• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KOMUNIKASI PEMBELAJARAN INTERAKTIF TERHADAP PENNGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KOMUNIKASI PEMBELAJARAN INTERAKTIF TERHADAP PENNGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KOMUNIKASI PEMBELAJARAN INTERAKTIF TERHADAP PENNGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

A. Komunikasi Pembelajaran Interaktif a. Hakikat Komunikasi pembelajaran

H.A.W. Widjaja (2010: 164-165) Komunikasi berasal dari bahasa Latin communist artinya adalah sama. Jadi, komunikasi adalah proses penyampaian pikiran-pikiran yang berada di dalam kepala (otak) komunikator dengan pikiran yang berada di dalam kepala komunikan. Astrid Susanto mengatakan bahwa kegiatan komunikasi merupakan kegiatan pengoper lambang-lambang yang mengandung arti (Astrid, 1985: 158). Lambang-lambang tersebut dinyatakan dalam bentuk kata-kata atau isyarat-isyarat. Jika dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan maka komunikasi akan berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang diperbincangkan.

Rudi Hartono (2013: 50) Proses pembelajaran juga bisa disebut sebagai proses komunikasi antara guru yang berperan sebagai penyampai pesan dan siswa sebagai orang yang menerima pesan. Guru menjadi sumber pesan untuk menyampaikan materi terhadap siswa melalui komunikasi. Komunikasi itu bisa disebut efektif apabila pesan dari pihak komunikator (guru) itu dapat ditangkap dengan mudah oleh komunikan (siswa). Komunikasi tidak disebut efektif apabila komunikan sulit untuk menangkap pesan secara utuh.

Komunikasi antara siswa dengan guru adalah penyampaian pesan (materi) pelajaran. Di dalamnya terjadi, dan terlaksana hubungan timbal balik (komunikatif). Guru menyampaika pesan (message), siswa bertanya, dan demikian sebaliknya.

Komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai apa yang dibicarakan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan

(2)

belum tentu menimbulkan kesamaan maknanya. Jadi, yang dikatakan komunikatif adalah apabila terjadi kesamaan bahasa dan kesamaan makna antara komunikator dan komunikan.

Dengan demikian, konsep komunikasi mengandung pengertian memberitahukan pesan, pengetahuan, dan fikiran-fikiran dengan maksud mengikutsertakan peran siswa dalam proses pembelajaran, sehingga persoalan-persoalan yang dibicarakan milik bersama, dan tanggung jawab bersama (Martinis Yamin, 2007: 162-163).

Pesan yang disampaikan biasanya berupa informasi atau keterangan dari pengirim (sumber) pesan. Pesan itu diubah dalam bentuk sandi atau lambang seperti kata-kata, bunyi-bunyian, gambar dan sebagainya. Kemudian melalui channel atau saluran seperti bahan cetak, film, radio dan televisi, pesan tadi diterima oleh penerima pesan melalui indra (mata dan telinga) untuk diolah yang pada akhirnya pesan tersebut dapat dipahami.

Efektivitas komunikasi dapat dilihat dari aktivitas penerima pesan melalui feedback yang dilakukannya, misalnya dengan bertanya, menjawab atau melaksanakan pesan yang disampaiakan. Dari respon penerima tersebut, akan terjadi umpan balik yang menunjukkan adanya efektivitas komunikasi.

Komunikasi bertujuan tersampaikannya pesan sesuai dengan maksud sumber pesan. Dengan demikian kriteria keberhasilannya adalah keberhasilan penerima pesan menangkap dan memaknai pesan yang disampaikan sesuai dengan maksud sumber pesan. Manakala pesan yang disampaikan dimaknai lain oleh penerima pesan, atau terjadi ketidaksesuaian antara sumber dan penerima pesan, maka proses komunikasi bisa dikatakan gagal. Kegagalan komunikasi biasanya terjadi karena adanya gangguan (noise) yang dapat menghambat kelancaran proses komunikasi yang terjadi pada saluran atau channel yang dapat menghambat penyampaian pesan.

Akibat gangguan (noise) tersebut memungkinkan penerima pesan tidak memahami atau tidak dapat menerima sama sekali pesan yang

(3)

disampaikan. Contoh noise atau gangguan yang muncul dari sistem transmisi atau saluran di antaranya, suara yang tidak jelas dari perantara seperti radio atau kaset yanng mungkin terlalu pelan atau terlalu keras yang dapat mengganggu sistem pendengaran; tulisan di papan tulis atau media cetak yang kabur dan susah dibaca; gambar proyeksi yang tidak jelas mungkin karena tidak fokus atau Hubungan kurang cahaya dan sebagainya, sehingga penerima pesan sulit untuk memahaminya.

Selain gangguan (noise) itu ada juga faktor-faktor yang dapat memengaruhi efektivitas suatu proses komunikasi, baik faktor yang bersumber dari pengirim, atau dari penerima pesan. Di samping faktor pesannya itu sendiri.

Faktor yang mungkin bersumber dari pengirim dan penerima pesan di antaranya:

1) Kemampuan berkomunikasi penyampai pesan seperti kemampuan bertutur atau kemampuan menggunakan inotasi suara, kemampuan menggunakan gaya bahasa, kemampuan menggunakan kalimat dan lain sebagainya, semua itu akan memengaruhi efektivitas komunikasi.

2) Sikap dan pandangan penyampai pesan kepada penerima pesan atau sebaliknya.

3) Tingkat pengetahuan dan penguasaan materi penyampai pesan dan penerima pesan.

4) Latar belakang sosial ekonomi dan budaya penyampai serta penerima pesan, seperti kedudukan sosial ekonomi atau sistem nilai yang tidak sama.

Proses komunikasi pembelajaran akan berjalan efektif dalam arti informasi atau pesan mudah diterima dan dipahami oleh penerima pesan, manakala penyampai pesan mampu menghilangkan noise atau gangguan yang dapat memengaruhi proses kelancaran komunikasi (Wina Sanjaya, 2012: 80-83).

(4)

b. Model Komunikasi Pembelajaran

Bagaimana proses komunikasi itu berlangsung? Di bawah ini dijelaskan dua model komunikasi yang berHubungan terhadap komunikasi pembelajaran:

1) Model Lasswell

Dalam bukunya Mulyana (Wina Sanjaya, 2012: 83-84), Lasswell mengetengahkan model komunikasi melalui pernyataan yang sangat populer yaitu, “Who says what in which channel to whom with what effect?” Dari pernyataan di atas, komponen komunikasi terdiri atas:

Who : siapa yang mengirim pesan/ komunikator.

Says what : pesan apa yang disampaikan.

On what channel : melalui apa pesan itu disampaikan/ media atau alat bantu untuk mengirirm pesan.

