• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi merupakan sarana bersama dalam menyalurkan pikiran serta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi merupakan sarana bersama dalam menyalurkan pikiran serta"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Organisasi merupakan sarana bersama dalam menyalurkan pikiran serta tujuan bersama sehingga dapat mencapai keinginan. Salah satu organisasi juga yang terbentuk dikarenakan memiliki tujuan serta kebutuhan yang sama yaitu organisasi kemahasiswaan. Organisasi kemahasiswaan dimanfaatkan pula oleh mahasiswa untuk menyalurkan pemikiran-pemikiran serta mengembangkan potensi yang ada di dalam diri.

Organisasi kemahasiswaan di BINUS UNIVERSITY memiliki visi misi serta tujuan tersendiri dimana organisasi mahasiswa terdiri dari 2 jenis yaitu UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yaitu organisasi yang anggotanya memiliki minat pada bidang yang sama, misalnya UKM paduan suara (PARAMABIRA), olahraga (BASIC, BNSC,dll) ataupun kegiatan keagaamaan, sedangkan HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) yang anggotanya harus berasal dari mahasiswa yang mempunyai jurusan sesuai himpunan. Menurut data yang diperoleh dari FEP Magazine (2010), jumlah UKM yang ada di BINUS UNIVERSITY hingga saat ini berjumlah 31 organisasi., sedangkan untuk jumlah HMJ yang diperoleh dari data BINUS UNIVERSITY (2010), total keseluruhan terdapat 19 HMJ di BINUS UNIVERSITY. Tujuan diadakannya bermacam-macam organisasi mahasiswa di BINUS UNIVERSITY adalah

membiasakan mahasiswa untuk saling berinteraksi bersama dengan orang lain, mengembangkan pula kemampuan organisasi serta kemampuan dalam memimpin.

(2)

Pembahasan penelitian ini akan meneliti salah satu organisasi kemahasiswaan (UKM) yang ada di BINUS UNIVERSITY yaitu BNCC (Bina Nusantara Computer Club) yang merupakan satu-satunya UKM komputer yang berdiri sejak 24 april 1989 (BNCC, 2010). Pemilihan BNCC sebagai subjek penelitian dikarenakan organisasi ini merupakan organisasi yang pertama kali memiliki

sekretriat sendiri yang ada di luar kampus dimana terlihat bahwa kinerja organisasi ini telah lebih matang dibanding organisasi kampus lainnya. Selain itu organisasi ini juga telah memiliki rancangan program kerja sejak tahun 1998 yang diikuti dengan adanya evaluasi di setiap kinerja organisasi. Rutinitas BNCC sebagai sebuah UKM dapat dihitung memiliki rutinitas yang padat dimana setiap subdivisi memiliki program kerja yang harus dicapai setiap tahunnya. BNCC dapat diikuti oleh mahasiswa berbagai jurusan selama mahasiswa tersebut merupakan mahasiswa BINUS UNIVERSITY dan berstatus aktif di kampus (tidak cuti atau drop out). Unit kegiatan mahasiswa seperti BNCC memiliki pembagian kerja untuk masing-masing orang dimana setiap subdivisi bertanggungjawab terhadap program kerja yang telah dirancang untuk satu tahun ke depan serta setiap kegiatan di BNCC pun telah terbentuk masing-masing kepanitiaan, namun dalam bekerja setiap orang dapat saling membantu karena budaya yang dianggap penting dari BNCC adalah rasa kebersamaan.

Dalam organisasi perlu ada pemimpin untuk menjalankan setiap kegiatan yang direncanakan. Pemimpin dapat memberikan arahan bagi para anggota yang dipimpin sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Untuk mengetahui kondisi kepemimpinan di BNCC, peneliti melakukan wawancara terhadap 6 orang pengurus yang ada di BNCC. Rangkuman wawancara terdapat pada bagian

(3)

lampiran, dan berdasarkan hasil wawancara dapat diperoleh gambaran kepemimpinan di BNCC yaitu pemimpin kurang peka terhadap anggota yang dipimpin sehingga memunculkan masalah dalam komunikasi dan terdapat pula ketidaknyamanan anggota yang dipimpin dikarenakan adanya tindakan ambil alih tugas oleh pemimpin. Dalam menjalankan kepanitiaan pun, diharapkan pemimpin itu dapat menjalankan secara efektif. Berdasarkan beberapa pandangan dari pengurus, BNCC memerlukan pemimpin yang dapat memancing para anggota dalam

kepanitiaan untuk bekerja. Memancing dalam arti anggota tidak merasa terpaksa dan meyakini bahwa pekerjaan tersebut memang harus mereka lakukan. AW (20 tahun) menekankan kembali bahwa BNCC juga membutuhkan pemimpin yang tidak hanya mahir dalam manajerial pekerjaan seperti merancang program kerja,

menentukan timeline namun juga harus dapat membina hubungan interpersonal dengan bawahan. Selain itu, pengurus lain seperti DM (20 tahun) menegaskan pemimpin yang dapat memberi contoh serta bijaksana dalam pengambilan

keputusan ataupun dalam bersikap sehari-hari karena menurut DM, BNCC adalah organisasi yang ada karena kebersamaannya sehingga membuat anggota patuh bukanlah dengan cara memberi gaji atau hukuman namun dengan adanya contoh.

