• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan moral dalam kehidupan manusia menempati tempat yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan moral dalam kehidupan manusia menempati tempat yang"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kedudukan moral dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting sekali, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dan bangsa. Sebab jatuh bangunnya, jaya hancurnya, sejahtera-rusaknya suatu bangsa dan masyarakat, bergantung kepada bagaimana moralnya. Apabila moralnya baik (masyarakat bermoral), akan sejahteralah lahir-batinnya, akan tetapi apabila moralnya buruk (tidak bermoral), rusaklah lahir batinnya.

Kejayaan seseorang, masyarakat dan bangsa disebabkan moralnya yang baik. Kejatuhan nasib masyarakat dan bangsa juga bisa disebabkan karena kehilangan moral yang baik atau jatuh moralnya. Moral bukan hanya sekedar sopan santun, tata krama yang bersifat lahiriyah dari seseorang terhadap orang lain, melainkan lebih dari itu, yaitu juga dari segi batiniyahnya (Iman Abdul M. S.

2006: 18).

Moral yang bersifat lahiriyah dimaksudkan gambaran perilaku atau sikap

lahiriyah yang dapat diketahui oleh panca indera, seperti seseorang yang bersikap

sopan dan menghormati orang lain, secara lahiriyah orang seperti ini dianggap

bermoral baik tetapi mungkin hal itu dilakukan karena ada maksud tertentu yang

tidak baik, tidak ikhlas murni dari hati. Sedangkan moral yang bersifat batiniyah

merupakan gambaran batiniyah yang dapat diketahui oleh pengetahuan yang

(2)

mendalam, seperti seseorang yang moral baiknya sudah terinternalisasi dalam dirinya sehingga setiap perilaku atau sikapnya sudah mencerminkan sikap baik tidak ada pamrih apapun. Perilaku moral antar keduanya sulit dibedakan karena secara lahiriyah mereka terlihat sama walaupun ternyata dalam batinnya berbeda.

(Iman Abdul M. S. 2006: 19).

Moral adalah satu istilah penting dalam pendidikan. Bahkan beberapa literatur barat yang menulis tentang pedagogiek menjelaskan bahwa pendidikan mempunyai misi utama untuk menolong orang lain agar bisa menjadi dewasa dan bertanggung jawab. Dewasa dan bertanggung jawab adalah dua kriteria utama dari konsep perilaku pertimbangan dan tindakan moral. (Maria J Wantah. 2005: 44).

Untuk memahami hakikat moral, maka perlu dipahami istilah moral terlebih dahulu.

Menurut Webster’s New World Dictionary dalam Maria J Wantah (2005:

45), moral dirumuskan sebagai sesuatu yang berkaitan atau ada hubunganya dengan kemampuan menentukan benar salah dan baik buruknya sesuatu tingkah laku. Desmita (2009: 258) menyebutkan bahwa moral berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain. Penanaman moral yang baik seharusnya ditanamkan sejak dini ketika perkembangan otaknya masih sangat maksimal.

Mengacu pada isi kurikulum TK 2004, ruang lingkup sasaran bidang

perkembangan pada level anak usia dini adalah perkembangan moral dan nilai-

nilai agama, perkembangan sosial, emosional dan kemandirian, perkembangan

(3)

kemampuan berbahasa, perkembangan kognitif, perkembangan fisik/motorik, serta perkembangan seni.

Salah satu aspek perkembangan yang harus dikembangkan secara maksimal pada anak usia dini adalah perkembangan moral, hal ini penting karena moral merupakan aspek penting dalam keberhasilan seseorang. Sebagaimana disebutkan dalam tujuan pendidikan nasional, tujuan pertamanya adalah membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, mengapa ini penting karena implikasi dari insan yang beriman adalah manusia yang berakhlak mulia, jujur, dan bertanggung jawab. Pendidikan akan berhasil jika lulusannya adalah manusia yang beradab yang mampu mengaplikasikan ilmunya pada jalan yang benar, maka aspek perkembangan moral pada anak usia dini harus dikembangkan dengan tepat dan maksimal sehingga ia akan tumbuh menjadi pribadi yang bermoral baik.

