• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERBANDINGAN TEMA PADA NOVEL HONG GAOLIANG JIAZU KARYA MO YAN DAN PUTRI MELAYU KARYA AMIRUDDIN NOOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PERBANDINGAN TEMA PADA NOVEL HONG GAOLIANG JIAZU KARYA MO YAN DAN PUTRI MELAYU KARYA AMIRUDDIN NOOR"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERBANDINGAN TEMA PADA NOVEL HONG GAOLIANG JIAZU KARYA MO YAN DAN PUTRI MELAYU KARYA AMIRUDDIN NOOR

《红高粱家族》 与《 Putri Melayu》主题 比较分析 (《Hóng gāoliang jiāzú》yǔ 《Putri Melayu》 zhǔtí bǐjiào fēnxī )

SKRIPSI

TENGKU AMIRA ISWANDARI 120710048

PROGRAM STUDI SASTRA CINA FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2017

ABSTRACT

(2)

The title of the thesis was “Analisis Perbandingan Tema Pada Novel Hongg Gaoliang Jiazu Karya Mo Yan Dan Putri Melayu Karya Amiruddin Noor.”

In the research, the writer analyzed themes. This study uses the approach of comparative literature by using the theory of comparative literature Susan Basnett. The research methodology used in this research is descriptive qualitative method. The results showed that there were two common themes, namely war, divided into 6 categories and romance that are divided into four categories, three different backgrounds that forms the theme in the second story of the novel.

Keywords: comparative literature, theme, novel Sorgum Merah (Hong Gaoliang

Jiazu), novel Putri Melayu

ABSTRACT

(3)

Judul penelitian ini adalah “Analisis Perbandingan Tema Pada Novel Hong Gaoliang Jiazu Karya Mo Yan dan Putri Melayu Karya Amiruddin Noor.”

Dalam penelitian ini penulis menganalisis tema. Penelitian ini menggunakan pendekatan sastra bandingan dengan menggunakan teori sastra bandingan Susan Basnett. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 2 persamaan tema, yaitu peperangan yang terbagi dalam 6 kategori dan romantika percintaan yang terbagi dalam 4 kategori, 3 perbedaan latar belakang yang membentuk tema dalam cerita kedua novel.

Kata kunci : sastra bandingan, tema, novel Sorgum Merah (Hong gaoliang

Jiazu), novel Putri Melayu

KATA PENGANTAR

(4)

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah S.W.T., karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis

Perbandingan Tema Pada Novel Hong Gaoliang Jiazu Karya Mo Yan dan Putri Melayu Karya Amiruddin Noor”. Skripsi ini diajukan kepada Panitia

Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana dalam bidang Sastra Cina.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan, bimbingan, semangat dan doa kepada penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis dengan segenap hati ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A, selaku Ketua Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Nur Cahaya Bangun, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A, selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, masukan, pengarahan, motivasi, dan semangat kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini.

5. Bapak T. Kasa Rullah Adha, S.S., MTCSOL, selaku Dosen Pembimbing

II yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, dan motivasi kepada

(5)

penulis sehingga skripsi Bahasa Mandarin dapat terselesaikan dengan baik.

6. Bapak dan Ibu staf pengajar yang telah banyak memberikan pengajaran dan bimbingan selama penulis mengikuti perkuliahan di Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

7. Keluarga penulis, kepada kedua Orang tua penulis, Ayahanda Tengku Iswanzar Isyamuddin dan Ibunda Wan Murfiza Zainuddin yang telah bersusah payah membina, membiayai, mendidik penulis dengan penuh kasih sayang dari kecil hingga sekarang yang selalu memberikan dukungan, doa dan memotivasi penulis hingga mencapai gelar sarjana.

Dan kepada keempat saudari penulis Aldilla, Zaira, Rizka, Anis juga kedua saudara penulis, Adik Atha dan Addien yang telah memberikan dukungan, doa, semangat kepada penulis.

8. Kepada Gerry Suryanto Utama S.Ak, yang tidak henti-hentinya menyemangati penulis selama proses penyelesaian skripsi dan selalu percaya akan kemampuan penulis yang sangat jauh dari kesempurnaan disaat penulis sedang putus asa. Terima kasih untuk doa, dukungan, pemikiran dan semangat yang diberikan kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

9. Kepada seluruh teman-teman stambuk 2012 Program Studi Sastra Cina

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, terima kasih atas

dukungan, saran, kritik dan untuk kebersamaan serta kekeluargaan selama

beberapa tahun ini. Semoga impian dan cita-cita kita tercapai.

(6)

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih sangat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi banyak pihak terkhusus bagi Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

DAFTAR ISI

(7)

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 12

1.3 Batasan Masalah ... 12

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 13

1.4.1 Tujuan Penelitian ... 13

1.4.2 Manfaat Penelitian ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 15

2.1 Konsep ... 15

2.1.1 Novel ... 15

2.1.1.1 Unsur PembangunNovel ... 16

2.1.2 Tema ... 17

2.1.3 Perang ... 20

2.1.3.1 Definisi Perang ... 20

2.2 Landasan Teori ... 22

2.3 Penelitian yang Relevan ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

3.1 Metode Penelitian ... 27

3.2 Pendekatan Penelitian ... 27

3.3 Data dan Sumber Data ... 27

3.3.1 Data ... 27

3.3.2 Sumber Data ... 28

(8)

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 30

3.5 Teknik Analisis Data ... 31

BAB IV PEMBAHASAN ... 33

4.1 Pembahasan ... 34

4.1.1 Tema ... 34

4.1.2 Persamaan Tema ... 35

4.1.3 Perbedaan Latar Belakang Tema ... 52

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 59

5.1 Simpulan ... 59

5.2 Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62 LAMPIRAN.

BAB I

(9)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sastra adalah semua buku yang memuat perasaan kemanusiaan yang mendalam dan kebenaran moral dengan sentuhan kesucian, keluasan pandangan, dan bentuk yang mempesona. Bahan untuk mewujudkan bentuk sastra adalah bahasa, bahasa dalam sastra dapat berwujud lisan dan melahirkan sastra lisan, tetapi juga dapat dalam bentuk tulisan dan melahirkan sastra tulis. (Sumardjo dan Saini, 1988 : 2)

Karya sastra menurut genre atau jenisnya terbagi atas dua bagian besar yaitu sastra tulisan; sebuah karya sastra yang penyampaiannya menggunakan media tulis, dan sastra lisan; sebuah karya sastra yang berbentuk abstrak dan disampaikan dengan cara oral. Pembagian tersebut semata-mata didasarkan atas perbedaan bentuk fisiknya saja, bukan substansinya. Substansi karya sastra apapun bentuknya tetap sama, yaitu pengalaman kemanusiaan dalam segala wujud dan dimensinya. Pengenalan terhadap ciri-ciri bentuk sastra ini memudahkan proses pemahaman terhadap makna nya, demikian pula komponen-komponen yang turut membangun karya sastra tersebut.

(Darma, 2004 : 4)

Baik sastra tulis maupun sastra lisan mewujudkan dirinya dalam suatu bentuk, sedangkan bentuk sastra itu bermacam ragam. Namun apapun bentuk sastra, setiap bentuknya terdiri dari satuan-satuan unsur yang membentuk suatu susunan atau struktur sehingga menjadi suatu wujud yang bulat dan utuh. Sastra bukan hanya seni bahasa saja, melainkan suatu kecakapan dalam menggunakan bahasa yang terbentuk dan bernilai sastra. Jelasnya faktor yang menentukan adalah kenyataan bahwa sastra menggunakan bahasa sebagai medianya.

(10)

Sastra adalah sebuah karya seni yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) sebuah ciptaan, kreasi bukan imitasi, (2) luapan emosi yang spontan, (3) bersifat otonom, (4) otonomi sastra bersifat koheren (ada keselarasan bentuk dan isi), (5) menghadirkan sintesis terhadap hal-hal yang bertentangan dan (6) mengungkapkan sesuatu yang tidak terungkapkan dengan bahasa sehari-hari. (Wellek dan Austin Warren, 1989:37)

Menurut Esten (1990 : 12), sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia (dan masyarakat) melalui bahasa sebagai mediumnya dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan). Sastra merupakan wujud gagasan seseorang melalui pandangan terhadap lingkungan sosial yang berada di sekelilingnya dengan menggunakan bahasa yang indah. Sastra hadir sebagai hasil perenungan pengarang terhadap fenomena yang ada. Sastra sebagai karya fiksi memiliki pemahaman yang lebih mendalam, bukan hanya sekadar cerita khayal atau angan dari pengarang saja, melainkan wujud dari kreativitas pengarang dalam menggali dan mengolah gagasan yang ada dalam pikirannya. Sastra selalu melibatkan pikiran pada kehidupan sosial, moral, psikologi, dan agama. Berbagai segi kehidupan dapat diungkapkan dalam karya sastra.

