• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TENTANG INTERAKSI SOSIAL SISWA SMA NEGERI 1 PAGUYAMAN KABUPATEN BOALEMO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS TENTANG INTERAKSI SOSIAL SISWA SMA NEGERI 1 PAGUYAMAN KABUPATEN BOALEMO"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TENTANG INTERAKSI SOSIAL SISWA SMA NEGERI 1 PAGUYAMAN KABUPATEN BOALEMO

Oleh RABI R. DAMA

Jurusan Bimbingan dan Konseling Program Studi SI

Pembimbing I :Dra. Rena. L. Madina M.Pd Pembimbing II : Meiske Puluhulawa M.Pd

A B S T R A K

Penelitian ini dilaksanakan disekolah SMA Negeri 1 paguyaman Kabupaten Boalemo. Fokus kajian dalam penelitian ini adalah analisis tentang kemampuan interaksi sosial siswa. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan interaksi sosial siswa disekolah SMA Negeri 1 paguyaman kabupaten Boalemo. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan tekni pengumpulan data melalui wawancara. Hasil penelitian menujukkan Sosial Siswa SMA Negeri 1 Paguyaman kualitas interaksi sosial siswa masih rendah, yang dipengaruhi oleh berbagai aspek seperti, Guru belum mampu memperhatikan interaksi sosial siswa, masih terdapat siswa yang bersikap tidak sopan satun saat berbicara menggunakan kata-kata yang kasar, masih terdapat sebagian siswa yang membentuk kelompok yang hanya sesuai dengan latar belakang. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disarankan harus ada usaha dan dukungan dari pihak sekolah, orang tua serta pemerintah yang bertanggung jawab dalam peningkatan interaksi sosial siswa.

Kata Kunci:Analisis tentang kemampuan interaksi sosial siswa

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang diharapkan dapat memberikan kontribusinya dalam membina interaksi sosial siswa. Hasil interaksi social siswa di sekolah mencakup kemampuan siswa dalam berinteraksi dalam lingkungan sekolah. Melalui hasil interaksi tersebut diharapkan terjadinya sebuah perubahan pada diri siswa dalam satu kecenderungan dalam bertingkah laku (Suparlan, 2004:2009). Dalam hal ini merupakan suatu sasaran yang dapat dilihat dari hasil interaksi siswa yang diharapkan dapat diperhatikan oleh seluruh lembaga pendidikan.

Perubahan interaksi siswa diharapkan memiliki sebuah bentuk hubungan yang baik antara induvidu dengan lingkungannya. Demikian pula. Pada aspek sikap siswa diharapkan memiliki perilaku dan karakter yang menjadi modal dalam melakukan

(2)

hubungan dan tindakan sosial. Hasil interaksi ini merupakan suatu kegiatan pendidikan yang merupakan proses perubahan perilaku yang dituntun secara alamiah dan spontan (Sumaatmadja, 2002:41)

Oleh karena itu kemampuan interaksi sosial siswa diharapkan dapat berkembang secara wajar sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang ada pada lingkungan. Lingkungan yang dimaksud adalah wilayah dan tempat siswa berada sesuai dengan tradisi dan budaya yang melekat pada wialayah tersebut yang disepakati oleh masyarakat menjadi norma sosial yang harus dipahami dan ditaati oleh siapa pun.

Permasalahan yang dihadapi dalam lembaga pendidikan saat ini adalah kecenderungan kegiatan yang lebih mengutamakan pada aspek pengetahuan dan keterampilan dengan mengesampingkan aspek sikap. Hal ini tampak dapat dilihat pada kebijakan pendidikan yang lebih mengedepankan penilaian dan evaluasi keberhasilan siswa dibidang pengetahuan seperti Ujian Sekolah dan Ujian Nasional yang bersifat teoritis.

Pada akhirnya kebijakan ini berdampak pada pemahaman siswa itu sendiri bahwa aspek sikap ini yang merupakan salah satu kompetensi yang diharapkan kurang menjadi perhatian. Para siswa beranggapan bahwa jika dia sudah mendapat juara di kelasnya, dia termasuk siswa yang sudah berhasil walaupun sikap dan perilakunya tidak baik .Padahal perilaku merupakan modal siswa dalam melakukan interaksi sosial dengan kehidupan masyarakat kelak.

