• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANGAN PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN GANTI KERUGIAN NEGARA/DAERAH TERHADAP BENDAHARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RANCANGAN PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN GANTI KERUGIAN NEGARA/DAERAH TERHADAP BENDAHARA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANGAN

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG

TATA CARA PENYELESAIAN GANTI KERUGIAN NEGARA/DAERAH TERHADAP BENDAHARA

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK NDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 22 ayat (4) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara perlu menetapkan Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan tentang Tata Cara Penyelesaian Ganti Kerugian Negera/Daerah terhadap Bendahara.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Lembaran

Negara Nomor 4355);

3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389);

4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4400);

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 4654).

Setelah Berkonsultasi dengan Pemerintah, MEMUTUSKAN,

Menetapkan : PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN GANTI KERUGIAN NEGARA/DAERAH TERHADAP BENDAHARA.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :

1. Bendahara adalah setiap orang atau badan yang di beri tugas untuk dan atas nama negara/daerah, menerima, menyimpan, dan menbayar/ rnenyerahkan uang atau surat berharga atau barang-barang negara/ daerah.

2. Tim Penyelesaian Kerugian Negara/Daerah adalah tim, yang menangani penyelesaian kerugian negara/daerah yang diangkat oleh pimpinan instansi yang bersangkutan, selanjutnya disebut TPKN/D.

3. Piutang Negara/Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Pemerintah Pusat/Daerah dan/atau hak Pemerintah Pusat/Daerah yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau akibat lainnya yang sah.

4. Kerugian Negara/Daerah adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai.

5. Surat keterangan tanggung jawab mutlak adalah surat keterangan yang menyatakan kesanggupan dan/atau pengakuan, bahwa yang bersangkutan

(2)

bertanggung jawab atas kerugian negara/daerah yang terjadi dan bersedia mengganti kerugian negara/daerah dimaksud, selarjutnya disebut SKT JM.

6. Surat keputusan pembebanan sementara adalah surat keputusan yang dikeluarkan oleh menteri/ pimpinan lembaga/kepala badan-badan lain/ gubernur/ bupati/ walikota tentang pembebanan penggantian sementara atas kerugian negara/ daerah sebagai dasar untuk melaksanakan sita jaminan.

7. Surat keputusan penetapan batas waktu, adalah surat keputusan yang dikeluarkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan tentang pemberian kesempatan kepada bendahara untuk mengajukan keberatan atau pembelaan diri atas tuntutan penggantian kerugian negara/daerah, selanjutnya disebut SK-PBW.

8. Surat keputusan pencatatan adalah surat keputusan yang dikeluarkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan tentang proses penuntutan kasus kerugian negara/daerah untuk sementara tidak dapat dilanjutkan karena bendahara tidak diketahui keberadaannya dan tidak memiliki ahli waris.

9. Surat keputusan pembebanan adalah surat keputusan yang dikeluarkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan yang mempunyai kekuatan hukum tetap tentang pembebanan penggantian kerugian negara/ daerah terhadap bendahara.

10. Surat keputusan pembebasan adalah surat keputusan yang dikeluarkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan tentang pembebasan berdahara dari kewajiban untuk mengganti kerugian negara/ daerah karena tidak ada unsur perbuatan melawan hukum.

11. Perhitungan Ex-Officio adalah suatu perhitungan perbendaharaan yang dilakukan oleh atasan langsung bendaharawan, karena berdahara tidak membuat pertanggungjawaban atau bendahara meninggal dunia, melarikan diri, atau berada dalam pengampuan.

BAB II

RUANG LINGKUP, SUMBER INFORMASI, DAN PEMBERITAHUAN

Pasal 2

Tata cara sebagaimana dimaksud dalam peraturan ini berlaku terhadap bendahara, baik Bendahara, Bendahara Umum Negara/Daerah, Bendahara Penerimaan, maupun Bendahara Pengeluaran.

Pasal 3

Informasi tentang kerugian negara/daerah dapat diketahui dari :

a. Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan. b. Pengawasan aparat pengawasan fungsional.

c. Pengawasan dan! atau pemberitahuan atasan langsung atau kepala kantor/satuan kerja.

d. Perhitungan ex-officio. Pasal 4

(3)

(1) Atasan langsung atau kepala kantor/kepala satuan kerja perangkat daerah wajib melaporkan setiap kerugian negara/daerah kepada Menteri/pimpinan lembaga/kepala badan-badan lain/gubernur/bupati/ walikota dan dlberitahukan kepada Badan Pemeriksa Keuangan.

