BAB IV: KONSEP
4.1. Konsep Dasar
4.1.1. Penerapan Tropical Green Architecture pada bangunan Rumah Sakit Jakarta Selatan
1. Conserving energy Use renewable energy
Energi matahari, angin atau air dapat dimanfaatkan untuk memproduksi listrik sebagai pengganti bahan bakar fosil pada ruang-ruang servis, seperti toilet, dapur, linen, ruang jenazah.
Penggunaan cross ventilation sebagai tempat masuknya udara alam yang menyejukkan sehingga dapat mengurangi penggunaan AC misalnya pada selasar atau koridor.
Memaksimalkan pencahayaan alami dengan memberi bukaan berupa kaca atau bukaan alami seperti courtyard didalam ruang.
Conserve water
Pengolahan grey water atau air bekas tadahan hujan yang digunakan untuk siram tanaman atau flush toilet
Penggunaan green wall system yang dapat digunakan sebagai vegetasi vertical
Use natural material
Penggunaan material alami yang tidak merusak lingkungan dan mengganggu kesehatan pasien.
Penggunaan material seperti low – e glass yang sangat efisien dalam pencahayaan alami serta membuang panas.
2. Working with climate
Orientasi bangunan ditempatkan sesuai dengan lintasan matahari sehingga RS ini berorientasi ke utara - selatan.
Memanfaatkan arah angin kawasan tersebut agar pertukaran udara dalam rumah sakit dapat sejuk.
Pemanfaatan cahaya matahari sebagai penerangan alami seperti penggunaan skylight pada bagian tertentu dan bukaan – bukaan.
3. Minimizing new resources Recycle and Reuse materials
Pemilihan konstruksi bangunan yang dapat dibongkar kembali tanpa merusaknya.
Penggunaan material daur ulang yang dapat dibongkar pasang tanpa merusaknya.
Penggunaan kembali bangunan atau ruang yang terlantar dengan merubah penataan ruang dan perabot didalamnya
Penerapan skala intim pada ruang – ruang tertentu seperti pada ruang rawat inap.
4. Respect for users
Penggunaan warna lembut untuk menimbulkan kesan tenang dan nyaman seperti dirumah
Bentuk bangunan persegi, horizontal untuk mempermudah pencapaian pengguna dan pengaturan ruang
Penggunaan sirkulasi linier pada bagian rawat inap untuk kemudahan sirkulasi
Penggunaan material yang tidak mengganggu kesehatan pasien 5. Respect for site
Tidak merusak kondisi eksisting tapak yang ada, tidak menebang pohon atau penanaman kembali (merelokasi) jika diharuskan
Memilih sistem struktur serta konstruksi yang sesuai dengan lingkungan tapak
Penggunaan sistem cluster pada penataan blok bangunan sehingga dapat mencerminkan kesatuan didalam tapak
Bentuk bangunan mengikuti pola sekitar dengan tetap memelihara unsur biotik dan abiotik
Denah sebisa mungkin mengikuti bentuk tapak 6. Holism
Memelihara lingkungan sekitar serta sumber – sumbernya (udara, tanah, air) serta memperbaiki peredaran alamnya
Perencanaan, penataan bangunan yang menyesuaikan dengan kondisi tapak, iklim, manusia, serta lingkungan sekitar
Kesimpulan :
Dari keenam prinsip diatas, maka kelima unsur diatas dapat diaplikasikan dalam kasus, namun lebih menekankan kepada conserving energy, working with climate, respect for users dan respect for site.
4.2. Konsep Perancangan
4.2.1. Building Massing
Pemisahan massa berdasarkan kegiatannya, maka kompleksitas kegiatan RS di dalam satu bangunan saja dapat dihindari.
Sesuai dengan tema green architecture, bangunanan harus memperhatikan dengan iklim yang ada (working with climate), baik sinar matahari maupun arah angin, massa bangunan harus dapat memperoleh lebih banyak sinar matahari dan angin yang masuk ke dalam bangunan.
Bentuk massa bangunan harus menyesuaikan dengan bentuk massa bangunan di lingkungan sekitarnya agar tercipta keharmonisan dengan lingkungan sekitar.
Terapan :
Pola massa majemuk, dengan pola konfigurasi masa cluster.
Bentuk dasar segiempat agar sinar matahari dan angin yang masuk pada siang hari dapat masuk ke seluruh ruangan sehingga meminimalisir energi (conserving energy), dengan sisi terpendek di sebelah timur dan barat, dan bukaan terbanyak di sisi utara dan selatan sesuai dengan arah angin, ataupun dengan memberikan innercourt.