Dampak lain yang banyak ditemui adalah kemampuan interaksi siswa semakin rendah, misalnya perilaku siswa yang hanya mementingkan diri sendiri, tidak ada tata kramah, tidak saling menegur, serta tidak saling peduli antara satu dengan yang lain. Di samping itu juga kecenderungan siswa untuk mengelompokan dirinya sesuai dengan latar belakang ekonomi, dalam hal ini siswa itu sendiri membentuk kelompok sejenis seperti siswa yang berasal dari golongan orang kaya, yang tidak mau berteman dengan orang tidak mampu.

Dari segi tindakan sosial, sebagian besar siswa tidak memperhatikan nilai-nilai dan karakter bangsa yang saling tolong menolong. Jika ada teman yang kesulitan dianggap sebagai beban dan tidak ada kepedulian dan rasa empati terhadap teman tersebut. Pada akhirnya hasil belajar siswa pada aspek sikap dan perilaku menjadi sesuatu yang kurang penting di lembaga sekolah. Hal ini di akibatkan dari kurangnya pembinaan dari seluruh lembaga pendidikan.

(3)

Kenyataan ini yang ditemui peneliti pada siswa SMA Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan tampak bahwa sebagian besar kemampuan interaksi sosial siswa sangat rendah.

Hal ini dapat dilihat dari kemampuan interaksi siswa baik dalam melakukan komunikasi sosial maupun dalam melakukan tindakan sosial khususnya di lingkungan sekolah yang belum sesuai dengan harapan yang di butuhkan peneliti dalam melakukan kajian lebih dalam tentang permasalahan ini.

Observasi awal yang dilaksanakan peneliti pada 30 orang siswa Kelas X SMA Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo yang merupakan wakil-wakil kelas paralel, terdapat 15 orang atau 50% yang menunjukkan interak sisosial yang baik sedangkan sisanya 15 0rang atau 50% tidak memperlihatkan interaksi sosial sesuai yang diharapkan.

Pada aspek berkomunikasi tampak sebagian besar yang memperlihatkan kurang ramah, kurang senyum dan tidak sopan santun bahkan sebagian besar siswa berbicara dengan kata-kata yang kasar seperti komunikasi yang tidak sesuai dengan aturan yang ada di dalamlingkungan sekolah dan sebagainya. Demikian pula padaaspektindakansosial, sebagianbesarsiswatidakpedulidenganteman-temannya yang dalam keadaan susah, di mana mereka hanya mementingkan diri mereka sendiri. Pemasalahan tersebut, memerlukan perhatian dari seluruh pihak, yang berkenaan dengan kemampuan interaksi sosial siswa, yang sangat penting dalam pengembangan moral siswa dalam kehidupan bermasyarakat. Permasalahan ini bertentangan pula dengan nilai-nilai dan norma sosial bangsa kita yang mengutamakan sopan santun dan keramah tamahan siswa serta saling tolong-menolong dalam segala hal.

Di samping itu interaksi sosial siswa merupakan modal dalam melakukan interaksi dalam masyarakat kelak. Siswa merupakan generasi muda yang diharapkan dapat terjun kemasyarakat dengan modal sikap dan perilaku yang salah satunya adalah perilaku yang mampu berinterak sisosial baik dengan lingkungan sekitar,. Ditinjau dari segi komunikasi sosial maupun cara bertindak sosial, sesuai dengan norma dan budaya bangsa Indonesia, karena siswa merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma sosial.

Menelaah harapan dan kenyataan pada latar belakang, peneliti menyimpulkan bahwa sangat perlu di lakukan penelitian untuk menganalisis kemampuan interaksi sosial siswa melalui indicator komunikasi siswa dan tindakan sosial dengan alas an bahwa kemampuan sosial siswa merupakan suatu dari kompetensi dalam kurikulum yang diharapkan menjadi perhatian, dalam kemampuan berinteraksi sosial ini merupakan modal bagi siswa dalam mengembangkan pola keteraturan dan dinamika kehidupan sosial di masyarakat.

