DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...i
DAFTAR TABEL ...ii
DAFTAR GAMBAR...iii
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang Masalah...1
1.2 Rumusan Masalah ...10
1.3 Tujuan Penelitian ...10
1.4 Manfaat Penelitian ...11
1.4.1 Manfaat Teoritis ...11
1.4.2 Manfaat Praktis...11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...12
2.1 Penelitian Terdahulu ...12
2.2 Landasan Teori...13
2.2.1 Akuntansi Keuangan ...13
2.2.1.1 Pengertian Akuntansi Keuangan ...13
2.2.1.2 Tujuan Akuntansi Keuangan...14
2.2.1.3 Manfaat Akuntansi Keuangan...14
2.2.2 Laporan Keuangan ...15
2.2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan ...15
2.2.2.2 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan ...16
2.2.2.3 Tujuan Laporan Keuangan...17
2.2.2.4 Pemakai Laporan Keuangan ...18
2.2.2.5 Asumsi Dasar Laporan Keuangan...20
2.2.2.6 Jenis Laporan Keuangan ...21
2.2.3 Instrumen Surat Berharga ...25
2.2.4 Tujuan Perusahaan Dalam Perspektif Manajenen Keuangan ...26
2.2.5 Pengertian Deviden ...27
2.2.6 Kebijakan Dividen...28
2.2.7 Kebijakan Dividen Yang Optimal ...30
2.2.8 Teori Kebijakan Deviden ...31
2.2.8.1 Teori Bird-in-the Hand ...32
2.2.9 Tiga Aliran Dalam Teori Kebijakan Deviden...33
2.2.10 Bentuk Pembayaran Deviden ...36
2.2.11 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Deviden...38
2.2.12 Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan Solvabilitas Terhadap ... .. Kebijakan Deviden ...44
2.2.12.1 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Deviden...44
2.2.12.2 Pengaruh Likuiditas Terhadap Kebijakan Deviden...45
2.2.12.3 Pengaruh Solvabilitas Terhadap Kebijakan Deviden ...46
2.3 Kerangka Berpikir...46
2.4 Hipotesis ...50
BAB III METODE PENELITIAN ...51
3.1 Definisi Operasional dan Variabel Penelitian ...51
3.2 Teknik Penentuan Sampel...53
3.3 Teknik Pengumpulan Data...56
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ...57
3.4.1 Teknik Analisis ...57
3.4.2 Pengujian Persyaratan Analisis ...59
3.4.3 Pengujian Hipotesis ...61
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...63
4.1 Gambaran Umum, Obyek Penelitian dan Penyajian Data ...63
4.1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ...63
4.1.1.1 P.T. Bursa Efek Indonesia...63
4.1.1.2 Perusahaan Food and Beverages yang Listing di BEI ...65
4.1.1.3 Penyajian Data ...76
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ...81
4.2.1 Rasio Profitabilitas ...81
4.2.2 Rasio Likuiditas ...82
4.2.3 Rasio Solvabilitas...83
4.2.4 Kebijakan Deviden...84
4.3 Hasil Analisis Statistik Inferensial ...85
4.3.1 Uji Normalitas...85
4.3.2 Uji Asumsi-Asumsi Klasik ...85
i
4.3.3 Regresi Linier Berganda ...89
4.3.4 Koefisien Determinasi...91
4.4 Pengujian Hipotesis...91
4.4.1 Uji Kesesuaian Model ...91
4.4.2 Uji t ...93
4.5 Pembahasan...98
4.6 Implikasi Hasil Penelitian ...102
4.7 Perbedaan Hasil Penelitian yang Dilakukan Sekarang dengan Penelitian terdahulu...103
4.8 Keterbatasan Penelitian...105
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...106
5.1 Kesimpulan ...106
Nama Judul Halaman
Tabel 1.1 Ratio Pembayaran Deviden... 6
Tabel 1.2 Ratio Profitabilitas ... 7
Tabel 1.3 Ratio Likuiditas... 7
Tabel 1.4 Ratio Solvabilitas ... 8
Tabel 2.1 Neraca ... 21
Tabel 2.2 Laporan Laba Rugi... 22
Tabel 2.3 Laporan Perubahan Ekuitas ... 23
Tabel 2.4 Laporan Arus Kas ... 24
Tabel 3.1 Kriteria Penentuan Populasi Sasaran ... 55
Tabel 4.1 Rasio Profitabilitas…………... 77
Tabel 4.2 Rasio Likuiditas…………. ... 77
Tabel 4.3 Rasio Solvabilitas…………... 77
Tabel 4.4 Kebijakan Dividen…………. ... 78
Tabel 4.5 Rasio Profitabilitas…………... 81
Tabel 4.6 Rasio Likuiditas…………. ... 82
Tabel 4.7 Rasio Solvabilitas…………... 83
Tabel 4.8 Kebijakan Dividen…………. ... 84
Tabel 4.9 Nilai VIF………. ... 86
Tabel 4.10 Batas-Batas Daerah Durbin Watson…………. ... 87
Tabel 4.11 Korelasi Antara Variabel Bebas dengan Residual…………. ... 88
ii
2.3 Bagan Kerangka Berpikir... 49
Lampiran 1 Hasil Analis
Lampiran 2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Di Bursa Efek
Oleh :
Ivan Ciptaperdana Bimaputra Abstraksi
Dalam suatu perusahaan, keputusan-keputusan keuangan terdiri dari keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan keputusan dividen. Keputusan dividen atau yang sering disebut kebijakan dividen menyangkut tentang masalah distribusi laba yang diperoleh perusahaan, apakah sebaiknya dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen ataukah laba tersebut sebaiknya diinvestasikan kembali atau laba ditahan oleh perusahaan dalam bentuk laba ditahan. Berdasarkan uraian tersebut di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh secara simultan, secara parsial, dan secara dominan variabel-variabel yang menjadi determinan kebijakan dividen pada perusahaan food & beverage yang listing di Bursa Efek Indonesia.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik Sampling Jenuh dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 7 perusahaan. Variabel bebas adalah profitabilitas (X1), likuiditas (X2), solvabilitas (X3), sedangkan variabel terikat adalah kebijakan dividen (Y). Untuk menjawab perumusan masalah, tujuan dan hipotesis penelitian, analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah hasil uji secara simultan (Uji F) menyimpulkan bahwa secara simultan profitabilitas (X1), likuiditas (X2), solvabilitas (X3), berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen (Y), sehingga hipotesis ke-1 “Diduga profitabilitas, likuiditas, solvabilitas, investasi, pertumbuhan perusahaan, dan ukuran perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap kebijakan dividen teruji kebenarannya. Hasil uji secara parsial (Uji t) menyimpulkan bahwa secara parsial profitabilitas (X1) berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen (Y), sehingga hipotesis ke-2 “Diduga Profitabilitas berpengaruh secara parsial terhadap kebijakan dividen teruji kebenarannya. Variabel Likuiditas (X2) tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen (Y), sehingga hipotesis ke-2 “Diduga Likuiditas berpengaruh secara parsial terhadap kebijakan dividen tidak teruji kebenarannya. Sedangkan untuk Solvabilitas (X3), berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen (Y), sehingga hipotesis ke-2 “Diduga Solvabilitas berpengaruh secara parsial terhadap kebijakan dividen tidak teruji kebenarannya.
By:
Ivan Ciptaperdana Bimaputra Abstraction
In a company, consisting of financial decisions from investment decisions, financing decisions and dividend decisions. Decisions are often called dividends or dividend policy on issues concerning the distribution of the profits from the company, should be distributed to shareholders in the form of dividends or profits should be reinvested or retained earnings by companies in the form of retained earnings. Based on the above description, the purpose of this research is to study and analyze the influence of simultanueous, partially variables that determinant of dividend policy on food & beverages companies listed in Indonesia Stock Exchange.
Sampling in this study with sampling techniques Saturated with the number of samples is seven companies. Independent variables are profitability (X1), liquidity (X2), solvency (X3), while dependent variable is the dividend policy (Y). To answer the problem formulation, research objectives and hypotheses, the analysis used is multiple regression analysis.
