• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAK ASASI MANUSIA DALAM HIFZ AL- AQL: TAFSIR TEMATIK ATAS AYAT-AYAT LARANGAN KHAMAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HAK ASASI MANUSIA DALAM HIFZ AL- AQL: TAFSIR TEMATIK ATAS AYAT-AYAT LARANGAN KHAMAR"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

TAFSIR TEMATIK ATAS AYAT-AYAT LARANGAN KHAMAR Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh: Nita Nurningsih NIM: 1113034000144

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR‟AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1441 H/ 2020 M.

(2)

Skripsi

I)iajukan Untuk Melmenuhi Persyaratan Melmperoleh

Gelar Sattana Agama(S・Ag)

C)leh:

Nita Nurningsih

ll13034000144

Pembimbing

Drs.Ahmad Rifqi Muchtar.M.A.

NIP.196908221997031002 ・

PROGRAM STUDIILMU AL‐ QUR'AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITASISLAM NEGERISYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

Yamg beltanda tangan di bawah inl:

Nama

NIM

:Nita Nul■ingsill

:1113034000144

Dcngan ini me、まakan ballwa skripsi yang bettudui``Hよ Asasi Mal■usia Dalam Hiセ al―`AqII Tafsir Tcmatik Atas Ayat… Ayat lhttnl弊n Khalnar"adalall benar lFlerupakan kawa saya scndiri dan tidak l■

el動

tindakall plagiat dalal■ l pcnyus■ mall■ya_Adapun htiptt yallg ada dalarn penyusunan karya ini tclah saya canmllkan sttber kutipanttya dalam

ship」.Sap berscdia melabkm pЮ ses yang semestiny sёttal dettall perattran pttllndangalll yang berlakujika tempta skl‐ ipsi ini sebagitt at祖

kcscllFuhall ntclupakall Plagiat dan kat薄lo警理lg iaint

DemiHan pentyataan ini dibuat untt dり e庄騨 」

uns(per翌

ゝ_

NIB1 1113034300144

(4)

Skripsi yang berjudul HAK ASASI MANUSIA DALAM HIFZ AL-AQL: TAFSIR TEMATIK ATAS AYAT-AYAT LARANGAN KHAMAR telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 5 Agustus 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.

Jakarta, 14 Agustus 2020 Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Dr. Eva Nugraha, M.Ag Fahrizal Mahdi, Lc., MIRKH

NIP. 19710217 199803 1 0

d

02

c

Anggota,

NIP. 19820816 201503 1 004

Penguji I, Penguji II,

Dr. Abdul Hakim Wahid, MA NIP. 19780424 201503 1 001 Pembimbing,

Drs. Ahmad Rifqi Muchtar, M.A NIP. 19690822 199703 1 002 Dr. Abd. Moqsith, M. Ag

(5)

iv

Nita Nurningsih (1113034000144)

Hak Asasi Manusia dalam Hifz al-„Aql: Tafsir Tematik Atas Ayat-ayat Larangan Khamar

Penelitian ini menganalisis perspektif al-Qur‟an tentang HAM dalam pelarangan minuman khamar. Minum khamar merupakan perbuatan yang dilarang dalam agama dan pelakunya akan dikenakan sanksi (had). Minum Khamar dianggap sebagai berbuatan yang keji dan termasuk dalam perbuatan setan. Pelarangan minum khamar dalam Islam memiliki tujuan dan maksud tersendiri bagi manusia yaitu sifatnya yang mendatangkan kemudaratan bagi manusia.

Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif-analitis. Sumber primer dalam penelitian ini adalah kitab-kitab tafsir yang kredibel. Sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan metode tematik yaitu mengumpulkan tema-tema yang berkaitan erat dengan penelitian ini.

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa pertama, larangan minum khamar dalam al-Qur‟an bertujuan untuk menghindari manusia dari perusakan akal atau pikiran yang disebabkan sifat memabukan dari khamar. Kedua, ajaran Islam sesuai dengan kandungan HAM yaitu tentang hak hidup dan hak kebebasan berpikir; larangan khamar dapat dipahami sebagai bentuk penghormatan terhadap nyawa dan pikiran seseorang. Ketiga, larangan khamar dalam konteks maqasid al-syari‟at bertujuan untuk melindungi akal manusia (hifz al-‘aql) dari segala sesuatu yang dapat membahayakan dan merusaknya. Larangan khamar juga dapat dimengerti sebagai anjuran Islam untuk terus mengembangkan pikiran kreatif, sehat dan dapat bermangfaat bagi masyarakat secara luas.

(6)

v

Bismillahi al-rahman al-rahim

Alhamdulillah penulis panjatkan puji syukur atas nikmat yang Allah berikan dan kehadirannya Allah SWT. Yang memberikan nikmat sehat jasmani maupun rohani serta hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “HAK ASASI MANUSIA DALAM HIFDZUL AL-AQL (Tafsir Tematik Atas Ayat-ayat Larangan Khamar)”. Shalawat serta salam tak lupa juga penulis junjungkan kepada baginda Nabi Muhamad Saw, serta kepada keuarga dan para sahabat aamiin allahuma aamiin.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian munaqasah guna memperoleh gelar Sarjana Agama Jurusan Ilmual-Qur`an dan Tafsir ( IQTAF ) di Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tentu masih jauh dengan kesempurnaan dan masih banyak kekurangan, baik dari teknik penyusunan dan kosakata yang tertulis, maupun dari isi pembahasan yang ada dalam skripsi ini. Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan dalam skripsi ini.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan penuh rasa hormat penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Lubis,Lc, MA selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan menuntut ilmu pada Program Sarjana Jurusan Studi Ilmu al-Qur`an dan Tafsir ( IQTAF ) di Fakultas Ushuluddin.

(7)

vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Eva Nugraha, M.A selaku Ketua urusan Ilmu al-Qur`an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membimbing, membantu dan memberi saya kesempatan dalam penusunan skripsi.

4. Fahrizal Mahdi Lc, MIRKH selaku Sekretaris Jurusan Ilmu al-Qur`an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Moh. Anwar Syarifuddin M.A selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan masukan, arahan dalam penulisan skripsi

6. Drs. Ahmad Rifqi Muchtar, M.A selaku pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan kesabaran dalam memberikan arahan, masukan, motivasi serta bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

7. Bapak Ibu Dosen dan Staf TU Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih saya ucapan kepada semuannya yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta wawasan yang luas mengenai segala aspek keilmuan selama penulis mengikuti perkuliahan .

8. Tercinta terkasih dan tersayang Emak dan Bapak terima kasih atas cinta tulus serta keikhlasan kalian selama ini dalam membimbing saya mulai dari tidak bisa apa apa hingga sampai seperti sekarang ini dan terima kasih pula atas doa tulus, dorongan dan masukan serta motivasi kalian terhadap anakmu ini yg belum bisa membahagialan kalian, maafkan saya karena saya

(8)

vii

serta motivasi kalian adalah kekukatan bagi saya. Tanpa doa, dorongan, dan masukan serta motivasi kalian saya tidak tahu bakalan seperti apa hidup saya. Saya bersyukur kepada Allah karena mempunyai orang tua yang baik hati dan perhatian sama anak-anaknya. Dan tidak lupa pula adik adik saya yg selalu mendokan saya, dan selau memberi semangat. Doa dan semangat kalian pulalah yang menjadi kekuatan dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Idris Hemay M.Si, Sabran Sanaf S. Psi, Abdus Saleh S.Ag,

Helmiyono,S.Ag,Sutarji,S.Ag,Muhawi S.Pdi,

Habiburrahman,S.Ag ,Supriyono Hemay S.S, Sapraji, S. Th.I, Kurniadi S.Sos, Wahid Mannan S.Sos, Suhardi S.Ag, Herman Siswanto, Nia Trisnawati M.Pd, Suliyati Sanaf S. Th.I, Atifatul Uyun Elvas, selaku senior yang selalu memberikan bimbingan dan arahan dalam memyelesaikan penulisan skripsi ini.

10. Saudara-saudara anak Madura di Jakarta, Achmad Sufaili Muslim, Bambang Romaidi S. Ag, Hendri Purnawan S.ag, Moh Faisal As`adi S.Sos, Walid S.Ag, Khairil Anwar S.Ag, Ikhwanul Arifin Rahman S.Sos, Khairul Ulam S.Ag, Muhammad Rifky Nuris, Achmad Rofiq, A. Saiful Rijal, Robiatul Jamilah, Ilma Inayah Diana, Kurratul Aini, Nory Fitriani Fajrin, Sahabat sekaligus saudara Ainul Husna Heruditya, Fildzah Nida, Atik Dinan Nasihah, Nurul Hikmah, Siti Zubaidah. Terima kasih atas bantuan pikiran dan tenaga untuk menyelesaikan skripsi ini. 11. Teman kampus, Siti Zulaika. Nisa Fathunnisa, Lia Lianti,

Ru`yatul Irfanah dan seluruh teman angkatan 2013 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang sudah banyak memberi semangat

(9)

viii penyusunan skripsi.