To whom it may concern : siapa yang menerima pesan. At what effect : apa dampak/ hasil komunikasi. Model komunikasi Lasswell merupakan model yang sederhana, yang hanya membuat komponen-komponen sistem komunikasi. Di samping itu model ini juga model yang bersifat linier, artinya model yang menggambarkan bagaimana sumber pesan menyampaikan pesan. Manakala kita cermati ada dua hal yang menjadi kelemahan komunikasi model ini. Pertama, model Lesswell tidak menampakkan adanya umpan balik atau “feedback” sehingga proses komunikasi bersifat satu arah. Gaya komunikasi yang bersifat linier ini hanya menggambarkan bagaimana sumber pesan menyampaika pesan kepada penerima pesan. Kedua, model komunikasi Lesswell tidak mempertimbangkan gangguan komunikasi. Model ini menggambarkan bahwa proses komunikasi akan selalu berhasil, padahal dalam kenyataannya tidak demikian. Adakalanya pesan

(5)

tidak diterima seluruhnya atau sebagian saja atau mungkin terjadi kesalahan persepsi penerima pesan. Ini yang kemudian dinamakan kegagalan proses komunikasi, yang disebabkan oleh adanya faktor yang memengaruhi keberhasilan komunikasi, baik faktor yang berasal dari sumber pesan, penerima pesan atau kondisi dan situasi ketika berlangsungnya proses komunikasi.

Proses komunikasi seperti yang dikemukakan Lasswell ini walaupun memiliki kelemahan, akan tetapi sangat membantu kita untuk memahami terjadinya proses komunikasi, termasuk komunikasi dalam proses pembelajaran.

2) Model Komunikasi Schramme

Proses pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi. Untuk menggambarkan bagaimana terjadinya proses komunikasi dalam pembelajaran, pada model ini komunikasi bukan hanya sekedar penyampaian pesan, namun bagaimana pesan itu diolah melalui penyandian (encorder) oleh komunikasi dan diterjemahkan melalui penyandian ulang (decorder) yang dilakukan oleh penerima pesan, dan selama proses penerjemahan itu mungkin terdapat berbagai gangguan (noise) baik disadari maupun tidak sehingga kemungkinan terjadi kesalahan penerjemahan oleh penerima pesan. Inilah pentingnya umpan balik atau feedback untuk melihat apakah pesan yang dikomunikasikan itu sesuai dengan maksud komunikan atau tidak. Berdasakan uraian di atas, maka komponen-komponen komunikasi dalam pembelajaran sebagai berikut:

a. Pengirim atau komunikator adalah orang yang menginisiasi pengirim pesan, yakni berbagai informasi yang menjadi isi atau materi pelajaran. Dalam konteks pembelajaran pesan sebagai komunikator ini dapat diperankan oleh guru, dosen atau instriktur.

b. Penyandian atau encoding, yaitu proses yang dilakukan oleh komunikator untuk mengemas maksud atau pesan yang ada

(6)

dalam benaknya menjadi simbol-simbol: suara, tulisan, gerakan tubuh dan bentuk lainnya untuk dapat dikirimkan kepada komunikan. Dalam pembelajaran guru harus mengemas materi pembelajaran yang akan disampaikannya kepada siswa ke dalam bentuk tulisan, ucapan atau gerakan.

c. Saluran dan media, yakni tempat di mana pesan dalam bentuk simbol-simbol tadi dilewatkan dari komunikator ke komunikan. Bagi manusia saluran komunikasi ini di antaranya panca indra yang dapat berupa pendengaran, penglihatan, penciuman, rabaan dan rasa. Oleh sebab itu manusia dapat mengirimkan pesan secara tertulis melalui surat, papan tulis atau buku atau faksimile dan sebagainya. Pesan dalam bentuk suara dapat disampaikan secara langsung, atau melalui pengeras suara, cassette recorder, CD player, radio dan sebagainya. Pesan dalam bentuk audio visual dapat disampaikan lewat film projector, tv dan sebagainya. Semua media ini dapat digunakan dalam proses pembelajaran.

d. Penyandian ulang atau decoding, yaitu proses yang dilakukan oleh komunikan untuk menginterpretasikan simbol-simbol yang diterimanya menjadi bermakna. Pemahaman penerimaan terhadap pesan yang diterimanya merupakan hasil komunikasi. Pemahaman siswa tentang penjelasan guru atau sebaliknya interpretasi guru terhadap jawaban siswa adalah proses penyandian ulang atau decoding.

e. Penerima pesan atau komunikan adalah penerimaan pesan atau individu atau kelompok yang menjadi sasaran komunikasi. Ketika guru menjelaskan kepada siswa maka siswa berperan sebagai komunikan atau sebaliknya.

f. Umpan balik atau feedback, adalah informasi yang kembali dari komunikan ke komunikator sebagai renspon terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator. Dari umpan balik ini

(7)

komunikator dapat mengetahui pemahaman dan reaksi komunikan terhadap pesan yang dikirimnya. Dengan adanya umpan balik ini akan terbentuk arus komunikasi dua arah. Dalam proses pembelajaran umpan balik sangat penting artinya, untuk mengetahui apakah materi yang disampaikan telah dipahami atau belum oleh penerima pesan, apakah tidak terdapat kesalahan persepsi tentang pesan yang disampaikan, apakah ada kesulitan siswa dalam memahami pesan yang dikomunikasikan, jika ada selanjutnya tindakan apa yang perlu dilakukan (Wina Sanjaya, 2012: 84-87).

Dari kedua model yang telah dipaparkan di atas, maka model terakhir merupakan model yang cukup memberikan gambaran yang komprehensip tentang terjadinya komunikasi. Model tersebut bukan hanya menjelaskan komponen-komponen komunikasi akantetapi juga memberikan gambaran tentang berlangsungnya proses komunikasi, termasuk kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi melalui umpan balik.

c. Fungsi Media Komunikasi Pembelajaran

Media komunikasi pembelajaran bukan hanya sekedar menginformasikan gagasan, atau menyampaikan sesuatu akantetapi lebih dari pada itu. Ada empat fungsi komunikasi dalam proses pembelajaran, yakni:

1) Fungsi Menjelaskan

Fungsi untuk menjelaskan merupakan fungsi utama dari media komunikasi. Dalam konteks ini posisi media pembelajaran lebih berperan dan diHubungani oleh tindakan guru. Artinya bagaimana media pembelajaran dapat membantu guru untuk menjelaskan informasi yang ingin disampaikan. Informasi itu sendiri adalah materi pelajaran yang sudah jadi sesuai dengan materi kurikulum yang berlaku. Dengan demikian dalam fungsi menjelaskan ini, menempatkan media sebagai alat bantu menjelaska atau

(8)

memaparkan materi pelajaran. Misalnya dalam proses pembelajaran melalui presentasi yang dilakukan guru/ instruktur.

2) Fungsi Menjual Gagasan

Fungsi ini hampir sama dengan fungsi pertama, bedanya terletak dari isi dan sumber informasi yang disampaikan. Kalau dalam fungsi menjelaskan seluruh iformasi berasal dari kurikulum, maka dalam fungsi menjual gagasan isi dan sumber informasi berasal dari diri penyaji itu sendiri, yang berkaitan dengan penyuguhan gagasan atau ide-ide baru untuk dikritisi oleh penerima pesan. Fungsi ini sering tidak terkait dengan isi atau materi kurikulum yang tertulis, melainkan membantu komunikan untuk menyampaikan gagasan baru yang bersifat inovatif yang biasanya gagasan untuk memecahkan suatu masalah pembelajaran.

