan serta alih fungsi lahan pertanian yang semakin marak terjadi. Sehingga diharapkan

sektor pertanian sebagai sektor primer dapat semakin mendukung sektor-sektor lainnya,

dan ketergantungan pangan Bali terhadap daerah-daerah lain dapat semakin

diminimalisir

(34)

.

BOKS C.

TANGKAPAN IKAN DAN MENURUNNYA NTP-PERIKANAN

Nilai tukar petani (NTP) total Provinsi Bali selama Triwulan IV-2009 menunjukkan tren yang meningkat. NTP pada bulan November 2009 tercatat sebesar 104,12 atau lebih tinggi 1,23% dibandingkan NTP di bulan Juli 2009. Kenaikan NTP menunjukkan daya beli petani meningkat sebab perolehan penjualan hasil pertanian di atas pemenuhan kebutuhan hidup petani.

Perkembangan NTP lebih mendetail menunjukkan bahwa khusus NTP Perikanan justru mengalami tren yang menurun sejak April 2009 (lihat Gambar 2A). Pengamatan hingga November 2009 menunjukkan NTP Perikanan mencapai nilai di atas 100 hanya pada bulan April saja. Selama tahun 2009, pendapatan nelayan di Bali tidak mampu menutup kebutuhan hidupnya sehari-hari. Menurunnya NTP juga mengindikasikan turunnya daya beli masyarakat nelayan di Bali.

Gambar 2A. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Bali Januari – November 2009 85 90 95 100 105 NTP Total NTP Ikan NTP Total 101,7 100,6 102,9 103,4 103,8 103 102,9 102,9 103,7 104 104,1 NTP Ikan 99,4 96,16 97,67 100,4 97,22 97,4 97,03 95,34 95,23 92,61 93,01 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov

Sumber : Data BPS Bali diolah

Perkembangan NTP khususnya NTP perikanan sangat dipengaruhi oleh pergerakan harga jual produk perikanan. Oleh karena itu, fluktuasi produk perikanan yang mampu dilempar ke pasaran ikut membentuk harga jual di pasar. Khusus untuk ikan tangkapan, kondisi cuaca adalah faktor utama penentu jumlah produksi ikan yang dapat dihasilkan. Cuaca buruk menyebabkan nelayan tidak dapat melaut sehingga produksi ikan akan menurun.

Karakteristik sektor perikanan di Bali didominasi oleh ikan tangkapan. Ekspor Bali sebagian besar berupa ikan tuna dalam berbagai kemasan dengan prosentase total sebesar 64%. Komposisi ekspor ini menunjukkan peranan kelautan Bali sangat penting bagi kinerja sektor perikanan di Bali.

(35)

Selama tahun 2009, produksi perikanan Bali meningkat dan diindikasikan oleh peningkatan ekspor perikanan Bali pada tahun 2009. Total ekspor Bali mencapai 114 juta dolar AS selama periode Januari – November 2009. Nilai ini meningkat 22,9% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan produk perikanan ini akan meningkatkan penawaran ikan di pasaran sehingga cenderung menurunkan harga jual ikan. Penurunan harga ikan ini akan menurunkan indeks yang diterima nelayan sehingga NTP perikanan akan turun. Hal ini ditunjukkan dengan tren menurun NTP Perikanan selama tahun 2009. Fluktuasi nilai NTP juga menunjukkan bahwa gangguan cuaca yang menyebabkan kenaikan harga produk perikanan ada pada kurun waktu Februari sampai dengan April 2009.

tuna segar 40% tuna beku 17% lainnya 29% tuna loin 7% kerapu segar 4% kerapu hidup 3%

Sumber : Data BPS Bali diolah

Pengelolaan hasil produksi perikanan dapat membuat NTP Perikanan stabil bahkan menguat. Penyimpanan hasil produksi perikanan dapat membantu mencegah membanjirnya produk perikanan di pasar yang berujung pada penurunan harga jual. Selain itu, pengolahan ikan menjadi produk lanjutan selain dapat meningkatkan nilai tambah juga memperpanjang masa penyimpanan produk perikanan sebelum dijual ke pasaran. Upaya ini diharapkan dapat menahan tren penurunan NTP di masa depan sehingga kesejahteraan nelayan dapat meningkat

(36)
(37)

Perkembangan Inflasi

Bab 2

Perkembangan harga barang dan jasa di Kota Denpasar pada triwulan IV-2009 relatif rendah yang tercermin dari laju inflasi sebesar 1,02% (q-t-q), lebih rendah dibanding inflasi triwulan sebelumnya yang mencapai 1,77% (q-t-q). Secara tahunan inflasi saat ini relatif stabil dibanding triwulan sebelumnya, yaitu mencapai 4,37% (y-o-y) yang tidak jauh berbeda dibanding inflasi triwulan III-2009 yang mencapai 4,39% (y-o-y). Namun secara umum inflasi di Kota Denpasar masih lebih tinggi

dibandingkan inflasi nasional triwulan IV-2009 yang mencapai 2,78% (y-o-y).