12. Temen teman KKN, Fatimah At-Thohirah, Belda Eldrit Janitra, Novia Harsela S. Sarah, Bela Awaliyah Agustina, Nur Aini, Ahmad Fadhli Ajib Naufal, Ismail Shaleh, Faris Rahman Satria, Dzul Fadli Rahman, Fikri Maulana Terima kasih atas pengalamannya selama bersama kalian saya banyak belajar seperti kesabaran, kekompakan, kekreativan, menghargai perbedaan dll.

13. Seluruh pihak yang telah membantu proses kuliah penulis dan proses skripsi ini yangtidak mungkin penulis sebut satu persatu Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam pelaksanaan skripsi ini. Untuk itu, penulis menerima segala saran dan kritikan demi perbaikan dan kemajuan penelitian dimasa mendatang. Terima kasih.

Jakarta, 25 Juli 2020

Nita Nurningsih

(10)

ix

Keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158 tahun 1987 dan Nomor: 0543 b/u/1987

1. Padanan Aksara

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

ا

Tidak dilambangkan

ب

b be

ت

t te

ث

ṡ es dengan titik atas

ج

J je

ح

ḥ ha dengan titik bawah

خ

kh ka dan ha

د

d de

ذ

ż zet dengan titik atas

ر

r er

ز

z zet

س

s es

ش

sy es dan ye

(11)

x

ض

ḍ de dengan titik bawah

ط

ṭ te dengan titik bawah

ظ

ẓ zet dengan titik bawah

ع

„ koma terbalik di atas hadap kanan

غ

gh ge dan ha

ؼ

f ef

ؽ

q qi

ؾ

k ka

ؿ

l el

ـ

m em

ف

n en

ك

w we

ق

h ha

ء

‟ apostrof

ي

y ye 2. Vokal

Vokal terdiri dari dua bagian, yaitu vokal tunggal dan vokal rangkap. Berikut ketentuan alih aksara vokal tunggal:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ﹷ a fatḥah

(12)

xi

ﹹ u mmah

Adapun vokal rangkap ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ي

ai a dan i

ك

au a dan u

3. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang dalam bahasa Arab dilambangakan dengan harkat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

َى

ā a dengan topi di atas

يِى

ī i dengan topi di atas

وُـى

ū u dengan topi di atas

4. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam system aksara Arab dilambangkan dengan huruf

اؿ

dialih aksarakan menjadi huruf „l‟ baik diikuti huruf syamsiyah maupun huruf qamariyah. Contoh: al-rijāl bukan ar-rijāl.

5. Syaddah (Tasydīd)

Syaddah atau tasydīd yang dalam system tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda (ﹽ), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda

syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima

(13)

huruf-xii

huruf syamsiyah. Misalnya, kata

ركرة

ض

ال

tidak ditulis ad-ḍarūrah tapi

al-ḍarūrah.

6. Tā’ Marbūṭah

Kata Arab Alih Aksara Keterangan

ةقيرط

ṭarīqah Berdiri sendiri

ةيلماسلإا ةعملاجا

al-jāmi„ah al-

islāmiyyah

Diikuti oleh kata sifat

دوجولا ةدحك

waḥdat al-wujūd Diikuti oleh kata

benda 7. Huruf Kapital

Meskipun dalam system tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, alih aksara huruf kapital ini juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dalan Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain untuk menuliskan permukaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama seseorang, dan lain-lain. Jika nama seseorang didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital adalah huruf awal nama tersebut. Misalnya: Abū ‘Abdullāh Muhammad al-Qurṭubī bukan Abū

‘Abdullāh Muhammad Al-Qurṭubī

Berkaitan dengan judul buku ditulis dengan cetak miring, maka demikian halnya dengan alih aksaranya, demikian seterusnya. Jika terkait nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialih aksarakan meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Contoh: Nuruddin al-Raniri tidak ditulis dengan Nūr al-Dīn al-Rānīrī.

(14)

xiii

Setiap kata, baik kata kerja, kata benda, maupun huruf ditulis secara terpisah. Berikut contohnya dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan diatas:

Kata Arab Alih Aksara

َنۡزَوََٰجَو

wa jâwaznâ

اَنۡصَأ َٰٰٓىَلَع

ِم

‘alâ aṣnâmi

ۡوَـق ۡمُكَّنِإ

م

َنوُلَهَۡتَ

innakum qawmun tajhalûna

ِهيِف ۡمُه

ِطََٰبَو

ل

hum fīhi wa bâṭilun

9. Singkatan

Huruf Latin Keterangan

Swt, Subḥāh wa ta‘ālā

Saw, Ṣalla Allāh ‘alaih wa sallam

QS. Quran Surah

M Masehi

H Hijriyah

(15)

xiv PENGESAHAN PEMBIMBING ………..……… i LEMBAR PERNYATAAN ………...……… ii ABSTRAK ………...………...……… iY KATA PENGANTAR ………...…...……… v PEDOMAN TRANSLITERASI ……… ix

DAFTAR ISI ………...……… xiv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……...……… 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……….. 5

D. Kajian Pustaka ………...…………...……… 6

E. Metode Penelitian ……...……… 10

F. Sistematika Penelitian …...……… 12

BAB II. KAJIAN TEORITIS TENTANG HAK ASASI MANUSIA DAN HIFZ AL-„AQL A. Definisi HAM …...……....………… 14

B. HAM dalam Pandangan Islam ………...…. 17

C. Hifz al-„Aql dalam Maqashid al-Syari‟ah …...………. 26

D. Hifz al-„Aql: Dari “Penjagaan” Menjadi “Pengembangan” Akal ... 30

BAB III. KHAMAR DALAM AL-QUR‟AN A. Pengertian Khamar ... 34

B. Pengharaman Khamar Secara Bertahap ……... 36

(16)

xv

BAB IV. HAK ASASI MANUSIA DALAM PELARANGAN KHAMAR

A. Perlindungan Terhadap Pikiran yang Sehat ………….. 49 B. Pengembangan Mentalitas Berpikir Kreatif ... 55 C. Membangun Kehidupan yang Sehat Tanpa Khamar .... 59 BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ………...……… 64 B. Saran-Saran……… 65 DAFTAR PUSTAKA ……...……… 66

(17)

1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Semenjak manusia dilahirkan ke dunia, Allah telah membekalinya dengan segenap hak yang melekat kepadanya. Hak yang dimiliki oleh setiap manusia yang lahir dimuka bumi ini kita kenal dengan istilah Hak

Asasi Manusia atau HAM.1 Hak Asasi manusia merupakan hak-hak yang

melekat, pemberian dari Allah Swt yang dimiliki setiap orang mulai dari

sejak lahir.2 Jadi sejak manusia dilahirkan ke dunia ini, Allah telah

membekalinnya dengan segenap hak yang melekat pada dirinya. Semua jiwa yang lahir ke dunia secara otomatis telah memiliki hak dasar sebagai

manusia.3

HAM sendiri diperkenalkan oleh orang Barat ke ranah dunia Islam di era modern dan secara umum diterima oleh masyarakat Islam sebagai suatu bagian dari ajaran Islam. Bahkan ada pandangan bahwa Islam adalah agama pertama dalam sejarah yang mewakili gagasan lengkap dan

komprehensif tentang HAM.4 Hak Asasi Manusia merupakan suatu bagian

dari ajaran agama yang terdapat dalam al-Quran dan Sunnah dengan kata lain HAM bukanah buatan manusia itu sendiri melainkan desain Tuhan

yang melekat secara azali dalam diri manusia.5 HAM dalam al-Qur`an dan

Hadits memang tidak dinyatakan secara harfiah. Ketika kita mencari

1 Maisaroh, "Islam dan Hak Asasi Manusia". Islamuna, vol.2, no.2 (Desember

2015), 255.

2 A. Agus Suryawinata dkk, Modul Pendidikan Perdamaian di Pesantren

Berperspektif Islam dan HAM (Ciputat: Center for the Study of Religion and Culture,

2015), 135.

3 Maisaroh, "Islam dan Hak Asasi Manusia”, 255.

4 A. Agus Suryawinata dkk, Modul Pendidikan Perdamaina di Pesantren

Berperspektif Islam dan HAM, 136.

