• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pembangunan yang berkelanjutan merupakan salah satu cara untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pembangunan yang berkelanjutan merupakan salah satu cara untuk"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Proses pembangunan yang berkelanjutan merupakan salah satu cara untuk memenuhi tujuan pemerintah yaitu mencapai peningkatan kesejahteraan rakyat secara merata. Untuk mencapai tujuan tersebut sektor perdagangan harus ditingkatkan salah satu caranya adalah dengan melalui perdagangan internasional.

Pada masa globalisasi ini perekonomian dunia akan lebih terpacu pada perdagangan internasional yang menyebabkan ketergantungan dunia ekonomi, hal ini lebih disebabkan karena terjadinya peningkatan pada arus dagang barang dan jasa, teknologi dan aliran modal asing yang cepat (Gao, 2000). Perdagangan internasional merupakan salah satu cara untuk mencapai tujuan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara. Apalagi pembangunan yang dilakukan Indonesia tidak terlepas dari adanya kerjasama dengan negera lain.

Setiap negara membutuhkan kerja sama yang dilakukan untuk menunjukan perekonomiannya, hubungan yang dimaksud dapat berupa hubungan dagang antara negara satu dengan negara lainnya (Thagavi et al, 2012). Ada dua kegiatan yang biasa dilakukan di dalam perdagangan internasional diantaranya, kegiatan ekspor dan kegiatan impor. Dengan adanya kegiatan ekspor pada suatu negara dapat memacu pertumbuhan ekonomi pada negara tersebut, karena ekspor dapat mempermudah negara dalam memasarkan produknya (Intan, 2015). Setiap perdagangan yang dilakukan oleh suatu negara akan memberikan suatu peluang

(2)

yang baru untuk memajukan pertumbuhan negara yang melakukan kegiatan perdagangan Soi, et al (2013). Kegiatan ekspor akan lebih memberikan nilai tambah bagi negara yang melakukan ekspor dibandingkan dengan impor. Ada beberapa sektor yang terlibat dengan ekspor di Indonesia, antara lain sektor pertanian, sektor industri dan sektor jasa.

Dalam memacu pertumbuhan ekonomi sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan yang menjanjikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sektor pertanian merupakan sektor yang paling menggantungkan terhadap kekayaan sumber daya alam sehingga menjadikan sektor ini menjadi sektor yang penting di dalam perekonomian nasional. Indonesia merupakan Negara agraris yang menjadikan sektor pertanian sebagai sektor yang mendkuung pembangunan nasional. Di Indonesia sektor pertanian menjadi salah satu penyumbang pendapatan nasional yang cukup besar, itu di sebabkan karena sebagian penduduk Indonesia bekerja sebagai petani. Pembangunan pertanian dianggap penting dari keseluruhan pembangunan nasional. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhinya diantaranya; potensi sumber daya alam yang dimiliki Indonesia yang besar dan juga beragam jenisnya, pangsa terhadap ekspor yang cukup tinggi dan juga besarnya penduduk yang menggantungkan kehidupannya pada sektor pertanian (Gadang,2010).

Pertanian itu sendiri dibagi menjadi beberapa sub sektor, diantaranya sub sektor perikanan, sub sektor perkebunan, sub sektor peternakan, sub sektor kehutanan dan sub sektor pangan.Indonesia merupakan negara yang mempunyai

(3)

samudra menjadikan Indonesia mempunyai keuntungan didalam pemenuhan sumber daya laut atau perikanan, ini menyebabkan produk perikanan menjadi andalan ekspor Indonesia. Sub sektor perikanan sendiri merupakan sub sektor dari sektor pertanian yang memberikan andil yang besar didalam kegiatan ekspor.

Ekspor perikanan termasuk kedalam ekpor non migas.Ekspor non migas menjadi ekspor yang mempunyai perhatian yang lebih dari ekpor migas itu dikarenakan Indonesia memasuki pasar perdagangan bebas yang menyebabkan peranan sektor non migas dapat mengambil peran yang cukup signifikan terhadap ekspor Indonesia (Pramono Hariadi dalam Pramana,2013)

Bali merupakan salah satu provinsi yang melakukan kegiatan ekspor di Indonesia. Provinsi Bali sendiri tidak melakukan ekspor migas, ini dikarenaka tidak adanya komoditi yang diekspor dalam bentuk migas dari Provinsi Bali, ini mengakibatkan Provinsi Bali akan memfokuskan pada ekspor non migas (Sonia,2015). Dengan lebih memfokuskan pada ekspor non migas Provinsi Bali akan mendapatkan devisa dari kegiatan perdagangan luar negeri yang akan digunakan untuk pembangunan daerah sendiri (Ignatia dan Yunita dalam Sonia, 2015).

