• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. KHAMAR DALAM AL-QUR‟AN

C. Bahaya Khamar Bagi Tubuh …

Nadiah Thayyarah menjelaskan bahwa khamar memiliki dampak negatif bagi kesehatan orang yang mengkonsumsinya. Menurut Thayyarah, di dalam khamar terdapat racum yang membahayakan bagi tunuh manusia. Khamar dapat mennimbulkan penyakit infeksi saluruan pernapasan,penyakit paru-paru, dan penyakit selaput hidung sehingga merusak indra penciuman.

Adapun pengaruh racum khamar berbeda-beda, tergantung perubahan kadar dalam darah. saat kadarnya mencapai 20-99 mg/persen, akan menyebabkan mabuk, mual, muntah, halusinasi, pandangan kabur, serta gangguan keseimbangan. pada kadar 300-399 mg/persen, akan menurunkan suhu tubuh dan menghilangkan ingatan. Dua pada kadar 400-700 mg/persen, akan menyebabkan tidur berkepanjangan yang disertai kesulitan bernapas. Bahkan terkadang menyebabkan kematian. Walaupun khamar berdampak pada seluruh organ tubuh, tetapi dampaknya paling parah akan merusak otak dan pernapasan hingga menyebabkan

kematian.28

Khamar juga dapat menyebabkan infeksi lidah dan atrophy (terhenti nya pertumbuhan) papila perasa. Lidah akan mengering dan terkadang mengeluarkan air liur secara terus menerus. Pada lidah seorang pecandu Khamar, akan terlihat warna putih. Ini merupakan fase awal serangan kanker lidah. Majalah Medicane terbitan Inggris menegaskan bahwa kecanduan alkohol sering menyebabkan infeksi kelenjar parotis. Khamar dapat memperlebar pembuluh darah vena dan selaput mecus pada esophagus (saluran makanan) sehingga menyebabkan luka pendarahan.

Akibatnya, peminum khamar akan muntah darah. Sebanyak 90 persen

penderita kanker esophagus adalah pecandu minuman keras.29

Peminum khamar juga rentan mengalami infeksi lambung. Khamar adalah minuman yang paling berpotensi melukai lambung dan termasuk minuman yang menghambat penyerapan makanan terutama vitamin dan mineral. Pada pecandu alkohol juga mudah terserang infeksi esophagitis kronis, sehingga mereka rentan terserang kanker lambung. Penyebab kanker lambung jarang sekali menimpa orang yang tidak meminum khamar. Para peminum khamar juga akan terserang diare dan infeksi

pankreas, serta penyakit yang kerap menyebabkan kematian.30

Secara khusus, khamar juga dapat menyerang liver. Peminum khamar sering mengalami lubrikasi dan pembengkakan pada liver. Berbagai riset membuktikan bahwa mengkonsumsi 180 gram alkohol

setiap hari dapat menyebabkan lubrikasi liver. Sirosis Liver (hati)

termasuk penyakit yang tidak bisa disembuhkan, bahkan kerap menyebabkan kematian. Namun berhenti meminum alkohol di awal fase sakit dapat menghambat penyebaran sirosis liver. Para peneliti menyimpulkan, sekitar 20 persen pecandu minuman keras menderita sirosis liver dan terserang penyakit kuning. Tak jarang, peminum juga mengalami koma dan terserang pendarahan esophagus, yang dapat

menyebabkan kematian.31

Khamar juga dapat mengakibatkan orang yang meminumnya rentan terserang berbagai penyakit-penyakit berbahaya yang menyerang jantung, seperti: penyakit otot jantung (Kardioiopiati), meningkatnya tekanan darah akibat kecanduan, penyakit jantung koroner, alkohol dapat menyebabkan pengerasan dan penyempitan arteri jantung, infeksi otot

29 Nadiah Thayyarah, Buku Pintar Sains dalam al-Qur’an, 68.

30 Nadiah Thayyarah, Buku Pintar Sains dalam al-Qur’an, 68.

jantung, infeksi pembuluh vena peripheral, pembekuan jantung dan kematian mendadak, peningkatan kadar kolesterol dan lemak dalam tubuh.32

