• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Pemasaran

Saat ini konsumen dikelilingi oleh dunia pemasaran, seperti di rumah, si tempat kerja, di jalan, di toko, dan lain – lainnya hampir semua aktivitas harian dikelilingi oleh pemasaran. Saat ini istilah pemasaran sudah berada dimana - mana.

Secara formal maupun informal, manusia dan organisasi berbaur dalam sejumlah aktifitas yang dapat kita sebut dengan nama pemasaran (marketing). Pemasaran yang baik telah menjadi komponen vital untuk memperoleh bisnis yang sukses. Pemasaran yang baik bukan terjadi karena kebetulan, akan tetapi merupakan hasil dari perencanaan dan pelaksanaan yang hati - hati.

Philip Kotler adalah salah satu pelopor yang telah berkontribusi dalam memperluas bidang pemasaran. Beliau memiliki peran penting dalam membentuk ilmu pemasaran yang di pelajari oleh para pelajar dan digunakan oleh para manager.

Menurut Philip Kotler dalam buku “Marketing Management 13th Edition,

2009” pemasaran adalah mengenai identifikasi dan pemenuhan kebutuhan manusia

dan sosial, digambarkan pula pemasaran sebagai fungsi organisasi dan kumpulan dari

proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyampaikan nilai kepada

konsumen dan mengelola relasi konsumen dengan cara yang menguntungkan

organisasi dan pihak – pihak yang berkepentingan (stakeholders). Pemasaran dapat

(2)

dilihat dari dua sisi, yaitu sosial dan manajerial. Dari sisi sosial pemasaran adalah proses sosialisasi dari individu dan kelompok untuk memperoleh apa yang diinginkan dan dibutuhkan dengan cara membuat, menawarkan dan menukarkan nilai barang dan jasa kepada orang lain. Sedangkan dari sisi manajerial pemasaran adalah seni dalam menjual produk (Philip Kotler, 2009, p.45). Namun sebenarnya penjualan bukanlah hal yang paling penting dalam pemasaran, melainkan penjualan adalah bagian dari pemasaran itu sendiri.

2.2 Manajemen Pemasaran

Pengertian dari manajemen pemasaran adalah seni dan pengetahuan dalam memimilih target pasar dan mendapatkan, menjaga dan menumbuhkan konsumen melalui cara membuat, menyampaikan dan mengkomunikasikan nilai lebih kepada konsumen (Kotler, 2009, p.45).

2.3 Konsep Utama Pemasaran

Untuk mengerti fungsi pemasaran, diperlukan pengertian beberapa konsep utama (Kotler, 2009, p.52), yaitu kebutuhan, keinginan, dan permintaan (Needs, Wants, and Demands). Kebutuhan (needs) adalah hal mendasar yang dibutuhkan oleh manusia. Manusia butuh udara, makanan, air, pakaian dan tempat untuk berlindung.

Manusia juga memiliki kebutuhan yang kuat seperti reksreasi, pendidikan dan

hiburan. Kebutuhan ini kemudian menjadi keinginan (wants) ketika diarahkan pada

obyek yang spesifik yang mungkin dapat memuaskan kebutuhan. Seorang konsumen

(3)

membutuhkan makanan, tetapi menginginkan hamburger, softdrink dan banyak contoh lainnya. Permintaan (demands) adalah keinginan terhadap produk yang spesifik yang dilatar belakangi dengan kemampuan untuk membayar. Banyak orang yang menginginkan mobil mewah seperti Mercedes, namun hanya beberapa orang yang ingin dan mampu untuk membelinya. Begitu juga dengan perusahaan perlu untuk mengukur bukan hanya berapa banyak orang yang menginginkan produk tersebut, namun perlu juga mengetahui berapa banyak yang menginginkan dan mampu untuk membeli produk tersebut.

2.4 Perpasaran Swasta

Perpasaran Swasta adalah kegiatan penyelenggaraan usaha dan penyediaan sarana / tempat usaha yang dilakukan oleh pihak swasta. Untuk meningkatkan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap perpasaran swasta diperlukan keseimbangan antara usaha besar, usaha menengah, dan usaha kecil. Selain itu perlu pula untuk mencegah terjadinya praktek usaha yang tidak sehat, maka dari itu perlunya peraturan yang mendukung, yaitu Perda DKI Jakarta No. 2/2002 tentang Perpasaran Swasta. Jenis usaha perpasaran swasta terdiri dari:

• Mini Swalayan

• Pasar Swalayan

• Pasar Serba Ada

• Toko Serba Ada

• Toko

(4)

• Pusat Pertokoan

• Mall/ Supermall/ Plaza

• Pusat Perdagangan

• Waralaba

2.4.1 Persyaratan Perpasaran Swasta

Berdasar Perda DKI Jakarta No. 2/2002 tentang Perpasaran Swasta, persyaratan yang harus dilengkapi adalah komoditi / barang-barang yang dijual diutamakan barang-barang produksi dalam negeri dan kualitas barang dagangan harus dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan standar mutu. Selain itu perlu juga untuk memenuhi beberapa ketentuan berdasar Perda tersebut, diantaranya:

Usaha Mini Swalayan (Minimarket) :

• Komoditi/ barang dagangan yang dijual merupakan barang-barang kebutuhan rumah tangga sehari-hari diutamakan produk makanan/ minuman dalam kemasan yang siap saji;

• Kegiatan penjualan dilakukan secara eceran dan cara pelayanannya dilakukan secara sendiri oleh konsumen dengan menggunakan keranjang jinjing atau peralatan lain (kereta dorong yang telah disediakan);

• Harga jual barang-barang sejenis yang dijual tidak boleh jauh lebih rendah

dengan yang ada di warung dan toko sekitarnya;

(5)

• Harga barang dagangan yang dijual harus dicantumkan secara jelas dan pasti pada kemasan barang pada suatu tempat tertentu yang mudah terlihat konsumen;

• Luas lantai usahanya paling besar (maksimal) 200 m2.

