• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi PAK dalam Masyarakat Majemuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Implementasi PAK dalam Masyarakat Majemuk"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

https://e-journal.stt-star.ac.id/index.php/asteros

Volume 8, No 1, Juli 2020 (01 – 13)

Implementasi PAK dalam Masyarakat Majemuk

Meri Krisna Dewi Sitepu

Sekolah Tinggi Teologi Arastamar Riau

Abstrak: Mewujudkan kerukunan dalam kemajemukan, tidak terlepas dari peran pendidikan.

Pendidikan adalah proses mengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara mendidik. Pelaksanaan PAK dapat berhasil apabila ada kerjasama yang baik dari berbagai pihak seperti: gereja, sekolah sebagai penyelengara, guru sebagai pengajar, kurikulum yang digunakan, sarana dan prasarana yang tersedia serta dukungan masyarakat. Namun sering kali pelaksanaan PAK di gereja maupun di sekolah belum berjalan secara maksimal. Hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran akan pentingnya PAK sehingga pelayanan tersebut dinomor duakan bahkan diabaikan. Adanya suatu pergumulan gereja dan para ahli pendidikan Kristen supaya pelaksanaan PAK dapat dikelolah dengan baik dan menjadi sarana pembentukan kerohaniaan peserta didik untuk masa kini dan masa yang akan datang. Hal tersebut dilakukan dengan memperhatikan kurikulum, kualitas pengajar, metode yang digunakan dan strategi belajar mengajar. Memperhatikan kualitas pengajar/guru adalah sesuatu yang penting. Guru mempunyai tugas utuk membimbing dan memperlengkapi peserta didik serta menjadi teladan bagi mereka. Guru yang berkualitas mampu mengajar dengan baik dan menghasilkan peserta didik yang berkualitas.

Kata kunci: guru Kristen; masyarakat majemuk; PAK

PENDAHULUAN

Indonesia adalah salah satu negara Asia yang terkenal dengan kemajemukan dalam keagamaan, budaya, etnis, bahasa dan lain sebagainya. Secara khusus, dalam konteks kemajemukan agama, di Indonesia terdapat lima agama besar, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha. Walaupun masih ada beberapa agama yang lain dianut masyarakat Indonesia. Setiap agama mempunyai ajaran masing-masing, satu dengan yang lain ada perbedaan. Menurut Stefanus bahwa “salah satu penyebab mengapa orang mengalami kesulitan untuk menjalin hubungan baik dengan yang berbeda agama adalah oleh karena, kecenderungan manusia untuk mempertuhankan agama dan kebenaran agama masing-masing. Bahwa hanya agama kita saja yang benar dan oleh karena itu, semua agama yang lain itu salah. Hanya kita saja yang akan masuk ke sorga dan oleh karena itu, semua orang yang beragama lain pasti akan masuk ke neraka.”1 Hal inilah yang memicu

terjadinya konflik dan sikap antipati sebab satu dengan yang lain sulit untuk menghargai yang beragama lain dan tidak menjalin hubungan baik.

Namun Pancasila telah menjadi dasar negara yang mampu meredam sikap antipati, dan mengubahnya menjadi sikap menghargai satu dengan yang lain. Kerukunan antar umat

1 Daniel Stefanus, Pendidikan Agama Kristen Kemajemukan, (Bandung: Bina Media Informasi,

(2)

beragama di tengah-tengah kemajemukan didukung dan dijamin oleh undang – undang serta ditopang oleh kesadaran adanya toleransi yaitu sikap saling menghargai. Di Indonesia, penganut agama Kristen minoritas. Orang Kristen hidup dilingkungan yang majemuk dalam segala aspek kehidupan. Oleh sebab itu, kehadiran PAK sangat penting supaya orang-orang percaya dapat hidup dan mengaplikasikan imannya dalam kehidupan sehari-hari yaitu menjadi terang dan garam dilingkungan dimana mereka beraktivitas.

Dunia ini selalu mengalami perubahan bahkan sikap manusia sendiri dalam menghadapi kemajemukan dapat berubah. Karena manusia hidup dalam lingkungan yang saling mempengaruhi. Kinilah saatnya untuk lebih memperhatikan PAK dalam konteks gereja maupun konteks sekolah karena itu adalah sarana yang penting dalam pembentukan kerohaniaan peserta didik di gereja maupun di sekolah agar mampu menghadirkan dirinya serta berperan aktif didunia sekitarnya yang majemuk dan tetap mempertahankan imannya.

Sekolah Dan Pendidikan Agama Kristen

Kehendak Allah bagi pendidikan sudah jelas dalam Alkitab. Allah memerintahkan kepada orang tua Israel supaya tidak lalai dalam mendidik anak-anaknya sesuai ketetapan Allah supaya ada generasi yang hidup takut akan Tuhan. Pola hidup untuk melakukan tugas mendidik generasi muda ditetapkan dalam Ulangan 6:4-9. Ketetapan itu mewajibkan setiap keluarga mengabdi kepada Allah karena Allah adalah satu-satunya yang membebaskan mereka dari perbudakan. Allah memerintahkan umatNya untuk tetap taat dan beriman kepada Allah karena mereka hidup di lingkungan yang menyembah kepada berhala dan hidup tidak takut akan Allah, dengan kata lain bahwa Israel hidup dalam berbagai kemajemukan budaya, agama. Yesus memberikan teladan kepada umatNya untuk memperhatikan pendidikan. Yesus mengajar banyak orang sehingga mereka mengerti akan kerajaan Allah. Dalam Matius 28:19-20 Yesus memberi perintah untuk menjadikan semua bangsa muridNya dan mengajarkan mereka untuk melakukan segala sesuatu yang telah diperintahkanNya.