Khamar juga dapat mengakibatkan orang yang meminumnya mengalami gangguan pada sistem syaraf otak. Sel-sel saraf merupakan bagian yang paling sering terkena dampak racun alkohol. Alkohol juga memiliki dampak yang dapat membahayakan otak. sebagian bersifat temporal, adapula yang tak bisa dipulihkan. Dr. Craig Brater dari Indiana University School of Medicane mengatakan, meminum segelas atau dua

gelas alkohol dapat menyebabkan kematian sejumlah sel otak.33

32 Nadiah Thayyarah, Buku Pintar Sains dalam al-Qur’an, 69-70.

49

HAK ASASI MANUSIA DALAM PELARANGAN KHAMAR Pada bab ini akan membahas tentang hak asasi manusia yang dapat diperoleh dari adanya bentuk pelarangan meminum khamar. Di antaranya adalah perlindungan terhadap pikiran yang sehat, pengembangan mentalitas berpikir kreatif, membangun kehidupan yang sehat tanpa khamar.

A. Perlindungan Terhadap Pikiran yang Sehat

Khamar ditegaskan dalam al-Qur‟an sebagai perbuatan keji, kotor dan dapat merusak akal. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam surat al-Maidah [5] ayat 90-91. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah mengatakan bahwa meminum khamar dari segala yang memabukan walaupun dalam jumlah sedikit, dan berjudi, berkorban untuk berhala-berhala, mengundi nasib dengan menggunakan panah adalah perbuatan yang keji dan sekaligus termasuk perbuatan setan. Orang yang menjauhi segala perbuatan yang dilarang dalam al-Qur‟an akan menjadi orang yang

beruntung.1

Selanjutnya Shihab menafsirkan ayat 91 dari surat al-Maidah dengan menjelaskan tentang alasan mengapa khamar dan judi dilarang dalam ajaran agama Islam. Masalah yang dihadapi oleh umat Islam setelah mentauhidkan seluruh bangsa Arab khususnya di Mekah dan Madinah, adalah banyak di antara mereka yang masih mempraktikan budaya meminum khamar dan bermain judi. Berbeda dengan adat masyarakat Arab pra-Islam yang menyembah berhala, ketika mereka masuk Islam tidak ada seorang pun yang menyembah berhala setelah kawasan Arab

ditaklukan oleh Islam. Tapi tradisi, kebiasaan dan adat meminum khamar

selalu ada bahkan ketika mereka sudah beragama Islam.2

Maka tidak mengherankan apabila Islam dalam proses pelarangan mengharamkan khamar tidak langsung bersikap keras dengan langsung menganggap perbuatan tersebut haram, tetapi melalui tahapan yang panjang. Dalam melarang perbuatan meminum khamar ada empat tahapan yang dilakukan Islam supaya masyarakat tidak kaget terhadap bentuk larangan tersebut. Dimulai dengan menjelaskan bahwa minuman khamar itu dapat menyebabkan mabuk (al-Nahl [16] ayat 67), kemudian menyatakan bahwa meminum khamar terdapat dosa yang besar walaupun ada manfaat yang didapat dari minum khamar (al-Baqarah [2] ayat 219), kemudian menyebut bahwa khamar diharamkan hanya ketika orang hendak shalat saja (al-Nisa [4] ayat 43), dan terakhir menegaskan bahwa meminum khamar termasuk dalam perbuatan keji dan termasuk ke dalam

perbuatan setan.3

Al-Qurtubi menjelaskan bahwa orang yang minum khamar kemudian mabuk tidak akan menyadari ucapan yang keluar dari mulutnya dan perbuatan yang dilakukannya. Hal ini menyebabkan ada ketidaksesuai-an antara otak dan tindakan. Orang yang sehat dan normal, akan menghasilkan perbuatan yang sinkron antara perintah otak dan tindakannya. Karena tindakannya berasal dari perintah yang distimulasikan dalam otak. Dengan demikian orang yang dalam keadaan mabuk, terdapat suatu penghalang yang menghalangi di selaput otaknya.

2 Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, 1/191-2.

3 Nadiah Thayyarah, Buku Pintar Sains dalam Al-Qur’an: Mengerti Mukjizat

Hal ini menyebabkan orang yang mabuk tidak menyadari terhadap apa

yang diucapkan dan yang dilakukannya.4

Yusuf al-Qaradhawi menyebut bahwa meminum khamar dapat membahayakan akal manusia, tubuh, agama dan dunianya. Dalam pandangan al-Qaradhawi, ketika seseorang meminum khamar maka sesungguhnya tidak hanya sekadar menyebabkan rusaknya akal orang yang minum saja, tetapi juga dapat berimplikasi pada tindakan-tindakan jahat dan negatif lainnya yang disebabkan oleh keadaan tidak sadarkan diri

