• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kejadian Nyaris Cedera Pada Instalasi Rawat Inap C di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Tahun 2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kejadian Nyaris Cedera Pada Instalasi Rawat Inap C di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Tahun 2015."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS UDAYANA

ANALISIS KEJADIAN NYARIS CEDERA PADA RUANG RAWAT

INAP C DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR

TAHUN 2015

KADEK AYU RIZA OKAVIANTARI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

(2)

ii

UNIVERSITAS UDAYANA

ANALISIS KEJADIAN NYARIS CEDERA PADA RUANG RAWAT

INAP C DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR

TAHUN 2015

KADEK AYU RIZA OKAVIANTARI NIM. 1220025076

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

(3)

iii

UNIVERSITAS UDAYANA

ANALISIS KEJADIAN NYARIS CEDERA PADA RUANG RAWAT

INAP C DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR

TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

KADEK AYU RIZA OKAVIANTARI NIM. 1220025076

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

(4)
(5)
(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) karena atas berkat dan rahmat-Nya dapat diselesaikan skripsi yang berjudul "Analisis Kejadian Nyaris Cedera (KNC) pada Instalasi Rawat Inap C di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar tahun 2015" ini tepat pada waktunya.

Ucapan terima kasih diberikan atas kerjasamanya dalam penyusunan proposal ini kepada:

1. dr. I Made Ady Wirawan, MPH.,Ph.D, selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana atas izin dan petunjuknya dalam penyusunan laporan magang ini.

2. Putu Ayu Indrayathi, SE., MPH., selaku Ketua Bagian Peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKK) yang telah memberikan arahan serta masukan dalam penyusunan proposal ini.

3. dr. Ketut Suarjana.,MPH., selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu dalam memberikan masukan dan bimbingan dalam penyusunan proposal ini.

4. Bapak/Ibu dosen dan seluruh staf pegawai Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan arahan, saran dan bantuannya dalam penyusunan proposal ini.

(7)

vii

6. RSUP Sanglah Denpasar beserta staf pegawai yang telah memberikan izin survey pendahuluan serta data-data yang dibutuhkan penulis terkait penyusunan skripsi ini.

7. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberikan perhatian, semangat dan dukungan dalam penyusunan proposal ini.

8. Rekan-rekan Mahasiswa PS. KM FK Unud angkatan 2012 yang telah bersama-sama saling membantu dan memberikan semangat dalam penyusunan proposal ini. 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam penyusunan proposal ini.

Demikian skripsi ini disusun, semoga dapat memberikan manfaat bagi diri kami sendiri dan pihak lain yang menggunakan.

Denpasar, Juli 2016

(8)

viii

ANALISIS KEJADIAN NYARIS CEDERA PADA INSTALASI RAWAT INAP C DI RSUP SANGLAH DENPASAR PADA TAHUN 2015

ABSTRAK

Salah satu jenis insiden adalah Kejadian Nyaris Cedera (KNC). Ditemukan angka pelaporan KNC pada tahun 2014 yang jumlahnya cukup tinggi di RSUP Sanglah Denpasar, namun belum dilaksanakan analisis mendalam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran insiden KNC di Instalasi Rawat Inap C RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2015.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan rancanagan penelitian Cross Sectional. Variabel Utama adalah Insiden KNC dan sub variabel faktor penyebab terjadinya insiden KNC, yaitu Tipe Insiden, Sub Tipe Insiden, Pelapor, Potensi Korban, Divisi Kejadian, Penyebab/Petugas, dan Faktor Pemicu.Jenis data yang dikumpulkan berdasarkan data sekunder dan data primer dari hasil wawancara mendalam. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat

Kejadian Nyaris Cedera pada Instalasi Rawat Inap C di RSUP Sanglah pada tahun 2015 terajdi sebanyak 190 pelaporan insiden. Berdasarkan 7 variabel didapatkan variabel tipe insiden sebanyak 91 insiden (47,89%) didominasi oleh medikasi/cairan infus, Sub Tipe Insiden oleh Prescription Error sebanyak 70 insiden (36,84%), variabel pelapor yang jarang melaporkan insiden adalah dari petugas lainnya seperti petugas radiologi,dll yaitu sebesar 1 laporan insiden (0,53%), variabel potensi korban yang berpotensi menjadi korban adalah 100% pasien, variabel divisi kejadian terbanyak yaitu pada divisi bedah sebanyak 118 insiden (62,11%), variabel penyebab (petugas) yang paling sering menyebabkan insiden adalah dokter sebanyak 81 laporan insiden (42,63%), dan faktor pemicu terbanyak yaitu dari faktor tugas sebesar 146 insiden (76,84%)

Gambaran insiden KNC di Instalasi Rawat Inap C RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2014 dari segi jumlah sudah mengalami penurunan. Namun disarankan pihak Rumah Sakit dapat meningkatkan sosialisai dan pelaithan terkait keselamatan pasien secara berkala kepada staf atau petugas kesehatan agar kesalahan yang telah terjadi tidak terulang kembali di kemudian harinya.

(9)

ix PUBLIC HEALTH DEPARTEMENT

MEDICAL FACULTY OF UDAYANA UNIVERSITY

HEALTH ADMINISTRATION AND POLICY DEPARTEMENT Mini Thesis, July 2016

Kadek Ayu Riza Okaviantari

ANALYSIS ON THE NEAR MISS EVENT IN INPATIENT ROOM C OF SANGLAH CENTRAL GENERAL HOSPITAL DENPASAR IN 2015

ABSTRACT

Near Miss Event is one type of incidence. A high numbefr of the near miss event in 2014 was reported in Sanglah Central General Hospital , but has not carried out a through analysis. This study aimed to describe the incidence of near miss in inpatient room C of Sanglah Central General Hospital Denpasar in 2015.

This study was a descriptive study and cross-sectional design was performed. The variabel was incidence of near miss and subvariabels were the causes of near miss such as type of incident SubType of Incident, Reporting, Potential victims, Division of incident, Causes (Health officer) and Trigger Factor.This study used secondary data and primary data by in-depth interviews. The data were analyzed by using univariate analysis.