Karya sastra terdiri atas dua bentuk, yaitu fiksi dan non-fiksi. Contoh sastra fiksi adalah prosa, puisi, dan drama. Sementara contoh non-fiksi sastra adalah biografi, otobiografi, esai, dan kritik sastra. Salah satu bentuk karya sastra adalah novel. Novel adalah salah satu bagian dari karya sastra yang seringkali mengambil cerita ataupun menjadi cerminan kehidupan sosial. Novel juga sering menceritakan tentang kisah nyata yang sarat akan nasehat yang dapat dipetik dari isi ceritanya. Oleh karena itu, sastra sebagai suatu produk budaya manusia berisi nilai-nilai yang hidup dan berlaku dalam masyarakat.

(11)

Novel dengan manusia mempunyai hubungan yang sangat erat, karena novel sebagai karya sastra merupakan salah satu hasil budi daya pikir manusia yang didasarkan pada pengamatan dan pengalaman pribadi pengarang tentang kehidupan manusia. Hal tersebut semakin diperkuat oleh Sentosa dan Wahyuningtyas (2010 : 47), yang mengatakan bahwa novel adalah produk masyarakat yang dibentuk oleh anggota masyarakat berdasarkan desakan emosional atau rasional dalam masyarakat.

Dalam sebuah novel terdapat unsur-unsur yang menjadi pembangunnya, secara garis besar unsur pembangun tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur tersebut adalah tema, tokoh (penokohan), alur, latar, gaya bahasa, sudut pandang, dan amanat. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat mirip dengan dunia yang nyata lengkap dengan peristiwa-peristiwa di dalamnya, sehingga nampak seperti sungguh ada dan terjadi. Unsur inilah yang akan menyebabkan karya sastra (novel) terwujud.

Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra.

Unsur ekstrinsik antara lain adalah unsur biografi, unsur psikologi, keadaan lingkungan, dan pandangan hidup pengarang.

Unsur intrinsik pada sebuah novel adalah unsur yang secara langsung membangun sebuah cerita. Keterpaduan berbagai unsur intrinsik ini akan menjadikan sebuah novel baik dan bagus. Berbagai aspek kehidupan manusia tergambar dalam karya sastra seperti novel sebagai suatu karya sastra yang memiliki tema sebagai acuan alur ceritanya, biasanya novel menceritakan tentang kehidupan manusia dengan berbagai permasalahan yang ada.

(12)

Beberapa karya sastra memiliki persamaan dan perbedaan. Adanya persamaan dan perbedaan itu memunculkan studi untuk membandingkan dan mencari sebab- sebab timbulnya persamaan dan perbedaan. Oleh karena itu lahirlah suatu bidang yang mengkaji perbandingan dalam sastra yang disebut sebagai sastra bandingan.

Sastra bandingan merupakan bagian dari ilmu sastra. Melalui ilmu sastra tersebut akan dapat dilihat apakah karya A dan B saling bersinggungan atau tidak. Wellek dan Austin Warren (1989 : 46-49), mengungkapkan ada tiga pengertian mengenai sastra bandingan. Pertama, penelitian karya sastra, terutama tema yang mirip dalam karya sastra tersebut dan penyebarannya. Kedua, penyelidikan mengenai hubungan antara dua atau lebih karya sastra, yang menjadi bahan dan objek penyelidikannya, diantaranya soal reputasi dan penetrasi, pengaruh dan kemasyhuran karya besar.

Ketiga, penelitian sastra dalam keseluruhan sastra dunia, sastra umum dan sastra universal. Pada penelitian ini mengarah kepada penelitian karya sastra yang memiliki kemiripan tema dalam karya sastra.

Pendapat tokoh lain tentang sastra bandingan adalah yang disampaikan oleh Stalknecht dan Frenz (dalam Weisstein, 1973 : 23), mereka menyatakan bahwa sastra bandingan adalah studi kesusastraan yang melebihi batas suatu negara, dan studi hubungan antara kesusastraan di satu pihak, dan wilayah lainnya dari pengetahuan dan kepercayaan, seperti seni, filsafat, sejarah, ilmu pengetahuan sosial, ilmu pengetahuan alam, dan agama. Menurut aliran Perancis, karya sastra yang dibandingkan adalah karya sastra yang berbeda bahasa. Sastra bandingan mempunyai dua aliran, yaitu aliran Perancis dan aliran Amerika. Aliran Perancis dipelopori oleh Paul van Tieghem, Jean Marie Carre, dan Marius Francois Guyard, sedangkan aliran Amerika dipelopori oleh Sekolah Amerika.

(13)

Perbedaan yang mencolok antara aliran Perancis dan Amerika terletak pada objek kajiannya. Aliran Amerika di samping membandingkan secara sistematik karya sastra dari dua negara yang berlainan seperti halnya aliran Perancis, juga membandingkan sastra dengan disiplin ilmu tertentu seperti sejarah, politik, ekonomi, seni lukis, seni musik, arsitektur, agama, dan lain-lain (Hutomo, 1993 : 3). Hal ini menunjukkan aliran Amerika lebih luas jangkauannya daripada aliran Perancis, karena aliran Amerika dapat membandingkan karya sastra dengan seni dan disiplin ilmu yang lain.

Endaswara (2008 : 128) menyatakan bahwa, sastra bandingan adalah sebuah studi teks across cultural. Studi ini merupakan upaya interdisipliner, yakni lebih banyak memperhatikan hubungan sastra menurut aspek waktu dan tempat. Dari aspek waktu, sastra bandingan dapat membandingkan dua atau lebih periode yang berbeda.

Sedangkan konteks tempat, akan mengikat sastra bandingan menurut wilayah geografis sastra. Konsep ini mempresentasikan bahwa sastra bandingan tertuju pada bandingan sastra dengan bidang lain. Bandingan semacam ini, guna merenut keterkaitan antara aspek kehidupan.

Kajian sastra bandingan sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kajian sastra intertekstual. Hanya saja, kajian sastra bandingan mempunyai ruang lingkup yang lebih luas daripada kajian sastra intertekstual (Suwardi Endraswara, 2003 : 130).

Apabila kajian sastra bandingan dapat mengkaji antara teks sastra dengan bidang lain maka kajian sastra intertekstual hanya meneliti sesuatu yang berkaitan dengan teks sastra. Razali Kasim (1996 : 26) menyatakan bahwa sastra bandingan merupakan suatu kajian yang mencakup perbandingan karya-karya sastra dari sastra nasional yang berbeda, hubungan antara karya-karya sastra dan ilmu pengetahuan, agama (kepercayaan), dan karya-karya seni serta pembicaraan mengenai teori, sejarah, dan kritik.

(14)

Sastra bandingan adalah karya sastra yang satu dengan satu atau beberapa karya sastra lain, dengan tujuan untuk mengetahui dan menganalisis hubungan dan pengaruhnya antara karya sastra lain, mengetahui dan menganalisis hubungan pengaruhnya antara karya sastra yang satu terhadap karya yang lain, serta ciri-ciri yang dimilikinya.

Sastra bandingan mengkaji berbagai ragam budaya sebagaimana yang tercermin dalam karya-karya sastra, juga bertujuan untuk meluaskan wawasan seseorang mengenai hasil budaya berbagai bangsa dan menambah pemahaman tentang nilai- nilai budaya yang terkandung dalam karya-karya tersebut. Kajian sastra bandingan juga dimaksudkan untuk melihat perkembangan buah pikiran dalam kehidupan manusia, bagaimana buah pikiran tersebut muncul dan meluas ke berbagai tempat dan bangsa didunia ini. Oleh karena itu sastra bandingan dapat meluaskan perspektif seseorang mengenai berbagai aspek kehidupan manusia.

Damono (2005 : 2) menyatakan bahwa, untuk mengetahui hakikat sastra bandingan, maka dapat dipelajari lebih lanjut mengenai sifat-sifat dari kajian sastra bandingan sebagai berikut:

1. Kajian bersifat komparatif. Kajian ini terutama dititikberatkan pada penelaahan teks karya-karya sastra yang dibandingkan, misalnya karya sastra A dengan karya sastra B,. dapat dikatakan bahwa kajian ini merupakan titik awal munculnya sastra bandingan, oleh karena itu kajian ini selalu dipandang sebagai bagian terpenting dalam kajian sastra bandingan.

2. Kajian bersifat historis. Kajian yang bersifat historis ini lebih memusatkan perhatian pada nilai-nilai historis yang melatarbelakangi kaitan antara satu karya sastra dengan karya sastra lainnya. Kajian ini dapat berupa, misalnya, masuknya

(15)

satu buah pikiran, aliran, teori kritik sastra ataupun genre dari satu Negara ke Negara lainnya.

3. Kajian bersifat teoritis. Kajian yang bersifat teoritis ini menggambarkan tentang konsep, kriteria, batasan, ataupun aturan-aturan dalam berbagai bidang kesusastraan. Sebagai contoh adalah konsep-konsep mengenai berbagai aliran, kriteria genre, teori-teori pendekatan, serta batasan-batasan yang berkaitan dengan masalah tema.

