Penerapan Desain Bioklimatik Sebagai Arsitektur Berkelanjutan pada Terminal Bus Leuwipanjang
Mumu Muamar Septi
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Itenas, Bandung Email: [email protected]
ABSTRAK
Tingkat polusi udara yang disebabkan oleh kendaraan semakin meningkat. Hal ini di pengaruhi oleh faktor peningkatan populasi manusia yang semakin banyak dan kebutuhan akan penggunaan kendaraan terus meningkat. Terminal bus merupakan tempat adanya banyak kendaraan berkumpul dan mengeluarkan energi karbon hasil pembakaran yang tidak baik bagi kehidupan dan kondisi lingkungan.
Desain bioklimatik menjadi alternatif desain terhadap solusi yang diberikan dengan mengoptimalkan bukaan pada fasad, yaitu bukaan yang besar dengan penambahan vertical garden sebagai pereduksi gas karbon masuk kedalam bangunan dan penempatan sebuah innercourt pada area tengah bangunan yang difungsikan sebagai penerima sinar matahari dan sirkulasi udara pada area ruang dalam terminal bus, sehingga menjadi pusat ruang hijau yang baik berupa fisik maupun dapat memberikan efek psikologi yang positif bagi pengguna. Penerapan bangunan yang selaras dengan alam dapat memberikan kontribusi yang besar bagi perbaikan lingkungan secara mikro maupun makro khususnya pada kota Bandung.
Kata kunci: Bioklimatik, Desain, Lingkungan, Terminal Bus.
ABSTRACT
The level of air pollution caused by vehicles is increases. This is influenced by the increasing human population with more and more factors and the need for vehicle use increased. The bus terminal is a place where the existence of many vehicles gather and release carbon energy from combustion which is not good for life and environmental conditions. The design of the bioclimatic design can be an alternative design against a given solution provided by optimizing the façade openings, namely large openings by adding a vertical garden as reducing carbon energy into the building and placing an innercourt in the middle area of the building that functions as the receiver of sunlight and air circulation in the space area in the bus terminal, so that it becomes the center of a green space that is both physical and can provide a positive psychological effect for the user. The application of buildings that are in harmony with nature can contribute greatly to the improvement of the environment both micro and macro, especially in Bandung city.
Keywords: Bioclimatic, Design, Environment, Bus Terminal.
Kondisi lingkungan yang semakin menurun kualitasnya dengan tingkat polusi udara yang disebabkan oleh kendaraan semakin meningkat. Terminal bus menjadi sumber utama adanya produksi emisi karbon yang tidak baik bagi lingkungan. Karbon yang dikeluarkan oleh sistem pembuangan hasil pembakaran kendaraan mengurai di udara hingga menumpuk pada lapisan ozon, mengakibatkan peningkatan suhu di muka bumi dan perubahan iklim yang negatif secara global. Hal tersebut membutuhkan langkah konkrit yaitu dengan penerapan konsep bangunan yang dapat memperbaiki kondisi iklim menjadi lebih baik.
Desain bioklimatik merupakan konsep yang tepat untuk diterapkan pada terminal bus dilihat dari kebutuhan yang ada di lokasi tapak. Desain bioklimatik dinilai dapat memperbaiki sistem ekologi lingkungan sekitar menjadi lebih baik karena memanfaatkan energi alam secara langsung dan mengurangi konsumsi energi buatan yang dapat merusak lingkungan [1]. Terminal bus yang dirancang akan memiliki innercourt yang besar pada area tengah bangunan, bertujuan untuk menjadikan area hijau sehingga menghasilkan oksigen yang dapat menyebar ke dalam bangunan, sebagai area penerima sinar matahari, dan membantu mengoptimalkan sistem sirkulasi udara silang pada bangunan.
Lokasi Rancangan terminal bus terletak di Jl. Soekarno Hatta No. 205 Situsaeur Bojongloa Kidul, Kota Bandung. Kondisi lokasi tapak yang berada di tengah kota memiliki kelebihan berupa aksesibilitas yang cukup tinggi dari berbagai lokasi di Kota Bandung. Lokasi tapak dapat dilihat pada gambar 1.