orang yang sedang mabuk tersebut.5 Masih menurut al-Qaradhawi, orang

yang mabuk karena minum khamar dapat menyebabkan bunuh diri atau bahkan membunuh orang lain. Perbuatan ini dilakukan karena orang yang sedang mabuk tidak mengenal dirinya sendiri. Bahkan ketika orang yang mabuk sedang dalam keadaan bahaya, misalkan ada di tepi jurang yang curam, maka orang tersebut tidak akan mengetahui jurang tersebut karena dirinya sedang dalam keadaan tidak normal atau tidak sadar. Maka tidak mengherankan orang yang mabuk bisa saja membunuh dirinya sendiri dan

membunuh orang lain yang ada di depannya.6

Illat dari pengharaman khamar dalam Islam adalah sifat iskar

(memabukan).7 Sifat memabukan dari khamar berasal dari hasil fermentasi

yang dihasilkan dari kurma dan anggur atau jenis lainnya. Zat yang terkandung di dalamnya terbukti sangat membahayakan bagi kesehatan tubuh orang yang meminumnya. Seseorang yang hendak selamat jiwanya

maka hendaknya ia menjauhi minuman khamar.8

4 Abu „Abdillah al-Qurthubi, al-Jami‘ li-Ahkam al-Qur’an (Riyadh: Dar Alam al-Kutub, 2003), 6/287-288.

5 M Yusuf al-Qaradhawi, al-Halal wa al-Haram fi al-Islam (Surabaya: Bina Ilmu, 1990), 93.

6 M Yusuf al-Qaradhawi, al-Halal wa al-Haram fi al-Islam, 93-94.

7 Ali al-Shabunu, Rawa’i‘ al-Bayan fi Tafsir Ayat al-Ahkam (beirut: Dar al-Fikr, t.th.), 1/267-268.

Meminum khamar dapat disamakan dengan memasukan obat bius kepada tubuh seseorang. Orang yang terkena obat bius perlahan tapi pasti mulai kehilangan kesadarannya. Segala sesuatu yang ada di sekelilingnya tidak akan diketahui oleh orang tersebut. Begitu juga orang yang meminum khamar, akan menyebabkan penurunan fungsi kerja otak manusia. Hal ini dimulai dari merendahnya perasaan seseorang akan dirinya sendiri. Seorang yang sedang mabuk tidak dapat melaksanakan pekerjaannya, karena tidak dapat menguasai atau mengontrol anggota badannya. Maka tidak mengherankan akan banyak ditemukan orang yang mabuk berkata dengan tidak jelas bahkan cenderung ngawur karena sistem

otaknya tidak berfungsi secara baik.9

Bahaya yang diakibatkan dari minuman khamar bukan hanya bersifat fisik tetapi juga mencakup mental. Bahaya fisik dari khamar bagi tubuh dapat diidentifikasi seperti dapat merusak jantung, paru-paru dan saluran pencernaan. Sedangkan bahaya mental dapat merusak otak manusia yang dapat menyebabkan orang menjadi gila atau setres. Bahaya mental bahkan memiliki dampak yang lebih besar daripada bahaya fisik. Apabila bahaya fisik hanya merugikan individu yang meminum khamar, namun dalam bahaya mental dapat membahayakan nyawa orang lain dan

dapat meresahkan masyarakat.10

Khamar dengan demikian memiliki banyak akibat yang akan ditimbulkan. Kemudaratan yang dimiliki khamar, seperti diungkapkan dalam al-Qur‟an, lebih banyak jika dibandingkan dengan manfaat yang dimiliki. Akibat utama yang menjadi bentuk pelarangan dalam hukum

9 Huzaemah Tahido Yanggo, Masail Fiqhiyah: Kajian Hukum Islam

Kontemporer (Bandung: Angkasa-Uin Jakarta, 2005), 74-76.

