• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN (SIM)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SISTEM INFORMASI MANAJEMEN (SIM)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN (SIM)

Tugas Individu :

EVALUASI PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI SECARA INSOURCING, COSOURCING DAN OUTSOURCING DAN ANALISIS URGENCY DARI

MAINTANABILITY SOFTWARE DI SUATU ORGANISASI

Disusun Oleh :

Ruth Johana Angelina (NRP : K15161068) Kelas E61

Dosen :

Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc (CS)

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN DAN BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2017

(2)

BAB I PENDAHULUAN

Perkembangan organisasi yang semakin kompleks dan tuntutan untuk selalu melakukan adaptasi terhadap lingkungan organisasi, mengakibatkan proses pengambilan keputusan dan manajemen juga berkembang. Proses tersebut berkaitan dengan informasi yang merupakan hal penting dan berharga dalam sebuah organisasi dewasa ini, karena informasi yang akurat dan cepat dapat sangat membantu tumbuh kembangnya sebuah organisasi. Maka dari itu, pengelolaan informasi dipandang penting demi kelancaran sebuah pekerjaan dan untuk menganalisis perkembangan dari pekerjaan itu sendiri. Hal tersebut menuntut pembelajaran Sistem Informasi Manajemen dalam menciptakan, mendistribusikan dan memanfaatkan informasi guna mendukung kegiatan manajemen, khususnya pembuatan keputusan dalam kebijakan publik. Namun, sayangnya tidak semua perusahaan mampu membangun Sistem Informasi Manajemennya sendiri.

Penyebabnya antara lain adalah struktur organisasi yang kurang wajar, rencana organisasi yang belum memadai, sumber daya manusia yang tidak memadai, dan yang terpenting adalah kurangnya partisipasi manajemen dalam bentuk keikutsertaan para manajer dalam merancang sistem, mengendalikan upaya pengembangan sistem dan memotivasi seluruh pihak yang terlibat. Dengan adanya pertimbangan-pertimbangan tersebut, akhirnya perusahaan diperhadapkan dengan dua pilihan yang masing-masing memiliki nilai positif maupun negatif.

Kedua pilihan tersebut antara lain perusahaan memanfaatkan kontribusi dari sumber daya internal perusahaan (insourcing) atau menggunakan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan/organisasi lain untuk pembuatan dan pengelolaan sistem informasi (outsourcing).

Melihat adanya fenomena tersebut, disini penulis akan menjelaskan lebih detail terkait cara insourcing maupun outsourcing. Selain itu akan dibahas pula mengenai analisis urgency dari maintainability software di suatu organisasi

(3)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Evaluasi Pengembangan Sistem Informasi Secara Insourcing, Cosourcing dan Outsourcing

Dalam suatu perusahaan diperlukan suatu pengembangan sistem informasi, dimana untuk hal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan tiga pendekatan, yaitu :

a. Pendekatan Out-Sourcing

Pendekatan out–sourcing merupakan penyerahan tugas atau pekerjaan yang berhubungan dengan operasional perusahaan ataupun pengerjaan proyek kepada pihak ketiga atau perusahaan ketiga dengan menetapkan jangka waktu tertentu dan biaya tertentu dalam proses pengembangan proyeknya. Dalam buku “Introduction to Information Systems” menurut O’Brien dan Marakas (2010 ), outsourcing adalah pembelian sejumlah barang atau jasa yang semula dapat dipenuhi oleh internal perusahaan tetapi sekarang dengan memanfaatkan mitra perusahaan sebagai pihak ketiga.