Usaha Pasar Swalayan (Supermarket)

• Komoditi/ barang dagangan yang dijual merupakan barang-barang kebutuhan rumah tangga sehari-hari termasuk kebutuhan sembilan bahan pokok;

• Kegiatan penjualan dilakukan secara eceran dan cara pelayanannya dilakukan dengan pelayanan sendiri oleh konsumen (swalayan);

• Pengadaan/ penyediaan kebutuhan barang sembilan bahan pokok dan bahan pangan segar lainnya diperoleh dari pengusaha kecil/ lemah dengan mengutamakan pedagang pasar atau koperasi dengan menjalin atau melalui pola kemitraan;

• Harga barang dagangan yang dijual harus dicantumkan secara jelas dan pasti pada kemasan barang pada suatu tempat tertentu yang mudah terlihat konsumen;

• Harga jual barang-barang sejenis yang dijual tidak boleh jauh lebih rendah dengan yang ada diwarung dan toko disekitarnya;

• Luas lantai usahanya paling besar (maksimal) 4.000m2.

Usaha Pasar Serba Ada (Hypermarket)

(6)

• Komoditi/ barang dagangan yang dijual merupakan barang-barang kebutuhan rumah tangga sehari-hari dan kebutuhan sandang termasuk kebutuhan sandang termasuk kebutuhan sembilan bahan pokok;

• Penyediaan/ pengadaan sembilan bahan pokok dan bahan pangan segar lainnya seperti sayur mayur, buah-buahan, daging dan ikan diperoleh dari para pegusaha golongan kecil/ lemah dan koperasi dengan melalui pola kemitraan;

• Kegiatan penjualan dilakukan secara eceran dan cara pelayanannya dilakukan dengan pelayanan sendiri oleh konsumen (swalayan);

• Harga barang dagangan yang dijual harus dicantumkan secara jelas dan pasti pada kemasan barang pada suatu tempat tertentu yang mudah terlihat konsumen;

• Luas lantai usahanya lebih dari 4.000 m2 dan paling besar (maksimal) 8.000 m2.

Usaha Toko Serba Ada (Department Store) :

• Komoditi/ barang dagangan yang dijual merupakan kebutuhan sandang dan kebutuhan rumah tangga sehari-hari dan tidak diperkenankan menjual barang kebutuhan sembilan bahan pokok;

• Penyediaan / pengadaan barang-barang dapat diperoleh dari para pengusaha golongan kecil/ lemah dan koperasi melalui pola kemitraan;

• Kegiatan penjualannya dilakukan secara eceran dengan memakai cara

pelayanannya yang tidak dilakukan secara swalayan melainkan harus dibantu

oleh pramuniaga;

(7)

• Harga barang dagangan yang dijual harus dicantumkan secara jelas dan pasti pada kemasan barang pada suatu tempat tertentu yang mudah terlihat konsumen;

• Luas lantai usahanya lebih dari 200m

2

dan paling besar (maksimal) 8. 000m

2

. Toko

• Komoditi/ barang dagangan yang dijual merupakan kebutuhan sandang, kebutuhan rumah tangga sehari-hari, dan kebutuhan barang-barang lainnya.

• Kegiatan penjualannya dapat dilakukan baik secara eceran maupun sub grosir langsung kepada konsumen.

• Harga barang dagangan yang dijual dapat dicantumkan secaras jelas dan pasti, dan dapat dilakukan dengan cara tawar menawar.

Pusat pertokoan

• Komoditi/ barang dagangan yang dijual merupakan barang dagangan dan jasa.

• Kegiatan penjualannya dapat dilakukan secara langsung oleh pemilik/

penyewa pertokoan kepada konsumen.

• Harga barang dagangan yang dijual dapat dicantumkan secara jelas dan pasti, dan dapat dilakukan dengan cara tawar menawar.

Mall/ Supermall/ Plaza

• Komoditi/ barang dagangan yang dijual merupakan kebutuhan barang dan jasa.

• Kegiatan penjualan barang dilakukan secara eceran oleh para pemilik/

penyewa sarana tempat usaha.

(8)

• Harga barang dagangan yang dijual harus dicantumkan secara jelas dan pasti pada kemasan barang pada suatu tempat tertentu yang mudah terlihat konsumen.

Pusat perdagangan

• Komoditi/ barang dagangan yang dijual merupakan barang kebutuhan sandang, papan, kebutuhan sehari-hari, kebutuhan rumah tangga, alat kesehatan dan lain-lain.

• Kegiatan penjualan barang dagangan dilakukan secara grosiran dan eceran.

• Harga barang dagangan yang dijual harus dicantumkan secara jelas dan pasti pada kemasan barang pada suatu tempat tertentu yang mudah terlihat konsumen.

Usaha Perkulakan

• Komoditi/ barang-barang yang dijual merupakan kombinasi dari kebutuhan rumah tangga sehari-hari atau komoditi lain yang diperlukan oleh umum;

• Kegiatan penjualan dilakukan dalam ukuran partai besar atau dalam jumlah tertentu seperti dalam bentuk lusinan, kodian, grosiran, dan takaran/

timbangan yang tidak dilakukan secara langsung kepada konsumen akhir tetapi dalam bentuk keanggtoaan (member);

• Harga barang dagangan yang dijual harus dicantumkan secara jelas dan pasti

pada kemasan barang pada suatu tempat tertentu yang mudah terlihat

konsumen.

(9)

• Harus menjalin kemitraan dengan pengusaha golongan ekonomi lemah/

pedagang kecil atau koperasi yang dilakukan diantaranya melalui keterkaitan usaha atau bentuk sub kontrak.