10 Muhammad Kamal Abd al-Aziz, Limadza Harrama Allah Hadzihi al-Asy’ya’ (kairo: Maktabah al-Qur‟an, 1997), 51-52., Nadiah Thayyarah, Buku Pintar Sains dalam

Islam adalah bahwa khamar dapat merusak akal atau pikiran manusia.11 Sedangkan posisi akal atau pikiran dalam Islam sangat dihormati dan dimuliakan. Orang akan menjadi mulia apabila mendayagunakan kemampuan akalnya untuk perbuatan yang baik, dan begitu juga sebaliknya manusia akan menjadi hina apabila tidak menggunakan akalnya sama sekali. Orang yang meminum khamar dapat dikategorikan dalam kelompok kedua yaitu orang yang tidak dapat menggunakan

kemampuan akalnya karena tertutup oleh zat memabukan dari khamar.12

Titik penting yang hendak diungkap dalam Islam melalui pelarangan meminum khamar adalah bentuk perlindungan terhadap akal manusia supaya tetap sehat dan berfungsi seperti biasanya. Orang yang dapat berpikir sehat dan jernih akan dapat menangkap pesan-pesan mendalam dalam al-Qur‟an. Allah pun akan memberikan cahaya pengetahuan-Nya kepada hamba-Nya yang terus berpikir jernih dan sehat. Orang yang demikian yang disebut oleh Allah akan diangkat derajatnya ke tingkat yang tinggi. Sedangkan orang yang tidak menggunakan akal atau pikirannya tidak ubahnya seekor binatang dan bahkan status manusia lebih

rendah dari binatang apabila tidak berpikir dengan sehat dan jernih.13

Islam sangat membenci orang yang merusak akalnya. Hal ini dibuktikan dengan hukuman yang akan diterima oleh orang yang meminum khamar. Dalam literatur fikih akan ditemukan bahwa ulama sepakat untuk mengatakan bahwa peminum khamar akan dikenakan sanksi (had). Perbedaan pendapat mulai terjadi pada penentuan sanksi yang ditentukan untuk peminum khamar. Ulama Syafi‟iyah mengatakan bahwa

sanksi bagi peminum khamar adalah dicambuk sebanyak 40 kali.14

11 Al-Qurthubi, al-Jami‘ li-Ahkam al-Qur’an, 10/129.

12 Al-Qurthubi, al-Jami‘ li-Ahkam al-Qur’an, 6/287.

13 Ibn „Asyur, al-Tahrir wa al-Tanwir (Tunis: al-Dar al-Tunisiyah, 1984), 5/243.

Sedangkan menurut ulama Hanafiyah, peminum khamar dihukum dengan

80 cambukan.15

Hukum Islam yang terkesan keras terhadap peminum khamar disebabkan Islam telah melihat bahwa keburukan yang ditimbulkan oleh orang yang mabuk sangat besar. Kekacauan bukan hanya akan berdampak pada dirinya sendiri tetapi kepada orang banyak. Hal ini disebabkan orang yang mabuk sering lepas kontrol dan tidak sadar terhadap apa yang

diucapkan dan dilakukannya.16

Dalam sejarah umat manusia, khamar sudah terbukti mengakibatkan berbagai macam sumber keburukan. Sumber keburukan dari meminum khamar berasal dari sifat memabukan dari khamar yang dapat menutupi akal orang yang meminumnya. Keburukan khamar bagi peminumnya memiliki dampak bagi perbuatan tercela lainnya. Pada umumnya seorang yang mabuk akan melakukan tindakan tercela lainnya yang dapat merugikan orang lain. Dalam kategori teori kriminolog modern, kejahatan yang ditimbulkan oleh peminum khamar sebagai social

pathology. Maksudnya adalah dampak dari khamar bukan hanya sekadar

individual problem, tetapi meningkat pada taraf problem sosial.17

Masalah meminum khamar tidak hanya sebatas pada urusan pribadi orang yang meminum saja, tetapi sudah menyangkut tarap hidup orang banyak. Ia hidup dalam lingkungan keluarga dan hidup bermasyarakat. Sehingga perilaku sehari-harinya akan bersangkut paut dengan kehidupan orang lain. Hal ini dikarenakan manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa adanya individu lain di sekitar kita. Sehingga problem orang yang mabuk karena meminum

15 Wahbah al-Zuhayli, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu (Beirut: Dar al-Fikr, 1985), 6/151.

16 Wahbah al-Zuhayli, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, 6/154.

17 Sudjono Dirdjosisworo, Alkoholisme: Paparan Hukum dan Kriminologi (Bandung: Remaja Karya, 1984), 3-6.

khamar bukan hanya tanggung jawab individual tetapi juga tanggungjawab universal.

Maka ada relevansi antara bentuk pelarangan meminum khamar dalam ajaran agama Islam dengan hubungan manusia yang memiliki hak asasi manusia. Ajaran Islam yang melarang meminum khamar dengan demikian tidak melanggar hak asasi manusia. Karena bentuk pelarangan tersebut sangat berkaitan dengan kemaslahatan orang banyak atau semua manusia, bukan hanya untuk umat Islam saja. Islam memandang bahwa perilaku meminum khamar dapat menjadikan akal seorang yang meminum menjadi kacau, tidak normal, dan rusak, yang pada akhirnya akan menyebabkan sesuatu dampak yang lebih besar lagi.