Tabel 1.1 menjelaskan perkembangan nilai ekspor non migas Provinsi Bali dari tahun 2000 sampai tahun 2013 dengan perkembangan rata-rata 1.68 persen.

Pada tahun 2001 terjadi perkembangan nilai ekspor terbesar yakni sebesar 20.03 persen dengan nilai 460.437.567,7 US$. Perkembangan terendah terjadi pada tahun 2009 dengan penurunan sebesar -9.26 persen dengan nilai 502.541.826,1 US$.

(4)

Tabel 1.1 Perkembangan Nilai Ekspor Non Migas Provinsi Bali Tahun 2000- 2013

Tahun Nilai Ekspor Non Migas (US$)

Perkembangan (%)

2000 406985133.9

2001 383615721 -5.74

2002 460437567.7 20.03

2003 490969090.7 6.63

2004 498969473.2 1.63

2005 458410714.7 -8.13

2006 458789262.7 0.08

2007 504066358.2 9.87

2008 553832346.5 9.87

2009 502541826.1 -9.26

2010 519912506.9 3.46

2011 497864362.1 -4.24

2012 481838888.2 -3.22

2013 486063655.4 0.88

Perkembangan Rata-Rata 1.68

Sumber : Disperindag Provinsi Bali, 2000-2013 (data diolah)

Menyadari ekspor migas tidak memberi andil yang cukup terhadap perkembangan ekspor, pemerintah selaku pemegang kekuasaan melakukan berbagai cara untuk mendorong ekspor non migas agar dapat menciptakan iklim ekonomi secara berkesinambungan. Salah satu cara tersebut adalah dengan ekspor hasil laut (Rhesyawan, 2013). Ekspor Provinsi Bali yang merupakan ekspor non migas dapat digolongkan ke beberapa sektor diantaranya hasil kerajinan, hasil industri, hasil pertanian dan hasil perkebunan. Komoditas hasil pertanian dapat diklasifikasikan kebeberapa sub sektor diantaranya komoditas hasil pertanian berupa buah-buahan dan juga hasil perikanan. Berikut dapat dijelaskan tentang komoditas hasil perikanan yang diekspor oleh Provinsi Bali.

(5)

Tabel 1.2 Realisasi Nilai Ekspor (US$) Komoditi Perikanan Provinsi Bali Tahun 2010-2013

Komoditas ekspor

Tahun

2010 2011 2012 2013

Ikan Tuna 21.325.080,00 83.029.888,18 83.254.893,78 76.805.343,04 Ikan Kerapu 2.408.820,00 10.254.480,53 9.795.075,67 10.644.327,04 Ikan Kakap 2.012.491,27 1.949.341,47 5.820.566,54 6.648.083,12 Ikan Hias

Hidup

1.083.232,58 1.482.561,02 2.654.546,69 3.407.952,93 Lobster 485.380,03 522.765,22 880.037,96 1.479.864,90

Kepiting 22208 23.055,50 141.810,67 601631

Sirip Ikan Hiu 0 0 578.765,63 150.906,80

Rumput Laut 2.280,00 15.720,00 0 0

Ikan Lainnya 5.335.323,85 4.861.502,37 9.629.190,16 15.561.163,84 Sumber : Disperindag Provinsi Bali Tahun 2010-2013

Dapat dilihat pada tabel 1.2 tentang realisasi ekspor komoditi perikanan Provinsi Bali tahun 2010-2013, ekspor perikanan mempunyai sembilan komoditas utama antara lain (1)Ikan Tuna (2) Ikan Kerapu (3) Ikan Kakap (4) Ikan Hias Hidup (5) Lobster (6)Kepiting (7) Sirip Ikan Hiu (8) Rumput Laut (9) Ikan Lainnya . Dapat diketahui ekspor terbesar terdapat pada ekspor komoditas ikan tuna. Kepiting sendiri terdapat pada posisi ke enam dengan ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2012 dengan nilai ekspor 141.810,67 US$. Kepiting merupakan komoditi yang mendapatkan permintaan yang cenderung meningkat sepanjang tahun 2000-2013. Hal ini disebabkan salah satunya karena peralihan konsumsi dari sup ikan hiu yang mendapatkan kecaman negative, yang sekarang konsumen beralih mengkonsumsi sup kepiting (Tempo, 2015). Kepiting juga menjadi

(6)

primadona sebagai hidangan di hotel dan restaurant di luar negeri maupun di dalam negeri.