Usaha Waralaba

• Komoditi/ barang dagangan yang dijual merupakan barang-barang kebutuhan rumah tangga sehari-hari diutamakan produk makanan/ minuman yang siap saji;

• Dalam pelaksanaan operasional usahanya, pemilik usaha waralaba waralaba menjalin kemitraan dengan produsen atau supllier dalam hal penyediaan barang dagangan serta penggunaan dari dagangan, merk dan manajemen penjualannya;

• Prinsip kerjasama yang dilakukan antara Penerima Waralaba (franchise) dengan Pemberi Waralaba (franchisor) adalah saling melengkapi dan saling menguntungkan ;

• Kegiatan penjualannya dilakukan secara eceran;

• Antara Penerima Waralaba (franchise) dan Pemberi Waralaba (franchisor) harus dalam bentuk badan hukum atau usaha perorangan.

2.4.2 Luas dan Jarak Tempat Penyelenggaraan Swasta

Dalam menyelenggarakan usaha perpasaran swasta, jarak sarana/ tempat

usaha harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

(10)

• Usaha perpasaran swasta yang luas lantainya 100 m2 sampai dengan 200 m2 harus berjarak radius 0,5 km dari pasar lingkungan dan terletak disisi jalan Lingkungan / Kolektor / Arteri;

• Usaha perpasaran swasta yang luas lantainya di atas 200 m2 sampai dengan 1.000 m2 harus berjarak radius 1,0 km dari pasar lingkungan dan terletak disisi jalan Kolektor / Arteri;

• Usaha perpasaran swasta yang luas lantainya di atas 1.000 m2 sampai dengan 2.000 m2 harus berjarak radius 1,5 km dari pasar lingkungan dan terletak disisi jalan Kolektor / Arteri;

• Usaha perpasaran swasta yang luas lantainya di atas 2.000 m2 sampai dengan 4.000 m2 harus berjarak radius 2 km dari pasar lingkungan dan terletak disis jalan Kolektor / Arteri;

• Usaha perpasaran swasta yang luas lantainya di atas 4.000 m2 harus berjarak radius 2,5 km dari pasar lingkungan dan harus terletak di sisi jalan Kolektor / Arteri.

2.5 Joint Venture

Joint venture adalah perjanjian kontrak bersama dua atau lebih pihak untuk tujuan menjalankan suatu usaha bisnis tertentu. Semua pihak sepakat untuk berbagi dalam keuntungan dan kerugian dari perusahaan (http://www.investorwords.com).

Keuntungan dengan cara kerjasama ini diantaranya:

• Membangun kekuatan perusahaan

(11)

• Menyebarkan biaya dan risiko

• Menambah akses ke sumber daya keuangan

• Ekonomi skala dan keuntungan kekuatan

• Akses ke teknologi dan pelanggan baru

• Akses ke praktek manajer inovatif

2.6 Analisa Porter Five Forces

Gambar 2.1 Five Competitive Forces

Michael Porter telah mengidentifikasi lima kekuatan yang menentukan daya

tarik jangka panjang intrinsik dari sebuah pasar atau segmen pasar, yaitu persaingan

(12)

industri, pemain baru, pengganti, pembeli dan pemasok (Kotler, Keller, 2009, p.334).

Pada tahun 1979 Michael Porter mengatakan Five Competitive Forces ini memiliki kekuatan yang dapat menentukan suatu potensi keuntungan yang didapat dari sebuah industri (Irene Siaw, Alec Yu, 2004, p. 514).

Five Forces memberikan kontribusi yang besar terhadap tingkat persaingan dalam industri. Analisa Five Competitive Forces terdiri dari 5 cara pandang, yaitu:

1. Ancaman kekuatan pembeli (threat of buyers bargaining power)

Bagaimana kekuatan yang dimiliki oleh pelanggan. Hal ini antara lain dipengaruhi oleh jumlah pembeli, konsentrasi pembeli, switching cost pembeli, ketersediaan barang, besarnya permintaan pembeli, sensitivitas harga, tingkat diferensiasi dan sebagainya.

2. Kekuatan penyedia barang / jasa (threat of suppliers bargaining power)

Pemasok merupakan tempat dimana dapat membeli input yang digunakan untuk bahan produksi. Hal ini ditentukan oleh beberapa faktor penting diantaranya: switching cost ke pemasok lain, jumlah pemasok, konsentrasi pemasok, ketersediaan barang pengganti, tingkat diferensiasi input, hingga tingkat hubungan dengan pemasok.

3. Ancaman produk pengganti (threat of substitute product)

Analisa ini hanya memfokuskan pada satu bisnis atau strategi bisnis tertentu.

Bagaimana substitusi terhadap barang / jasa? Apakah konsumen dapat

memperoleh barang substitusinya dengan mudah? Semakin banyak dan dekat

barang substitusi, maka pelanggan juga bisa beralih dengan mudah. Hal ini

(13)

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya switching cost, kecendrungan untuk substitusi, diferensiasi produk dan lainnya.

4. Ancaman yang masuk (threat of new entrance)

Bagaimana tingkat kesulitan / kemudahan bagi para pesaing baru untuk masuk ke dalam suatu industri. Hal ini antara lain dipengaruhi oleh brand equity, hambatan masuk seperti hak paten, distribusi, kemampuan atau core competence, economies of scope, cost advantage, dan sebagainya.

5. Kompetitor persaingan dalam industri (threat of intense segment rivalry) Bagaimana intensitas persaingan dalam industri. Semakin banyak jumlah pesaing, dengan produk yang berkualitas dan harga bersaing, maka semakin tinggi tingkat persaingan. Hal ini ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya:

jumlah pesaing, perbedaan kualitas, loyalitas pelanggan, diferensiasi produk, perbedaan harga, exit barriers, dan sebagainya.