(2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilengkapi sekurangkurangnya dengan dokumen Berita Acara Pemeriksaan Kas/Barang.

(3) Bentuk dan isi surat pemberitahuan kepada Badan Pemeriksa Keuangan tentang kerugian negara/ daerah dibuat sesuai dengan Lampiran I.

BAB III

PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA/DAERAH DI DEPARTEMENI LEMBAGA/BADAN-BADAN LAIN

PEMERINTAH DAERAH Bagian Kesatu

Tim Penyelesain Kerugian Negara/Daerah Pasal 5

(1) Menteri/pimpinan lembaga/pimpinan badan-badan lain/gubernur/bupati/walikota wajib membentuk TPKN/D.

(2) TPKN/D terdiri dari :

a. Sekretaris Jenderal/ Kepala Kesekretariatan, Badan-badan lain/ Sekretaris Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota, sebagai ketua;

b. Inspektur Jenderal/ Kepala Satuan Pengawasan Internal/Inspektur Propinsi/ Inspektur Kabupaten/ Inspektur Kota, sebagai wakil ketua; c. Kepala Biro/ Bagian Keuangan/Kepala Badan

Pengelola Keuangan Daerah, sebagai sekretaris;

d. Personil lain yang berasal dari unit kerja di bidang pengawasan, keuangan, kepegawaian, hukum, umum, sebagai anggota

e. Sekretariat.

(3) Kepala instansi vertikal di daerah dapat membentuk tim ad hoc untuk menyelesaikan kerugian negara/ daerah yang terjadi di daerahnya masing-masing.

Pasal 6

(1) TPKN/D bertugas melakukan penelitian untuk mengetahui bahwa kerugian negara/daerah terjadi sebagai akibat dari perbuatan melawan hukum baik sengaja ataupun lalai yang dilakukan bendahara, mencari atau melengkapi bukti, serta menindaklanjuti kerugian negara/daerah.

(2) Dalam rangka melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), TPKN/D menyelenggarakan fungsi untuk :

a. menginventarisir informasi kerugian negara/daerah yang diterima;

b. menghitung jumlah kerugian negara/daerah; c. meneliti terhadap ada tidaknya unsur perbuatan

melawan hukum yang dilakukan bendahara; d. mengumpulkan bukti-bukti pendukung bahwa

bendahara telah melakukan perbuatan melawan hukum sehingga mengakibatkan terjadinya kerugian negara/daerah;

e. menilai terhadap harta kekayaan milik bendarara untuk dijadikan sebagai jaminan penyelesaian kerugian negara/daerah;

(4)

f. menyelesaikan kerugian negara/daerah melalui SKTJM;

g. memberikan pertimbangan kepada menteri/ pimpinan/ lembaga/ gubernur/ bupati/ walikota tentang kerugian negara/daerah sebagai bahan pengambilan keputusan dalam menetapkan pembebanan sementara;

h. menatausahakan penyelesaian kerugian negara/daerah;

i. menyampaikan laporan perkembangan penyelesaian kerugian negara/daerah kepada menteri/pimpinan lembaga/pimpinan badan-badan lain/ gubernur/ bupati/ walikota dengan tembusan kepada Badan Pemeriksa Keuangan.

Bagian Kedua

Penelitian Atas Kerugian Negara/Daerah oleh TPKN/D Pasal7

Menteri/pimpinan lembaga/pimpinan badan-badan lain/ gubernur/ bupati/ walikota segera menugaskan TPKN/D untuk menindaklanjuti setiap informasi tentang kerugian negara/daerah selambat-Iambatnya 7 (tujuh) hari sejak menerima laporan sebagaimana dimaksud Pasal 3 ayat (1).