Kota Bandung Lokasi Leuwipanjang
Gambar 1. Lokasi Terminal Bus Leuwipanjang
2. EKSPLORASI DAN PROSES RANCANGAN
Tingkat polusi udara yang tinggi pada area tapak sebagian besar berasal dari hasil buangan emisi kendaraan dan jalur yang mengapit area tapak seperti terlihat pada gambar 2. solusi untuk mengatasi polusi udara ini adalah dengan menerapkan buff er sebagai pembatas antara area sumber polusi dengan tempat aktifitas manusia pada bangunan, sehingga udara kotor dapat difilter dengan pemanfaatan vegetasi dan vertical garden pada fasad dengan demikian udara yang masuk ke dalam bangunan merupakan udara yang aman untuk di hirup oleh manusia dan tidak membahayakan bagi lingkungan sekitar tapak terminal.
Plaza sebagai buffer (dilengkapi vegetasi) Bangunan Utama
Innercourt
Area Parkir Bus
Bangunan Penunjang
Bangunan Penunjang
Area Polusi Sedang Area Polusi Tinggi Buffer
Innercourt
Jl. Soek arno - H
atta
Jl. Leuwipanjang
Gambar 2. Zona polusi udara
Transformasi bentuk dasar persegi dengan menempatkan void di area tengah bangunan, kemudian menjadi sebuah innercourt yang besar, udara segar dapat memasuki bangunan bagian bawah lalu mengeluarkan udara panas melalui void sepeti pada gambar 3. Transformasi bentuk massa bangunan digambarkan dalam 2 fase. Fase pertama adalah transformasi bentuk dasar bangunan dan fase kedua merupakan penempatan zona kegiatan pada massa bangunan.
BentukZona
Innercourt
Zona Enterance Ruang Hijau Fungsi Sentra Industri
Fase 1Fase 2
Fungsi Terminal
Zona Pelayanan Massa Bangunan
Utama
Massa dibagi kedalam
zona fungsi kegiatan Bagian tengah massa bangunan diberi subtraksi sebagai innercourt untuk pemanfaatan energi alami
Fungsi lantai atas diberikan elevasi ketinggian untuk
dibagi kedalam fungsi kegiatan
Zona bagian atas bangunan dibagi menjadi 2 zona untuk
penumpang dan pelayanan terminal
Zona bagian atas bangunan dibagi menjadi 2 zona untuk
penumpang dan pelayanan terminal
Pemberian akses masuk dengan menggunakan tangga
penyesuaian bentuk sumtraksi terhadap kondisi lingkungan pada
tapak sebagai penangkap energi alami
pemberian area hijau baik secara vertikal
ataupun horizontal sebagai penghasil oksigen yang berada pada massa bangunan
Gambar 3. Transformasi Bentuk Massa Terminal Utama
Desain bioklimatik ditekankan pada nodes ruang bangunan dalam berupa Innercourt, sebagai area terbuka hijau yang berfungsi sebagai area resapan air dan pemanfaatan vegetasi penghasil oksigen yang kemudian menyebar kedalam bangunan seperti pada gambar 4. Penghijauan selain di dalam gedung dimaksimalkan juga pada area keliling bangunan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
‘pereduksi’ panas dan olakan udara yang terlalu besar sehingga masuk ke dalam bangunan dengan optimal dengan terjadinya sistem ventilasi silang, sehingga udara yang ada pada dalam bangunan selalu dalam keadaan baik untuk dihirup oleh manusia.
Gambar 4. Penerapan Vegetasi pada Innercourt
Penerapan innercourt yang besar difungsikan untuk area masuknya sinar matahari kedalam bangunan seperti pada gambar 5. Inner court pada bangunan dimaksimalkan untuk pemanfaatan cahaya alami sehingga area yang berada di tengah bangunan terminal utama merupakan area yang paling strategis untuk menyebarkan kebutuhan cahaya ke seluruh ruangan yang ada pada bangunan. Penggunaan vegetasi sebagai pembayang sinar matahari akan menghasilkan panas matahari yang dapat tereduksi dengan baik sehingga cahaya tetap dapat masuk ke dalam bangunan tetapi tidak menghasilkan panas yang tinggi.
Gambar 5. Pencahayaan Alami pada Innercourt
Pergerakan angin yang fleksibel dimanfaatkan untuk memberi penghawaan di seluruh area ruangan di dalam bangunan. Udara yang masuk melalui setiap sisi dari bukaan fasad mengalir pada ruang dalam bangunan menuju innercourt di tengah bangunan. Udara dingin yang sejuk mengalir melalui permukaan lantai dan setelah itu udara panas hasil penghawaan dalam ruangan akan naik dan keluar melalui innercourt bangunan sesuai prinsip cross Ventilation. Sistem ini baik diterapkan untuk bangunan sehingga dapat mengoptimalkan sumber daya alami dan mengurangi penggunaan pengkondisian udara buatan yang dapat berkontribusi dalam pemanasan global [2]. Simulasi aliran udara dapat dilihat pada gambar 6.