Tabel 1.3 Produksi Kepiting Provinsi Bali

Tahun Jumlah Produksi (ton)

2003 544,1

2004 44,3

2005 13,3

2010 0,1

2011 7,2

2012 0,4

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali, 2000-2013

Dapat diketahui pada tabel 1.3 mengenai produksi kepiting Provinsi Bali berdasarkan hasil budidaya dan tangkap. Angka yang terdapat pada tabel merupakan angka yang tercatat di Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali.Pada tabel 1.3 hasil tangkap kepiting Provinsi Bali sangat tidak menentu, hanya enam tahun mendapatkan produksi kepiting. Faktor musim menjadi penyebab produksi tangkap kepiting yang tidak menentu. Namun ekspor kepiting Provinsi Bali lebih besar dari produksinya, hal ini disebabkan karena hasil produksi kepiting dari luar Provinsi Bali dikumpulkan terlebih dahulu sebelum diekspor melalui pelabuhan ekspor yang ada di Provinsi Bali. Produksi berdasarkan hasil budidaya belum ada yang dapat tercatat, ini disebabkan karena hasil budidaya kepiting Provinsi Bali masih sangat rendah.

Pada tabel 1.4 dapat diketahui nilai ekspor kepiting dari tahun 2000 sampai tahun 2013 dengan rata-rata perkembangan 111,367 persen. Nilai

(7)

perkembangan tertinggi terjadi pada tahun 2012 dengan perkembangan sebesar 515,084 persen dengan nilai 141810.67US$ yang merupakan perkembangan yang sangat drastis sepanjang tahun 2000 sampai tahun 2013. Penurunan terbesar terjadi pada tahun 2002 dengan penurunan sebesar minus 87,22 persen dengan nilai 63301.58US$.

Tabel 1.4 Perkembangan Nilai Ekspor Kepiting Provinsi Bali Tahun 2000- 2013

Tahun Nilai

(US$)

Perkembangan

%

2000 424478.99 -

2001 495434.34 16.72

2002 63301.58 -87,22

2003 36842.97 -41.80

2004 217703.29 490.90

2005 145787.26 -33.03

2006 193693.79 32.86

2007 235495.92 21.58

2008 627284.84 166.36

2009 163090.79 -74.00

2010 22208.00 -86.38

2011 23055.50 3.87

2012 141810.67 515.084

2013 601631.00 324.24

Perkembangan Rata-Rata 111.367

Sumber: Disperindag Provinsi Bali, 2000-2013 (data diolah)

Penurunan nilai ekspor kepiting lebih disebabkan karena nelayan yang mencari kepiting, tangkapannya masih kurang dan juga disebabkan karena hasil produksi kepiting lebih diserap oleh pasaran lokal untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pada restoran dan hotel yang ada di Bali. Ekspor kepiting Provinsi Bali masih bisa ditingkatkan, karena pasaran luar negeri yang menjanjikan terutama ekspor ke negara Jepang, namun produksi dari komoditas kepiting itu masih

(8)

sangat terbatas (Siregar dalam Antara Bali,2015). Ekspor yang berfluktuasi juga disebabkan oleh beberapa hal antara lain pendapatan, investasi dan juga nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat(Ngouhouo dan Makolle 2013).

Daya saing suatu produk dari daerah atau negara sangat bergantung pada kemampuan daerah tersebut untuk berinovasi dalam mengembangkan produk yang dimiliki (Astrini,2015). Kemampuan untuk menjadikan suatu produk mempunyai daya saing dapat dilihat dari keunggulan yang dimiliki oleh komoditi tersebut (Nopirin dalam Astrini,2015). Dalam pengutamaan sektor atau komoditi olahan, hal yang dapat menjadikan komoditi menjadi unggulan ekspor dengan melihat faktor utama yaitu keunggulan komparatif berupa ketersediaan suatu sumber daya alam yang melimpah pada daerah tersebut. Komoditas tersebut akan dijadikan sektor unggulan yang dikonsumsi pasar luar negeri melalui kegiatan ekspor.