4. Kajian bersifat antar-disiplin. Sifat kajian ini sesuai dengan judulnya, tidak menelaah karya-karya sastra semata-mata, melainkan membicarakan hubungan antara isi karya sastra dengan berbagai disiplin ilmu pengetahuan, agama, dan bahkan juga karya-karya seni.

Pada kesempatan ini, penulis menganalisis kajian yang bersifat komparatif dengan membandingkan tema kedua novel yang ditulis oleh dua pengarang yang berbeda dan yang berasal dari dua negara yang berbeda. Berdasarkan persamaan tema, maka novel yang menjadi objek penelitian ini adalah dua novel yang berjudul Hong Gaoliang Jiazu (2012) karya Mo Yan (1955 - sekarang) dan novel Putri Melayu (2009) karya Amiruddin Noor (1935 - sekarang), novel Hong Gaoliang Jiazu (2012) ditulis oleh novelis berkebangsaan Cina yang bernama Mo Yan (1955 - sekarang) dan novel Putri Melayu (2009) yang ditulis oleh novelis berkebangsaan Indonesia yang bernama Amiruddin Noor (1935 - sekarang), kedua novel ini memiliki kemiripan atau persamaan tema yaitu tentang perang yang berkecamuk di masa (zaman) nya. Walaupun novel ini memiliki persamaan tema namun dengan latar yang berbeda dan dalam waktu yang saling berdekatan.

Novel yang berjudul

Hong Gaoliang Jiazu

karya Mo Yan, adalah novel yang merangkum tiga generasi sebuah keluarga yang diungkapkan melalui kilas balik.

(16)

Gambaran berbagai peristiwa yang sangat mencekam dengan lanskap yang begitu indah, pada novel HGJ dipadukan dengan gambaran tentang rakyat Cina yang menghadapi pasukan penjajah Jepang serta rekan sebangsanya dalam masa peperangan yang bergejolak liar pada tahun 1930-an. Dalam novel ini diceritakan juga tentang konflik kehidupan antar manusia yang saling berinteraksi, diantaranya yaitu hubungan penguasa dan rakyatnya, peperangan dengan Negara Jepang, bahkan interaksi antara manusia dan hewan juga diceritakan dengan rinci. Novel HGJ merupakan perpaduan dongeng dan sejarah yang menghasilkan karya fiksi yang tak terlupakan. Kesuksesan novel HGJ membuat novel ini diangkat ke layar lebar oleh sutradara terkemuka Zhang Yimou. Tidak hanya itu, pada tahun 2012 pengarang novel HGJ yaitu Guan Moye atau yang lebih dikenal dengan Mo Yan juga berhasil mendapatkan penghargaan Nobel bidang sastra.

Dalam novel ini terdapat dua tokoh utama, yaitu Kakek yang bernama Yu Zhan’ao dan tokoh Nenek yang bernama Dai Fenglian, kedua tokoh utama dalam novel menceritakan bahwa pada saat masa peperangan mereka menghadapi pasukan penjajah Jepang untuk menyelamatkan kampung halaman mereka yaitu Desa Gaomi Timur Laut. Dalam peperangan tersebut, rakyat Cina banyak dibunuh dengan sadis oleh pasukan Jepang dengan peralatan perang yang memadai sedangkan rakyat Cina hanya menggunakan senjata seadanya. Novel Cina yang ditulis tahun 1986 ini memiliki tema tentang peperangan dan romantika percintaan antara Dai Fenglian dan Yu Zhan’ao dalam menjalin hubungan asmara mereka. Novel HGJ memiliki banyak kesamaan dengan salah satu novel Indonesia yang berjudul Putri Melayu karya Amiruddin Noor.

Novel Putri Melayu menceritakan tentang revolusi kemerdekaan yang melanda daerah Sumatera Utara yang membuat situasi kacau di kalangan bangsawan, dan pembantaian pada keluarga bangsawan yang sangat marak terjadi. Novel PM juga

(17)

menggambarkan tentang gejolak perang pasca proklamasi 1945 menjungkir balikkan keadaan. Di satu sisi, kalangan bangsawan sangat cemas dengan kemerosotan hidup mereka. Kalangan bangsawan dianggap foedal dan mendukung kedudukan Belanda.

Kaum revolusioner kiri (kelompok laskar) membantai hampir setiap kaum bangsawan. Pancung kepala dan berbagai kesadisan lainnya mewarnai gerakan mereka. Sementara di sisi lain, bangsa Belanda masih berkeinginan untuk melakukan perampasan atas hak-hak kemerdekaan republik. Agresi milter yang dilancarkan Belanda mencederai berbagai kesepakatan di meja perundingan.

Dalam novel PM juga diceritakan tentang kisah cinta yang terjadi diantara Tengku Farida dengan Tengku Farid yang sama-sama berasal dari keluarga bangsawan. Sebelum terjadinya revolusi kemerdekaan, kehidupan keduanya sangatlah indah namun karena situasi perang membuat kehidupan keduanya kacau dan kedua nya berpisah akibat faktor peperangan yang melanda. Tengku Farid memutuskan bergabung dengan TKR di pulau Jawa sementara Tengku Farida terpisah dari keluarganya di Tanjung Pura karena ditawan oleh laskar. Perlakukan kasar yang diterima selama masa penawanan itu mempertemukannya dengan seorang perwira TKR lainnya, Umar. Begitu pula dengan Tengku Farid yang merantau di pulau Jawa bertemu dengan teman sekolahnya dulu yang bernama Sri. Dalam novel yang bertema peperangan ini, juga diceritakan tentang kehidupan romantika percintaan antara Tengku Farid dan Tengku Farida.

Berdasarkan penjelasan di atas, kedua novel tersebut memiliki persamaan tema, walau keduanya ditulis oleh novelis dari negara yang berbeda. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa unsur tema sebuah karya didukung oleh sejarah dan budaya sebagai konteks dari karya sastra tersebut. Hal ini menjadikan kedua novel memiliki

(18)

tema yang sama tetapi memiliki latar belakang sejarah dan budaya yang berbeda.

Oleh karena itu kedua novel HGJ dan novel PM untuk diangkat menjadi sebuah penelitian.

Dengan menggunakan pendekatan sastra bandingan, maka penulis mengangkat objek penelitian tentang perbandingan tema sebagai penelitian skripsi. Kajian mengenai tema merupakan kajian yang luas dan memberikan banyak kemungkinan untuk penelaahan karya-karya sastra. Tema sebagai salah satu unsur intrinsik dari karya sastra, didukung oleh unsur-unsur yang lain misalnya alur, tokoh, setting, dan point of view. Untuk menentukan suatu tema dalam sebuah karya sastra haruslah disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan bagian-bagian tertentu cerita.

Tema memberi kekuatan dan menegaskan kebersatuan kejadian-kejadian yang sedang diceritakan sekaligus mengisahkan kehidupan dalam konteksnya yang paling umum, apapun nilai yang terkandung di dalamnya, keberadaan tema diperlukan karena menjadi salah satu bagian penting yang tidak terpisahkan dengan kenyataan cerita. Tema dapat mengambil bentuk yang paling umum dari kehidupan, bentuk yang mungkin dapat atau tidak dapat mengandaikan adanya penilaian moral, tema dapat berwujud satu fakta dari pengalaman kemanusiaan yang digambarkan atau di eksplorasi oleh cerita seperti keberanian, ilusi dan masa tua. Bahkan tema juga dapat berupa gambaran kepribadian salah satu tokoh. Satu-satunya generalisasi yang paling memungkinkan darinya adalah bahwa tema membentuk kebersatuan pada cerita dan memberi makna pada setiap peristiwa (dalam Robert, 2007 : 8).

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis pada novel HGJ dan novel PM, penulis menjelaskan bahwa tema dari kedua novel adalah peperangan dan romantika cinta. Alasan penulis memilih kajian bidang tema dalam penelitian ini karena penulis

(19)

merasa tertarik pada tema kedua novel yang menceritakan peperangan namun tetap menyisipkan romantika percintaan ditengah maraknya peperangan yang terjadi. Selain itu kedua novel ini juga novel yang menceritakan sejarah pada tahun 1930-an dan tahun 1945 yang memang terjadi peperangan di masa itu. Novel HGJ dan novel PM, kedua novel ini memberikan gambaran situasi pada gejolak perang yang terjadi di masing- masing wilayahnya. Cina yang pada masa itu dijajah oleh Jepang dan Indonesia yang pada masa itu telah merdeka dari jajahan Belanda dan Jepang namun terjadi revolusi kemerdekaan yang melanda kaum bangsawan yang dianggap feodal.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif yang terurai dalam bentuk teks yang terdiri dari kata-kata, kalimat dan dialog bukan berbentuk angka- angka. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan oleh penulis, maka penelitian ini diberi judul “Analisis Perbandingan Tema Pada Novel Hong Gaoliang Jiazu Karya Mò Yán (莫言) dan Putri Melayu Karya Amiruddin Noor”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah ditulis oleh penulis, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah persamaan tema kedua novel Hong Gaoliang Jiazu karya Mo Yan dan novel Putri Melayu karya Amiruddin Noor?