There were 190 near miss events reported in inpatient room C of Sanglah Central General Hospital Denpasar in 2015. The seven variabels suggested that variable of type of incident were 91 incidents (47,89%) and dominated by medication/fluid infusion, subtype of prescription error incidents were 70 incidents (36,84%), the lowest reporting variable obtained from officers radiology staff and others in the amount were just 1 reports of incidents (0,53%), variable of potential victim are patient were 100 incidents (100%), the highest incidence of division obtained from division of surgery were 118incidents (62,11%), the highest variable of causes (health officer) obtained from doctors were 81 incidents (42,63%), and the highest trigger factor obtained from duty factor were 146 incidents (76,84%)

Overview of near miss in inpatient room C of Sanglah Central General Hospital Denpasar in 2014, there was a slight decrease of the number. But it’s recommended that the hospital could improve socialization and training related ti patient safety for all staff and health personnel so error that have occurred are not repeated later in the day

(10)

x

DAFTAR ISI

UNIVERSITAS UDAYANA ... ii

UNIVERSITAS UDAYANA ... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... vi BAB I ... Error! Bookmark not defined.

PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

1.1 Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined.

1.2 Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.

1.3 Pertanyaan Penelitian... Error! Bookmark not defined.

1.4 Tujuan ... Error! Bookmark not defined.

1.4.1 Tujuan Umum ... Error! Bookmark not defined.

1.4.2 Tujuan Khusus ... Error! Bookmark not defined.

1.5 Manfaat ... Error! Bookmark not defined.

1.5.1 Manfaat Teoritis ... Error! Bookmark not defined.

1.5.2 Manfaat Praktis ... Error! Bookmark not defined.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

BAB II ... Error! Bookmark not defined.

TINJAUAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

2.1 Keselamatan Pasien (Patient Safety) ... Error! Bookmark not defined.

2.1.1 Definisi Keselamatan Pasien ... Error! Bookmark not defined.

2.1.2 Jenis-Jenis Insiden Keselamatan Pasien di Rumah Sakit ... Error! Bookmark not defined.

2.2 Program Keselamatan Pasien di rumah sakit.... Error! Bookmark not defined.

2.2.1 Standar Keselamatan Pasien di rumah sakit ... Error! Bookmark not defined.

(11)

xi

2.3.1 Jenis dan Metode Pelaporan ... Error! Bookmark not defined.

2.4 Tipe Insiden, Sub Tipe Insiden, Pelapor, Potensi Korban, Divisi Kejadian, Penyebab (petugas), Faktor Pemicu. ... Error! Bookmark not defined.

2.4.1 Tipe Insiden dan Sub Tipe Insiden ... Error! Bookmark not defined.

2.4.2 Pelapor ... Error! Bookmark not defined.

2.4.3 Potensi Korban ... Error! Bookmark not defined.

2.4.4 Divisi Kejadian ... Error! Bookmark not defined.

2.4.5 Penyebab (petugas) ... Error! Bookmark not defined.

2.4.6 Faktor Pemicu ... Error! Bookmark not defined.

2.5 Strategi Pengendalian Kejadian Nyaris Cedera Error! Bookmark not defined.

BAB III ... Error! Bookmark not defined.

KERANGKA KONSEP DAN VARIABEL PENELITIAN... Error! Bookmark not defined.

3.1 Kerangka Konsep... Error! Bookmark not defined.

3.2 Variabel Penelitian... Error! Bookmark not defined.

3.3 Definisi Operational Variabel ... Error! Bookmark not defined.

BAB IV ... Error! Bookmark not defined.

METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

4.1 Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

4.3 Populasi dan Sampel ... Error! Bookmark not defined.

4.3.1 Populasi ... Error! Bookmark not defined.

4.3.2 Sampel ... Error! Bookmark not defined.

4.3.3 Sumber dan Jenis Data ... Error! Bookmark not defined.

4.3.4 Instrumen ... Error! Bookmark not defined.

4.4 Pengolahan dan Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.

4.4.1 Teknik Pengolahan Data ... Error! Bookmark not defined.

4.4.2 Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.

BAB V ... Error! Bookmark not defined.

HASIL PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

5.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar ... Error! Bookmark not defined.

5.2 Distribusi Frekuensi Jumlah Kejadian Nyaris Cedera di RSUP Sanglah pada Tahun 2015 ... Error! Bookmark not defined.

(12)

xii

5.2.2 Distribusi Frekuensi KNC Berdasarkan Sub Tipe Insiden di RSUP Sanglah Denpasar pada Tahun 2015 ... Error! Bookmark not defined.

5.2.3 Distribusi Frekuensi KNC Berdasarkan Pelapor di RSUP Sanglah Denpasar pada Tahun 2015 ... Error! Bookmark not defined.

5.2.4 Distribusi Frekuensi KNC Berdasarkan Potensi Korban di RSUP Sanglah Denpasar pada Tahun 2015 ... Error! Bookmark not defined.

5.2.5 Distribusi Frekuensi KNC Berdasarkan Divisi Kejadian di RSUP Sanglah Denpasar pada Tahun 2015 ... Error! Bookmark not defined.

5.2.6 Distribusi Frekuensi KNC Berdasarkan Penyebab (Petugas) di RSUP Sanglah Denpasar pada Tahun 2015 ... Error! Bookmark not defined.

5.2.7 Distribusi Frekuensi KNC Berdasarkan Faktor Pemicu di RSUP Sanglah Denpasar pada Tahun 2015. ... Error! Bookmark not defined.

5.3 Distribusi Frekuensi Kejadian Nyaris Cedera pada Instalasi Rawat Inap C Pada Tahun 2015 ... Error! Bookmark not defined.

5.3.1 Distribusi Frekuensi KNC Berdasarkan Tipe Insiden pada Instalasi Rawat Inap C di RSUP Sanglah Denpasar tahun 2015 ... Error! Bookmark not defined.

5.3.2 Distribusi frekuensi KNC berdasarkan sub tipe insiden pada Instalasi Rawat Inap C di RSUP Sanglah Denpasar tahun 2015 ... Error! Bookmark not defined.

5.3.3 Distribusi Frekuensi KNC Berdasarkan Pelapor pada Instalasi Rawat Inap C di RSUP Sanglah tahun 2015 ... Error! Bookmark not defined.

5.3.4 Distribusi Frekuensi KNC Berdasarkan Potensi Korban pada Instalasi Rawat Inap C di RSUP Sanglah Tahun 2015 ... Error! Bookmark not defined.

5.3.5 Distribusi frekuensi KNC berdasarkan divisi kejadian pada Instalasi Rawat Inap C di RSUP Sanglah tahun 2015 ... Error! Bookmark not defined.