(4)

Berdasarkan penjelasan maka dari itu peneliti merumuskan penelitian dengan judul “Analisis Tentang Kemampuan Interaksi Sosial Siswa di SMA Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka identifikasi masalah sesuai dengan analisis tentang kemampuan interaksi sosial siswa di SMA Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo, sebagai berikut :

a. Kemampuan interaksi siswa di SMA Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo masih rendah.

b. Sebagian siswa masih memperihatkan sikap angkuh dan acuh tak acuh dengan teman-temannya

c. Terdapat siswa yang menujukan sikap yang tidak sopan santun dalam berbicara dengan kata-kata yang kasar.

d. Sebagian siswa membentuk kelompok-kelompok sesuai dengan latar belakang ekonomi.

e. Siswa tidak saling menghargai sesama teman maupun sesama kelompok (kelas). Siswa tidak saling tolong menolong dalam kesusahan atau yang terkena musibah. Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Bagaimana kemampuan interaksi sosial siswa di SMA Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo?

b. Apa faktor pendukung dan penghambat kemampuan interaksi sosial siswa di SMA Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo?

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka yang menjadi tujuan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Mengetahui kemampuan interaksi sosial siswa di SMA Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo.

b. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat kemampuan interaksi sosial siswa di SMA Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo.

Manfaat penelitian ini baik secara teoritis maupun secara praktis sebagai berikut: a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat memperkaya secara logis kajian dalam wawasan berpikir tentang pengembangan interaksi sosial terutama pada siswa pada jenjang sekolah menengah atas.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian dapat bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial bagi siswa di SMA Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo.

(5)

Kajian Teori

Kata interaksi secara umum dapat diartikan saling berhubungan atau saling bereaksi dan terjadi pada dua orang induvidu atau lebih. Sedangkan sosial adalah berkenaan dengan masyarakat (Wiyono, 2007:234). Oleh karena itu secara umum interaksi sosial dapat diartika sebagai hubungan yang terjadi dalam sekelompok induvidu yang saling berhubungan baik dalam berkomunikasi maupun melakukan tindakan sosial. Interaksi sosial merupakan pula salah satu prinsip integritas kurikulum pembelajaran yang meliputi keterampilan berkomunikasi, yang bekerja sama yang dapat untuk menumbuhkan komunikasi yang harmonis antara individu dengan lingkungannya (Hernawan, 2010:314). Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa interkasi sosial sangat penting diberikan sebagai pengetahuan kepada siswa sejak dibangku sekolah, karena berkenaan dengan keterampilan berkomunikasi dan kerja sama yang dapat menumbuhkan sikap siswa setelah terjun kemasyarakat kelak. Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa interaksi sosial merupakan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh siswa dalam melakukan hubungan baik antara rekan-rekannya,antara siswa dan guru maupun siswa dengan orang tuanya, baik dalam menerima, maupun menolak dan menilai komunikasi yang diperoleh dalam bentuk proses interaksi. Interaksi sosial seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan dalam menjalin sebuah hubungan yang dinyatakan dalam bentuk prialaku sosial yang baik,yang dapat diketahui setelah diadakan evaluasi.

Karakteristik Interaksi Sosial

Menurut (Gerungan, 2010:14) bahwa interaksi sosial itu memiliki karakteristik yang dinamis dan tidak statis. Hal ini berarti bahwa karakteritik interaksi sosial dapat ditinjau dari berbagai segi sesuai dengan ciri interaksi yang dilakukan manusia. Artinya bahwa karakteritik interkasi akan dapat dilihat secara detail pada model interaksi yang dilakukan oleh manusia.

Bentuk-bentuk InteraksiSosial

Menurut (Gerungan, 2010:194) bahwa ssesuai dengan bentuk pelaksanaannya terdapat jenis interaksi sosial yaitu. Guna dalam menjelaskan bentuk interaksi sosial tersebut akan diuraikan oleh penulis / Gerungan sebagai berikut:

a. Interaksi Antar status

Interaksi antar status adalah hubungan antara dua pihak dalam individu yang berbeda dalam satu lingkungan yang bersifat formal sehingga masing-masing pihak dapat melakukan interaksinya didasarkan pada status masing-masing.

(6)

Misalnya hubungan antara guru dan siswa atau siswa dengan orang tua atau dengan keluarganya yang berbeda status.

b Interaksi Antar kepentingan

Interaksi antara kepentingan merupakan hubungan antara pihak induvidu yang berorientasi terhadap kepentingan dari masing-masing pihak. Dalam hubungan ini,masing-masing pihak saling memberikan solidaritasnya untuk mendukung terciptanya suatu sikap yang harmonis sehingga komunikasi tersebut dapat tercapai dengan baik.

c Interaksi antara Keluarga

Interaksi antar keluarga merupakan suatu hubungan yang terjadi antar pihak yang mempunyai hubungan darah. Pada hubungan ini,solidaritas antara anggota yang relatif lebih tinggi dan bentuk hubungannya lebih bersifat informal.