Kepiting merupakan hewan yang memiliki sepuluh kaki, dua kaki depannya disebut capit yang sering digunakan untuk melindungi diri maupun untuk mencari makanan. Kaki yang paling belakang berbentuk pipih yang digunkan untuk berenang (Alam ikan, 2001). Kepiting memiliki berbagai manfaat yang dapat ditemukan pada daging kepiting, antara lain daging kepitingn tidak mengandung lemak jenuh yang merupakan sumber dari niacin, folate, pottassium, sumber protein, vitamin B12, phosphorous, zinc, copper, dan selenium yang sangat baik untuk tubuh (Hazemi, 2013)

(9)

Dalam melakukan perdagangan internasional dibutuhkan alat tukar- menukar berupa uang atau yang sering disebut kurs valuta asing. Kurs merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kegiatan ekspor (Dolatti, 2011). Dalam kegiatan ekspor dan impor kurs mempunyai peranan yang sangat penting, kurs yang umum digunakan adalah kurs dollar Amerika Serikat, ini diakibatkan karena nilai kurs dollar Amerika Serikat dianggap lebih stabil. Secara teori apabila kurs valuta asing mengalami kenaikan terhadap mata uang dalam negeri ini akan menyebabkan kenaikan ekapor dan penurunan impor, begitu juga sebaliknya apabila kurs valuta asing mengalami penurunan terhadap mata uang dalam negeri atau mata uang dalam negeri melemah maka akan menyebabkan penurunan kegiatan ekspor (Sukirno, 2000:319).

Tabel 1.5 Perkembangan Kurs Dollar Amerika Serikat Tahun 2000-2013

Tahun Kurs Dollar AS

(RP/US$)

Perkembangan (%)

2000 9.595 -

2001 10.266 6.99

2002 8.940 -12.91

2003 8.465 -5.31

2004 9.290 9.74

2005 9.830 5.81

2006 9419 -4.18

2007 9020 -4.23

2008 10.950 21.39

2009 9.400 -14.15

2010 8.991 -4.35

2011 9.068 0.85

2012 9.400 3.66

2013 12.171 29.47

Rata-rata Perkembangan 2.52

Sumber: Bank Indonesia 2014 (data diolah)

(10)

Berdasarkan tabel 1.5 dapat kita ketahui perkembangan nilai kurs rupiah terhadap kurs dollar Amerika Serikat yang mengalami fluktuasi setiap tahunnya.

Dengan rata-rata sebesar 2,52 persen pertahun sejak tahun 2000 sampai tahun 2013. Pada tahun 2001 kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat melemah sebesar Rp 10.266 per US$. Setelah tahun 2001 yaitu sejak tahun 2002 kurs rupiah terhadap dollar relative lebih stabil walaupun melemah kembali pada tahun 2008 sebesar Rp 10.950 per US$ yang diakibatkan terjadinya krisis global pada saat itu. Walaupun demikian setelah tahun 2008 kurs rupiah terhadap dollar mengalami penguatan kembali yaitu pada tahun 2009 dan tahun 2010 sebesar Rp 9.400 per US$ pada tahun 2009 dan Rp 8.991 per US$ pada tahun 2010. Namun akibat masih adanya krisis global yang melanda perekonomian dunia nilai kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat melemah kembali secra berturut-turut menjadi Rp 9.068 per US$ pada tahun 2011, Rp 9.400 per US$ pada tahun 2012 dan yang terakhir sebesar Rp 12.171 per US$ pada tahun 2013.

Selain kurs valuta asing, inflasi juga mempunyai pengaruh terhadap fluktuasi ekspor komoditi kepiting Provinsi Bali. Inflasi merupakan kenaikan harga barang-barang yang terjadi secara terus-menerus. Jika inflasi yang terjadi pada suatu negara terus meningkat akan menyebabkan kenaikan maka harga barang dalam negeri akan mengalami kenaikan (Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, 2008). Terjadinya kenaikan inflasi secara terus menerus akan menyebabkan terjadinya kenaikan hargabarang ekspor yang semakin tinggi.