5.3.6 Distribusi Frekuensi KNC Berdasarkan Penyebab (Petugas) pada Instalasi Rawat Inap C di RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2015 Error! Bookmark not defined.

5.3.7 Distribusi Frekuensi Insiden KNC Berdasarkan Faktor pemicu pada Instlasai Rawat Inap C di RSUP Sanglah tahun 2015. . Error! Bookmark not defined.

5.4 Strategi untuk Mengurangi Jumlah Insiden KNC di RSUP Sanglah Denpasar ... Error! Bookmark not defined.

5.4.1 Faktor Penyebab Kejadian Nyaris Cedera (KNC) di lingkup RSUP Sanglah Denpasar ... Error! Bookmark not defined.

5.4.2 Tindak Lanjut dan Strategi Untuk Mengurangi Jumlah KNC di RSUP

Sanglah Denpasar ... Error! Bookmark not defined.

BAB VI ... Error! Bookmark not defined.

(13)

xiii

6.1 Kejadian Nyaris Cedera di RSUP Sanglah Denpasar tahun 2015 ... Error! Bookmark not defined.

6.2 Kejadian Nyaris Cedera pada Ruang Rawat Inap C di RSUP Sanglah

Denpasar Tahun 2015 ... Error! Bookmark not defined.

6.2.1 KNC Berdasarkan Tipe Insiden pada Instalasi Rawat Inap C di RSUP

Sanglah Denpasar tahun 2015 ... Error! Bookmark not defined.

6.2.2 Insiden KNC berdasarkan sub tipe insiden pada Instalasi Rawat Inap C di RSUP Sanglah Denpasar tahun 2015 ... Error! Bookmark not defined.

6.2.3 Insiden KNC berdasarkan pelapor pada Instalasi Rawat Inap C di RSUP Sanglah Denpasar tahun 2015 ... Error! Bookmark not defined.

6.2.4 KNC berdasarkan potensi korban pada Instalasi Rawat Inap C di RSUP Sanglah Denpasar tahun 2015 ... Error! Bookmark not defined.

6.2.5 KNC berdasarkan divisi kejadian pada Instalasi Rawat Inap C di RSUP Sanglah Denpasar tahun 2015 ... Error! Bookmark not defined.

6.2.6 KNC berdasarkan penyebab (petugas) pada Instalasi Rawat Inap C di RSUP Sanglah Denpasar tahun 2015 ... Error! Bookmark not defined.

6.2.7 KNC Berdasarkan Faktor Pemicu pada Instalasi Rawat Inap C di RSUP Sanglah Denpasar tahun 2015 ... Error! Bookmark not defined.

6.3 Strategi dan Tindak Lanjut yang Dilakukan oleh RSUP Sanglah Denpasar untuk Mengurangi Jumlah KNC Tahun 2015 Error! Bookmark not defined.

BAB VII ... Error! Bookmark not defined.

SIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.

6.4 Simpulan ... Error! Bookmark not defined.

6.5 Saran ... Error! Bookmark not defined.

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Kejadian Keselamatan Pasien Yang Dilaporakan Di RSUP

Sanglah Denpasar Selama Tahun 2011-2014 ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi KNC Berdasarkan Tipe Insiden di RSUP Sanglah Denpasar pada Tahun 2015 ...48 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi KNC Berdasarkan Sub Tipe Insiden di RSUP Sanglah

Denpasar pada Tahun 2015 ...50 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi KNC Berdasarkan Pelapor di RSUP Sanglah

Denpasar pada Tahun 2015 ...51 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi KNC Berdasarkan Potensi Korban di RSUP Sanglah

Denpasar pada Tahun 2015 ...52 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi KNC Berdasarkan Divisi Kejadian di RSUP Sanglah

Denpasar pada Tahun 2015 ...53 Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi KNC Berdasarkan Penyebab (Petugas) di RSUP

Sanglah Denpasar pada Tahun 2015 ...54 Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi KNC Berdasarkan Faktor Pemicu di RSUP Sanglah

Denpasar pada Tahun 2015 ...55 Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Jumlah KNC pada Masing-Masing Ruang Rawat Inap di RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2015 ...56 Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi KNC Berdasarkan Tipe Insiden pada Instalasi Rawat

Inap C di RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2015 ...57 Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi KNC Berdasarkan Sub Tipe Insiden pada Instalasi

Rawat Inap C di RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2015 ...58 Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi KNC Berdasarkan Pelapor pada Instalasi Rawat Inap

C di RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2015 ...59 Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi KNC Berdasarkan Divisi Kejadian pada Instalasi

Rawat Inap C di RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2015 ...60 Tabel 5.13 Distribusi Frekuensi KNC Berdasarkan Penyebab (Petugas) pada Instalasi Rawat Inap C di RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2015 ...61 Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi KNC Berdasarkan Faktor Pemicu pada Instalasi

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Formulir Laporan Insiden ke Tim KP di RS Rumah Sakit Lampiran 2 Pedoman Wawancara

Lampiran 3 Dokumentasi

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fasilitas pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan secara paripurna bisa didapatkan di rumah sakit. Hal ini menjadikan rumah sakit sebagai tempat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan utama yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas, sumber daya dan peralatan tekhnologi yang mutakhir dalam mengatasi permasalahan kesehatan. Kompleksitas yang ada dalam di dalam rumah sakit dibentuk dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan yang bermutu sehingga kompleksitas tersebut selain memberikan hal positif dapat pula menjadi hal negatif seperti menimbulkan berbagai permasalahan. Salah satunya akan muncul permasalahan jika kurangnya interaksi dan komunikasi antar tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang akan berpotensi terjadinya Insiden Keselamatan Pasien (Departemen Kesehatan, 2009).

(18)

2

Insiden keselamatan pasien yaitu kejadian atau situasi yang dapat berpotensi mengakibatkan cedera yang tidak seharusnya terjadi. Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2008, adapun beberapa jenis insiden yaitu Kejadian tidak diharapkan (KTD) dan Kejadian Nyaris Cedera (KNC). Kejadian tidak diharapkan (KTD)/ adverse event yaitu insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis. Dan kejadian nyaris cedera (KNC)/ near miss merupakan suatu insiden yang tidak menyebabkan cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission).

(19)

3

akan kehilangan sumber data yang paling berharga dalam mengidentifikasi prioritas penyelenggaraan program keselamatan pasien yang efektif (Marella, 2007).