Aplikasi IT outsourcing di suatu perusahaan antara lain mencakup layanan sebagai berikut:

Pemeliharaan aplikasi (Applications maintenance)

Pengembangan dan implementasi aplikasi (Application development and implementation)

Data centre operations

End-user support

Help desk

Dukungan teknis (Technical support)

Perancangan dan desain jaringan

Network operations

Systems analysis and design

 Business analysis

 Systems and technical strategy

(4)

Keputusan perusahaan untuk melakukan outsourcing dipengaruhi oleh banyak faktor. Leeet al. (2000) dalam Benamati dan Rajkumar (2002) mengemukakan bahwa sejumlah besar keputusan outsourcing didorong oleh masalah fundamental seperti ekonomi, strategi dan teknis. Selanjutnya Lee (2004) menemukan beberapa perusahaan melakukan outsource untuk mencapai fleksibilitas produksi yang lebih tinggi, untuk mengembangkan kapasitas, atau agar lebih fokus pada kompetensi inti.

Namun mayoritas perusahaan melakukan outsource terhadap aktifitas produksi untuk mengurangi biaya atau meningkatkan kualitas produk dengan menggunakan keahlian dari supplier mereka. Microsoft adalah salah satu perusahaan yang menggunakan outsourcing untuk memungkinkan teknologi informasinya bisa meningkatkan kapabilitas supply chainmereka (Bardhan et al., 2006). Melalui outsourcing Microsoft mampu menghasilkan 360game video dan sistem hiburan di akhir tahun 2005 dengan mempercayakan pada jaringan kontraktor dan supplier untuk menyampaikan komponen-komponen dan layanan-layanan utama yang penting bagi produk mereka.

Banyak yang berpendapat bahwa biaya adalah motivasi utama dalam melakukan outsourcing (Hurley dan Schaumann, 1997). Permintaan terhadap keahlian sistem informasi sangat tinggi dan mahal. Seringkali dianggap lebih murah menyewa seorang tenaga ahli daripada mengembangkannya sendiri. Selain itu sumber daya eksternal juga lebih siap untuk ditambah atau dikurangi dibanding staf tetap. Namun menurut Aalders (2002), generasi pertama yang melakukan outsourcing semata-mata karena dorongan biaya seringkali menemui kegagalan.

Berikut ini merupakan gambar diagram yang menunjukkan proses apa saja yang dilakukan dalam lewat cara out–sourcing :

(5)

Melalui out–sourcing, perusahaan dapat membeli sistem informasi yang sudah tersedia, atau sudah dikembangkan oleh perusahaan outsource. Perusahaan juga dapat meminta perusahaan outsource untuk memodifikasi sistem yang sudah ada.

Perusahaan juga dapat membeli software dan meminta perusahaan outsource untuk memodifikasi software tersebut sesuai keinginan perusahaan. Dan juga lewat out–sourcing perusahaan dapat meminta untuk mengembangkan sistem informasi yang benar-benar baru atau pengembangan dari dasar.

Berikut ini merupakan gambaran proses yang terjadi pada pendekatan out–sourcing :

Adapun keuntungan dari penggunaan pendekatan out–sourcing adalah.

1. Perusahaan dapat lebih fokus pada hal yang lain, karena proyek telah diserahkan pada pihak ketiga untuk dikembangkan.

2. Dapat mengeksploitasi skill dan kepandaian yang berasal dari perusahaan atau organisasi lain dalam mengembangkan produk yang diinginkan.

3. Dapat memprediksi biaya yang dikeluarkan untuk kedepannya.

4. Biasanya perusahaan outsource sistem informasi pasti memiliki pekerja IT yang kompeten dan memiliki skill yang tinggi, dan juga penerapan teknologi terbaru dapat menjadi competitive advantage bagi perusahaan outsource. Jadi dengan

(6)

menggunakan outsource, otomatis sistem yang dibangun telah dibundle dengan teknologi yang terbaru.

5. Walaupun biaya untuk mengembangkan sistem secara outsource tergolong mahal, namun jika dibandingkan secara keseluruhan dengan pendekatan in–sourcing ataupun, out–sourcing termasuk pendekatan dengan cost yang rendah.

6. Biaya teknologi yang semakin meningkat dan akan lebih murah jika perusahaan tidak berinvestasi lagi tetapi menyerahkannya kepada pihak ketiga dalam bentuk outsourcing yang lebih murah dikarenakan outsourcer dapat dibagi ke beberapa perusahaan.