1.1. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan atau kesuksesan suatu perusahaan sangat ditentukan
oleh kualitas dan dari keputusan-keputusan keuangan yang diambil oleh
manajer keuangan perusahaan yang bersangkutan. Keputusan-keputusan
keuangan yang diambil oleh manajer keuangan dimaksudkan untuk
mencapai tujuan perusahaan yaitu meningkatkan kemakmuran pemilik
perusahaan (pemegang saham) yang ditunjukkan oleh meningkatnya nilai
perusahaan yang tercermin dari harga saham perusahaan. (Riyanto,
2001:35)
Keputusan-keputusan keuangan pada dasarnya terdiri dari keputusan
investasi (investment decision), keputusan pendanaan (financing decision),
dan keputusan dividen (dividend decision) atau sering disebut dengan
kebijakan dividen (dividend policy). (Horne, 2002: 67)
Keputusan investasi menyangkut keputusan tentang alokasi dana
baik dana yang berasal dari dalam perusahaan maupun dana dari luar
perusahaan pada berbagai bentuk investasi. Dengan kata lain, keputusan
investasi adalah penentuan investasi jangka pendek dan investasi jangka
panjang. (Riyanto, 2001:35)
Keputusan pendanaan atau pembelanjaan menyangkut tentang
bagaimana memperoleh dana untuk membiayai investasi yang efisien,
bagaimana menentukan komposisi sumberdana yang optimal bagi
perusahaan dan bagaimana komposisi yang optimal itu harus dipertahankan
serta apakah perusahaan sebaiknya menggunakan modal asing ataukah
modal sendiri. (Riyanto, 2001:36)
Keputusan dividen atau yang sering disebut dengan kebijakan
dividen menyangkut tentang masalah distribusi dari laba yang diperoleh
perusahaan, apakah sebaiknya dibagikan kepada para pemegang saham
dalam bentuk dividen ataukah laba tersebut sebaiknya diinvestasikan
kembali (reinvesment) atau ditahan oleh perusahaan dalam bentuk laba
ditahan. (Riyanto, 2001:37)
Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai
dividen maka akan mengurangi jumlah laba ditahan dan selanjutnya
mengurangi total sumber dana intern (Weston dan Bringham, 1983:63).
Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh,
maka kemampuan pemenuhan kebutuhan dana dari sumber dana intern
akan semakin besar dan ini akan menjadikan posisi finansiil dari
perusahaan yang bersangkutan semakin kuat karena ketergantungan kepada
sumber dana ekstern menjadi semakin kecil. Akan tetapi perusahaan juga
perusahaan, dimana nilai perusahaan ditentukan oleh harga saham. Dengan
menggunakan model harga saham untuk suatu perusahaan yang mengalami
pertumbuhan konstan, yaitu Po = d1 / (Ks-g) (Weston dan Bringham,
1983:80) menunjukkan bahwa pembayaran dividen yang lebih besar
cenderung akan meningkatkan harga saham yang berarti meningkatnya
nilai perusahaan. Tetapi pembayaran dividen yang semakin besar akan
mengakibatkan semakin sedikitnya sisa dana yang tersedia untuk investasi,
dan ini akan menurunkan tingkat pertumbuhan perusahaan yang pada
akhirnya akan menurunkan harga saham. Sehingga nampak bahwa
kebijakan dividen akan menimbulkan dua efek yang saling bertentangan.
Kebijakan dividen akan menjadi sangat penting karena adanya dua
kepentingan yang saling bertentangan yaitu kepentingan pemegang saham
disatu sisi dan kepentingan perusahaan disisi yang lain. Kolb (1983:65),
menyatakan bahwa kebijakan dividen penting karena dua alasan yaitu (1)
pembayaran dividen mungkin akan mempengaruhi harga saham dan (2)
pendapatan yang ditahan (retained earning) biasanya merupakan sumber
tambahan modal sendiri yang terbesar dan terpenting untuk pertumbuhan
perusahaan. Agar kedua kepentingan tersebut dipenuhi secara optimal,
maka manajemen perusahaan seharusnya memutuskan secara hati-hati dan
teliti kebijakan dividen yang harus dipilih. Oleh karena itu diperlukan
pemegang saham atau investor akan dividen dan tidak menghambat
pertumbuhan perusahaan demi tercapainya peningkatan nilai perusahaan
melalui peningkatan harga saham perusahaan.
Perusahaan dalam menetapkan kebijakan dividen dipengaruhi oleh
banyak faktor yang dapat mempengaruhi penentuan besarnya dividen.
Menurut Weston & Copeland (1995:54), faktor-faktor yang mempengaruhi
kebijakan dividen adalah 1) Undang-undang, 2) posisi likuiditas
perusahaan, 3) kebutuhan dana untuk melunasi hutang, 4) tingkat ekspansi
perusahaan, 5) peluang ke pasar modal, 6) tingkat laba, 7) pembatasan
dalam perjanjian hutang, 8) kendali perusahaan, 9) posisi pemegang saham
sebagai pembayar pajak, dan 10) pajak yang diakumulasikan secara salah.
Riyanto (2001:38) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi
kebijakan dividen adalah 1) posisi likuiditas perusahaan, 2) kebutuhan dana
untuk membayar utang, 3) tingkat pertumbuhan perusahaan, 4)
pengawasan terhadap perusahaan. Astuti (2004:36) mengemukakan
faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah : 1) peraturan
pemerintah, 2) hambatan dalam perjanjian kontrak, 3) hambatan internal,
4) perkiraan pertumbuhan di masa yang akan datang, 5) pertimbangan
pemilik perusahaan, 6) pertimbangan pasar.
Rencana mengenai berapa besarnya dividen yang akan dibayarkan
kebijakan dividen ini sangat penting artinya bagi manajer keuangan karena
harus memperhatikan kepentingan perusahaan dan kepentingan para
pemegang saham. (Astuti, 2004:39)
Selain pembayaran dividen dalam bentuk kas atau tunai dividen kas
(cash dividend) kepada para pemegang saham, perusahaan juga
mempunyai alternatif lain dalam mendistribusikan labanya kepada para
pemegang saham yaitu dalam bentuk stock dividend, stock split, dan stock
repurchase (Setia, 2003:65). Pembayaran dividen dalam bentuk tunai atau
kas lebih banyak diinginkan oleh investor daripada bentuk lainnya, karena
pembayaran dividen dalam bentuk tunai atau kas akan membantu
mengurangi ketidakpastian investor dalam aktivitas investasinya dalam
suatu perusahaan.
Perdebatan dan kontroversi yang berkaitan dengan pengaruh
kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan sampai sekarang terus
berlangsung (Holder et. al., 1998). Gordon (1959) menyatakan bahwa
dividen akan meningkatkan nilai perusahaan, sedangkan Miller dan
Modigliani (1961) percaya bahwa dividen tidak relevan dengan nilai
perusahaan. Sementara itu, Litzenberger dan Ramaswamy (1979)
menyatakan bahwa dividen akan menurunkan nilai perusahaan.
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan food & beverage karena
investasi adalah saham sektor makanan dan minuman. Alasannya, karena
sektor ini akan tetap survive dan paling tahan terhadap berbagai macam
kondisi dibandingkan sektor lainnya. Karena dalam kondisi krisis ataupun
tidak krisis produk makanan dan minuman tetap dibutuhkan. Pendapat juga
didukung oleh Darmawan (2001), yang menyatakan bahwa kondisi
menurunnya daya beli masyarakat hanya akan berpengaruh terhadap
produk sekunder seperti mobil, produk elektronika serta properti. Mereka
tidak akan mengurangi konsumsi produk primer, termasuk produk pangan.
Berdasarkan tabel ratio pembayaran deviden yang dilakukan oleh
beberapa perusahaan dalam kurun waktu tahun 2003 – 2007 di bawah ini
dijelaskan jumlah deviden yang dibayarkan oleh beberapa perusahaan.
Tabel 1.1: Ratio Pembayaran deviden yang dilakukan oleh beberapa
perusahaan dalam kurun waktu 2003 – 2007 (Dalam Jutaan Rupiah)
No. Nama Perusahaan Tahun 1. Multi Bintang Indonesia Tbk 2003
2004
Sumber: Data Laporan Keuangan Perusahaan Di BEI
Tabel 1.2:
No Nama Perusahaan Tahun EBIT Total Sales Profitabilitas Multi Bintang 2. Mayora Indonesia
2004 125.694 1.378.127 0,091
No Nama Perusahaan Tahun Likuiditas
Multi Bintang 2. Mayora Indonesia
Tabel 1.4: Rasio Solvabilitas
Berdasarkan tabel 1.1 sampai dengan tabel 1.4 dapat dilihat bahwa
perusahaan food and beverages mengalami fluktuasi pembayaran deviden
pada periode 2003 – 2007. Perusahaan yang mengalami fluktuasi
pembayaran deviden adalah:
1. Multi Bintang Indonesia Tbk, pembayaran deviden
mengalami fluktuasi menurun pada tahun 2003 ke tahun
2004. Pada tahun 2005 pembayaran deviden mengalami
peningkatan, kemudian mengalami fluktuasi menurun
kembali pada tahun 2006 dan 2007. Rasio profitabilitas,
likuiditas dan solvabilitas dalam keadaan yang normal.