2.7 Analisa SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats)

Analisa kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (SWOT) digunakan

banyak orang dalam membuat keputusan dan sebagai alat perencana. Merupakan

motode yang efektif dalam identifikasi dan menganalisa kekuatan dan kelemahan dan

menganalisa peluang dan ancaman di dalam beberapa situasi. Kekuatan dan

kelemahan dari sebuah sistem ditentukan oleh elemen internal ketika kekuatan

eksternal memiliki peluang dan ancaman. Kelebihan dari analisa SWOT adalah

(14)

mengandung kemudahan dalam pemahaman, mudah digunakan dan efisien. Jika analisa ini digunakan dengan benar, maka SWOT merupakan teknik yang tepat untuk identifikasi sebuah rekomendasi bagi sebuah organisasi. Analisa SWOT digunakan untuk menganalisa celah yang ada dan untuk mempersiapkan rencana pengelolaan yang komprehensif (Suresh Jain, Pallavi Pant, 2010, p. 236).

Keseluruhan evaluasi dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari suatu perusahaan disebut dengan analisa SWOT (Kotler, 2009, p.89). Analisa ini merupakan cara untuk mengamati lingkungan pemasaran luar dan dalam suatu perusahaan. Analisa ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Berikut merupakan uraian dari elemen – elemen SWOT, yaitu:

1. Kekuatan (strengths), merupakan suatu kegiatan perusahaan yang berjalan baik atau sumber daya / keterampilan dan keunggulan – keunggulan lain yang dikendalikan.

2. Kelemahan (weakness), merupakan suatu kegiatan organisasi yang tidak berjalan dengan baik atau keterbatasan sumber daya, keterampilan dan kapabilitas yang dibutuhkan oleh perusahaan.

3. Peluang (opportunities), merupakan faktor – faktor luar lingkungan positif atau menguntungkan perusahaan.

4. Ancaman (threat), merupakan faktor – faktor negatif di luar lingkungan atau

situasi yang tidak menguntungkan perusahaan.

(15)

Tabel 2.1 Tabel Analisa SWOT

Bermanfaat Merugikan

Faktor Internal STRENGTHS WEAKNESS

Faktor Eksternal OPPORTUNITIES THREATS

2.8 Analisa TOWS

Bagian dari prinsip strategi manajemen, analisa situasi organisasi, perusahaan, industri telah menerima cakupan yang luas dalam literature dan telah digunakan oleh praktisi dan konsultan, bukan hanya dalam bisnis, tetapi juga dalam perumusan kebijakan publik dan pengetahuan politik. Alat yang kuat dalam analisa situasi, yaitu matriks TOWS (Threat, Opportunities, Weakness, Strength), telah digunakan dalam banyak industri dan juga dalam strategi manajemen karir (Luis Murillo, 2000, p.157).

Analisa matriks TOWS merupakan alat lanjutan yang digunakan untuk mengembangkan 4 pilihan strategi, yaitu SO, WO, ST dan WT. Matriks TOWS digunakan untuk mempertemukan faktor kunci internal dan eksternal untuk membuat suatu strategi dalam perusahaan. Analisa harus didasarkan pada kondisi yang sedang terjadi dengan persaingan yang sedang berjalan.

Adapun tujuan dari analisa matriks TOWS adalah untuk menggambarkan

berbagai alternatif yang dapat dijalankan berdasarkan pada faktor kunci internal dan

eksternal. Dalam hal ini analisa TOWS bukanlah untuk menentukan strategi yang

(16)

terbaik, tetapi dapat ditentukan berdasarkan pada pertimbangan – pertimbangan lain dan tidak semua strategi yang dihasilkan dapat dijalankan. Penjelasan Matriks TOWS adalah sebagai berikut:

1. Strategi SO adalah strategi yang dibuat dengan menggunakan kekuatan faktor internal perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dari kesempatan faktor eksternal.

2. Strategi WO adalah strategi yang dibuat untuk memperbaiki kelemahan faktor internal dengan menggunakan kesempatan faktor eksternal. Selain itu, WO juga digunakan untuk menunjukkan kesempatan yang ada dalam jangkauan yang dapat diraih oleh perusahaan jika memperbaiki kelemahan faktor internal.

3. Strategi ST adalah strategi yang dibuat untuk mengantisipasi ancaman faktor eksternal dengan menggunakan kekuatan faktor internal yang ada.

4. Strategi WT adalah strategi yang terjadi jika perusahaan menghadapi faktor –

faktor kelemahan dan ancaman yang tidak dapat ditangani lagi dengan

menggunakan kekuatan dan peluang yang ada. Bentuk – bentuk dari

pelaksanaan WT adalah restrukturisasi, likuiditas, merger dan lainnya.

(17)

2.9 Ansoff Matriks

Gambar 2.2 Ansoff Matriks

Analisa Ansoff matriks adalah sebuah instrument yang membantu para pelaku pemasaran untuk menentukan langkah strategis apa yang akan di implementasikan pada saat pertumbuhan. Terjadi tidak hanya pada pasar tapi juga pada produk.

Ansoff matriks menunjukkan bahwa kumpulan langkah strategis menjadi tergantung pada apakah pasar baru atau yang sudah ada atau produk baru yang ada di pasar.

(http://catatan-malam3.blogspot.com/2009/07/ansoff-matriks-sebagai-

analisa_10.html)

(18)

2.9.1 Penetrasi Pasar / Market Penetration

Penetrasi pasar adalah nama yang diberikan kepada suatu strategi pertumbuhan di mana perusahaan berfokus pada penjualan produk-produk yang ada di pasar-pasar yang telah ada sebelumnya.

Penetrasi pasar berusaha untuk mencapai empat tujuan utama:

• Mempertahankan atau meningkatkan pangsa pasar produk ini, hal ini dapat dicapai oleh kombinasi dari strategi harga yang kompetitif, iklan, promosi penjualan dan mungkin lebih banyak sumber daya pribadi yang didedikasikan untuk menjual.

• Aman dari dominasi pertumbuhan pasar.

• Restrukturisasi pasar yang matang oleh maneuver dari competitor, ini akan memerlukan agresifitas kampanye promosi yang gencar, didukung oleh sebuah strategi harga yang dirancang untuk membuat pasar “ kurang menarik

“ bagi competitor.