5 Ahmad Gaus AF dkk, Tanya Jawab Relasi Islam dan Hak Asasi Manusia

(18)

kalimat HAM dalam al-Qur`an dan Hadits, bisa diibaratkan mencari butiran beras dalam semangkuk bubur. Kenapa diibaratkan demikian? karena mustahil kita untuk menemukannya, tetapi esensi dari pada HAM

itu sendiri banyak tersirat dalam al-Qur`an dan Hadits.6

HAM dalam Islam tidak hanya tentang manusia dengan sesamanya melainkan juga bersentuhan dengan suatu wilayah makhluk Tuhan lainnya yang mesti harus terjaga oleh manusia meski tidak berada di wilayah

HAM.7 Islam sebagai agama yang rahmatan li al-alamin mengakui dan

menghormati hak-hak personal individual manusia sebagai nikmat karunia yang dianugerahkan oleh Allah Swt, juga mengakui dan menghormati hak-hak kolektivitas sebagai hak publik dalam rangka menata kehidupan

di muka bumi dengan konsep habl min Allah wa habl min al-nas.8

Islam dengan pengaturan yang sedemikian sempurnannya membuktikan bahwa Islam datang secara inhern membawa ajaran HAM. Hal ini terbukti dengan tujuan disyari`atkannya ajaran Islam salah satu di

antaranya yaitu memelihara akal (Hifdzul al-Aql).9

Berbicara mengenai akal fikiran tidak lepas dengan manusia, karena akal merupakan instrumen utama dalam tubuh manusia yang dengannya mereka dapat menjalankan fungsinya sebagai manusia dan

yang membedakannya dengan makhluk lain.10 Meskipun demikian

manusia seringkali menggunakan akalnya pada jalan yang salah dan juga manusia seringkali melewati batas hak yg dimiliknya. Kita pasti pernah mendengar dan melihat kasus yang berkaitan dengan pelanggran HAM

6 A. Agus Suryawinata dkk, Modul Pendidikan Perdamaian di Pesantren

Berperspektif Islam dan HAM, 136

7 Ahmad Gaus AF dkk, Tanya Jawab Relasi Islam dan Hak Asasi Manusia, 9. 8 Nurul Qamar, Hak Asasi Manusia dalam Negara Hukum Demokrasi: Human

Rights in Democratiche Rechtsstaat), 88

9 Said Agil Husin Al-Munawar, Dimensi Kehidupan dalam Perspektif Islam (

Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2002), 181.

10 A. Agus Suryawinata dkk, Modul: Pendidikan Perdamaian di Pesantren

(19)

seperti penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan meminum-minuman keras. Ketika seseorang telah mengkonsumsi keduanya otomatis akalnya tidak bisa berfungsi dengan semestinya. Karena fungsi dari akal itu sendiri adalah untuk berfikir. Bagi orang yang sedang dalam keadaan mabuk akibat mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan minuman keras maka fikirannya akan berada dalam keadaan tidak sadar.

Al-Quran sering kali mengingatkan manusia tentang pentingnya menggunakan akal fikirannya dan tidak menyerah begitu saja pada dorongan nafsu karena nafsu cenderung mengarahkan manusia pada kerusakan. Dengan begitu perlindungan terhadap akal pikiran harus dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari perlindungan

terhadap fungsi-fungsi akal fikiran itu sendiri.11 Memelihara akal ini

menjadi prinsip dari Hak Asasi Manusia yaitu hak perlindungan terhadap akal fikiran.

Maka perlindungan terhadap akal ini juga mencakup larangan mengkonsumsi minuman beralkohol dan narkotika sebagaimana yang terdapat dalam sabda Nabi SAW dan firman Allah dalam QS. Al-Maidah ayat 90-91.

"

Setiap yang memabukan adalah Khamar, dan semua khamar itu adalah haram."12

Adapun Larangan minum khamar yang terdapat dalam al-Qur`an QS. al-Maidah surat 90-91 berbunyi:

11 A. Agus Suryawinata dkk, Modul: Pendidikan Perdamaian di Pesantren

Berperspektif Islam dan HAM , 169

12 A. Agus Suryawinata dkk, Modul: Pendidikan Perdamaian di Pesantren

(20)

"Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).

Dari ayat ini Allah SWT telah melarang keras ummatnya untuk mendekati khamar, karena di dalamnya terdapat banyak kemudhartan bagi

ummat manusia.13

Apa madharat dari minum khamar yang paling penting yang menjadikan manusia tidak boleh mengkonsumsinya. Al-Shabuni dalam

Rawa’i‘al-Bayan menjelaskan bahwa asal kata dari khamr adalah menutupi (ghatha). Maksudnya adalah menutupi akal pikiran manusia. Sehingga orang yang meminum khamar akal hilang sesuatu yang penting dari dalam dirinya, yaitu berupa akalnya. Orang yang kehilangan akalnya, maka tidak akan menyembah Tuhan mereka dengan benar dan cenderung

melakukan perbuatan maksiat lainnya.14

Dari penjelasan al-Shabuni, sekiranya dapat dirumuskan bahwa pelarangan meminum khamar dalam al-Qur‟an sangat terkait dengan dampak yang akan ditimbulkan dari meminum khamar. Khamar

13 M.Quraish Shihab, Membumikan al-Qur`an (Tangerang: Lentera Hati, 2010),

2/176.

14 Ali al-Shabuni, Rawa’i‘ al-Bayan (Beirut: Muassasah Manahil al-„Irfan,

(21)

merupakan minuman yang dapat memberi dampak memabukan bagi orang yang meminumnya. Pada saat mabuk, manusia tidak akan sadar terhadap apa yang dilakukannya. Sehingga dikatakan bahwa orang yang mabuk seperti orang yang gila.

Keadaan hilangnya akal, sangat berhubungan dengan hak asasi manusia yaitu usaha untuk menjaga akal. Dalam syari‟at Islam, posisi akal sangat penting sehingga menempati posisi yang tinggi. Akal manusia dijaga di dalam agama. Orang yang menggunakan akalnya dianggap mulia dan sebaliknya orang yang tidak menggunakan akalnya dianggap sebagai makhluk yang hina.

Dari pemaparan di atas penulis tertarik untuk mengkajinya lebih tentang hubungan antara meminum khamar dan usaha agama dalam melindungi akal manusia dalam perspektif HAM. HAM memiliki kaitan erat dengan hifdz al-„aql dalam usaha untuk menjaga kesehatan mental manusia. Sehingga menarik untuk diketahui tentang perspektif al-Qur‟an tentang HAM dalam pelarangan meminum khamar.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Agar penelitian ini tidak melebar dan bisa fokus pada satu persoalan, penulis membatasi permasalahan yang akan diteliti hanya fokus pada pembahasan tentang Hak Asasi Manusia dalam Hifdzul al-Aql (tafsir tematik atas ayat-ayat larangan khamar).

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana perspektif al-Qur`an tentang Hak Asasi Manusia dalam pelarangan minuman khamar ?

(22)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan merupakan arah dan sasaran yang harus dicapai oleh setiap tindakan. Dengan demikian tujuan memegang peranan yang sangat penting dan harus dirumuskan dengan jelas, tegas, dan mendetail, karena tujuan merupakan jawaban tentang masalah yang akan diteliti.

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perspektif al-Qur`an tentang Hak Asasi Manusia dalam pelarangan minuman khamar.

Adapun manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara Akademis

a). Penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk memenuhi persyartan akhir perkuliahan untuk gelar Strata 1 (S1), Sarjana Agama (S.Ag) dalam jurusan Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Secara praktis

a) Untuk memberikan gambaran kepada pembaca dan masyarakat pada umumnya tentang pemahaman dari Hak Asasi Manusia dalam Hifdzul al-Aql ( Tafsir tematik atas ayat-ayat larangan khamar. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

b) Untuk memperluas pemahaman dan memperkaya kajian khususnya dibidang Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir.

D. Kajian Pustaka

Dari hasil penelusuran yang dilakukan oleh penulis tentang pembahasan yang terkait dengan judul: Hak Asasi Manusia dalam Hifdzul

(23)

al-Aql (tafsir tematik atas ayat-ayat larangan khamar) ditemukan beberapa penelitian diantaranya:

Gunung Sumanto,15 "HAM dalam Pandangan Islam dan UUD1945

Pasca Amandemen (Studi Perbandingan dengan Pendekatan Maqashid al-Syariah)" Skripsi ini menjelaskan tentang bagaimana HAM dalam pandangan Islam dan UUD 1945 dengan memakai studi perbandingan yaitu dengan pendekatan maqasid al-Syari`ah.

Maisaroh,16 "Islam dan Hak Asasi Manusia" jurnal ini menjelaskan

Islam sebagai rahmatan li al-alaminmn mengakui dan menghormati hak-hak personal individu dan hak-hak-hak-hak kolektivitas sebagai hak-hak publik dan juga Islam dengan pengaturan yang sedemikian sempurnanya membuktikan bahwa Islam secara inhern membawa jaran HAM.

Sitti Aminah,17 "Hak Asasi Manusia (HAM) dalam Perspektif

al-Qur`an" Jurnal ini menjelaskan bahwa HAM dalam al-Qur`an diistilahkan dengan Huquq Insaniyah dan prinsip-prinsip HAM dalam al-Qur`an dapat dijabarkan kedalam tiga term yaitu: al-istiqrar (hak mendiami bumi sampai ajal menjemput), al-istimta` (hak mengeksplorasi daya dukung terhadap kehidupan), al-karamah (kehormatan yang identik dengan setiap individu tetapi berimplikasi sosial).

Hafniati,18 "Hak Asasi Manusia dalam Islam" di dalam Jurnal ini

dijelaskan bahwa Hak Asasi dalam Islam telah ada dalam al-Qur`an dan masyarakat pada zaman Nabi Muhammad Saw. Dan Hak Asasi Manusia

15 Gunung Sumanto, " HAM dalam Pandangan Islam dan UUD 1945 Pasca

Amandemen: Studi Perbandingan dengan Pendekatan Maqashid al-Syariah."(Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2016), .