3) Fungsi Pembelajaran

Fungsi pembelajaran adalah fungsi media untuk membelajarkan siswa yang bukan hanya sekedar menerima informasi yang disuguhkan akan tetapi bagaimana media dapat merangsang siswa untuk beraktivitas untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian pada fungsi pembelajaran, posisi media bukan hanya ditepatkan pada posisi penyaji akantetapi juga memerhatikan posisi penerima pesan. Artinya media pembelajaran dikembangkan bukan hanya memerhatikan kepentingan dari sudut penyaji saja, akantetapi memerhatikan sudut penerima informasi atau pengguna media itu sendiri, baik yang berkaitan dengan kebutuhan, minat, dan bakat, serta kemampuan dasar penerima pesan termasuk gaya belajarnya.

4) Fungsi Administratif

Fungsi administratif adalah pemanfaatan media sebagai alat bantu bagi lembaga pendidikan dalam menyebarkan informasi tentang kegiatan administrasi akademik. Misalnya informasi

(9)

deskripsi mata pelajaran/ mata kuliah, waktu dan tempat perkuliahan, waktu ujian, kontrak kredit dan lain sebagainya.

Dilihat dari fungsinya, media pembelajaran seharusnya dikemas sesuai dengan peruntukannya. Media yang difungsikan sebagai alat bantu menjelaskan, akan berbeda cara pengemasannya dengan media yang difungsikan sebagai alat untuk membelajarkan atau menjual gagasan (Wina Sanjaya, 2012: 88-90).

d. Komunikasi Langsung dan Tidak Langsung dalam Pembelajaran

Proses belaja mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi. Pada komunikasi pembelajaran guru berperan sebagai pengantar pesan dan siswa sebagai penerima pesan. Pesan yang dikirimkan oleh guru berupa isi/ materi pelajaran yang dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi baik verbal (kata-kata dan tulisan) maupun nonverbal, proses ini dinamakan encoding. Penafsiran simbol-simbol komunikasi tersebut oleh siswa dinamakan decoding.

Pengirim pesan dalam sistem pembelajaran bisa dilakukan oleh guru, dosen atau instruktur secara langsung kepada penerima pesan yakni siswa, mahasiswa atau peserta belajar. Dalam konteks ini pembelajaran berlangsung secara tatap muka antara guru dan siswa. Media yang di gunakan dalam proses pembelajaran langsung ini biasanya adalah bahasa verbal. Melalui bahasa verbal guru (instruktur) menyampaikan pesan yang ingin diinformasikannya. Sistem komunikasi dalam pembelajaran yang demikian memiliki kelemahan, diantaranya:

1) Pembelajaran yang hanya mengandalakan bahasa verbal biasa mengakibatkan kesalahan dalam mempersepsi pesan yang disampaikan. Artinya pesan yang disampaikan tidak sesuai dengan maksud penyampai pesan. Hal ini disebabkan bahasa verbal memiliki berbagai kelemahan. Tidak semua pesan yang harus disampaikan dapat diverbalkan. Tanpa disertai alat bantu yang dapat memberikan gambaran yang jelas tentang suatu konsep, dapat ditafsirkan salah oleh

(10)

penerima pesan. Seandainya konsep tertentu yang ditanamkan pada siswa, kesalahan persepsi bisa berakibat fatal, sebab konsep yang telah tertanam dalam memori, akan sulit diperbaiki. Oleh sebab itu dalam proses pembelajaran harus dihindari kesalahan penanaman konsep pada siswa.

2) Pembelajaran yang hanya mengandalkan bahasa verbal tidak akan mampu mengaktifkan semua alat indra yang dimiliki penerima pesan. Bahasa verbal hanya mengaktifkan indra pendengar saja. Hal ini tentu saja akan mengakibatkan rendahnya kualitas pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian ahli komunikasi pendengaran adalah alat indra yang hanya sedikit saja memberikan pengalaman pada siswa, bahkan Edgar Dale menempatkan bahasa verbal adalah bagian terkecil yang dapat memberikan pengalaman pada siswa.

3) Pembelajaran yang hanya mengandalkan bahasa verbal cenderung membosankan penerima pesan, sebab komunikasi biasanya terjadi searah. Kalaupun guru atau instruktur sebagai penyampai pesan bertanya biasanya sebatas pada materi pelajaran yang diberkan secara verbal. Itu pun sering dilewatkan oleh siswa sebagi penerima pesan, karena komunikasi searah akan sulit membangun pengertian pada siswa.

Beberapa kelemahan inilah yang dimaksud dengan kesalahan dalam komuikasi. Ada dua faktor secara umum yang dapan meyebabkan kesalahan komunikasi. Pertama, faktor lemahnya kemampuan pengirim pesan dalam mengomunikasikan informasi, sehingga pesan yang disampaikan tidak jelas diterima, atau mungkin salah menyampaikannya. Kedua, faktor lemahnya kemampuan penerima pesan dalam menerima pesan yang disampaikan, sehingga ada kesalahan dalam menginterpretasi pesan yang disampaikan. Oleh sebab itu dalam suatu proses komunikasi secara langsung diperlukan alat bantu yang berfungsi untuk mempermudah penyampaian pesan.

(11)

Dalam konteks komunikasi secara langsung seperti diatas, fungsi media adalah sebagai alat bantu untuk guru dalam mengkomunikasikan pesan, agar proses komunikasi berjalan dengan baik dan sempurna sehingga tidak mungkin lagi ada kesalahan. Dalam model pembelajaran dengan menggunakan komunikasi langsung, penerima pesan masih dapat memberikan umpan balik secara langsung pada pengirim pesan.

Di samping proses pembelajaran sebagai proses komunikasi yang dapat dilakukan secara langsung, juga proses komunikasi bisa dilakukan secara tidak langsung. Artinya proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa tidak menuntut kehadiran guru dalam kelas. Guru bisa mendesain pesan yang ingin disampaikan tidak dilaksanakan secara langsung akan tetapi pesan didesain melalui media tertentu. Misalkan ketika guru akan menyampaikan pesan terjadinya proses jantung ketika berfungsi memompa darah, maka ia tidak berceloteh dimuka kelas menjelaskan bagaimana fungsi jantung memompa darah, akan tetapi pesan tersebut dikemas dalam bentuk CD interaktif. Nah, dengan demikian pesan yang ingin disampaikan guru tidak langsung diberikan akantetapi melalui saluran atau media tertentu. Dengan demikain media pembelajaran tidak lagi berfungsi sebagai alat yang dapat mempermudah siswa belajar akantetapi berfunsi sebagai sumber belajar, oleh karena gagasan dan ide yang disampaikan tidak lagi diberikan secara langsung akantetapi dikemas sedimikan rupa dalam sebuah media yang dapat dipelajari secara individual tanpa memerlukan kehadiran guru. Inilah yang dimaksud dengan proses komunikasi tidak langsung (Wina Sanjaya, 2012: 90-93).