7. Meningkatkan fokus bisnis perusahaan(bisnis inti) dengan skala lebih luas.

Pelaksanaan operasional lainnya dilakukan oleh perusahaan outsourcing yang telah berpengalaman di bidangnya. Dengan melakukan outsourcing, maka perusahaan dapat berkonsentrasi secara penuh dalam menangani bisnis intinya.

8. Dengan melakukan outsourcing, perusahaan menjadi lebih flexible, lebih dinamis, dan lebih baik. Perusahaan dapat melakukan perubahan dengan cepat untuk memenuhi perubahan kesempatan sesuai dengan kondisi yang ada.

9. Dengan melakukan outsourcing, segala resiko pekerjaan, ketenagakerjaan, kriminalitas, dan resiko lainnya menjadi resiko perusahaan penyedia jasa outsourcing

10. Jasa yang diberikan oleh outsourcer lebih berkualitas dibandingkan dikerjakan sendiri secara internal karena outsourcer memang dispesialisasi dan ahli di bidang tersebut

11. Pengembangan sistem informasi relatif lebih cepat, efektif, dan efisisen karena dikerjakan oleh orang yang profesional di bidangnya. Penghematan waktu proses dapat diperoleh karena beberapa outsourcer dapat dipilih untuk bekerja bersama-sama menyediakan jasa ini kepada perusahaan.

12. Mendapatkan ide-ide yang inovatif dan mendapatkan akses pada

(7)

kemampuan kelas dunia.

13. Hasil pengembangan sistem infornasi lebih berkualitas dan keuntungan dalam jangka pendek dapat langsung dirasakan oleh perusahaan.

14. Memudahkan akses pada pasar global jika menggunakan vendor yang mempunyai kualitas dan reputasi yang baik.

15. Perusahaan merasa tidak perlu melakukan transfer teknologi dan pengetahuan kepada outsourcer.

16. Meningkatkan fleksibilitas untuk mengantisipasi perubahan dalam persaingan bisnis yang semakin kompetitif baik dalam penggunaan teknologi maupun perubahan volume bisnis.

17. Memperbaiki kredibilitas perusahaan dengan cara berasosiasi dengan pemberi jasa yang unggul.

18. Mengurangi resiko penggunaan sumber daya sistem informasi yang belum optimal dan meningkatkan kas dalam aset perusahaan karena tak perlu ada aset untuk teknologi informasi.

Selain keunggulan diatas, pendekatan out–sourcing juga memiliki beberapa kelemahan, kelemahan-kelemahan itu antara lain:

1. Kurangnya perusahaan dalam mengerti teknik sistem informasi agar bisa dikembangkan atau diinovasi di masa mendatang, karena yang mengembangkan tekniknya adalah perusahaan outsource.

2. Menurunkan kontrol perusahaan terhadap sistem informasi yang dikembangkan.

3. Informasi-informasi yang berhubungan dengan perusahaan kadang diperlukan oleh pihak pengembang aplikasi, dan kadang informasi penting juga perlu diberikan, hal ini akan menjadi ancaman bagi perusahaan bila bertemu dengan pihak pengembang yang nakal.

(8)

4. Ketergantungan dengan perusahaan lain yaitu perusahaan pengembang sistem informasi akan terbentuk.

5. Engine yang digunakan merupakan hak cipta dari perusahaan outsourcing, sehingga anda tidak bebas menggunakannya untuk website lain selain yang tertulis dalam kontrak.

6. Menjadi sangat bergantung pada pihak luar sehingga sangat sulit bagi perusahaan untuk mengambil alih kembali sistem yang sedang berjalan terutama apabila ada kerusakan atau gangguan mendadak terhadap sistem informasi perusahaan.

7. Kehilangan kendali terhadap sistem dan data karena bisa saja pihak outsourcer menjual data ke pesaing.

8. Tidak ada transfer pengetahuan dari pihak luar kepada pihak perusahaan.

9. Dapat terjadi peluang penyalahgunaan sistem informasi oleh vendor, misalnya pembajakan atau pembocoran informasi perusahaan.