(20)

2. Bagaimanakah perbedaan latar belakang kedua novel Hong Gaoliang Jiazu karya Mo yan dan novel Putri Melayu karya Amiruddin Noor membentuk tema cerita kedua novel?

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam suatu penelitian sangat dibutuhkan agar penelitian lebih terarah dan ruang lingkupnya tidak terlalu luas sehingga tujuan penelitian dapat tercapai.

Berdasarkan judul penelitian ini, maka penulis hanya membahas kajian sastra bandingan dalam bidang tema yang terdapat di dalam kedua karya sastra novel yang berjudul Hong Gaoliang Jiazu karya Mo Yan, novelis cina dan Putri Melayu karya Amiruddin Noor, novelis Indonesia.

Pada karya sastra terdapat dua unsur yang membentuk karya sastra, unsur intrinsik dan unsur ekstrinstik. Unsur intrinsik adalah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam yang mewujudkan struktur suatu karya sastra, seperti : tema, tokoh, alur, latar dan sudut pandang dan gaya bahasa. Sedangkan unsur ekstrinsik antara lain adalah unsur biografi, unsur psikologi, keadaan lingkungan, sejarah dan pandangan hidup pengarang.

Pada penelitian ini fokus kajian dalam penelitian ini adalah unsur intrinsik, salah satu unsur intrinsik pembangun cerita dalam sebuah karya sastra adalah tema. Tema merupakan unsur yang begitu penting dalam pembentukan sebuah karya sastra, karena tema adalah dasar bagi seorang pengarang untuk mengembangkan suatu cerita. Sering dijumpai berbagai kekeliruan dalam memaknai sebuah tema. Tema cerita tidak pernah lepas dari plot/alur sebuah cerita karena tema dan alur adalah satu kesatuan dalam unsur

(21)

intrinsik, untuk itu pada penelitian ini plot/alur juga akan dianalisis untuk memperkuat analisis bidang tema pada penelitian ini.

Unsur ekstrinsik yang termasuk didalam kedua novel HGJ dan novel PM, seperti sejarah yang diceritakan dalam kedua novel tidak lepas dari kesatuan pada unsur pembangun novel yang mendukung pembahasan mengenai tema, oleh karena itu pembahasan terhadap perbandingan tema kedua novel didukung oleh unsure ekstrinsik sejarah. Penelitian ini hanya dibatasi pada analisis perbandingan tema cerita pada novel Hong Gaoliang Jiazu Karya Mò Yán dan Putri Melayu Karya Amiruddin Noor”.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Dalam melakukan penelitian pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai, adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan tema pada novel

Hong Gaoliang Jiazu

dan novel Putri Melayu Karya Amiruddin Noor

2. Membandingkan persamaan dan perbedaan tema pada novel

Hong Gaoliang Jiazu

Karya Mò Yán dan novel Putri Melayu Karya Amiruddin Noor, didukung oleh latar belakang sejarah pada kedua novel.

1.4.2 Manfaat Penelitian

(22)

1. Manfaat Teoritis :

Secara teori penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu dalam kajian sastra bandingan antara dua karya sastra yaitu novel. Penelitian ini juga menambah wawasan mengenai sejarah Indonesia dan Cina pada saat zaman peperangan yang diceritakan didalam kedua novel Hong Gaoliang Jiazu karya Mo Yan dan Putri Melayu karya Amiruddin Noor yang diteliti. Penelitian ini selain bermanfaat bagi pendekatan intrinsik, juga bermanfaat bagi kajian ekstrinsik.

2. Manfaat Praktis :

Secara praktis, manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pemahaman mahasiswa dan masyarakat pada umumnya tentang kajian sastra bandingan, khususnya sastra Indonesia yang dibandingkan dengan sastra Cina. Penelitian ini juga bermanfaat dalam kajian tema yang diharapkan akan mempermudah serta membantu para peneliti yang akan datang dalam penelitiannya maupun untuk dijadikan referensi atau rujukan dalam membantu penelitian.

BAB II

(23)

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini penulis akan memaparkan tentang tinjauan pustaka yang meliputi konsep yang berkaitan dengan judul penelitian, landasan teori yang digunakan sebagai landasan yang memperkuat penelitian ini dan penelitian terdahulu yang relevan. Berikut penjelasan tentang ketiga bagian tersebut.

2.1 Konsep

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa, yang diguanakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. (Tim Penyusun KBBI, 2005 : 520). Konsep digunakan sebagai kerangka atau pijakan untuk menjelaskan, memaparkan ataupun menungkapkan suatu objek atau topik pembahasan. Dalam penelitian ini akan dipaparkan beberapa konsep, yaitu novel, tema, dan perang.

2.1.1 Novel

Novel merupakan dunia dalam skala yang lebih besar dan kompleks, mencakup berbagai pengalaman kehidupan yang dipandang aktual, namun semuanya tetap saling terkait. Novel bersifat realistis yang mengacu pada realitas yang lebih tinggi. Novel adalah cerita fiktif yang menggambarkan atau melukiskan kehidupan tokoh-tokohnya dengan menggunakan alur, cerita fiktif tidak hanya sebagai khayalan semata, tetapi sebuah imajinasi yang dihasilkan oleh pengarang adalah realitas atau fenomena yang dilihat dan dirasakan.

Dalam arti luas novel adalah cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang luas.

Ukuran yang luas disini dapat berarti cerita dengan plot (alur) yang kompleks, karakter yang banyak, tema yang kompleks, suasana cerita yang beragam, dan setting cerita yang beragam pula. Namun “ukuran luas” disini juga tidak mutlak demikian, mungkin yang

(24)

luas hanya salah satu unsur fiksinya saja, misalnya temanya, sedangkan karakter, setting dan lain-lain nya hanya satu saja.(Sumardjo,1988 : 29).

Novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detail dan lebih banyak melibatkan permasalahan yang lebih kompleks. Hal itu mencakup berbagai unsur cerita yang membangun novel tersebut.

Novel merupakan karya sastra yang mempunyai dua unsur, yaitu : unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang kedua saling berhubungan karena sangat berpengaruh dalam kehadiran sebuah karya sastra (Rostamaji, Agus Priantoro).

2.1.1.1 Unsur Pembangun Novel

Unsur pembangun dalam novel terdiri atas 2, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.

1. Unsur Intrinsik

Menurut Nurgiyantoro (2000 : 23), unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur- unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita. Kepaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat novel terwujud. Unsur yang dimaksud adalah tema,tokoh,penokohan,latar,alur,sudut pandang, dan amanat.

2. Unsur Ekstrinsik

Wellek dan Warren (1990) menyatakan bahwa unsur ekstrinsik yaitu keadaan subjektif individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang secara bersamaan mempengaruhi karya yang ditulisnya.

(25)

Unsur ekstrinsik sendiri adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme cerita dari sebuah karya sastra (Nugiyantoro 2000 : 23).

2.1.2 Tema

Tema merupakan persoalan utama yang diungkapkan oleh pengarang dalam sesebuah karya kesusteraan seperti cerpen atau novel. Biasanya tema diolah berdasarkan sesuatu motif tertentu yang terdiri dari pada objek, peristiwa kejadian dan sebagainya.

Tema merupakan salah satu unsur yang sangat penting di dalam sebuah cerita. Tema berkaitan erat dengan fokus atau pun dasar yang dipakai oleh pengarang untuk mengembangkan sebuah cerita. Setiap cerita biasanya dibuat dengan berdasarkan tema tertentu dan seluruh aktivitas di dalam cerita juga didasari oleh tema tersebut.

Istilah tema disini mencakup juga pengertian tentang motif dan kedua istilah tersebut memang sering dicampur adukkan. Motif memiliki berbagai pengertian, antara lain :

1. Unit tema yang lebih kecil dan juga alur cerita. Pendapat ini dikemukakan oleh Elizabeth Frenzel (dalam Weisstein, 1973 : 13).

2. Penggambaran situasi impersional dasar dimana para pelakunya belum digambarkan secara individual. Misalnya situasi antara seorang lelaki dengan dua orang wanita, masalah antara dua orang teman atau antara seorang ayah dengan puteranya. Pendapat ini dikemukakan oleh Trousson. (dalam Weisstein, 1973 : 138)

3. Fenomena spirit manusia yang telah berulang dan akan terus berulang dengan sendirinya. Pendapat ini dikemukakan oleh Goethe (dalam Weisstein, 1973 : 138).

(26)

Pendapat Goethe mengenai motif memiliki kemiripan dengan pengertian lain dari motif yang memandang bahwa motif adalah inti cerita yang bersifat universal, tradisional dan berulang kali muncul dalam dua karya sastra atau lebih.

Disamping tema dan motif, konsepsi Jerman mengenai tema mengenal lagi istilah lain yang biasa disebut dengan Rohstoff atau materi dasar (raw material). Pembicaraan mengenai tema di Jerman bermula dari minat mereka yang besar pada sekitar pertengahan abad ke-19 untuk menggali kembali cerita-cerita lama, misalnya legenda, kisah peri, dan mite. Inilah salah satu faktor yang mempengaruhi motif maupun tema dalam kajian sastra bandingan.