Total No Nama Perusahaan Tahun
2. Mayora Indah Tbk, pembayaran deviden dilakukan secara
konsisten pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2005. Tahun
2006 mengalami fluktuasi meningkat, tetapi tahun 2007 tidak
membagikan deviden. Rasio profitabilitas, likuiditas dan
solvabilitas dalam keadaan yang normal.
3. Siantar Top Tbk, hanya membagikan deviden pada tahun
2003 saja, tahun 2004 sampai dengan tahun 2007 tidak
membagikan deviden sama sekali. Rasio profitabilitas,
likuiditas dan solvabilitas dalam keadaan yang normal.
Untuk melihat konsistensi dari hasil penelitian sebelumnya dan
berdasarkan obyek yang berbeda, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen. Oleh
sebab itu penulis ingin melakukan penelitian dengan judul “FAKTOR –
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah variabel profitabilitas, likuiditas, dan solvabilitas mempunyai
pengaruh secara simultan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan
food & beverage yang listing di Bursa Efek Indonesia.
2. Apakah variabel profitabilitas, likuiditas, dan solvabilitas mempunyai
pengaruh secara parsial terhadap kebijakan dividen pada perusahaan
food & beverage yang listing di Bursa Efek Indonesia..
1.3. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis dan menguji pengaruh variabel profitabilitas, likuiditas,
dan solvabilitas secara simultan terhadap kebijakan dividen pada
perusahaan food & beverage yang listing di Bursa Efek Indonesia.
2. Menganalisis dan menguji pengaruh variabel profitabilitas, likuiditas,
dan solvabilitas secara parsial terhadap kebijakan dividen pada
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis
Memberikan bukti secara empiris mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi kebijakan dividen pada kondisi pasar modal yang bersifat
emerging market dan penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi teoritis pada pengembangan teori manajemen keuangan
khususnya teori dividen.
1.4.2. Manfaat Praktis
Bagi manajemen perusahaan dapat digunakan sebagai dasar dalam
menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen dan
sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan
dengan penentuan kebijakan dividen.
Bagi investor dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan investasi (membeli atau menjual saham) yang
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang khusus menganalisis tentang determinan dari
kebijakan dividen perusahaan (corporate dividend policy) dilakukan oleh
Alli et. al. (1993) dengan menggunakan variabel investasi, growth, biaya
sumber dana eksternal, struktur modal, kepemilikan institusional
(institutional ownership) dan penyebaran kepemilikan (dispersion of
ownership).
Chang & Rhee (1990) menguraikan bahwa pertumbuhan,
variabilitas earnings, non-debt tax shield, ukuran perusahaan, dan
profitabilitas serta leverage sebagai variabel-variabel yang mempengaruhi
kebijakan dividen.
Jensen et. al (1992) menunjukkan bahwa variabel insider
ownership, hutang, resiko bisnis, profitabilitas, pertumbuhan, dan investasi
merupakan variabel-variabel yang mempengaruhi kebijakan pembayaran
dividen.
Holder et. al (1998) menunjukkan bahwa variabel fokus perusahaan
(focus of firm) penjualan, insider ownership, number of common share
holders, aliran kas bebas (free cash flow) pertumbuhan penjualan, dan
standar deviasi return of firm merupakan variabel-variabel yang
mempengaruhi kebijakan pembayaran dividen.
Andriyanto (2007) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Growth, Profitability terhadap Kebijakan Hutang dan Kebijakan Deviden
Pada Perusahaan Otomotif Di Bursa Efek Jakarta.” Dari hasil analisis
disimpulkan bahwa hipotesis yang dapat dibuktikan kebenarannya
meliputi: pengaruh langsung hutang terhadap deviden. Sedangkan hipotesis
yang tidak terbukti kebenarannya meliputi: pengaruh langsung growth
terhadap kebijakan hutang, pengaruh langsung profitability terhadap
kebijakan hutang, pengaruh tidak langsung growth dan profitability
terhadap kebijakan hutang deviden melalui hutang.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Akuntansi Keuangan
2.2.1.1. Pengertian Akuntansi Keuangan
Akuntansi keuangan adalah sistem pengakumulasian, pemrosesan,
dan pengkomunikasian yang didisain untuk informasi pengambilan
keputusan yang berkaitandengan investasi dan kredit olehpemakai
eksternal. Informasi akuntansi keuangan dikomunikasikan melalui laporan
keuangan yang dipublikasikan dan dibatasi oleh beberapa ketentuan
Menurut Yadiati dan Wahyudi (2006:10) akuntansi keuangan
merupakan bidang akuntansi yang berkaitan dengan bagaimana pencatatan
dan penyusunan laporan keuangan dari satu kesatuan unit usaha yang
berpedoman pada prinsip-prinsip akuntansi yang berterima mum (GAAP)
dan disebut pernyataan standart akuntansi keuangan (PSAK) di Indonesia.
2.2.1.2. Tujuan Akuntansi Keuangan
Tujuan akuntansi keuangan adalah memberikan informasi
kuantitatif tentang suatu perusahaan yang berguna bagi pemakai khususnya
pemilik dan kreditur dalam proses pengambilan keputusan. Tujuan ini
termasuk memberikan informasi yang dapat digunakan untukmenilai
efektivitas manajemen dalam memenuhi tanggung jawab manajemen
(Harahap, 2002: 139)
2.2.1.3. Manfaat Akuntansi Keuangan
Laporan keuangan yang dihasilkan dari akuntansi keuangan akan
bermanfaat bagi pihak internal perusahaan khususnya untuk dapat menilai
kinerja dan kodisi keuangan perusahaan di masa mendatang. Selain itu juga
bermanfaat untuk pihak eksternal khususnya investor dan kreditor untuk
2.2.2. Laporan Keuangan
2.2.2.1.Pengertian Laporan Keuangan
Akuntansi adalah seni dari pencatatan, penggolongan, dan
peringkasan dari peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang
setidaknya sebagian bersifat keuangan dengan cara yang tepat dan dengan
penunjuk atau dinyatakan dalam uang, serta penafsiran terhadap hal-hal
yang timbul dari peristiwa atau kejadian tersebut, dari definisi akuntansi
tersebut diketahui bahwa peringkasan dalam halini dimaksudkan adalah
pelaporan dari peristiwa-peristiwa keuangan perusahaan yang dapat
diartikan sebagai laporan keuangan. (Munawir, 2002: 5)
Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi
keuangan utama kepada pihak-pihak di luar korporasi. Laporan ini
menampilkan sejarah perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai moneter.
(Kieso, 2002: 3)
Berdasarkan definisi-definisi diatas, dapat diambil kesimpulan
bahwa laporan keuangan merupakan informasi keuangan dari suatu
perusahaan yang telah dicatat, digolongkan, dan diringkas secara tepat
2.2.2.2.Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Menurut Standart Akuntansi Keuangan (2007 : 5-6), karakteristik
kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan
keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat 4 karakteristik kualitatif pokok,
yaitu :
a. Dapat Dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan
adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk
maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai
tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk
mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar
b. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi
kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi
memliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi
pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu,
masa kini, atau masa depan, mengaskan, atau mengoreksi, hasil evaluasi
mereka di masa lalu.
c. Materialistis
Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya.
ataukesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi
keputusan ekonomi pemakai yang diambil atas laporan keuangan.
d. Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga arus andal. Informasi memiliki
kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan
material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus
atau jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar
diharapkan dapat disajikan.
2.2.2.3.Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Standart Akutansi Keuangan (2007 : 3), tujuan laporan
keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan
ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan
manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya.