B. Pengembangan Mentalitas Berpikir Kreatif

Bentuk pelarangan terhadap meminum khamar memiliki tujuan yang lebih fundamental dari sekadar menjaga akal atau pikiran (hifz

al-‘aql). Apabila tujuan dari disyariatkannya larangan meminum khamar

adalah untuk menjaga akal pikiran agar tetap sehat,18 maka sudah

sepatutnya pemikiran tersebut diperluas dan dikembangkan supaya lebih dapat menyesuaikan dengan dunia kontemporer. Jasser Auda telah memulai modernisasi terhadap konsep hifz al-‘aql seperti banyak diungkapkan dalam teks klasik. Menurut Auda, konsep hifz al-‘aql jangan hanya dipersepsikan sebagai satu-satunya contoh yang dapat ditawarkan dengan kasus pada bentuk pelarangan meminum khamar. Karena jika hanya seperti itu saja, pemikiran hukum Islam tidak akan berkembang dengan menyesuaikan keadaan dunia sekarang. Konsep-konsep dalam

18 Al-Qurthubi, al-Jami‘ li-Ahkam al-Qur’an, 6/287., Ibn „Asyur, al-Tahrir wa

Islam harus selalu berkembang dan harus dapat menjawab terhadap

tantangan dan perkembangan zaman.19

Konsep yang ditawarkan Auda apabila diterapkan dalam kasus pelarangan minum khamar tersirat makna yang tidak terucap dalam teks al-Qur‟an, yaitu bahwa pelarangan khamar memiliki tujuan untuk mengembangkan mentalitas berpikir kreatif bagi setiap individu. Mentalitas berpikir kreatif adalah watak atau jati diri dari setiap individu untuk selalu terus berpikir kreatif, inovatif dan selalu berpandangan progresif. Ketika dalam syariat Islam umat Islam tidak boleh meminum khamar pada dasarnya syariat Islam menyuruh kepada setiap individu untuk mengembangkan mentalitas berpikir kreatif.

Orang yang dalam pengaruh khamar, pikirannya menjadi tidak kreatif dan stagnan. Mereka tidak dapat mengembangkan pikirannya kepada hal-hal yang bermanfaat. Orang yang terpengaruh khamar hanya akan terdiam, terpaku dengan khayalan-khayalan yang terbangun sendiri dalam imajinasi otaknya. Namun secara realitas mereka adalah

orang-orang yang mati secara eksistensial.20

Para mufasir, seperti al-Thabari dan al-Qurtubi, mengatakan bahwa asal dari kata khamar adalah sesuatu yang menutupi. Maksudnya adalah

menutupi akal atau pikiran orang yang meminumnya.21 Apabila

dikembangkan dalam upaya mengembangkan mentalitas berpikir kreatif, maka pendapat dari dua mufasir tersebut akan menghasilkan pemahaman bahwa khamar dapat berarti sesuatu yang dapat menutupi pemikiran dan kreativitas seseorang. Sehingga wajar apabila Islam melarang orang

19 Jasser Auda, Membumikan Hukum Islam Melalui Maqasid Syariah, 56.

20 Muhammad Kamal Abd al-Aziz, Limadza Harrama Allah Hadzihi al-Asy’ya’, 70.

21 Ibn al-Jarir al-Thabari, Jami‘ al-Bayan fi Ta’wil al-Qur’an (Kairo: Mu‟assasah al-Risalah, 2000), 4/320-321. dan Al-Qurthubi, al-Jami‘ li-Ahkam al-Qur’an, 6/288.

meminum khamar karena akan berimplikasi pada menjadikan seseorang tidak berpikir kreatif.