d Interaksi antar Persahabatan

Interaksi ini merupakan hubungan antara dua atau lebih dimana masing-masing individu sangat mendambakan adanya komunikasi yang saling menguntungkan untuk menjalin suatu hubungan yang sedemikian dekat atau kekerabatan

Manfaat Interaksi Sosial

Manfaat interaksi sosial yang diharapkan adalah hubungan timbale balik yang terjadi akan berjalan dengan wajar. Di samping interaksi sosial dapat berguna bagi siswa dalam mengembangkan pemikiran sosial, yang berkenaan dengan pengetahuan dan keyakinan mereka tentang masalah nhubungan dan keterampilan sosial (Sumantri, 2008:4.8).

Al-Qarashi (dalam Suparlan 2004:86) menjelaskan bahwa tujuan pendidikan secara umum adalah untuk meningkatkan spiritual dan mengembangkan interaksi sosial siswa, sehingga siswa dapat memiliki pengetahuan tentang ketuhanan sebagai pencipta dalam hubungan dengan manusia secara baik dan teratur. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan pendidikan, interaksi sosial merupakan sasaran utama, agar siswa memahami dan mengetahui cara berinteraksi sosial sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang telah diatur.

(Sumaatmadja, 2002: 93) menjelaskan bahwa” interaksi sosial merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan bimbingan bagi siswa, karena tergolong dalam kompetensi aspek apektif yaitu salah satu sikap yang diharapkan pada siswa setelah berinteraksi. Berdasarkan penjelasan ini bahwa pengembangan interaksi sosial bagi siswa sangat penting sebagai bekal dan persiapan bagi siswa dalam kehidupan bermasyarakat.

(7)

Berdasarkan kajian teori peneliti menyimpulkan bahwa dalam sebuah lembaga pendidikan sekolah telah terjadi interak sisosial antara siswa yang menjadi perhatian lembaga pendidikan dalam pengembangannya. Tenaga pendidik maupun kependidikan di lembaga sekolah tersebut dapat melakukan pemantauan secara terprogram dalam mengembangkan interaksi sosial siswa sebagai sarana dalam mengembangkan potensi siswa dengan baik.

Karakteristik Interaksi Sosial Siswa Sekolah Menengah Atas

Siswa sekolah menengah atas memiliki karakteristik usia antara 16 sampai 18 tahun, dimana pada usia ini sudah tergolong pada usia remaja. Menurut Sumantri (2008:6.28) bahwa karakteristik siswa usia remaja menuntut interaksi sosial yang lebih aktif karena pada fase ini manusia sudah memiliki keinginan untuk bergaul dengan banyak teman.

Dengan demikian peneliti menyimpulkan bawah pada masa remaja ini terjadi suatu interaksi sosial yang dapat dipengaruhi pula oleh suatu ketertarikan lawan jenis yang sulit dibentuk karena merupakan karakter yang secara alamiah.

Sekolah yang merupakan lembaga pendidikan dalam membina dan membimbing siswa dalam upaya pengembangan interaksi sosial siswa di sekolah. Menurut (Faturochman, 2009:12) terdapat pola interaksi yang harus diperhatikan oleh guru dalam pengembangan interaksi sosial siswa yaitu dilihat dari individu yang satu dengan individu yang lain. Berdasarkan pendapat tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa induvidu dengan induvidu yang lain atau dengan kelompok yang satu ketika berada dalam kelas yang lain adalah merupakan sebuah interaksi sosial.

(Suparlan, 2004:31) mengemukakan bahwa “lahirnya suatu pendekatan bahwa lembaga pendidikan sekolah menengah education production finction, maka sekolah merupakan sebuah lembaga tempat mendidik manusia dengan raw input, procces dan output”. Berdasarkan pendapat tersebut peneliti menyimpulkan bahwa sekolah merupakan sebuah lembaga untuk membina dan melatih siswa untuk dapat merubah sikap dan perilaku dalam interaksi sosial.

Kerangka Berpikir

Beradasarkan kajian-kajian teori, dijelaskan guna pemahaman penelitian ini maka peneliti akan menggambarkan kerangka berpikir dalam bentuk skema.