Pasal 8

(1) TPKN/D melakukan penelitian atas dokumen-dokumen, antara lain sebagai berikut :

a. Surat keputusan pengangkatan bendahara; b. berita acara pemeriksaan kas/barang; c. register penutupan kas/ barang;

d. surat keterangan tentang sisa uang yang belum dipertanggungjawabkan dari Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN)/Pejabat Pengelala Keuangan Daerah (PPKD);

e. surat keterangan bank tentang saldo kas di bank bersangkutan;

f. fotokopi/ rekaman buku kas umum bulan yang bersangkutan yang memuat adanya kekurangan kas;

g. surat tanda lapor dari kepolisian dalam hal kerugian negara/daerah mengandung indikasi tindak pidana;

h. berita acara pemeriksaan tempat kejadian perKara dari kepolisian dalam hal kerugian negara/daerah terjadi karena pencurian atau perampokan.

(2) TPKN/D mencatat kerugian negara/ daerah dalam daftar kerugian negara/daerah.

Pasal 9

(1) Selama dalam proses penelitian, bendahara dibebastugaskan sementara dari jabatannya.

(2) Penelitian dilakukan selama 30 hari. Bagian Ketiga Pelaksanaan SKT JM

Pasal 10

(1) Dalam hal hasil penelitian menunjukkan bahwa kerugian Negara/Daerah disebabkan oleh adanya unsur perbuatan melawan hukum baik sengaja atau lalai, maka TPKN/D mengupayakan agar bendahara/pengampu yang memperoleh hak ahli waris bersedia membuat dan menandatangani SKT JM paling lambat 7 (tujuh) hari setelah diketahui adanya perbuatan melawan hukum.

(5)

(2) Dalam hal hasil penelitian menunjukkan bahwa ke lalaian Negara/Daerah bukan disebabkan oleh perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai, TPKN melaporkan kepada Badan Pemeriksa Keuangan untuk dilakukan evaluasi.

Pasal 11

(1) Dalam hal bendahara/ pengampu/ yang mem peroleh hak/ ahli waris bersedia membuat SKTJM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1), bendahara/ pengampu/ yang memperoleh hak/ ahli waris wajib menyerahkan dokumen kepada TPKN/D sebagai berikut:

a. Daftar barang jaminan.

b. Bukti kepemilikan barang atas nama bendahara/ pengampu/ yang memperoleh hak/ ahli waris.

c. Surat kuasa menjual dari bendahara/ pengampu/ yang memperoleh hak/ ahli waris. (2) Barang atas nama bendahara/ pengampu/ yang

memperoleh hak/ ahli waris sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, nilainya minimal sama dengan jumlah kerugian negara/daerah.

(3) SKTJM yang telah ditandatangani oleh bendahara/pengampu/ yang memperoleh hak/ ahli waris tidak dapat ditarik kembali.

(4) Surat kuasa menjual sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c berlaku setelah BPK mengeluarkan surat keputusan pembebanan

(5) Bentuk dan isi SKTJM dibuat sesuai dengan Lampiran II.

Pasal 12

(1) Penggantian kerugian negara/daerah dilakukan secara tunai selambat-Iambatnya 40 (empat puluh) hari kerja sejak bendahara menandatangani SKTJM.

(2) Dalam rangka pelaksanaan SKTJM, bendahara/ pengampu/yang memperoleh hak/ ahli waris dapat melakukan penjualan atas assetnya di bawah pengawasan TPKN/D.

Pasal 13

Dalam hal penggantian kerugian negara/daerah dilakukan oleh pihak ketiga, maka dilakukan sebagaimana diatur pada Pasal 13.

Pasal 14

(1) TPKN/D melaporkan hasil pelaksanaan SKTJM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 kepada menteri/ pimpinan lembaga/ pimpinan badan-badan lain/ gubernur/ bupati/ walikota dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak pelaksanaan SKTJM.

(2) Menteri/ pimpinan lembaga/ pimpinan badan-badan lain/ gubernur/ bupati/ walikota memberitahukan hasil pelaksanaan SKTJM sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) kepada Badan Pemeriksa Keuangan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak menerima laporan tim dilengkapi dengan dokumen sebagaimana dimaksud da/am Pasal 11 ayat (1).

(6)

Pasal 15

Dalam hal inforrnasi tentang kerugian negara/daerah diperoleh berdasarkan pemeriksaan BPK dan bendahara bersedia mengganti kerugian secara sukarela, maka bendahara membuat dan menandatangani SKTJM di hadapan BPK.