Kenaikan yang terjadi akan menyebabkan kesulitan yang dialami eksportir didalam melakukan kegiatan ekspor, karena didalam melakukan ekspor

(11)

diperlukan biaya yang tinggi dan menyebabkan kegiatan ekspor akan menurun.

Dengan kata lain semakin tinggi inflasi yang terjadi maka akan mengurangi nilai ekspor kepiting.

Berikut merupakan tingkatinflasi yang terjadi di Provinsi Bali yang dapat dilihat pada tabel 1.6. Pada tabel 1.6 dapat diketahui tingkat inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2002 dengan tingkat inflasi tertinggi sebesar 12.49 persen.

Tingkat inflasi terendah terjadi pada tahun 2011 dengan tingkat inflasi sebesar 3,75 persen.

Tabel 1.6 Tingkat Inflasi Provinsi Bali Tahun 2000-2013

Tahun Tingkat Inflasi

(%)

Perkembangan (%)

2000 9.81 -

2001 11.52 17.43

2002 12.49 8.42

2003 4.56 -63.49

2004 5.97 30.92

2005 11.31 89.44

2006 5.91 -47.74

2007 4.30 -27.24

2008 9.82 128.37

2009 4.37 -55.49

2010 8.10 85.35

2011 3.75 -53.70

2012 4.71 25.6

2013 7.38 56.68

Perkembangan Rata-Rata 14.97

Sumber : BPS,2014 (data diolah)

Selain tingkat inflasi, harga juga menentukan naik turunnya volume dan nilai ekspor kepiting Provinsi Bali. Dalam teori penawaran dijelaskan bahwa semakin tinggi harga suatu barang maka semakin tinggi juga penawaran suatu barang, dan sebaliknya semakin rendah suatu barang maka semakin rendah juga

(12)

penawaran yang dilakukan pada suatu barang (Sukirno, 2002:87). Harga ekspor suatu produk dipengaruhi oleh adanya permintaan dan juga penawaran. Berikut merupakan perkembangan harga ekspor kepiting Provinsi Bali.

Tabel 1.7 Perkembangan Harga Ekspor Kepiting Provinsi Bali Tahun 2000- 2013

Tahun Harga

(US$/kg)

Perkembangan (%)

2000 1.76 -

2001 1.61 -8.52

2002 3.27 103.11

2003 7.57 112.04

2004 5.99 -20.87

2005 3.93 -34.39

2006 4.05 3.05

2007 4.83 19.25

2008 4.94 2.27

2009 4.16 -15.79

2010 1.08 -74.04

2011 2.62 142.59

2012 2.95 12.59

2013 4.56 54.57

Perkembangan Rata-Rata 22.76

Sumber : Disperindag Provinsi Bali (data diolah), 2015

Berdasarkan tabel 1.7 dapat diketahui harga ekspor kepiting Provinsi Bali tahun 2000-2013 dengan rata-rata sebesar 17,86 persen. Harga ekspor kepiting terbesar terjadi pada tahun 2003 dengan harga 7,57 US$/kg yang mengalami perkembangan sebesar 112.04 persen dibandingkan tahun sebelumnya yaitu tahun 2002 dengan harga 3,27 US$/kg. Harga terendah terjadi pada tahun 2010 dengan harga 1,08 US$/kg.

(13)

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Daya Saing komoditi kepiting Provinsi Bali Tahun 2000- 2013?

2. Apakah kurs dollar Amerika Serikat, inflasi, dan harga secara simultan berpengaruh signifikan terhadap ekspor kepiting Provinsi Bali tahun 2000- 2013?

3. Bagaimana kurs dollar Amerika Serikat, inflasi, dan harga secara parsial berpengaruh signifikan terhadap ekspor kepiting Provinsi Bali tahun 2000- 2013?