(8)

Berdasarkan kerangka berpikir sesuai skema tersebut di atas tampak bahwa penelitian dalam mengkaji kemampuan interaksi sosial siswa di SMA Negeri 1 Paguyama Kabupaten Boalemo, dikaji melalui indikator interaksi sosial yaitu interaksi siswa dalam berkomunikasi sosial dan interkasi sosial siswa dalam bertindak sosial. Interaksi sosial siswa dalam komunikasi sosial meliputi cara berbicara dan sikap sopan santun, sedangkan aspek bertindak sosial meliputi kepedulian, empati dan suka menolong.

2.7. Peran Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Interaksi Sosial

Dalam hal ini peran guru BK dalam sekolah untuk melihat bagaimana masalah yang dihadapi oleh siswa, yakni seperti masalah interaksi sosial siswa yang ada di SMA Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo. Guru BK merupakan guru yang membantu mengatasi berbagai bentuk masalah yang dihadapi oleh siswa, yang bersumber dari sikap siswa terhadap dirinya sendiri, lingkungan sekolah ,keluarga ,dan lingkungan yang lebih luas.

Guru BK bisa memberikan nasihat dan saran atas permasalahan yang di hadapi oleh siswa. Melalui pelatihan ini, diharapkan pada guru BK dapat memberikan pendidikan interaksi sosial pada siswa.

Menurur (Prayitno, 2003) merinci peran, tugas dan tanggung jawab guru dalam bimbingan dan konseling adalah:

1. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa.

2. Membantu guru pembimbing / konselor mengidentifikasi siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling.

Cara Berbicara Komunikasi Sosial Sopan santun

Tidak Kasar Interaksi Sosial

Siswa Kepedulian

Tindakan Sosial Empati

(9)

3. Jika siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling tersebut langsung kepada guru pembimbing /atau konselor.

4. Menerima siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling, terhadap guru yang dapat memberikan pelayanan konseling.

5. Membantu mengembangkan suasana kelas, diantara guru dan siswa yang dapat menunjang pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling.

6. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan layanan/bimbingan dan konseling.

7. Guru berpartisipasi dalam kegiatan bimbingan dan konseling dalam penanganan masalahyang dihadapi oleh siswa.

8. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan bimbingan dan konseling terhadap siswa

Metode Penelitian

Dalam sebuah penelitian, metode merupakan cara yang digunakan dalam melaksanakan suatu kegiatan penelitian, sedangkan jenis penelitian merupakan ciri penyajian dan pengungkapan data penelitian (Arikunto, 2006:13). Berdasarkan permasalahan penelitian maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan studi kasus yang menurut Anggoro (2008:24) adalah penelitian yang mengangkat permasalahan dalam satu waktu tertentu dengan memandang permasalahan secara akurat.

Hasil Penelitian

Kemampuan Interaksi Sosial Siswa

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 20 orang siswa yang mewakili 20 rombongan kelas menunjukkan bahwa kemampuan interaksi sosial siswa di SMA Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo dapat dideskripsikan sebagai berikut: a. Kemampuan Berkomunikasi Sosial

Indikator yang dijadikan tolak ukur dalam menilai kemampuan siswa berkomunikasi sosial adalah kemampuan berbicara dan kemampuan sopan santun. Dalam hal ini hasil wawancara yang di peroleh dari siswa hasil buah pikiran dari peneliti. Menurut salah seorang Siswa Kelas Xa SMA Negeri 1 Paguyaman Oktaviani Mohi, 16 Tahun dijelaskan bahwa:

”Komunikasi sosial yang kami lakukan di sekolah ini biasa-biasa saja. Kami berbicara sesuai dengan kebutuhan saja, baik berbicara dengan rekan-rekan siswa, maupun dengan guru. Sebagian besar siswa berbicara dengan sopan

(10)

santun sesama temannya demikia pula dengan guru. Sebagian besar siswa juga berbicara dengan guru dengan cara lemah lembut, karena kami merasa bahwa guru adalah orang tua kami di sekolah. Tetapi sangat disayangkan dialek-dialek yang digunakan dalam bebicara masih campuran yaitu ada yang menggunakan dialek bahasa Gorontalo dan bahasa Manado,sehingga dialek yang kami lakukan terkesan secara kasar,padahal itu hanya dialek saja. Kami yakin suatu saat siswa yang ada di SMA Negeri 1 Paguyaman akan berusaha berbicara dengan bahasa indonesia yang lebih baik lagi yaitu Bahasa Indonesia yang secara baku,serta Bahasa Gorontalo yang baik, jika kami dalam berdialek kami berusaha memperhatikan sopan santunnya”

