• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Mata pelajaran seni tari merupakan bagian dari pendidikan seni budaya. Sesuai dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. Mata pelajaran seni tari merupakan bagian dari pendidikan seni budaya. Sesuai dengan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mata pelajaran seni tari merupakan bagian dari pendidikan seni budaya. Sesuai dengan kurikulum yang digunakan pada saat ini yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, mata pelajaran seni budaya harus menjadi pendorong potensi siswa dalam mengekspresikan diri secara kreatif. Kreativitas siswa yang diharapkan dalam KTSP tersebut harus bersifat multidimensial, yaitu mengembangkan kompetensi yang meliputi konsepsi, apresiasi, dan kreasi dengan memadukan unsur estetika, logika, kinestika, dan etika. Kreativitas yang diharapkan juga harus bersifat multilingual, siswa dapat mengekspresikan kreativitasnya melalui berbagai media yaitu bahasa rupa, gerak, bunyi, pesan, dan perpaduannya. Selain itu kreativitas siswa juga harus bersifat multikultural yang mengandung makna siswa dapat menumbuhkembangkan apresiasi terhadap beragam seni budaya nusantara dan mancanegara.

Demikian juga halnya dengan pembelajaran seni tari dapat dijadikan sarana mengembangkan potensi yang dimiliki siswa baik itu dari kemampuan kognitif, apektif, maupun psikomotor. Melalui pembelajaaran seni tari siswa diharapkan mampu berfikir dan mempresentasikan ide atau gagasan dalam bentuk gerak yang nantinya bisa dijadikan sebuah tarian kreasi dan menampilkan di depan kelas. Pemilihan materi pembelajaran mengacu pada meteri pokok yang sesuai dengan kompetensi dasar pada silabus mata pelajaran Seni Budaya kelas VII Semester 2 yaitu tari daerah setempat. Sesuai dengan tuntutan kurikulum tentang seni daerah dan pertimbangan akan keberagaman siswa yang hampir seluruhnya berlatar belakang budaya sunda, maka disusunlah media pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan kreativitas siswa. Semua kegiatan selama proses pembelajaran terpusat kepada siswa, sebab

(2)

hasil dari pembelajaran yang ingin dicapai adalah kreativitas siswa yang indikasinya dilihat dari tahap-tahap: eksplorasi gerak, penyusunaan gerak menjadi sebuah tarian, dan menampilkan hasil kreasi siswa sendiri didepan kelas. Peranan guru dalam proses pembelajaran disini hanya sebagai motivator dan fasilitator saja.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, kreativitas siswa kelas VII di SMPN 2 Baleendah, sehubungan dengan kreativitas siswa dalam pembelajaran seni tari, masih banyak ditemukan siswa yang kurang kreatif. Hal tersebut dapat dilihat dari masih banyaknya siswa yang kurang berani mengungkap ide, kurang biasa menterjemahkan idenya dalam bentuk gerak, kurang kreatif bereksplorasi, kurang mampu mengkreasikan dan mengkombinasikan gerak hasil eksplorasinya dan sebagainya. Apabila gejala tersebut di biarkan terus menerus maka tidak menutup kemungkinan proses belajar mengajatr seni tari tidak akan berjalan dengan baik dan tujuan pembelajaran juga tidak akan tercapai.

Philip Sheppared (dalam peran musik terhadap perkembengan anak, 2007: 117) mengungkapkan bahwa “Gerakan adalah katalitas kunci untuk perkembangan kemampuan koordinasi kinestetis, dan musik salah satu stimulus utama untuk gerakan yang terkendali.”

Pendapat ini menyatakan pentingnya stimulus untuk memberikan motivasi dalam bergerak.

Salah satu strategi yang digunakan dalam proses belajar mengajar (PMB) adalah pengguna stimulus dalam pembelajran. Dalam penelitian ini, stimulus yang digunakan adalah media bambu dari lingkungan sekitar untuk menghasilkan bunyi-bunyian. Fungsi tetabuhan dari bambu kreasi siswa ini dalam pembelajaran hanya sebatas sebagai perangsang kepada siswa sebagai proses kreativitas penciptaan gerak tari.