Untuk menghasilkan generasi yang takut akan Tuhan dan tetap mempertahankan imannya walaupun hidup di lingkungan yang majemuk maka tugas dan tanggung jawab gereja khususnya orang tua memberikan pendidikan sedini mungkin. Supaya orang tua dapat mendidik anak-anak dengan benar maka gereja harus membekali orang tua dalam pendidikan sehingga diterapkan dalam keluarga. Pendidikan adalah sesuatu yang sangat penting, bertugas untuk membangun kualitas manusia seutuhnya, serta kehidupan fisik, intelek, moral, spiritual dan sosial-kultural individu dan kelompok.

Pendidikan di Indonesia telah mengalami kemajuan, saat ini tidak hanya memperhatikan ilmu-ilmu teknologi, ekonomi, sosial, medis tetapi sudah menyangkut bidang spiritual dan moral. Karena itu dalam kurikulum pendidikan di sekolah dasar, menengah sampai perguruan tinggi sudah ada mata pelajaran agama. Walaupun semakin tinggi jenjang pendidikan maka pelajaran agama yang diterima semakin sedikit bahkan di pasca sarjana tidak mendapat pelajaran agama. Maka di Indonesia ada orang-orang tertentu yang mengajar, yang disebut guru dan dosen agama Kristen.

(3)

PAK merupakan salah satu bagian untuk mencapai tujuan pendidikan Nasional Indonesia. Fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional tertulis dalam UU RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Bab II pasal 3). Dalam undang-undang dan peraturan pemerintah tentang pendidikan, pendidikan agama mendapat tempat penting dalam setiap jenjang pendidikan. Dengan diberikannya waktu dua jam dalam satu minggu untuk mata pelajaran agama mulai dari sekolah dasar sampai sekolah menengah umum dan di perguruan tinggi hanya di awal semester.

Dalam pelaksanaan pendidkan agama masih mengalami kegagalan, menurut Daniel hal ini disebabkan beberapa faktor, yaitu:

− Pendidikan agama masih berpusat pada hal-hal yang bersifat simbolis, ritualistik. Melakukan ibadah hanya sebagai simbolis dan dianggap sekuler dengan pergi ketempat ibadah dengan berbondong-bondong hanya untuk meramaikan. Umat beragama memandang agamanya hanya sebatas masalah ritual dan segi formalitas dalam agama.

− Pendidikan agama cenderung bertumpu pada penggarapan rana kognitif (intelektual). Adanya pengetahuan dan dorongan emosional untuk melaksanakan ajaran agama tetapi tidak dapat benar-benar mewujudkan dalam tindakan nyata.

− Pendidikan agama di sekolah selama ini tidak berhasil meningkatkan etika dan moralitas peserta didik. Di sekolah hanya menghafal ajaran agama dan mendapaat nilai akademik yang bagus tetapi tidak mampu menampilkan perbaikan moral karena mengutamakan intelektual dan mengabaikan perubahan hidup.

− Pendidikan agama di Indonesia dipahami hanya sebuah ilmu bukan laku. Penguasaan hafalan yang berhubungan dengan agama akan lebih ditekankan dari pada iman.

− Orang tua menyerahkan sepenuhnya urusan pendidikan agama kepada sekolah. Orang tua yang mempunyai pemahaman bahwa sekolah adalah satu-satunya tempat mendapatkan bekal masa depan dalam kehidupannya dan orang tua lepas tanggung jawab. Padahal anak lebih banyak waktu di rumah untuk mendapatkan pendidikan agama dibandingkan disekolah yang hanya dua jam dalam satu minggu.2

PAK disekolah dirancang sebagai satu kesatuan program yang berlangsung melalui tahapan-tahapan dari jenjang TK sampai Perguruan Tinggi. Baik disekolah Kristen maupun sekolah negeri dan swasta belum cukup bila diperlukan sekedar sebagai bidang studi atau pengetahuan saja. Di daerah yang mayoritas masyarakat kristen, tenaga pengajar yang tetap atau yang khusus tidak tersedia, sehingga dirangkap oleh guru bidang setudi

(4)

yang lain. Mengajar agama masih dianggap pekerjaan yang mudah dan tidak perlu dilakukan guru yang ahli di bidang agama. Sebenarnya PAK mempunyai tanggungajawab yang besar dan tidak boleh disamakan dengan bidang studi lainnya. Selain dari segi pengetahuna, ajaran agama menyangkut iman atau keyakinan yang berkaitan dengan perasaan dan penghayatan. PAK bukan hanya berkaitan dengan mata pelajaran tetapi menjadi tolak ukur dalam membuat pertimbangan dan cermin bagi peserta didik dalam menyelami seluruh pelajaran.