(Oktaviani Mohi, Kelas Xa, Rabu 1 Mei 2013)

Berdasarkan hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa komunikasi yang dilakukan di SMA Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo masih tergolong rendah. Karena komunikasi yang di lakukan masih sesuai dengan kebutuhan, baik dalam berkomunikasi dengan rekan-rekan siswa maupun dengan guru. Sebagian besar siswa saat berbicara dengan sopan santun sesama temannya demikia pula dengan guru.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 20 orang siswa yang mewakili 20 rombongan kelas yang menunjukkan bahwa kemampuan interaksi sosial siswa di SMA Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo dapat dideskripsikan dalam kemampuan siswa dalam berkomunikasi, hal tersebut ini dapat dilihat dari tercapainya interaksi sosial siswa dalam lingkungan sekolah yakni: 1) kemampuan berkomunikasi sosial, dimana dalam kemampuan berkomunikasi sosial siswa dengan sikap dan prilaku yang sopan santun. 2) Kemampuan dalam bertindak sosial adalah siswa bertindak atau berperilaku, dimana seorang induvidu hendaknya memperhitungkan keberadaannya. Hal tersebut ini sangat penting diperhatikan karena tindakan interaksi sosial merupakan perwujudan dari hubungan atau interaksi sosial yang menghasilkan nilai yang baik. 3) faktor pendukung yang secara rinci dalam

(11)

mendukung kemmpuan interaksi sosial siswa di SMA Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo sebagai berikut :

a. Lingkungan keluarga siswa yang memiliki sikap dan perilaku yang baik dalam berinteraksi sosial.

b. Lingkungan masyarakat tempat siswa bergaul yang memiliki norma dan aturan yang baik.

c. Sikap dan perilaku orang tua yang mendidik anak dengan baik

d. Sikap dan perilaku guru dalam memberikan pembelajaran yang memperhatikan pemahaman karakter siswa.

e. Keikut sertaan siswa dalam kegiatan organisasi sekolah yang berupa Ptamuka, PMR dan kegiatan lainnya yang didalamnya memuat pendidikan karakter. f. Pengenalan tentang budaya norma dan etika masyarakat kepada siswa

g. Kesadaran siswa dalam melakukan interkasi sosial sesuai dengan norma-norma kesopanan dalam kehidupan.

Faktor-faktor di atas yang merupakan pendukung kemampuan interaksi sosial siswa di SMA Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo yang semestinya mendapat perhatian dari seluruh lembaga pendidikan sehingga kemampuan siswa dalam beriteraksi sosial, baik yang ditinjau dari segi komunikasi sosial maupun tindak sosial akan dapat terlaksana dengan baik. 4) faktor Penghambat secara rinci dalam menghambat kemampuan interaksi siswa di SMA Negeri 1 Paguyamaman sebagai berikut:

(12)

a. Lingkungan keluarga siswa yang memiliki sikap dan perilaku yang kurang baik seperti bertindak kasar,sering memukul anaknya dan tidak memiliki sopan santun.

b. Pergaluan siswa di lingkungan masyarakat dengan remaja yang sudah putus sekolah tidak memperhatiakn etika yang kurang baik dalam berkomunikas. c. Sikap dan perilaku orang tua yang tidak memiliki pendidikan yang cukup dalam

mendidikan anak.

d. Guru dalam memberikan pembelajaran yang tidak memperhatikan kemampuan siswa dalam melakukan interaksi sosial yang baik.

e. Siswa yang malas mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.

f. Siswa yang tidak memiliki kesadaran dalam melakukan interkasi sosial sesuai dengan norma yang ada.

Faktor penghambat kemampuan interaksi siswa itu adalah siswa yang tidak pernah merasa sadar bahwa mereka adalah masyarakat yang sangat menjunjujng tinggi nilai-nilai etika dan moral. Hal ini biasanya faktor penghambat dari siswa itu sendiri yang berupa sifat yang buruk misalnya siswa yang bersifat angkuh,sombong dan merasa orang tuanya kaya,ini merupakan salah satu faktor penghambat utama dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam berinteraksi sosial.