Pada anak usia dini, perkembangan moral yang baik sebagaimana

disebutkan dalam Standar Perkembangan Anak (Tim pengembang pusat

kurikulum PAUD, TK dan SD UNJ, 2007: 26) ditunjukkan dengan beberapa sikap

diantaranya: mengenal dan menyayangi ciptaan Tuhan, terbiasa berprilaku sopan

santun, mampu membedakan perbuatan yang benar dan salah, terbiasa untuk

disiplin, terbiasa berprilaku saling hormat menghormati, terbiasa bersikap ramah,

menunjukkan sikap kerjasama dan persatuan, dapat menunjukkan rasa percaya

diri, terbiasa menunjukkan kepedulian, terbiasa menjaga kebersihan diri dan

mengurus dirinya sendiri, terbiasa menjaga lingkungan dan menghemat

pemakaian air dan listrik.

(4)

Dalam observasi awal di TK Al Burhan masih ditemukan beberapa indikator sikap moral baik yang belum terpenuhi, diantaranya: masih ada anak yang tidak mau ditinggal orang tuanya, kurang menjaga kebersihan, masih punya ego yang tinggi sehingga kurang rasa kepedulian dengan temannya, kurang menunjukkan sikap peduli pada lingkungan, dan lain-lain. Pendidikan akan berhasil jika lulusannya adalah manusia yang beradab yang mampu mengaplikasikan ilmunya pada jalan yang benar, buat apa orang pintar jika ia menyalahgunakan ilmu yang dimilikinya untuk menipu orang dan merugikan orang lain sehingga merusak stabilitas sosial. Maka aspek perkembangan moral pada anak usia dini harus dikembangkan dengan tepat dan maksimal. Untuk dapat mengembangkan moral anak secara maksimal perlu perhatikan aspek perkembangan lain yang sangat berpengaruh pada perkembangan moral anak, yaitu perkembangan kognitifnya.

Menurut Piaget, sebagaimana dikutip Maria J Wantah (2005: 78)

menyimpulkan perkembangan kesadaran moral sangat terkait dengan

perkembangan kognitif, Piaget mulai dengan keyakinan bahwa semua moralitas

terdiri dalam satu sistem aturan. Esensi dari semua moralitas adalah bahwa aturan-

aturan itu harus dihargai oleh setiap individu. Selanjutnya pertanyaan penting

yang ingin dijawab dalam penelitian Piaget mengenai perkembangan moralitas

adalah bagaimana proses kognitif anak dalam menghargai aturan-aturan itu. Dari

hasil penelitiannya, Piaget menyimpulkan bahwa perkembangan moral anak

sangat dipengaruhi oleh perkembangan kognitifnya, hal ini berhubungan dengan

bagaimana anak menerima dan menganalisis menggunakan pemikiran kognitifnya

(5)

terhadap aturan-aturan moral yang ia terima dan akan dipatuhi, dalam perkembangan kognitif disebut pemrosesan informasi.

Teori pemrosesan informasi lebih menekankan pada bagaimana individu memproses informasi tentang dunia mereka, bagaimana informasi masuk kedalam pikiran, bagaimana informasi disimpan dan disebarkan, dan bagaimana informasi diambil kembali untuk melaksanakan aktifitas-aktifitas yang kompleks, seperti memecahkan masalah dan berpikir. Jadi, inti dari pendekatan pemrosesan informasi ini adalah proses memori dan proses berpikir (Diane E. Papalia. et al, 2009: 450).

Dari uraian di atas, maka untuk meningkatkan perkembangan moral anak perlu juga meningkatkan perkembangan kognitifnya yang dalam hal ini akan difokuskan pada perkembangan memori atau hafalan anak. Indikator utama perkembangan memori yang baik adalah: dapat mengingat sesuatu dalam waktu yang cukup lama, dapat menghasilkan materi dari ingatan, dapat mengucapkan hal yang ia ingat, dapat mengenali simbol dari hal yang ia ingat, dapat menyebutkan kembali 5 digit dari hal yang pernah ia ingat (Diane E. Papalia. et al, 2009: 450 dan Desmita, 2009: 124).

Pada observasi awal di TK Al Burhan ditemukan beberapa masalah dalam

hal kemampuan menghafal diantaranya: anak membutuhkan waktu yang cukup

lama dalam menghafal sebuah ayat, kemampuan menghafal anak tidak bertahan

lama, ayat yang sudah dihafalkan kurang dapat diinternalisasikan dalam

keseharian anak-anak.