Keberhasilan pelaksanaan PAK yang bermutu dan berkualitas ditentukan oleh bebarapa faktor, yaitu mutu dan kualitas guru, mutu kurikulum, kemampuan peserta didik, sarana dan prasarana, peraturan dan undang-undang tentang pendidikan dan pelaksanaannya serta dukungan dari sekolah dalam penyelenggaraan PAK. Namun pada kenyataannya masih banyak pergumulan pelaksanaan PAK di sekolah. Berikut ini akan diuraikan mutu dan kualitas serta pergumulan dalam penyelenggaraan PAK di sekolah.

Guru yang Berkualitas

Sekolah adalah tempat proses belajar mengajar. Pada proses pendidikan formal, ada yang bertugas sebagai guru yang berfungsi untuk mengajar dan murid-murid untuk diajar. Guru bertugas mengajar, mendidik dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup; mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan iptek; melatih mengembangkan keterampilan siswa dalam bidang kemanusiaan. Di sekolah, guru sebagai orang tua kedua yang memberi dan membangun motivasi murid-muridnya untuk belajar serta menambah wawasan dalam berbagai hal dalam bidang kemasyarakatan.

PAK bertujuan untuk meningkatkan potensi spiritul dan membentuk peserta didik agar menjadi individu yang beriman kepada Tuhan Yesus Kristus. Karena PAK berkaitan dengan iman maka seharusnya pengajar PAK adalah mereka yang telah dan harus dipersiapkan secara khusus. Dalam arti, ia harus lebih mengerti akan Firman Tuhan dan mendapatkan pendidikan teologia dengan spesifikasi pendidikan agama kristen. Dengan demikian sekolah mempunyai pendidik atau guru yang berkualitas dengan berbagai kompetensi, yaitu mempunyai spiritualitas yang baik, pengetahuan teologis, terampil mengajar, dan kemampuan memahami Firman Tuhan dan menjadi teladan dalam perkataaan dan perbuatannya.

Guru wajib memiliki dan meningaktakan diri dalam berbagai kualifikasi, seperti halnya yang ditetapkan Undang-undang guru dan dosen, yang mengemukakan bahwa “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujaun pendidikan nasional” (Bab IV, pasal 8). Berkaitan dengan aspek kompetensi guru, ada beberapa dimensi yang harus dikembangkan. “Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagodik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi” (Bab IV, pasal 10).

Menurut B.S. Sijadbat, “guru Kristen sepatutnya menanggapi secara positif dan konstruktif keempat bidang kompetensi yang sudah dikemukakan, yaitu kompetensi

(5)

kepribadian, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi pedagogis atau mengajar.”3

Kualitas Kepribadian Guru

Yang harus dimiliki guru adalah kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, berbudi luhur serta layak dijadikan teladan. Mempunyai pribadi yang demikian dapat dipelajari melalui pendidikan dan pelatihan. Tetapi tidak dapat dipungkira bahwa manusia terbatas dan membutuhkan pertolongan Tuhan melalui pribadi Yesus dan Roh Kudus dan FirmanNya. Allah memberikan pertolongan bagi guru untuk menjadi pribadi yang dewasa dalam iman.

Sikap yang perlu dikembangkan adalah pengenalan jati diri sebagai orang kristen yaitu memberikan dirinya secara penuh kepada Yesus. Guru harus bertumbuh dalam pengenalan yang semakin mendalam dan lengkap tentang pribadi Yesus. Dengan demikian memungkinkan adanya perubahan dalam seluruh aspek kehidupannya, dan dapat mengajar peserta didik bukan hanya dengan pengetahuan tetapi juga pengalaman hidup. Giat belajar dan berlatih dapat bertumbuh dalam kepribadian yang sehat merupakan pekerjaan Roh Kudus. Roh kudus bukan hanya mendewasakan iman, peningkatan kualitas atau kesadaran akan kesucian hidup melainkan juga memberikan kekuatan dalam rangka mengemban profesi sehari-hari.

Guru harus memiliki konsep diri yang positif. Dengan konsep diri yang positif maka guru dapat berkembang secara sehat dalam relasi dengan orang lain, bertumbuh dalam penerimaan dirinya dan mengembangkan dirinya dalam segi kesediaan berkorban demi orang lain dan mengutamakan kepentingan orang lain. Cara pandang guru terhadap dirinya sendiri akan mempengaruhi cara pandangnya terhadap peserta didik. Ketika ia menghargai dirinya sebagai umat tebusan Kristus maka ia juga akan menghargai peserta didik.

Kompetensi Sosial

Kemampuan bersosialisasi harus diperhatikan oleh guru yang berkaitan dengan kemampuan berkomunikasi dan membangun relasi secara sehat. Guru berhadapan dengan peserta didik yang mempunyai latar belakang yang berbeda, banyak kemajemukan yang ditemukan dan guru harus mampu membuat mereka berinteraksi dalam proses belajar mengajar. Peran sosial guru bukan hanya mampu berkomunikasi dengan peserta didik tetapi juga berhubungan dengan rekan kerja, orang tua dan wali murid serta masyarakat disekitarnya. Hal ini dapat dilakukan dengan baik ketika guru mau belajar dari kebenaran Firman Tuhan tentang komunikasi dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Injil matius di jelaskan bahwa “Segala sesuatu yang kamu kehendaki orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka...” (Mat 7:12). Hal tersebut menjadi pedoman untuk membengun relasi dengan baik. Manusia harus menunjukkan kasih kepada sesama dan melakukan sesuatu dengan tulus.