Tema juga sering disamakan dengan topik, padahal pengertian dari keduanya jelas berbeda. Topik dalam sebuah karya sastra adalah pokok pembicaraan, sedangkan tema adalah gagasan utama, yaitu sesuatu yang menjadi buah pikiran dalam karya sastra tersebut. Tema merupakan suatu idea tau pokok pikiran yang diutamakan dalam sebuah cerita atau karya sastra, menurut Fananie (2001 : 84) menjelaskan bahwa ide, gagasan, pandangan hidup pengarang melatar belakangi cipta karya sastra yang merupakan inti dari tema. Kemudian Aminuddin (2002 : 91) menjelaskan bahwa tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakan nya.

Shipley dalam Dictionary of World literature (1962 : 417), mengartikan tema sebagai subjek wacana, topik umum, atau masalah utama yang dituangkan ke dalam cerita. Shipley membedakan tema-tema karya sastra ke dalam tingkatan-tingkatan semuanya ada lima tingkatan berdasarkan tingkatan pengalaman jiwa, yang disusun dari tingkatan yang paling sederhana, tingkat tumbuhan dan makhluk hidup, ke tinggkat yang paling tinggi yang hanya dapat dicapai oleh manusia. Kelima tingkatan tema tersebut sebagai berikut:

(27)

1. Tema tingkat fisik, manusia sebagai (atau: dalam tingkat kejiwaan) molekul, man as molecul. Tema karya sastra pada tingkat ini lebih banyak menyaran dan atau ditunjukkan oleh banyaknya aktifitas fisik dari pada kejiwaan.Ia lebih menekankan mobilitas fisik dari pada konflik kejiwaan tokoh cerita yang bersangkutan. Unsur latar dalam novel dengan penonjolan tema tingkat ini pendapat penekanan.

2. Tema tingkat organik, manusia sebagai (atau dalam tingkat kejiwaan) protoplasma, man as protoplasm. Tema karya sastra tingkat ini lebih banyak menyangkut dan atau mempersoalkan masalah seksualitas- suatu aktifitas yang hanya dapat dilakukan oleh makhluk hidup. Berbagai persoalan kehidupan seksual manusia mendapat penekanan dalam novel yang bersifat menyimpang, misalnya berupa penyelewengan dan penghianatan suami istri, atau skandal- skandak seksual yang lain.

3. Tema tingkat sosial, manusia sebagai makhluk sosial, man as socious. Kehidupan bermasyarakat, yang merupakan tempat aksi-interaksinya manusia dengan sesama dan dengan lingkungan alam, mengandung banyak permasalahan, konflik, dan lain-lain yang menjadi objek pencarian tema.masalah-masalah sosial itu antara lain berupa masalah ekonomi, politik, pendidikan, kebudayaan, perjuangan, cinta kasih, propaganda, hubungan atasan-bawahan dan berbagai masalah dan hubungan sosial lainnya yang biasanya muncul dalam karya yang berisi kritik sosial.

4. Tema tingkat egoik, manusia sebagai individu, man as individualism. Disamping sebagai makhluk sosial, manusia sekaligus juga sebagai makhluk individu yang senantiasa “menuntut” pengakuan atas hak individualitasnya. Dalam kedudukannya sebagai makhluk individu, manusia pun mempunyai banyak permasalahan dan konflik, misalnya yang berwujud reaksi manusia terhadap masalah-masalah sosial yang dihadapinya. Masalah individu itu antara lain

(28)

berupa masalah egoisitas, martabat, harga diri atau sifat dan sikap tertentu manusia lainnya, yang pada umumnya lebih bersifat batin dan dirasakan oleh yang bersangkutan. Masalah individualitas biasanya menunjukkan jati diri, citra diri, atau sosok kepribadian seseorang.

Adapun yang menjadi tema dalam novel Hong Gaoliang Jiazu Karya

Mò Yán

dan Putri Melayu Karya Amiruddin Noor adalah peperangan dan romantika cinta. Untuk itu penulis memaparkan konsep perang sebagai berikut:

2.1.3 Perang

2.1.3.1 Definisi Perang

Perang adalah sebuah aksi fisik dan non fisik atau kondisi permusuhan dengan menggunakan kekerasan antara dua atau lebih kelompok manusia untuk melakukan dominasi di wilayah yang dipertentangkan.Perang tidak hanya berdampak pada pihak- pihak yang terlibat langsung dalam perang tersebut tapi juga orang-orang yang tidak terlibat langsung dengan perang tersebut bisa mengalami dampak penderitaan akibat perang tersebut baik secara personal maupun sosial.

Menurut Macchiavelli (1520) menyatakan bahwa, Konflik maupun perang

dianggap sebagai jalan utama untuk mencapai kepentingan nasional suatu negara. Dalam hubungan internasional, terdapat banyak tokoh yang menciptakan pemikiran tentang apa itu perang dan kaitannya dengan hubungan internasional antar-negara. Salah satu tokoh tersebut merupakan Machiavelli. (dalam Quentin Skinner, 1992 : 75)

Secara spesifik dan wilayah filosofis, perang merupakan turunan sifat dasar manusia yang tetap sampai sekarang memelihara dominasi dan persaingan sebagai sarana memperkuat eksistensi diri dengan cara menundukkan kehendak pihak yang dimusuhi.

Dengan mulai secara psikologis dan fisik. Dengan melibatkan diri sendiri dan orang lain, baik secara kelompok atau bukan. Perang dapat mengakibatkan kesedihan dan

(29)

kemiskinan yang berkepanjangan. sebagai contoh perang dunia yang mengakibatkan hilangnya nyawa beratus-ratus orang di Jepang dan tentu saja hal ini mengakibatkan kesedihan mendalam dalam diri masyarakat Jepang.

Penyebab terjadinya perang di antaranya adalah:

- Perbedaan ideologi

- Keinginan untuk memperluas wilayah kekuasaan - Perbedaan kepentingan

- Perampasan sumber daya alam (minyak, hasil pertanian, dll)

Dampak perang sangat kompleks baik dari segi fisik maupun psikologis. Secara fisik bisa dilihat banyak bangunan hancur, kota tidak berbentuk lagi, bagi manusia atau makhluk hidup lainnya bisa menyebabkan kematian dan juga cacat seumur hidup. Secara psikologis perang bisa mengakibatkan trauma psikologis yang dalam, bisa mempengaruhi kejiwaan seseorang dan berakibat mengalami gangguan jiwa. Dalam situasi perang perempuan, anak-anak serta lansia dalam posisi yang tidak diuntungkan. Sering terjadi kekerasan yang menimpa perempuan maupun anak-anak, baik kekerasan fisik maupun seksual.

2.2 Landasan Teori

Semua sastra memiliki persamaan dan perbedaan-perbedaan. Adanya persamaan dan perbedaan-perbedaan itu memunculkan studi untuk membandingkan dan mencari sebab-sebab timbulnya persamaan dan perbedaan. Di Perancis sastra bandingan dipelopori oleh Fernand Baldensperger, Jean-Marir Carre, Paul van Tieghem, dan Marius-Francois Guyard. Sastra bandingan kemudian menjadi dua aliran, yaitu aliran Perancis dan aliran Amerika. Aliran Perancis disebut aliran lama, sedangkan aliran

(30)

Amerika dinamakan aliran baru. Aliran Perancis menekankan perbandingan karya sastra dari negara yang berbeda, sedangkan aliran Amerika di samping membandingkan dua karya sastra yang berbeda, juga membandingkan karya sastra dengan bidang ilmu dan seni tertentu, Model kajian sastra bandingan yang bukan model Eropa bertitik tolak dari agenda yang berbeda dari kesusastraan bandingan Barat. Model sastra bandingan pasca Eropa, model yang mempertimbangkan persoalan penting identitas budaya, ukuran sastra, implikasi politik terhadap pengaruh budaya, pembagian periode dan sejarah sastra, dan menolak suatu yang tidak ada kaitannya dengan sejarah yang menjadi pegangan aliran Amerika dan pendekatan formalis. Pada penelitian ini penulis menggunakan teori sastra bandingan. Sastra bandingan adalah salah satu disiplin akademis yang diterapkan dalam literature. Hal ini digunakan untuk studi literature nasional satu dengan yang lain, untuk mengetahui perbedaan dan kesamaan berdasarkan empat aspek yaitu, pengaruh, tema, gerakan dan genre.

Sebagaimana Basnett (1993 : 1) menyatakan :

“Sastra bandingan adalah studi teks lintas budaya, berciri antar disiplin dan berkaitan dengan pola hubungan dalam kesusastraan lintas ruang dan waktu.”