Adapun alasan mengapa peneliti melakukan penelitian mengenai pembelajaran yang menggunakan stimulus musik dari bambu karena selama ini pembelajaran tari kurang diminati

(3)

siswa. Terlebih lagi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Baleendah tidak ada pelajaran seni tari. Pembelajaran seni tari dilakasanakna di ekstra kurikuler atau kegiatan pengembangan diri.

Namun demikian, pada saat penelitian ini dilakukan di SMP N 2 diajarkan seni tari di kelas VII.

Oleh karena siswa merasa kesulitan di dalam praktek menari, maka digunakan media bambu untuk menstimulasi gerakan dan mengembangkan koordinasi fisik serta mengendalikannya.

Diharapkan dengan stimulus media bambu ini dapat meningkatkan kreativitas siswa.

Penelitian ini penting dilakukan untuk mengadakan perbaikan dan perubahan cara pembelajaran tari yang selama ini dianggap masih terfokus kepada gerak saja. Memotivasi siswa untuk bergerak dengan iringan musik bambu diharapkan siswa mampu berkreasi dan meningkat minat belajar tari. Berdasarkan pemikiran di atas, maka penulis tertarik dan mencoba melakukan tindakan pembelajaran seni tari dengan media bambu yang nantinya didapatkan gambaran yang jelas mengenai keberhasilan atau ketikdakberhasilan proses pembelajaran seni tari.

B. Rumusan Masalah

Dalam proses belajar mengajar seni tari, siswa adalah sentral dari seluruh kegiatan. Siswa didorong untuk aktif dalam berapresiasi dan berkreasi semaksimal mungkin tanpa mengabaikan karakter dan potensinya untuk mengembangkan kreativitasnya dalam penciptaan gerak, penyusunan gerak, dan kemudian menampilkan hasil kreasi tarinya.

Dalam penelitian ini pembelajaran seni tari yang akan diterapkan adalah jenis kreasi yang bernuansa tradisi daerah setempat. Untuk meningkatkan dan mengembangkan kreativitas siswa dalam menggunakan media pembelajaran, maka penulis merumuskan masalah penelitian ini dalam bentuk pernyataan sebagai berikut :

(4)

1. Bagaimana proses belajar dan mengajar tari dengan menggunakan media bambu?

2. Bagaimana proses kreatif siswa pada pembelajaran tari dengan menggunakan media bambu?

3. Bagaimana hasil kreativitas siswa kelas 7 SMPN 2 Baleendah dengan menggunakan media bambu?

Untuk menjawab pertanyaan ini, maka akan dilakukan sebuah penelitian tindakan kelas untuk melihat penggunaan bambu sebagai media pembelajaran dan sebagai iringan tari maupun alat bantu tari.

C. Tujuan Penelitian

Adapun secara khusus yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mendeskripsikan tahap pembelajaran tari dengan menggunakan media bambu.

2. Mendeskripsikan tahap kreativitas siswa dalam pembelajaran tari.

3. Mendeskripsikan hasil kemampuan siswa kelas VII SMPN 2 Baleendah berkreasi tari dengan menggunakan media bambu.

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang kreativitas siswa dalam pembelajaran seni tari dan untuk mengembangkan kreativitas siswa kelas VII di SMPN 2 Baleendah.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaaat bagi siswa, guru, sekolah, dan peneliti.

1. Bagi Siswa

(5)

Dengan menggunakan media bambu sebagai iringn dan properti tari, siswa dapat mengembangkan potensi dan kreativitasnya dalam pembelajaran seni tari, diantaranya kerjasama, interaksi, dan meningkatkan sikap positif pada pembelajaran seni tari dan meningkatkan hasil belajar.