(6)

Kompetensi Profesional

Undang-undang guru dan Dosen (2005) juga mengindikasikan bahwa seorang guru profesional berarti memiliki dan mengembangkan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam. Seorang guru profesional benar-benar ahli dibidangnya dan menguasai ilmu yang diajarkan. Untuk tujuan itu, Sidjabat menjelaskan, “guru harus berusaha mengembangkan empat perkara: 1) memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; 2) memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi dengan

materi ajar; 3) memahami hubungan konsep antarmata pelajaran yang berkaitan; dan 4) menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari. Supaya mampu

mendalami ilmu yang diajarkan, guru juga perlu menguasai struktur dan metodologi keilmuannya. Menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan atau materi bidang studi menjadi keharusan bagi setiap guru.”4 Dengan demikian guru dapat mengajar secara profesional.

Kemampuan Mengajar

Kemampuan mengajar atau kompetensi pedagogis sangatlah penting dimiliki oleh seorang guru PAK. Dengan kemampuan tersebut, peserta didik dapat mengerti dengan jelas tentang mata pelajaran yang diajarkan guru. Kemampuan mengajar bukan hanya kecakapan dalam menyampaikan materi tetapi berkaitan dengan kemampuan memahami dan menetapkan tujuan, metode pengajaran, menciptakan suasana belajar yang baik dan aman serta mengelolah kelas dengan tugas kelompok dan membuat peserta didik memahami dan mematuhi aturan tata tertib pembelajaran tanpa ada rasa tekanan, terpaksa.

Yang menjadi pergumulan disekolah-sekolah adalah kurangnya guru-guru agama Kristen. Pemerintah kurang memperhatikan formasi pengangkatan guru agama kristen. Banyak peserta didik yang beragama kristen tidak mendapatkan pelajaran agama kristen karena tidak adanya guru agama kristen yang mengajar. Ada kalanya sekolah menugaskan guru honor yang menjadi pengajar agama bahkan ada guru yang tidak pada bidangnya. Guru-guru tersebut bukanlah berlatar belakang pendidikan guru agama. Adanya guru PAK yang mengajar karena tuntutan kerja dan tidak menganggap penting PAK, tidak memiliki pribadi yang dapat menjadi teladan. Dengan demikian pelaksanaan PAK di sekolah tidak dapat dilaksanakan secara maksimal karena keterbatasan guru yang berkualitas dalam PAK.

Kurikulum yang Bermutu

Dalam Undang-undang Sidiknas No 20 Tahun 2003, mendefenisikan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Bab I, pasal 1, ayat 19). Ada tiga variabel utama yang saling berkaitan dalam strategi pelaksanaan pendidikan di sekolah. Ketiga variabel tersebut adalah kurikulum, guru dan pengajaran atau proses belajar mengajar.5

4 Ibid., 87-88

(7)

Keberhasilan pelaksannan PAK tidak bergantung sepenuhnya pada kurikulum yang baik. Namun kedudukan kurikulum sangat penting, sebagai suatu alat mencapai tujuan pendidikan.

Pengembangan kurikulum merupakan proses dinamika sehingga dapat merespon terhadap tuntutan perubahan stuktural pemerintahan, perkembangan ilmu dan teknologi maupun globalisasi. Oemar Hamalik menjelaskan tentang kebijakan umum dalam pembangunan kurikulum nasional mencakup prinsip-prinsip:

1. Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestika. 2. Kesamaan memperoleh kesempatan.

3. Memperkuat identitas nasional. 4. Menghadapi abad pengetahuan.

5. Menyongsong tantangan teknologi informasi dan komunikasi. 6. Mengembangkan keterampilan hidup.

7. Mengintegrasikan unsur-unsur penting ke dalam kurikulum. 8. Pendidikan alternatif.

9. Berpusat pada anak sebagai pembangunan pengetahuan. 10. Pendidikan multikultural.

11. Penilaian berkelanjutan. 12. Pendidikan sepanjang hayat.6

Khusus menyangkut PAK, Kurikulum pendidikan agama kristen yang telah ditetapkan pemerintah telah mengalami beberapa kali perubahan. Mulai dari kurikulum tahun 1974, 2004 dan saat ini muncul kurikulum berbasis kompetensi. Janse menjelaskan bahwa “penetapan standar kompetensi dan kompetensi dasar saja belumlah memadai jika tidak dilengkapi dengan penjelasan bingkai materi. Hal itu penting sebagai pertanggungjawaban teologis. Karena mengajar PAK bukan sekedar mengajar nilai-nilai Kristiani melainkan nilai-nilai kristiani yang berasal dari Teologia yang baik dan benar.7

KBK memberi penekanan penting pada proses dan pengalaman belajar dan bukan pada hasil. Dalam rangka mencapai hasil belajar yang optimal, maka peserta didik dibekali dengan berbagai pengalaman belajar yang terproses secara rinci dan teratur sehingga peserta didik belajar mengenai bagaimana cara belajar yang baik dan menerapkan pengetahuannya di masyarakat.

