2 BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Taman Sari Resort Pemuteran merupakan akomodasi yang terletak didaerah Pemuteran, kecamatan Gerograk, kabupaten Buleleng, provinsi Bali. Pada tahun 1992. Alm. Bapak I Gusti Agung Prana mendirikan hotel pertama kali di Desa Pemuteran bernama Hotel Pondok Sari, yang sekarang bernama Taman Sari Resort Pemuteran. Dengan begitu masyarakat yang awalnya nelayan yang merusak terumbu karang akhirnya berubah menjadi pelaku / berprofesi pegawai hotel yang mencintai bahkan menjadi yang terdepan, dalam melindungi terumbu karang. Secara bertahap desa Pemuteran berbenah diri menjadi desa wisata dengan memaksimalkan potensi alam yang menjadi ujung tombak perekonomiannya.
Taman Sari Resort Pemuteran memiliki banyak fasilitas mulai dari beachfront restaurant, beachfront pool, bamboo bar dan coral restoration project. Selain itu Taman Sari Resort Pemuteran banyak mendapat penghargaan dari ajang nasional dan internasional, bahkan ditahun 2019 Taman Sari Resort Pemuteran mendapat penghargaan sebagai salah 1 destinasi hijau dari ITB Berlin.
Gambar 1.1 Penghargaan yang didapat Puri Taman Sari Resort Pemuteran Sumber: (https://tamansaribali.com/, 2020)
3 1.2 Latar Belakang
Pemikiran awal diajukan dan dilakukannya penelitian ini terdorong dari adanya agenda global yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa pada Bulan September 2015, tentang Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) disingkat dengan SDGs. Berdasarkan studi dokementasi SDGs ada 17 tujuan dan 169 pencapaian yang terukur diberlakukan mulai tahun 2016 hingga tahun 2030, perihal SDGs digambarkan berikut ini.
Gambar 1.2 Tujuh Belas Poin Tentang Sustainable Development Goals TPB) Sumber: (https://www.sdg2030indonesia.org/2020)
Menurut Brundtland.H.G, (1987: 43) menyampaikan bahwa Sustainable Development adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Selanjutnya menurut Sachs.D.J, (2015:17) Sustainable Development adalah konsep sentral untuk zaman kita, ini adalah metode yang bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah dunia. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) akan memandu diplomasi ekonomi dunia digenerasi mendatang.
Program SDGs merupakan kelanjutan dari Milennium Development Goals (MDGs) yang disepakati oleh PBB berakhir pada tahun 2015. Antara SDGs dengan MDGs terdapat perbedaan yang signifikan, misalnya MDGs pada awalnya membuat perjanjian mendasar dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2015. Sedangkan SDGs mengakomodir masalah – masalah pembangunan yang lebih komprehensif terutama dalam menyelesaikan target – target yang telah ditetapkan.
4 Salah satu tujuan SDGs yang ada yakni Tujuan Nomor 8.9 tentang Industri Pariwisata Berkelanjutan dan menjadi topik utama dalam pembahasan agenda-agenda SDGs karena cakupannya luas berkaitan dengan aspek lingkungan, ekonomi dan sosial secara global. Untuk sektor pariwisata telah mengalami banyak perubahan kebijakan dengan fokus pada Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan, dengan demikian maka para pemangku kepentingan, Termasuk di ataranya pelaku usaha di sektor pariwisata telah melakukan perubahan arah kebijakannya dalam mengembangkan usahanya di sektor pariwisata dengan lebih memperhatikan pengelolaan lingkungan, sosial dan ekonomi.
Pelaksanaan konsep Sustainable Development Goals (SDGs) di Indonesia setelah agenda tersebut dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa pada bulan September tahun 2015. Kemudian menjadi dasar pelaksanaan untuk dipedomani secara nasional dikeluarkan PERPRES No. 59/2017 tentang Sustainable Development Goals di Indonesia adalah pembangunan yang menjaga keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat, peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat, kualitas lingkungan hidup pembangunan yang menjamin keadilan dan terlaksananya tata kelola dengan baik.