16 Maisaroh, "Islam dan Hak Asasi Manusia". Islamuna, vol.2, no.2 (Desember

2015): 258.

17 Sitti Aminah, "Hak Asasi Manusia dalam al-Qur`an". Hukum Diktum, vol.8,

no.2 (Juli 2010): 161-173.

18 Hafniati, "Hak Asasi Manusia dalam Islam". Al-Adyan, vol.13, no.2

(24)

dalam Islam tertuang secara jelas untuk kepentingan manusia yaitu lewat

syari`ah Islam yang diturunkan melalui wahyu.

Afridawati,19 "Stratifikasi al-Maqashid al-Khamsah (Agama, Jiwa,

Akal, Keturunan dan Harta) dan Penerapannya dalam Maslahah" di dalam Jurnal ini dijelaskan bahwa Maqashid dan maslahat di sini merupakan sesuatu yang mesti adanya demi terwujudnya kemaslahatan agama dan dunia. Dan yang termasuk maslahah atau maqashid al-khasah ini ada lima yaitu: agama (al-din), jiwa (al-nafs), keturunan (al-nasl), harta (al-mal) , dan akal (al-aql). Yang lima ini cara menjaganya ditempuh dengan dua cara yaitu:1). Dari segi adanya ( min nahiyati al-Wujud ) yaitu dengan cara menjaga dan memelihara hal-hal yang dapat melanggengkan keberda-annya.2). Dari segi tidak ada ( min nahiyati al-adam) yaitu dengan cara mencegah hal-hal yang menyebabkan ketiadaannya.

Akmaluddin,20 "Analisis terhadap Hadits Minum Khamar Tidak

Diterima Shalat Selama 40 Hari" Skripsi ini menjelaskan bahwa minum khamar merupakan salah satu dosa besar, ini berdasarkan pada keterangan al-Qur`an dan Hadits baik mereka yang minum khamar sedikit maupun banyak dengan dikenakan sanksi 40 hari tidak diterima shalatnya.

Ali Mawahib,21 "Studi Analisis Pendapat Imam Syafi`i Tentang

Had Khamar" Skripsi ini berisi dan menjelaskan tentang Istinbat Hukum dari Imam Syafi`i dan juga mengulas keterkaitan antara khamar dan narkoba.

19 Afridawati, "Stratifikasi al-Maqashid al-Khamsah (agama, jiwa, akal,

keturunan dan harta) dan Penerapannya dalam Maslahah". Al-Qishthu, vol.13, no.1 (2015): 18-19.

20 Akmaluddin, "Analisis Terhadap Hadits Minum Khamar Tidak Diterima

Shalat Selama 40 Hari" (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2013), 55.

21 Ali Mawahib, "Studi Analisi Pendapat Imam Syafi`i Tentang Had Khamar "

(25)

Affandi Wijaya,22 "Bahaya Khamar dalam Perspektif al-Qur`an dan Kesehatan. Di dalam skripsi ini dijelaskan dan dibahas bahwa Khamar dalam al-Qur`an itu haram khamr bisa membuat kita kehilangan akal, harta benda, merusak tubuh, menghancurkan rumah tangga dan keluarga. Dan juga khamar ini merupakan salah satu dosa besar dan induk segala keburukan karena bisa membuat seseorang lupa dari ingat kepadanya. Sedangkan dalam pandangan kesehatan khamar itu bisa menimbulkan kerusakan yang amat parah pada kesehatan fisik dan mental yang berakibat pada rusaknya kekebalan tubuh dan berpengaruh buruk pada peredaran darah pada seseorang.

Muhammad Fadel Eldrid,23 "Khamar Sebagai kenikmatan Surgawi

dalam QS.Muhammad [47: 15 (Studi Komparatif Penafsiran Fakhr al-Din al-Razi dan Sayyid Qutb)" dalam skripsi ini Fadel mencoba memaparkan mengenai bagaimana khamar sebagai kenikmatan surga dengan membandingkan pendapat kedua mufassir dengan berkesimpulan bahwa khamar yang ada di surga berbeda dengan khamar yang ada di dunia.

Halim Sahputra,24 "Peran Dinas Syari`at dalam Mencegah Khamar

dan Sejenisnya di Kota Subulussalam" dalam skripsi ini Halim Sahputra mencoba memaparkan hasil penelitiannya yaitu dalam mencegah khamar dan sejenisnya di kota subulussalam Dinas Syari`at Islam membuat berbagai program di antaranya: sosialisasi Dinas Syari`at Islam ke masyarakat, pembinaan kesadaran Islam, membuat intelijen, pemberlakuan uqubat kemusian dilaksanakan sesuai ketentuan yang ada.

22 Affandi Wijaya, "Bahaya Khamar dalam Perspektif al-Qur`an dan Kesehatan"

(Skripsi., Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan, 2016), 31-33.

23 Muhammad Fadel Eldrid, " Khamar Sebagai kenikmatan Surgawi dal QS,

Muhammad [47]: 15 : Studi Komparatif Penafsiran Fakhr al-Din al-Razi dan Sayyid Qutb " (Skripsi., Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020), 55.

24 Halim Sahputra, "Peran Dinas Syari`at dalam Mencegah Khamar dan

Sejenisnya di Kota Subulussalam" (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan, 2017),

(26)

E. Metode Penelitian 1. Jenis dan sifat Penelitian

Adapun jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengungkap gejala secara holistik-kontekstual (secara menyeluruh dan sesuai dengan kontek/apa adanya) melalui pengumpulan data dari latar alami sebagai sumber langsung dengan instrumen kunci penelitian itu sendiri sehingga menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis.25 Sementara sifat dari penelitian ini

yaitu penelitian kepustakaan (libraryresearch). Penelitian kepustakaan merupakan penelitian yang menjadikan bahan-bahan pustaka sebagai

sumber data utama.26 Bahan pustaka yang dimaksud baik berupa buku,

majalah, naskah-naskah, jurnal, catatan, kisah sejarah maupun

dokumen-dokumen yang berbentuk tulisan lainnya.27

2. Sumber Data

Dalam penelitian kepustakaan, data dikumpulkan dalam dua kategori yaitu data primer dan data sekunder. Tentunhya data yang diambil tersebut adalah untuk menunjang data riset yang diperlukan oleh penulis sebagai berikut:

a. Sumber Primer

Sumber primer adalah sumber kepustakaan yang berasal dari sumber utama yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini yaitu Tafsir Ibn Katsir, Tafsir

25 Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian (Yogyakarta: Teras, 2009),

100.

26 Anton Bakker dan Achmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat

(Yogyakarta: Kanisius, 1990), 10.

27 Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung: Mandur

(27)

Ahkam al-Qur’an karya Qurṭ ubī, dan Rawa’i‘ Bayan karya Ali

al-Ṣābūnī.

b. Sumber Sekunder

Sumber data sekunder adalah data pendukung yang berkaitan dengan tema penelitian ini, berfungsi untuk melengkapi data primer yang sudah ada. Adapun yang menjadi sumber data sekunder di antaranya Modul: Pendidikan Perdamaian di Pesantren Berperspektif Islam dan HAM, Tanya Jawab Relasi Islam dan Hak Asasi Manusia, Hak Asasi Manusia dalam Negara Hukum Demokrasi: Human Rights in Democratiche Rechtsstaatdan buku serta bahan tertulis lainnya yang masih ada kaitannya dengan tema penelitian atau masalah yang dibahas.

2. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode tafsir tematik atau maudhu`i yaitu suatu metode tafsir dengan cara menghimpun ayat-ayat yang mempunyai satu makna dan penyusunan di bawah satu judul bahasan, kemudian menafsirkan secara tematik. Sebagaimana dikutip dari buku Abd al-Hayy al-Farmawi (seorang guru besar pada fakultas

Ushuluddin al-Azhar), diantara langkah-langkah tersebut yaitu:28

1) Memilih atau menetapkan masalah al-Qur`an yang akan dikaji secara maudhu`i

2) Melacak dan menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah yang telah ditetapkan.

3) Menyusun runtutan ayat sesuai dengan masa turunya disertai dengan pengetahuan tentang asbab al-nuzul (latar belakang turunnya ayat).

28 Abd Hayy Al-Farmawi, Al-Bidayah fi Al-Tafsir Maudhu`i (Kairo:

(28)

4) Mengetahui korelasi (munasabah) ayat-ayat tersebut didalam masing masing suratnya.

5) Menyusun tema bahasan didalam kerangka yang pas, sistematis, sempurna dan utuh.

6) Melengkapi bahasan dan uraian dengan Hadits, bila dipandang perlu sehingga pembahasan menjadi lebih sempurna dan jelas. 7) Mempelajari ayat-ayat tersebut keseluruhan dengan jalan

menghimpun ayat-ayat yang mempunyai pengertian sama. 3. Teknik penulisan

Adapun teknik penulisan skripsi ini bepedoman kepada surat keputusan rektor nomor 507 tentang penulisan karya ilmiah tahun 2017 dan buku pedoman akademik program strata 1 terbitan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam penyusunan skripsi ini, penulis membagi pembahasan menjadi beberapa bab dengan uraian sistematika sebagai berikut:

Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian dan Penulisan, Kajian Pustaka dan Sistematika Penulisan.