10. Resiko tidak kembalinya investasi yang telah dikeluarkan apabila terjadi ketidakcocokan sistem informasi yang dikembangkan.

11. Mengurangi keunggulan kompetitif perusahaan karena semua pengembangan sistem informasi diserahkan kepada perusahaan

12. Jika kekuatan tawar ada di tangan outsourcer, perusahaan akan kehilangan banyak kendali dalam memutuskan sesuatu apalagi jika terjadi konflik diantaranya.

13. Perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk belajar membangun dan mengoperasikan aplikasi sistem informasi tersebut.

Salah satu kunci kesuksesan dari outsource adalah kesepakatan untuk membuat hubungan jangka panjang (long term relationship) tidak hanya kepada proyek jangka dekat. Alasannya sangat sederhana, yaitu outsourcer harus memahami proses bisnis dari perusahaan.

(9)

b. Pendekatan In-Sourcing

Insourcing merupakan pengoptimalan karyawan dalam perusahaan untuk dipekerjakan di luar perusahaan berdasarkan kompetensi dan minat karyawan itu sendiri dan difasilitasi oleh perusahaannya. Insourcing bisa dalam bentuk bekerja di luar perusahaan secara fulltime, atau temporary. Kompensasi yang diterima juga mengikuti pola tersebut. Artinya mereka akan dibayar secara penuh oleh perusahaan yang menggunakannya, atau sharing dengan perusahaan asalnya atau perusahaan asal hanya menanggung selisih gaji (Zilmahram, 2009).

Adapun tahap tahap pengembangan sistem informasi secara insourcing adalah sebagai berikut :

1. Survey sistem / preliminary

Dalam tahap ini, tim IT akan melakukan investigasi awal untuk mengetahui kebutuhan pengguna, ruang lingkup aplikasi, pembuatan proposal dan yang meliputi gambaran umum pelaksanaan proyek, aplikasi yang dikembangkan, serta biaya yang dibutuhkan. Setelah proposal dipaparkan dan disetujui, maka dapat dilakukan tahap berikutnya.

2. Analisis sistem

Analisis sistem diperlukan untuk mengetahui apakah sistem yang lama perlu diperbaharui atau harus dimatikan untuk diganti dengan yang baru. Analisis ini sangat diperlukan agar aplikasi yang dikembangkan benar – benar dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan. Beberapa aspek yang dianalisis dalam analisis sistem diantaranya adalah business user, analisis jabatan, proses bisnis, business rules, problem solving, business tool, dan business plan.

3. Desain sistem

Jika analisis sistem dipergunakan untuk menjawab pertanyaan sistem apa yang ingin dibuat, desain sistem dipergunakan untuk menjawab pertanyaan bagaimana sistem tersebut di buat.

Desain sistem memberikan gambaran kepada programmer tentang garis besar sistem yang ingin dibuat. Beberapa hal yang dilakukan dalam desain sistem adalah pemodelan sistem, desain basis data, desain aplikasi, desain perangkat keras, dan deskripsi dari masing masing penggguna.

4. Pembuatan sistem

Setelah desain selesai dibuat, langkah berikutnya adalah pembuatan sistem. Dalam pembuatan sistem turut pula dilakukan pengujian terhadap aplikasi yang dikembangkan dan

(10)

pembuatan instruksi manual serta melakukan training terhadap pengguna.

5. Implementasi sistem

Ketika hardware telah dipersiapkan dengan matang, aplikasi telah selesai dibuat, langkah berikutnya adalah implementasi sistem. Dalam tahap ini, sistem yang telah dibuat benar benar diimplementasikan di dalam perusahaan. Tahap ini merupakan tahap yang paling kritis dalam pengembangan sebuah sistem. Ada yang implementasinya dilakukan dengan paralel sebelum sistem lama dimatikan, ada yang langsung mematikan sistem yang lama dan berganti dengan sistem yang baru.