(12)

e. Komunikasi dalam Pembelajaran yang Efektif

Komunikasi dalam pembelajaran yang dianggap efektif adalah komunikasi yang menimbulkan arus informasi dua arah, yaitu dengan munculnya feedback dari pihak penerima pesan. Dalam proses komunikasi yang baik akan terjadi tahapan pemaknaan terhadap pesan yang akan disampaikan oleh komunikator, kemudian komunikator melakukan proses encoding, yaitu interpretasi atau mempersepsikan makna dari pesan tadi, dan selanjutnya dikirim kepada komunikan melalui channel yang dipilih. Pihak komunikan menerima informasi dari pengirim dengan melakukan proses decoding, yaitu menginterpretasi pesan yang diterima, dan kemudian memahaminya sesuai dengan maksud komunikator. Sinkronisasi pemahaman antara komunikan dengan komunikator akan menimbulkan respon yang disebut dengan umpan balik.

Menurut Endang Lestari G yang di kutip oleh Chintiya Irmanora (2012) mengatakan bahwa terdapat lima aspek yang perlu dipahami dalam membangun komunikasi yang efektif, yaitu:

1) Kejelasan

Hal ini dimaksudkan bahwa dalam komunikasi harus menggunakan bahasa dan mengemas informasi secara jelas, sehingga mudah diterima dan dipahami oleh komunikan.

2) Ketepatan

Ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan kebenaran informasi yang disampaikan.

3) Konteks

Konteks atau sering disebut dengan situasi, maksudnya adalah bahwa bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.

4) Alur

Bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur atau sistematika yang jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat tanggap

(13)

5) Budaya

Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga berkaitan dengan tatakrama dan etika. Artinya dalam berkomunikasi harus menyesuaikan dengan budaya orang yang diajak berkomunikasi, baik dalam penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi.

Menurut Riyono Pratikno yang dikutip oleh Iszty (2012) mengatakan bahwa berkomunkasi efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan, atau sering disebut dengan “the communication is in tune”. Agar komunikasi dapat berjalan secara efektif, harus dipenuhi beberapa syarat:

1) Menciptakan suasana komunikasi yang menguntungkan. 2) Menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti.

3) Pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat bagi pihak komunikan.

4) Pesan dapat menggugah kepentingan komunikan yang dapat menguntungkan.

5) Pesan dapat menumbuhkan suatu penghargaan bagi pihak komunikan.

Sedangkan menurut Wiranto Arismunandar yang di kutip oleh Chintiya Irmanora (2012) berpendapat bahwa komunikasi yang efektif dalam proses pembelajaran sangat berdampak terhadap keberhasilan pencapaian tujuan. Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua arah antara komunikator dan komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Jika dalam pembelajaran terjadi komunikasi yang efektif antara pengajar dengan mahasiswa, maka dapat dipastikan bahwa pembelajaran tersebut berhasil. Sehubungan dengan hal tersebut, maka para pengajar, pendidik, atau instruktur pada lembaga-lembaga pendidikan atau pelatihan harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik.

(14)

Kemampuan komunikasi yang dimaksud dapat berupa kemampuan memahami dan mendesain informasi, memilih dan menggunakan saluran atau media, serta kemampuan komunikasi antar pribadi dalam proses pembelajaran.

Dari tiga pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar, komunikasi antar pengajar dan peserta didik itu merupakan suatu keharusan yang harus terjadi dalam proses pembelajaran agar dalam proses pembelajaran terjadi hubungan timbal balik antara pengajar dengan peserta didik . Keefektifan komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar ini sangat tergantung dari kedua belah pihak. Akan tetapi karena pengajar yang memegang kendali kelas, maka tanggung jawab terjadinya komunikasi dalam kelas yang sehat dan efektif terletak pada tangan pengajar. Keberhasilan pengajar dalam mengemban tanggung jawab tersebut diHubungani oleh keterampilannya dalam melakukan komunikasi ini.

f. Mengajar dengan Interaktif

Rudi Hartono (2013: 28-29) Proses belajar mengajar adalah proses interaksi antara guru dengan siswa, antara siswa dengan siswa, dan siswa dengan lingkungan sekitar. Guru mesti mampu membangun suasan kelas dari berbagai arah yang mampu membangkitkan minat siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Mengajar dengan hanya berorientasi satu arah hanya akan mengantarkan siswa menjadi jenuh, bosan dan tidak bergairah untuk belajar.

Mengajar interaktif tak melulu guru yang mesti menjadi sumber utama, tetapi siswa juga bisa leluasa berargumentasi, sementara siswa-siswa yang lainnya diminta untuk menggapai. Suasana hidup itu akan terbangun dengan sendirinya ketika guru mampu membangun kehangatan dalam bentuk diskusi atau bentuk forum lainnya. Realitas sosial yang berkaitan dengan pelajaran juga bisa dijadikan bahan untuk membangun suasana interaktif. Guru dituntut tidak hanya menguasai secara mendalam materi pelajaran, tetapi juga harus mengikuti perkembangan informasi agar ketika

(15)

siswa bertanya, guru mampu menghadirkan jawaban-jawaban sederhana yang bisa dicerna oleh semua siswa.

Pembelajaran interaktif ini juga dikenal dengan pendekatan pertanyaan. Guru merancang agar siswa terangsang untuk bertanya dan mampu menjawab pertanyaan itu. Guru mengarahkan pertanyaan siswa yang terlalu umum menjadi lebih spesifik. Setelah pertanyaan tersusun, maka dibentuklah rumusan masalah utuk menjadi bahan dalam observasi di lapangan. Dengan cara ini, siswa diharapka akan lebih aktif untuk megeksplorasi pengetahuan secara mandiri. Siswa akan terlibat aktif untuk bertanya, mencari tau jawaban, dan pada gilirannya mendapatkan pengetahuan.

g. Karakteristik Pembelajaran Interaktif

Menurut Usman. M.Uzer yang di kutip oleh ahmad mengatakan bahwa pola interaksi optimal antara guru dan siswa, antara siswa dan guru dan antara siswa dan siswa merupakan komunikasi multiarah yang sesuai dengan konsep siswa aktif. Sebagaimana yang dikehendaki para ahli dalam pendidikan modern, hal ini sulit terjadi pada pelaksananannya karena pada umumnya interaksi hanya terjadi antar siswa pandai dan guru. Agar siswa termotivasi dalam komunikasi multiarah, maka guru perlu memilih strategi pembelajaran yang menyenangkan.

Sedangakan menurut Murray yang di kutip oleh Ahmad menyatakan hal-hal yang bersifat menyenangkan dapat menggali dan mengembangkan motivasi siswa. Motivasi siswa diHubungani taraf kesulitan materi. Ini berarti motivasi dapat berkurang apabila materi pembelajaran mempunyai taraf kesulitan yang tinggi atau sebaliknya. Tetapi dapat juga taraf kesulitan justru tergantung pada motivasi siswa.

Beberapa komponen yang harus dikuasai oleh guru dalam menyampaikan pertanyaan yaitu :

• Pertanyaan harus mudah dimengerti oleh siswa. • Memberi acuan.

(16)

• Pemindahan giliran dan penyebaran.

• Pemberian waktu berpikir kepada siswa serta pemberian tuntutan. Sedangkan jenis pertanyaan untuk mengembangkan model dialog kreatif ada enam jenis yaitu: pertanyaan mengingat, mendeskripsikan, menjelaskan, sintesis, menilai dan pertanyaan terbuka. Untuk meningkatkan interaksi dalam proses belajar mengajar, guru hendaknya mengajukan pertanyaan dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban dan menjadi dinding pemantul atas jawaban siswa

Sementara itu menurut Ainamulyana dalam bukunya Ahmadi (1984: 35) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha, dalam hal ini hasil belajar berupa perwujudan prestasi belajar siswa yang dapat dilihat pada nilai setiap mengikuti tes hasil belajar.