(6)

Perlu diketahui bahwa dalam konteks budaya bangsa Indonesia yang mayoritas muslim, moral yang baik adalah moral yang sejalan dengan apa yang digariskan oleh agama islam yang bersumber dari Al Quran (akhlak). Dalam Al Qur’an terdapat aturan-aturan, contoh-contoh, kisah-kisah yang sangat menarik sebagai rujukan dalam perkembangan moral anak.

Mengarahkan proses pembelajaran anak pada Al-Qur’an akan memiliki potensi pengaruh positif kepada akhlak anak, karena dalam ayat-ayat Al-Qur’an banyak menerangkan tentang akhlakul-karimah (Sa’ad Riyadh. 2007: 5). Dalam jangkauan yang lebih luas, akhlak (bermoral) berarti hidup untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam, artinya hidup berakhlak atau bermoral bukan hanya untuk sebagian umat islam, melainkan untuk seluruh umat manusia dan alam semesta.

Berakhlak atau bermoral tidak akan tumbuh tanpa adanya pembinaan dan pembiasaan dari orang-orang yang ada disekitar anak, seperti orang tua, anggota keluarga dan pendidik serta masyarakat.

Pembelajaran berbasis Al-Qur’an menjadi sangat penting diberikan sejak usia dini sebagai upaya membentuk anak yang berkepribadian islami, yaitu memiliki aqidah islam sebagai landasan ketika berpikir dan bersikap didalam menjalani kehidupan (Quraish Shihab, 2007: 261). Anak yang memiliki kepribadian islam adalah anak yang memiliki kelebihan dalam banyak hal, sehingga mereka bisa dikatakan sebagai anak unggul. “Anak unggul” adalah anak yang sholeh/sholehah, cerdas, sehat dan pemimpin. “anak sholeh/sholehah” adalah anak yang banyak melakukan amal yang diridhoi Allah SWT dan orang tuanya.

Anak sholeh adalah anak yang menyenangkan orang tua dan semua orang

(7)

disekitarnya. Anak yang sholeh memahami betul hakekat hidupnya didunia adalah untuk beribadah kepada Allah SWT, sebagaimana firman-Nya yang artinya:

“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah” (QS. Adz-

dzariyat 51: 56). Dengan kata lain, anak sholeh adalah anak yang bertaqwa (senantiasa melaksanakan seluruh perintah Allah SWT dan menjauhi seluruh larangan-Nya termasuk menghiasai diri mereka dengan akhlaq-akhlaq mulia seperti jujur, bertutur kata yang sopan, bertanggung jawab dan punya rasa malu).

Oleh karena itu, pembelajaran Al Qur’an merupakan misi yang harus dilakukan secara interaktif dan dibutuhkan beberapa faktor yang dapat mensukseskan pembelajaran Al-Qur’an, seperti model, media, metode, alat dan guru sebagai pendidiknya (M.Khair, 2006: 32).

Banyak model dan metode pembelajaran untuk mengajarkan nilai-nilai dalam Al Qur’an seperti model pembelajaran menggunakan Qiroati, Amstilati, Iqro dan model pembelajaran Rumah Qurani, dalam model-model pembelajaran tersebut digunakan pula metode masing-masing seperti metode Amstal, Kisah Qur’ani, klasikal, Tajribi, keteladanan, cerita dan lain sebagainya

Dalam penelitian ini peneliti fokus pada salah satu model dalam

mengajarkan Al Qur’an kepada anak usia dini yaitu model pembelajaran Rumah

Qurani yang diadaptasi dari kesuksesan Husein Tabataba’i sebagai doktor cilik

yang dikembangkan oleh tim Rumah Qurani. Model pembelajaran ini dipilih

untuk diujicobakan karena beberapa keunggulan diantaranya: dengan model ini

anak sangat mudah untuk menghafal ayat Al Quran, anak tidak hanya hafal

ayatnya saja tetapi juga paham artinya sehingga diharapkan nilai-nilainya dapat

(8)

terinternalisasi dalam diri anak, dan dengan model ini anak belajar dalam suasana yang menyenangkan. Secara lebih rinci, keunggulan-keunggulan dalam model ini sebagai berikut: (buku pegangan pelatihan guru Rumah Qurani, Tth: 15)

1. Menggunakan lebih banyak media modalitas dan memfasilitasi berbagai tipe kecerdasan, akan semakin menguatkan koneksi yang terdapat di otak dan akan sangat menguntungkan perkembangan akademis nantinya.