Merujuk dari laman https://sustainable.indonesia.travel oleh Kementerian Pariwisata Republik Indonesia, Pariwisata Berkelanjutan diterapkan melalui program Sustainable Tourism for Development (STDev) yang mengutamakan prinsip: People (Pelestarian Budaya Bagi Masyarakat dan Pengunjung), Planet (Pelestarian Lingkungan), Prosperity (Pemanfaatan Ekonomi Untuk Masyarakat Lokal), dan Management (Tata Kelola Destinasi Pariwisata Berkelanjutan). Dari 17 tujuan SDGs, hanya ada tiga tujuan yang diambil untuk dijadikan kerangka dalam pembangunan serta pengembangan periwisata berkelanjutan secara nasional, meliputi;
1. Tujuan 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, dimana “Pada 2030, merancang dan menerapkan kebijakan yang mendukung pariwisata berkelanjutan yang menciptakan lapangan pekerjaan untuk penduduk lokal dan mendukung budaya serta produk lokal.”
2. Tujuan 12: Konsumsi yang Bertanggung Jawab, “Mengembangkan dan menerapkan sarana untuk memonitor dampak pembangunan berkelanjutan terhadap pariwisata berkelanjutan yang menciptakan lapangan pekerjaan serta mendukung budaya dan produk lokal”
3. Tujuan 14: Kehidupan Bawah Laut, “Pada 2030, meningkatkan manfaat ekonomi dari SIDS (Small Island Developing States) atau Negara Berkembang Kepulauan Kecil, dan LCDs (Least Developed Countries) atau Negara Tertinggal dengan pemakaian sumber laut yang
5 berkelanjutan, termasuk melalui pengelolaan perikanan, akuakultur, dan pariwisata yang berkelanjutan.”
Pariwisata yang memperhitungkan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan pada saat ini dan di masa depan secara keseluruhan untuk menjawab kebutuhan wisatawan, industri, lingkungan, serta masyarakat yang menjadi tuan rumah.”
Prinsip-prinsip tersebut menjadi pedoman yang dijelaskan secara lebih mendalam pada Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia No. 14 tahun 2016 tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan, yang berdasarkan pada kriteria GSTC (The Global Sustainable Tourism Council) dan telah diakui oleh United Nation World Tourism Organization (UNWTO).
Adanya perkembangan terbaru dimulai akhir tahun 2019 dengan merebaknya pandemi Corona Virus Disease 2019 disingkat COVID-19, telah menimbulkan dampak mendalam di sektor pariwisata dunia, hal ini setidaknya mempengaruhi ageda Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan, terutama berkaitan dengan pencapaian tujuan dari SDGs Nomor 8.9. Berkaitan dengan situasi kondisi terkini pariwisata dunia, maka berdasarkan data yang dikeluarkan oleh United Nation World Tourism Organization (UNWTO) dalam jurnal World Tourism Barometer 2020, sektor pariwisata dunia mengalami krisis mendalam yang diakibatkan oleh Pandemi Corona yang disebutkan dengan . Pandemi Corona Virus Diseases (COVID-19) dan mengakibatkan seluruh negara memasuki situasi darurat yakni krisis kesehatan global, sosial dan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Organisasi Pariwisata Dunia telah merilis data berkaitan dengan kedatangan wisatawan internasional turun akibat dampak dari Pandemi COVID-19 sebagaimana pada Gambar 1.3.
Gambar 1.3 Grafik Kedatangan Wisatawan Internasional Januari 2019 - Maret 2020 Sumber : (World Tourism Oraginazation (UNWTO))
6 Dengan memperhatikan data pada Grafik 1.1 bahwa kedatangan wisatawan internasional pada Bulan Maret 2020 turun sebesar 57%, nilai penurunannya siginifikan dibandingkan dengan bulan Februari 2020 turun sebesar 9%. Pencapaian nilai minus tersebut jauh berbeda dengan kondisi perjalanan wisatawan internasional pada sepanjang tahun 2019 yang masih tumbuh positif. Dengan penurunan sebesar 57% di bulan Maret 2020.