Menurut Harahap (2002 : 17), tujuan laporan keuangan itu adalah
sebagai berikut :
a. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya
b. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai
perubahan dalam aktiva netto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu
perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka
memperoleh laba.
c. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para
pemakai laporan di dalam menaksirkan potensi perusahaan
dalam menghasilkan laba.
d. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai
perubahan dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti
informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi.
e. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang
berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk
kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai
kebijaksanaan akuntansi yang dianut perusahaan.
2.2.2.4. Pemakai Laporan Keuangan
Menurut Standart Akuntansi Keuangan (2007 : 2-3), pemakai
laporan keuangan meliputi :
a. Investor : Mereka membutuhkan informasi untuk membantu
menetukan apakah harus membeli, menahan atau menjual
yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan
perusahaan untuk membayar deviden.
b. Karyawan : Mereka tertarik dengan informasi yang
memungkanikan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan
kerja.
c. Pemberi pijaman : Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi
keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan
apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar saat jatuh tempo.
d. Pemasok dan kreditur usaha lainnya : Pemasok dan kreditur
usaha lainnya tertarik dengan unformasi yang memungkinkan
mereka untuk memutuskan apakah jumlah terhutang akan
dibayar pada saat jatuh tempo.
e. Pelanggan : Para pelanggan berkepentingan dengan informasi
mengenai kelangsungan hidup perusahaan,terutama kalau
mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan atau
tergantung pada perusahaan.
f. Pemerintah : pemerintah membutuhkan informasi untuk
mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijaksanaan pajak,
dan sebagai dasr untuk menyusunstatistik pendapatan nasional
g. Masyarakat : perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat
dalam berbagai cara, misalnya perusahaan memberikan
kontribusi berarti pada perekonomian nasional. Laporan
keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan
informasi kecendrungan dan perkembangan terakhir
kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
2.2.2.5. Asumsi Dasar Laporan Keuangan
Menurut Standart Akuntansi Keuangan (2007 : 5), penyusunan dan
penyajian laporan keuangan mendasrkan diri pada dua asumsi dasar, yaitu
dasar akrual dan kelangsungan usaha.
a. Dasar Akrual
Dasar akrual ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada
saat kejadian (bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar)
dan dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan
keuangan pada periode yang bersangkutan.
b. Kelangsungan Usaha
Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan
usaha perusahaan, yang berarti perusahaan akan tetap melanjutkan
bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material
skala usahanya.
2.2.2.6. Jenis Laporan Keuangan
Menurut Darsono dan Ashari (2005 :18-25), jenis – jenis laporan
keuangan adalah sebagai berikut :
a. Neraca
Neraca adalah laporan tentang posisi keuangan perusahaan pada
tanggal tertentu seperti yang tertera dalam neraca, jadi kondisi yang
dijelaskan dalam neraca adalah kondisi pada tanggal tertentu. Biasanya
neraca dibuat per 31 Desember, atau tiap akhir bulan. Neraca terdiri atas
hak sumber daya perusahaan dan kewajiban perusahaan.
Tabel 2.1 : Neraca Total kewajiban dan ekuitas pemilik $ 16.450
b. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan akumulasi aktivitas yang berkaitan
dengan pendapatan dan biaya selama periode waktu tetentu, misalnya
bulanan atau tahunan. Laporan laba rugi memberikan gambaran kinerja
operasional perusahaan.
Tabel 2.2 : Laporan Laba Rugi
Computer King Laporan Laba Rugi
Untuk Bulan yang Berakhir 30 Nopember 1999 Pendapatan honor $ 7.500 Beban operasi :
Beban upah $ 2.125 Beban sewa 800 Beban perlengkapan 800 Beban utilitas 450 Beban rupa-rupa 275
Total beban operasi $ 4.450 Laba bersih $ 3.050
Sumber : Niswonger, C.R., et. al., 1999, prinsip-prinsip Akuntansi, Jilid 1. Edisi 19, Terjemahan Alfonsus S dan Helda G, Penerbit Erlangga, Jakarta, hal. 20.
c. Laporan Perubahan Ekuitas
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007 : 66-67), perusahaan
harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama
yang menunjukkan :
2. Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian
beserta jumlahnya berdasarkan PSAK terkait diakui secara
langsung dalam ekuitas.
3. Pengaruh komulatif dan perubahan kebijakan akuntansi dan
perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur
dalam PSAK terkait.
4. Transaksi modal dengan pemilik distribusi kepada pemilik.
5. Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta
perubahannya.
6. Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal
saham, agio, dan cadangan pada awal dan akhir periode yang
mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan.
Tabel 2.3 : Laporan Perubahan Ekuitas Computer King Laporan Ekuitas Pemilik
Untuk Bulan yang Berakhir 30 Nopember 1999 Modal Pat King, 1 Nopember 1999 $ 0
Sumber : Niswonger, C.R., et. al., 1999, prinsip-prinsip Akuntansi, Jilid 1. Edisi 19, Terjemahan Alfonsus S dan Helda G, Penerbit Erlangga, Jakarta, hal. 20.
d. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas menggambarkan perputaran utang (kas atau bank)
selama periode tertentu, misalnya bulanan atau tahunan. Laporan arus kas
melaporkan arus kas masuk dan keluar bagi kegiatan opersional, investasi,
dan pendanaan.
Tabel 2.4 : Laporan Arus Kas
Computer King Laporan Arus Kas
Untuk Bulan yang Berakhir 30 Nopember 1999 Arus kas dari aktivitas operasi :
Kas yang diterima dari pelanggan $ 7.500 Dikurangi pembayaran kas untuk beban dan
pembayaran kepada kreditur 4.600 arus kas bersih dari aktivitas operasi $ 2.900 Arus kas dari aktivitas investasi :
Pembayaran untuk akuisisi tanah (10.000) Arus kas dari aktivitas pendanaan :
Kas yang diterima sebagai ivestasi pemilik $ 15.000 Dikurangi penarikan kas oleh pemilik 2.000
Aruskasbersihdari aktivitas pendanaan 13.000 Arus kas bersih dan saldo kas 30 november 1999 5.900
Sumber : Niswonger, C.R., et. al., 1999, prinsip-prinsip Akuntansi, Jilid 1. Edisi 19, Terjemahan Alfonsus S dan Helda G, Penerbit Erlangga, Jakarta, hal. 20.
e. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan ini berisi penjelasan umum tentang
perusahaan, kebijakan akuntansi yang dianut, dan penjelasan tiap-tiap akun
2.2.3. Instrumen Surat berharga
Menurut Sutrisno (2003: 111) apabila perusahaan mempunyai
kelebihan dana, maka manajer keuangan harus mengusahakan agar
kelebihan dana tersebut bisa diinvestasikan pada instrument-instrumen
investasi sesuai dengan sifat dana yang dipunyai. Bila kelebihan dana
tersebut bisa digunakan jangka panjang, menajer keuangan harus
menginvestasikan pada instrument investasi jangka panjang seperti
pendirian usaha baru, pembelian aktiva tetap, dan lainnya. Bila dana yang
dipunyai bersifat likuid artinya harus tersedia bila diinginkan, maka
manajer keuangan sebaiknya menginvestasikan kelebihan dana tersebut
pada instrument investasi jangka pendek. Instrumen investasi berjangka
pendek sering disebut surat berharga atau sekuritas. Investasi atau
pembelian surat berharga atau sekuritas dilakukan dengan tujuan untuk
menjaga likuiditas, artinya kelebihan dana yang dimiliki oleh perusahaan
dibelikan surat berharga agar tidak terjadi iddle fund sehingga
mendapatkan keuntungan, namun sekuritas tersebut harus bisa segera
menjadi uang tunai bila likuiditas perusahaan kurang baik.
Menurut Sutrisno (2003: 111) secara garis besar sekuritas dibagi
menjadi dua, yaitu sekuritas yang memberikan penghasilan secara tetap
(obligasi) dan sekuritas yang memberikan penghasilan tidak tetap (saham).
adalah surat hutang yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka panjang
dan memberikan bunga.
2.2.4. Tujuan Perusahaan Dalam Persektif Manajemen Keuangan
Tujuan utama dari suatu perusahaan adalah meningkatkan
kemakmuran pemilik perusahaan (pemegang saham) yang ditujukkan oleh
meningkatnya nilai perusahaan yang tercermin dari harga saham
perusahaan. (Husnan dan Pudjiastuti, 2004: 38). Untuk meningkatkan nilai
perusahaan dilakukan dengan cara pengaturan kegiatan keuangan melalui
keputusan-keputusan keuangan dibuat. Horne (2002: 99) menyatakan
bahwa terdapat tiga keputusan dalam bidang manajemen keuangan yaitu
keputusan investasi (investment decision), keputusan pendanaan (financing
decision), dan keputusan deviden (dividend decision) atau sering disebut
dengan kebijakan dividen (dividend policy).