2. Bahasa isyarat memperkaya input auditori dengan menambahkan input visual dan kinestetis.

3. Bahasa isyarat menstimulasi terjadinya koneksi di otak yang berkaitan dengan bahasa dan reasoning.

4. Memfasilitasi munculnya pemahaman konseptual.

5. Bahasa isyarat juga meningkatkan daya bayang ruang dan body awareness.

6. Meningkatkan kemampuan word recall (mengingat kembali kata-kata).

Model Pembelajaran Rumah Qurani baru dikenal khalayak luas setelah buku dan CD mereka yang didistribusikan Mizan, mendapat perhatian masyarakat dengan mencapai best seller pada tahun 2007. Buku tersebut memperkenalkan tentang model pembelajaran yang menyenangkan untuk anak hafal dan paham Al Quran, yang teruji dari pengalaman Lembaga Pendidikan Jamiatul Quran di Iran.

Selanjutnya, Tim kreatif dari para generasi muda praktisi pendidikan di

Bandung membuat pilot project untuk mengembangkan model tersebut agar

sesuai dengan konteks keindonesiaan, Dari hasil uji coba mereka di TK

(9)

Babussalam Dago selama setahun, mereka menetapkan tiga langkah yang bisa mengakomodasi pembelajaran Al Quran yang menyenangkan yaitu dengan bercerita/dongeng, bermain dan isyarat tangan. Dari hasil model pembelajaran yang mereka kembangkan tersebut, penulis melihat bahwa model pembelajaran tersebut strategis dan tepat diterapkan pada masa usia dini (0-8 tahun). Di samping model pembelajaran ini didesain dengan menyenangkan, tim Rumah Qurani juga telah menganalisa model pembelajaran ini dengan Multiple intelligences.

Model pembelajaran yang diusung Rumah Qurani, turut memberi warna yang berbeda dalam ragam pembelajaran yang bermuara pada tema agama Islam.

Model ini dapat dijadikan sebagai alternatif pembelajaran Pendidikan Moral dan pengembangan memori atau hafalan anak untuk anak usia dini. Pendidikan moral yang berbasis Agama Islam dan pengembangan hafalan ayat Al Quran untuk anak, selama ini masih banyak terjebak dengan metode tradisional berupa ceramah dan mencatat sehingga kurang optimal, sementara materi pelajarannya tetap dibiarkan abstrak, misalnya dalam pelajaran Al Quran atau Aqidah Akhlak.

Di samping itu tema-tema yang dikembangkan Model pembelajaran Rumah Qurani juga dapat diorkestrasikan dengan mata pelajaran lain dalam pembelajaran tematik. Model pembelajaran Rumah Qurani mendekatkan siswa pada pemahaman yang lebih konkrit dan bermakna dengan tetap menyenangkan.

Tetapi model pembelajaran Rumah Qur’ani belum banyak di adopsi dan di uji

cobakan di PAUD atau TK di daerah-daerah lain, mungkin karena model

pembelajaran ini masih tergolong baru di Indonesia.

(10)

Berdasarkan fenomena inilah penulis sangat tertarik untuk mengadakan penelitian terhadap fenomena tersebut diatas dan dituangkan serta menuliskannya dalam sebuah karya tulis ilmiah dengan judul: “Dampak Aplikasi Model Pembelajaran Rumah Qurani Dalam Meningkatkan Perkembangan Moral Anak Di Kelas dan Kemampuan Menghafal Ayat Al Quran (Studi Eksperimen Kuasi Pada Kelompok B di TK Plus Al-Burhan, Buaran, Pekalongan)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang sebagaimana dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran Rumah Qurani pada TK Plus Al Burhan, Buaran, Pekalongan?