Sarana dan Prasarana

Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan.8 Dan prasarana adalah segala yang merupakan penunjang utama

terselenggaranya suatu proses.9 Dalam hal ini adalah penunjang dalam proses belajar

6 Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Sekolah Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia dengan PT Remaja Rosdakarya, 2007), 3-4

7 Jansen Belandina Non-Serrano, Profesionalisme Guru dan & Bingkai Materi, (Bandung: Bina

Media Informasi, 2009), 71-72

8 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai

Pustaka, 1999), 880

(8)

mengajar disekolah. Kenyamanan yang dirasakan guru dalam mengajar dan peserta didik yang mendengarkan pengajaran sangat memudahkan berjalannya pelajaran di kelas.

Dalam pelaksanaan PAK dibutuhkan ruangan yang memadai, aman dan nyaman serta bersih dan peralatan yang lengkap. Misalnya, kursi, meja, papan tulis, LCD dan lain-lain. Untuk mengadakang sarana dan prasarana yang lengkap dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak. Dalam proses terjadinya belajar efektif selalu diperlukan media atau alat bantu pembelajaran. Media sering diartikan sebagai alat penolong dalam kegiatan belajar dan biasanya meliputi orang, bahan, peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kondisi guna memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar, pengetahuan, spiritual, moralitas, sikap dan keterampilan di sekolah.

Salah satu penyebab pelaksanaan PAK di sekolah tidak maksimal adalah keterbatasan sarana dan prasarana di sekolah. Sekolah tidak menyediakan sarana yang memadai. Ada kalanya guru mengajar berpindah pindah tempat, bukan di kelas tetapi diperpustakaan atau diruang kecil yang sempit dan pasilitas tidak memadai. Bahkan seorang guru agama sering kali membawa muridnya ke luar sekolah seperti gereja atau salah satu rumah peserta didik hanya untuk belajar PAK. Guru dan peserta didik yang tetap antusias dalam belajar PAK walaupun dalam kondisi yang memprihatinkan, mereka adalah pejuang-pejuang rohani yang luar biasa dan patut mendapat dukungan dan support dari gereja, orang tua murid, lingkungan dan pemerintah. Sehingga dengan adanya dukungan dari berbagai pihak maka sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan PAK dapat dilengkapi dengan baik.

Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Tentang Pendidikan

Indonesia adalah negara yang mempunyai undang-undang dalam menjalankan roda pemerintahan, salah satunya adalah Undang-udang No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Pemerintah memberikan kebebasan kepada setiap warga negara untuk mengikuti pendidikan. Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu (Bab IV, Pasal 5, Ayat 1). Dan tentang peserta didik bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak: mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama (Bab V, Pasal 12, Ayat 1a).

Dan pemerintah juga telah memberi kebebasan untuk mengadakan pendidikan agama di sekolah. Hal ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah No 55 tahun 2007 tentang pendidikan agama dan pendidikan keagamaan bahwa pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan (Bab I, Pasal 1).

Peraturan dan undang-undang yang dibuat pemerintah sangatlah bagus. Namun dilapangan tidak berjalan dengan baik, dengan kata lain teori dan praktek berbeda. Salah satunya adalah undang-undang menyatakan bahwa setiap siswa berhak mendapatkan pendidikan sesuai dengan agama dan kepercayaannya dan sekolah wajib menyediakan

(9)

sarana dan prasarana untuk itu, tetapi pada kenyataannya masih banyak peserta didik yang tidak menerima pelajaran agama sesuai agama yang dianut. Namun dipahak lain, peraturan pelaksanaan pendidikan menyatakan bahwa jika terdapat sepuluh orang siswa penganut suatu agama tertentu dalam satu kelas, maka dikelas itu barulah wajib pelajaran agama bersangkutan diberikan dua jam perminggu. Jika kurang dari sepuluh orang maka siswa yang bersangkutan dibina oleh pembina rohani. Penerapan peraturan tersebut simpang siur di sekolah. Contohnya, Sekolah Dasar Negeri di Tanggul-Jember, peserta didik yang beragama Kristen tidak mendapat mata pelajaran agama kristen di sekolah. Apabila ada jam pelajaran agama, maka mereka yang beragama kristen mengikuti pelajaran agama islam. Jadi mata pelajaran agama yang mereka terima tidak sesuai dengan agamanya.

Dalam realitas, ada sekolah negeri yang tidak menerima guru agama kristen padahal peserta didik di sekolah tersebut ada yang beragama kristen. Namun ada sekolah-sekolah tertentu yang menerima guru agama tetapi sistem pelaksanaannya adalah bahwa seluruh siswa dari semua jenjang kelas digabung dalam satu kelas dalam sekali pertemuan saja. Kurikulum yang dipakai tidak beraturan dan tidak tahu lagi kurikulum mana yang harus diterapkan bagi mereka. Dengan situasi yang demikian, tidak memungkinkan tercapainya hasil belajar yang maksimal.

Keterlibatan Semua Pihak

Keberhasilan pelaksanaan PAK di sekolah tidak bergantung hanya pada satu pihak khususnya dalam menghadapai hambatan-hambatan yang terjadi. Yang diperlukan adalah kerjasama dan keterlibatan semua pihak.