Laporan dari IOM (Institute of Medicine), Amerika Serikat dalam “To Err Is Human, Buliding a Safer Health System” melaporkan adanya Insiden Keselamatan

Pasien dalam pelayanan rawat inap di rumah sakit, kejadian yang terjadi yaitu adanya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) sekitar 3-16% yang terjadi di rumah sakit Amerika (Kohn,et.al,2000). AHRQ (Agency for Healthcare Research and Quality) menyatakan bahwa akar masalah KTD 65% berasal dari masalah komunikasi, bahwa komunikasi yang tidak akurat antar petugas kesehatan merupakan salah satu penyebab terjadinya KNC (Kejadian Nyaris Cedera) dan KTD. WHO (World Health Organization) menemukan kasus KTD dengan rentang 3,2-16,6% rumah sakit di berbagai negara, yaitu Amerika, Inggris, Australia, dan Denmark. (Sri , 2013)

Laporan IKP (Insiden Keselamat Pasien) oleh KKP-RS (Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit) di Indonesia pada bulan Januari-April 2011, menemukan bahwa adanya pelaporan kasus KTD (14,41%) dan KNC (18,53%) yang disebabkan karena proses atau prosedur klinik (9,26 %), medikasi (9,26%), dan Pasien jatuh (5,15%). (Badan Pusat Statistik,Jakarta, 2011). RS Unhas (Universitas Hasanuddin) terdapat 18 kasus IKP di sembilan unit yaitu instalasi rawat jalan, rawat inap, IGD (Instalasi Gawat Darurat), ICU (Intensive Care Unit), laboratorium, radiologi, bedah sentral, farmasi, dan gizi. Terdapat sembilan kasus KTD, empat kasus KNC, tiga kasus KTC (Kejadian Tidak Cedera), dan dua kasus KPC (Kejadian Potensial Cedera). (Arfan,et.all 2009).

(20)

4

Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Tim KP-RS). RSUP Sanglah Denpasar mempunyai komitmen untuk meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit dengan penyelenggaraan tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit dan enam standar keselamatan pasien rumah sakit melalui peningkatan sistem pelaporan kejadian keselamatan pasien yang merupakan kewajiban bagi seluruh unit pelayanan pasien.

Berdasarkan Laporan Kejadian Keselamatan Pasien RSUP Sanglah Denpasar sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2014, tercatat bahwa jumlah laporannya semakin meningkat, dari tahun ke tahun dengan asumsi bahwa sistem pelaporan insiden keselamatan pasien serta kesadaran staf untuk melaporkan kejadian semakin meningkat. Adapun laporan kejadian keselamatan pasien di RSUP Sanglah Denpasar sejak tahun 2011 sampai dengan 2014, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1.1 Jumlah Kejadian Keselamatan Pasien Yang Dilaporakan di RSUPSanglah Denpasar Selama Tahun 2011-2014

Sumber : Laporan Kejadian Keselamatan Pasien RSUP Sanglah Denpasar

(21)

5

laporan pada tahun 2014. Sesuai dengan teori Mark, (2001), bahwa semakin banyak insiden KNC yang dilaporkan maka semakin meningkat pula kesempatan untuk belajar dari pengalaman agar insiden tersebut tidak terjadi lagi di kemudian hari, sehingga angka insiden KNC dapat diturunkan secara berkesinambungan. Menurut laporan KNC yang telah ditelusuri dari 2469 KNC di RSUP Sanglah Denpasar, sebanyak 1283 KNC (45,37%) berasal dari Instalasi Rawat Inap C (Angsoka I, Angsoka II, Angsoka III dan Kamboja). Jika dianalisis lebih mendalam, proporsi sumber laporan yang cukup banyak berasal dari IRNA C ini selalu terjadi setiap bulannya selama tahun 2015.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di RSUP Sanglah Denpasar di Unit Penjaminan Mutu dan Tim Keselamatan Pasien Rumah sakit, ditemukan bahwa data terkait KNC pada tahun 2014 yang jumlahnya sampai 2469 belum dilaksanakan penelusuran serta penjabaran sesuai dengan tipe dan elemen pelaporan insiden masing masing. Penjabaran tersebut diperlukan untuk memberikan gambaran strategis terkait tindak lanjut yang tepat dan harus dilaksanakan dikemudian hari untuk mengurangi angka kejadian tersebut. Dan untuk tahun 2015, pihak RSUP Sanglah belum melaksanakan analisis kejadian nyaris cedera secara kesuluruhan.

(22)

6

Departemen Kesehatan tahun 2008 dalam buku Pedoman Penyelenggaraan dan Pelaporan Kejadian Keselamatan Pasien di RS.

1.2 Rumusan Masalah

Kejadian Nyaris Cedera adalah suatu kejadian yang dapat berpotensi mengakibatkan cedera yang seharusnya tidak terjadi. Ditemukan angka pelaporan insiden KNC pada tahun 2014 yang jumlahnya cukup tinggi yaitu 2469 insiden, namun belum dilaksanakan analisis mendalam dengan menjabarkan berdasarkan Tipe Insiden, Sub Tipe Insiden, Pelapor, Potensi Korban, Divisi Kejadian, Penyebab (petugas), Faktor Pemicu,dan juga sebagai bahan perbaikan kedepan untuk mencegah potensi KNC terkait faktor-faktor tersebut. Dan juga untuk tahun 2015, pihak RSUP Sanglah belum melaksanakan analisis kejadian nyaris cedera secara kesuluruhan.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Bagaimanakah gambaran KNC pada tahun 2015 di RSUP Sanglah Denpasar berdasarkan : Tipe Insiden, Sub Tipe Insiden, Pelapor, Potensi Korban, Divisi Kejadian, Penyebab (petugas), dan Faktor Pemicu ?