Bab II menjelaskan tentang kajian teoritis tentang hak asasi manusia dan hifz al-‘aql. Pada bab ini berisi tentang pengertian HAM, HAM dalam pandangan Islam, Hifz al-‘Aql dalam pandangan maqashid

(29)

Bab III merupakan bab yang menguraikan tentang Khamar dalam Al-Qur`an di antaranya yaitu: Pengertian Khamar, pengharaman khamar secara bertahap, dan bahaya khamar bagi tubuh.

Bab IV merupakan bab inti yaitu membahas tentang hak-hak manusia terhadap pelarangan khamar yang terangkum dalam sub pembahasan: perlindungan terhadap pikiran yang sehat, pengembangan mentalitas berpikir kreatif, dan membangun kehidupan yang sehat tanpa khamar.

Bab V merupakan bab Penutup yang terdiri dari kesimpulan dari pembahasan dari bab-bab sebelumnya serta saran-saran yang dapat menjadi solusi untuk permasalahan-permasalahan tersebut di atas.

(30)

14

KAJIAN TEORITIS TENTANG HAK ASASI MANUSIA DAN HIFZ AL-„AQL

Pada bab ini akan menjelaskan tentang definisi tentang HAM dan HAM dalam pandangan Islam. Setelah itu bab ini juga akan menjelaskan tentang definisi dari hifz al-‘aql menurut maqashid al-syari‟ah dan perluasan makna hifz al-‘aql dari yang semula berarti “penjagaan” menjadi “pengembangan” akal.

A. Definisi HAM

Hak Asasi Manusia (HAM) terdiri atas tiga unsur kata yaitu hak,

asasi, dan manusia. Hak adalah milik, kepunyaan dan wewenang.1 Asasi

adalah dasar dan pokok,2 dan manusia adalah makhluk yang memiliki

akal. Sehingga gabungan dari tiga kata tersebut membentuk suatu rangkaian kata yang disebut HAM. Berdasarkan definisi dari tiga gabungan tadi, HAM secara leksikal dapat didefinisikan sebagai kepunyaan yang bersifat dasar yang terdapat pada manusia. Maksudnya adalah setiap manusia memiliki hak atau wewenang yang sudah ada pada dirinya semenjak ia lahir di dunia ini. Hak tersebut bersifat mendasar, pokok dan inti dan tidak dapat diganggu gugat oleh orang lain. Orang yang berusaha menghilangkan hak tersebut akan dianggap sebagai orang yang melanggar hak asasi manusia.

Perdebatan mulai terjadi ketika menyangkut ruang lingkup pembahasan HAM. Apa saja yang dapat dikatakan sebagai hak asasi tersebut. Hal ini karena berkaitan dengan nilai-nilai dasar kehidupan

1 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Dewan Bahasa

Republik Indonesia, 2008), 502.

(31)

manusia yang sangat mungkin terdapat perbedaan pandangan antara satu orang dengan yang ;ain atau antara satu kelompok dengan kelompok yang lain. Oleh karena itu, definisi dan ruang lingkup pembahasan HAM

menjadi ruang yang sering diperdebatkan di ruang publik.3

Namun pada umumnya HAM dapat didefinisikan sebagai hak yang melekat dan terdapat pada setiap manusia, tanpa memandang kewarganegaraan, tempat tinggal, jenis kelamin, bangsa, etnis, warna kulit, agama, bahasa, dan status sosial lainnya. Setiap manusia berhak atas

hak asasi manusia tanpa adanya diskriminasi.4 Sementara HAM menurut

Undang-undang Republik Indonesia no 39 tentang HAM dikatakan bahwa HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada harkat dan keberadaan manuisa sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan dan

perlindungan harkat dan martabat manusia.5

Definisi HAM menjadi jelas apabila hanya dihubungkan dengan hak asasi yang terdapat pada satu individu saja, namun ketika dihubungkan dengan hak asasi orang lain maka konsep dan definisi HAM akan terasa kabur. Hal ini dikarenakan ada perbedaan sudut pandang dalam memahami hakikat hak asasi yang sebenarnya. Sehingga adanya perbedaan sudut pandang tersebut kiranya perlu merumuskan beberapa prinsip dasar yang dapat mencakup identitas setiap manusia tanpa mengetal status sosial apa pun. Ketentuan mengenai HAM kemudian diatur ke dalam beberapa norma yang disepakati sebagai norma HAM universal. Di antara norma HAM universal di antaranya hak untuk hidup,

3 Ahmad Cassese, Hak Asasi Manusia di Dunia yang Berubah (Jakarta: YOI,

2005), 41-42.

4 Ahkmad Muamar, “Kebebasan Beragama dan Problematika HAM Universal”,

Kalimah, Vol. 11, No. 1, (Maret 2013), 56-57.

(32)

hak mendapatkan keturunan, hak mendapatkan harta, hak bebas beragama, dan lain-lain.6

Deklarasi HAM universal untuk pertama kali dikeluarkan oleh PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) pada 10 Desember 1948. Deklarasi ini dianggap telah mewakili hak dan kebebasan yang ada pada setiap manusia dan sering kali dijadikan sebagai ukuran dan rujukan kebebasan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian perilaku orang dapat dianggap benar sejauh tidak melanggar hak dasar dari orang lain, dan sebaliknya perilaku seseorang akan dianggap pertentangan apabila

melanggar hak dasar yang ada pada orang lain.7

Ahkmad Muamar mengatakan bahwa definisi HAM yang diajukan oleh PBB memiliki banyak perbedaan dan banyak terdapat bias apabila dilihat dari sudut pandang Islam, yaitu akan banyak merugikan Islam dan bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar Islam. Perbedaan ini berpangkal pada dasar penilaian HAM diukur dengan standar rasio dan kepentingan manusia, bukan berdasarkanketentuan dari Tuhan. Aturan yang ditentukan oleh rasio dan kepentingan manusia tentu akan bersifat relatif sedangkan ketentuan hukan bersifat mutlak. Muamar lebih lanjut memberi contoh pada prinsip dasar HAM yang bertentangan dengan Islam adalah hak kebebasan beragama. Hak ini, menurut Muamar, bertentangan dengan

prinsip agama Islam yang tidak boleh berpindah agama (murtad).8 Orang

yang murtad dipandang dalam Islam sebagai orang yang paling dibenci

dan dapat dihukum dengan hukuman mati.9 Secara sepintas problem

pindah agama merupakan hak individu yang tidak boleh diganggu gugat

6 Ahkmad Muamar, “Kebebasan Beragama dan Problematika HAM Universal”,

57.

7 Ahmad Cassese, Hak Asasi Manusia di Dunia yang Berubah, 41-42.

8 Ahkmad Muamar, “Kebebasan Beragama dan Problematika HAM Universal”,

57.

9 Abu Bakar bin Muhammad Husayni, Kifayat Akhyar (Surabaya: Dar

(33)

oleh individu atau kelompok yang lain. Namun prinsip tersebut akan bertentangan dengan hukum Islam tentang larangan murtad.

Problem yang kerap dirasakan dalam menegakan prinsip Islam adalah menilai ada beberapa prinsip dasar dari agama Islam yang bertentangan dengan konsep HAM dalam perspektif dunia modern. Hukuman mati bagi orang yang murtad menurut ajaan Islam, dipandang sebagai suatu yang bertentangan dengan prinsip HAM. Bahkan para sarjana seperti Abdillahi Ahmed An-Naim secara terang mengatakan bahwa apabila terdapat pertentangan antara prinsip HAM dengan syari‟at, maka yang harus dimenangkan adalah prinsip dasar HAM, karena

dianggap sebagai prinsip dasar yang lebih bernilai universal,10 sedangkan

hukuman dan prinsip yang diatur oleh agama, hanya menyangkut dan diperlakukan oleh agama tertentu saja.

B. HAM dalam Pandangan Islam

HAM dalam pandangan Islam tidak bisa dilepaskan dari sifat Islam

yang dapat menjadi pengayom bagi setiap manusia.11 Islam datang ke

dunia ini untuk kepentingan seluruh manusia bukan hanya untuk orang muslim saja. Islam membawa agama rahmat lil-‘alamin dengan maksud semua ajaran dalam agama Islam memiliki manfaat bagi semua orang Islam. Islam sangat menghormati hak asasi yang ada pada setiap orang. Hal ini dibuktikan dengan penghormatan Islam akan status hidup anak perempuan pada masa Jahiliyah. Sebelum Islam datang anak perempuan dianggap sebagai sumber malapetaka yang harus dimusnahkan atau dibunuh. Dengan demikian, anak perempuan tidak mempunyai hak untuk

10 Abdullahi Ahmed An-Naim, Dekonstruksi Syari’ah (Yogyakarta: LkiS, 2004),

285-286.