• Meningkatkan penggunaan oleh pelanggan yang ada, contohnya:

memperkenalkan program loyalitas konsumen Implementasi penetrasi pasar sebagai strategi pemasaran di kondisikan sebagai "bisnis seperti biasa".

Penetrasi pasar haruslah di eksekusi pada bisnis yang berfokus hanya pada

pasar dan produk yang sangat di pahami oleh marketer tersebut. diperlukan

juga intelegent pemasaran untuk mendapatkan informasi tentang kompetitor

dan kebutuhan pelanggan. Karena itu, strategi ini akan memerlukan banyak

investasi baru dalam penerapannya sebab harus didahului oleh riset pasar.

(19)

2.9.2 Pengembangan pasar / Market Development

Pengembangan pasar adalah nama yang diberikan kepada suatu strategi pertumbuhan, di mana unit bisnis berusaha untuk menjual produk-produk yang telah ada di pasar-pasar yang baru.

• Ada banyak cara untuk mengaplikasikan strategi ini, termasuk:

Baru geografis pasar; misalnya produk ekspor ke negara yang baru

• Baru dimensi atau kemasan produknya

• Baru saluran distribusinya

• Menerapkan kebijakan harga yang berbeda untuk menarik pelanggan baru atau membuat segmen pasar yang baru.

2.9.3 Pengembangan produk / Produk Development

Pengembangan produk adalah nama yang diberikan kepada suatu strategi pertumbuhan di mana sebuah unit bisnis memperkenalkan produk baru ke pasar-pasar yang telah ada. Hal ini mungkin memerlukan strategi pengembangan kompetensi baru dan memerlukan program pemasaran yang baru pula untuk mengembangkan produk yang dapat diubah / dikembangkan ke pasar yang telah ada.

2.9.4 Diversifikasi / Diversification

Diversifikasi adalah nama yang diberikan kepada strategi pertumbuhan di

mana sebuah bisnis, produk-produknya baru dan di pasar-pasar yang baru pula.

(20)

bergerak dalam pasar yang baru memiliki sedikit atau mungkin tidak ada pengalaman atas produk produk baru tersebut.

Bila sebuah unit bisnis akan mengaplikasikan strategi diversifikasi, maka harus memiliki visi yang jelas tentang apa yang akan di dapatkan dari strategi yang jujur dan penilaian atas resiko bilamana dalam faktanya menemui kegagalan.

2.10 Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

Gambar 2.3 Marketing Mix

Menurut Nasir dan Altinbasak, diperlukan sebuah pola pikir komprehensif

yang memenuhi semua faktor yang harus diambil sebagai pertimbangan bagi

(21)

perusahaan internasional dalam menentukan standar atau untuk beradaptasi dalam semua elemen bauran pemasaran. Perusahaan internasional harus konsentrasi dalam membangun hubungan yang kuat dengan konsumen mereka (Anca Atanase, 2009, p.150).

Bauran pemasaran (marketing mix) adalah seperangkat akivitas pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam sasaran yang sudah dibidik (Kotler, Keller, 2009).

Definisi ini menjukkan bahwa bauran pemasaran adalah alat / aktivitas yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasaran. Alat – alat pemasaran tersebut terdiri dari 4 variabel yang disebut dengan 4P dari pemasaran, yang terdiri dari produk (product), harga (price), promosi (promotion), dan tempat (place).

2.9.1 Produk

Banyak orang mengira bahwa produk adalah sesuatu tawaran yang nyata, namun sesungguhnya dapat lebih dari itu. Produk (product) adalah apapun yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan, termasuk barang fisik, layanan, pengalaman, peristiwa, seseorang, tempat, properti, organisasi, informasi dan ide (Kotler, 2009, p.358).

Saat ini konsumen semakin selektif dalam memilih produk. Hal ini

dikarenakan terdapat beragam produk yang tersedia di pasaran. Oleh karena itu,

produk yang memiliki keunggulan yang kompetitif dapat memenangkan persaingan

dengan produk sejenis lainnya.

(22)

2.9.2 Harga

Harga adalah satu – satunya elemen dari bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, sedangkan elemen yang lain menghasilkan pengeluaran.

Harga bukan hanya angka pada suatu label. Harga memiliki banyak bentuk dan dapat berfungsi dalam banyak hal (Kotler, 2009, p.416). Harga merupakan sesuatu yang harus dibayar demi mendapatkan sesuatu yang berupa barang atau jasa.

2.9.3 Tempat

Tempat adalah salah satu elemen dari bauran pemasaran yang membuat barang atau jasa dapat dibeli, mudah terjangkau dan digunakan dalam jumlah pada lokasi yang tepat pada saat konsumen menginginkannya (Kotler, 2009). Oleh sebab itu, perusahaan selalu membuat produknya selalu tersedia dan mudah didapat.

2.9.4 Promosi

Promosi merupakan satu variabel yang penting dalam bauran pemasaran yang

merupakan suatu proses yang berlanjut. Promosi dapat membantu untuk memperbaiki

hubungan antara pemasar dan konsumen. Kesediaan konsumen untuk membeli

produk dan jasa atas dasar kepuasannya yang merupakan hasil umpan balik dari

kegiatan promosi perusahaan, sehingga perusahaan mengetahui bahwa informasi

yang mereka dapat diterima konsumen dengan positif (Kotler, 2009).

(23)

2.10 Profil PT. Modern International Tbk

Modern Internasional didirikan pada tanggal 13 mei 1971 dengan nama PT Modern Photo Film Company. Setelah mengalami beberapa kali perubahan anggaran dasar, dengan Akta Notaris Budiarti Karnadi, S.H. No.48 tanggal 26 Mei 1997, mengenai perubahan seluruh Anggaran Dasar Perseroan, termasuk perubahan nama Perseroan, maka nama perusahaan berganti menjadi PT Modern Photo Tbk. Dan pada Juni 2007, dengan perubahan bisnis global yang terjadi, PT Modern Photo Tbk.

mengganti namanya menjadi PT. Modern Internasional Tbk. dan sejak tahun 1971, Perseroan telah menjadi distributor tunggal untuk seluruh produk FUJI FILM Jepang di Indonesia.