2.1. KONDISI UMUM

Perkembangan harga barang dan jasa di triwulan IV-2009 relatif rendah dan stabil. Laju

inflasi Kota Denpasar pada triwulan IV-2009 mencapai 1,02% (q-t-q), menurun dibanding inflasi pada triwulan sebelumnya yang mencapai 1,77% (q-t-q). Sedangkan secara tahunan inflasi di Kota Denpasar relatif stabil sebesar 4,37% (y-o-y), hanya sedikit menurun dibanding laju inflasi triwulan sebelumnya yang mencapai 4,39% (y-o-y). Namun inflasi tersebut masih lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional pada triwulan IV-2009 yang mencapai 2,78% (y-o-y).

-2.00 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 Ja n Fe b Ma r Ap r Me i Ju n Jul A g us t Sep Ok t No p De s Ja n Fe b Ma r Ap r Me i Ju n Jul A gus t Sep Ok t No p De s Ja n Fe b Ma r Ap r Me i Juni Ju li A gus t Se p Ok t No v De c 2007 2008 2009

Grafik 2. 1. Perkembangan Inflasi Denpasar (%)

m-t-m q-t-q y-o-y

(38)

Tekanan inflasi pada triwulan IV-2009 terutama berasal dari kelompok bahan makanan, serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau. Perayaan beberapa hari raya keagamaan seperti Galungan dan Kuningan, Idul Adha, dan Natal turut mempengaruhi peningkatan permintaan terhadap barang dan jasa di triwulan IV-2009. Namun demikian lancarnya proses konversi minyak tanah menjadi elpiji di berbagai kabupaten dan kota di Bali turut meredam tekanan inflasi di triwulan IV-2009. Beberapa komoditas yang memberikan pengaruh terhadap laju inflasi pada triwulan IV-2009 diantaranya adalah sawi hijau, tarif sewa rumah, bawang putih, bawang merah, dan rokok kretek filter. Namun demikian kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan justru mengalami deflasi pada triwulan IV-2009. Telah berakhirnya pengaruh peningkatan harga bahan bakar diperkirakan mengakibatkan deflasi pada kelompok tersebut. Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga yang mengalami peningkatan harga pada triwulan sebelumnya, justru mengalami inflasi yang relatif rendah pada triwulan IV-2009. Kelompok kesehatan yang pada triwulan sebelumnya mengalami peningkatan akibat naiknya biaya rawat inap Rumah Sakit di Denpasar, pada triwulan IV-2009 tidak mengalami peningkatan yang berarti.

0 4000 8000 12000 16000

I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III III IV V Jun-09 Jul-09 Agt-09 Sept-09 Okt-09 Nov-09 Dec-09 Rp

Grafik 2.2 Harga Komoditas Minyak Goreng

Bimoli Tropical Filma Curah Sawit Sania 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000

I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV V Jun-09 Jul-09 Agt-09 Sept-09 Okt-09 Nov-09 Dec-09

Grafik 2.3 Harga Komoditas Beras

IR 64 TABANAN IR 64 PUTRI SEJATI IR 64 KERETA IR 64 RATU Rp

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000

I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III III IV V Jun-09 Jul-09 Agt-09 Sept-09 Okt-09 Nov-09 Dec-09

Grafik 2.4 Harga Komoditas Bumbu-bumbuan

BAWANG MERAH CABE MERAH CABE RAWIT

Rp

(39)