Bagian Keempat Perhitungan Ex-Officio

Pasal 16

(1) Apabila bendahara tidak dapat memberikan perhitungan karena berada dalam pengampuan, melarikan diri, meninggal duria dan/atau tidak membuat pertanggungjawaban, maka dibentuk atasan langsung bendaharawan segera melakukan perhitungan ex-officio.

(2) Perhitungan ex-officio dilakukan dengan meneliti semua bukti, buku-buku dan pengujian kas/ persediaan dengan membuat berita acara pemeriksaan kas/ persediaan sehingga dapat ditetapkan saldo buku dan saldo kas/ saldo persediaan yang sesungguhnya.

(3) Pengampu/ yang memperoleh hak/ ahli waris dan bendahara dapat hadir untuk menyaksikan penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dan diberi kesempatan untuk melihat atau meneliti buku dan bukti-bukti.

(4) Dalam hal hasil perhitungan ex-officio menunjukkan terdapat kerugian Negara/Daerah, berlaku ketentuan Pasal 4 sampai dengar Pasal 14 Peraturan ini.

Bagian Kelima

Laporan Hasil Penelitian TFKN/D Pasal 17

(1) TPKN/D menuangkan hasil penelitian ke dalam Laporar Hasil Pemeriksaan dan menyampaikannya kepada menteri/ pimpinan lembaga/ pimpinan badan-badan lain/ gubernur/ bupati/ walikota selambat-Iambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak dilakukan penelitian.

(2) Menteri/ pimpinan lembaga/ pimpinan badan-badan lain/ gubernur/ bupati/ walikota menyampaikan hasil penelitian TPKN/D sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) kepada Badan Pemeriksa Keuangan selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejak menerima laporan tim dilengkapi dengan dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) dan/ atau Pasal 11 ayat (1).

Bagian Kelima

Pembebanan Kerugian Negara/Daerah Sementara Pasal 18

(1) Dalam hal kerugian negara daerah terjadi akibat perbuatan melawan hukum namun bendahara/ pengampu yang memperoleh hak ahli waris tidak bersedia menandatangani SKTJM, TPKN/D melaporkan kepada menteri/ pimpinan lembaga/ pimpinan badan-badan lain/ gubernur/ bupati/ walikota dan diberitahukan kepada BPK dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak bendahara/ pengampu yang memperoleh hak/ ahli waris tidak

(7)

bersedia menandatangani SKTJM.

(2) Apabila bendaharal pengampul yang memperoleh hak/ ahli waris bersedia menandatangani SKTJM namun pelaksanaan SKTJM tidak menjamin penggantian kerugian negara/daerah, maka menteri/ pimpinan lembaga/ pimpinan badan-badan lain/ gubernur/ bupati/ walikota segera rnengeluarkan surat keputusan pembebanan sementara.

(3) Bentuk dan isi surat keputusan pembebanan sementara dibuat sesuai dengan Lampiran III.

BAB IV

PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA/ DAERAH DI BPK

Bagian Kesatu

Pemeriksaan dan Penetapan Batas Waktu Oleh Badan Pemeriksa Keuangan

Pasal 19

(1) Badan Pemeriksa Keuangan melakukan pemeriksaan atas kerugian negara/daerah yang dilaporkan oleh TPKN/D sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2), Pasal 14 ayat (2), dan Pasal 18 ayat (1).

(2) BPK melakukan pemeriksaan terhadap SKTJM yang telah ditandatangani oleh bendahara/pengampu yang memperoleh hak/ahli waris untuk memastikan bahwa nilai yang tercantum dalam SKTJM sudah tepat dan/atau pulih.

Pasal 20

BPK mengeluarkan surat kepada menteri/ pimpinan lembaga/ pimpinan badan-badan lain/ gubernur/ bupati/ walikota agar kerugian negara/daerah dikeluarkan dari daftar kerugian negaraldaerah apabila dari hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, BPK berpendapat bahwa tidak terdapat melawan hukum atau pelaksanaan SKTJM sudah tepat.