Perseroan bergerak dalam bidang usaha perdagangan produk dan peralatan fotografi konvensional dan digital, produk peka cahaya lainnya, peralatan percetakan, peralatan rumah sakit, elektronik, telekomunikasi, produk isi ulang telepon seluler, mesin fotokopi dan penyertaan modal pada berbagai usaha di bidang industri, jasa, perdagangan eceran produk fotografi, perdagangan eceran makanan dan minuman siap saji juga convenience item lainnya. Sesuai dengan visi Keep Fighting & Win dan melalui strategi 6R yang dilakukan oleh Perseroan yaitu Repositioning Business, Reinvent Business, Reengineering Business Process, Right Sizing dan Resource Allocation, Perseroan merubah fokus bisnis utamanya ke Industrial Imaging dan Ritel.

Melihat kinerja yang dicapai di tahun 2009 dengan fokus strategi dan bisnis

yang baru, Perseroan dan Anak Perusahaan akan melanjutkan dan mengembangkan

(24)

fokus Perseroan pada Industrial Imaging dan Ritel. Di tahun 2009 Perseroan melakukan beberapa aktivitas untuk mendukung dan mengembangkan fokus tersebut sebagai berikut:

Di bidang Graphic Arts, Perseroan fokus pada visi total solution provider dengan menyajikan solusi dari pre-press CTP, press offset, digital printing press, dan solusi post press DUPLO.

Di bidang Medical, dengan visi menjadi total solution digital radiology provider dengan dukungan produk equipment yang dimiliki yaitu Fuji film Computed Radiography serta X-Ray unit Shimadzu.

Di bidang Office Imaging, fokus pada penyediaan solusi manajemen dokumen yang berbasis Teknologi Informasi, Networking dan Security.

Di bidang Voucher Isi Ulang Selular Telekomunikasi, dengan mengembangkan penjualan produk E-Reload via jaringan bank melalui kerjasama dengan beragam operator terkemuka seperti Telkmosel, Indosat, XL, Bakrie Telecom, dan operator – operator telekomunikasi lain di Indonesia.

Di bidang Ritel Convenience Store 7-Eleven, dengan mengembangkan konsep ritel yang fokus pada layanan makanan dan minuman siap saji di samping convenience item lainnya melalui pengelolaan oleh salah satu anak perusahaan.

Di bidang Photo Digital Imaging, Perseroan akan tetap mempertahankan

bisnis unit ini selama mungkin dan se-profitable mungkin dengan fokus pada

(25)

Sampai saat ini produk dan layanan Perseroan diberikan kepada seluruh mitra bisnis dan konsumen melalui 16 cabang di seluruh Indonesia. Perseroan menyajikan layanan lengkap berupa tenaga sales, teknisi dan layanan purna jual untuk para mitra bisnis dan konsumen di setiap kantor cabang. Selain itu jaringan ritel foto yang dimiliki Perseroan dan dikelola Anak perusahaan masih tersebar di 16 Cabang di seluruh Indonesia sehingga produk dan layanan yang dibutuhkan dapat dinikmati oleh seluruh konsumen akhir di seluruh Indonesia.

PT Modern Internasional Tbk sampai dengan tahun 2009 memiliki total karyawan sebanyak 1.577 orang. 593 karyawan berada di dalam naungan PT Modern Internasional Tbk. Sedangkan Anak perusahaan Perseroan yang masih aktif sampai tahun 2009 adalah PT. Modern Putra Indonesia yang melakukan bisnis ritel eceran produk – produk fotografi dan telekomunikasi yang beroperasi sejak tahun 1988, juga bisnis ritel 7-Eleven dengan jumlah karyawan mencapai 906 orang. Anak perusahaan lainnya yang masih aktif adalah PT. Modern Photo Industry yang menjadi produsen film dan kertas foto dengan jumlah karyawan 78 orang.

Sementara itu untuk lebih memperkuat Perseroan dalam menjalankan

bisnisnya di Indonesia, saham Perseroan dimiliki oleh beberapa pihak yaitu Asialink

Electronics PTe. Ltd Singapore sebanyak 58,305%, PT Inti Putra Modern sebanyak

17,147%, PT Inti Lindasihaja sebanyak 2,423%.

(26)

2.11 Sejarah Convenience store

Konsep Convenience Store lahir di Sunbelt, suatu bagian di Amerika Serikat, pada tahun 1920. Saat itu kebutuhan yang paling mendasar dan sangat dibutuhkan adalah es batu. Pelanggan harus mengemudi ke Ice Houses/Docks untuk menyediakan kebutuhan es mereka, untuk disimpan dalam ice boxes, dimana waktu itu kulkas belum ditemukan.

Pelanggan mulai meminta Ice Docks menyediakan juga beberapa barang keperluan sehari-hari seperti susu, telur dan roti. Dengan demikian es yang telah mereka beli dan diletakkan pada running board/fender, tidak mencair lebih banyak karena harus bepergian ke beberapa tempat untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Pada tahun 1927, Johnny Jefferson Green mulai meyediakan roti, susu dan

telur di tokonya, The Southland Ice Dock di Dallas, Texas. Toko ini dibuka 16 jam

sehari, 7 hari dalam seminggu dan Green yakin Customer sering membutuhkan

barang-barang ini dan lainnya pada saat toko-toko yang lain tutup. Ciri toko seperti

ini, dan dan yang hampir mirip seperti ini berkembang dalam jumlah yang banyak

dalam beberapa tahun. Mereka menjadi lebih sukses pada musim panas karena

letaknya. Kebutuhan barang-barang dasar mulai meningkat pesat menjadi barang-

barang dan pelayanan yang lebih bervariasi. Convenience Store yang pertama

menyediakan pelayanan “pinggir jalan” dimana karyawan toko mendatangi mobil

pelanggan untuk memenuhi pesanan mereka dan membawa barang-barang mereka ke

tempat parkir. Industri mulai berkembang ke daerah lain pada akhir tahun 40an dan

awal 50an.