Pola perletakan blok massa Rumah Sakit menggunakan pola perletakkan secara terpusat
4.2.2. Composition On The Site
Peletakkan blok massa yang saling berhubungan agar pelayanannya efisien Peletakkan blok massa yang sesuai dengan kebutuhan dari fungsinya Terapan :
Orientasi menghadap ke arah jalan utama.
Lobby utama di dekat jalan utama, dan rawat inap di sisi belakang, serta servis di paling belakang yang tersamar.
4.2.3. Exterior Space
KDB yang rendah menyisakan banyak lahan yang tidak boleh terbangun sehingga banyak ruang terbuka hijau baik untuk penyerapan air maupun taman yang bersifat aktif sebagai salah satu healing environment
Menyisakan lahan untuk pengembangan pembangunan di masa mendatang
Ruang luar yang berbatasan dengan jalan yang terdapat di dalam tapak dapat dijadikan sebagai buffer polusi dan kebisingan dari luar, juga dapat dimanfaatkan sebagai lahan parkir dan jalur sirkulasi kendaraan dan pejalan dengan memanfaatkan material yang ramah lingkungan
Terapan :
Buffer di sepanjang jalan, taman yang bersifat aktif (plaza) sebagai pengikat massa-massa yang terpisah, serta taman pasif sebagai healing environment di dekat setiap massa rawat inap
Lahan sisa untuk pengembangan yang dapat digunakan untuk lahan hijau sementara.
Ruang luar untuk area parkir dan sirkulasi kendaraan serta pejalan menggunakan material conblock ataupun grassblock yang dapat menyerap air.
4.2.4. Easy Identification Of Entry
View utama ke arah jalan utama agar dapat mudah dilihat dan dikenali dari luar Entrance pada tapak harus mudah dilihat dan dikenali
Pintu masuk harus menonjol agar mudah dikenali, pintu masuk untuk ambulance (UGD) harus mudah dikenali dan terpisah dari pintu masuk lain
Terapan :
Orientasi bangunan ke arah jalan TB Simatupang Entrance dengan penanda fisik ataupun gerbang
Pintu masuk harus menonjol ke arah luar ataupun diberi penanda fisik 4.2.5. Auto Drive Ways
Pemisahan jalur sirkulasi dan entrance untuk menghindari terjadinya crossing serta kebingungan di perjalanan
Pengaturan jalur sirkulasi agar tetap mengalir sehingga tidak terjadi kuldesak Terapan :
Jalur sirkulasi lebih baik satu arah, di pisahkan jalur masuk ataupun keluar
Jalur sirkulasi dapat di pisahkan dengan memberikan batas fisik berupa vegetasi maupun perbedaan level
4.2.6. Drop Offs
Drop off dibuat menonjol agar mudah di kenali, dan dibedakan antara drop off ambulance, drop off publik, drop off staf, dan loading dock untuk servis
Terapan :
Drop off dibuat dengan menonjol ke arah luar, di beri canopy dan penanda fisik sebagai pembeda antara drop off UGD, publik, staf dan servis
4.2.7. Parking
Parkir dibedakan antara parkir publik, parkir ambulance, parkir staff, dan pakir kendaraan servis agar mudah dijangkau dan tidak tercampur
Sirkulasi pada area parkir dibuat seefisien mungkin
Parkiran dengan membuat perkerasan yang ramah lingkungan
Terapan :
Parkir publik di dekat zona publik dan semipublik, parkir ambulance di dekat UGD, parkir servis di dekat zona servis dan parkir staff di dekat asrama. Bila di perlukan penggunaan semi basement pada bangunan utama agar tidak terlalu gelap dan penghawaan tetap dapat masuk kedalam
Parkiran dengan pola parkir 90 derajat
Perkerasan parkiran menggunakan grassblock atau conblock agar tetap dapat menyerap air
4.2.8. Service
Dapur, laundry, dan pelayanan servis lainnya pada RS terdapat dalam 1 zona servis agar pelayanannya dapat lebih terpusat dan maksimal, memiliki area parkir dan entrance tersendiri
Terapan :
Dapur, laundry, dan pelyanan servis lainnya, terdapat dalam satu zona di belakang tapak sesuai dengan arah drainase tapak yaitu ke arah belakang tapak (ke arah sungai), area servis dibuat tersamar dengan vegetasi
4.2.9. Pedestrian Path
Pedestrian path sebagai penghubung antar massa, juga sebagai jalur masuk bagi pejalan kaki sebaiknya harus terhindar dari panas, tidak licin dan aksesibel.