Udara Sejuk Udara Sejuk
Udara Panas
Oksigen
3. HASIL RANCANGAN
3.1 Tatanan Massa Bangunan
Orientasi massa bangunan yang menghadap selatan dan utara menjadi keuntungan dalam hal orientasi terhadap matahari karena tidak terpapar langsung menuju bagian fasad utama. Plaza utama yang berada di area selatan site dapat dimanfaatkan sebagai area penerima yang terbuka serta area buffer terhadap polusi udara agar tidak masuk kedalam bangunan utama. Penempatan area hijau yang disebar pada tapak, dapat membantu memperbaiki kondisi lingkungan sekitar yang merupakan tempat terjadinya pembakaran penghasil gas karbon, diatasi dengan produksi oksigen yang dihasilkan oleh vegetasi yang ada di dalam tapak seperti pada gambar 7.
Gambar 7. Tatanan Massa pada Tapak 3.2 Fasad Bangunan
Fasad bangunan menerapkan konsep clean design dengan dimaksudkan memberikan efek psikologi yang lebih tenang dan mudah diterima bagi pengguna bangunan. Fasad di buat dengan elemen garis sederhana serta bukaan-bukaan transparan sehingga dapat memperlihatkan suasana ruang dalam secara langsung tanpa ditutupi dengan banyaknya elemen fasad bangunan seperti pada gambar 8.
Gambar 8. Tampak Site Selatan (dari arah Jalan Soekarno – Hatta)
Fasad utama yaitu tampak selatan bangunan yang mengarah menuju jalan utama memaksimalkan view yang ada dengan memberikan bukaan lebih banyak pada fasad. Area lantai 2 bangunan utama ini diberikan balkon yang dapat dimanfaatkan sebagai area tunggu dan istirahat pengguna bangunan.
Adanya kantilever bangunan yang panjang dimanfaatkan sebagai pembayang sinar matahari dan penghalang dari datangnya air hujan masuk ke dalam bangunan utama. Suasana pada fasad utama dapat dilihat pada gambar 9.
Balkon sebagai ruang tunggu Kntilever sebagai Pembayang Sinar Matahari
Gambar 9 Fasad Bangunan Terminal (utama) 3.3 Innercourt Terminal Bus Leuwipanjang
Hall utama yang terletak di lantai dasar bangunan ditempatkan area ruang informasi sebagai tempat pemberi arah bagi pengguna bangunan yang akan menggunakan transportasi umum. Adanya innercourt pada bangunan memberikan kesan yang sejuk bagi pengguna bangunan saat pertama kali masuk seperti pada gambar 10. Innercourt yang terletak di tengah bangunan dimanfaatkan untuk ruang terbuka hijau dengan menempatkan vegetasi di dalam bangunan. Adanya ruang terbuka hijau sangat baik dalam proses memperbaiki lingkungan secara mikro, gas karbon yang ada pada area tapak dapat diimbangi oleh produksi oksigen yang dihasilkan oleh vegetasi. Fungsi lain dari innercourt di dalam bangunan dapat dimanfaatkan sebagai plaza dan ruang tunggu pengguna angkutan umum sebelum melakukan perjalanan seperti pada gambar 11.
Gambar 10. Interior Hall Utama Gambar 11. Interior Innercourt
4. SIMPULAN
Terminal Bus Leuwipanjang Priangan Bandung dirancangan dengan tujuan meningkatkan kualitas pelayanan, kenyamanan, efektifitas ruang, flexibilitas, dan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup dengan pemanfaatan sumber daya alami dan mengurangi pemakaian energi buatan.
Rancangan desain bioklimatik diharapkan menjadi suatu inisiasi dalam merancangan bangunan yang melayani kebutuhan transportasi masyarakat dengan kualitas yang lebih baik. Diharapkan dampak positif rancangan bangunan ini dapat berpengaruh terhadap iklim mikro pada area lokasi proyek bangunan maupun iklim makro sebagai bangunan yang memberikan dampak positif terhadap pemanasan global.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Petros Lapithis., (2018) “Bioclimatic Architecture and Cyprus”, Nicosia, Pantheon Cultural Association,. CY..
[2] James Steele., (1997). “Sustainable Architecture: Principles, Paradigms, and Case Studies,”
Denah Lantai Dasar