Sesuai dengan pendapat Basnett ini, kajian sastra bandingan setidak-tidaknya harus ada dua objek sastra yang dibandingkan. Kedua objek karya sastra itu adalah karya sastra dengan latar belakang budaya yang berbeda. Perbedaan latar belakang budaya itu dengan sendirinya juga berbeda dalam ruang dan waktu. Studi sastra bandingan juga dimaksudkan untuk melihat perkembangan ide-ide dalam kehidupan manusia, sebagaimana ide yang menunjukkan dan menyebar ke berbagai tempat dan negara-negara di seluruh dunia. Dalam hal ini, teori yang digunakan penulis adalah teori sastra bandingan berupa metode perbandingan diakronik, yaitu untuk membandingkan dua

(31)

karya sastra atau lebih yang berbeda negara dan berbeda dari segi pandang budaya kemudian menganalisis novel yang berasal dari Cina dan Indonesia dengan berdasarkan perbandingan tema pada kedua novel tersebut. Tema termasuk salah satu unsur pembangun yang ada didalam karya sastra, tema masuk ke dalam unsur intrinsik yang membangun karya sastra itu sendiri, yang mana melalui unsur intrinsik inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra.

Berbicara mengenai sastra bandingan tidak bisa dilepaskan dengan pembicaraan tentang sastra nasional, sastra umum dan sastra universal. Tiga pengertian tersebut sering tumpang tindih, seperti yang dikatakan oleh Rene Wellek dan Austin Warren (1989 : 47), studi bandingan secara akademis kurang begitu sukses. Walaupun sebenarnya studi yang sangat penting. Untuk mengatasi permasalahan di atas, maka diperlukan pemahaman tentang sastra bandingan, sastra nasional, sastra umum dan sastra universal. Dalam hal ini beberapa pakar sastra telah berupaya untuk memberikan pengertian antara sastra bandingan, sastra nasional, sastra umum dan sastra universal. Meskipun masih terdapat kekaburan, namun sedikit banyak membantu dalam pemecahan masalah.

Sastra bandingan yang merupakan bagian dari ilmu sastra, melalui ilmu sastra tersebut akan dapat dilihat apakah karya satu dengan yang lain saling bersinggungan atau tidak. Studi sastra bandingan yang merupakan studi teks across cultural. Studi yang merupakan upaya interdisipliner yang telah disebutkan dalam latar belakang, menjelaskan bahwa sastra bandingan adalah kajian yang sangat luas. Melihat sastra tidak hanya terpacu pada teks melainkan bisa meminjam pada teori-teori yang berhubungan, sesuai tujuan dan apa yang akan dianalisis.

2.3 Penelitian yang Relevan

Dalam penelitian ini peneliti memperoleh referensi dari penelitian-penelitian yang terkait dan sudah pernah diteliti para peneliti sastra maupun peneliti dan pembelajar

(32)

ilmu sastra yang berkaitan dalam penelitian yang akan diteliti oleh penulis. Tinjauan pustaka berfungsi untuk mengetahui keaslian karya ilmiah karena pada dasarnya suatu penelitian berasal dari acuan yang mendasarinya untuk menghindari kesamaan penelitian ini dengan penelitian lainnya. Adapun penelitian-penelitian yang Relevan terhadap penelitian ini tentunya memberikan kontribusi terhadap penelitian yang akan dilakukan baik kontribusi secara teoritis data, maupun metodologi. Penelitian relevan tersebut sebagai berikut :

Eva Sutanti Sinaga (2010) dalam penelitian skripsinya yang berjudul An Analysis Based On Theme And Motif Hemingway’s Novel The Old Man And The Sea.

Membahas tentang tema dan motif novel The Old Man and The Sea yang ditulis oleh penulis yang bernama Ernest M Hemingway. Permasalahan dalam pembahasan dalam novel tersebut yaitu mengekspresikan tema dan motif perjuangan seorang lekaki tua melawan alam untuk membuktikan keberadaan dirinya dalam masyarakat. Dalam menganalisa tema dan motif novel tersebut penulis menggunakan metode sastra bandingan yang mengambil bagian dalam kajian tematik yang berfokus pada tema /motif dan metode pendekatan intrinsik, dalam hal ini dapat dilihat didalam karya sastra itu sendiri, seperti plot, karakter serta latar. Data yang berfungsi untuk memenuhi fakta diperoleh dengan penelitian untuk memenuhi fakta diperoleh dengan penelitian di perpustakaan. Segala referensi yang mendukung dan memberi informasi mengenai analisa ini di kumpulkan dan diseleksi, termasuk di dalamnya biografi sang penulis.

Penelitian ini memberikan kontribusi pada penelitian yang penulis lakukan dalam hal yang berkaitan dengan tema, karena pada penelitian yang dilakukan oleh penulis membandingkan kedua tema cerita pada kedua novel yang berbeda dengan menggunakan pendekatan sastra bandingan.

Astrid Maysarah (2010) dalam penelitian skripsinya yang berjudul Analisis Tema Pada Novel عع عععع عع ععععع /Quţrātun Min Ad-Dumū‘i/ Karya Shamirah mendeskripsikan tentang tema utama yang terdapat pada Novel موعلا د م ن قطرا ت n Ad-

(33)

Dumū‘i/, dan tingkatan tema yang terdapat di dalam Novel لا دموع م ن قطرا ت /Quţrātun Min Ad-Dumū‘i/ karya Shamirah tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif dengan studi kepustakaan (library research). Penelitian yang menganalisis salah satu unsur intrinsik pada karya sastra yaitu tema mempunyai relevansi pada penelitian yang dilakukan oleh penulis.

Theofanie Lewina Tarigan (2016) dalam penelitian skripsinya yang berjudul Analisis Unsur Emosi Tokoh Utama dalam Novel Sorgum Merah (hong gao liang jiazu) karya Mo Yan menganalisis unsur emosi tokoh utama dan stimulus-respon unsur emosi tokoh utama. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini mempunyai kaitan hubungan pada objek penelitian yang dilakukan oleh penulis, dan juga memiliki kesamaan dalam hal objek kajian, yaitu salah satu novelnya Honggao Liang Jiazu. Penelitian ini memberi kontribusi dalam hal data penelitian untuk penelitian yang dilakukan oleh penulis.

Zhao (赵翀2010) dalam penelitian yang berjudul Kajian Sastra Bandingan Novel Sorgum Merah karya Mo Yan dengan novel Beras karya Su Tong (莫言《红高粱家族》与苏童《米》的比较研究) membahas tentang novel Honggao Liang Jiazu《红高粱》Karya

Mò Yán (莫言) yang membandingkan dengan novel Su

Tong 《米》. Penelitian ini meneliti tentang makna simbolis pada kedua novel Hong

Gaoliang Jiazu dan Su Tong. Penelitian ini memliki persamaan dalam objek penelitian tetapi berbeda dalam bidang kajian yang diteliti. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan metode sastra bandingan yang memiliki kesamaan dengan penelitian yang penulis lakukan.

Li Zonggang (李宗刚2014) dalam penelitian yang berjudul Red Sorghum—Analisis Sejarah Klasik 《莫言小说《红高粱》经典化的历史探析》membahas tentang analisis sejarah pada novel yang menjadi peranan penting dalam penulisan karya sastra, penelitian ini

(34)

memberi kontribusi dalam hal sejarah yang ada pada novel Hong Gaoliang Jiazu yang diteliti oleh penulis.

Riko Andika Pohan (2012) dalam tesis nya yang berjudul Analisis Komparatif Unsur Kepahlawanan Cerita Rakyat Aji Saka dan Momotaro menganalis kedua cerita rakyat dari Negara yang berbeda dengan menggunakan pendekatan sastra bandingan atau pun yang disebut dengan analisis komparatif. Pada penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif-kualitatif yang berbentuk kata-kata bukan dengan angka. Penelitian ini memiliki relevansi dalam metode penelitian yang digunakan pada penulis dalam penelitiannya, selain itu penelitian ini memberikan kostribusi dalam hal pendekatan kajian sastra bandingan atau analisis komparatif yang juga digunakan penulis dalam penelitian yang dilakukan.

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Dalam sebuah penelitian sangat dibutuhkan metode untuk sistematika pelaksanaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Endaswara (2008 : 5), ciri penting penelitian kualitatif dalam sastra adalah:

“(1) peneliti merupakan instrument kunci yang akan membaca secara cermat sebuah karya sastra, (2) penelitian dilakukan secara deskriptif, artinya terurai dalam bentuk kata-kata atau gambar jika diperlukan, bukan berbentuk angka, (3) lebih mengutamakan proses dibandingkan hasil, karena karya sastra merupakan fenomena yang banyak mengundang penafsiran, (4) analisis secara induktif, dan (5) makna merupakan andalan utama.”

3.2 Pendekatan penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan sastra bandingan dan pendekatan unsur intrinsik sastra yang memfokuskan pada kajian bidang tema pada kedua karya sastra yang akan diteliti.

3.3 Data dan Sumber Data

3.3.1 Data

Data adalah kumpulan informasi yang didapat oleh penulis, sedangkan sumber data adalah darimana data tersebut berasal. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dalam bentuk teks yang terdiri dari kata-kata, kalimat, dialog dan kutipan yang diperoleh dari buku, artikel, dan data pustaka deskriptif yang berupa uraian cerita

(36)

dalam novel Hong Gaoliang Jiazu Karya

Mò Yán dan Putri Melayu Karya Amiruddin

Noor”.