Keputusan investasi adalah keputusan–keputusan yang berkaitan
dengan alokasi dana pada berbagai bentuk investasi, yang manfaatnya
dirasakan pada masa yang akan datang. Keputusan pendanaan menyangkut
keputusan-keputusan yang berkenaan dengan penentuan sumber-sumber
pendanaan atau struktur modal yang terbaik. Kebijakan dividen
menyangkut tentang masalah distibusi laba yang diperoleh perusahaan
dividen ataukah laba tersebut sebaiknya digunakan untuk mendanai operasi
perusahaan pada tahun berikutnya dalam bentuk laba ditahan (retained
earning). ( Horne, 2002: 100)
Keberhasilan suatu perusahaan sangat ditentukan oleh kualitas dari
keputusan–keputusan yang diambil oleh manajer keuangan perusahaan
yang ditujukan untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu meningkatkan
kemakmuran pemilik perusahaan (pemegang saham) yang ditunjukkan
oleh meningkatnya nilai perusahaan yang tercermin dari harga saham
perusahaan.
2.2.5. Pengertian Dividen
Setia (2003: 30) menyatakan bahwa dividen merupakan nilai
pendapatan bersih perusahaan setelah pajak dikurangi dengan laba ditahan
(retained earnings) yang ditahan sebagai cadangan bagi perusahaan.
Dividen ini untuk dibagikan kepada para pemegang saham sebagai
keuntungan dari laba perusahaan. Cadangan yang diambil dari EAT
dilakukan sampai cadangan mencapai minimum dua puluh persen dari
modal yang ditempatkan. Modal yang ditempatkan adalah modal yang
disetor penuh ditambah dengan modal yang belum disetor sehubungan
mengenai jumlah laba yang ditahan dan dividen yang akan dibagikan
diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Apabila perusahaan memperoleh laba bersih maka laba bersih disini
sering di sebut sebagai laba setelah pajak atau Earning After Tax ( EAT).
Dari EAT ini, apabila pihak manajemen memutuskan untuk membagikan
pada para pemegang saham, maka bagian laba yang dibagikan tersebut
disebut sebagai dividen. Jumlah dividen yang dibayar jika kita bagi dengan
jumlah saham perusahaan yang beredar, maka dividen tersebut sebagai
dividen per lembar saham atau dividend per share (DPS). Sedangkan
proporsi dividen yang dibayarkan dari EAT disebut sebagai dividend
payout ration (DPR), sedangkan dari jumlah laba bersih yang tidak
dibagikan kepada para pemegang saham disebut sebagai laba ditahan
(retained earning). (Setia, 2003: 30)
2.2.6. Kebijakan Dividen
Keputusan mengenai berapa besar bagian laba yang akan dibagikan
sebagai dividen dan berapa jumlah yang akan ditahan sebagai laba ditahan
disebut kebijakan dividen (Dividend Policy) (Brigham & Weston,1983:
87). Kebijakan dividen meliputi beberapa hal, yaitu penentuan berapa
besarnya DPR yang harus dibayarkan dari waktu ke waktu, apakah harus
dana perusahaan, dan dalam bentuk apa dividen tersebut dibayarkan,
apakah dalam bentuk kas ataukah saham.
Ada beberapa alternatif bentuk kebijakan yang bisa diterapkan, yaitu
1) Kebijakan dividen yang stabil, 2) Kebijakan dividen dengan DPR yang
konstan, 3) Kebijakan dividen dengan jumlah minimal plus ekstra, dan 4)
Kebijakan dividen yang fleksibel. (Riyanto, 2001: 50).
Weston & Copeland (1992) menyatakan bahwa setiap perubahan
dalam kebijakan dividen akan memiliki dua dampak yang berlawanan.
Apabila dividen akan dibayarkan semua, kepentingan cadangan akan
terabaikan sebaliknya apabila laba akan ditahan semua, maka kepentingan
pemegang saham akan uang kas terabaikan. Untuk menjaga kedua
kepentingan ini, manajer keuangan dapat menempuh kebijakan dividen
yang optimal.
Kebijakan dividen akan menjadi sangat penting karena adanya dua
kepentingan yang saling bertentangan yaitu kepentingan pemegang saham
disatu sisi dan kepentingan perusahaan disisi lain. Kolb (1983: 86)
menyatakan bahwa kebijakan dividen penting karena dua alasan, yaitu 1)
Pembayaran dividen mungkin akan mempengaruhi harga saham, dan 2)
Pendapatan yang ditahan (retained earning) biasanya merupakan sumber
tambahan modal sendiri yang terbesar dan terpenting untuk pertumbuhan
saling bertentangan. Agar kedua kepentingan itu dapat terpenuhi secara
optimal, manajemen perusahaan seharusnya memutuskan secara hati-hati
dan teliti kebijakan dividen yang harus dipilih. Oleh karena itu diperlukan
kebijakan dividen yang optimal yang mampu memenuhi harapan
pemegang saham atau investor akan dividen dan tidak menghambat
pertumbuhan perusahaan demi tercapainya peningkatan nilai perusahaan
melalui peningkatan harga saham perusahaan.
2.2.7. Kebijakan Dividen yang Optimal
Kebijakan dividen yang optimal adalah kebijakan dividen yang bisa
menciptakan keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan
dimasa mendatang yang bisa memaksimumkan harga saham perusahaan
(Weston & Copeland, 1992: 67). Pada saat perusahaan memutuskan berapa
banyak laba yang harus dibagikan kepada para pemegang saham,
perusahaan dalam hal ini adalah manajer keuangan, harus selalu mengingat
bahwa tujuan perusahaan adalah memaksimumkan kemakmuran pemegang
saham. Kemakmuran pemegang saham ini dapat meningkat apabila harga
saham yang dimiliknya meningkat, sehingga penentuan besarnya laba yang
harus dibayarkan dalam bentuk dividen harus didasarkan pada preferensi
perusahaan membagikan laba sebagai dividen ataukah investor lebih suka
perusahaan menahan laba tersebut untuk diinvestasikan kembali.
Jika perusahaan menaikkan ratio pembayaran maka jumlah dividen
yang diterima akan naik, dan ini akan mengakibatkan harga saham ikut
naik. Tetapi hal ini akan mengakibatkan laba yang tersedia untuk investasi
semakin sedikit, sehingga tingkat pertumbuhan yang diharapkan untuk
masa mendatang semakin rendah yang pada akhirnya juga akan
menurunkan harga saham perusahaan. Jadi setiap perusahaan dalam
kebijakan pembayaran dividen akan mempunyai pengaruh yang saling
bertentangan, sehingga kebijakan dividen menjadi sangat penting dan
menjadi tugas manajer keuangan untuk bisa menetapkan kebijakan dividen
yang optimal bagi perusahaan.
2.2.8. Teori Kebijakan Dividen
Pada dasarnya teori tentang kebijakan dividen merupakan interaksi
dari beberapa faktor, diantaranya adalah ketersediaan dana, kesempatan
investasi yang dimiliki oleh perusahaan, dan preferensi investor terhadap
dividen ataupun capital gains. Pendapatan yang bisa diperoleh investor dari
penanaman modal saham di bursa efek adalah berupa dividen ataupun
capital gain. Dividen merupakan pendapatan yang diterima investor atas
bersihnya. Sedangkan capital gain merupakan pendapatan yang diterima
investor jika terdapat kelebihan harga jual di atas harga beli pada saat
saham tersebut mereka jual. Dari adanya perbedaan preferensi investor atas
dividen maupun capital gain, muncullah beberapa teori tentang kebijakan
dividen, Teori – teori tersebut adalah : 1) Dividend Irrelevance, 2) Bird in
– the – hand , 3) Tax Preference, 4) Information Content or Signaling
Hypothesis, dan 5) Clientele Effect (Sartono, 2001: 45)
2.2.8.1. Teori Bird-in-the Hand
Teori Ketidakrelevanan Dividen (Dividend Irrelevance) dari MM
banyak mendapat kritik, terutama asumsi tentang preferensi investor yang
tidak berbeda antara dividen dan capital gains, dengan kata lain bahwa
investor tidak akan mempedulikan apakah akan menerima dividen ataukah
capital gains dari saham yang mereka miliki. Salah satu penentangnya
adalah Myron Gordon dan John Lintner (Sartono, 2001:45). Mereka
berpendapat bahwa tingkat pengembalian atau tingkat keuntungan yang
disyaratkan oleh investor (ks) akan meningkat sebagai akibat penurunan
pembayaran dividen. Investor lebih merasa aman untuk memperoleh
pendapatan berupa pembayaran dividen daripada menunggu capital gains
karena unsur dividen yield (D1/Po) resikonya lebih kecil dibandingkan
keuntungan yang disyaratkan investor, yaitu ks = D1/Po + g. Investor akan
meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi jika ks dipergunakan untuk
mensubstitusikan dividen. Jadi investor akan meminta tingkat keuntungan
yang lebih tinggi untuk setiap pengurangan dividend yield.