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

(23)

7

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran KNC berdasarkan tipe insiden di Instalasi Rawat Inap C di RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2015

2. Untuk mengetahui gambaran KNC berdasarkan sub tipe insiden di Instalasi Rawat Inap C di RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2015

3. Untuk mengetahui gambaran KNC berdasarkan pelapor di Instalasi Rawat Inap C di RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2015

4. Untuk mengetahui gambaran KNC berdasarkan potensi korban di Instalasi Rawat Inap C di RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2015

5. Untuk mengetahui gambaran KNC berdasarkan divisi kejadian di Instalasi Rawat Inap C di RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2015

6. Untuk mengetahui gambaran KNC berdasarkan penyebab (petugas) di Instalasi Rawat Inap C di RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2015

7. Untuk mengetahui gambaran KNC berdasarkan faktor pemicu di Instalasi Rawat Inap C di RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2015

8. Untuk mengetahui strategi untuk mengurangi jumlah insiden KNC di RSUP Sanglah Denpasar.

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat Teoritis

(24)

8

1.5.2 Manfaat Praktis

Berdasarkan hasil penelitian ini pihak rumah sakit dapat merencanakan tindak lanjut di lingkungan RSUP Sanglah Denpasar terkait penelusuran kejadian yang terlaporkan dilihat dari jumlah pelaporan kejadian keselamatan pasien khususnya KNC. Dan juga hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi acuan atau menjadi referensi untuk menambah wawasan dalam menganalisis Kejadian Nyaris Cedera (KNC) di Rumah Sakit.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

(25)
(26)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Keselamatan Pasien (Patient Safety) 1.1.1 Definisi Keselamatan Pasien

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Kementerian Kesehatan RI, 2009).

Rumah Sakit merupakan organisasi yang sangat kompleks dan padat masalah. Permasalahan internal yang dihadapi akibat kompleksnya permasalahan di rumah sakit, masih diperberat dengan munculnya masalah regional dan global, yakni perubahan yang sangat cepat, tantangan persaingan bebas, tuntutan perencanaan strategis berbasis kinerja, serta dimulainya era litigious society, di mana masyarakat yang dilayani oleh rumah sakit kini mulai gemar menuntut dan semakin cerdas dalam menentukan pilihan (Widajat, 2009). Tuntutan-tuntutan masyarakat ini disebabkan oleh ketidakpuasannya terhadap pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit akibat meningkatnya kasus-kasus seperti: kesalahan medis (medical error), kecelakaan (medical accident), kejadian nyaris celaka (KNC), atau kejadian tidak diharapkan (KTD) yang terjadi di rumah sakit.

(27)

10

Insiden Keselamatan Pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang seharusnya tidak terjadi. Insiden Keselamatan Pasien ini meliputi Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Potensial Cedera (KPC) dan Kejadian Sentinel .

Keselamatan pasien merupakan hak Pasien. Pasien berhak memeperoleh keamanaan dan keselamatan dirinya selama masa perawatan di Rumah Sakit (Kemenkes,2009). UU No 36/2009 Pasal 53 (3) tentang kesehatan menyatakan bahwa pelaksanaan pelayanan kesehatan harus mendahulukan nyawa pasien. Keselamatan pasien telah menjadi prioritas untuk layanan kesehatan seluruh dunia (Choo, et al. 2010)

1.1.2 Jenis-Jenis Insiden Keselamatan Pasien di Rumah Sakit

Menurut Departemen Kesehatan RI, 2008 menyatakan Insiden keselamatan pasien/ patient safety incident merupakan kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang tidak seharusnya terjadi (dapat dicegah). Adapun beberapa jenis insiden adalah sebagai berikut :

1) Kejadian tidak diharapkan (KTD)/ adverse event yaitu insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis.

(28)

11

tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), dapat terjadi karena:

a. "keberuntungan" (misalnya pasien yang menerima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat).

b. "pencegahan" (misalnya secara tidak sengaja pasien akan diberikan suatu obat dengan dosis lethal, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan).

c. "peringanan" (misalnya pasien secara tidak sengaja telah diberikan suatu obat dengan dosis lethal, segera diketahui secara dini lalu diberikan antidotumnya, sehingga tidak menimbulkan cidera yang berarti).

Kejadian Nyaris Cedera mengacu pada salah satu definisi dalam literatur safety management sebagai suatu kejadian yang berhubungan dengan keamanan pasien yang berpotensi atau mengakibatkan efek diakhir pelayanan, yang dapat dicegah sebelum konsekuensi aktual terjadi atau berkembang (Aspden, 2004). KNC juga diungkapkan sebagai kejadian yang berpotensi menimbulkan cedera atau kesalahan, yang dapat dicegah karena tindakan segera atau karena kebetulanm dimana hasil akhir pasien tidak cedera (Medical Human Reseources, 2008).

(29)

12

Terciptanya keselamatan pasien sangat didukung oleh sistem pelaporan yang baik setiap kali inisiden terjadi. Faktor penyebab kejadian nyaris cedera sulit didapatkan jika tidak didukung oleh dokumentasi yang baik (sistem pelaporan). Hal ini dapat mengakibatkan langkah pencegahan dan implementasi untuk perbaikan sulit dilakukan (Cahyono,2008)

1.2 Program Keselamatan Pasien di rumah sakit

Rumah sakit merupakan tempat yang paling kompleks, terdapat ratusan macam obat, ratusan test dan prosedur, dan beragam profesi serta latar belakang sumber daya manusia yang memberikan pelayanan kepada pasien selama 24 jam secara terus menerus (Depkes, 2008). Rumah sakit sebagai pemberi layanan kesehatan harus memperhatikan dan menjamin keselamatan pasien. Rumah sakit merupakan organisasi yang berisiko tinggi terhadap terjadinya incident keselamatan pasien yang diakibatkan oleh kesalahan manusia. Kesalahan terhadap keselamatan paling sering disebabkan oleh kesalahan manusia terkait dengan risiko dalam hal keselamatan, dan hal ini disebabkan oleh kegagalan sistem di mana individu tersebut bekerja (Reason, 2009).

1.2.1 Standar Keselamatan Pasien di rumah sakit

Standar Keselamatan pasien berdasarkan “Buku Panduan Nasional

(30)

13

tentang keselamatan pasien, dan 7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien. Adapunn uraian tujuh standar keselamatan pasien adalah sebagai berikut :

1.2.1.1Hak Pasien

Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan. Kriteria dari standar I ini adalah:

a. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.

b. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan c. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan

secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur, termasuk kemungkinan terjadinya KTD.

1.2.1.2Mendidik Pasien dan Keluarga

Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Kriteria dari standar II ini adalah:

Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di rumah sakit harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat:

(31)

14

d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.

e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit. f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa. g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati

1.2.1.3Keselamatan Pasien dan Kesinambungan Pelayanan

Rumah Sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan. Kriteria dari standar III ini adalah sebagai berikut:

a. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari rumah sakit.

b. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.

c. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.