Pembelajaran dapat dikatakan interaktif jika para siswa terlibat secara aktif dan positif baik mental maupun fisik dalam keseluruhan proses kegiatan pembelajaran. Dalam bukunya Suparman yang di kutip oleh Ainamulyana mengemukakan karakteristik pembelajaran interaktif yaitu :

 Terdapat variasi kegiatan baik klasikal, kelompok maupun perorangan.

 Keterlibatan mental (pikiran dan perasaan) siswa yang tinggi.  Guru berperan sebagai fasilitator belajar, nara sumber (resource

person), manajer kelas yang demokratis.  Menerapkan pola komunikasi banyak arah.

 Suasana kelas yang fleksibel, demokratis dan menantang dan tetap terkendali oleh tujuan yang telah ditetapkan.

 Potensi dapat menghasilkan dampak pembelajaran (inntructional effect) dan dampak pengiring (nurturant effect).

 Dapat digunakan didalam dan atau diluar kelas/ ruangan

Dari uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa karakteristik pembelajaran interaktif adalah Guru bertanya pada siswa atau guru memancing siswa untuk mencari dan menulis atau mengajukan pertanyaan seputar materi yang akan dibahas. Pola interaksi optimal antara guru dan

(17)

siswa, antara siswa dan guru dan antara siswa dan siswa terjalin komunikasi yang multiarah . Dengan adanya pola interaksi ini anata guru dengan siswa dan siswa dengan siswa, siswa akan aktif bertanya dan menemukan jawaban pertanyaan mereka sendiri.

B. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi Belajar

Istilah motivasi dapat ditemui dalam berbagai aspek kehidupan, juga dalam hal belajar motivasi sangat penting keberadaannya. Motivasi adalah syarat mutlak untuk belajar.

Motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat (Hamzah B. Uno, 2008: 3). Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (1992: 60) “motif ialah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu”.

Jika motif merupakan sesuatu yang mendorong, kemudian Ngalim Purwanto juga mengartikan motivasi adalah “pendorongan” yakni suatu usaha yang didasari untuk memHubungani tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertetnu.

Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya (Hamzah B. Uno. 2008: 1). Motivasi juga dapat diartikan sebagai dorongan yang memungkinkan siswa untuk bertindak dan melakukan sesuatu (Wina Sanjaya, 2006: 135). Dan menurut Donald yang dikutip Ahmad Fauzi (2012: 305) “motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

(18)

Berdasarkan beberapa pendapat diatas tentang motivasi, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan dari dalam maupun dari luar diri seseorang untuk melakukan sesuatu guna mencapai suatu tujuan.

Kemudian mengenai belajar, banyak sekali definisi yang diungkapkan para ahli baik yanng dilihat secara makro maupun secara mikro, dilihat dalam arti luas maupun sempit. Dalam pengertian luas, belajar dapat diartkan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju keperkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagaian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya (Sardiman, 2011: 20). Relevan dengan ini, ada pengertian bahwa belajar adalah “penambahan penentuan”. Konsep ini biasanya dilakukan oleh sekolah, disitu ada guru yang senantiasa memberi pengetahuan kepada siswa sehingga pengetahuan siswa akan bertambah.

Lebih luas lagi belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang di tandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuan, pemahaman sikap dan tingkahlaku, keterampilan, kecakapan dan kemampuan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar (Anissatul Mufarokah, 2009: 13).

Wina Sanjaya (2006: 57) juga mengatakan belajar adalah proses perubahan tingkah laku. Namun demikian, kita akan sulit melihat bagaimana proses terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseoran, oleh karena perubahan tingkah laku berhubungan denga perubahan system syaraf dan perubahan energi yang sulit dilihat dan diraba. Oleh sebab itu, terjadinya proses perubahan tingkah laku merupakan suatu misteri, atau para ahli psikologi menamakannya sebagai kotak hitam (black bx).

Berdasarkan definisi-definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan seseorang dari berbagai aspek

(19)

(pengetahuan, tingkah lakku, keterampilan, kecakapan/ kemampuan serta kepribadian) sebagai hasil dari interaksi antar individu atau lingkungannya yang dilakukan secara formal, informal maupun non formal.

Jadi motivasi belajar siswa merupakan dorongan yang tumbuh dari dalam diri siswa untuk melakukan perubahan berbagai aspek baik pengetahuan, tingkah laku, keterampilan, kecakapan/ kemampuan serta kepribadian siswa yang salah satunya dilakukan melalui lembaga pendidikan formal/ sekolah dan perubahan itu diharapkan dapat mewujudkan apa yang menjadi tujuan pendidikan.

b. Fungsi Motivasi Belajar Siswa

Motivasi berhubungan erat dengan suatu tujuan atau cita-cita, dengan demikian motivasi dapat memHubungani adanya kegiatan. Semakin berharga tujuan bagi seseorang maka semakin kuat motivasi untuk mencapai tujuan tersebut.

Dalam belajar, motivasi sangat penting adanya. Motivasi dapat dikaitkan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulakan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Motivation is an essential condition of learning. Hasil belajar akan optimal, kalau ada motivasi (Sardiman, 20011: 84). Dari ungkapan diatas maka motivasi senantiasa akan menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Dengan adanya usaha yang tekun dan didasari motivasi, maka seseorang yang belajar akan melahirkan sesuatu yang baik.

Ngalim Purwanto (1992: 70) dalam bukunya Psikologi Pendidikan mengungkapkan tiga fungsi motivasi, fungsi tersebut adalah:

1) Mendorong manusia untuk berbuat/ bertindak

Berarti dalam belajar motivasi itu akan menggerakan dan menimbulkan kekuatan pada diri seseorang untuk bertindak/ melakukan kegiatan belajar.

(20)

Motivasi juga akan mengarahkan perbuatan atau tingkah laku siswa ke arah perwujudan tujuan dari belajar.

3) Menyeleksi perbuatan

Dalam hal ini motivasi akan menentukan perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi guna mencapai tujuan belajar dengan mengenyampingkan perbuatan yang tidak berguan bagi pencapaian tujuan belajar.

Dari uraian mengenai fungsi motivasi diatas jika diterapkan dalam belajar maka akan berfungsi sebagai pendorong, penentu arah dan penyeleksi perbuatan siswa untuk melakukan perubahan berbagai aspek sehingga apa yang menjadi tujuan dapat tercapai.

Selain mengemukakan ketiga fungsi yang sama seperti diatas, Sardiman (2011: 85) juga menyebutkan fungsi lainnya yaitu motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Siswa

Siswa yang tergolong cerdas kadang terlihat bodoh karena kurang memiliki motivasi yang cukup baik untuk mendukung kegiatan belajarnya. Misalnya karena diHubungani lingkungannya yang tidak mendukung, Kurangnya dorongan untuk berprestasi dan lain sebagainya. Ada tidaknya motivasi pada diri siswa sangat memHubungani semangat siswa dalam belajar.