2. Bagi Guru

Penelitian ini dapat digunakan sebagai contoh pelaksanaan pembelajaran seni tari dalam menggali kompetensi siswa. Selain ini, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam kegiatan proses belajar mengajar Seni Budaya di SMPN 2 Baleendah.

3. Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan bahan acuan bagi sekolah untuk meningkatkan partisipasi aktif siswa melalui pembelajaran seni tari.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti dalam memperoleh data mengenai langkah-langkah guru dalam menerapkan pembelajaran seni tari dengan menggunakan media bambu untuk mengembangkan kreatifitas siswa kelas VII di SMPN 2 Baleendah dan memperoleh hasil belajar siswa serta diharapkan bias dijadikan sebagai rujukan utuk penelitian selanjutnya mengenai proses pembelajaran seni tari.

E. Definisi Operasional

Alat bantu dari bambu adalah bambu yang digunakan sebagai alat bantu tari (property),alat musik yang menghasilkan bunyi-bunyian untuk mengiringi tari contohnya

(6)

kentongan, kesrek dan tongkat. Hal tersebut dikarenakan bambu ini berfungsi sebagai stimulus siswa pada saat eksplorasi gerak.

Gagne, Briggs, dan Wager (1992:3) menjelaskan tentang istilah pembelajaran yaitu:

“Serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar.”

Menurut Heinich, dlek (1993):

Media merupakan alat saluran komunikasi. Media pembelajaran pada hakikatnya merupakan saluran atau pembantu dari pesan pembelajaran yang disampaikan oleh guru kepada siswa dengan maksud agar pesan-pesan tersebut dapat diserap dengan cepat dan tepat sesuai dengan tujuan.

Kreativitas merupakan suatu proses untuk menjadikan suatu yang baru. Kreativitas perlu dipupuk dan dikembangkan khususnya dalam bidang seni tari karena kreativitas tari merupakan ungkapan seseorang dalam mengeluarkan ide-ide atau gagasan baru dalam bereksplorasi, berekspresi, dan bereksperimen.

F. Tinjauan Pustaka

Alasan penggunaan media bambu untuk mengembangkan kreativitas siswa dalam pembelajaran tari kreasi adalah sebagai alat bunyi-bunyian yang memiliki fungsi dalam situasi tertentu. Bambu pada media musik kreatif dalam pembelajaran tari kreasi hanya sebagai variasi tempo dan irama saja. Hal tersebut dikarenakan musik kreatif bambu ini hanya berfungsi sebagai stimulus siswa pada saat eksplorasi gerak. Sudjana dan Rivai (1990 : 1) mengemukakan bahwa :

Dalam metodologi pengajaran ada dua aspek yang paling menonjol yakni metoda mengajar dan media pengajaran sebagai alat bantu mengajar. Sedangkan penilaian adalan alat ukur untuk mengukur taraf tercapai tidaknya Tujuan pengajaran.

Media pembelajaran pada hakikatnya merupakan saluran atau jembatan dari pesan pembelajaran. Fungsi utama media pembelajaran yang lebih efektif. Dengan fungsi itu, media

(7)

pembelajaran harus dijadikan bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran itu sendiri.

Media pembelajaran sederhana adalah jenis-jenis media pembelajaran yang relatif mudah dibuat, bahannya mudah diperoleh, mudah digunakan, serta harganya lebih murah. Namun demikian sederhana tidaklah suatu media tersebut sebenarnya tergantung pada kondisi suatu sekolah.

Pemilihan media pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh guru untuk menentukan jenis media mana yang lebih tepat di gunakan dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian ini adalah PTK (Peneliti Tindakan Kelas) atau Classroom Action Research yaitu Action Research (Penelitian Tindakan) yang dilakukan di kelas. Tahap-tahap

yang dilakukan yaitu: tahap perencanaan, tahap melakukan tindakan, tahap mengamati, dan tahap refleksi. Langkah-langkah utama dalam pelaksanaan meliputi : identifikasi masalah, menganalisa dan merumuskan masalah, merencanakan PTK, dan melaksanakan PTK. Pada kegiatan penelitian ini, peneliti sekaligus berperan sebagai guru aprikan (researcher as teacher) dan dilaksanakan secara kolaburatif dengan melibatkan rekan sejawat sebagai observer.