Penggunaan material pedestrian path haruslah ramah lingkungan Terapan :
Pedestrian path dapat ditutupi dengan canopy dengan vegetasi di sepanjang sisinya, dan diberikan perbedaan level, kemiringan pedestrian path tidak lebih dari 7 derajat atau dengan perbandingan 1:12 agar dapat dilalui oleh pengguna kursi roda
Penggunaan conblock ataupun grassblock agar dapat menyerap air
4.2.10. Landscaping
RTH dapat dimanfaatkan untuk pengolahan lingkungan hidup agar dapat memberikan kenyamanan dan kerileksasian sehingga membantu proses penyembuhan pasien (healing environment), yang juga dapat menjadi area resapan air.
Terapan :
Pengolahan RTH sebagai taman yang bersifat aktif maupun pasif (healing garden) di sekitar massa rawat inap juga sebagai buffer polusi (tanaman puring dan pohon bungur / mahoni yang dapat menyerap timbal) dan kebisingan serta penghubung antar massa.
4.2.11. Circulation
Sirkulasi dengan pola dasar linear untuk memudahkan pasien
Pemisahan sirkulasi agar mempermudah aktivitas di dalamnya termasuk sirkulasi vertikal dan horizontal
Sirkulasi yang sesuai dengan kondisi ibu hamil dan anak-anak serta yang aksesibel yang dapat dilalui kursi roda
Terapan :
Penggunaan sirkulasi linear, single loaded pada rawat inap dengan pemisahan antar sirkulasi dengan void yang berupa taman di lantai bawah dan skylight pada atapnya, double loaded di ruang lain.
Pemisahan lift pasien dan pengunjung, sirkulasi medis (untuk dokter, pasien dan perawat), non medis (pengunjung), serta sirkulasi servis yang terpisah Lebar koridor minimal 2,35 m, derajat kemiringan 7 derajat atau dengan
perbandingan 1:12
4.2.12. Flow
Penataan ruang-ruang dengan pola dasar sirkulasi linear dengan pengelompokkan ruang-ruang sejenis pada satu jalur sirkulasi agar tidak membingungkan pengunjung di dalam bangunan.
Flow yang terarah namun memiliki ruang-ruang transisi pada zona yang semakin privat.
Terapan :
Pola flow melewati ruang-ruang dan menembus ruang-ruang, pemisahan alur antar zona dapat menggunakan permainan skala, warna, material dan ruangan dengan luas yang lebar seperti zona pada anak dengan warna ceria dan zona ibu dengan warna hangat.
Ruang transisisi antara massa utama dengan massa rawat inap dapat berupa taman aktif.
4.2.13. Entry
Jalur masuk utama untuk pengunjung maupun pasien berada pada jalan utama Entry harus terlihat jelas, namun tetap menjaga kegiatan di dalamnya
Pintu tidak boleh menyulitkan pengguna RS.
Terapan :
Main entrance terletak di jalan TB Simatupang
Entry pada lobby harus memberi kesan bentuk ‘ruang masuk’ yang mengundang karena merupakan akses dari tapak ke dalam bangunan rumah sakit. Pada ruang instalasi, ruang konsultasi, ruanng rawat inap, poli-poli, entry harus memberi kesan tertutup dan memperhatikan karakter yang ada di setiap ruangan.
Pintu utama lebih baik beroperasi secara otomatis, pintu-pintu di ruangan lain harus dapat dijangkau, tidak berat, maupun dapat kembali tertutup sendiri, serta lebih baik pintu geser, lebar daun pintu harus dapat dilalui stretcher maupun kursi roda.
4.2.14. Organization
Pengelompokkan ruang-ruang sejenis pada 1 jalur sirkulasi Hubungan ruang harus diperhatikan
Terapan :
Menghubungkan ruang-ruang antar zona dengan tetap mengoptimalkan ruang secara aksesibiltas agar pengguna rumah sakit tidak bingung dan tersesat di dalamnya .
Memisahkan ruang-ruang yang memerlukan tingkat sterilisasi yang lebih tinggi.
4.2.15. Activity Zoning
Pemisahan massa berdasarkan zona dan aktivitasnya dan disesuaikan dengan zoning lingkungan sekitar
Terapan :
Massa utama di depan, (lobby, administrasi, pelayananan umum, UGD pada lantai dasar, serta pelayanan rawat jalan dan pelayanan kebidanan dan kandungan, dilengkapi dengan farmasi, radiologi, laboratorium di lantai atasnya, serta fasilitas bedah sentral.), massa pemusalaran jenazah dekat dengan pencapaian ambulance, massa rawat inap di area tengah agar terhindar bising dan dapat berhubungan dengan massa utama, massa asrama di belakang, massa servis di belakang.