Dengan memperhatikan perkembangan Pandemi COVID-19 yang terjadi, maka semua sektor usaha mengalami dampak buruk serta menimbulkan efek domino saling terkait antara satu sektor dengan sektor lain. Menurut Jiang Y., dan Wen, J, (2020: 3) bahwa penting bagi pelaku bisnis perhotelan mengatasi perubahan permintaan konsumen setelah pandemi COVID-19 guna memulihkan kepercayaan wisatawan.
Pandemi COVID-19 memangkas 50 juta pekerjaan di sektor pariwsata, menurut bapak Alexander Reeyan selaku Direktur Wisata Alam Budaya dan Buatan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, pekerja pariwisata di benua Asia yang paling banyak terkena efek buruk pandemi dibanding benua lainnya. Menurut dia pekerja pariwisata yang ada di Indonesia tersisa 6,5 juta pekerja dari sebelumnya 13 juta pekerja. (Tempo co, 2020)
Dalam upaya memulihkan sektor pariwisata dunia, UNWTO telah menyusun skenario pemulihan yang bertujuan untuk mengantispasi dampak Pandemi COVID-19 sekaligus memperbaiki arah kecenderungan kedatangan wisatawan internasional yang terus menurun berubah menjadi naik sampai dengan Desember 2020. Ada tiga skenario yang dibuat dan dapat dilihat pada Gambar 1.4.
Gambar 1.4 Grafik Tiga Skenario Kadatangan Wisatawan Internasional Sumber : (World Tourism Organization (UNWTO), 2020)
7 Dari Grafik 1.2 di atas dapat dijelaskan bahwa setelah terjadi penurunan kedatangan wisatawan internasional turun sebesar 57% di bulan Merat 2020, maka dengan melakukan tiga skenario akan diperkirakan sebagai berikut :
1. Dengan melakukan skenario 1 (grafik garis-garis putus warna biru), maka sampai dengan bulan Desember 2020, persentase kedatangan wisatawan internasional sebesar : -58%.
2. Dengan melakukan skenario 2 (grafik garis-garis putus warna hijau ), maka sampai dengan bulan Desember 2020, persentase kedatangan wisatawan internasional sebesar : -70%.
3. Dengan melakukan skenario 3 (grafik garis-garis putus warna hijau ), maka sampai dengan bulan Desember 2020, persentase kedatangan wisatawan internasional sebesar : -78%.
Dengan memperhatikan data dan grafik yang dikeluarkan oleh UNWTO pada jurnal World Tourism Barometer 2020, sudah selayakanya Tujuan Pembangunan Periwisata Berkelanjutan pasca
Pandemi COVID-19 ke depan harus dilakukan penyesuaian untuk mencegah dampak yang lebih dalam di sektor pariwisata baik dalam lingkup global, nasional dan lokal.
Selanjutnya hal penting lainnya yang perlu diperhatikan yaitu tentang fasilitas kebersihan serta kepedulian dari pihak pengelola hotel terhadap aspek kesehatan, agar proses pembangunan dari industri pariwasata tetap berkelanjutan. Menurut Jones.P et. al, ( 2017: 7) Pariwisata berkelanjutan merupakan salah satu program yang digagas oleh PBB dan dimasukkan dalam agenda kerja yang terdiri dari tujuh belas Sustainable Development Goals yang memiliki cakupan luas meliputi faktor lingkungan, sosial, ekonomi, permasalahan serta tantangan yang ada disepanjang aktivitas manusia.
Konsep Hotel hijau atau hotel ramah lingkungan sudah banyak didesain oleh para akademisi dan dilakukan oleh beberapa praktisi. Alasannya menurut Londono & Maskiver, (2016:2) industri perhotelan bertanggung jawab atas sekitar 21% dari semua emisi CO2 yang terkait dengan pariwisata.