Sementara MM berpendapat bahwa investor merasa sama saja,
apakah menerima dividen saat ini atau menerima capital gains di masa
datang. Sehingga tingkat keuntungan yang disyaratkan (ks) tidak
dipengaruhi oleh kebijakan dividen. Sehingga pendapat Gordon – Lintner
oleh MM disebut sebagai the-bird-in-the hand fallacy, karena menurut
pandangan MM, kebanyakan investor merencanakan untuk
menginvestasikan kembali dividen mereka di perusahaan yang sama atau
sejenis dengan memiliki resiko yang sama, oleh sebab itu tingkat resiko
pendapatan mereka di masa datang ditentukan oleh tingkat resiko dari arus
kas operasinya, dan bukan oleh kebijakan dividennya.
2.2.9. Tiga Aliran Dalam Teori Kebijakan Dividen
Dalam kebijakan dividen ada tiga aliran pandangan yang
kontroversial yaitu pertama pandangan kanan yang mengharuskan
pembayaran dividen sebesar-besarnya, pandangan kedua tidak ada
relevansinya pembayaran dividen dengan peningkatan kekayaan pemegang
sekecil-kecilnya kalau perlu tidak dibayarkan (Husnan dan Pudjiastuti,
2004: 40)
Menurut aliran pertama yang berpandangan dividen dibayarkan
sebesar-besarnya P0 = D1 : (ks – g) kenaikan pada D1 dengan asumsi ks – g
tetap maka P0 akan meningkat, oleh karena itu semakin besar D1 akan
semakin tinggi P0. D1 maksimum besarnya sama dengan laba yang
diperoleh pada tahun itu. Bagi investor rupiah yang diterima dari
pembayaran dividen kurang beresiko dibandingkan dengan capital gain
yaitu g (pertumbuhan) oleh laba ditahan, dividen dapat diperkirakan
kepastiannya, sedangkan capital gain lebih sulit diperkirakan. Aliran ini
dikenal dengan Gordon-Lintner, ditentang oleh MM (Modigliani –Miller)
yang menyatakan bahwa resiko cash flow perusahaan dalam jangka
panjang ditentukan oleh resiko cash flow asset atau resiko investasi, bukan
oleh kebijakan pembayaran dividen (Brigham dan Gapenski, 1996: 43)
Dalam kenyataannya kesulitan cash flow dalam jangka pendek tidak kalah
pentingnya terhadap dukungan jangka panjang.
Pembayaran dividen yang tinggi oleh investor dianggap perusahaan
mempunyai prospek tingkat keuntungan yang baik, sebaliknya penurunan
dividen atau lebih kecil dari normal dianggap mempunyai prospek
penghasilan yang kurang baik, sehingga harga saham cenderung meningkat
Ada dua kelompok investor yang berbeda yaitu kelompok yang
menginginkan penghasilan sekarang dan kelompok lainnya yang
mengharapkan penghasilan akan penurunan dividen dapat berdampak
banyak pemegang saham akan menjual saham yang dimilikinya, sehingga
harga saham menjadi turun.
Dalam pandangan ketiga dimana dividen dibayarkan sekecil-kecilnya
kalau perlu tidak dibayarkan sehingga laba ditahan sebesar-besarnya.
Aliran ini mendasarkan pada kenyataan tentang adanya floatation cost dan
tarif pajak capital gain. Kesempatan investasi yang menguntungkan kalau
dibiayai dengan laba ditahan berarti ada penghematan floatation cost dan
tidak adanya beban bunga merupakan suatu efesiensi sehingga dalam
periode berikutnya akan meningkatkan harga saham dan besarnya dividen
yang dapat dibayar oleh perusahaan.
Perbedaan pajak dividen yang lebih tinggi dari pajak capital gains,
dapat mendorong pemegang saham akan lebih suka menginvestasikan
keuntungan perusahaannya dari pada membagikan dalam bentuk dividen.
Sepanjang ada kesempatan investasi yang menguntungkan akan lebih
menghemat pajak apabila membagikan dividen sekecil-kecilnya atau nol
sama sekali. Investasi yang menguntungkan akan meningkatkan harga
lebih tinggi. Oleh karena pajak akan dipungut bila saham dijual maka disini
ada penundaan pembayaran pajak atas capital gain.
2.2.10. Bentuk Pembayaran Dividen
Dalam kebijakan dividen juga dibahas tentang alternatif bentuk
pembayaran dividen kepada para pemegang saham. Selain pembayaran
dividen dalam bentuk kas, perusahaan mempunyai alternatif lain dalam
mendistribusikan labanya kepada para pemegang saham, yaitu dalam
bentuk stock dividen, stock split, dan stock repurchase ( Astuti, 2004: 56).
1. Cash Dividend
Cash dividend adalah pembayaran dividen kepada para pemegang
saham dalam bentuk tunai, sehingga cash dividend merupakan arus kas
keluar (cash overflow) bagi perusahaan. Jika perusahaan memutuskan
untuk membayar dividen dalam bentuk tunai berarti perusahaan harus
bisa menyediakan uang tunai dalam jumlah yang relatif besar.
2. Stock Dividend
Stock dividend adalah pembayaran dividen dalam bentuk saham.
Dengan demikian stock dividen hanyalah pemberian tambahan saham
kepada para pemegang saham. Pemberian stock dividen tidak akan
mengubah jumlah modal sendiri, tetapi akan mengubah struktur modal
karena perusahaan mempunyai peluang investasi yang menguntungkan,
sementara perusahaan tidak ingin menggunakan dana eksternal. Dengan
pemberian stock dividen ini maka perusahaan dapat menahan kas lebih
banyak untuk membiayai investasi sehingga tidak perlu menarik dana
dari luar perusahaan.
3. Stock Split
Stock split adalah pemecahan nilai nominal saham ke dalam nilai
nominal yang lebih kecil sehingga jumlah lembar saham yang beredar
akan meningkat secara proporsional sesuai dengan penurunan nilai
nominal saham. Kebijakan ini dimaksudkan untuk menurunkan harga
pasar saham karena harga saham yang lama dinilai sudah terlalu tinggi.
Harga saham yang terlalu tinggi akan membatasi permintaan akan
saham yang bersangkutan. Dengan harga yang lebih rendah diharapkan
akan semakin banyak investor yang bersedia membeli saham
perusahaan sehingga menjadikan saham perusahaan lebih populer dan
lebih likuid. Dengan adanya stock split maka masih dimungkinkan
harga saham untuk naik lebih tinggi.
4. Stock Repurchases
Stock repurchases atau pembelian kembali saham perusahaan oleh
perusahaan yang bersangkutan dapat digunakan sebagai alternatif dari
mendistribusikan pendapatannya kepada para pemegang saham, melalui
kembali saham mereka. Jika sebagian saham yang beredar dibeli
kembali oleh perusahaan sebagai treasury stock, maka jumlah saham
yang beredar menjadi semakin sedikit, sehingga akan bisa
meningkatkan pendapatan per lembar saham (EPS) dan juga harga
pasar saham. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya capital gain yang
bisa menggantikan adanya dividen. Dengan stock repurchase maka
pemegang saham mempunyai pilihan untuk menjual sahamnya atau
tidak.
2.2.11. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Perusahaan dalam menetapkan kebijakan dividennya dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan pembayaran
dividen banyak dikemukakan oleh beberapa ahli.