(32)

15

1.2.1.4Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien

Rumah sakit harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif kejadian tidak diharapkan, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien. Kriteria dari standar IV ini adalah:

a. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik, mengacu pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan ”Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien

Rumah Sakit”.

b. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain terkait dengan: pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu pelayanan, keuangan.

c. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua kejadian tidak diharapkan, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus risiko tinggi.

(33)

16

1.2.1.5Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

a) Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “Tujuh

Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.

b) Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi Kejadian Tidak Diharapkan.

c) Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien.

d) Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji, dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta meningkatkan keselamatan pasien.

e) Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien.

Kriteria dari standar V ini adalah sebagai berikut:

a. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.

(34)

17

c. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan pasien.

d. Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.

e. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang Analisis Akar Masalah (RCA) “Kejadian Nyaris Cedera” (Near Miss)

dan “Kejadian Sentinel’ pada saat program keselamatan pasien mulai

dilaksanakan.

f. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya menangani “Kejadian Sentinel” (Sentinel Event) atau kegiatan proaktif untuk memperkecil risiko, termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan dengan “Kejadian Sentinel”.

g. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar pengelola pelayanan di dalam rumah sakit dengan pendekatan antar disiplin.

(35)

18

pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya tersebut.

i. Tersedianya sasran terukur dan pengumpulan informasi mia objekenggunakan kritertif untuk mengevaluasi efetivitas perbaikan kinerja rumash sakit dan keselamatan pasien,termasuk rencana tindak lanjut dan implementasinya.

1.2.1.6Mendidik staf tentang keselamatan pasien

a) Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas

b) Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.

Kriteria dari standar VI ini adalah sebagai berikut:

a. Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya masing-masing.

b. Setiap rumah sakit harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan inservice training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.

(36)

19

1.2.1.7Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

a) Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal.

b) Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.

Kriteria dari standar VII ini sebagai berikut :

a. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien.

b. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi manajemen informasi yang ada.

1.3 Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien di rumah sakit

(37)

20

pembelajaran dari keselahan tersebut sehingga dapat diambil solusi agar kejadian yang sama tidak terulang kembali (Iskandar, 2014).

Pelaporan insiden keselamatan pasien adalah jantung dari mutu layanan, yang merupakan bagian penting dalam proses belajar dan pembenahan ke dalam revisi dari kebijakan, termasuk standar prosedur operasional (SPO) dan panduan yang ada. Rumah sakit wajib untuk melakukan pencatatan dan pelaporan insiden yang meliputi kejadian tidak diharapkan (KTD), kejadian nyaris cedera (KNC) dan kejadian sentinel. Pelaporan insiden dilakukan secara internal dan eksternal. Pelaporan internal dilakukan dengan mekanisme/ alur pelaporan keselamatan pasien rumah sakit di lingkungan internal rumah sakit. Pelaporan eksternal dilakukan dengan pelaporan dari rumah sakit ke KKP-RS nasional. Dalam lingkup rumah sakit, unit kerjakeselamatan pasien rumah sakit melakukan pencatatan kegiatan yang telah dilakukan dan membuat laporan kegiatan kepada Direktur rumah sakit. (Departemen Kesehatan, 2008).

1.3.1 Jenis dan Metode Pelaporan

(38)

21

kegiatan yang telah dilakukan dan membuat laporan kegiatan kepada Direktur rumah sakit

Banyak metode yang digunakan mengidentifikasi resiko, salah satu caranya adalah dengan mengembangkan sistem pelaporan dan sistem analisis insiden keselamatan pasien. Sehingga, dapat dipastikan bahwa sistem pelaporan akan mengajak semua orang dalam organisasi untuk peduli akan bahaya/potensi bahaya yang dapat terjadi kepada pasien. Adapun ketentuan terkait pelaporan insiden sesuai dengan Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (2008) akan di jabarkan sebagai berikut:

1. Insiden sangat penting dilaporkan karena akan menjadi awal proses pembelajaran untuk mencegah kejadian yang sama terulang kembali.

2. Memulai pelaporan insiden dilakukan dengan membuat suatu sistem pelaporan insiden di rumah sakit meliputi kebijakan, alur pelaporan, formulir pelaporan dan prosedur pelaporan yang harus disosialisasikan pada seluruh karyawan.

3. Insiden yang dilaporkan adalah kejadian yang sudah terjadi, potensial terjadi ataupun yang nyaris terjadi.

4. Pelapor adalah siapa saja atau semua staf rumah sakit yang pertama menemukan kejadian atau yang terlibat dalam kejadian.

(39)

22

formulir laporan insiden, kapan harus melaporkan, pengertian-pengertian yang digunakan dalam sistem pelaporan dan cara menganalisa laporan.

Penelitian dari Rat Dewa pada tahun 2014 mengemukakan laporan KNC di RSUP Sanglah Denpasar pada masing-masing ruang rawat inap tidak seragam. Perbedaan jumlah rata-rata ini memiliki faktor yang spesifik sehingga menyebabkan adanya perbedaan jumlah pelaporan tersebut. Sesuai dengan teori dari Mark (2001), bahwa Budaya keselamatan pasien terkait dengan motivasi pelaporan kejadian keselamatan pasien yang dilaksanakan dengan penuh kejujuran dan tanpa budaya menyalahkan (blame free culture), sehingga untuk mempromosikan budaya belajar dari kesalahan, manajemen rumah sakit harus dapat mengidentifikasi budaya keselamatan pasien yang komprehensif.

1.4 Tipe Insiden, Sub Tipe Insiden, Pelapor, Potensi Korban, Divisi Kejadian, Penyebab (petugas), Faktor Pemicu.

Menurut Buku “Pedoman Pelaporan Keselamatan Pasien” (2008), Untuk mengisi Tipe insiden di dalam suatu laporan, harus melakukan analisis dan investigasi terlebih dahulu. Insiden terdiri dari : Tipe Insiden dan Subtipe insiden yang dapat clilihat pada tabel dibawah ini:

1.4.1 Tipe Insiden dan Sub Tipe Insiden

(40)

23

error diperlukan kerjasama antar Pelaksana Program pencegahan medication error (PIP) oleh tim multidisiplin (Muladi, 2015).