4. Variabel bebas manakah yang paling dominan diantara kurs dollar AS, inflasi, dan harga terhadap volume ekspor kepiting Provinsi Bali tahun 2000-2013?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Daya Saing komoditi kepiting Provinsi Bali Tahun 2000-2013

2. Untuk mengetahui kurs dollar Amerika Serikat, inflasi, dan harga secara simultan berpengaruh signifikan terhadap ekspor kepiting Provinsi Bali tahun 2000-2013

3. Untuk mengetahui kurs dollar Amerika Serikat, inflasi, dan harga secara parsial berpengaruh signifikan terhadap ekspor kepiting Provinsi Bali tahun 2000-2013

(14)

4. Untuk mengetahui variabel yang paling dominan diantara kurs dollar AS, inflasi, dan harga terhadap volume ekspor kepiting Provinsi Bali tahun 2000-2013.

1.4 Kegunaan penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini mempunyai kegunaan sebagai berikut:

1. Kegunaan teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah dan memperkaya bahan pustaka yang sudah ada baik sebagai pelengkap maupun sebagai perbandingan.

2. Kegunaan praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pertimbangan kepada pemerintah dalam merumuskan kebijakan dalam perdagangan internasional baik itu ekspor maupun impor.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadilima bab, yaitu sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan juga sistematika penelitian.

(15)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan mengenai teori dan konsep yang digunakan untuk mendukung permasalahan yang didapat yaitu teori perdagangan internasional, konsep kurs valuta asing, konsep inflasi dan juga harga. Pada bab ini juga dijelaskan mengenai hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dan juga hipotesis pada penelitian ini

BAB IIIMETODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskanmengenai metode penelitian apa saja yang digunakan pada penelitian ini yang berupa desain penelitian, lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data serta teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB IVPEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan gambaran umum lokasi penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Pada bab ini dijelaskan hasil perhitungan indeks RCA, uji asumsi klasik, analisis regresi linear berganda, uji f, uji t, dan standardized coefficient beta.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini memaparkan kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian dan saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian yang berasal dari kesimpulan penelitian.

Gambar

Tabel 1.1 Perkembangan Nilai Ekspor Non Migas Provinsi Bali Tahun 2000- 2000-2013
Tabel  1.2  Realisasi  Nilai  Ekspor  (US$)  Komoditi  Perikanan  Provinsi  Bali  Tahun 2010-2013  Komoditas  ekspor  Tahun  2010  2011  2012  2013  Ikan Tuna  21.325.080,00  83.029.888,18  83.254.893,78  76.805.343,04  Ikan Kerapu  2.408.820,00  10.254.48
Tabel 1.3 Produksi Kepiting Provinsi Bali
Tabel 1.4 Perkembangan Nilai Ekspor Kepiting Provinsi Bali Tahun 2000- 2000-2013  Tahun  Nilai  (US$)  Perkembangan %  2000  424478.99  -  2001  495434.34  16.72  2002  63301.58  -87,22  2003  36842.97  -41.80  2004  217703.29  490.90  2005  145787.26  -33
+4

Referensi

Dokumen terkait

Maka untuk keperluan analisa, manajemen harus tahu benar mengenai data: harga jual per unit, biaya variabel per unit, jumlahnya biaya tetap yang terdiri dari biaya tetap tunai

Variabel adversity quotient, lingkungan keluarga, dan minat berwirausaha diukur dengan skala Likert, yaitu skala dipergunakan untuk mengetahui setuju atau tidak

Buku ini bukanlah kumpulan MANTRA-MANTRA SIHIR untuk mendapat wanita secara instan yang hanya dengan membacanya. Buku ini hadir sebagai panduan Anda dalam mendekati wanita

Berdasarkan perhitungan statistik dari unsur logam dalam conto tanah, menunjukkan adanya anomali Au terutama menempati bagian timur yang berhubungan dengan mineralisasi

Untuk itu guna mengantisipasi akan adanya kegagalan proses maka PT.XYZ menerapkan Quality management System ISO/TS 16949 dengan tools yang digunakan seperti FMEA (

•Urusan mengkafankan Jenazah akan dibantu oleh waris yang berhak dengan menitik berat alemen hukum dan sensitiviti masyarakat setempat. •Sebagai menghormati khariah setempat

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan yaitu data analog gelombang otak dapat digunakan sebagai perintah untuk menghidupkan atau

Hubungannya sementara itu dalam Pasal 37A khususnya ayat (3), menjelaskan bahwa sistem terbalik menurut Pasal 37 berlaku dalam hal pembuktian tentang sumber