3.3.2 Sumber data

Adapun sumber data pada sebuah penelitian terdiri atas 2 bagian, yaitu:

a. Sumber data primer

Sumber data primer adalah sumber data yang paling utama pada sebuah penelitian, adapun sumber data primer pada penelitian ini adalah dua novel yang berjudul Hong Gaoliang Jiazu Karya

Mò Yán yang diterbitkan oleh 上海文艺 (Shànghǎi wényì) dan

Putri Melayu Karya Amiruddin Noor yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka.

Adapun kedua novel tersebut akan dipaparkan secara terperinci:

1. Novel Hong Gaoliang Jiazu Karya Mò Yán :

 Judul : Hong Gaoliang Jiazu《红高粱》

 Pengarang : Mò Yán (莫言)

 Penerbit : 上海文艺 (Shànghǎi wényì)

 Cetakan : Tahun 2012

 Tebal : 351 halaman terdiri dari 5 bab dan 48 sub bab

 ISBN : 978-7-5063-6667-

(37)

2. Novel Putri Melayu Karya Amiruddin Noor:

 Judul : Putri Melayu

 Pengarang : Amiruddin Noor

 Penerbit : Bentang Pustaka

 Cetakan : Pertama, tahun 2009

 Tebal : 426 halaman

 ISBN : 978-979-1227-48-3

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang mendukung pada penelitian yang dilakukan, sumber data yang dilakukan penulis untuk mendukung penelitian ini berupa buku pendukung, artikel, skripsi, tesis dan dokumen tertulis berupa sejarah dan data yang diperoleh dari internet yang berguna bagi pengerjaan penelitian ini.

(38)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian tentu diperlukan teknik dalam pengumpulan data, teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan cara dengan pendekatan pustaka (library searching), yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data berupa teks tertulis dari buku-buku yang berkaitan dengan objek yang akan diteliti. Teknik studi pustaka adalah penelitian atau penyelidikan terhadap semua buku, karangan, dan tulisan mengenai suatu bidang ilmu, topik, gejala kejadian (Moeliono, 1990 : 713).

Teknik pengumpulan data tentu harus sesuai berdasarkan dengan objek yang diteliti. Dalam hal ini penulis melakukan teknik pengumpulan data pada teks yang terdapat didalam novel

Hong Gaoliang Jiazu

Karya

Mò Yán dan novel Putri Melayu

Karya Amiruddin Noor. Pengumpulan data pada teks kedua novel berkaitan pada kajian sastra bandingan yang memfokuskan pada bidang tema.

Langkah-langkah yang akan dilakukan pada teknik pengumpulan data adalah :

1. Membaca novel

Hong Gaoliang Jiazu

Karya

Mò Yán dari awal cerita sampai

akhir cerita dengan cermat dan berulang-ulang.

2. Membaca novel Putri Melayu Karya Amiruddin Noor dari awal cerita sampai pada akhir cerita dengan cermat dan berulang-ulang.

3. Menentukan tema cerita kedua novel

Hong Gaoliang Jiazu

karya Mo Yan dan Putri Melayu karya Amiruddin Noor.

(39)

4. Memilih teks yang berhubungan dengan kajian bidang tema yang terdapat di dalam kedua novel dengan cara memberi tanda pemarkah merah dan menggaris bawahi teks.

5. Mengelompokkan/mengkategorikan data yang berkaitan dengan bidang kajian tema pada teks yang telah diberi tanda.

6. Pada saat yang bersamaan dilakukan reduksi data, yaitu dengan cara mengabaikan data-data yang kurang relevan dengan objek penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data

Menurut Moleong (2005 : 248), teknik analisis data adalah proses mengatur urutan data dan menggolongkannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian menggunakan analisis sastra bandingan, yaitu model analisis dengan membandingkan antara karya sastra satu dengan yang lainnya dengan menganalisis persamaan dan perbedaan tema cerita pada kedua karya sastra tersebut. Analisis data dalam penelitian ini juga menggunakan pendekatan intrinsik yang merupakan bagian dari pendekatan sastra bandingan yakni pendekatan tema dengan menganalisis apa saja ide pokok atau gagasan utama dalam kedua karya sastra tersebut. Adapun tahapan yang diterapkan di dalam teknik analisis data ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis tema yang terdapat pada novel Hong Gaoliang Jiazu Karya

Mò Yán

dan novel Putri Melayu Karya Amiruddin Noor.

2. Membandingkan tema pada novel Hong Gaoliang Jiazu Karya Mò Yán dan novel Putri Melayu Karya Amiruddin Noor.

(40)

3. Menghubungkan tema kedua novel Hong Gaoliang Jiazu karya Mo Yan dan Putri Melayu karya Amiruddin Noor dengan konteks yaitu sejarah terjadinya peperangan.

4. Menyimpulkan hasil analisis penelitian

(41)

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil dan pembahasan dari analisis Perbandingan Tema Pada Novel

Hong Gaoliang Jiazu

Karya

Mò Yán dan Putri

Melayu Karya Amiruddin Noor yang merupakan jawaban terhadap permasalahan yang telah dikemukakan dalam Bab Pendahuluan. Dengan menggunakan pendekatan sastra bandingan yang menganalisis salah satu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang hanya sebagai pendukung dalam penelitian ini. Dari data yang dikumpulkan, penulis menganalisis tema yang terdapat pada kedua novel dan menganalisis persamaan dan perbedaan pada kedua novel.

Berdasarkan dua masalah penelitian yang dirumuskan, yaitu (1) tema pada novel

Hong Gaoliang Jiazu

Karya Mò Yán dan Putri Melayu Karya Amiruddin Noor dan (2) perbedaan latar belakang kedua novel

Hong Gaoliang Jiazu

Karya Mò Yán dan Putri Melayu Karya Amiruddin Noor dalam membentuk tema cerita kedua novel, maka dapat ditemukan oleh penulis yaitu tema pada novel

Hong Gaoliang Jiazu

Karya Mò Yán dan Putri Melayu Karya Amiruddin Noor adalah peperangan dan romantika percintaan.

Persamaan yang terdapat pada kedua novel adalah tema, sedangkan perbedaan yang terdapat pada kedua novel adalah sejarah yang melatar belakangi peperangan yang terjadi, alur dan lokasi yang terdapat pada kedua novel.

4.1 Pembahasan

4.1.1 Tema yang terdapat pada novel Hong Gaoliang Jiazu Karya Mò Yán dan Putri Melayu Karya Amiruddin Noor

(42)

Menurut Nurgiyantoro (2000 : 70), tema merupakan dasar cerita atau gagasan umum dari sebuah novel menjelaskan bahwa tema dapat juga disebut ide utama atau tujuan utama. Berdasarkan cerita atau ide utama, pengarang akan mengembangkan cerita.

Oleh karena itu, dalam suatu novel akan terdapat satu tema pokok dan sub-subtema.

Pembaca harus mampu menentukan tema pokok dari suatu novel. Tema pokok adalah tema yang dapat memenuhi atau mencakup isi dari keseluruhan cerita. Tema pokok yang merupakan makna keseluruhan cerita tidak tersembunyi, namun terhalangi dengan cerita- cerita yang mendukung tema tersebut. Oleh karena itu pembaca harus dapat mengidentifikasi dari setiap cerita dan mampu memisahkan antara tema pokok dan sub- subtema atau tema tambahan.

Dalam novel Hong Gaoliang Jiazu Karya

Mò Yán dan Putri Melayu Karya

Amiruddin Noor, terdapat 2 (dua) tema yang sangat mendominasi, yaitu peperangan dan romantika percintaan. Kedua novel ini menceritakan sejarah kejadian peperangan yang saat itu memang terjadi di wilayah Cina dan Indonesia. Pada novel Hong Gaoliang Jiazu Karya

Mò Yán yang bercerita tentang peperangan yang melanda Cina pada tahun era

1920-1930an menceritakan kisah pilu rakyat Cina yang berusaha mengusir Jepang yang menjajah Cina. Tidak hanya perang melawan Jepang, namun Cina juga memerangi bangsanya sendiri. Pada novel Hong Gaoliang Jiazu Karya Mò Yán juga menceritakan romantika percintaan yang terjadi ditengah maraknya peperangan.

Dalam novel Putri Melayu Karya Amiruddin Noor juga menceritakan kisah revolusi kemerdekaan yang terjadi pada kaum bangsawan yang dianggap sebagai feodal.

Kaum bangsawan yang pada saat itu dibantai oleh kaum revolusioner kiri. Kejadian yang melanda Indonesia daerah Sumatera Utara ini terjadi pasca proklamasi 1945, pada novel Putri Melayu Karya Amiruddin Noor yang juga menceritakan kisah romantika percintaan.