2. Seberapa besar perbedaan peningkatan perkembangan moral anak di kelas pada TK Plus Al Burhan, Buaran, Pekalongan yang menggunakan model pembelajaran Rumah Qurani dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional?

3. Seberapa besar perbedaan peningkatan kemampuan menghafal ayat Al

Quran pada TK Plus Al Burhan, Buaran, Pekalongan yang menggunakan

model pembelajaran Rumah Qurani dengan kelas yang menggunakan

model pembelajaran konvensional?

(11)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian yang telah dirumuskan, maka tujuan pokok penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pelaksanaan model pembelajaran Rumah Qurani pada TK Plus Al Burhan, Buaran, Pekalongan.

2. Perbedaan peningkatan perkembangan moral anak di kelas pada TK Plus Al Burhan, Buaran, Pekalongan yang menggunakan model pembelajaran Rumah Qurani dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional

3. Perbedaan peningkatan kemampuan menghafal ayat Al Quran pada TK Plus Al Burhan, Buaran, Pekalongan yang menggunakan model pembelajaran Rumah Qurani dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini, kemudian dituangkan dalam tesis, diharapkan mempunyai dua kegunaan, yaitu: kegunaan secara praktis dan kegunaan secara teoretis.

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi:

1. Orang yang berprofesi sebagai guru yang secara umum terjun didunia pendidikan, khususnya guru pada taman kanak-kanak maupun pendidikan anak usia dini.

2. Lembaga pendidikan Taman kanak-kanak dan taman pendidikan Al-Quran

Al-Burhan sebagai penyelenggara pendidikan.

(12)

3. Lembaga-lembaga pendidikan, khususnya lembaga pendidikan yang menyelenggarakan lembaga pendidikan taman kanak-kanak maupun pendidikan anak usia dini.

Adapun secara teoretis, manfaat penelitian ini sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian dan informasi tentang prinsip perkembangan moral dan kemampuan menghafal (memori) pada anak usia dini.

2. Mengembangkan konsep-konsep yang terkait pada pengembangan moral terutama yang berbasis Al Quran dan kemampuan menghafal ayat Al Quran pada anak usia dini.

3. Memberi sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan aplikasi model pembelajaran Rumah Qurani terutama dalam pengembangan moral dan kemampuan menghafal ayat Al Quran pada anak usia dini

4. Memberikan sumbangan pemikiran terhadap hasil-hasil penelitian terdahulu dan sebagai dukungan upaya penelitian yang akan datang.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari kemungkinan terjadinya salah penafsiran, peneliti mencoba mendefinisikan beberapa istilah yang ada hubungannya dengan permasalahan, yaitu:

1. Dampak dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002, 234) diartikan

dengan pengaruh kuat yang mendatangkan akibat (baik negatif maupun

positif), maka dalam penelitian ini dampak aplikasi model pembelajaran

Rumah Qurani dalam meningkatkan Perkembangan Moral anak di kelas

(13)

dan Kemampuan Menghafal Ayat Al Quran diartikan sebagai upaya untuk mencari seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan dari Model Pembelajaran Rumah Qurani dalam meningkatkan Perkembangan Moral anak di kelas dan kemampuan menghafal ayat Al Quran.

2. Model pembelajaran Rumah Qurani, merupakan model pembelajaran yang diadopsi dari sekolah Jamiatul Quran di Iran. Mereka memperkenalkan tentang model pembelajaran yang menyenangkan untuk anak hafal dan paham Al Quran, yang teruji dari pengalaman Lembaga Pendidikan Jamiatul Quran di Iran, yang aspek pelaksanaannya menggunakan permainan, cerita, dan isyarat tangan.

Permainan digunakan sejalan dengan cara belajar anak, melalui permainan anak melakukan kegiatan bermain yang sangat penting bagi anak, belajar sambil bermain sangat sesuai dengan karakteristik kurikulum untuk anak usia dini, terutama kurikulum untuk anak TK.

Bermain, disebutkan dalam kurikulum merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran pada anak usia dini (Tadkiroatun M, 2008: 29). Dengan permainan anak akan menikmati cara belajarnya, permainan yang diterapkan dalam model pembelajaran Rumah Qurani akan lebih banyak menstimulasi domain psikomotorik dan domain afektif anak. Selain permainan, model pembelajaran Rumah Qurani juga menggunakan metode cerita.