Gereja

Gereja tidak dapat lepas tanggungjawab dalam penyelengaraan PAK di sekolah. PAK merupakan tugas utama gereja, kemudian berkembanga keluar gereja yaitu keluarga, masyarakat dan sekolah. PAK disekolah adalah salah satu bentuk pendidikan agam kristen disamping katekisasi, Sekolah minggu dan pembinaan warga gereja yang seharusnya juga merupakan tanggungjawab gereja. Gereja-gereja sering tidak memperdulikan PAK di sekolah-sekolah terutama disekolah negeri atau swasta non kristen karena menganggap itu wewenang serta tangungjawab pemerintah dan sekolah bukan gereja. Banyak gereja yang belum memahami hakekat PAK di sekolah dan tanggungjawabnya dalam mencapai tujuan PAK. Tujuan tertinggi dari PAK adalah membawa setiap orang kepada perjumpaan dengan Yesus Kristus, dan peserta didik mengalami pertumbuhan rohani serta menghasilkan buah-buah rohani di dalam hidupnya.

Gereja harus memperhatikan PAK di sekolah dan terlibat di dalamnya karena PAK di sekolah merupakan salah satu sarana dalam menjalankan misi Allah yang holistik. Gereja dapat berupaya menyediakan guru PAK kepada sekolah-sekolah yang membutuhkan dengan cara membekali jemaat dan memberi dukungan untuk menjadi guru PAK dan tidak menganggap rendah jemaat yang sudah mengabdi di sekolah sebagai guru PAK.

(10)

Pemerintah

Pemerintah mempunyai peran penting dalam pendidikan. kemajuan bangsa salah satunya dipengaruh oleh pendidikan yang baik. Dengan adanya pendidikan maka warga negara akan mempunyai pemikiran yang maju dan mampu bekerja dengan pengetahuan berkembang. Khususnya dalam pendidikan agama, supaya masyarakat mempunyai spiritual dan moral yang baik. Pemerintah hendaknya membuat peraturan yang dapat melindungi peserta didik dalam hal mendapatkan pendidikan agama yang sesuai dengan agamanya masing-masing.

Pemerintah juga harus memperhatikan guru-guru yang mengajar PAK bukan hanya sebagai honor tetapi pengajar tetap dan tidak membuat perbedaan dengan guru-guru mata pelajaran lainnya. Tidak efektif jika murid hanya berjumlah puluhan orang penganut agama tertentu dalam sebuah sekolah dan hanya memiliki satu guru agama yang berstatus pegawai negeri dan harus mengajar empat puluh jam perminggu, tetapi pemerintah hendaknya memberi peluang yang seluas-luasnya bagi penyelenggaraan PAK di sekolah.

Sekolah

Sekolah adalah tempat penyelenggaraan PAK. Sekolah mempunyai peranan yang penting memberikan kenyamanan dalam proses belajar mengajar, memperhatikan keadaan murid dan menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung proses belajar mengajar. Sekolah hendaknya terbuka untuk menerima guru agama kristen dan memperhatikan peserta didiknya.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan haruslah memberi dukungan penuh bagi terselenggaranya PAK di sekolah, dengan mengadakan kurikulum dan sarana, prasarana yang baik serta menyediakan guru yang berkualitas, maka hasilnya akan maksimal.

Guru

Guru adalah pengajar yang diperlukan di sekolah. Dengan adanya guru maka kurikulum yang ada dapat diterima oleh peserta didik. Keberhasilan materi kurikulum banyak tergantung pada guru sebagai pengelolah mata pelajaran. Sebagai pengajar, guru harus aktif dan kreatif dalam mengelolah PAK di sekolah.

Peserta Didik

Peran peserta didik tidaklah kalah pentingnya, walaupun guru, sekolah, sarana dan prasarana lengkap tetapi tidak ada peserta didik maka penyelenggaraan PAK tidak akan berjalan. Dalam penyelenggaraan PAK di sekolah diperlukan peserta didik yang memiliki antusias tinggi dalam memberi respon terhadap proses belajar mengajar khususnya mata pelajaran agama kristen. Dengan demikian, kerjasama semua pihak sangat diperlukan dalam keberhasilan pelaksanaan PAK yang bermutu dan berkualitas.

IMPLEMENTASI PAK DALAM MASYARAKAT MAJEMUK

Sebagaimana yang telah penulis kemukakan pada bagian sebelumnya, bahwa pelaksanaan PAK di sekolah sangatlah penting dan beberapa faktor yang mendukung keberhasilan pelaksanaan PAK yang bermutu dan berkualitas maka diperlukan kerjasama semua pihak. Menurut penulis, sekolah dan PAK belum berjalan pada kenyataannya.

(11)

Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam upaya implementasi PAK dalam masyarakat majemuk khususnya disekolah adalah sebagi berikut:

Sosialisasi PAK kepada Semua Pihak

Langkah pertama yang ditempuh untuk mengimplementasikan PAK dalam masyarakat majemuk dalam konteks sekolah, yaitu mensosialisasikan pentingnya PAK kepada semua pihak yaitu, gereja, pemerintah, sekolah, guru, serta peserta didik dan masyarakat. Sebagaimana yang telah penulis jelaskan bahwa masih banyak pergumulan dalam pelasanaan PAK dan salah satu penyebabnya adalah kurangnya pemahaman akan pentingnya PAK. Pendidikan agama kristen dianggap tidak penting dan hanya sebagai pengetahuan belaka tanpa adanya perubahan hidup dan komitmen peserta didik.