6. Pemeliharaan sistem.

Saat sistem berhasil di implementasikan, langkah terakhir adalah pemeliharaan sistem yang dilakukan oleh seorang programmer untuk melihat kelemahan – kelemahan atau kekurangan yang tidak terdeteksi saat sistem tersebut dilakukan pengetesan. Pemeliharaan meliputi pemantauan pengoperasian oleh user, penyempurnaan, perbaikan dari gangguan kecil atau bug, dan perbaikan – perbaikan akibat kerusakan dari luar seperti virus dan lain – lain.

Keuntungan pengembangan sistem informasi atau proyek lain dengan menggunakan pendekatan in-sourcing adalah :

1. Perusahaan dapat mengontrol sistem informasinya sendiri.

2. Biaya untuk pekerja dalam perusahaan biasanya lebih kecil daripada biaya untuk pekerja outsource.

3. Mengurangi biaya operasional perusahaan, seperti transport, dll.

4. Umumnya sistem informasi yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan perusahaan karena karyawan yang ditugaskan mengerti kebutuhan sistem dalam perusahaan.

5. Sistem informasi yang dibutuhkan dapat segera direalisasikan dan dapat segera melakukan perbaikan untuk menyempurnakan sistem tersebut.

6. Mudah untuk melakukan modifikasi dan pemeliharaan (maintenance) terhadap sistem informasi karena proses pengembangannya dilakukan oleh karyawan perusahaan tersebut.

7. Adanya insentif tambahan bagi karyawan yang diberi tanggung jawab untuk mengembangkan sistem informasi perusahaan tersebut.

8. Lebih mudah melakukan pengawasan (security access) dan keamanan data lebih

(11)

terjamin karena hanya melibatkan pihak perusahaan.

Sedangkan kelemahan dalam menerapkan metode insourcing diantaranya :

1. Pengembangan sistem informasi membutuhkan waktu yang lama karena konsentrasi karyawan harus terbagi dengan pekerjaan rutin sehari-hari sehingga pelaksanaannya menjadi kurang efektif dan efisien.

2. Perubahan dalam teknologi informasi terjadi secara cepat dan belum tentu perusahaan mampu melakukan adaptasi dengan cepat sehingga ada peluang teknologi yang digunakan kurang canggih (tidak up to date).

3. Membutuhkan waktu untuk pelatihan bagi operator dan program sehingga ada konsekuensi biaya yang harus dikeluarkan.

4. Adanya demotivasi dari karyawan ditugaskan untuk mengembangkan sistem informasi karena bukan merupakan core competency pekerjaan mereka.

5. Kurangnya tenaga ahli (expert) di bidang sistem informasi dapat menyebabkan kesalahan persepsi dalam pengembangan distem dan kesalahan/resiko yang terjadi menjadi tanggung jawab perusahaan (ditanggung sendiri).

c. Pendekatan Cosourcing

Cosourcing adalah pendekatan dimana perusahaan bekerjasama dengan pihak ketiga untuk melaksanakan proses penyusunan, pengembangan dan pemeliharaan sistem informasi.

Pelaksanaan alternatif ini pada dasarnya dipengaruhi oleh meningkatnya kegiatan suatu bisnis perusahaan dimana pada satu sisi perusahaan dihadapkan pada keterbatasan sumberdaya manusia dalam knowledge sistem informasi yang kurang, dan pada sisi yang lain sumberdaya manusia internal ini dapat menangani manajemen perusahaan secara baik (efektif dan efisien). Pendekatan co-sourcing yang menekankan kerjasama antara pihak perusahaan dengan pihak lain dimana kerjasama ini bersifat saling melengkapi. Biasanya sistim ini dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang ingin pengembangan sistem informasinya dijalankan secara internal, namun kekurangan sumber daya yang cukup untuk melaksanakannya. Namun begitu perusahaan tidak ingin membeli dari pihak lain melainkan ingin mengembangkan secara bersama-sama. Dengan begitu didapat keuntungan sebagai berikut :

(12)

1. Kontrol perusahaan kepada perusahaan yang diajak bekerja sama dapat lebih ketat dan terkontrol secara langsung.

2. Tim yang dibentuk memiliki standar kualitas tinggi sesuai dengan kebutuhan yang ada

3. Standar, prosedur dan metodologi sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

4. Sense of ownership and accountable tim lebih tinggi dalam membangun sistem 5. Pekerjaan yang dilakukan dapat menjadi sarana pembelajaran bagi seluruh

komponen perusahaan.