2.2. INFLASI BULANAN M-T-M

Laju inflasi bulanan di Kota Denpasar pada triwulan IV-2009 relatif rendah dan stabil. Secara bulanan, inflasi pada Oktober 2009 mencapai 0,35% (m-t-m). Inflasi pada bulan tersebut didorong oleh perayaan hari raya Galungan dan Kuningan yang jatuh pada pertengahan dan akhir Oktober. Perayaan kedua hari raya tersebut mendorong peningkatan permintaan terutama untuk kelompok bahan makanan yang mengalami peningkatan indeks mencapai 1,26%. Peningkatan harga pada kelompok bahan makanan terutama terjadi pada sub-sub komoditas sayur-sayuran (meningkat 5,49%), bumbu-bumbuan (meningkat 4,28%), serta buah-buahan (meningkat 2,05%). Komoditas-komoditas yang memberikan sumbangan inflasi terbesar pada Oktober 2009 diantaranya adalah cabe rawit, kangkung, dan kacang panjang. Permasalahan peningkatan permintaan serta distribusi pasokan dari dan keluar Bali menjadi faktor penting yang mempengaruhi peningkatan harga komoditas-komoditas tersebut.

Sementara itu, pada November 2009 terjadi inflasi yang sangat rendah, yakni mencapai 0,10% (m-t-m). Penurunan kunjungan wisatawan (low season) baik domestik maupun mancanegara diperkirakan menurunkan tekanan permintaan terhadap barang dan jasa pada November 2009. Walaupun beberapa komoditas seperti daging kambing mengalami peningkatan seiring dengan perayaan hari raya Idul Adha, namun kelompok bahan makanan justru mengalami deflasi sebesar 0,49%. Beberapa komoditas yang mengalami peningkatan harga pada November 2009 diantaranya adalah emas perhiasan, biaya sewa rumah, dan beberapa komoditas yang masuk kedalam subkelompok makanan jadi.

Tabel 2.1

Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang

IV-2009

No. Kelompok Barang

Okt Nov Des

1 Bahan Makanan 1.26 -0.49 0.73

2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 0.13 0.40 2.13

3 Perumahan, Air, Lisrik, Gas, dan Bahan Bakar 0.32 0.48 0.19

4 Sandang 0.31 0.52 0.63

5 Kesehatan 0.20 -0.07 0.22

6 Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga -0.03 0.07 0.02

7 Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan -0.26 -0.03 -0.01

UMUM 0.35 0.10 0.57

(40)

Laju inflasi bulanan pada Desember 2009 merupakan inflasi tertinggi sepanjang triwulan IV-2009, yaitu sebesar 0,57% (m-t-m). Tekanan inflasi pada Desember dipengaruhi oleh peningkatan permintaan seiring dengan perayaan hari raya Natal dan tahun baru serta rencana peningkatan harga cukai rokok di awal tahun 2010. Inflasi terutama berasal dari kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau dengan inflasi sebesar 2,13% yang dipicu oleh peningkatan harga pada komoditas-komoditas yang termasuk kedalam subkelompok tembakau dan minuman beralkohol, diantaranya adalah rokok kretek filter, rokok putih, dan rokok kretek. Selain ditekan dari kelompok makanan jadi, inflasi juga turut ditekan dari kelompok bahan makanan dengan inflasi sebesar 0,73% yang dipicu oleh peningkatan harga pada komoditas-komoditas seperti beras, minyak goreng, bawang putih, dan bawang merah. Rencana peningkatan HPP gabah dan beras per 1 Januari 2010 diperkirakan juga turut mendorong peningkatan harga beras di bulan Desember 2009.

2.3. INFLASI TAHUNAN Y-O-Y

Secara tahunan, inflasi Kota Denpasar pada triwulan IV-2009 relatif rendah dan stabil.

Inflasi tahunan Kota Denpasar sebesar 4,37% (y-o-y), sedikit menurun dibandingkan inflasi triwulan III-2009 yang mencapai 4,39% (y-o-y). Namun demikian angka inflasi tersebut lebih tinggi dibanding inflasi nasional triwulan IV-2009 yang mencapai 2,78% (y-o-y). Tekanan harga terbesar pada triwulan IV-2009 terjadi pada kelompok kesehatan, kelompok makanan jadi, serta kelompok bahan makanan. Dari grafik di bawah ini dapat dilihat bahwa kecenderungan inflasi Denpasar selalu lebih rendah bila dibandingan dengan inflasi Nasional, namun semenjak bulan Maret 2009 inflasi Kota Denpasar selalu berada diatas inflasi Nasional. Hal ini disebabkan oleh penyesuaian biaya rawat inap rumah sakit pada bulan Maret, yang menekan inflasi bulanan Maret menjadi 1,35%.