Pasal 21

(1) Badan Pemeriksa Keuangan segera mengeluarkari SK-PBW apabila:

a. hasil penelitian TPKN/D menyatakan kekurangan kas/barang bukan merupakan akibat perbuatan melawan hukum namun hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan menyatakan sebaliknya;

b. hasil penelitian TPKN/D menyatakan terdapat kerugian negara namun bendahara/pengampu/ yang memperoleh hal/ ahli waris tidak mengakui kesalahan/kelalaian.

c. TPKN/D tidak melakukan penelitian sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (1). (2) Surat keputusan sebagaimana dimaksud ayat (1)

disampaikan kepada bendahara/pengempu/ yang memperoleh hak/ ahli waris melalui atasan langsung bendahara atau kepala kantor/satuan kerja dengan tembusan kepada menteri/ pimpinan lembaga/ pimpinan badan-badan lain/ gubernur/ bupati/ walikota dengan tanda terima dari bendahara/ pengampu/ yang memperoleh hak/ahli waris atau aparat kelurahan/desa di Iingkungan tempat tinggal bendahara/pengampu/ yang memperoleh hak/ahli waris.

(8)

(3) Tanda terima dari bendahara/pengampu/ yang memperoleh hak/ ahli waris atau aparat kelurahan/ desa di lingkungan tempat tinggal bendahara/pengampu/ yang memperoleh hak/ahli waris disampaikan kepada Badan Pemeriksa Keuangan oleh atasan langsung atau kepala kantor/ satuan kerja selambat-Iambatnya 3 (tiga) hari kerja sejak surat keputusan penetapan batas waktu diterima bendahara/pengampu/ yang memperoleh hak/ahli waris.

(4) Bentuk dan isi SK-PBW dibuat sesuai dengan Lampiran IV

Bagian Ketiga Upaya Keberatan

Pasal 22

(1) Bendaharal pengampu/ yang memperoleh hak/ahli waris dapat mengajukan keberatan kepada Badan Pemeriksa Keuangan dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah menerima SK-PBW.

(2) Bendahara/pengampu/ yang memperoleh hak/ahli waris hanya dapat mengajukan keberatan mengenai ada tidaknya kesalahan oleh akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai.

Pasal 23

Badan Pemeriksa Keuangan mempertimbangkan keberaan dari bendahara/pengampu/ yang memperoleh hak/ ahli waris sebagai dasar untuk mengambil keputusan.

Bagian Keempat

Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Pasal 24

(1) Badan Pemeriksa Keuangan segera mengeluarkan surat keputusan pembebanan dalam hal:

a. Jangka waktu untuk mengajukan keberatan telah lampau dan bendahara/pengampu/ yang memperoleh hak/ ahli waris tidak mengajukan keberatan; atau

b. bendahara/ pengampu/ yang memperoleh hak/ ahli waris mengajukan keberatan tetapi ditolak; atau

c. nilai yang dinyatakan dalam SKTJM yang telah dilunasi, tidak sama dengan hasil pemeriksaan BPK; atau

d. telah melampaui jangka waktu 40 hari sejak ditandatangani SKTJM namun kerugian negara/ daerah belum dibayar sepenuhnya.

(2) Nilai kerugian negara/daerah yang dapat dibebankan kepada pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris terbatas pada kekayaan yang dikelola atau diperolehnya, yang berasal dari bendahara. (3) Bentuk dan isi surat keputusan pembebanan dibuat

sesuai dengan Lampiran VI. Pasal 25

(1) Dalam hal bendahara tidak diketahui keberadaannya dan tidak ada keluarga yang berhak atas waris tidak bersedia betanggung jawab, Badan Pemeriksa Keuangan mengeluarkan surat keputusan pencatatan.

(9)

(2) Bentuk dan isi surat keputusan pencatatan dibuat sesuai dengan Lampiran VII.

Pasal 26

(1) Surat Keputusan Pembebanan disampaikan kepada bendahara/pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris melalui atasan langsung bendahara atau kepala kantor/ satuan kerja bendahara dengan tembusan kepada menteri/pimpinan lembaga/ gubernur/ bupati/ walikota dan pimpinan badan lain yang bersangkutan dengan tanda terima dari bendahara/ pengampu/ yang memperoleh hak/ahli waris.

(2) Surat Keputusan Pembebanan sebagaimana dimaksudl pada ayat (1) telah mempunyai kekuatan hukum yang bersifat final.