6. Kinerja tim dapat lebih terpercaya karena ada partisipasi perwakilan perusahaan dalam tim tersebut

Sedangkan kerugian pendekatan ini adalah sumber daya manusia menjadi terbagi dan perusahaan akan menjadi sulit melakukan perbaikan dan pengembangan sistem lanjutan jika pegawai perusahaan tidak diikutsertakan dalam keseluruhan proses akibat dari terbatasnya sumber daya manusia sehingga tidak dapat dibagi.

2.2 Analisis Urgency dari Maintanability Software Di Suatu Organisasi

Di zaman modern seperti sekarang ini, semakin canggihnya teknologi makin berpengaruh dalam perkembangan bisnis yang dituntut untuk maju dalam persaingan yang sangat ketat. Para pelaku bisnis dituntut mampu beradaptasi dan berinovasi agar dapat bertahan sekaligus berkembang di era globalisasi ini. Salah satu faktor penting adalah bagaimana perusahaan itu mampu mengelola sistem informasi sebagai sumber daya yang menentukan bagi masa depan bisnis.

Dukungan teknologi pada penerapan sistem informasi menjadikan bisnis dapat berjalan lebih baik. Sistem informasi yang ideal bagi manajemen bisnis adalah suatu sistem yang terpadu atau kombinasi teratur dari seluruh elemen yang ada, baik individu, hardware, software maupun jaringan komunikasi, dalam menyediakan informasi yang berguna dalam mendukung kegiatan operasional dan fungsi pengambilan keputusan dari sebuah organisasi.

Sistem informasi dibangun bertujuan untuk mendukung kinerja perusahaan, meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses bisnis, pengambilan keputusan manajerial, serta memperkuat posisi kompetitif perusahaan. Banyaknya manfaat yang diberikan oleh sistem informasi menjadikan perusahaan berbondong-bondong melakukan investasi dan beralih menggunakan teknologi informasi. Tujuannya tak lain untuk membantu memecahkan

(13)

permasalahan dalam mengembangkan sistem lintas fungsi perusahaan yang terintegrasi, serta mampu melintasi berbagai batas fungsi tradisional bisnis agar dapat merekayasa ulang dan meningkatkan proses bisnis yang penting di semua lintas fungsi perusahaan.

Seiring meningkatnya penggunaan teknologi dalam sistem informasi di perusahaan yang semakin pesat dan sangat terkait dengan penggunaan software. Sebuah software harus dirancang dengan sebaik mungkin agar dapat dengan mudah dikembangkan dan disesuaikan dengan kondisi perusahaan, serta fleksibel terhadap perkembangan dunia bisnis yang sangat dinamis. Lalu, seberapa jauh software yang digunakan mampu dikembangkan, ini menjadi salah satu faktor yang harus diperhatikan.

Maintainability menjadi salah satu faktor yang berkaitan dengan kemampuan software untuk menjalani perubahan yang terjadi dalam perusahaan. Software maintenance merupakan aktivitas yang pertama kali dilakukan semenjak perangkat lunak mulai dioperasikan hingga pada akhirnya software tersebut tidak dioperasikan atau digunakan lagi. Tujuan kegiatan tersebut adalah untuk meningkatkan kinerja, beradaptasi dengan lingkungan perusahaan dan bisnis yang baru, memperbaiki kesalahan pada software dan juga untuk mencegah terjadinya kesalahan. Sehingga mau tak mau software maintenance menjadi kegiatan yang mutlak harus dilakukan dalam manajemen bisnis.