11 John L Esposito, Islam the Straight Path, terj. Arif Maftuhin (Jakarta: Dian

(34)

hidup. Namun ketika Islam datang, Islam membawa prinsip bahwa setiap

manusia yang lahir di dunia ini memiliki hak untuk hidup.12

Islam sebagai agama universal mengatur semua permasalahan dari tingkat yang kompleks sampai pada tingkat yang kecil seperti

permasalahan keluarga dan masalah lainnya.13 Konsep Islam dalam

mengatur kehidupan manusia diatur dalam konsep akidah, ibdah dan muamalah. Islam tidak hanya mengatur masalah akidah dan ibadah saja, namun juga mengatur masalah muamalah. Masalah muamalah merupakan masalah yang sering dijumpai manusia dalam aktivitas kehidupan sehahri-hari sebagai makhluk sosial.

Dalam Islam dikenal dengan dua konsep hak, yaitu konsep hak-hak dasar yang ada pada manusia (huquq al-insan al-dharuriyah), dan hak yang berkaitan langsung dengan Allah (huquq Allah). Apabila pada konsep pertama berkaitan dengan hak antar sesama manusia dengan manusia yang lainnya, tetapi pada konsep yang kedua merupakan hak Allah yang harus ditunaikan oleh manusia sebagai makhluk-Nya. Kedua hak ini dalam Islam tidak dapat dipisahkan karena sangat terkait erat. Konsep hak pertama harus diiringi dengan konsep hak yang kedua. Seorang muslim tidak hanya dituntut untuk memenuhi hak sesama manusa saja, tetapi juga dituntut untuk menunaikan hak kepada Allah sebagai

seorang hamba.14

Hak asasi antar sesama manusia dalam Islam dapat dibagi menjadi tiga, yaitu hak dasar dan pinsipil (al-huuquq al-dharuriyah), hak sekunder (al-huquq al-hajiyah), dan hak tersier (al-huquq al-tahsiniyah). Hak dasar dan prinsipil adalah hak yang dimiliki oleh setiap individu yang apabila

12 Muhammad Thahir bin „Asyur, Tahrir wa Tanwir (Tunisia: Dar

al-Tunisiyyah li-al-Nasyr), 14/183-184.

13 Abu A‟la al-Maududi, Dasar-dasar Islam, terj. Achsin Mohammad (Bandung:

Penerbit Pustaka, 1984), 6-7.

(35)

dilanggar akan menyebabkan hilangnya eksistensi dari individu tersebut, contohnya yaitu hak untuk hidup dan hak memiliki keturunan. Apabila hak ini dilanggar atau ada individu lain yang melanggar akan menyebabkan hilangnya harkat kemanusiaan. Sedangkan hak sekunder adalah hak yang dimiliki oleh individu yang apabila tidak dipenuhi akan berimplikasi pada tidak terpenuhinya hak elementer seperti hak mendapatkan makan, minum dan tempat tinggal. Adapun hak tersier adalah hak yang dimiliki individu namun apabila hak ini dilanggar oleh individu lain tidak menyebabkan individu tersebut kehilangan hak

hidupnya, contohnya adalah hak memiliki mobil mewah.15

Konsep Islam tentang HAM dapat dikatakan sebagai konsep pertama yang muncul di muka bumi ini. Dengan demikian konsep Islam tentang hak-hak individu dalam bidang agama, sosial, politik, ekonomi, budaya dan lainnya jauh melampaui konsep HAM yang berasal dari dunia

Barat.16 Konsep Islam tentang HAM tersebar banyak di dalam ayat-ayat

al-Qur‟an dan hadis Nabi Muhammad Saw.

Salah satu HAM yang ada di dalam al-Qur‟an yang paling terkenal adalah hak untuk hidup. Di dalam al-Qur‟an disebutkan bahwa individu yang membunuh individu lain dinyatakan telah membunuh individu semuanya, dan begitu juga individu yang menghidupkan satu individu lain maka ia seperti menghidupkan individu semuanya. Pernyataan ini seperti

terakam di dalam al-Qur‟an surat al-Maidah [5] ayat 32;17

...

15 Suparman Marzuki dan Sobirin Mallan, Pendidikan Kewarganegaraan dan

HAM (Yogyakarta: UII Press, 2002).

16 Bambang Cipto, dkk, Pendidikan Kewarganegaraan: Menuju Kehidupan

yang Demokratis dan Berkeadaban (Yogyakarta: the Asia Fondation-LP3 UMY, t.th.),

263-265.

17 Tafsiran tentang ayat ini dapat dibaca dalam Ibnn „Asyur, Tahrir wa

(36)

“... barang siapa yang membunuh seseorang, bukan karena orang tersebut membunuh orang lain, atau karena bukan berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barang siapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia”.

Ayat di atas menunjukan bahwa Islam sangat menghormati individu yang memiliki nyawa. Islam sangat membenci orang yang berbuat kerusakan dan membunuh seorang individu yang tidak berdosa. Bahkan Islam sangat menghargai orang yang berbuat kebaikan, menjaga alam, dan memberi manfaat kepada orang lain supaya orang lain mendapat

hak-hak yang sama dengan dirinya yang merdeka.18

Konsepsi Islam tentang HAM tidak dapat dilepaskan dari dua peristiwa besar sebagai tongggak tertancapnya HAM di dunia muslim. Peristiwa pertama adalah terjadinya Piagam Madinah (dustur

al-madinah). Ada beberapa konsep dasar tentang HAM yang tercantum

dalam Piagam Madinah seperti membina hubungan yang baik antar sesama manusia, saling membantu antar individu dengan individu yang lain, membela individu yang teraniaya dan termarjinalkan, memberi nasihat kebaikan kepada yang lain dan menjamin kebebasan beragama

bagi setiap individu.19

Adapun peristiwa kedua dari penegakan HAM di dunia Islam adalah terjadinya Deklarasi Kairo (the Cairo Declaration) yang memuat konsepsi HAM di antaranya hak persamaan dan kebebasan (al-Isra [17] ayat 70; al-Nisa [4] ayat 58 dan al-Mumtahanah [60] ayat 8); hak hidup Maidah [5] ayat 45; al-Isra [17] ayat 33); hak perlindungan diri

18 Bambang Cipto, dkk, Pendidikan Kewarganegaraan: Menuju Kehidupan

yang Demokratis dan Berkeadaban (Yogyakarta: the Asia Fondation-LP3 UMY, t.th.),

263-265.

19 Zainal Abidin Ahmad, Piagam Madinah: Konstitusi Tertulis Pertama di

(37)

Balad [90] ayat 12-17, al-Taubah [9] 6); hak kehormatan pribadi (al-Taubah [9] ayat 6); hak keluarga (al-Baqarah [2] ayat 221; al-Rum [30] 21 al-Tahrim [66] ayat 6); hak kesetaraan perempuan dan laki-laki Baqarah [2] ayat 228; al-Hujurat [49] 13); hak anak dari orang tua (al-Baqarah [2] ayat 233; al-Isra [17] ayat 23-24); hak mendapatkan pendidikan (al-Taubah [9] ayat 122; al-„Alaq [96] ayat 1-5); hak kebebasan beragama (al-Kafirun [109] ayat 1-6; al-Baqarah [2] ayat 136); hak kebebasan mencari suaka (al-Nisa [4] ayat 97; al-Mumtahanah [60] ayat 9); hak memperoleh pekerjaan (al-Taubah [9] ayat 105; al-Mulk [67] ayat 15); hak memperoleh perlakuan yang sama (al-Nisa [4] ayat 161; Ali

„Imran [3] 130).20

Penjelasan tentang HAM dalam Islam seperti digambarkan di atas menunjukan bahwa ajaran agama Islam sejak awal kemunculannya menghormati dan menghargai hak-hak dasar manusia, baik itu hak hidup, hak beragama, hak bermasyarakat, hak pendidikan, dan hak sosial lainnya. Islam sejak awal hendak memerangi orang atau individu yang melanggar hak asasi yang terdapat pada setiap individu.

Pada realitas zaman sekarang, konsep HAM yang berkembang dan dijadikan tolok ukur penegakan HAM di dunia adalah konsep HAM yang

dikemukakan oleh dunia Barat.21 Atas keadaan seperti ini kemudian

muncul berbagai tanggapan dari para sarjana Muslim untuk merespons konsepsi HAM di dunia Barat. Pertama, ada pendapat yang menolak konsepsi HAM dari Barat dengan alasan bahwa kopsepsi HAM dalam Islam yang tertuang dalam teks al-Qur‟an dan hadis Nabi Saw dan juga yang tertuang khususnya dalam Piagam Madiah (al-dustur al-madinah) merupakan bentuk ajaran yang sakral yang tidak boleh untuk dilupakan

20 Dede Rasyada, dkk, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani

(Jakarta: ICCE UIN Jakarta, 2005), 221-222.