Salah satu faktor yang perlu menjadi perhatian para pebisnis hotel hijau, menurut Phampu et.
al (2017a) adalah manajemen limbah padat setiap hotel. Karena, kegiatan pariwisata juga memiliki pengaruh negatif terhadap lingkungan, di mana limbah padat adalah salah satu dampak paling signifikan. Dalam penelitian Phampu et. al (2017b) menyatakan bahwalimbah biodegradable hotel- hotel di kota Hoi An lebih tinggi daripada di negara-negara maju dan lebih rendah daripada di kota- kota Asia. Juga, bisnis hotel di negara-negara maju memiliki tingkat daur ulang limbah yang lebih tinggi untuk dua kali.
Dalam penelitian Chaabane et. al (2018:2) mempresentasikan krisis manajemen limbah padat di Lebanon pada tahun 2015, di mana hotel merupakan produsen utama limbah padat. Selain itu Pulau
8 Djerba di Tunisia, di mana hotel menghasilkan 45% dari total limbah (menurut Kementerian Urusan Daerah dan Lingkungan Tunisia), telah mengalami krisis pengelolaan limbah utama sejak 2012.
Peningkatan jumlah limbah tentunya menyebabkan peningkatan biaya pengumpulan sampah di Malaysia misalnya, biaya yang dikeluarkan besarnya hingga 75% dari seluruh anggaran kota untuk pengumpulan sampah.
Limbah padat menurut Omidiani dan Hezaveh (2016:671), secara umum, limbah dari industri perhotelan terdiri dari sampah basah (organik / biodegradable) dan limbah kering. Limbah basah terutama terdiri dari sisa makanan. Jadi bisa dikatakan bahwa salah satu permasalahan setiap hotel adalah pengolahan limbah padatnya yang terdiri dari limbah makanan & limbah plastik.
1.3 Perumusan Masalah
Pemerintah Indonesia melalui Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), dengan merujuk pada dokumen Ringkasan Metadata Indikator Tujuan Pembanguan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development Goals (SDGs) Indonesia terdapat beberapa indikator sebagai dasar acuan untuk mengukur pencapaian pelaksanaan pariwisata berkelanjutan, dengan memperhatikan unsur-unsur yang tertera pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Indikator Indikator Tujuan Pembanguan Berkelanjutan (TPB) No. 8.9
TARGET INDIKATOR
KETERANGAN
NO. NAMA
8.9 Pada tahun 2030,
menyusun dan
melaksanakan kebijakan untuk mempromosikan pariwisata berkelanjutan yang menciptakan lapangan kerja dan mempromosikan budaya dan produk lokal.
8.9.1*
Proporsi kontribusi pariwisata terhadap PDB.
Indikator nasional yang sesuai dengan indikator global (ada di dalam lampiran perpres).
8.9.1.(a) Jumlah wisatawan mancanegara.
Indikator nasional sebagai proksi indikator global (ada di dalam lampiran perpres).
8.9.1.(b) Jumlah kunjungan wisatawan nusantara.
Indikator nasional sebagai proksi indikator global (ada di dalam lampiran perpres)
8.9.1.(c) Jumlah devisa sektor pariwisata
Indikator nasional sebagai proksi indikator global (tidak ada di dalam lampiran perpres)
9 8.9.2*
Jumlah pekerja pada industri pariwisata dalam proporsi terhadap total pekerja.
Indikator nasional yang sesuai dengan indikator global (tidak ada di dalam lampiran perpres).
Sumber: (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2017)
Berdasarkan Tabel 1.1 di atas target Sustainable Development Goals No. 8.9 tahun 2030 yaitu
“menyusun dan melaksanakan kebijakan untuk mempromosikan pariwisata berkelanjutan yang menciptakan lapangan kerja dan mempromosikan budaya dan produk lokal”, dengan beberapa indikator yang dapat diamati di antaranya; Proporsi kontribusi pariwisata terhadap PDB, Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan Jumlah kunjungan wisatawan nusantara, dsb. Sejalan dengan kebijakan TPB No 8.9 yang dijelaskan sebelumnya, maka berdasarkan hasil wawancara pendahuluan dengan pihak manajemen Taman Sari Resort Pemuteran bahwa program pariwisata ekologi dengan objek wisata terumbu karang yang menggunakan teknologi biorock yang telah dirintis sejak tahun 2000 oleh ilmuwan kelautan Prof Wolf Hilberts, Dr Tom Goreau serta pebisnis pariwisata I Gusti Agung Ngurah Prana dan Yos Amerta.