Terdapat tiga alasan yang mendasari pentingnya pemeliharaan sistem atau maintenance system, yaitu sebagai berikut :

a. Memperbaiki Kesalahan (Correcting Errors)

Maintenance dilakukan untuk mengatasi kegagalan dan permasalahan yang muncul saat sistem dioperasikan. Maintenance software yang disediakan oleh vendor harus menawarkan perlindungan, mencegah dari adanya kesalahan pemrograman (bugs) atau kelemahan selama proses pengembangan yang tidak terdeteksi dalam pengujian sistem, sehingga kesalahan tersebut dapat diperbaiki.

b. Menjamin dan Meningkatkan Kinerja Sistem (Feedback Mechanism)

Bentuk aktivitas maintenance seperti ini dilakukan pada saat tinjauan sistem secara periodik. Tinjauan periodik atau audit sistem dilakukan untuk menjamin sistem berjalan dengan baik, dengan cara memonitor sistem secara terus menerus terhadap potensi masalah atau perlunya perubahan terhadap sistem.

c. Menjaga Kemutakhiran Sistem (System Update)

(14)

Selain sebagai proses perbaikan kesalahan dan kajian pasca implementasi, system maintenance juga meliputi proses modifikasi terhadap sistem yang telah dibangun karena adanya perubahan dalam organisasi atau lingkungan bisnis. Sehingga, system maintenance menjaga kemutakhiran sistem (system update) melalui modifikasi sistem yang dilakukan.

Karakteristik maintanability menurut ISO 9126 (2000) terdiri atas beberapa sub karakteristik lain seperti:

- Analyzability, merupakan kemudahan untuk menentukan penyebab kesalahan dari suatu sistem software.

- Changeability, merupakan kualitas lain dari flexibility yang berarti kemudahan dilakukannya perubahan atau modifikasi terhadap software

- Stability - Testability

Pentingnya Maintainability bagi Engineer

Menurut Gilb (2008) maintainability dalam engineering biasanya dianggap sebagai memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam software yang lama. Namun Gilb mengartikan maintainability sebagai aktivitas perubahan software atau proses, yang dapat disebut juga “kemampuan software untuk berubah”. Metode yang Gilb usulkan adalah:

1. Definisikan kebutuhan maintainability secara kuantitatif.

2. Desain dengan memenuhi kebutuhan di atas jika dimungkinkan dan ekonomis 3. Implementasikan desain tersebut dan uji apakah software yang telah dibangun tersebut sesuai dengan yang dispesifikasikan.

4. Kendali kualitas sehingga desain yang dibuat dapat terus memenuhi kualitas maintainability yang diinginkan, dan melakukan aksi yang diperlukan ketika ada degradasi untuk mengembalikan pada kualitas yang diinginkan.

Dengan framework seperti itu, software akan sesuai dengan kebutuhan maintainability nya dan pembangunannya selalu mengikuti kebutuhan tersebut.

Dalam mengelola maintainability tersebut, peranan arsitek software adalah:

1. Berpartisipasi dalam klarifikasi kebutuhan yang akan digunakan sebagai input ke

(15)

proses arsitektur mereka.

2. Memastikan bahwa kebutuhan harus jelas dengan skala pengukuran yang terdefinisi dan disetujui serta tingkat performa yang dibutuhkan.

3. Mencari arsitektur yang sesuai, mampu memberikan tingkat performa yang dibutuhkan, dengan batasan resource yang ada.

4. Memperkirakan akibat dari arsitektur yang dipilih pada kebutuhan

5. Mendefinisikan arsitektur tersebut dengan detil sehingga tujuannya mudah dimengerti oleh programmer, dan efek yang diinginkan dapat dihasilkan dari arsitektur tersebut

6. Memonitor system yang dikembangkan pada saat arsitektur yang dirancang diaplikasikan di dunia nyata dan membuat perubahan bila diperlukan.

7. Memonitor karakteristik performa selama sistem masih berjalan dan membuat perubahan pada kebutuhan dan arsitektur, untuk mempertahankan karakteristik performa.