Pemimpin di BNCC juga diharapkan dapat memiliki manajemen emosi yang baik serta menjadi pendengar yang baik, hal ini dipaparkan oleh FM (20 tahun) dan FI (19 tahun).

Menurut Schultz &Schultz (2006) hal yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan adalah sifat dan perilaku dari pemimpin, karakteristik dari follower serta situasi dimana tempat seseorang memimpin. Dalam mengukur efektivitas kepemimpinan dapat dilihat dari ketercapaian tujuan organisasi, perilaku follower

(4)

terhadap kepemimpinan, serta kontribusi terhadap proses kerja yang dinilai pula dari follower (Yukl, 2002). Bila dilihat dari kedua pernyataan diatas, maka hal yang berpengaruh terhadap efektivitas kepemimpinan yaitu pemimpin itu sendiri baik dalam sifat ataupun perilaku, follower yaitu tentang bagaimana ia memandang pemimpinnya dan bersikap terhadap pemimpin serta pada tugasnya serta situasi organisasi tempat pemimpin itu melakukan tugasnya.

Dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk membahas aspek situasi dan teori situasi yang akan dipakai dalam membahas kepemimpinan yang efektif adalah teori yang dikemukakan oleh Fiedler. Fiedler dalam Yukl (2002) menjelaskan LPC

contingency model atau Fiedler’s contingency model sebagai teori yang menyatakan bahwa situasi berpengaruh terhadap efektivitas kepemimpinan. Berdasarkan teori tersebut dijelaskan bahwa adanya 3 variabel situasi yang akan mempengaruhi skor LPC (least prefferd coworker) yang kemudian akan menunjukkan bahwa pada suatu kondisi tertentu diperlukan pemimpin dengan skor LPC tinggi (high) atau rendah (low). Berdasarkan 3 variabel situasi dan tingkat LPC tersebut, maka akan terlihat kondisi seperti apa yang menghasilkan kepemimpinan yang efektif. Skor LPC tinggi (high) menggambarkan bahwa pemimpin berorientasi kepada hubungan atau relationship dengan anggota yang dipimpin sedangkan skor LPC rendah (low) menggambarkan pemimpin yang berorientasi kepada tugas atau task yang harus diselesaikan (Yukl, 2002).

Beberapa variabel situasi yang berpengaruh terhadap tingkat LPC yaitu leader-member relations, position power dan task structure. Leader-member relations menggambarkan mengenai hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin apakah memiliki hubungan baik (good) ataupun buruk (poor), position

(5)

power menjabarkan mengenai kekuatan daya pemimpin untuk memberikan punishment (pemecatan, pemotongan gaji) ataupun reward (menaikkan gaji, promosi) kepada anggota yang dipimpin. Semakin besar daya pemimpin

memberikan reward ataupun punishment maka pemimpin memiliki position power kuat (strong) dan sebaliknya adalah lemah (weak). Selain itu, task structure menjelaskan mengenai apakah pembagian tugas dengan standard operating procedures yang spesifik dan terdapat pengukuran objektif mengenai terpenuhinya suatu tugas. Task structure memiliki dua kemungkinan yaitu structured dan

unstructured.

Didasarkan hasil observasi terhadap BNCC, kepemimpinan di BNCC juga tidak terlepas dari pengaruh situasi. BNCC sebagai organisasi kemahasiswaan yang terdiri dari banyak kepanitiaan akan memerlukan pemimpin yang dapat memimpin secara efektif dalam situasi tertentu. BNCC mempunyai pembagian tugas namun tetap pada saat pengerjaannya akan mengerjakan secara bersamaan. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa BNCC memiliki task structured yang berada pada kondisi unstructured. BNCC sebagai organisasi kemahasiswaan merupakan organisasi non profit yang berbeda dari perusahaan dimana BNCC tidak mencari keuntungan untuk para pengurus ataupun anggota di dalamnya. BNCC tidak mungkin melakukan pemecatan ataupun pemberian reward berupa uang serta penaikan jabatan seperti layaknya perusahaan. Berdasarkan teori Fiedler mengenai position power, BNCC memiliki position power yang lemah (weak). Bila disimpulkan dengan melihat dari teori Fiedler’s contingency model, kepanitiaan di BNCC memiliki situasi kerja unstructured, position power yang lemah (weak).

(6)

Mengenai leader-member relations dalam kepanitiaan, BNCC memiliki kondisi yang berbeda-beda bagi setiap kepanitiaan. Perbedaan tersebut

dikarenakan yang menjadi pemimpin di dalam kepanitiaan BNCC dapat berasal dari siapa saja yang mengikuti seleksi dalam pemilihan PIC. Selain itu, setiap pribadi dari calon pemimpin memiliki cara kepemimpinannya masing-masing yang secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap leader-member relations.Oleh sebab itu, perlu adanya pengukuran yang jelas sehingga dapat menentukan apakah leader-member relations dalam kepanitiaan tersebut baik (good) atau buruk (poor).