Hambatan lain adalah kemampuan interaksi sosial siswa di SMA Negeri 1 Paguyaman yakni guru yang mengajar hanya mengutamakan kepintaran atau pengetahuan siswa tersebut. Mereka tidak memperhatikan sikap siswa dalam melakukan interaksi sosial,sehingga siswa tersebut tidak dapat melakukan interaksi

(13)

sosial dengan baik. Hal ini meupakan sebuah faktor kurangnya pertahtian guru dalam menerapkan cara interaksi sosial yang baik,sehingga ini merupakan salah satu faktor penghambat kemampuan interaksi siswa di sekolah.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil wawancara dengan 20 orang siswa, 1 orag guru , 3 orang, orang tua siswa. Dapat diperoleh data bahwa kemampuan interaksi sosial siswa di SMA Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo masih rendah. Hal tersebut berdasarkan pada spek-aspek yang perlu di perhatikan siswa dalam interaksi sosial yakni seperti ; 1) Masih ada pula sikap siswa yang berbicara dengan kata-kata yang kasar, 2) siswa tidak saling tolong menolong dalam sesame teman yang terkena musibah, 3) Masih ada siswa yang menujukan sikap acuh

tak acuh pada sesame teman, 4) siswa membentuk kelompok sesuai dengan tingkat latar belakang ekonomi.

5.2 Saran

Sebagai akhir dari penulisan skripsi, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai upayah untuk meningkatkan perkembangan interaksi sosial siswa yang ada di SMA Negeri 1 Paguyaman Kabupaten Boalemo sebagai berikut :

1. Demi upaya tercapainya interaksi sosial pada siswa, maka di harapkan pada guru-guru yang ada di SMA Negeri 1 Paguyaman lebih meningkatkan interaksi sosial siswa.

2. Perlunya tanggung jawab bersama baik dari orang tua, guru dan pihak sekolah untuk selalu berupaya hmemperhatikan interaksi sosial siswa.

(14)

3. Pembinaan sikap positif oleh guru BK terhadap siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang dapat dijadikan sebagai wahana pembentukan karakter siswa, sehingga mampu memberikan manfaat dalam peningkatan kemampuan interaksi sosial siswa dalam lingkungan sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Anggoro, Toha. 2008. Metode Penelitian. Jakarta:Universitas Terbuka Arikunto, Suharsimi. 2006. Metodologi Penelitian. Bandung:Alfabeta Bungin, Burhan. 2005. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Grafindo Persada Danim. Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung:Pustaka Setia Gerungan, WA. 2010. Psikologi Sosial. Bandung:Refika Aditama

Hernawan, Asep Harry. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:Universitas Terbuka

Sumaatmadja, Nursid. 2002. Pendidikan Pemanusiaan Manusia Manusiswi. Bandung: Alfabeta

Sugiyono, 2012. Metode Penelitia Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif.Bandung:Alfabeta

Sumaatmadja, Nursid. 2002. Pendidikan Pemanusiaan Manusia Manusiswi. Bandung: Alfabeta

Sumantri, Mulyani. 2008.Perkembangan Peserta Didik.Jakarta: UT Bandung: Alfabeta

Suparlan. 2004. Mencerdakan Kehidupan Bangsa dari Konsepsi sampai dengan Implelmentasi. Yogyakarta:Hikayat Publishing

Wiyono, Eko Hadi . 2007. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap dan Ejaan yang Disempunakan.Jakarta: Palanta

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Bagi pihak manajemen perusahaan Cipaganti Travel, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berguna agar manajemen Cipaganti Travel dapat lebih

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Kesesuaian faktor fisik dengan syarat tumbuh tanaman durian dan faktor non fisik yang berpengaruh terhadap usaha

Kinerja terbaik dari proses produksi usaha tambak bandeng dalam mengubah 6 variabel input menjadi output bandeng maksimum yang dapat dihasilkan dengan menggunakan teknologi

Berdasarkan hasil pengamatan awal yang diperoleh pada hasil belajar tahun pelajaran 2012/2013 di kelas VI SDN 21 Paguyaman Kecamatan Paguyaman Kaupaten Boalemo

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa kendala dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir

Kelompok Tani Rukun Warga RW.010 Asta Pasir Kelurahan Cibeuti Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya sebagai salah satu kegiatan non formal yang selama ini

Bank Kustodian akan menerbitkan dan mengirimkan Surat Konfirmasi Transaksi Unit Penyertaan yang menyatakan antara lain jumlah Unit Penyertaan yang dijual kembali dan dimiliki