Metode bercerita yang diterapkan Rumah Qurani bertujuan membuat

anak mampu memahami dan mengevaluasi makna ayat yang diajarkan.

(14)

Metode bercerita akan memberi pengaruh besar pada domain kognitif (pemahaman) dan afektif (sikap dan emosi) anak, sehingga anak akan mampu mengaitkan konteks sehari-hari dengan makna ayat Al Quran yang diajarkan. Sedangkan untuk memudahkan anak dalam menghafal ayat Al Quran, digunakan metode isyarat tangan.

Metode isyarat tangan lebih banyak mengasah kemampuan kognitif (pemahaman dan hafalan) dan psikomotorik (gerakan otot). Namun, kemampuan kognitif yang diasah oleh metode isyarat tangan hanya sekedar level mengingat atau mengahafal.

3. Perkembangan Moral merupakan suatu proses perubahan ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya. Yang dimaksud moral yaitu nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Dari segi moral, suatu perbuatan atau keseluruhan asas berkaitan dengan baik dan buruk, sehingga moral ini akan berfungsi memberi orientasi bagaimana seseorang harus bersikap dan melangkah dalam hidupnya (Sjarkawi, 2008: 57). Moral ini akan menjadi acuan anak dalam perbuatan yang dilakukannya. Moral juga sering disamakan dengan akhlak atau etika (Rachmat D, 1996: 26, Iman. A, 2006: 15).

Dalam penelitian perkembangan moral yang dimaksud adalah perkembangan perilaku moralnya bukan pada tingkat kognitif.

Perkembangan moral yang baik menurut Harlock (1980: 123) sering

(15)

ditunjukkan dengan sikap terbiasa berperilaku sosial yang baik dan terbiasa mengikuti aturan.

Sikap anak yang terbiasa berperilaku sosial yang baik ditunjukkan dengan beberapa sikap, diantaranya: (a) terbiasa mengucapkan ucapan yang baik, (b) ramah, (c) sopan santun, (d) saling menghormati, (e) mulai menunjukkan sikap peduli, dan (f) timbulnya sikap kerjasama dan persatuan. Sedangkan sikap anak yang terbiasa mengikuti aturan ditunjukkan dengan beberapa sikap, yaitu: (a) mulai tumbuh disiplin, (b) belajar bertanggung jawab, (c) menjaga kebersihan diri serta terbiasa mengurus diri sendiri, dan (d) mulai dapat membedakan perbuatan yang benar dan salah.

4. Menghafal merupakan kemampuan memori manusia untuk menyimpan, memproses dan memanggil kembali informasi yang pernah diterima, menurut Chaplin (Desmita, 2009: 121), memori adalah keseluruhan pengalaman masa lampau yang dapat diingat kembali. Santrock (2004) dalam Desmita (2009: 122) mendefinisikan memori sebagai retensi (ingatan) informasi dari waktu ke waktu, dengan melibatkan encoding (pengkodean), storage (penyimpanan), dan retrieval (pengambilan kembali).

Encoding (pengodean) adalah proses seperti memasukan informasi

dalam sebuah map untuk diarsipkan didalam ingatan, proses ini melabel

informasi tersebut dengan “kode” atau “label” agar mudah ditemukan

jika dibutuhkan. Kejadian dikodekan bersama informasi mengenai

(16)

konteks dimana mereka terjadi. Penyimpanan (storage) adalah meletakkan map didalam lemari arsip. Pengambilan kembali (retrieval) terjadi ketika informasi itu dibutuhkan; anak lalu mencari berkas tersebut dan mengeluarkannya.

Secara operasional proses ini bisa dijelaskan dengan kegiatan ketika anak akan menghafalkan sesuatu ia akan memperhatikan dan membentuk isyarat diotaknya (encoding) tentang informasi tersebut kemudian ia akan mangingat atau menyimpannya (storage) di otak dan ia akan mengambil kembali (recall/retrieval) informasi tersebut ketika dibutuhkan.