Dalam melengkapi situasi dalam teori Fiedler, maka pengukuran skor LPC juga dapat dilakukan untuk menentukan mengenai tinggi (high) atau rendah (low) skor LPC. Teori Fiedler’s contingency model dalam Yukl (2002), menjabarkan beberapa kondisi yaitu bila leader-member relations baik (good) ataupun buruk (poor), task structure merupakan unstructured serta position power lemah (weak) maka kondisi skor LPC sebaiknya rendah (low). Hal ini menunjukkan bahwa situasi tersebut akan efektif ketika pemimpin memiliki skor LPC yang rendah (low). Namun, efektif atau tidaknya pemimpin dalam memimpin juga akan diukur pada kepanitiaan BNCC untuk memastikan teori Fiedler’s contingency model tersebut mewakili gambaran efektivitas kepemimpinan yang sesuai untuk organisasi kemahasiswaan seperti BNCC. Berikut ini gambaran situasi yang mungkin ada di BNCC

berdasarkan Fiedler’s contingency model, yaitu:

(7)

Tabel 1.1 Gambaran Situasi menurut Fiedler’s Contingency Model

No. 

L‐M  Relations 

Task  Structure 

Position  Power 

Effective  Leader 

1  Good  Unstructured Weak  Low LPC 

2  Poor  Unstructured Weak  Low LPC 

Sumber: Buku Leadership in Organization oleh Gary Yukl, Hal. 209, tahun 2002

1.2. Perumusan Masalah

Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis LPC contingency model dari Fiedler terhadap organisasi kemahasiswaan yaitu BNCC dimana variabel yang masih belum diketahui dalam penelitian ini adalah skor LPC, L-M relations serta efektivitas kepemimpinan. Berdasarkan hal tersebut maka perumusan masalah dapat disimpulkan sebagai berikut:

Apakah gambaran kepemimpinan yang efektif untuk organisasi

kemahasiswaan yaitu BNCC berdasarkan dengan Fiedler’s contingency model?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah menganalisis LPC contingency model dari Fiedler serta mengetahui kondisi yang sesuai untuk mendukung efektivitas kepemimpinan di organisasi mahasiswa khususnya BNCC

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan di bidang psikologi khususnya di psikologi industri dan organisasi yang mana

(8)

berfokus pada pembahasan efektivitas kepemimpinan menurut teori Fiedler yaitu LPC contingency model.

1.4.2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh BNCC untuk mengetahui kondisi yang sesuai dalam memimpin di organisasi kemahasiswaan serta untuk

menentukan mengenai gambaran Fielder’s contingency model untuk diterapkan kepada BNCC.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

BINUS UNIVERSITY. (2010). FEP Magazine. Jakarta: BINUS UNIVERSITY.

BINUS UNVERSITY. (2010, - -). About Us: Student Creativity Development Center (SCDC). Retrieved October 28, 2010, from BINUS UNIVERSITY Web site:

http://www.binus.ac.id/About.Us/Supporting.Units/Student,.Alumni.and.Collab oration/Student.Creativity.Development.Center.%28SCDC%29/English

BNCC. (2010). About BNCC. Retrieved September 16, 2010, from Bina Nusantara Computer Club The Official Site: http://www.bncc.net/new/main/about_bncc.php Schultz, D., & Schultz, S. E. (2006). Psychology & Work Today (9th Edition ed.).

New Jersey: Pearson Education International.

Yukl, G. (2002). Leadership in Organizations (5th Edition ed.). New Jersey: Prentice- Hall International.

Gambar

Tabel 1.1 Gambaran Situasi menurut Fiedler’s Contingency Model  No.  L‐M  Relations  Task  Structure  Position Power  Effective Leader 

Referensi

Dokumen terkait

Pemeriksaan data dilakukan dengan cara trianggulasi data dan trianggulasi metode, dengan model evaluasi yang digunakan adalah evaluasi model Context, Input, Process, Product

Rizalinda Sjahril, M.Sc., PhD. Rizalinda Sjahril, M.Sc., PhD. Flora normal tubuh manusia; 2). sterilisasi dan dekontaminasi dr. Lisa Tenriesa M., M.Med.Sc. Mikrobiologi

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian ransum yang diformulasi dengan suplementasi vitamin A (2000 IU) dan E (20 IU) tidak mengganggu

Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul PENGARUH PROFITABILITAS, GROWTH,

Pada penelitian yang akan peneliti kerjakan kali ini, akan lebih banyak membahas terkait korelasi antara dukungan sosial keluarga dengan prestasi belajar di SMA

Fiedler memprediksi bahwa para pemimpin dengan Low LPC yakni mereka yang mengutamakan orientasi pada tugas, akan lebih efektif dibanding para pemimpin yang High LPC,

Dalam penelitian ini, Penulis akan m eneliti seni bonsai yang ada di Jepang dengan m enghubungkan konsep ajaran Buddha te nta ng ke hidupan dan kem atian yang ditinja u

Preventive Maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan yang tidak terduga dan menemukan kondisi atau keadaan yang