(43)

4.1.2 Persamaan tema pada kedua novel Hong Gaoliang Jiazu Karya Mò Yán dan Putri Melayu Karya Amiruddin Noor

Persamaan tema dapat ditentukan dari cerita novel

Hong Gaoliang Jiazu

karya

Mò Yán dan Putri Melayu karya Amiruddin Noor berdasarkan isi cerita dan ide pokok

yang ada di dalam kedua novel, berikut ini adalah persamaan tema pada novel

Hong Gaoliang Jiazu

Karya Mò Yán dan Putri Melayu Karya Amiruddin Noor :

1. Peperangan

1.1 Novel

Hong Gaoliang Jiazu

karya Mò Yán :

Tema peperangan yang sangat terlihat jelas dalam beberapa penggalan cerita dan kutipan pada novel

Hong Gaoliang Jiazu

karya Mo Yan. Adapun beberapa penggalan cerita dan kutipan yang menggambarkan situasi peperangan pada novel HGJ adalah :

1. Perjuangan

奶奶按着左轮手枪,问:“打不打?”

余司令气哄哄地说:“你甭求他,他不打,老子打!”

冷支队说:“打。” (红高粱家族, 2012 : 025)

Dengan tangan masih memegang pistolnya, Nenek bertanya kepadanya.

“Apa kau akan berperang?”

“Jangan memohon!” geram Komandan Yu.

“Aku akan berperang, bahkan jika dia tidak mau.”

“Aku akan berperang,” ujar Pimpinan Detasemen Leng.

(Sorgum Merah, 2014 : 43)

Dari kutipan tersebut Nenek yang berperan sebagai Dai fenglian bertanya kepada Yu Zhan’ao yang berperan sebagai Kakek ketika Pimpinan Detasemen Leng mengajak Yu Zhan’ao bekerja sama untuk berjuang memerangi tentara Jepang. Setelah bertanya kepada Kakek, nenek memberi kepercayaan kepada Kakek untuk membawa Douguan (anak mereka) dalam rencana peperangan.

(44)

2. Penyerangan

“就听到前面一阵吼:同志们——冲啊——上啊——打倒日本帝国主义—

—“ (红高粱家族, 2014 : 216)

“Rekan”—“Serang”—“Maju”—“Hancurlah penjajah Jepang”. Teriakan peperangan itu diikuti dengan suara trompet, kemudian rentetan dor-dor-dor yang sepertinya berasal dari senapan mesin. (Sorgum Merah, 2014 : 354)

Keterangan yang terdapat pada kutipan novel tersebut menceritakan bagaimana penyerangan oleh kelompok yang dipimpin Yu Zhan’ao dalam menghadapi pasukan tentara Jepang saat peperangan terjadi.

“汽车。”我父亲含含糊糊地说了一句,没有人理他。

“鬼子的汽车!”我父亲跳起来,怔怔地望着那些像流星一样射过来的汽 车。汽车的尾部拖着一条长长的焦黄的尾巴,车头上劈劈叭叭地晃动着 白炽的光芒。

“汽车来啦!”父亲的话像一把刀,仿佛把所有的人斩了似的,高粱地里 笼罩着痴呆呆的平静。

“余司令高兴地吼一声:“小舅子们,到底来了,弟兄们,准备好,我说 开火就开火。” (红高粱家族, 2012 : 056)

“Truk” gumamnya ragu-ragu. Tidak adak yang mengacuhkannya.

“Truk Jepang!” Dia bergegas berdiri, dilanda kepanikan, dan menatap truk yang melaju ke arahnya seperti meteor, meninggalkan jejak gelap panjang dan didahului oleh sorotan cahaya berderak yang mengayun terang.

“Truknya datang!” Kata-katanya bagaikan pedang yang memenggal orang- orang dengan satu tebasan. Keheningan menyapu ladang sorgum.

“Anak-anak,” Teriak Komandan Yu ceria, “Mereka akhirnya sampai juga.

Ayo bersiap. Jangan menembak sampai aku memberikan perintah.”

(Sorgum Merah, 2014 : 95)

Kutipan tersebut menggambarkan suasana ketika truk Jepang datang untuk menyerang pasukan, Ayah (berperan sebagai Douguan) mengamati truk Jepang yang datang mendekat. Pada saat itu pasukan Komandan Yu Zhan’ao yang telah melakukan persiapan di ladang sorgum. Yu Zhan’ao yang berperan sebagai komandan perang memberikan arahan kepada pasukan nya untuk memberikan aba-aba serangan.

3. Pengkhianatan

(45)

“同志们!冲上去,抢夺武器!”八路在人群里大喊。 “ (红高粱家族, 2014 : 252)

“Serang, Anak-anak, ambil senjata mereka!” teriak seseorang dari tengah kerumunan orang. (Sorgum Merah, 2014:404)

Pada kutipan di atas, menjelaskan bahwa peperangan yang terjadi bukan hanya terjadi antara pihak Jepang dan Cina, namun antara bangsa Cina pun terjadi pengkhianatan demi keselamatan masing-masing kelompok dengan menyerang kelompok lain untuk menguasai persenjataan yang akan digunakan untuk melawan Jepang yang pada saat itu hampir menguasai Cina. Kakek yang memimpin tentara Kelompok Besi pada saat itu dikhianati dan dikepung oleh resimen Jiao-Gao yang bermaksud untuk merampas persenjataan yang dimiliki oleh pasukan Kelompok Besi yang menyebabkan banyaknya tentara serta senjata yang dimiliki Kelompok Besi musnah.

4. Pelecehan Seksual

“你,裤子脱掉的!你,脱掉裤子!”他用僵硬的舌头说着中国话。他的 中国话说得比那个胖子秃头好。

这时,二奶奶刚刚从黄鼠狼的幻影中解放出来的神经又不正常了,站 在炕上的日本兵时而像个有大学问的读书人,时而像那个黑嘴巴黄鼠狼

。二奶奶间歇性抽搐着,嚎叫着。那柄刺刀几乎捅到小姑姑的嘴里去了

。一阵锥心的痛楚、一种无私的比母狼还要凶恶的献身精神,使二奶奶 清醒了。她脱掉裤子,脱掉裤头,脱掉上衣,脱得一丝不挂,还把那个 塞进裤腰的包袱用力摔到炕下,包袱硬梆梆地打中了一个年纪轻轻、容 貌俊俏的日本士兵的脸。包袱掉在地上,那年轻小伙子发呆般地瞪着两 只迷惘漂亮的眼睛。二奶奶对着日本兵狂荡地笑着,眼泪汹汹地涌流。

她平躺在炕上,大声说:“弄吧!你们弄吧!别动我的孩子!别动我的孩 子。” (红高粱家族, 2014 : 316)

“ Buka celanamu! Buka celanamu!” ujarnya berbahasa Cina seakan-akan lidahnya kelu.

Pada saat itu Nenek kedua mulai runtuh dibawah sihir musang itu kembali; dia melihat tentara Jepang yang berdiri di atas dipannya sebagai lelaki lembut berpendidikan dan bayangan musang bermulut hitam berikutnya. Dia terguncang oleh isakan keras yang terputus-putus. Ujung bayonet itu hampir tenggelam di dalam mulut Bibi kecil. Rasa khawatir atas anak perempuannya dan perasaan tidak memedulikan keselamatannya sendiri segera mengembalikan kesadarannya. Dia dengan cepat melepaskan celananya, celana dalamnya, dan kemejanya, kemudian berbaring dan berkata tegas,

“Ayo, ayo, lakukan! Tapi jangan sentuh anakku! Jangan kau sentuh anakku!”

Referensi

Dokumen terkait

hidayah- Nya, skripsi yang berjudul “ Aspek Religi dalam Novel Surga yang Tak Dirindukan Karya Asma Nadia: Kajian Semiotik dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di

Dengan ini, saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang berjudul Ketidakadilan Gender dalam Novel Penari Kecil Karya Sari Safitri Mohan: Kajian Sastra Feminisme dan

Skripsi ini berjudul Peranan Orang Tua dalam Novel Ibuk Karya Iwan Setyawan; Kajian Psikologi Sastra sebagai salah satu syarat untuk memeroleh gelar sarjana

“Modernisasi dalam Novel Belenggu Karya Armijn Pane “Sebuah Kajian Sosiologi Sastra”.. JURNAL BAHASA, SASTRA, DAN

Penelitian lain yang membahas kedua novel ini yaitu Muhammad (Hilmawan, 2019) yang mengulas novel Five People That You Meet In Heaven karya Mitch Albom berjudul

Dalam penelitian ini disajikan analisis wacana kritis terhadap karya sastra, yaitu teks novel yang berjudul Negeri Para Bedebah.. karya Tere Liye

1 ANALISIS UNSUR INTRINSIK TEMA, TOKOH, PERWATAKAN DAN AMANAT YANG TERKANDUNG DALAM NOVEL “TERBANGLAH MERPATI” KARYA ACHMAD MUNIF SEBAGAI ALTERNATIF PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

Dari uraian di atas, penelitian ini difokuskan pada kajian aspek struktural dalam karya sastra yaitu berupa unsur intrinsik yang meliputi tema, alur, penokohan dan perwatakan, dan latar