(38)

dan diacuhkan. Ajaran Islam tersebut bersifat mutlak untuk semua keadaan dan semua tempat. Oleh karena itu bagi kelompok yang menolak konsepsi HAM dari Barat memiliki alasan banyak motif-motif terselubung dari konsepsi tersebut yang akan menyebabkan kerugian dalam dunia Islam. Kedua, ada pendapat yang menerima konsepsi HAM dari Barat dengan tangan terbuka tanpa kritik. Pandangan ini berpijak pada anggapan bahwa konsepsi HAM dari Barat merupakan hasil dari pemikiran yang rasional berdasarkan praktik dan pengamatan kemanusiaan yang dinilai dapat menampung aspirasi dari masyarakat dunia. Pandangan ini sangat menekankan pada penghormatan yang besar bagi kebebasan dan menghormatan hak-hak pada setiap individu. Ketiga, pendapat yang menginginkan dilaksanakannya konsepsi HAM secara islami seperti terdapat dalam al-Qur‟an dan hadis, namun di sisi lain menerima konsepsi

HAM dari Barat.22

HAM dalam pandangan Islam (al-huquq al-insaniyah fi al-islam) tidak dapat dilepaskan dari konsepsi yang terkenal di dalam ilmu ushul fiqh dengan sebutan al-dharuriyah al-khamsah yang meliputi hifz al-din (menjaga agama), hifz al-nafs (menjaga jiwa), hifz al-‘aql (menjaga pikiran), hifz al-mal (menjaga harta benda), dan hifz al-nasl (menjaga

keturunan).23

Kelima konsepsi dasar tentang HAM dalam Islam dapat dijabarkan sebagai berikut:

Pertama, hifz al-din (menjaga agama). Islam sangat menghargai kebebasan berekspresi dalam keagamaan. Dengan kata lain Islam menjaga hak dan kebebasan keyakinan setiap individu. Setiap individu berhak

22 Said Aqil Husain al-Munawar, Al-Qur’an: Membangu Tradisi Kesalehan

Hakiki (Jakarta: Ciputat Press, 2004), 298-300.

23 Abu Ishaq al-Syatibi, al-Muwafaqat fi Ushul al-Fiqh (Beirut: Dar al-Fikr,

(39)

memeluk agama sesuai dengan keyakinannya masing-masing.24 Begitu juga Islam menjaga kebebasan memilih madzab yang menjadi pegangannya. Islam tidak memaksa setiap individu untuk memeluk ajaran agama Islam atau berpindah dari satu keyakinan kepada keyakinan Islam. Hal ini seperti tercantum di dalam surat al-Kafirun [109] ayat 6.

Islam juga sangat menghormati tempat ibadah setiap umat beragama baik itu Islam, Kristen, Yahudi maupun agama lainnya. Islam tidak membenarkan untuk mengganggu ajaran dan kepercayaan lainnya apalagi merusak tempat ibadah mereka. Islam juga sangat menghormati dakwah dari ajaran agama lainnya seperti Islam juga mendakwahkan ajaran agamanya kepada masyarakat luas. Islam membolehkan berperang kepada orang Muslim jika ada pihak yang menyerang tempat ibadah mereka terlebih dahulu, seperti tercantum dalam surat al-Hajj [22] ayat 39-40. Dengan demikian Islam tidak memperbolehkan bersikap kasar baik

kepada sesama muslim maupun kepada semua orang.25

Konsepsi Islam tentang hifz al-din mencerminkan sikap Islam yang toleran. Toleransi Islam dapat dibuktikan dengan adanya setiap orang kafir

dzimmi yang berada di dalam negara Islam mendapatkan jaminan hidup

yang sama sebagaimana warga negara muslim.26

Kedua, hifz al-nafs (menjaga jiwa). Nyawa atau jiwa manusia merupakan salah satu hal yang sangat dihormati dalam Islam. Orang yang tidak menghargai nyawa seseorang berarti dia juga tidak akan dimuliakan oleh Islam. Setiap individu dilarang untuk menghilangkan nyawa individu yang dimuliakan oleh Allah. Hanya Allah lah yang dapat menghidupkan dan mematikan setiap manusia dan makhluk. Islam sangat keras terhadap tindakan yang berimplikasi pada menghilangkan nyawa seseorang, yaitu

24 Al-Syatibi, al-Muwafaqat, 2/8. 25 Al-Syatibi, al-Muwafaqat, 2/8. 26 Al-Syatibi, al-Muwafaqat, 2/9.

(40)

akan diancam dengan hukumam qisas. Hukuman ini dilihat dalam perspektif Islam sangat menghormati hak hidup seseorang. Dengan adanya hukum Islam ini, seseorang diharapkan akan lebih menghormati nyawa

atau jiwa orang lain.27

Islam juga menekankan supaya seseorang membantu orang lain yang dalam kesusashan. Orang yang sedang mengalami kesusahan akan berdampak pada kesehatan mereka yang terancam. Orang yang sedang dalam keadaan terancam, maka harus dibantu oleh orang yang mampu. Islam menjamin orang yang membantu sesamanya dengan pahala yang besar akan akan dimasukan ke dalam surga Allah Swt.

Konsepsi Islam tentang hifz al-nafs mencerminkan bahwa Islam adalah agama yang cinta damai. Cinta damai dalam Islam terbukti dari sikap yang tidak boleh membunuh atau memerangi orang lain jika seseorang atau kelompok lain tidak menyerang terlebih dahulu.

Ketiga, hifz al-‘aql (menjaga pikiran). Konsepsi Islam tentang hifz

al-‘aql akan dibahas pada sub-bab selanjutnya.

Keempat, hifz al-mal (menjaga harta benda). Konsepsi Islam tentang hak selanjutnya adalah menjaga harta benda. Harta didapat oleh seseorang dengan cara kerja (kasab). Harta juga dapat diperoleh melalui warisan keluarganya. Islam mengatur bagaimana cara mendapatkan harta benda dengan cara yang benar dan sesuai dengan tuntunan syari‟at. Harta yang bersih didapatkan dari hasil kerja yang bersih pula. Sehingga Islam sangat mencela perbuatan mendapatkan harta dengan cara yang batil

seperti mencuri, merampok, atau bahkan korupsi.28

Dalam hukum Islam orang yang mencuri dapat dikenakan hukuman potong tangan. Hukuman ini untuk menjamin harta seseorang

27 Al-Syatibi, al-Muwafaqat, 2/9. 28 Al-Syatibi, al-Muwafaqat, 2/10.

(41)

dapat terlindungi dengan baik. Orang yang memiliki harta akan merasa aman apabila ada hukuman bagi orang yang mencuri. Sehingga efek sosial dari adanya hukuman potong tangan dalam Islam memiliki tampak yang besar terhadap konsepsi Islam tentang perlindungnan harta seseorang.

Dengan adanya hifz al-mal, Islam hendak mengajarkan kepada setiap individu untuk selalu bekerja dengan keras dan pantang menyerah. Orang yang bekerja dengan tangannya sendiri akan diberi pahala oleh Allah dengan pahala yang banyak. Begitu juga kepala keluarga yang bekerja untuk menafkahi keluarganya akan diberi pahala yang berlipat ganda oleh Allah karena secara tidak langsung memberi keselamatan hidup bagi keluarganya.

Kelima, hifz al-nasl (menjaga keturunan). Konsepsi yang terakhir dalam Islam tentang HAM adalah menjaga keturunan. Islam menjaga kelestarian umat Islam dengan cara perkawinan. Islam sangat menganjurkan pernikahan bagi orang yang sudah mampu. Pernikahan dalam Islam bertujuan untuk melanggengkan eksistensi manusia di muka bumi. Bahkan Nabi Saw. menyuruh umat Islam memperbanyak keturunan supaya dapat membanggakannya di akhirat kelak. Dengan demikian umat Islam di dunia ini tidak akan pernah mati karena selalu ada

manusia-manusia baru yang lahir dari rahim seorang muslim.29

Islam sangat membenci perbuatan zina atau melakukan hubungan seksual di luar pernikahan. Perbuatan tersebut akan bertampak negatif bagi kehidupan manusia selanjutnya. Anak hasil perzinahan kerap kali tidak memiliki ayah karena sang ayah kabur atau tidak bertanggung jawab. Dalam ajaran Islam, sangat ditekankan bahwa hubungan antara laki-laki dan perempuan hendaklah disatukan dalam ikatan suci yang disebut dengan pernikahan. Dengan adanya pernikahan ini maka akan tumbuh rasa

(42)

tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan dalam membina hubungan keluarga.

Konsep HAM dalam hifz al-nasl memainkan peranan penting demi menjaga kehormatan manusia. Manusia akan menjadi terhormat dengan adanya hubungan pernikahan, sebaliknya orang akan menjadi terhina karena tidak adanya pernikahan. Pernikahan juga memiliki dampak yang banyak terhadap keturunan. Anak yang dilahirkan melalui pernikahan resmi akan mendapatkan hak-haknya sebagai seorang anak, sedangkan anak yang dilahirkan dari hubungan yang ilegal tidak akan mendapatkan

hak-haknya sebagai seorang anak dari orang tuanya.30

Penjelasan tentang konsepsi Islam yang terkaitan dengan HAM yang terumuskan dalam al-dharuriyah al-khamsah dimaksudkan untuk mencipta-kan kehidupan yang tentram, damai, adil dan sejahtera (baldatun

thayyibatun wa-rabbun ghafur). Dengan cara menegakan lima prinsip

dalam Islam ini, diharapkan manusia akan saling menghormati antara sesama manusia bukan hanya antar sesama muslim saja.