F. Asumsi Penelitian

Penelitian ini bertolak dari asumsi sebagai berikut:

1. Di Iran, sekolah Jami’atul Quran telah melaksanakan pembelajaran menghafal ayat Al Quran dengan isyarat tangan dan permainan (yang diadopsi oleh Rumah Qurani) yang memberikan hasil yang sangat memuaskan, yaitu mampu mencetak banyak hafidz cilik dan sudah meluluskan ratusan anak yang hafal sebagian Al Quran bahkan lembaga ini mampu menghasilkan seorang ahli tafsir cilik yang bergelar Doctor Honoris Causa di usia 7 tahun.

2. Di TK Babussalam, dilakukan Pilot Project yang dilaksanakan selama

dua semester dengan menggunakan model pembelajaran Rumah

Qurani. Dari pilot project tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa

pembelajaran dengan model Rumah Qurani sangat efektif untuk

(17)

meningkatkan kecintaan atau motivasi anak dalam belajar Al Qur’an, dapat meningkatkan kemampuan anak dalam menghafal ayat Al Qur’an, dapat meningkatkan pemahaman anak terhadap ayat Al Qur’an, dan dapat berpengaruh dalam perilaku anak.

G. Hipotesis Penelitian

Supaya penelitian ini lebih terarah, perlu dirumuskan sebuah hipotesis awal sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pembelajaran dengan Model pembelajaran Rumah Qurani mempunyai dampak positif dalam meningkatkan perkembangan moral anak dikelas di TK Plus Al Burhan, Buaran Pekalongan?

2. Pelaksanaan pembelajaran dengan Model pembelajaran Rumah Qurani mempunyai dampak positif dalam meningkatkan kemampuan menghafal ayat Al Qur’an pada anak di TK Plus Al Burhan, Buaran Pekalongan.

H. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen kuasi dengan pendekatan kuantitatif. Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk desain kelompok pre-test dan post-test dengan kelompok kontrol.

Dalam pengumpulan data, teknik penelitian yang digunakan penulis adalah

observasi langsung dan studi dokumentasi.

(18)

I. Lokasi dan Sampel Penelitian

Tempat atau lokasi penelitian di TK Plus AL-Burhan yang beralamat di jl. KH Abdul Hadi, Simbang Kulon Gang II Buaran Pekalongan Jawa Tengah. TK plus Al Burhan dianggap representatif untuk dijadikan tempat penelitian karena sebelum dibangun TK, Al Burhan merupakan TPQ yang intens dalam membelajarkan Al Quran sehingga model pembelajaran ini dianggap cocok untuk diujicobakan di TK ini.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa TK B di TK Plus Al Burhan,.

karena penelitian ini bersifat kuasi eksperimen maka langsung dipilih dua kelas

sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen, karena penelitian ini merupakan kuasi

eksperimen maka kedua kelas tersebut langsung ditetapkan sebagai sampel atau

subyek penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Remaja juga memberikan respon dengan saran yang baik yaitu: buku ini bisa memahami sapaan kekerabatan bahasa Minang pada remaja, buku ini sangat menarik dan sangat

Percobaan pertama adalah melakukan pengukuran lama waktu tinggal bahan baku dalam ruang karbon yang memiliki ulir sebanyak 20. Putaran ruang karbon yang awalnya 5 rpm,

Praktik Kerja Lapangan yang selanjutnya disingkat PKL adalah pembelajaran bagi Peserta Didik pada SMK/MAK, SMALB, dan LKP yang dilaksanakan melalui praktik kerja

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan peneletian serta membahas masalah tersebut yang dituangkan dalam skripsi yang berjudul

persoalan yang melingkup tatanan birokrasi pemerintahan yang sangat di dominasi oleh kehadiran PNS dengan sifat dan perilaku seperti diuraikan dalam pembahasan terdahulu,perlu

14 Undang-Undang No. Widjaya, Otonomi Daerah Dan Daerah Otonom.. Tujuan utama peran pemerintah daerah dalam otonomi daerah adalah meningkatnya pelayanan publik dan

(1) Keputusan berdasarkan suara terbanyak adalah sah apabila diambil dalam Sidang yang dihadiri oleh Anggota dari unsur Pemerintah maupun Non Pemerintah,

Pendapat ini bisa diartikan bahwa LSQ didasarkan pada hasil evaluasi antar waktu atau antar transaksi, jika dari keseluruhan rentang waktu transaksi pelanggan dan