Sosialisasi PAK sangat penting untuk memperoleh pengertian bersama dan kerjasama dari semua pihak sehingga pelaksanaan PAK di sekolah berjalan dengan baik dan berkualitas.

Pembelajaran yang Produktif

Mewujudkan model pembelajaran yang bertujuan mencapai transformasi nilai-nilai Kristen dalam kehidupan dan memberikan ruang yang sama terhadap keunikan yang berbeda dalam pengembangan pemahaman iman kristen. Dalam pengajaran PAK di sekolah, metode dan pendekatan serta model yang dipilih merupakan alat komunikasi yang baik antara pengajar dan anak didik, sehingga setiap pengajaran dan uraian PAK yang disajikan dapat memberikan motivasi belajar.

Yang perlu diupayakan adalah pengajaran yang bersifat oikumenis, jangan mengutamakan ajaran satu aliran atau organisasi gereja bahkan jangan memaksa siswa menjadi anggota gereja tertentu. Selain jam pelajaran agama maka ada kegiatan ekstra kurikuler yang bersifat gerejawi tetapi tidak mengkhususkan satu organisasi saja. Misalnya, ketika membahas tentang tata cara ibadah, maka peserta didik dapat dibawa mengikuti di berbagai organisasi sehingga peserta didik mengenal kemajemukan dalam gereja. Sehingga nyata bahwa kekristenan mewarnai seluruh kegiatan dan menjiwai suasana kerja maupun hubungan dengan sesama.

Selama ini pembelajaran PAK cenderung kearah pembahasan tematik teoritik sehingga terkesan bahwa pengajaran PAK terdiri dari materi hafalan belaka. Padahal implikasi PAK berisikan ajaran kristen, norma, dan didikan yang berfungsi memampukan peserta didik memahami kasih dan karya Allah dalam kehidupan sehari-hari dan membantu peserta didik mentransformasikan nilai-nilai kristen dalam kehidupan sehari-hari.

Motivasi belajar yang kurang dalam mempelajari PAK karena adanya anggapan bahwa mata pelajaran PAK hanya untuk memenuhi syarat kelulusan dan informasi tentang Alkitab dan Allah serta karyaNya dan tidak dapat mengubah prilaku dan karakter peserta didik sebagaimana yang diharapkan setiap orang kristen. Hal tersebut dipengaruhi oleh cara guru dalam memberikan materi pelajaran PAK yang monoton dan membosankan serta pemahaman para murid bahwa pelajaran PAK hanya untuk mendapatkan nilai akademik

(12)

sehingga pelajaran PAK dirasakan tidak bermanfaat, tidak menarik dan akhirnya tidak mencapai tujuan PAK.

Pembelajaran yang kurang produktif dan guru tidak menguasai materi akan gagal dalam membekali peserta didik. Mereka tidak mampu memecahkan persoalan dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat mempertahankan iman dalam lingkungan yang majemuk. Oleh sebab itu pentingnya pembelajaran yang produktif dan guru yang berkualitas.

Mewujudkan kerjasama

Upaya peningkatan kualitas diri dan karya guru supaya dapat menunaikan tugas mengajar secara efektif begitu mendesak. Oleh sebab itu pihak lembaga-sekolah, yayasan atau gereja juga pribadi guru membutuhkan kerjasama dalam peningkatan kualitas yang dimaksud. Apalagi UU guru dan dosen menegaskan bahwa tugas guru begitu besar, “guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah” (Bab I, pasal 1, ayat 1)

Pemerintah dapat mengadakan pelatihan-pelatihan kepada guru-guru dan sekolah mengutus guru untuk mengikuti pelatihan tersebut. Banyak manfaat yang didapat ketika mengikuti pelatihan bukan hanya mendapatkan ilmu pengetahuan tetapi juga guru-guru dapat berelasi satu dengan yang lainnya. Gereja juga dapat memperlengkapi guru yang menjadi anggotanya supaya bertanggungjawab dan sungguh-sungguh melakukan tugas panggilan yang Tuhan berikan sebagai pengajar.

Demikian juga dalam memperlengkapi sarana dan prasarana di sekolah, hendaklah pemerintah memberikan dana secara merata dan sekolah dapat mempergunakan dana tersebut sesuai kebutuhan sehingga proses belajar mengajar di sekolah dapat berjalan dengan baik. Khususnya dalam pelaksanaan PAK dengan ruangan dan perlengkapan yang lengkap sehingga guru dan peserta didik merasa nyaman dalam proses belajar mengajar.

KESIMPULAN

Pendidikan agama kristen di sekolah adalah alat strategis dalam pembentukan iman terutama menghadapi masyarakat mejemuk. Peserta didik yang telah menerima PAK mulai dari jenjang pendidikan tingkat dasar hingga perguruan tinggi, diharapkan menjadi bekal utama dalam hidupnya sehingga mampu mempertahankan imannya dan hidup rukun ditengah-tengah lingkungan yang berbeda agama, suku dan budaya. Untuk itulah PAK di sekolah harus dikelolah dengan serius dan penuh tanggungjawab.