Menurut Riyanto (2001: 56). Faktor-faktor yang mempengaruhi
kebijakan dividen suatu perusahaan adalah :
1. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk
memperoleh keuntungan atas kegiatan usaha perusahaan selama satu
tahun. Ukuran yang digunakan yaitu rasio laba operasi atau EBIT
(Earning Before Interest and Tax).
Posisi likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor penting yang
harus dipertimbangkan sebelum perusahaan mengambil keputusan
untuk menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para
pemegang saham. Jika posisi likuiditas perusahaan kuat maka
kemampuan perusahaan untuk membayar dividen adalah besar,
mengingat bahwa dividen adalah merupakan arus kas keluar (cash
outflow) bagi perusahaan.
3. Kebutuhan Dana Untuk Membayar Utang
Jika perusahaan memutuskan untuk membayar hutangnya dengan dana
dari Pos laba ditahan, maka akan tersedia dana yang semakin kecil
untuk pembayaran dividen.
4. Tingkat Pertumbuhan Perusahaan
Dimana semakin tinggi tingkat pertumbuhan suatu perusahaan maka
akan semakin besar kebutuhan dana yang diperlukan oleh perusahaan.
Pada kondisi ini, perusahaan cenderung untuk menahan sebagian besar
laba daripada membagikan laba tersebut kepada para pemegang saham.
Sehingga perusahaan cenderung menetapkan dividen dalam jumlah
yang relatif kecil.
5. Pengawasan Terhadap Perusahaan
Dimana sebagian besar perusahaan cenderung membiayai kebutuhan
dengan maksud untuk mempertahankan kontrol pemegang saham yang
dianggap sebagai kelompok dominan dalam perusahaan tersebut.
Sartono (2000:67) memberikan pendapat tentang pertimbangan dalam
menetapkan besarnya dividen sebagai berikut :
1. Kebutuhan dana perusahaan
Kebutuhan dan perusahaan berkaitan dengan aliran kas perusahaan
yang diharapkan, pengeluaran modal di masa datang yang diharapkan,
kebutuhan tambahan piutang dan persediaan, skedul pelunasan hutang,
dan faktor lain yang mempengaruhi posisi kas perusahaan.
2. Likuiditas
Oleh karena dividen bagi perusahaan adalah arus kas keluar, maka
semakin kuat posisi likuiditas perusahaan akan semakin besar
kemampuan perusahaan untuk membayar dividen bagi para pemegang
saham.
3. Kemampuan meminjam
Posisi likuiditas perusahaan dapat diatasi dengan kemampuan
perusahaan untuk meminjam dalam jangka pendek. Kemampuan
meminjam dalam jangka pendek tersebut akan menngkatkan
fleksibilitas likuiditas perusahaan. Selain itu, fleksibilitas perusahaan
juga dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk bergerak di pasar
mantap akan memiliki akses yang lebih baik di pasar modal.
Kemampuan meminjam dan fleksibilitas yang lebih besar akan
memperbesar kemampuan perusahaan dan membayar dividen.
4. Keadaan pemegang saham
Jika kepemilikan saham di perusahaan relatif tertutup, manajemen
dapat dengan mudah mengetahui harapan para pemegang saham dan
bertindak dengan tepat. Apakah sebagian besar pemegang
menginginkan dividen ataukah capital gain. Tetapi bagi perusahaan
yang jumlah pemegang sahamnya besar dan bervariasi maka
manajemen hanya dapat mengetahui harapan para pemegang saham
tersebut dari reaksi pasar atas dividen yang dibayarkan oleh
perusahaan.
5. Stabilitas dividen
Saham dengan dividen yang stabil selama periode tertentu akan
mempunyai harga yang lebih tinggi daripada saham yang
membayarkan dividennya dalam prosentase yang tetap terhadap
labanya.
Sedang Weston & Copeland (1992: 98), menyebutkan faktor yang
dapat mempengaruhi kebijakan dividen yang akan diterapkan oleh
1. Undang-undang
Undang-undang menentukan bahwa dividen harus dibayar dari laba,
baik laba tahun berjalan maupun laba tahun lalu yang ada dalam pos
laba ditahan.
2. Posisi Likuiditas
3. Kebutuhan pelunasan hutang
Apabila perusahaan menggunakan hutang untuk pembiayaan
ekspandsi, maka pembayaran hutang pada saat jatuh tempo dapat
dilakukan dengan mengganti hutang tersebut dengan surat berharga
atau membayar hutang dengan tunai. Keputusan pembayaran hutang
dengan uang tunai memerlukan tambahan dana dari laba ditahan, dan
hal itu akan mempengaruhi pembayaran dividen.
4. Pembatasan dalam perjanjian hutang
Perjanjian hutang jangka panjang seringkali membatasi kemampuan
perusahaan untuk membayarkan dividen. Perjanjian ini bertujuan
untuk melindungi kedudukan pemberi pinjaman, dimana dividen masa
yang akan datang hanya dapat dibayarkan dari laba yang diperoleh
sesudah penandatanganan perjanjian hutang, dividen tidak dapat
dibayarkan apabila modal kerja bersih berada dibawah batas
minimum yang telah ditetapkan, dan dividen saham preferen harus
5. Tingkat ekspansi aktiva
Dimana jika kebutuhan dana semakin besar maka perusahaan
cenderung untuk menahan laba daripada membayarkan dividen dari
laba tersebut.
6. Tingkat laba
Hasil pengembalian yang diharapkan akan menentukan pilihan relatif
untuk membayarkan laba tersebut dalam bentuk dividen kepada
pemegang saham.
7. Peluang ke pasar modal
Perusahaan besar yang telah berjalan dengan baik dan mempunyai
profitabilitas dan stabilitas laba yang mantap, akan mempunyai
peluang lebih besar untuk masuk ke pasar modal dan bentuk
pembiayaan eksternal lainnya. Dan perusahaan ini cenderung untuk
memberikan tingkat pembayaran dividen yang lebih tinggi dari
perusahaan-perusahaan kecil dan baru.
8. Kendali perusahaan
Pada umumnya perusahaan memilih untuk membiayai ekspansi
dengan menggunakan sumber dana internal dengan maksud untuk
mempertahankan kendali perusahaan. Sehingga perusahaan membuat
9. Posisi pemegang saham sebagai pembayar pajak
Jika mayoritas pemegang saham adalah subyek pajak yang dikenai
pajak pribadi tinggi maka mereka cenderung menginginkan pembagian
dividen yang rendah.
10. Pajak atas laba yang diakumulasikan secara salah
Untuk mencegah agar pemegangan saham tidak menggunakan
perusahaan sebagai sarana menghindari tarif pajak pribadi yang tinggi,
maka ditentukan suatu pajak tambahan khusus terhadap penghasilan
yang diakumulasikan secara tidak benar. Kondisi ini akan
mempengaruhi pembayaran dividen, karena akumulasi modal ke
dalam perusahaan melalui laba ditahan haruslah didasarkan pada
pertimbangan kebutuhan modal di masa mendatang.
2.2.12. Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan Solvabilitas Terhadap Kebijakan deviden.
2.2.12.1. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Deviden.
Menurut penelitian yang dilakukan Jensen et. Al.,(1992)
menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap
pembayaran deviden. Teori Bird-in-the-Hand juga menyatakan bahwa
Investor lebih merasa aman untuk memperoleh pendapatan berupa
dividen yield (D1/Po) resikonya lebih kecil dibandingkan unsur
pertumbuhan yang diharapkan (g) dalam persamaan tingkat keuntungan
yang disyaratkan investor, yaitu ks = D1/Po + g. Semakin kuat
profitabilitas perusahaan, maka kemampuan perusahaan untuk
membagikan deviden kas juga semakin besar. Menurut Sartono (2001),
investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan
profitabilitas perusahaan, misalnya bagi pemegang saham akan melihat
keuntungan yang benar-benar akan diterima dalam bentuk deviden.