Motivasi siswa bisa berasal dari dalam diri maupun dari luar diri siswa. Sebagaimana menurut Sardirman (2011: 89) motivasi terbagi dua yaitu:

1) Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu suda ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

(21)

2) Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena ada perangsang dari luar’

Di dalam belajar peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsik adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan belajar yang menarik (Hamzah B. Uno, 2008: 23).

Jadi motivasi dipengaruhi oleh banyak faktor, motivasi intrinsik seseorang dipengaruhi juga oleh kondisi-kondisi intern atau dalam diri individu tersebut, seperti minat, hasrat untuk belajar dan meraih cita-cita. Serta dipengaruhi juga oleh faktor eksternal yang keberadaannya dipengaruhi oleh faktor-faktor atau rangsangan dari luar individu. Selain faktor yang disebutkan diatas faktor bisa berupa keadaan lingkungan seseorang seperti sarana dan prasarana yang tersedia, sejauh mana dukungan dan dorongan orang tua, taraf sosial ekonomi orang tua, tempat tinggal dan sebagainya.

d. Upaya membangkitkan dan mengembangkan motivasi belajar siswa Mengingat pentingnya peranan motivasi yang sebagai penggerak dan pendorong siswa untuk melakukan kegiatan, sudah tentu tanpa motivasi yang kuat daya dorong tidak dapat berfungsi dengan baik, sehingga hasil yang dicapai tidak akan baik. Oleh karena itu penting kiranya membangkitak dan mengembangkan motivasi yang dapat mendorong siswa untuk melkukan kegiatan belajar, sebagaimana yang dikemukakan Ngalim Purwanto (1992: 80) bahwa:

Untuk mengembangkan motivasi yang baik pada anak-anak didik kita, disamping kita harus menjauhkan sarana-sarana atau sugesti yang negatif yang dilarang oleh agama atau yang bersifat asocial dan dursial, yang lebih penting lagi adalah membina pribadi anak didik agar dalam diri anak-anak tersebut adanya motif-motif yang mulia, luhur dan dapat

(22)

diterima masyarakat. Untuk itu, berbagai usaha dapat kita lakukan. Kita dapat mengatur dan menyediakan situasi-situasi baik dalam lingkungan keluarga maupun disekolah yang memungkinkan timbulnya persaingan atau kompetisi yang sehat antar anak didik kita, membangkitkan self-competition dengan jalan menimbulkan perasaan puas terhadap hasil-hasil dan prestasi yang telah mereka capai itu. Membiasakan anak didik mendiskusikan suatu pendapat atau cita-cita mereka masing-masing dapat pula memperkuat motivasi yang baik pada diri mereka. Tunjukan kepada mereka dengan contoh-contoh konkret sehari-hari dalam masyarakat bahwa dapat tercapai atau tidaknya suatu maksud atau tujan sangat tergantung pada motivasi apa yang mendorongnya untuk mencapai maksud atau tujuan itu.

Banyak cara yang ditempuh untuk mengembanngkan motivasi pada diri anak, sebagaimana yang telah dikembangkan diatas. Dalam hal ini (Abdul Azis Wahab, 2008: 26-27) berpendapat bahwa salah satu aspek penting dalam mengajar adalah membangkitkan motivasi anak untuk belajar. Tentang bagaimana guru memHubungani motivasi siswa adalah dengan menciptakan situasi eksternal sehingga siswa akan bertindak sesuai yang diharapkan. Beberapa cara untuk itu adalah seperti berikut:

1) Buat sedemikan rupa agar kegiatan-kegiatan dan potensi belajar itu Nampak sebagai sesuatu yang berfaedah.

2) Gunakan motif

3) Bantu siswa menyusun tujan-tujan dan tugas-tugasnya. 4) Langkah-langkah harus tetap terpelihara.

5) Siapkan mereka untuk menerima

6) Ciptakan suasana kelas yang menggembirakan, penuh tawa dan kegembiraan, kerjasama dan menyenangkan, penuh kesopanan yang secara keseluruhan dapat membuat kelas menjadi tempat yang menggembirakan dalam mengikuti proses pembelajaran. Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2008: 166-168) guru dapat menggunakan berbagai cara untuk membangkitkan motivasi belajar siswanya, ialah sebagai berikut:

1) Memberi angka

Umumnya setiap siswa ingin mengetahui hasil pekerjaannya, yakni berupa angka yang diberikan oleh guru. Murid yang mendapatkan

(23)

angkanya baik, akan mendorong motivasi belajarnya menjadi lebih besar, sebaliknya murid yang mendapat angka kurang, mungkin menimbulkan frustasi atau dapat juga menjadi pendorong agar belajar lebih baik. 2) Pujian

Pemberian pujian kepada murid atas hal-hal yang telah dilakukan dengan berhasil besar manfaatnya sebagai pendorog belajar. Pujian menimbulkan rasa puas dan senang.

3) Hadiah

Cara ini dapat juga dilakukan oleh guru dalam batas-batas tertentu, misalnya pemberian hadiah pada akhir tahun kepada para siswa yang mendapat atau menunjukkan hasil belajar yang baik.

4) Kerja kelompok

Dalam kerja kelompok di mana melakukan kerja sama dalam belajar, setiap anggota kelopok turutnya, kadang-kadang perasaan untuk mempertahankan nama baik kelompok menjadi pendorong yang kuat dalam perbuatan belajar.

5) Persaingan

Baik kerja kelompok maupun persaingan memberikan motif-motif sosial kepada murid. Hanya saja persaingan individual akan menimbulkan Hubungan yang tidak baik, seperti: rusaknya hubungan persahabatan, perkelahian, pertentangan, persaingan antar kelompok belajar.

6) Tujuan dan level of aspiration

Dari keluarga akan mendorong kegiatan siswa. 7) Sarkasme

Ialah dengan jalan mengajak para siswa yang mendapat hasil belajar yang kurang. Dalam batas-batas tertentu sarkasme dapat mendorong kegiatan belajar demi nama baiknya, tetapi dipihak lain dapat menimbulkan sebaliknya, karena siswa merasa dirinya dihina, sehingga memungkinkan timbulnya konflik antara murid dan guru.

(24)

Penilaian secara kontinu akan mendorong murid-murid belajar, oleh karena setiap anak memiliki kecenderungan untuk memperoleh hasil yang baik. Di samping itu, para siswa selalu mendapat tantangan dan masalah yang harus dihadapi dan dipecahkan, sehingga mendorongnya belajar lebih teliti dan seksama.

9) Karyawisata dan ekskursi

Cara ini dapat membangkitka motivasi belajar oleh karena dalam kegiatan ini akan mendapat pengalaman langsung dan bermakna baginya. Selain dariitu, karena objek yang akan dikunjungi adalah objek yang menarik minatnya. Suasana bebas, lepas dari keterikatan ruangan kelas besar manfaatnya untuk menghilangkan ketegangan-ketegangan yang ada, sehingga kegiatan belajar dapat dilakukan lebih menyenangkan. 10) Film pendidikan

Setiap siswa merasa senang menonton film. Gambaran dan isi cerita film lebih menarik perhatian dan minat siswa dalam belajar. Para siswa mendapat pengalaman baru yang merupakan suatu unit cerita yang bermakna.