Dalam keberhasilan pelaksanaan PAK di sekolah didukung guru yang berkualitas, kurikulum, kemampuan peserta didik, sarana dan prasarana, peraturan dan undang-undang serta sekolah yang menyelengarakan PAK. Satu dengan yang lain saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Dan dalam pelaksanaannya ada hambatan-hambatan yang dihadapi yang tetap menjadi pergumulan. Seiring berjalannya waktu dan pemahaman yang benar

(13)

tentang pentingnya PAK serta adanya kerjasama semua pihak akan mengurangi atau memperkecil hambatan-hambatan tersebut.

Dengan adanya kerjasama semua pihak dalam proses PAK di sekolah maka tujuan PAK akan tercapai, yaitu pertobatan, pertumbuhan rohani, pemuridan dan pembentukan spiritual sampai kepada taraf kedewasaan iman. Dengan cara memperkenalkan Allah Tritunggal dan karya-karyaNya supaya peserta didik bertumbuh dalam iman, menanamkan pemahaman tentang Allah Tritunggal supaya peserta didik mampu memahami dan menghayatinya. Dengan demikian, generasi Indonesia mampu menghayati imannya secara bertanggungjawab serta berakhlak mulia ditengah masyarakat yang majemuk.

DAFTAR PUSTAKA

Awulle, Clartje Silvia E. “Penyelenggaraan Pendidikan Kristen Sebagai Pemenuhan Hak Asasi Manusia.” SIKIP Jurnal Pendidikan Agama Kristen 1, no. 1 (2020): 25–37. Benyamin, Prislika issak, Yogi Mahendra, and Donald Samuel Slamet Santosa. “Metode

Pembelajaran Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen: Studi Meta Analisis.” SOTIRIA (Jurnal Teologi dan

Pelayanan Kristiani) 3, no. 1 (2020): 25–35.

http://sttpaulusmedan.ac.id/e-journal/index.php/sotiria/article/view/17.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999

Hamalik, Oemar, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: Sekolah

Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dengan PT Remaja Rosdakarya, 2007

Hartono, Handreas. “Kurikulum PAK Yang Kontekstual Bagi Usia Lanjut Dan Aktual.”

KURIOS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen) 1, no. 1 (2013): 11–21.

Hartono, Handreas. “Membentuk Karakter Kristen Pada Anak Keluarga Kristen.” KURIOS

(Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen) 2, no. 1 (2014): 62–69.

www.sttpb.ac.id/e-journal/index.php/kurios.

Hasugian, Johanes Waldes. “Kurikulum Dan Pembelajaran Warga Jemaat Dewasa Di Gereja.” KURIOS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen) 5, no. 1 (2019): 36–53.

Hasugian, Johanes Waldes. Menjadi Guru PAK Profesional Melalui Supervisi Pendidikan

Agama Kristen. 2nd ed. Medan: CV. Mitra, 2016.

Hasugian, Johanes Waldes. Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Agama Kristen Yang

Efektif. Prodi Teologi STT-SU, 2016.

Nainggolan, Jon M, PAK Dalam Masyarakat Majemuk, Bandung: Bina Media Informasi, 2009

Non-Serrano, Jansen Belandina, Profesionalisme Guru dan & Bingkai Materi, Bandung: Bina Media Informasi, 2009

Samuel, Donald, Slamet Santosa, Donna Sampaleng, and Abdon Amtiran. “Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran.” SIKIP: Jurnal Pendidikan

Agama Kristen 1, no. 1 (2020): 11–24.

Sidjabat, B.S, Mengajar Secara Profesional, Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2009 Stefanus, Daniel, Pendidikan Agama Kristen Kemajemukan, Bandung: Bina Media

Informasi, 2009

Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: C.V Sinar Baru, 1988

Referensi

Dokumen terkait

Pada sub pelajaran ini juga, pemberian materi yang dilakukan oleh guru dapat disesuaikan dengan latar belakang peserta didik. Misalnya peserta didik berasal dari organisasi

Jika latar belakang peserta didik berbeda, kemungkinan besar hasilnya juga tidak sama dan perlu dicatat bahwa tidak semua pokok bahasan dalam semua mata pelajaran cocok dengan

8 Wasty Soermanto, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Rineke Cipta, 2003), h.. dari 105 peserta didik yang ada, sekitar 2/3 peserta didik disana mempunyai latar belakang ekonomi

Guru bersama dengan peserta didik menentukan tema/ topik.  Guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk membuat Laporan hasil penyelidikan tentang pluralitas masyarakat

Di samping itu, melalui pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik, diharapkan guru menggunakan berbagai media teknologi informsi untuk membantu peserta didik

Setiap guru mempunyai kepribadian, latar belakang, dan pengalaman mengajar yang berbeda. Semua itu merupakan hal intern guru yang dapat mempengaruhi pemilihan

Hal ini dimungkinkan terjadi karena latar belakang guru dan peserta didik serta lingkungan sekolah yang merupakan masyarakat suku Jawa sehingga baik guru maupun peserta didik lebih

√ peserta didik berasal dari etnis yang sama  Apakah para peserta didik di kelas memiliki latar belakang budaya yg sama?. √ peserta didik memiliki latar belakang yg sama  Apakah