Pasal 27

Apabila dalam waktu 3 (tiga) tahun telah lampau sejak mengajukan keberatan dan tidak dikeluarkan putusan atas keberatan yang diajukan bendahara/pengampu/ yang memperoleh hak/ahli waris, Badan Pemeriksa Keuanga, dianggap menerima keberatan tersebut.

Pasal 28

(1) Badan Pemeriksa Keuangan segera mengeluarkan surat keputusan pembebasan, apabila menerima keberatan yang diajukan oler bendahara/ pengampu/ yang memperoleh hak/ ahli waris.

(2) Bentuk dan isi surat keputusan pembebasan dibuat sesuai dengan Lampiran VII.

BAB V

PELAKSANAAN SURAT KEPUTUSAN Bagian Kesatu

Pelaksanaan Surat Keputusan Pembebanan Sementara

Pasal 29

(1) Surat keputusan pembebanan sementara mempunyai kekuatan hukum untuk pelaksanaan sita jaminan.

(2) Pelaksanaan sita jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh instansi yang bersangkutan kepada instansi yang berwenang melakukan penyitaan dan selambat-Iambatnya 7 (tujuh) hari setelah diterbitkannya surat keputusan pembebanan sementara.

(3) Pelaksanaan surat keputusan pembebanan sementara diatur lebih lanjut oleh masing-masing departemen/ lembaga/ badan-badan lain/ daerah dengan instansi yang berwenang melakukan penyitaan.

Bagian Kedua

Pelaksanaan Surat Keputusan Pembebanan Pasal 30

(1) Surat keputusan pembebanan mempunyai kekuatan hukum untuk pelaksanaan penjualan lelang.

(2) instansi yang bersangkutan selambat-Iambatnya 7 (tujuh) hari setelah diterimanya surat keputusan pembebanan, mengajukan permintaan kepada

(10)

instansi yang berwenang untuk melakukan penyitaan dan penjualan lelang.

(3) Pelaksanaan penjualan lelang diatur lebih lanjut oleh masing-masing departemen/ lembaga/ badan-badan lain/ daerah dengan instansi yang berwenang melakukan penyitaan dan pejualan lelang.

Pasal 31

Surat keputusan pembebanan memiliki hak mendahului. Pasal 32

(1) Bendaharal pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris dapat melakukan pembayaran tunai ke kas negaraldaerah.

(2) Dalam hal bendahara/ pengampu/ yang memperoleh hak/ahli waris telah melunasi kerugian negara, maka aset yang telah disita di kembalikan kepada yang bersangkutan.

(3) Selama proses pelelangan dilaksanakan, dilakukan pemotongan penghasilan sebesar 50% dari penghasilan.

Pasal 33

(1) Apabila bendahara/pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris tidak memiliki aset untuk dijual atau penjualan aset tidak mencukupi untuk pelunasan kerugian negara, maka pimpinan instansi yang bersangkutan mengupayakan pengembalian kerugian negara/daerah melalui pemotongan gaji/ penghsilan/Taspen /pensiun.

(2) Jumlah gaji /penghasilan /pensiun dipotong dengan menperhatikan kepentingan pemulihan kerugian negara/daerah minimal 50%.

Pasal 34

Apabila kerugian negara telah dilunasi sepenuhnya, bukti setor disampaikan ke BPK.

Pasal 35

(1) Dalam hal nilai penggantian kerugian negara/daerah berdasarkan putusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap berbeda dengan nilai kerugian negara dalam surat keputusan penbebanan, maka bendahara/pengampu/ penjamin/yang memperoleh hak/ahli waris wajib mengembalikan kerugian negara/daerah sebesar nilai yang tercantum dalam surat keputusan pembebanan.

(2) Apabila sudah dilakukan eksekusi atas putusan pengadilan untuk penggantian kerugian negara/ daerah dengan cara disetorkan ke kas negaral daerah, pelaksanaan surat keputusan pembebanan diperhitungkan sesuai dengan nilai penggantian yang sudah disetorkan ke kas negara.

Pasal 36

Kerugian negara/daerah atas tanggung jawab bendahara yang tidak dapat ditagih/dapat dihapuskan karena: a. Tagihan telah kadaluwarsa;

b. Bendahara meninggal dunia tidak meninggalkan harta benda dan tidak ada ahli waris maupun penjamin.