11) Belajar melalui radio

Mendengarkan radio lebih menghasilkan daripada mendengarkan ceramah guru. Radio adalah alat yang penting untuk mendorong motivasi belajar murid. Kendatipun demikian, radio tidak mungkin dapat menggantikan kedudukan guru dalam mengajar. Masih banyak cara yang dapat digunakan oleh guru untuk membangkitkan dan memelihara motivasi belajar murid. Namun yang lebih penting ialah motivasi yang timbul dari dalam diri murid sendiri seperti dorongan kebutuhan, kesadaran akan tujuan, dan juga pribadi guru sendiri merupakan contoh yang dapat merangsang motivasi mereka.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam upaya mengembangkan dan membangkitkan motivasi siswa adalah bagaimana cara guru tersebut membina pribadi anak didik dan membiasakan anak didik untuk

(25)

mendiskusikan suatu pendapat atau cita-citanya, menciptakan situasi ekstrnal adalah salah satu cara mendorong siswa untuk melkukan kegiatan belajar, jadi dalam proses pembelajaran hendaknya ciptakanlah suasana kelas yang menarik dan menyenangkan, karena proses pembelajaran akan berjalan dengan baik tergantuk dari cara penyampainnya dan pribadi guru, jika penyampainnya itu menarik dan menyenangkan kemudian guru itu bias bersahabat dengan siswanya, maka motivasi siswa pun akan bangkit dan tumbuh.

C. Kajian Penelitian yang Relevan

1. PERAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL WALI KELAS TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VI DI MI DARUL HUDA NGAGLIK SLEMAN

Skripsi ini disusun oleh A. M. S. Nurhidayah jurusan Pendidikan Guru Madrasa Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Unuversitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2013 yang merupakan penelitian kuantitatif dengan dua variabel yaitu variabel (X) komunikasi interpersonal dan variabel (Y) motivasi belajar siswa.

Hasil penelitian ini menggambarkan tentang tingkat komunikasi interpersonal wali kelas berada dalam kategori sedang/ cukup dan tingkat motivaasi belajar siswa berada pada kategori sedang/ cukup, dan antara komunikasi interpersonal wali kelas dengan tingkat motivasi belajar siswa di Kelas VI di MI Darul Huda Ngaglik Sleman terdapat hubungan yang positif dan signifikan dalam kategori tinggi.

Yang menjadi perbedaan antara penelitiannya Nurhidayah dengan penelitiannya saya adalah lokasi penelitian dan variabel X nya yang berbeda, kalau saya variabel X nya tentang komunikasi pembelajaran interaktif dan kalau Nurhidayah variabel X nya tentang komunikasi interpersonal. Sedangkan yang menjadi persamaannya adalah variabel Y nya yaitu sama-sama membahas tentang motivasi belajar siswa.

(26)

2. KOMUNIKASI GURU IPS DALAM KELAS HUBUNGANNYA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI MTS NEGERI JALAKSANA KABUPATEN KUNINGAN

Skripsi ini disusun oleh Nina Irnawati Jurusan IPS Fakultadas Tarbiyah IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2004 yang merupakan penelitian kuantitatif dengan dua variabel yaitu variabel komunikasi guru IPS dalam kelas dan variabel prestasi belajar siswa.

Hasil penelitian ini meggambarkan tentang komunikasi guru IPS masih kurang baik dikarenakan kurangnya persiapan guru sebelum mengajar dan tingkat prestasi belajar siswa hampir cukup artinya belum memenuhi standar nilai atau belum maksimal. Komunikasi guru IPS di kelas memiliki korelasi positif yang kuat atau tinggi dengan prestasi hasil belajar siswa.

Yang menjadi perbedaan antara penelitiannya Nina Irnawati dengan penelitiannya saya adalah lokasi penelitian dan variabel Y nya, kalau saya variabel Y nya tentang motivasi belaja siswa dan kalu Nina Irnawati variabel Y nya tentang hasil belajar siswa. Sedangkan yang menjadi persamaannya adalah variabel X nya yaitu sama-sama membahas tentang komunikasi.

3. HUBUNGAN DISORGANISASI KELUARGA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI (STUDI KASUS DI KELAS X SMA NEGERI 2 MAJALENGKA)

Skripsi ini disusun oleh Mimin Siti Minhatul Hasanah Jurusan IPS Fakultadas Tarbiyah IAIN Syekh Nurjati Cirebon 2011 yang merupakan penelitian kuantitatif dengan dua variabel yaitu variabel Hubungan Disorganisasi Keluarga dan variabel Motivasi Belajar Siswa.

Hasil penelitian ini meggambarkan tentang keluarga siswa kelas X SMA Negeri 2 Majalengka yang mengalami disorganisasi menimbulkan

(27)

dapak negatif terhadap anak yang menyebabkan prosentasenya “agak rendah” atau tidak signifikan. Dampak disorganisasi yang terjadi pada keluarga siswa kelas X SMA Negeri 2 Majalengka memberikan Hubungan yang “agak rendah” terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi. Terdapat hubunga antara disorganisasi keluarga dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi terbukti dari nilai xy yang di peroleh yaitu berkategori “rendah” yang berarti terdapat korelasi atau hubungan yang rendah antara variabel x (Disorganisasi Keluarga) dengan variabel y (Motivasi Belajar Siswa).

Yang menjadi perbedaan antara penelitiannya Mimin Siti Minhatul Hasanah dengan penelitiannya saya adalah lokasi penelitian dan variabel X nya berbeda, kalau saya variabel X nya tentang komunikasi pembelajaran interaktif dan kalau Mimin Siti Minhatul Hasanah variabel X nya tentang Disorganisasi Keluarga. Sedangkan yang menjadi persamaannya adalah variabel Y nya yaitu sama-sama membahas tentang motivasi belajar siswa.

D. Kerangka Pikir

Komunikasi pembelajaran adalah suatu proses yang harus ada dalam proses pemebalajaran, karena komunikasi memberikan peranan besar terhadap berlangsungnya suatu proses pembelajaran, seperti yang di kemukakan oleh Wina Sanjaya di bawah ini mengenai komunikasi pembelajaran.

Menurut Wina Sanjaya (2012: 79) secara umum komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses penyampaian pesan dari sumber ke penerima pesan dengan maksud untuk memengaruhi penerima pesan.

Dari konsep di atas ada dua hal yanng memaknai komunikasi. Pertama, komunikasi adalah suatu proses, yakni aktivitas untuk mencapai tujuan komunikasi itu sendiri. Dengan demikian proses komunikas terjadi bukan secara kebetulan, akan tetapi dirancang dan diarahkan kepada pencapaian tujuan. Kedua,

(28)

dalam proses komunikasi selamanya melibatkan tiga komponen penting, yakni sumber pesan, yaitu orang yang akan menyampaikan atau mengkomunikasikan sesuatu, pesan itu senediri atau segala sesuatu yang ingin disampaikan atau materi komunikasi dan penerima pesan yaitu orang yang akan menerima informasi. Ketiga komponen tersebut merupakan komponen dasar dalam proses komunikasi. Manakala hilang salah satu komponen maka hilang pula makna komunikasi.