Metode PTK ini digunakan oleh peneliti sebab dalam praktek pembelajaran, ditemukan masalah yaitu kurangnya kreativitas siswa pada kelas VII H, saat pembelajaran seni tari.

Diharapkan melalui metode PTK ini peneliti dapat mengatasi masalah dalam hal kreativitas siswa melalui refleksi yang dilakukan sebagai hasil pengamatan observer dan perbaikan praktek pembelajaran melalui kegiatan siklus.

(8)

H. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah SMPN 2 Baleendah, Kec. Baleendah, Kab. Bandung. Alasan memilih lokasi di SMPN 2 Baleendah adalah karena peneliti menjadi pengajar di sekolah tersebut dan mengajar seni budaya dan pengembangan diri, sehingga peneliti tahu persis permasalahan siswa dan pembelajaran tari di sekolah tersebut.

Desain Penelitian yaitu Model Spiral dari Kemmis dan Taggart (1988)

- Plan (Perencanaan) :Mendorong siswa untuk mencari jawaban sendiri (exsplolasi).

- ACP (Tindakan) : Mendorong siswa mendapatkan jawaban yang mereka pahami dan minati.

- Observe (Pengamatan) : Mencatat hasil pengamatan.

- Reflect (Refleksi) : Pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan terhadap pencapaian tujuan tindakan pembelajaran.

I. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII yang berjumlah 485 siswa.

(9)

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII H yang berjumlah 48 orang, terdiri dari 26 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan.

Cara pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik purvosive sampling, yaitu dengan cara memilih kelas yang kiranya dianggap dapat mendukung pelaksanaan penelitian.

J. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pelaksanaan pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi dilakukan secara langsung pada saat mengajar di kelas dan secara tidak langsung di luar kelas.

2. Studi dokumentasi

Tehnik pengumpulan data melalui studi dokumentasi dilakukan dengan mengamati catatan dan tugas siswa dalam pembelajaran tari.

3. Tes

Tes yang dilakukan adalah tes unjuk kerja. Tes tersebut dilakukan pada saat pre tes dan post tes.

(10)

K. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan dengan cara triangulasi yaitu analisis data hasil observasi, studi dokumentasi, dan hasil tes. Data kuantitatif hasil tes praktek dicari rata-rata nilai dengan cara perhitungan melalui rumus yang dikemukakan oleh Nar Heryanto dan H.M. Akib Hamid (2007) sebagai berikut :

X = x1 + x2 + x3+…x3 atau x = N

X= nilai rata-rata

X1 …Xn = simbol data sampel N= populasi

Referensi

Dokumen terkait

Jika di kesempatan lain Anda login kembali ke blog Anda dan hendak membuat tulisan baru, draft tersebut akan ditampilkan di bagian atas kotak penyuntingan teks.. Klik draft

Hasil penelitian yang diperoleh pada penelitian ini penggunaan model pembelajaran pendidikan karakter pada abad 21 pada anak usia dini merupakan proses pemberdayaan potensi

Puji syukur Penulis panjatkan Kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan segala Nikmat, Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat serta karuniaNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL

There are some perspectives in the arrangement of interregional cooperation pattern, namely: (i) management perspective, such as Intergovernmental Management (IGM)

• Membuatrancangandesainkera jinannusantara • Gambar- gambarkaryasenidaera h • Alatgambardankerajin an • Bukureferensisenirupa 6 jam pel Penjas 5.1 Mempraktikkan variasi

Analisis vegetasi dan pola sebaran salinitas dapat memberikan gambaran mengenai tingkat pemanfaatan ekosistem mangrove dan perubahan lingkungan yang terjadi akibat aktivitas

PENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP DENGAN MODEL PEMBELAJARAN CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING (CORE).. Universitas Pendidikan Indonesia |