Menurut Kementrian Pariwisata Negara Indonesia dalam Mbulu dan Gunadi (2018: 312), perlu dilakukan bentuk komunikasi dua arah antara pihak staf, manajer, tamu dan pemangku kepentingan hotel dalam membangun budaya serta merealisasikan konsep ramah lingkungan. Dalam implementasinya, diperlukan kerja sama di semua tingkatan organisasi hotel secara besar-besaran yang berdampak pada pencapaian sasaran tujuan – dalam membuat fasilitas dan dukungan hotel sehingga lebih kompetitif dserta mampu beradaptasi mengikuti kecenderungan perilaku pasar pariwisata internasional maupun domestik yang berkembang pesat.
Sejak dimulai 15 tahun yang silam yakni pada tahun 2005 konsep Pembangunan Pariwisata berwawasan pelestarian lingkungan dengan objek wisata terumbu karang mulai dicanangkan dan diimplementasikan di Desa Pemuteran oleh Bapak I Gusti Ngurah Agung Prana sekaligus sebagai Pemilik Taman Sari Resort Pemuteran, dan mendapat dukungan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng. Dalam melaksanakan program kegiatan pemeliharaan terumbu karang serta pelestarian lingkungan secara konsisten dengan kesadaran sendiri rutin dilakukan oleh masyarakat Desa Adat Pemuteran melalui Yayasan Karang Lestari Desa Pemuteran.
Di samping itu juga para pemilik serta pengelola hotel yang berada di sepanjang pantai Desa Pemuteran telah bekerja sama dengan pihak ke tiga yakni BUMDES Pemuteran dalam untuk
10 pengolahan limbah atau sampah di sepanjang pantai. Masyarakat Desa Pemuteran rutin setiap pagi melaksanakan kerja bakti kebersihan pantai, oleh karena sebagian dari lokasi pantai merupakan milik Desa Pemuteran. Meskipun telah dilakukan upaya-upaya pemeliharaan lingkungan, namun dalam hal pengolahan limbah belum menerapkan standar green hotel secara maksimal. Berdasarkan studi dekomentasi dan wawancara awal dengan pihak manajemen Taman Sari Resort, dijelaskan bahwa pelaksanaan environment management dari sejak lima belas tahun yang lalu dirintis dan diterpakan, namun untuk menerapkan green food purchase, green kitchen dan plastic prevention dalam mewujudkan pembangunan periwisata berkelanjutan 2030 merupakan hal yang baru dan masih memerlukan proses pembelajaran dengan panduan praktis sehingga dapat dilaksanakan di Taman Sari Resort Pemuteran.
1.4 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian dan perumusan masalah maka peneliti menetapkan tiga tujuan penelitian yang ingin dicapai dari penelitian ini, yakni:
1. Tentang Green Food Purchase
Bagaimana pelaksanaan Green Food Purchase yang dilakukan Taman Sari Resort untuk Pariwisata Berkelanjutan?
2. Tentang Green Kitchen
Bagaimana pelaksanaan Green Kitchen yang dilakukan Taman Sari Resort untuk Pariwisata Berkelanjutan?
3. Tentang Plastic Prevention
Bagaimana pelaksanaan Plastic Prevention yang dilakukan Taman Sari Resort untuk Pariwisata Berkelanjutan?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian dan perumusan masalah maka peneliti menetapkan tiga tujuan penelitian yang ingin dicapai dari penelitian ini, yakni:
1. Mendeskripsikan hasil penelitian yang dikelompokkan ke dalam tiga permasalahan pokok yakni ; tentang Green Food Purchase, Green Kitchen dan tentang Plastic Prevention.