4.2.16. Skala Ruang
Skala ruang bergantung pada banyaknya jumlah orang yang beraktifitas di dalamnya
Skala ruang berpengaruh pada efek psikologis penggunanya Terapan :
Pada lobby langit-langit dibuat tinggi
Pada ruang-ruang rawat jalan ataupun rawat inap langit-langit dibuat lebih rendah agar lebih terkesan hangat dan intim
4.2.17. Pencahayaan
Memaksimalkan pencahayaan alami yang masuk ke dalam bangunan pada siang hari tanpa membuat bangunan menjadi lebih panas
Pada ruang-ruang tertentu dibutuhkan pencahayaan buatan Terapan :
Skylight dengan void dibawahnya, agar area sirkulasi juga dapat mendapatkan pencahayaan alami, pada lobby dibuat konsep atrium
Pada ruang bedah digunakan pencahayaan buatan karna membutuhkan cahaya yang tidak memberikan efek bayangan pada objek bedah
4.2.18. Penghawaan
Memaksimalkan penghawaan alami yang juga meminimalisir panas ke dalam bangunan
Pada ruang-ruang tertentu dibutuhkan penghawaan buatan
Terapan :
Penataan ruang hijau di luar bangunan juga dapat memberikan efek sejuk ke dalam bangunan, sistem cross ventilation, green wall atau green roof dapat meminimalisir panas, pembuatan inner court dan elemen air dapat memberikan kesejukan di dalam bangunan
Pada ruang sterilisasi, ruang bedah, dan ruang isolasi dibutuhkan penghawaan buatan
4.2.19. Building Form
Bentuk dasar persegi panjang agar memaksimalkan pencahayaan dan penghawaan alami
Pengolahan bentuk bangunan yang sesuai dengan iklim Terapan :
Permainan bentuk seperti undakan ke luar untuk menghasilkan efek shading di sisi barat, dan undakan ke dalam untuk sky garden pemanfaatan matahari pagi di sisi timur
4.2.20. Aesthethic Design
Dinding-dinding tiap ruang diberi warna dan sesuai tema
Pembentukkan massa RS yang memberikan kesan yang tidak menakutkan bagi pasien
Terapan :
Pada unit rawat diberi warna-warna yang ceria dengan tema yang sesuai dengan karakter warna-warna yang hangat dengan tema lembut
Permainan massa yang berundak membuat massa lebih terkesan dinamis dan tidak monoton dengan atrium di tengahnya
4.2.21. Upper Structure
Struktur rangka portal yang modular yang sesuai dengan RS yang membutuhkan banyak ruang
Atap dapat berupa green roof dan dinding dapat berupa green wall sehingga dapat meminimalisir panas yang masuk ke dalam bangunan
Terapan :
Sistem rangka portal dengan jarak kolom 6 meter
Atap dak beton pada massa rawat inap, asrama, pemusalaran jenazah, dan servis
Penggunaan green roof pada atap massa utama 4.2.22. Sub Structure
Penggunaan pondasi yang sesuai dengan keadaan tanak keras dan sesuai dengan ketinggian bangunan
Terapan :
Pondasi tiang pancang pada massa utama, massa rawat inap, pada massa servis dan pemusalaran jenazah
4.2.23. Use Of Material
Material yang digunakan ramah lingkungan, meminimalisir penggunaan SDA, menggunakan material yang dapat digunakan kembali
Penggunaan sistem kebakaran aktif dan pasif Terapan :
Menghindari penggunanaan material kayu, penggunaan grass block atau conblock pada ruang luar agar tetap dapat menyerap air
Penggunaan material yang tahan api pada unit pelayanan intensif
4.2.24. Environmental Control System
Limbah RS dibedakan antara limbah medis dan non medis, karena limbah medis tidak dapat langsung dibuang ke pembuangan kota
Meminimalisir penggunaan SDA (air)
RTH dapat dimanfaatkan untuk penyerapan air dan dapat menghindari banjir Terapan :
Pembedaan warna pipa antara limbah medis dan non medis
Pengolahan air kotor cair yang berasal dari wastafel, floor drain untuk sprinkler tanaman, pengolahan air hujan untuk sprinkler kebakaran atau sprinkler tanaman
Banyaknya air yang dapat diserap dapat dimanfaatkan sebagai air sumur dan meminimalisir pasokan air dari pam