2.2.12.2. Pengaruh Likuiditas Terhadap Kebijakan Deviden.
Menurut Riyanto (2001) dan Bringham & Houston (2001)
menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap
pembayaran deviden. Teori Bird-in-the-Hand juga meyatakan bahwa
Investor lebih merasa aman untuk memperoleh pendapatan berupa
pembayaran dividen daripada menunggu capital gains karena unsur
dividen yield (D1/Po) resikonya lebih kecil dibandingkan unsur
pertumbuhan yang diharapkan (g) dalam persamaan tingkat keuntungan
yang disyaratkan investor, yaitu ks = D1/Po + g. Semakin kuat posisi
likuiditas perusahaan maka kemampuan perusahaan umtuk
2.2.12.3. Pengaruh Solvabilitas Terhadap Kebijakan Deviden.
Menurut Sutrisno (2003) menunjukkan bahwa solvabilitas
berpengaruh positif terhadap pembayaran deviden. Teori
Bird-in-the-Hand juga menyatakan bahwa Investor lebih merasa aman untuk
memperoleh pendapatan berupa pembayaran dividen daripada
menunggu capital gains karena unsur dividen yield (D1/Po) resikonya
lebih kecil dibandingkan unsur pertumbuhan yang diharapkan (g) dalam
persamaan tingkat keuntungan yang disyaratkan investor, yaitu ks =
D1/Po + g. Menurut Sutrisno (2003) biasanya permasalahan yang
muncul apabila perusahaan dilikuidasi menyangkut apakah kekayaan
yang dimiliki perusahaan mampu menutup semua hutang-hutangnya.
Apabila semua kekayaan perusahaan mampu menutup semua
hutang-hutangnya berarti perusahaan dalam kondisi solvable, dan perusahaan
tersebut dapat membuktikan bahwa perusahaan dapat membagikan
deviden kepada pemegang saham.
2.3. Kerangka Berpikir
Keputusan mengenai berapa besar bagian laba yang akan dibagikan
sebagai dividen dan berapa jumlah yang akan ditahan sebagai laba ditahan
disebut kebijakan dividen (Dividend Policy) (Brigham & Weston;1983).
yang berlawanan. Apabila dividen akan dibayarkan semua, kepentingan
cadangan akan terabaikan sebaliknya apabila laba akan ditahan semua,
maka kepentingan pemegang saham akan uang kas terabaikan. Untuk
menjaga kedua kepentingan ini, manajer keuangan dapat menempuh
kebijakan dividen yang optimal.
Kebijakan dividen yang optimal adalah kebijakan dividen yang bisa
menciptakan keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan
dimasa mendatang yang bisa memaksimumkan harga saham perusahaan
(Weston & Copeland, 1992). Pada saat perusahaan memutuskan berapa
banyak laba yang harus dibagikan kepada para pemegang saham,
perusahaan dalam hal ini adalah manajer keuangan, harus selalu mengingat
bahwa tujuan perusahaan adalah memaksimumkan kemakmuran pemegang
saham. Kemakmuran pemegang saham ini dapat meningkat apabila harga
saham yang dimiliknya meningkat, sehingga penentuan besarnya laba yang
harus dibayarkan dalam bentuk dividen harus didasarkan pada preferensi
investor atau dividen maupun capital gain. Apakah investor lebih suka
perusahaan membagikan laba sebagai dividen ataukah investor lebih suka
perusahaan menahan laba tersebut untuk diinvestasikan kembali.
Jika perusahaan menaikkan rasio pembayaran maka jumlah dividen
yang diterima akan naik, dan ini akan mengakibatkan harga saham ikut
semakin sedikit, sehingga tingkat pertumbuhan yang diharapkan untuk
masa mendatang semakin rendah yang pada akhirnya juga akan
menurunkan harga saham perusahaan. Jadi setiap perusahaan dalam
kebijakan pembayaran dividen akan mempunyai pengaruh yang saling
bertentangan, sehingga kebijakan dividen menjadi sangat penting dan
menjadi tugas manajer keuangan untuk bisa menetapkan kebijakan dividen
yang optimal bagi perusahaan.
Berdasarkan dengan hasil penelitian terdahulu dan teori kebijakan
dividen yang telah diuraikan di atas, maka faktor-faktor yang
mempengaruhi kebijakan pembayaran dividen sesuai dengan rumusan
masalah adalah sebagai berikut :
1. Variabel profitabilitas menentukan kebijakan dividen. Semakin
meningkatnya profitabilitas dalam suatu perusahaan maka pembayaran
laba dalam bentuk dividen juga akan meningkat. Jadi profitabilitas
berpengaruh positif terhadap pembayaran dividen.
2. Variabel likuiditas menentukan kebijakan dividen. Perusahaan yang
kondisi likuiditasnya kurang baik akan menetapkan dividen payout ratio
yang kecil karena sebagian besar laba digunakan untuk menambah
likuiditas. Jadi likuiditas berpengaruh positif terhadap pembayaran
3. Variabel solvabilitas menentukan kebijakan dividen. Perusahaan dalam
kondisi insolvensi tidak akan membagikan dividen karena laba yang
diperoleh lebih banyak akan digunakan untuk memperbaiki struktur
modalnya. Jadi solvabilitas berpengaruh positif terhadap pembayaran
dividen.
Dengan berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan teori –
teori yang telah dikemukakan maka dapat dijabarkan kerangka berpikir
penelitian seperti terlihat pada gambar 2.1 .
Profitabilitas (X1)
Likuiditas (X2) Kebijakan
Dividen (Y)
Regresi Linier Berganda Solvabilitas (X3)
Gambar 2.1. Model Kerangka Berpikir
2.4. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan kerangka
berpikir di atas maka dapat disusun hipotesis dalam penelitian ini
sebagai berikut yaitu :
H1: Variabel profitabilitas, likuiditas, dan solvabilitas mempunyai
pengaruh secara simultan terhadap kebijakan dividen pada
perusahaan food & beverage yang listing di Bursa Efek Indonesia.
H2. Variabel profitabilitas, likuiditas, dan solvabilitas mempunyai
pengaruh secara parsial terhadap kebijakan dividen pada perusahaan
food & beverage yang listing di Bursa Efek Indonesia.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 3 variabel
independen dan 1 variabel dependen meliputi :
1. Profitabilitas (X1), merupakan kemampuan perusahaan untuk
memperoleh keuntungan atas kegiatan usaha perusahaan selama satu
tahun. Ukuran yang digunakan yaitu EBIT dengan penjualan atau
total sales. EBIT adalah rasio laba operasi sebelum dikenakan bunga
da pajak. Total sales adalah total penjualan yang dicapai oleh
perusahaan dalam kurun waktu tertentu. Dirumuskan menurut Weston
dan Thomas (2000 : 98) yaitu :
Variabel profitabilitas didasarkan pada penelitian Jensen et.al., (1992)
yang menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap
pembayaran dividen.
EBIT
Profitabilitas = Total Sales
Weston dan Thomas (2000:98)
2. Likuiditas (X2), merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendek. Semakin kuat posisi likuiditas perusahaan
maka kemampuan perusahaan untuk membagikan dividen kas juga
semakin besar. Ukuran yang digunakan yaitu rasio aktiva lancar dengan
hutang lancar. Aktiva lancar adalah aktiva yang masa perputarannya
kurang atau maksimal dalam satu tahun. Hutang lancar adalah hutang
yang masa jatuh temponya kurang dari satu tahun, seperti hutang
dagang, hutang gaji, hutang pajak, dan hutang bank jangka pendek.
Dirumuskan menurut Weston dan Thomas (2000 : 99) yaitu :
Aktiva Lancar Likuiditas =
Hutang Lancar
Weston dan Thomas (2000:99)
Variabel likuiditas didasarkan pada Riyanto (2001), dan Brigham &
Houston (2001) yang menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh
positif terhadap pembayaran dividen.
3. Solvabilitas (X3), merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
semua kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Ukuran yang
digunakan yaitu ratio total aktiva dengan ratio total hutang. Total aktiva
Total hutang adalah total hutang lancar dan hutang jangka panjang yang
dimiliki perusahaan. Dirumuskan sebagai berikut menurut Sutrisno
(2003 : 17)
Total Aktiva Solvabilitas =
Total Hutang
Sutrisno (2003:17)
Variabel solvabilitas didasarkan pada Sutrisno (2003) yang menunjukkan
bahwa solvabilitas berpengaruh positif terhadap pembayaran dividen.
3.2. Teknik Penentuan Sampel
Populasi penelitian ini adalah perusahaan Food & Beverage yang
listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) 20 perusahaan. Pemilihan dan
penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan teknik
purposive sampling, yaitu teknik penarikan sampel yang dilakukan secara
sengaja berdasarkan kriteria yang ditetapkan untuk pengambilan sampel
adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan yang telah mempublikasikan laporan keuangan secara
terus-menerus selama periode penelitian yaitu tahun 2003 sampai