2. Menganalisis hasil penelitian yang dikelompokkan ke dalam tiga permasalahan pokok yakni ; tentang Green Food Purchase, Green Kitchen dan tentang Plastic Prevention.
11 3. Merekomendasikan model hipotetik Evaluasi Penerapan Green Food Purchase, Green Kitchen dan Plastic Prevention Pada Hotel Dalam Sustainable Development Goals 2030. Berdasarkan deskripsi fenomena pada bagian perumusan masalah.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian tentang Studi tentang pelaksanaan Green Food Purchase, Green Kitchen dan Plastic Prevention. Pada Hotel Dalam Sustainable Development Goals 2030 penting dilakukan mengingat sektor pariwisata akibat Pandemi COVID-19 mengalami perubahan arah kebijakan khusunya dalam pengelolaan hotel yang berbasis pada pelestarian lingkungan di Indonesia, terutama di daerah tujuan wisata utama dunia yaitu Propinsi Bali. Dimana pariwisata tidak hanya terbatas pada aspek bisnis semata namun juga mampu menciptakan budaya ecopreneurship baik secara individu maupun secara kolektif. Dengan demikian penelitian yang dilakukan ini diharapkan memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan, di ataranya :
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara langsung maupun tidak langsung kepada pihak – pihak yang berkepentingan, dalam hal ini dapat dilihat dari 2 (dua) aspek berikut:
1.6.1 Aspek Akademis
Aspek akademis menyangkut dua hal yaitu ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya sebagai berikut :
1. Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Instrumen ini diharapkan dapat dijadikan alat ukur untuk menganalisis environmental management di perguruan tinggi dalam bentuk alat ukur panduan wawancara.
2. Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini dapat dijadikan rujukan bagi peneliti lain terkait, untuk referensi penelitian selanjutnya dalam hal environmental management dan pariwisata berkelanjutan. Selain itu, dapat dijadikan panduan untuk environmental management dan pariwisata berkelanjutan yang tepat.
12 1.6.2 Aspek Praktis
Aspek praktis menyangkut kegiatan penelitian yang mengikut sertakan Perguruan Tinggi serta Taman Sari Resort Pemuteran Bali, yag dijelaskan sebagai berikut :
1. Perguruan Tinggi
Penelitian ini diharapkan dapat membantu mewujudkan Rencana Induk Pengembangan Universitas Telkom, yang menargetkan universitas untuk menjadi Global Enterpreneurial University pada tahun 2020 agar dapat menciptakan lulusan yang berwirausaha berskala global.
2. Taman Sari Resort Pemuteran Bali
Penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak Taman Sari Resort dalam mengembangkan dan menerapkan nilai – nilai pembangunan berkelanjutan yang dicanangkan oleh pemerintah pusat melalui Perpres nomor 59 tahun 2017 di daerah Pemuteran, Buleleng, Bali.
1.7 Sistematika Penulisan Tugas Akhir Bab I Pendahuluan
Pada bab ini berisi tentang gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan. Bab ini adalah gambaran awal dari apa yang akan dilakukan dalam penelitian.
Bab II Tinjauan Pustaka
Pada bab ini berisi tinjauan pustaka yang digunakan sebagai acuan di dalam penelitian ini, yang dikutip dari beberapa literatur maupun jurnal. Bagian ini juga berisi kerangka pemikiran dan variabel yang digunakan
Bab III Metode Penelitian
Pada bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian, metode pengumpulan data, responden, teknik pengambilan data, skala pengukuran, pengujian instrumen dan variabel, serta metode analisis data.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada bab ini berisi tentang analisis dan pembahasan hasil penelitian, berupa gambaran umum untuk menjawab permasalahan penelitian, sampaidengan diskusi atas hasil dari analisis yang didapatkan.
13 Bab V Kesimpulan dan Saran
Pada bab ini berisi tentang risalah hasil penelitian, meliputi kesimpulan, saran bagi pihak terkait dalam, penelitian dan saran bagi penelitian selanjutnya, serta berisi tentang kekurangan pada penelitian ini.