Fakhr al-Din al-Razi mengatakan dalam tafsirnya bahwa orang yang mabuk disebut juga dengan orang yang gila (majnun). Hal ini dikarenakan terdapat persamaan antara orang yang mabuk dan gila dalam tindakan sehari-hari. Orang yang gila tidak mengenal dirinya sendiri dan orang lain. Segala yang diucapkan oleh orang gila merupakan suatu ilusi belaka. Mereka berbicara secara tidak teratur dan sesuka hatinya tanpa didasari oleh pemikiran yang jernih. Begitu juga dengan orang yang mabuk, tidak mengenal dirinya sendiri dan sering berbuat di luar tindakan yang dapat diterima oleh akal yang sehat. Antara orang mabuk dan gila tidak banyak perbedaan, keduanya sama-sama akalnya tertutup rapat oleh

kegelapan (zulumat).22

Islam tidak menghendaki manusia terjerumus dalam jurang kegelapan. Orang yang mabuk sebenarnya dia sedang berada di dalam jurang tersebut sampai dia benar-benar sadar. Orang yang mabuk seperti orang yang gila, tidak dapat mengembangkan pemikiran kreatif. Mental seorang pemabuk sama dengan mental orang yang gila. Keduanya sama-sama tidak dapat diharapkan untuk berbuat baik kepada orang lain. Bahkan orang yang mabuk lebih membawa madarat ketimbang orang gila karena orang mabuk dapat merugikan orang banyak sedangkan orang gila hanya tidak banyak merugikan orang lain.

Konsep hak asasi manusia yang tercermin dalam hifz al-‘aql terlihat dari usaha Islam merawat generasi muda yang sehat, baik, cerdas, dan berpikir kreatif. Sedari awal Islam mendidik manusia supaya menjadi individu unggul yaitu dengan cara terbebas dari khamar. Khamar

22 Fakhr al-Din al-Razi, Mafatih al-Ghayb (Beirut: Dar Ihya al-Turats al-„Arabi, 1420 H.), 10/87.

walaupun dirasakan ada manfaat di dalamnya bagi tubuh manusia, namun bahaya dan akibat yang diakibatkan dari khamar, memiliki dampak yang besar dan bahaya bagi tubuh. Dalam menanggulangi permasalahan tersebut langkah yang diterapkan Islam adalah memutus mata rantai menyebab marabahaya bagi manusia yaitu dengan cara mengharamkan

khamar.23

Maka menjadi relevan apa yang dikemukakan Auda bahwa harus ada pengembangan konsep hifz al-‘aql dalam Islam. Perluasan terhadap konsep ini dapat berimplikasi pada cara pandang Islam terhadap isu kontemporer yang lebih progresif dan kritis. Salah satu tawaran yang

dikemukakan Auda adalah melawan mentalitas taklid.24 Mentalitas ini

menunjukan sikap pasrah dan menerima terhadap sesuatu tanpa terlebih dahulu menjalani serangkaian ujian dan pemikiran rasional.

Syakib Arsalan mengatakan bahwa kemunduran umat Islam apabila dibandingkan dengan dunia Barat disebabkan oleh sikap taklid umat Islam terhadap doktrin lama yang belum tentu sesuai dengan perkembangan dan kondisi pada zaman sekarang. Umat Islam banyak mengandalkan pendapat-pendapat ulama terdahulu hanya untuk

mengetahui jawaban pada zaman sekarang.25 Menurut Arslan, umat Islam

akan maju apabila mereka memahami esensi dari ajaran agama Islam

seperti yang ada dalam al-Qur‟an dan pengejaran Nabi Saw.26

Dalam pandangan Auda bentuk hifz al-‘aql adalah menjauhkan mental seseorang dari mental taklid. Sebaliknya, ia menekankan seseorang untuk mengembangkan pemikiran kreatifnya. Dengan demikian mentalitas

23 Muhammad Kamal Abd al-Aziz, Limadza Harrama Allah Hadzihi al-Asy’ya’, 71.

24 Jasser Auda, Membumikan Hukum Islam Melalui Maqasid Syariah, 57.

25 Syakib Arsalan, Mengapa Kaum Muslimin Mundur, terj. Moenawwar Cholil (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), 8.

taklid merupakan lawan dari mentalitas berpikir. Orang yang taklid buta cenderung untuk tidak berpikir terhadap pilihan yang menjadi acuannya, sedangkan orang yang mempunyai pikiran kreatif akan terus mengembangkan pikirannya ke arah yang lebih maju.

C. Membangun Kehidupan yang Sehat Tanpa Khamar

Salah satu hak yang didapatkan oleh manusia dalam kaitannya dengan hifz al-‘aql adalah terjaminnya kehidupan yang sehat dan terbebas dari khamar. Islam melarang manusia meminum khamar karena di dalamnya terdapat banyak bahaya yang akan diakibatkan dari

meminumnya terutama bagi kesehatan akal.27 Akal merupakan instrumen

yang ada dalam tubuh manusia yang berfungsi dapat membedakan antara

Dokumen terkait