(16)

BAB III KESIMPULAN

1. Pengembangan Sistem Informasi dapat dilakukan dengan tiga pendekatan, yaitu : - Outsourcing merupakan penyerahan tugas atau pekerjaan yang berhubungan dengan

operasional perusahaan ataupun pengerjaan proyek kepada pihak ketiga atau perusahaan ketiga dengan menetapkan jangka waktu tertentu dan biaya tertentu dalam proses pengembangan proyeknya.

- Insourcing merupakan pengoptimalan karyawan dalam perusahaan untuk dipekerjakan di luar perusahaan berdasarkan kompetensi dan minat karyawan itu sendiri dan difasilitasi oleh perusahaannya.

- Cosourcing merupakan pendekatan dimana perusahaan bekerjasama dengan pihak ketiga untuk melaksanakan proses penyusunan, pengembangan dan pemeliharaan sistem informasi.

2. Maintainability software dalam suatu organisasi diperlukan dengan tujuan:

- Memperbaiki Kesalahan (Correcting Errors)

Maintenance dilakukan untuk mengatasi kegagalan dan permasalahan yang muncul saat sistem dioperasikan.

- Menjamin dan Meningkatkan Kinerja Sistem (Feedback Mechanism)

Bentuk aktivitas maintenance seperti ini dilakukan pada saat tinjauan sistem secara periodik.

- Menjaga Kemutakhiran Sistem (System Update)

Proses modifikasi terhadap sistem yang telah dibangun karena adanya perubahan dalam organisasi atau lingkungan bisnis.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Jamalludin, 2015, “Pengembangan Sistem Informasi Dengan Pendekatan Outsourcing Dan

Insourcing Dalam Perusahaan Part II”,

https://sijemss.wordpress.com/2015/07/29/pengembangan-sistem-informasi-dengan-pendek atan-outsourcing-dan-insourcing-dalam-perusahaan-part-ii/

Gilb, Tom. 2008. Designing Maintainability in Software Engineering : A Quantified Approach.

Pak Pid, 2010, Self-Sourcing, In-Sourcing, and Out-Sourcing,

https://pakpid.wordpress.com/2010/01/05/self-sourcing-in-sourcing-and-out-sourcing/

Rhida,Diary, 2011,”Penerapan Outsourcing Pada Sistem Informasi”, http://diary-rhida.blogspot.co.id/2011/01/penerapan-outsourcing-pada-sistem.html

Ronansyah, Arifatul,2013, “Makalah Sistem Informasi

Manajemen”,http://www.academia.edu/5305738/Makalah_Sistem_Informasi_Manajemen_

Management_Information_System

Referensi

Dokumen terkait

Di dalam brand community, para anggota merasakan adanya hubungan yang penting dengan merek, namun mereka merasakan hubungan yang lebih kuat antara satu

iKids Stories dibangunkan berdasarkan kepada kajian yang dijalankan oleh pembangun terhadap aplikasi yang menjadi pilihan pengguna telefon pintar yang di tawarkan

Transformasi dari sistem lama yang mengandalkan sistem manual ke sistem baru yang berbasis teknologi informasi dapat dilakukan dengan baik karena manajemen Shuttle Express

Adapun istilah insourcing adalah merupakan metode pendekatan dalam pengembangan sistem informasi dengan melibatkan sumber daya internal dari orgainisasi dengan

3.1 Perbedaan antara Outsourching dan Insourcing dan Cosourcing Dalam pengembangan sistem informasi yang dinginkan oleh perusahaan sesuai dengan kemajuan teknologi dan

Sebaliknya, untuk pengembangan sistem insourcing lebih tepat dipilih jika suatu sistem informasi yang akan dikembangkan merupakan inti bisnis perusahaan atau jika

Perubahan sistem secara manual ke sistem yang terkomputerisasi tidak hanya menyangkut perubahan teknologi tetapi juga perubahan perilaku dan organisasional. Penerapan

Karena dengan adanya masukan dari penguna sehingga dapat dilakukan evaluasi dan validasi model kerja (prototype) sistem untuk disempurnakan dan menghasilkan