Menurut Departement Kesehatan RI (2008), analisis kejadian berisiko dalam proses pelayanan kefarmasian seperti kesalahan penulisan resep (perscreption error), kejadian obat yang merugikan (adverse drug events), kesalahan pengobatan (medication errors) dan reaksi obat yang merugikan (adverse drug reaction) menempati kelompok urutan utama dalam keselamatan pasien yang memerlukan pendekatan sistem untuk mengelola, mengingat kompleksitas keterkaitan kejadian antara ”kesalahan merupakan hal yang manusiawi” (to err is human).

Menurut Buku Pedoman Pelaporan Keselamatan Pasien pada tahun 2008. Tipe Insiden dibedakan menjadi 15 Kelompok yang disetiap 1 kelompok tersebut mempunyai sub tipe insiden.

a. Tipe insiden pertama adalah adminitrasi klinik, yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi dua yaitu proses (serah terima, perjanjian, daftar tunggu/antrian, rujukan/konsultasi, admisi, keluar/pulang dari ranap/RS, pindah perawatan,identifikasi pasien,consent, pembagian tugas,dan respon terhadap kegawatdaruratan) dan masalah (tidak performance ketika dibutuhkan/indikasi, tidak lengkap, tidak tersedia, salah pasien dan salah proses/salah pelayanan)

b. Tipe insiden kedua adalah proses/prosedur klinis, yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi dua yaitu proses (skrining/pencegahan/medical check up, Diagnosis/assesment, prosedur/pengobatan, general care, test/investigasi, spesimen/hasil, belum dipulangkan) dan masalah (tidak

(41)

24

c. Tipe insiden ketiga adalah dokumentasi, yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi dua yaitu dokumen yang terkait (order /peminatan, chart/rekam medik/konsultasi, checklist, form/sertifikat, instruksi /informasi /kebijakan /SOP, label /identitas /kartu, surat/email/rekaman komunikasi, laporan/hasil/photo) dan masalah (dokumen hilang/tidak tersedia, terlambat mengakses dokumen, salah dokumen/salah orang, tidak jelas/membingungkan dan informasi dalam dokumen tidak lengkap).

d. Tipe insiden keempat adalah infeksi nosokomial (Hospital associated infection), yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi dua yaitu tipe organisme (bakteri, virus, jamur, parasit, protozoa, ricketisia, prion/partikl protein yang infeksius, organisme tidak teridentifikasi) dan tipe/bagian infeksi (bloodstream, bagian yang dioperasi, abses, pneumonia, kanul IV, protesis infeksi, drain/tube urin, dan jaringan lunak).

(42)

25

f. Tipe insiden keenam adalah transfusi darah/produk darah, yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi tiga yaitu transfusi darah/produk darah terkait (produk selular, faktor pembekuan, albumin/plasma protein dan imunoglobin), proses transfusi darah/produk darah terkait (test pre transfusi, peresepan, persiapan, pengantaran, pemberian, penyimpanan, monitoring, presentasi/pemaketan dan supply/pesan) , dan masalah (salah pasien, salah darah/produk darah, salah dosis /frekuensi, salah jumlah form, salah

dispensing/intruksi, kontraindikasi, salah penyimpanan, obat atau dosis yang diabaikan, darah kadaluarsa dan efek samping (adverse effect).

g. Tipe insiden ketujuh adalah nutrisi, yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi tiga yaitu nutrisi yang terkait (diet umum dan diet khusus), proses nutrisi (peresepan /permintaan, persiapan /manucfatur /proses memasak

supply/order, presentation, dispensing/alokasi, pengantaran, pemberian dan penyimpanan), dan masalah (salah pasien, salah diet, salah jumlah, salah frekuensi, salah konsistensi, dan salah penyimpanan.

h. Tipe insiden kedelapan adalah oksigen/gas, yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi tiga yaitu oksigen/gas terkait (daftar oksigen/gas terkait), proses penggunaan oksigen/gas (label cilinder/warna kode, peresepan, pemberian, pengantaran, supply/order dan penyimpanan) dan masalah (salah pasien, salah gas, salah rate/flow/konsentrasi, salah mode pengantaran, kontraindikasi, salah penyimpanan, gagal pemberian dan kontaminasi.

(43)

26

alat medis/alat kesehatan/equipment property) dan masalah (presentation / pemaketan tidak baik, ketidak tersediaan, inappropiate for task, tidak bersih/tidak steril, kegagalan/malfungsi, dislodgement/removal, user error.

j. Tipe insiden kesepuluh adalah perilaku pasien, yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi dua yaitu perilaku pasien (tidak kooperatif, tidak pantas/sikap bermusuhan/kasar, beresiko/sembrono/berbahaya, masalah dengan penggunaan substansi/abuse, mengganggu, diskriminasitif/berprasangka, berkeliaran, melarikan diri, sengaja mencederai diri, bunuh diri) dan agresion/assault (agresi verbal, kekerasan fisik, kekerasa seksual, kekerasan terhadap mayat, dan ancaman nyawa).

k. Tipe insiden kesebelas adalah jatuh, yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi dua yaitu tipe jauh (tersandung, slip, kolaps, hilang keseimbangan) dan keterlibatan saat jatuh (velbed, tempat tidur, kusi, strecher, toilet, peralatan terapi, tangga dan dibawa/dibantu oleh orang lain.

(44)

27

kimia atau substansi lainnya (keracunan bahan kimia atau substansi lain dan bahan kimia korosif) , mekanisme spesifik yang lain menyebabkan cedera (paparan listrik/radiasi, paparan suara/getaran, paparan tekanan udara,dan paparan karena gravitasi rendah, dan paparan karena dampak cuaca/bencana alam.

m. Tipe insiden ketigabelas adalah infrastruktur/bangunan/benda lain yang terasang tetap yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi dua yaitu keterlibatan struktur/bangunan (daftar struktur, daftar bangunan dan daftar furniture) dan masalah (inadekuat dan damaged / faulty / worm).

n. Tipe insiden keempat belas adalah resource/manajemen organisasi yang dimana sub tipe insidennya dibagi menjadi tujuh yaitu beban kerja manajemen yang berlebihan, ketersedian/keadekuatan tempat tidur/pelayan, sumber daya manusia, ketersediaan staff, organisasi, kebijakan/ SOP, dan ketersediaan..