C. Hifz al-„Aql dalam Maqasid Syari‟at

Pada penjelasan pada sub-bab di atas telah dipaparkan lima konsep dasar HAM dalam Islam yang menyangkut lima kebutuhan dasar

(al-dharuriyah al-khamsah). Pada pembahasan sub-bab ini akan difokuskan

pada pembahasan hifz al-‘aql (menjaga pikiran atau akal). Namun sebelum menjelaskan pengertian hifz al-‘aql terlebih dahulu akan dijelaskan pengertian dari maqashid al-syari’ah. Konsep ini akan mengantarkan kepada penjelasan yang komprehensif tentang pengertian hifz al-‘aql.

Maqashid al-Syari’ah merupakan istilah yang digunakan oleh

sarjana hukum Islam untuk menujuk pada tujuan dasar dari

(43)

dilaksanakannya syari‟at Islam. Kata ini terdiri dari dua kata yaitu

maqashid dan syari’ah. Maqashid secara bahasa berarti tujuan-tujuan,31

sedangkan syari’ah didefinisikan sebagai jalan menuju keselamatan atau

sudah menjadi suatu kata yang masyhur disebut dengan syari‟at.32

Sehingga gabungan kedua kata ini disebut dengan Maqashid Syari’ah yang berarti tujuan-tujuan Allah ketika membuat suatu hukum atau

syari‟at Islam bagi manusia.33

Allah ketika mensyariatkan kepada hamba-Nya berupa perintah dan larangan, maka sebenarnya ada tujuan-tujuan dasar yang hendak dituju oleh Allah yang memiliki maslahat kepada manusia. Allah tidak membuat suatu hukum yang di dalamnya tidak memiliki manfaat. Allah juga tidak mungkin membuat suatu hukum yang di dalamnya terdapat unsur yang sia-sia tanpa ada tujuan dan arah yang jelas. M Hashim Kamali menyebut bahwa setiap perintah dan larangan Allah dalam firman-Nya mendandung tujuan yang tersirat maupun yang tersurat, dan terkadang tujuan tersebut dapat dimengerti oleh manusia secara langsung dan melalui indikasi (qarinah) yang menyertai illat suatu hukum, dan ada pula yang tidak dapat dinalar oleh manusia. Dalam kasus seperti ini hanya

Allah saja yang mengetahuinya.34

Maqashid Syariat merupakan rahasia dan hikmah yang hendak

dicapai oleh Syari„ (pembuat syari‟at) melalui berbagai perangkat hukum yang dibuat dalam teks-teks keagamaan. Ada pesan-pesan substansif yang ada di balik rangkaian hukum dalam al-Qur‟an untuk keselamatan

31 Ibrahim Mustafa, dkk, Mu‘jam al-Wasī (Kairo: Dar al-Da‟wah, 2009),

2/738.

32 Ibrahim Mustafa, dkk, Mu‘jam al-Wasī , 1/479.

33 Yusuf al-Qardhawi, Fiqh Maqashid Syariah: Modernisasi Islam antara Aliran

Tekstual dan Liberal (Jakarta: Al-Kautsar, 2007), 10-11.

34 M. Hashim Kamali, Membumikan Syariah: Pergulatan Mengaktualkan Islam

(44)

manusia.35 Tujuan pokok dari Maqashid Syari’ah adalah kemaslahatan, sedangkan lawan darinya adalah kemudaratan atau kemafsadatan. Ketika agama Islam melarang seseorang untuk berzina, maka sesungguhnya ada maslahat di balik pelarangan itu. Begitu juga ketika dalam Islam ada pelarangan meminum minuman yang memabukan maka ada maslahat di balik pelarangan itu. Ketika Islam memerintahkan seorang untuk melakukan shalat ada kemaslahatan di balik perintah itu, dan juga ketika Islam memerintahkan seseorang untuk berpuasa maka sesungguhnya ada

maslahat di balik perintah itu.36 Bentuk kemaslahatan bagi seorang hamba

dalam menjalankan dan meninggalkan hukum Allah ini yang disebut dengan sebutan Maqashid Syari’ah.

Ada beberapa kriteria seseorang dapat mengetahui tujuan-tujuan di balik pensyariatan suatu hukum, sebagaimana disebutkan al-Syatibi, di

antaranya sebagai berikut:37

Pertama, mengetahui bahasa Arab dengan baik baik dari segi arti, nahwu, sharaf, balaghah, badi„ yang terdapat dalam ayat al-Qur‟an maupun hadis Nabi Saw.

Kedua, mengerti secara komprehensif tentang perintah dan larangan (awamir wa nawahi) Allah yang terdapat dalam teks al-Qur‟an maupun hadis Nabi Saw.

Ketiga, mengetahui alasan di balik perintah dan larangan yang dilakukan Allah dalam teks al-Qur‟an maupun hadis Nabi Saw.

Keempat, mengetahui secara mendalam antara tujuan-tujuan yang inti (maqashid ashliyah) maupun tujuan-tujuan yang bersifat pelengkap. Tujuan pokok dan asli dari shalat adalah sikap ketundukan kepada Allah,

35 M. Hashim Kamali, Membumikan Syariah, 163-164.

36 Hamka Haq, Filsafat Hukum Islam (Makasar: T.tp., 1998), 5-6. 37 Yusuf al-Qardhawi, Fiqh Maqashid Syariah, 13-14.

(45)

sedangkan tujuan pelengkap adalah supaya menjadikan hati seseorang

menjadi bersih.38

Kelima, dapat menetapkan (istiqra’) dalam menentukan suatu tujuan disyariatkan suatu hukum dan menemukan illatnya. Tujuan disyariatkannya hukum Islam, dalam kategori al-Ghazali dan al-Syatibi, seperti perlindungan terhadap agama (hifz al-din), perlindungan terhadap jiwa (hifz al-nafs), perlindungan terhadap pikiran atau akal (hifz al-‘aql), perlindungan terhadap harta benda (hifz al-mal) dan perlindungan terhadap

keturunan (hifz al-nasl).39

Pada sub-bab sebelumnya telah dijelaskan tentang lima perlindungan dasar dalam Islam (al-dharuriyah al-khamsah), kecuali pembahasan hifz al-‘aql. Pada pembahasan kali ini akan difokuskan pada penjelasan hifz al-‘aql sebagai salah satu tujuan disyariatkannya suatu hukum. Hifz al-‘aql didefinisikan sebagai menjaga pikiran atau akal atau juga bisa diartikan dengan perlindungan terhadap pikiran atau akal. Maksudnya adalah bentuk aturan, baik itu perintah atau larangan, yang berasal dari Allah dan telah ditetapkan di dalam al-Qur‟an dan hadis Nabi Saw. bertujuan untuk melindungi akal manusia dari sesuatu yang dapat

merusaknya.40

Contoh yang paling sering disebutkan untuk menggambarkan hifz

al-‘aql adalah pelarangan meminum khamar. Pelarangan meminum

khamar berdasarkan pada sifat khamar yang dapat merusak akal dari orang yang meminumnya. Jadi illat dari larangan minum khamar adalah adanya sifat memabukan. Orang yang dalam keadaan mabuk akan kehilangan kesadaran dalam mengontrol diri. Maka tidak jarang ditemukan beberapa kasus pelanggaran yang disebabkan oleh orang yang mabuk karena

38 Yusuf al-Qardhawi, Fiqh Maqashid Syariah, 15. 39 Yusuf al-Qardhawi, Fiqh Maqashid Syariah, 16-17. 40 M. Hashim Kamali, Membumikan Syariah, 44-45.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan subyek penelitian adalah siswa kelas XII TPHP SMK Putra Wilis Kecamatan Sendang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketidakpastian lingkungan bisnis akan mendorong manajer menggunakan sistem pengukuran kinerja (SPK) secara interaktif yang kemudian

Dapat dipahami bahwa pengadaan dalam konteks fungsi layanan pemerintah adalah kegiatan yang dilakukan dengan sumber pendanaan dari anggaran negara atau anggaran daerah untuk

(E) Dosis Norephinephrine, Lama waktu keluar labirin, Tikus dengan dosis 12,5 mg... Penelitian genetika molekul telah menyelesai- kan percobaan di

Terkait dengan keberadaan ekonomi Islam dalam menyikapi era perdagangan bebas atau pasar bebas, maka terdapat beberapa hal yang perlu dipahami bersama mengenai

Akhir dari perdebatan antara kepentingan arkeologi dan kepentingan komersil perusahaan eksplorasi kapal karam adalah kepentingan publik. Kepentingan yang dipergunakan

Hasil dari penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD dan Dana Alokasi Umum (DAU ) berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal pada kabupaten/kota di Propinsi Jawa

Dari hasil penelitian dan pembahasan seperti telah diuraikan di atas menjelaskan bahwa dengan penerapan metode dua tinggal dua tamu yang tepat pada siswa kelas