Komunikasi memberikan peranan besar untuk seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain, begitupun dalam proses pembelajaran komunikasi sangat penting untuk diterapkan agar bisa terjalin interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Indikator komunikasi pembelajaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1) adanya proses penyampaian pesan dari sumber ke penerima pesan; 2) penyampaian pesan (materi) dalam bentuk sandi atau lambang-lambang; 3) terjadi dan terlaksana hubungan timbalbalik antara guru dengan siswa; 4) mengikut sertakan peran siswa dalam proses pembelajaran; 5) adanya kemampuan dalam berkomunikasi. (Wina Sanjaya, 2012: 80-83)

Berdasarkan uraian di atas dapat saya pahami bahwa komunikasi pembelajaran sangat penting diterapkan dalam proses pembelajaran karena dengan adanya komunikasi antara guru dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, semuanya bisa saling berinteraksi. Dan di dalam komunikasi juga terdapat tiga komponen penting yang tidak boleh di hilangakn, karena kalu salah satu komponen hilang maka hilang pula makna komunikasi, ke tiga komponen tersebut yakni sumber pesan, pesan dan penerima pesan.

Trianto (2010:17) Mendefinisikan pembelajaran sebagai aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarhkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangkan mencapai tujuan yang diharapkan.

(29)

Pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Guru perlu membangun interaksi secara penuh dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Kesalahan yang sering terjadi selama proses pembelajaran berlangsung guru hanya menggunakan pola interaksi satu arah, yaitu dari guru ke siswa. Pola interaksi yang demikian bukan dapat membuat iklim pembelajaran menjadi statis, tetapi dapat memasung kreatifitas siswa. Oleh sebab itu, guru perlu menggunakan variasi interaksi dua arah, yaitu pola interaksi siswa-guru-siswa, bahkan pola interaksi yang multiarah (Wina Sanjaya, 2006: 42).

Berdasarkan uraian di atas menurut beberapa tokoh mengenai pembelajaran, dapat saya pahami bahwa komunikasi pembelajaran adalah proses penyampaian pesan dari guru ke siswa dimana antara guru dengan siswa terjadinya saling interaksi. Pesan yang disampaikan guru ini berupa isi/ materi pelajaran yang dituangkan melalui metode atau media pembelajaran ketika proses pembelajaran berlangsung.

Untuk meningkatkan komunikasi pembelajaran yang interaktif disini guru adalah pemeran utama dalam menciptakan situasi interaktif yang dimana ia harus mempunyai cara atau teknik dalam proses pembelajaran. Seorang guru harus bisa memberikan rangsangan terhadap siswa agar siswa mau berpikir aktif, guru dengan siswa bisa saling berinteraksi, dan seorang guru harus bisa mengajak siswa untuk mendengarkan, menyajikan media yang dapat dilihat, memberi kesempatan untuk menulis dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan sehingga terjadi dialog kreatif yang menunjukan proses belajar mengajar yang interaktif. Selain guru dengan siswa, siswa dengan siswa pun harus terjadinya saling interaksi agar proses pembelajaran bisa berjalan dengan baik (Mulyana, 2012: Website).

Berdasarkan uraian di atas dapat saya pahami bahwa seorang guru dalam proses pembelajaran sebisa mungkin ia harus bisa berpikir kreatif untuk

(30)

membangun suasana kelas yang menarik sehingga menimbulkan aktifnya siswa yang begitu semangat dalam mengikuti proses pembelajaran.

Onong Uchjana Efendi (2008: 103) motif adalah dorongan, hasrat, keinginan atau tenaga penggerak lainnya yang berasal dari diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi adalah penggerakan atau kegiatan untuk menggerakan dorongan yang terdapat pada diri seseorang itu untuk melakukan sesuatu.

Dari uraian di atas dapat saya pahami bahwa motifasi siswa akan tumbuh ketiaka ada dorongan dari seorang guru untuk melakukan sesuatu kegiatan yang membangkitkan siswa untuk semangat belajar.

Wina Sanjaya (2006: 43) menyatakan bahwa untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, yang dapat dilakukan dengan cara:

 Membangun suasana akrab sehingga siswa merasa dekat, misalnya menyapa dan berkomunikasi secara kekeluargaan.

 Menimbulkan rasa ingin tahu, misalnya mengajak siswa untuk mempelajari suatu kasus yang sedang hangat dibicarakan.

 Mengaitkan materi atau pengalaman belajar yang akan dilakukan dengan kebutuhan siswa

Maka dapat dipahami bahwa motivasi belajar adalah dorongan atau keinginan yang telah dimiliki siswa setelang mengikuti proses belajar mengajar, karena untuk mencapai tujuan tertentu ia harus memiliki motivasi belajar yang tinggi.

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; 2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; 3) adanya

(31)

harapan dan cita-cita masa depan; 4) adanya penghargaan dalam belajar; 5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; 6) adanya lingkungan belajar yang kondusif. Sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik. (Hamzah B. Uno, 2008: 23)

Dengan komunikasi pembelajaran inilah kegiatan pembelajaran dapat tercapain sehingga motivasi belajar pun meningkat, karena adanya proses pembelajaran yang interaktif antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa sehingga proses pembelajaran pun bisa berjalan dengan baik.

Gambar 2. 1

Komunikasi pembelajaran interaktif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa Terdapat Interaksi Pembelajaran Proses Belajar Mengajar menggunakan strategi, metode, model dan media pembelajaran

Guru Siswa Hasil

Belajar

(32)

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan suatu hal yang sering dituntut untuk melakukan pengecekan (Sudjana, 2005 : 219). Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 64), hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti kebenarannya melalui data yang terkumpul.

Dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesa alternatif dan hipotesa nolnya sebagai berikut:

1. Hipotesis Alternatif (Ha)

Ada Hubungan yang signifikan antara variabel kegiatan komunikasi pembelajaran yang interaktif (variabel X) dengan peningkatan motivasi belajar siswa (variabel Y)

2. Hipotesis Nihil (Ho)

Tidak ada Hubungan yang signifikan antara variabel kegiatan komunikasi pembelajaran yang interaktif (variabel X) dengan peningkatan motivasi belajar siswa (variabel Y).

Referensi

Dokumen terkait

mengkonstruksi sistem secara terstruktur dari tanda. Untuk lebih menguatkan proses dalam pemaknaan, peneliti juga menggunaakan data yang diperoleh melalui wawancara

yang mempengaruhi sensasi nyeri. Jika seseorang menerima jumlah stimulasi yang berlebihan, brainstem menstranmisikan impuls yang menutup gate dan menghambat impuls

menyatakan bahwa “Skripsi” yang saya buat untuk memenuhi persyaratan kelulusan pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana

Jika memerhatikan sejarah keberhasilan Muhammad dalam mengelola bisnis maka kuncinya adalah akhlak mulia (seperti tutur kata yang baik dan jujur). Namun apakah modal

Untuk merealisasikan janji, diperlukan dua karakteristik yang harus dimiliki oleh orang yang akan menjadi seorang khalifah dalam hal ini adalah

Disini dialog harus menyertakan semua pihak yang terlibat dalam konflik untuk megekplorasi perasaan mereka mengenai konflik dan pandangan mereka terhadap pihak yang