(45)

28

1.4.2 Pelapor

Pelapor adalah orang yang dapat melaporkan kejadian dari insiden keselamatan pasien. Perawat memiliki kewajiban membuat laporan mengenai insiden keselamatan pasien. Pelayanan keperawatan berperan penting dalam penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. (Adib, 2009)

Berdasarkan buku pedoman Pelaporan Kejadian Keselamatan Pasien (2008) pelapor dikategorikan sebagai berikut :

1.Karyawan a. Dokter b. Perawat

c. Petugas lainnya (radiologi, laboratorium, fisiotherapist dll) 2.Pasien

3.Pendamping pasien 4.Pengunjung

1.4.3 Potensi Korban

Potensi Korban adalah orang yang beresiko menjadi korban keselamatan pasien. Berdasarkan buku pedoman Pelaporan Kejadian Keselamatan Pasien (2008) potensi korban dikategorikan sebagai berikut :

1. Karyawan a. Dokter b. Perawat

c. Petugas lainnya (radiologi, laboratorium, fisiotherapist dll) 2. Pasien

(46)

29

4. Pengunjung

1.4.4 Divisi Kejadian

Divisi Kejadian adalah Kejadian yang dikelompokkan berdasarkan katagori spesialisasi Ilmu Kedokteran.Berdasarkan buku pedoman Pelaporan Kejadian Keselamatan Pasien (2008) divisi/ spesialisasi insiden jika melibatkan pasien adalah dikategorikan sebagai berikut :

1. Penyakit Dalam dan Subspesialisasinya 2. Anak dan Subspesialisasinya

3. Bedah dan Subspesialisasinya

4. Obstetri Gynekologi dan Subspesialisasinya 5. THT dan Subspesialisasinya

6. Mata dan Subspesialisasinya 7. Saraf dan Subspesialisasinya 8. Anastesi dan Subspesialisasinya

9. Kulit & Kelamin dan Subspesialisasinya 10.Jantung dan Subspesialisasinya

11.Paru dan Subspesialisasinya 12.Jiwa dan Subspesialisasinya

13.Orthopedi,Traumatologi dan Subspesialisnya 14.Bedah Syaraf dan Subspesialisnya

15.Urologi dan Subspesialisnya

16.Patologi Klinik dan Subspesialisnya 17.Mikrobiologi Klinik dan Subspesialisnya 18.Radiologi dan Subspesialisnya

(47)

30

20.Radiologi dan Subspesialisnya 21.Neurologi dan Subspesialisnya 22.Gizi dan Subspesialisnya 23.Gigi dan Subspesialisnya

1.4.5 Penyebab (petugas)

Penyebab adalah orang yang mengakibatkan terjadinya sebuah insiden. Faktor individu atau petugas sangat berpengaruh terhadap budaya keselamatan pasien seperti, beban kerja, tingkat stress, tingkat kelelahan, perasaan takut disalahkan, perasaan malu, dan keterlibatan keluarga/pasien.(Buerhaus, et.al, 2011)

Berdasarkan buku pedoman Pelaporan Kejadian Keselamatan Pasien (2008) penyebab dari segi petugas dapat dikategorikan sebagai berikut :

a.Dokter b.Perawat

c.Petugas lainnya (radiologi, laboratorium, fisiotherapist dll)

1.4.6 Faktor Pemicu

Faktor pemicu adalah faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya insiden . Berdasarkan buku pedoman Pelaporan Kejadian Keselamatan Pasien (2008) Dalam pengisian penyebab langsung atau akar penyebab masalah dapat menggunakan Faktor kontributor (bisa pilih lebih dari 1) yaitu :

a. Faktor Eksternal / di luar RS b. Faktor Organisasi dan Manajemen c. Faktor Lingkungan kerja

(48)

31

e. Faktor Petugas / Staf f. Faktor Tugas

g. Faktor Pasien h. Faktor komunikasi

1.5 Strategi Pengendalian Kejadian Nyaris Cedera

Program keselamatan pasien (patient safety) adalah program yang bertujuan untuk lebih memperbaiki proses pelayanan, karena sebagian besar KTD dapat merupakan kesalahan dalam proses pelayanan yang sebetulnya dapat dicegah melalui rencana pelayanan yang komprehensif dengan melibatkan pasien berdasarkan hak-haknya (Departemen Kesehatan RI, 2006).

Adanya program keselamatan pasien rumah sakit merupakan suatu sistem dimana rumah sakit menerapkan asuhan pasien yang lebih aman, meliputi kegiatan pengkajian risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko, implementasi solusi agar dapat meminimalkan timbulnya risiko,meminimalisir angka kejadian nyaris cedera, pelaporan dan analisis kejadian, proses belajar dari kejadian, perencanaan tindak lanjut kejadian, serta strategi pencegahan terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Kementerian Kesehatan RI, 2011).

Dengan adanya program keselamatan pasien yang dilaksanakan di setiap rumah sakit, diharapkan dapat mengurangi jumlah insiden keselamatan pasien, yang dimana dapat berpedoman pada 7 Standar Keselamatan pasien yang berdasarkan pada “Buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit” yang diterbitkan

(49)

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah Kejadian Keselamatan Pasien Yang Dilaporakan di RSUPSanglah Denpasar Selama Tahun 2011-2014

Referensi

Dokumen terkait

Proses medis yang dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Paru Jember tergolong baik, dimana terdapat hubungan antara proses medis yang dilakukan

Saya bekerja sesuai jadwal dan dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai prosedur yang telah ditetapkan manajemen rumah sakit.. Dalam melaksanakan

Keselamatan pasien rumah sakit adalah sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pelayanan kesehatan pasien lebih aman dan diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang

Keselamatan Pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis

Data yang diperoleh meliputi nomor rekam medik, nama pasien, umur, jenis kelamin, diagnosa utama dan penyerta, tanggal masuk dan tanggal keluar rumah

Sistem Pelaksanaan Keselamatan Pasien Di Ruang Rawat Inap Dan Kejadian Kecelakaan Pasien Di Rumah Sakit Al Huda Genteng Kabupaten Banyuwangi; Iffah

Standar makanan rumah sakit di Instalasi Gizi RSUP Sanglah Denpasar tertuang dalam Peraturan Pemberian Makanan Rumah Sakit (PPMRS) tahun 2014 yang berisi tentang jumlah

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Keselamatan pasien merupakan suatu sistem yang dapat membuat asuhan pasien lebih aman, meliputi asesmen risiko identifikasi dan pengelolaan risiko pasien,