(27)

Konsep convenience store sekarang ini adalah industri yang mendunia dengan unit-unit di setiap benua di dunia. Saat ini ada beratus-ratus perusahaan convenience store di Amerika Serikat yang menjadikannya salah satu dari industri yang bersaing di bidang perdagangan.

Persaingan ini mengharuskan masing-masing dan setiap unit convenience store harus berjuang untuk keunggulan dalam pelayanan pelanggan dan kondisi toko. Hal itu merupakan tanggung jawab kita sebagai bagian dari perusahaan untuk memberikan dan mendukung kemajuan toko kita dalam mencapai keunggulan dengan pelanggan- pelanggan kita.

2.12 Industri Ritel

Pada tahun 2006 Industri ritel di Indonesia dinyatakan oleh Aprindo (asosiasi perusahaan ritel Indonesia) sebagai sektor kedua penyerap tenaga kerja terbesar Indonesia, dengan kemampuan sebesar 18,9 juta orang, di bawah sektor pertanian yang mencapai 41,8 juta orang. Kehadiran pelaku usaha ritel modern telah memberi warna dalam perkembangan ritel Indonesia. Dalam jangka waktu yang singkat beberapa pelaku usaha ritel dengan kemampuan kapital yang besar melakukan aktivitasnya dalam bentuk minimarket, supermarket bahkan hypermarket yang kini bertebaran di setiap kota besar Indonesia.

Industri ritel berkembang seiring dengan perubahan pada masyarakat dan dalam beberapa tahun terakhir telah berkembang pesat di berbagai belahan dunia.

Tingkat pendapatan masyarakat yang terus berkembang menyebabkan terciptanya

(28)

segmen konsumen yang menginginkan adanya perubahan pengelolaan industri ritel.

Produsen pun kini menganggap ritel sebagai tempat strategis pemasaran barang secara tepat waktu, lokasi dan konsumen (ITB Business Review).

Tabel 2.2 Tabel Lapangan Pekerjaan Utama 2004 - 2009 (Sumber: BPS)

No Lapangan Pekerjaan Utama

2004 2005 (Feb) 2006 (Feb) 2007 (Feb) 2008 (Feb) 2009 (Feb) 1 Pertanian,

Kehutanan, Perburuan dan Perikanan

40. 608.019 41.814.197 42. 323. 190 42.608.760 42.689.635 43.029.493

2 Pertambangan dan

Penggalian

1.034.716 808.842 947.097 1.020.807 1.062.309 1.139.495

3 Industri

Pengolahan 11.070.498 11.652.406 11.578.141 13.094.067 13.440.141 13.615.440 4 Listrik, Gas,

dan Air

228.297 186.801 207.102 247.059 207.909 209.441 5 Bangunan 4.540.102 4.417.087 4.373.950 4.397.132 4.733.679 4.610.695 6 Perdagangan

Besar, Eceran, Rumah Makan, dan Hotel

19.119.156 18.896.902 18.555.057 19.425.270 20.684.041 21.836.768

7 Angkutan, Pergudangan dan

Komunikasi

5.480.527 5.552.525 5.467.308 5.575.499 6.013.947 5.947.673

8 Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah, dan Jasa Perusahaan

1.135.056 1.042.786 1.153.292 1.252.195 1.440.042 1.484.598

9 Jasa Kemasyarakat an, Sosial dan Perorangan

10.515.665 10.576.572 10.571.965 10.962.352 13.778.154 13.611.841

Total 93.722.036 94.948.118 95.177.102 97.583.141 102.049.857 104.485.444

(29)

Tabel 2.3 Persentase Dua Jumlah Lapangan Pekerjaan Terbesar Tahun 2004 - 2009

No.

Lapangan Pekerjaan Utama

2004 2005 2006 2007 2008 2009

1

Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan

43,3% 44% 44,4% 43,6% 41,8% 41,1%

2 Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan, dan Hotel

20% 19,9% 19,5% 19,9% 20,2% 20,9%

Dari Tabel lapangan pekerjaan diatas dapat terlihat dari jumlahnya yang menunjukkan bahwa sektor eceran (ritel) memiliki jumlah yang besar dalam lapangan pekerjaan. Dari tahun 2004 sampai tahun 2009 sektor ritel memiliki jumlah kedua terbesar lapangan pekerjaan setelah sektor pertanian. Meskipun tahun 2005 dan 2006 mengalami penurunan, sektor eceran tetap menjadi nomor dua terbesar setelah sektor pertanian. Besarnya lapangan pekerjaan ini menunjukkan tingkat ekonomi yang baik di bisnis ritel. Dengan begitu banyaknya lapangan pekerjaan yang tersedia, maka masyarakat Indonesia dapat bekerja dan memenuhi kebutuhan mereka masing – masing serta meningkatkan ekonomi Indonesia.

Tabel 2.4 Persentase Kenaikan dan Penurunan Pada Tahun 2004 – 2005, Tahun 2005 – 2006, Tahun 2006 – 2007, Tahun 2007 – 2008, dan Tahun 2008 – 2009

Lapangan Pekerjaan Utama 2004 - 2005 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 Perdagangan Besar, Eceran,

Rumah Makan, dan Hotel 0,23% 0,36% 0,91% 1,2% 1,1%

(30)

0,00%

0,20%

0,40%

0,60%

0,80%

1,00%

1,20%

2004 - 2005

2005 - 2006

2006 - 2007

2007 - 2008

2008 - 2009

Persentase Naik dan Turun

Grafik 2.1 Persentase Kenaikan dan Penurunan Pada Tahun 2004 – 2005, Tahun 2005 – 2006, Tahun 2006 – 2007, Tahun 2007 – 2008, dan Tahun 2008 – 2009

Dengan menganalisa Tabel Lapangan Pekerjaan Utama 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, maka didapatkan persentase jumlah peningkatan dan penurunan dari tahun 2004 hingga 2009 untuk sektor industri ritel. Pada sektor eceran / ritel memiliki peningkatan yang cukup stabil, bahkan meningkat tinggi pada era 2006. Namun penurunan pada tahun 2008 ke 2009 yang terjadi tidak telalu signifikan karena masih tergolong kecil, yaitu dari 1,2% menjadi 1,1%. Data pada tabel di sektor ritel ini menunjukkan perkembangan yang baik dan stabil. Data pada tabel juga menunjukkan bahwa bisnis ritel makin ramai tiap tahunnya, sehingga mengakibatkan situasi bisnis yang semakin penuh persaingan seperti saat ini.