0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 Jan Feb Ma r Ap r Ma y Ju n Ju l Au g Sep Oc t No v Dec Jan Feb Ma r Ap r Ma y Ju n Ju l Au g Sep Oc t No v Dec Jan Feb Ma r Ap r Ma y Ju n Ju l Au g Sep Oc t No v Dec 2007 2008 2009

Grafik 2.5 Inflasi Tahunan Denpasar dan Nasional (%)

Denpasar Nasional

(41)

Jika digolongkan berdasarkan kelompok barang, hampir seluruh kelompok barang mengalami inflasi kecuali yang termasuk kedalam kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga yang mengalami deflasi masing-masing sebesar 2,89% dan 1,69% (y-o-y). Tekanan inflasi tertinggi pada triwulan IV-2009 berasal dari kelompok kesehatan dengan inflasi sebesar 19,16% (y-o-y), diikuti dengan kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau dengan inflasi sebesar 8,81%, diikuti kelompok bahan makanan dengan inflasi sebesar 7,29%.

Tabel 2.2

Inflasi Tahunan Menurut Kelompok Barang (%)

I-2009 II-2009 III-2009 IV-2009

No. Kelompok Barang

Inflasi Inflasi Inflasi Inflasi

1 Bahan Makanan 16,03 8,33 9,61 7,29

2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok, & Tembakau 11,00 12,52 8,63 8,81 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas, & Bahan Bakar 6,52 6,26 5,13 4,63

4 Sandang 6,22 4,81 3,59 3,59

5 Kesehatan 19,02 18,82 19,39 19,16

6 Pendidikan, Rekreasi, & Olahraga 7,14 6,19 -1,81 -1,69

7 Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 2,73 -4,17 -5,15 -2,89

UMUM 8,93 5,80 4,39 4.37

(42)

BOKS D.

KARAKTERISTIK INFLASI BALI

Inflasi Kota Denpasar tahun 2009 tercatat rendah pada level 4,37% (y-o-y) namun lebih tinggi dibanding level nasional sebesar 2,78% (y-o-y). Rendahnya inflasi baik nasional maupun Bali, diperkirakan terjadi sebagai dampak krisis financial global yang menekan produksi dan konsumsi.

Sepanjang periode tersebut inflasi nasional umumnya dipengaruhi oleh komoditas kelompok volatile good dan administered price. Deflasi yang disebabkan oleh administered price yang khususnya bersumber dari penurunan harga BBM yang umumya berlaku di setiap daerah secara nasional. Namun inflasi pada komoditas pada kelompok volatile food, dan beberapa komoditas yang termasuk dalam kelompok inflasi inti atau yang lebih dikenal dengan consumer goods, umumnya terjadi karena faktor-faktor spesifik di daerah. Adapun beberapa faktor spesifik di Bali antara lain : besarnya konsumsi yang dipengaruhi oleh tinggingya frekuensi kegiatan keagamaan, tingginya tingkat kunjungan wisatawan yang menyebabkan permintaan selalu terjaga, serta ketergantungan pasokan barang dari luar daerah. Hal inilah yang menyebabkan pola inflasi Bali berubah pada tahun 2009, tingkat inflasi Bali pada umumnya berada di bawah level inflasi nasional, berubah menjadi di atas level nasional pada 2009.

Beberapa fenomena yang cukup mempengaruhi inflasi Bali sepanjang 2009 antara lain : penurunan harga BBM pada akhir 2008 dan awal 2009, yang menyebabkan deflasi pada Januari 2009; penyesuaian tarif rumah sakit pada bulan Maret yang mendorong inflasi bulanan Maret sebesar 1,35% (m-t-m); dan pengaruh musiman yang mempengaruhi pergerakan harga pada kelompok volatile good yang merupakan kelompok bahan makanan, makanan jadi dan beberapa komoditas yang termasuk dalam kelompok inflasi inti, seperti kondisi cuaca, musim liburan, dan kegiatan keagamaan.

Grafik 1

Komoditas yang mempengaruhi inflasi di tahun 2009, beberapa diantaranya merupakan komoditas yang secara konsisten mempengaruhi inflasi Bali dalam tiga tahun terakhir, komoditas tersebut merupakan bagian dari kelompok volatile food. Konsistensi komoditas-komoditas tersebut mempengaruhi inflasi menunjukkan bahwa pola permintaan dan penawarannya tidak mengalami perubahan di saat kondisi perekonomian tengah dilanda krisis.