(11)

BAB VI

LAPORAN PELAKSANAAN SURAT KEPUTUSAN PEMBEBANAN

Pasal 37

(1) Menteri/ pimpinan lembaga/ pimpinan badan-badan lain/ gubernur/ bupati/ walikota menyampaikan laporan kepada Badan Pemeriksa Keuangan tentang pelaksanaan surat keputusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 dan Pasal 29. (Sesuaikan dengan pasal setelah koreksi)

(2) Bentuk dan isi laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimuat dalam Lampiran VIII

BAB VII KADALUWARSA

Pasal 38

(1) Kewajiban bendahara untuk membayar ganti rugi menjadi kadaluarsa jika dalam waktu 5 (lima) tahun sejak diketahuinya kerugian negara/daerah atau dalam waklu 8 (delapan) tahun sejak terjadinya kerugian negara/daerah tidak dilakukan penuntutan ganti rugi;

(2) Tanggung jawab ahli waris, pengampu atau pihak lainnya yang memperoleh hak dari bendahara menjadi hapus apabila tiga tahun telah lewat sejak keputusan pengadilan yang menetapkan pengampuan kepada bendahara, atau sejak bendahara dikelahui me/arikan diri atau meninggal dunia tidak diberitahukan oleh pejabat yang berwenang tentang kerugian negara/daerah.

BAB VIII SANKSI Pasal 39

(1) Bendahara yang telah ditetapkan unluk mengganti kerugian negara/daerah dapat dikenakan sanksi administratif danlatau sanksi pidana.

(2) Atasan langsung alau kepala kantor/satuan kerja yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), Pasal 10 ayat (2), dan Pasal 36 ayat (1) dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. (cek pasal setelah koreksi).

BAB IX

KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 40

Putusan hakim yang menjatuhkan hukuman terhadap seorang bendahara yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, dapat dijadikan bukti tentang perbuatan melawan hukum dalam proses tuntutan penggantian kerugian Negara/Daerah.

BAB X

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 41

(1) Sejak ditetapkannya peraturan ini, kementerian/ Iembaga/ badan-badan lain/ pemerintah daerah membentuk Tim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) selambat-Iambatnya 3 (tiga) bulan

(12)

sejak ditetapkannya peraturan ini.

(2) Selama belum terbentuknya Tim, penelitian atas kerugian negara/daerah dilaksanakan oleh tim/ satuan kerja/ Majelis Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi/ Badan Pengawasan Propinsi, Kabupaten/Kota yang sudah ada dengan berpedoman pada tata cara yang diatur dalam peraturan ini.

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP Pasal 42

Pada saat peraturan ini mulai berlaku, semua peraturan pelaksanaan dari ICW mengenai tata cara penyelesaian ganti kerugian negara/daerah terhadap bendahara dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 43

Referensi

Dokumen terkait

4.6 Melalui kegiatan bermain ular tangga, anak mampu 3 kali menghubungkan jumlah mata dadu dengan angka pada papan ular tangga dengan benar.. 3.11 Melalui kegiatan membuat

Alhamdullilahi Robil’ alamin Puji Syukur Penulis Panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karuniaNya, sehingga dapat menyelesaikan penelitian tentang

Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden mempunyai sikap negatif tentang mitos seputar perilaku dalam kehamilan yaitu sebanyak 13 orang

Selain pemberian pelatihan, petugas juga perlu diberikannya sosialisasi dan diikutkannya seminar terkait klasifikasi dan kodefikasi diagnosis DM yang diikuti oleh

ANALISIS PRODUK SPION PS135 DENGAN PENGATURAN PARAMETER MOLD TEMPERATURE MATERIAL PLASTIK POLIPROPILENE PADA PROSES INJECTION MOLDING.. (STUDI KASUS PT. SINAR AGUNG SELALU

Penelitian ini hanya mengeksplorasi sedikit tentang larangan meminum khamar yang menunjukan pelarangan Islam tersebut tidak bertentangan dengan HAM karena menyangkut

Jadi, populasi merupakan keseluruhan individu atau objek yang diteliti yang memiliki beberapa karakteristik yang sama (Latipun, 2008: 41).Adapun yang menjadi populasi dalam

mempengaruhi tulang atau sendi, seperti artritis atau osteoporosis  cedera ringan dapat  kompresi medulla spinalis karena kerapuhan tulang vertebra pada