2.13 Pemain Bisnis Ritel

Di Indonesia pada sektor industri ritel telah mengalami perkembangan yang

cukup baik, sehingga memunculkan banyak pebisnis yang saling bersaing. Pemain di

insustri ritel yang setingkat dengan 7-Eleven, beberapa diantaranya:

(31)

• Circle K

Gambar 2.4 Circle K

Circle K adalah sebuah convenience store yang beroperasi 24 jam penuh.

Circle K juga dikenal di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia dimana konsepnya yang masih jarang. Saat ini Circle K dikenal di kalangan remaja kota besar di Indonesia. Di mata remaja, Circle K dicitrakan sebagai minimarket zaman sekarang, mereka menyediakan berbagai minuman alkohol dan rokok yang cukup lengkap dan beroperasi 24 jam. Pembeli dari gerainya juga diijinkan untuk duduk di depan gerainya sambil menikmati belanjaannya sehingga secara tidak langsung Circle K menjadi kawasan berkumpulnya remaja di kala malam hari.

Tabel 2.5 Kelebihan dan Kekurangan Circle K

Kelebihan Kekurangan

• Buka 24 jam

• Tersedianya kursi dan meja / cafe

• Produk yang terbatas

(32)

• Indomaret

Gambar 2.5 Indomaret

Indomaret merupakan jaringan minimarket yang menyediakan kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-hari dengan luas penjualan kurang dari 200 m

2

. Dikelola oleh PT Indomarco Prismatama, cikal bakal pembukaan Indomaret di Kalimantan dan toko pertama dibuka di Ancol, Jakarta Utara. Tahun 1997 perusahaan mengembangkan bisnis gerai waralaba pertama di Indonesia, setelah Indomaret teruji dengan lebih dari 230 gerai. Pada Mei 2003 Indomaret meraih penghargaan “Perusahaan Waralaba 2003″ dari Presiden Megawati Soekarnoputri. Hingga Mei 2010 Indomaret mencapai 4261 gerai.

Dari total itu 2.444 gerai adalah milik sendiri dan sisanya 1.817 gerai

waralaba milik masyarakat, yang tersebar di kota-kota di Jabotabek, Jawa

Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jogjakarta, Bali, Lampung dan Medan. Di

DKI Jakarta terdapat sekitar 488 gerai. Indomaret mudah ditemukan di daerah

perumahan, gedung perkantoran dan fasilitas umum karena penempatan lokasi

gerai didasarkan pada motto “mudah dan hemat”. Lebih dari 3.500 jenis

produk makanan dan non-makanan tersedia dengan harga bersaing, memenuhi

kebutuhan konsumen sehari-hari.

(33)

Tabel 2.6 Kelebihan dan Kekurangan Indomaret

Kelebihan Kekurangan

• Produk kebutuhan sehari – hari yang cukup lengkap

• Memiliki banyak gerai

• Tidak memiliki cafe

• Alfamart

Gambar 2.6 Alfamart

PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk ialah suatu perusahaan yang bergerak pada bisnis waralaba swalayan yang menjual barang-barang keperluan sehari-hari. Dengan trandmark Alfa. yang kini sahamnya dimiliki oleh PT.

Sigmantara Alfindo. Untuk menembus pasar di perkampungan, Alfa

meluncurkan Alfamart yang mempunyai saingan utama, yaitu Indomaret.

(34)

Tabel 2.7 Kelebihan dan Kekurangan Alfamart

Kelebihan Kekurangan

• Produk kebutuhan sehari – hari yang cukup lengkap

• Memiliki banyak gerai

• Tidak memiliki cafe

Gambar

Gambar 2.1 Five Competitive Forces
Tabel 2.1 Tabel Analisa SWOT
Gambar 2.2 Ansoff Matriks
Gambar 2.3 Marketing Mix
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesulitan lain yang ditemukan adalah kemampuan dalam mengembangkan indikator pencapaian kompetensi; materi yang disusun hanya dari buku guru saja; sulit mencapai

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang dipentingkan oleh konsumen dalam memilih rumah makan khas Sunda, mengetahui tingkat kepuasan konsumen terhadap

Dari uraian diatas dapat di simpulkan, bahwa media informasi merupakan alat yang digunakan sebagai sarana komunikasi baik secara verbal atau visual dengan maksud dan

Masyarakat dapat memberikan masukan dan tanggapan terkait kepenuhan syarat, integritas, independensi dan kecakapan terhadap nama-nama yang telah diumumkan oleh Tim Seleksi

Simpulan Penelitian: Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada volume dan konsentrasi sperma antara kelompok perokok dan bukan perokok di Klinik Permata Hati

Sebagai seorang ketua Sekretariat kongres Maria Ullfah dengan tegas mengatakan kepada organisasi perempuan yang masuk ke dalam Gerakan Massa untuk memilih Kongres

kabupaten tentang qanun pengelolaan PPI, dukungan dari kecamatan, ketersediaan anggaran di PPI, fasilitas yang lengkap di PPI, ketersediaan data base dan informasi, dukungan

“Bagaimana keterampilan proses sains siswa SMA kelas XI pada materi hidrolisis garam dengan metode praktikum dan model learning cycle 5E?” Dalam penelitian ini rumusan