Konsumsi Makanan

(43)

Komoditas pada kelompok volatile food yang memberikan andil yang cukup besar dalam pembentukan inflasi pada periode tersebut adalah : beras, bawang, daging ayam, cabai rawit, daging babi, dan minyak goreng. Presistensi inflasi yang terjadi pada komoditas tersebut menyebabkan inflasi pada kelompok bahan makanan dan makanan jadi cenderung stabil tinggi. Presistensi ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, tingginya permintaan terhadap beberapa komoditas yang termasuk dalam kelompok ini. Permintaan yang tinggi tersebut disebabkan karena, selain digunakan sebagai bahan makanan, beberapa komoditas juga dimanfaatkan masyarakat sebagai sarana dalam ritual keagamaan yang sifat pemakaiannya rutin. Permintaan juga dipicu oleh tingginya frekuensi kegiatan ritual keagamaan dalam skala besar dan dillakukan pada waktu yang relatif bersamaan dalam setiap tahunnya, sehingga mampu menimbulkan demand shock terhadap komoditas tertentu. Sisi permintaan juga ditambah lagi dengan permintaan eksternal yang cukup tinggi, yaitu yang berasal dari permintaan wisatawan baik manca maupun domestik. Sifat kunjungan wisatawan ke Bali untuk berlibur atau melakukan kegiatan wisata, cenderung akan mendorong kegiatan konsumsi yang mampu meningkatkan jumlah permintaan komoditas dalam kelompok bahan makanan.

Selain dari sisi permintaan yang selalu terjaga, inflasi pada kelompok volatile food juga dipengaruhi dari sisi penawaran. Beberapa komoditas bahan makanan memiliki perilaku yang sangat bergejolak, khususnya untuk komoditas bumbu dan sayur. Hal ini dipengaruhi oleh faktor musiman, dimana pada saat musim panen umumnya harga akan sangat rendah dan pada periode di luar musim panen mengalami inflasi yang sangat tinggi. Selain dipengaruhi oleh kondisi musim, sisi penawaran juga sangat dipengaruhi oleh tingkat harga penawaran dari provinsi lain di luar Bali.

Grafik 2

Sumber : Bps Provinsi Bali

Hal ini mengingat tingginya kertergantungan Bali terhadap komoditas bahan makanan dan makanan jadi dari luar Bali. Sebagai akibatnya harga komoditas juga dipengaruhi oleh pembentukan harga di luar daerah. Dari sisi lain, ketergantungan ini juga menimbulkan permasalahan distribusi. Permasalah yang timbul antara lain, harga jual di level konsumen akan meningkat sebagai akibat dari tambahan biaya transportasi. Selain itu jalur distribusi juga terkadang digangggu oleh musim, seperti musim hujan yang menyebabkan pelayaran atau penyeberangan antar pulau tidak berjalan lancar. Hambatan pada jalur distribusi juga dimungkinkan akan turut berperan dalam peningkatan harga komoditas bahan makanan dan makanan jadi umumnya memiliki masa ekonomi yang cukup terbatas

(44)

Gambar

Tabel 1.2. Produksi dan Luas Panen Padi dan Palawija per Subround di Bali, 2008-2009
Grafik 1.4. Konsumsi Listrik di Bali
Grafik 1.7. Konsumsi Semen
Grafik 1.16. Kredit  Perbankan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Keuntungan dari bioautografi kontak yaitu merupakan metode yang mudah untuk dilakukan dan hasilnya dapat terlihat jelas tanpa harus menggunakan reagent MTT. Bila

Utara yang ingin menguasai seluruh daerah di Amerika Utara tersebut, termasuk daerah pedalaman yang ada di sebelah barat daerah yang di kuasai oleh Perancis.. Setelah

Gambar 1.1 Kedudukan RPI2-JM Bidang Cipta Karya Pada Sistem Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya ... 1-3 Gambar 1.2 Keterkaitan RPI2-JM Bidang Cipta

Dan keempat strategi yang memperkecil kelemahan untuk menghadapi ancaman, meliputi:Bank Jatim Syariah harus merubah mindset tidak hanya menggunakan pendekatan top-down

I : Kalo untuk harga kos Citra Garden, dengan mendapatkan fasilitas seperti yang mas hendra dapatkan, apakah sepadan menurut mas.. Potongan harga untuk mahasiswa

Perumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah : apakah ada pengaruh efektivitas modal kerja dan likuiditas terhadap Return on assets pada KSU (BMT) Amanah Ummah

You will learn how to use Google Script to build apps that run from a spreadsheet, in a browser window or within a Google Site, and from the user’s perspective, they will appear to